Periode 158
Oleh:
Annisa Nur Afifah
NIM. 21020120130092
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2024
DAFTAR ISI
BAB I .......................................................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan..................................................................................................... 7
BAB II ....................................................................................................................... 12
2
2.2.2 Kesenian dan Kebudayaan di Palembang ............................................ 18
3
DAFTAR TABEL
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
5
1. Masih banyak benda bernilai sejarah, benda/bangunan/kawasan cagar budaya
dan seni budaya yang tidak terpelihara/dilestarikan.
2. Kualitas penyelenggaraan festival budaya belum sesuai harapan masyarakat
yang berkunjung.
3. Belum tersedianya data yang valid terhadap perkembangan dan kemajuan
kebudayaan di Kota Palembang.
4. SDM sektor kebudayaan yang masih rendah beik dari susu jumlahnya dan
kualitasnya.
5. Keterbatasan infrastruktur (sarana dan prasarana) yang berdampak pada
minimnya atraksi yang dapat ditampilkan.
6. Masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap
pengelolaan museum dan cagar budaya.
Kota Palembang dibelah oleh Sungai Musi yang aliran airnya berasal dari seluruh
singai yang ada di Provinsi Sumatera Selatan dan kemudian diteruskan langsung ke
laut. Keberadaan Sungai Musi ini membelah Kota Palembang menjadi dua bagian
yaitu Seberang Ulu yang terdapat di sisi selatan Sungai Musi dan Seberang Ilir yang
terdapat di sisi utara Sungai Musi. Seberang Ilir memiliki bentuk permukaan yang
berbukit-bukit dengan ketinggian rata-rata 8 meter di atas permukaan laut. Sementara
itu, bentuk permukaan lahan di Seberang Ulu relatif lebih landai dan memiliki
ketinggian rata-rata kurang dari 1 meter di titik ketinggian pasang maksimum Sungai
Musi (RPJMD Provinsi Sumsel Tahun 2019-2023). Hal ini mengakibatkan Seberang
Ulu kerap tergenang air pasang setiap tahunnya. Kondisi ini dianggap sebagai salah
satu penyebab tidak meratanya pembangunan. Di Kota Palembang, Seberang Ilir
berkembang lebih cepat daripada Seberang Ulu.
Dengan demikian, penyediaan fasilitas pusat kebudayaan di Kota Palembang
khususnya di Kawasan Jakabaring ini dibutuhkan sebagai tempat pelestarian budaya
lokal yang dapat meningkatkan apresiasi dan edukasi masyarakat terhadap seni dan
budaya serta dapat meningkatkan perekonomian lokal.
6
1. Peninggalan objek budaya sejarah yang ada di Kota Palembang belum
sepenuhnya dimanfaatkan dan dilestarikan secara optimal. Oleh karena itu
perlu adanya wadah atau tempat yang dapat melestarikan budaya tersebut.
2. Perlu adanya wadah pengembangan seni dan budaya Kota Palembang untuk
meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kebudayaan lokal.
3. Menjadikan daya tarik wisata budaya dan hiburan yang baru bagi warga lokal
maupun luar Kota Palembang.
1.3 Tujuan dan Sasaran
1.3.1 Tujuan
Tujuan dari pembuatan LP3A ini adalah memperoleh suatu Judul Tugas
Akhir yang jelas dan layak, dengan merumuskan hal-hal yang berkaitan dengan
Cultural Center di Kota Palembang baik potensi pengembangan hingga potensi
kendala, serta memberikan alternative pemecahan secara arsitektural.
1.3.2 Sasaran
1.4 Manfaat
1.4.1 Subjektif
Manfaat dari LP3A ini secara subjektif adalah untuk mementuhi salah
satu persyaratan dalam menempuh Tugas Akhir sebagai syarat kelulusan
Sarjana Strata 1 (S-1) pada Jurusan Arsitektur Universitas Diponegoro.
1.4.2 Objektif
Manfaat dari LP3A ini secara objektif adalah untuk memberi tambahan
pengetahuan dan perkembangan ilmu di bidang arsitektur, baik bagi
mahasiswa yang bersangkutan maupun mahasiswa lain, dan masyarakat
umum, mengenai bangunan seni dan kebudayaan, khususnya yang berkaitan
dengan standar yang telah diterapkan tanpa meninggalkan aspek arsitektural.
7
1.5 Ruang Lingkup
1.5.1 Ruang Lingkup Substansial
Metode pembahasan yang digunakan dalam penyusunan LP3A ini adalah dengan
metode deskriptif, dimana penyusunan dilakukan dengan mengumpulkan data,
menjelaskan, dan menjabarkan informasi terkait perencanaan dan perancangan
Cultural Center di Kota Palembang dengan Pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular
yang kemudian dianalisa untuk memperoleh suatu kesimpulan. Pengumpulan data
diperoleh dengan cara:
1. Studi Literatur, dilakukan untuk mencarai data mengenai standar kebutuhan,
regulasi, dan kebutuhan yang mendukung fungsi bangunan.
2. Studi Preseden terhadap objek yang serupa dan sudah terbangun untuk
dilakukan identifikasi serta analisis sebagai bahan pembanding untuk
menemukan solusi dan inovasi baru perancangan yang optimal.
3. Survey Lapangan, dilakukan terhadap tapak yang telah dipilih untuk
mendapatkan data-data berupa foto, ukuran, serta konteks lingkungan dan
pengaruhnya terhadap tapak dan bangunan.
LP3A ini disusun secara sistematik kedalam beberapa bab, yang masing-masing
membahas aspek tertentu dari konten laporan sesuai dengan jenis materi yang
relevan. Sistematika pembahasan dan penyusunan LP3A ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang, tujuan dan sasaran, manfaat, ruang lingkup,
metode pembahasan, sistematika pembahasan, dan alur pikir.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
8
Berisi mengenai literature tentang tinjauan umum Cultural Center, tinjauan umum
tentang kesenian dan kebudayaan Sumatera Selatan, serta tinjauan umum
tentang Arsitektur Neo-Vernakular
BAB III TINJAUAN LOKASI
Berisi mengenai tinjauan kota Palembang, kebijakan rencana tata ruang wilayah,
serta tinjauan umum wilayah yang dipilih sebagai lokasi, serta data tapak dan
analisisnya.
BAB IV PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Berisi mengenai pendekatan terhadap aspek-aspek perencanaan dan
perancangan arsitektur, yaitu aspek fungsional, aspek kontekstual, aspek kinerja,
aspek teknis, dan aspek arsitektural berapa konsep desain, analisa ruang,
building data dan analisis edge, yang hasilnya dapat dijadikan sebagai landasan
program perencanaan dan perancangan.
BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Berisi mengenai hasil akhir dari proses pendekatan program perencanaan dan
perancangan, yaitu aspek perencanaan yang terdiri dari aspek fungsional dan
kontekstual serta aspek perancangan yang terdiri dari aspek kinerja, aspek teknis,
dan aspek arsitektural.
9
1.8 Alur Pikir
Aktualita
Kota Palembang memiliki peninggalan-peninggalan sejarah seperti,
kemegahan kerajaan Sriwijaya sebagai kerjaan Hindu terbesar di Indonesia
hingga kearifan hasil akulturasi budaya lokal dan Kesultanan Palembang
Darussalam.
Pada tanggal 25 Oktober 2018, Kota Palembang telah masuk dalam Jaringan
Kota Pusaka Indonesia (JKPI).
Urgensi
Peninggalan objek budaya sejarah yang ada di Kota Palembang belum
sepenuhnya dimanfaatkan dan dilestarikan secara optimal.
Perlu adanya wadah pengembangan seni dan budaya Kota Palembang
untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kebudayaan lokal.
Menjadikan daya tarik wisata budaya dan hiburan yang baru bagi warga lokal
maupun luar Kota Palembang.
Originalitas
Merencanakan dan merancang suatu pusat kebudayaan yang mampu
melestarikan, memproduksi seni dan kebudayaan sejarah serta meningkatkan
apresiasi masyarakat terhadap kebudayaan lokal dengan menggunakan konsep
Arsitektur Neo-Vernakular.
Tujuan:
Memperoleh suatu judul Tugas Akhir yang jelas dan layak, dengan merumuskan
hal-hal yang berkaitan dengan Cultural Center di Kota Palembang baik potensi
pengembangan hingga potensi kendala, serta memberikan alternative pemecahan
secara arsitektural.
10
Kompilasi data dengan studi pustaka sehingga didapat permasalahan serta masukan dari
studi banding
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan membahas mengenai tinjauan atau studi pustaka yang meliputi
definisi dan fungsi cultural center, macam-macam kesenian dan kebudayaan di
Palembang, komunitas kesenian dan kebudayaan di Palembang, definisi dan
penerapan Arsitektur Neo-Vernakular, serta studi banding yang dilakukan untuk
mengetahui macam dan fungsi serta kelebihan dan kekurangan dari cultural center
yang sudah ada.
12
1. Pusat budaya adalah lembaga budaya yang memiliki tempat dan
peralatan teknis sesuai untuk kegiatan budaya.
2. Multidisiplinitas dari sebuah pusat budaya (terkait fungsi, kegiatan,
dan acara).
3. Dimensi sosial-budaya dari sebuah pusat budaya dengan fokus yang
kuat pada komunitas lokal sebagai target audiens utamanya.
Dimensi Fungsi
Seni/Budaya 1. Menyediakan akses untuk seni dan
kebudayaan
2. Memproduksi dan menyebarluaskan produk
seni dan kebudayaan berupa pameran,
penampilan, konser, dll)
3. Memberi kesempatan bagi komunitas untuk
berpartisipasi
4. Menjaga dan melestarikan budaya
local/tradisional
5. Mengumpulkan dan mendistribusikan
informasi mengenai seni dan budaya
Edukasi 1. Menyediakan edukasi seni dan budaya/
edukasi informal
13
2. Menawarkan edukasi artistic pada anak-anak
dan generasi muda
3. Menawarkan edukasi dan partisipasi dalam
aktivitas seperti workshops, kelas, debat dan
pembelajaran teori.
Rekreasi 1. Menyediakan akses atau tempat untuk
rekreasi
2. Merencanakan acara hiburan
Sosial 1. Merangkul komunitas untuk berpartisipasi,
bekerja, dan volunteering.
2. Mempromosikan kebudayaan dan seni
kepada masyarakat melalui berbagai
aktivitas.
Sumber: Pfeifere (2022)
14
Tabel 2. 2 Acuan ekspresi-dasar arsitektural pada bangunan pusat kebudayaan
Aspek Definisi
Melindungi (Protecting) Cultural Center berfungsi untuk menaungi
kebudayaan yang berlangsung di dalam agar
tidak terganggu dengan konteks ruang luar. Oleh
karena itu diperlukan ekspresi bangunan sebagai
barrier yang jelas untuk melindungi aktivitas yang
ada didalamnya.
Mengundang (Inviting) Cultural Center yang ideal adalah yang memiliki
ruang dengan derajat keterbukaan yang tinggi
pada area penerima.
Memusat (Centralized) Cultural Center yang ideal adalah yang
menempatkan hierarki tertinggi di bagian
tengah/pusat tapak sebagai fungsi utama.
Fleksibilitas (Flexibility) Cultural Center yang ideal adalah yang sifatnya
terbuka dan mudah diakses oleh seluruh
kalangan masyarakat.
Keakraban (Familiarity) Cultural Center yang ideal adalah yang
bangunannya mengekspresikan ikon arsitektur-
lokal dengan penggunaan material lokal sebagai
representasi budaya setempat.
Sumber: Sukada, N., dkk. (2020)
15
mengacu pada bukti material, bukan pada warisan manusia yang berwujud dan
tidak berwujud. Perubahan ini memperluas konsep koleksi menjadi warisan,
dan lembaga budaya tidak lagi berpusat pada koleksi, tetapi pada warisan.
Berikut beberapa perbedaan dari Cultural Center dan Museum
berdasarkan tujuan, struktur dan aktivitas di dalamnya:
Tabel 2. 3 Perbedaan Cultural Center dan Museum
16
2.2 Tinjauan Seni dan Kebudayaan di Palembang
2.2.1 Definisi Kesenian dan Kebudayaan
17
2.2.2 Kesenian dan Kebudayaan di Palembang
18
Tanggai. Perbedaannya
terletak pada jumlah penari.
Tradisi Merupakan warisan budaya
Rumpak- yang sudah berusia raturan
Rumpak tahun. Tradisi ini dilakukan
saat perayaan Idul Fitri atau
1 Syawal yang dilakukan
warga keturunan Arab di
Palembang.
Tembang Batanghari Sembilan adalah
Batanghari istilah untuk irama musik
Sembilan dengan petikan gitar tunggal
yang berkembang di
Wilayah Sumatera Bagian
Selatan. Musik yang
diekspresikan dari budaya
ini bernuansa romantik,
melonkolik, dan naturalistic.
Tari Pagar Tari Pagar Pengantin
Pengantin adalah tarian adat
Palembang yang biasanya
ditampilkan saat resepsi
pernikahan. Tarian ini
bukanlah sekadar tarian
penghibur, melainkan ada
sebuah makna.
Kain tenun Songket Palembang
Songket merupakan kain tenun yang
tidak hanya sekadar
pelindung tubuh melainkan
memiliki makna
kemakmuran, kejayaan, dan
keberanian. Hal ini
19
dikarenakan pada sejak
masa Kesultanan
Palembang Darussalam,
orang-orang yang
menggunakan songket
sudah pasti seorang
keturunan raja, sultan atau
kerabat keratin.
Sumber: Penulis (2024)
Ragam budaya di Provinsi Sumatera Selatan ini secara umum terbagi dalam
jenis, rumah adat, pakaian, tarian, dan juga kuliner. Berikut ini merupakan warisan
budaya Sumatera Selatan yang sudah disertifikasi Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia:
20
Senjang Sumatera Selatan Tradisi dan Ekspresi
Lisan
2016 Ande-ande Sumatera Selatan Tradisi dan Ekspresi
Lisan
Rejung Sumatera Selatan Sumatera Selatan Tradisi dan Ekspresi
Lisan
Warahan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Tradisi dan Ekspresi
Lisan
Bidar Sumatera Selatan Adat Istiadat
Masyarakat, Ritus
dan Perayaan
2017 Tari Penguton Sumatera Selatan Seni Pertunjukan
Kerajinan Lak Palembang Sumatera Selatan Kemahiran dan
Kerajinan
Tradisional
Rumah Baghi Sumatera Selatan Arsitektur
Sumber: RPJMD Prov. Sumsel 2019-2023
21
Gambar 2. 1 Festival Sriwijaya Tahun 2019
Sumber: google.com
Festival Sriwijaya diselenggarakan Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan dalam rangka mengangkat kembali nilai-nilai tradisional dalam bingkai
kejayaan Kerajaan Sriwijaya. Festival ini menjadi wadah bagi semua pekerja
seni yang berasal dari 17 kabupaten dan kota yang berada di Sumatera
Selatan.
22
dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara bangunan, alam, dan
lingkungan.
23
Gambar 2. 2 Bandara Soekarno-Hatta
Sumber: arsitur.com
Taman Ismail Marzuki dibangun pada tahun 1968 dan secara resmi
dibuka pada 10 November 1968 dan diresmikan langsung oleh Gubernur DKI
Jakarta saat itu, Ali Sadikin. Awalnya kawasan TIM merupakan ruang rekreasi
umum Taman Raden Saleh, serta kebun binatang Jakarta. Kemudian, Ali
Sadikin mengubah kawasan tersebut menjadi pusat kesenian agar para
seniman Jakarta dapat berkarya.
24
Gambar 2. 4 Perpustakaan Jakarta Cikini
Sumber: google.com
25
Radjawali SCC bukan hanya menjadi wadah untuk menghibur, tetapi
juga untuk menginspirasi dan melestarikan seni budaya Indonesia agar dapat
terus berkembang mengikuti zaman. Gedung ini memiliki 3 bagian utama,
antara lain:
26
DAFTAR PUSTAKA
A, Z. A. D., Yuliarso, H., & P, D. S. P. (2021). Konsep Arsitektur Neo Vernakular Pada
Perancangan Pusat Kerajinan Tenun Lurik Di Kabupaten Klaten. Senthong:
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Arsitektur, 4(1), 228–239.
https://jurnal.ft.uns.ac.id/index.php/senthong/article/view/1266/644
DeCarli, Georgina, & Luckner, C. (2012). Museum, Cultural Center or Both? Culture
and Development, 8, 16–19.
http://www.unesco.org/new/fileadmin/MULTIMEDIA/HQ/BSP/pdf/Culture_and_D
evelopment_8_Museums_and_Heritage.pdf
Hu, B. (1991). The Chinese Cultural Center at Greenwood Park (Des Moines, Iowa)
Integrated into a Landscape Design: A reflection of Chinese culture in
contemporary western architecture.
Jenck, A., & Revivalism, S. (1988). Latar Belakang Munculnya Arsitektur Neo-
Vernacular. Arsitektur, 5–29.
Muchamad, Noor, B., & Ikaputra. (2010). Model Ekspresi Arsitektur. Menuju
27
Pendidikan Arsitektur Indonesia Berbasis Riset.
Murphy, B. (2009). Centre Culturel Tjibaou: A Museum and Arts Redefining New
Caledonia’s Cultural Future. Humanities Research, IX(1), 77–90.
https://doi.org/10.22459/hr.ix.01.2002.08
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2019-2023.
Saidi, A. W., Putu, N., Suma, A., & Prayoga, K. A. (2019). Penerapan Tema Neo
Vernakular pada Wajah Bangunan Gedung Utama Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi Bali. Gradien, 11(2), 136–145.
Sukada, n. Q., & Salura, P. (2020). Ekspresi-dasar Arsitektural Pada Bangunan Pusat
Kebudayaan. Jurnal Arteks: Jurnal Teknik Arsitektur, , 5(1), 17–26.
Sukada, N. Q., & Salura, P. (2020). Ekspresi-dasar arsitektural pada bangunan pusat
kebudayaan Objek studi : Volkstheater Sobokartti di Semarang, Indonesia.
ARTEKS Jurnal Teknik Arsitektur, 5(1), 17–26.
28
Zahrah, W., & Rahmadani, M. Y. (2019). The Design Karo Cultural Centre with Neo-
Vernacular Architecture Approach. International Journal of Architecture and
Urbanism, 03(03), 252–261.
29