Anda di halaman 1dari 143

PPKD

POKOK PIKIRAN
KEBUDAYAAN DAERAH

Kabupaten
Pemalang

KABUPATEN PEMALANG
DAFTAR ISI

SAMBUTAN BUPATI PEMALANG .......................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................... iii

BAB I RANGKUMAN UMUM .................................................. 1

BAB II PROFIL KABUPATEN PEMALANG .............................. 6


II.1 Wilayah dan Karakteristik ................................... 6
II.2 Demografi ........................................................... 12
II.3 Latar Belakang Budaya ....................................... 14
II.3.1 Corak Umum ............................................. 14
II.3.2 Keragaman Budaya .................................... 16
II.4 Sejarah ............................................................... 17
II.4.1 Sejarah Singkat Budaya ............................. 17
II.4.2 Sejarah Singkat Wilayah Administratif ....... 21
II.5 Peraturan Tingkat Daerah Terkait Kebudayaan ... 25
II.6 Ringkasan Proses Penyusunan PPKD .................. 27
II.6.1 Tim Penyusun ............................................ 27
II.6.2 Proses Pendataan ....................................... 29
II.6.3 Proses Penyusunan Masalah dan
Rekomendasi ............................................. 30
II.6.4 Catatan Evaluasi atas Proses Penyusunan . 31

BAB III LEMBAGA PENDIDIKAN BIDANG KEBUDAYAAN ..... 32


III.1 Lembaga Pendidikan Menengah Bidang
Kebudayaan ...................................................... 32
III.2 Lembaga Pendidikan Tinggi Bidang Kebudayaan 32

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang iii


BAB IV DATA OBJEK PEMAJUAN KEBUDAYAAN ................. 33
IV.1 Rekapitulasi Data Objek Pemajuan Kebudayaan
Kabupaten Pemalang ............................................... 33
IV.1.1 Bahasa .......................................................... 35
IV.1.2 Manuskrip .................................................... 37
IV.1.3 Adat Istiadat ................................................. 37
IV.1.4 Ritus ............................................................. 39
IV.1.5 Tradisi Lisan ................................................. 41
IV.1.6 Pengetahuan Tradisional .............................. 45
IV.1.7 Teknologi Tradisional .................................... 48
IV.1.8 Seni .............................................................. 50
IV.1.9 Permainan Rakyat ......................................... 54
IV.1.10 Olahraga Tradisional .................................. 60
IV.1.11 Cagar Budaya ............................................. 62

BAB V DATA SUMBER DAYA KEBUDAYAAN DAN LEMBAGA


KEBUDAYAAN ........................................................... 67
V.1 Bahasa ............................................................... 67
V.2 Manuskrip .......................................................... 68
V.3 Adat Istiadat ....................................................... 69
V.4 Tradisi Lisan ....................................................... 70
V.5 Ritus ................................................................... 72
V.6 Pengetahuan Tradisional ..................................... 73
V.7 Teknologi Tradisional .......................................... 75
V.8 Seni .................................................................... 77
V.9 Permainan Rakyat .............................................. 78
V.10 Olahraga Tradisional ......................................... 80

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang iv


V.11 Cagar Budaya ................................................... 81

BAB VI DATA SARANA PRASARANA ..................................... 82


VI.1 Manuskrip ......................................................... 82
VI.2 Tradisi Lisan ...................................................... 82
VI.3 Adat Istiadat ...................................................... 83
VI.4 Ritus ................................................................. 85
VI.5 Pengetahuan Tradisional ................................... 86
VI.6 Teknologi Tradisional ......................................... 87
VI.7 Seni ................................................................... 88
VI.8 Bahasa .............................................................. 89
VI.9 Permainan Rakyat ............................................. 89
VI.10 Olahraga Tradisional ........................................ 90
VI.11 Cagar Budaya .................................................. 91

BAB VII PERMASALAHAN DAN REKOMENDASI ................... 92


VII.1 Manuskrip ........................................................ 92
VII.2 Bahasa ............................................................. 93
VII.3 Adat Istiadat ..................................................... 95
VII.4 Tradisi Lisan .................................................... 96
VII.5 Ritus ................................................................ 99
VII.6 Pengetahuan Tradisional .................................. 100
VII.7 Olahraga Tradisional ........................................ 103
VII.8 Permainan Rakyat ............................................ 105
VII.9 Seni .................................................................. 109
VII.10 Teknologi Tradisional ...................................... 112
VII.11 Cagar Budaya ................................................. 116

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang v


BAB VIII PENUTUP ............................................................... 117

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang vi


BAB I

RANGKUMAN UMUM

Kabupaten Pemalang merupakan salah satu kabupaten


yang berada di wilayah pesisir pantai utara pulau Jawa. Sebagai
bagian dari wilayah Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Pemalang
berjarak kurang lebih 135 kilometer dari arah barat Ibu Kota
Provinsi yaitu Kota Semarang, atau jika ditempuh dengan
kendaraan darat memakan waktu lebih kurang 2 sampai dengan 3
jam.

Luas wilayah Kabupaten Pemalang adalah sebesar 1.115,30


kilometer persegi dengan perbatasan sebelah utara berbatasan
dengan Laut Jawa, di sebelah Selatan berbatasan dengan
Kabupaten Purbalingga, di sebelah Timur berbatasan dengan
Kabupaten Pekalongan dan di sebelah Barat berbatasan dengan
Kabupaten Tegal. Dengan demikian Kabupaten Pemalang memiliki
posisi yang strategis, baik dari sisi perdagangan maupun
pemerintahan.

Kabupaten Pemalang terbagi kedalam 14 (empat belas)


kecamatan, 211 (dua ratus sebelas) desa dan 11 (sebelas)
kelurahan. Keseluruham kecamatan itu adalah Kecamatan
Pemalang, Taman, Petarukan, Bantarbolang, Randudongkal,
Moga, Warungpring, Belik, Pulosari, Watukumpul, Ampelgading,
Bodeh, Comal dan Ulujami.

Kabupaten Pemalang merupakan sebuah Kabupaten yang


memiliki memiliki topografi bervariasi. Bagian utara merupakan
dataran rendah, berupa daerah pantai dengan ketinggian berkisar
antara 1-5 meter di atas permukaan laut. Bagian tengah

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 1


merupakan dataran rendah yang subur dengan ketinggian
6–15 meter di atas permukaan laut; sedangkan bagian selatan
merupakan dataran tinggi berupa pengunungan yang subur serta
berhawa sejuk dengan ketinggian 16–925 meter di atas
permukaan laut.

Jumlah penduduk di Kabupaten Pemalang adalah sebanyak


1.292.573 orang dengan jumlah penduduk laki-laki berjumlah
639.797 jiwa sedangkan jumlah penduduk perempuan lebih
banyak yakni berjumlah 652.776 orang.

Kabupaten Pemalang merupakan daerah yang memiliki


kekayaan corak budaya. Apabila ditilik dari aspek hahasa saja,
bahasa Jawa yang digunakan oleh masyarakat Pemalang memiliki
3 aksen dialek yaitu ngapak Banyumasan (Pemalang Selatan),
ngapak Pemalangan (Pemalang Kota) dan bandek Pekalongan
(Pemalang Timur) walaupun tidak sekental Pekalongan. Sejarah
munculnya 3 aksen dialek ini diyakini akibat pengaruh kerajaan
Pajajaran (Sunda), kerajaan Majapahit dan kerajaan Mataram
yang bertemu di wilayah Kabupaten Pemalang. Keanekaragaman
ini menunjukkan suatu bentuk budaya yang adiluhung penuh
dengan makna.

Para pakar sejarah, sesepuh dan pinisepuh, pendata legenda


Pemalang, ulama dan lapisan masyarakat Pemalang meyakini
bahwa Pemalang merupakan kota tua. Eksistensi Pemalang pada
abad XVI dapat dihubungkan dengan catatan Rijklof Van Goens
dan data di dalam buku W. Fruin Mees yang menyatakan bahwa
pada tahun 1575 Pemalang merupakan salah satu dari 14 daerah
merdeka di Pulau Jawa, yang dipimpin oleh seorang pangeran
atau raja. Dalam perkembangan kemudian, Senopati dan
Panembahan Sedo Krapyak dari Mataram menaklukan daerah-

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 2


daerah tersebut, termasuk di dalamnya Pemalang. Sejak saat itu
Pemalang menjadi daerah vasal Mataram yang diperintah oleh
Pangeran atau Raja Vasal.

Berdasarkan catatan Belanda disebutkan bahwa Pemalang


dan Kendal pada masa sebelum abad XVII merupakan daerah
yang lebih penting dibandingkan dengan Tegal, Pekalongan dan
Semarang. Karena itu jalan raya yang menghubungkan daerah
pantai utara dengan daerah pedalaman Jawa Tengah (Mataram)
yang melintasi Pemalang dan Wiradesa dianggap sebagai jalan
paling tua yang menghubungkan dua kawasan tersebut.

Berdasarkan diskusi para pakar yang dibentuk oleh Tim


Kabupaten Pemalang, hari jadi Pemalang adalah tanggal 24
Januari 1575, atau bertepatan dengan Hari Kamis Kliwon tanggal
1 Syawal 1496 Je 982 Hijriah. Keputusan tersebut selanjutnya
ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Dati II Kabupaten
Pemalang Nomor 9 Tahun 1996 tentang Hari Jadi Kabupaten
Pemalang.

Kekayaan budaya masyarakat Pemalang cukup banyak.


Data objek pemajuan kebudayaan yang berhasil diinvetarirasi
mencakup 11 (sebelas) objek, berupa pengetahuan tradisional,
bahasa, ritus, tradisi lisan, teknologi tradisional, kesenian
tradisional, permainan rakyat olah raga tradisional dan cagar
budaya. Terkait dengan manuskrip sebagai salah satu objek
pemajuan kebudayaan di Kabupaten Pemalang ternyata cukup
sulit dijumpai bukti fisiknya walaupun dari berbagai sumber
diyakini keberadaannya. Beberapa contoh seni tradisional
Pemalang adalah jaran ebeg, kuntulan, sintren, dan sebagainya.
Pada kenyataannya jumlah kesenian tradisional Pemalang

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 3


mungkin lebih banyak lagi dan belum dikenal luas oleh
masyarakat.
Permasalahan umum yang teridentifikasi dari objek
pemajuan kebudayaan di Kabupaten Pemlang antara lain
berkaitan dengan sulitnya menjumpai bukti fisik, rendahnya
regenerasi, benturan nilai kultural dengan religiusitas, tersisihnya
adata istiadat oleh hukum formal negara, minimnya wahana,
minimnya anggaran, rendahnya tata kelola kebudayaan,
rendahnya apresiasi budaya dan kekurangpedulian masyarakat
terhadap kelestarian kebudayaan tradisional Pemalang.

Untuk itu rekomendasi yang dihasilkan dari kegiatan


identifikasi objek pemajuan kebudayaan di Kabupaten Pemalang
adalah:
1. Perlu dilakukan penelitian /penelusuran terhadap objek
pemajuan kebudayaan yng sulit dijumpai bentuk fisiknya
namun di yakini ada, contohnya manuskrip.
2. Perlunya penggunaan bahasa Jawa sebagai bahasa resmi
kedua dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah
utamanya pelayanan publik untuk menumbuhkan kecintaan
pada bahasa Jawa sebagai salah satu objek pemajuan
kebudayaan
3. Perlunya revitalisasi dan reaktualisasi adat istiadat lokal
sebagai sistem nilai dalam kehidupan sehari – hari
4. Perlunya regenerasi dalam rangka melestarikan tradisi lisan
(transfer of knowledge) dari budayawan, pemerhati, maupun
pelaku seni yang sudah senior atau sepuh kepada generasi
muda.
5. Perlunya dibuat wahana (gedung atau pun event) untuk show
dan pelestarian objek pemajuan kebudayaan

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 4


6. Perlunya pemberian reward baik materiil maupun non
materiil dari pemerintah kepada para pihak yang melakukan
pelestarian kebudayaan.
7. Perlunya kebijakan yang terintegrasi untuk pemajuan objek
kebudayaan baik oleh pemerintah daerah maupun Pusat.
8. Perlunya Penguatan masyarakat dalam menjaga dan
memelihara kebudayaan daerah
9. Perlunya melibatkan pihak swasta melalui sponsorship,
corporate social responsibility (CSR) atau lainnya untuk
memajukan objek kebudayaan daerah sebagai salah satu
perwujudan good governance khususnya untuk pemajuan
kebudayaan.
10. Perlunya digitalisasi objek kebudayaan daerah sehingga lebih
bisa diterima oleh generasi muda dan meminimalisir
diskontinuitas kebudayaan.

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 5


BAB II

PROFIL KABUPATEN PEMALANG

II.1 Wilayah dan Karakteristik

Kabupaten Pemalang merupakan salah satu


kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Secara
geografis berada pada 109˚ 17’ 30’– 109˚ 40’ 30’ Bujur
Timur (BT) dan 8˚52’ 30’ – 7˚20’ 11’ Lintang Selatan (LS).
Panjang pantai di Kabupaten Pemalang sekitar 34,6 km.
Adapun batas-batas administrasi Kabupaten Pemalang
adalah sebagai berikut:
 Sebelah Utara : Laut Jawa
 Sebelah Selatan : Kabupaten Purbalingga
 Sebelah Timur : Kabupaten Pekalongan
 Sebelah Barat : Kabupaten Tegal

Peta 1 : Peta Kabupaten Pemalang


Sumber : http://sitrw.bappedapemalang.info

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 6


Sebagai daerah administratif setingkat kabupaten,
Pemalang terbagi menjadi 14 (empat belas) kecamatan.
Kecamatan tersebut adalah Pemalang Taman, Petarukan,
Bantarbolang, Randudongkal, Moga, Warungpring, Belik,
Pulosari, Watukumpul, Ampelgading, Bodeh, Comal dan
Ulujami dengan Kecamatan Pemalang sebagai ibukota
kabupaten. Keempat belas kecamatan tersebut terdiri dari
222 (dua ratus dua puluh dua) Desa/Kelurahan, sebagai
berikut :
No. KECAMATAN DESA / KELURAHAN
1. Pemalang Bojongbata, Widuri,
Bojongnangka, Kebondalem,
Sugihwaras, Mulyoharjo,
Paduraksa, Kramat,
Lawangrejo, Mengori, Danasari,
Pagongsoran, Saradan,
Sewaka, Sungapan, Surajaya,
Tambakrejo, Wanamulya, dan
Banjarmulya. (19)
2. Taman Beji, Wanarejan Selatan,
Asemdoyong, Banjaran,
Banjardawa, Cibelok, Gondang,
Jebed Selatan, Jebed Utara,
Jrakah, Kabunan, Kaligelang,
Kedungbanjar, Kejambon,
Pedurungan, Pener, Penggarit,
Sitemu, Sokowangi, Taman,
dan Wanarejan Utara.
3. Petarukan Bulu, Iser, Kalirandu,
Karangasem, Kendaldoyong,
Klareyan, Kendalrejo,
Kendalsari, Loning, Nyamplung
Sari, Panjunan, Pegundan,
Pesucen, Petanjungan, Serang,
Sirangkang, Tegalmlati,
Temuireng, dan Widodaren,
Kendaldoyong. (20)

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 7


4. Bantarbolang Bantarbolang, Glandang,
Karanganyar, Kebon Gede,
Kuta, Lenggerong, Pabuaran,
Peguyangan, Pedagung,
Pegiringan, Purana, Sambeng,
Sarwodadi, Sumurkidang,
Suru, Wanarata, dan
Banjarsari. (17)
5. Randudongkal Banjaranyar, Gembyang,
Gongseng, Kalimas, Kalitorong,
Karangmoncol, Kecepit, Kejene,
Kreyo, Lodaya, Mangli,
Mejagong, Penusupan,
Randudongkal, Rembul,
Semaya, Semingkir, dan
Tanahbaya. (18)
6. Moga Banyumudal, Gendoang,
Kebanggan, Mandiraja, Moga,
7. Belik Badak, Belik, Beluk, Bulakan,
Gombong, Gunungtiga,
Gunungjaya, Kalisaleh,
Mendelem, dan Simpur. (10)
8. Pulosari Batursari, Cikendung,
Clekatakan, Gambuhan,
Gunungsari, Jurangmangu,
Karangsari, Nyalembeng,
Pagenteran, Penakir, Pulosari,
dan Siremeng, (12)
9. Warungpring Cibuyur, Datar, Karangdawa,
Mereng, Pakembaran, dan
Warungpring. (6)
10. Watukumpul Bodas, Cikadu, Majakerta,
Majalangu, Medayu, Pagelaran,
Tambi, Tlagasana, Tundagan,
Watukumpul, Wisnu, Bongas,
Cawet, Jojogan, dan Gapura.
(15)
11. Bodeh Babakan, Bodeh, Cangak,
Gunungbatu, Jatingarang,
Jatiroyom, Jraganan,
Karangbrai, Kebandaran,
Kebandungan, Kelangdepok,
Kesesirejo, Kwasen,
Longkeyang, Muncang,
Parunggalih, Pasir, Payung,

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 8


dan Pendowo. (19)
12. Comal Purwoharjo, Ambokulon,
Kandang, Kauman,
Kebojongan, Klegen,
Pecangakan, Klegen,
Sarwodadi, Sidorejo, Purwosari,
Sikayu, Susukan, Tumbal,
Wonokromo, dan Gandu,
Kauman (17)
13. Ampelgading Ampelgading, Losari, Tegalsari
Barat, Tegalsari Timur,
Banglarangan, Sidokare,
Blimbing, Sokowati, Cibiyuk,
Jatirejo, Karangtalok,
Karangtengah, Kebagusan,
Kemuning, Ujunggede, dan
Wonogiri. (16)
14. Ulujami Ambowetan, Blendung,
Botekan, Bumirejo, Kaliprau,
Kertosari, Ketapang,
Limbangan, Mojo, Padek,
Pagergunung, Pamutih,
Pesantren, Rowosari, Samong,
Sukorejo, Tasikrejo, dan
Wiyorowetan. (18)
Tabel I.1 Daftar Kecamatan dan Desa/Kelurahan
Di Kabupaten Pemalang

No Kecamatan Jumlah Jumlah Luas Prosentase


Desa Kelurahan Wilayah terhadap
Kecamatan Luas (%)
(Ha)
1. Pulosari 12 - 4.140 3,71
2. Belik 12 - 2.631 2,36
3. Watukumpul 15 - 8.752 7,85
4. Moga 10 - 12.454 11,17
5. Bantarbolang 17 - 12.902 11,57
6. Randudongkal 18 - 8.598 7,71
7. Pemalang 13 7 13.919 12,48
8. Taman 19 2 9.032 8,10

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 9


9. Petarukan 19 1 10.193 9,14
10. Bodeh 19 - 6.741 6,04
11. Ampelgading 16 - 8.129 7,29
12. Comal 17 1 5.330 4,78
13. Ulujami 18 - 2.654 2,38
14. Warungpring 6 - 6.055 5,43
Jumlah 211 11 111.30 100,00

Tabel 1.2 Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Pemalang


Sumber : http://sitrw.bappedapemalang.info

Kondisi bentang alam Kabupaten Pemalang cukup


beragam terdiri dari dataran, perbukitan, dan pegunungan.
Bentang alam tersebut berada pada kemiringan lereng yang
beragam pula, mulai dari 0% sampai dengan >40%. Adapun
penjelasannya sebagai berikut (sitrw.bappedapemalang.info):
 Kecamatan yang termasuk dalam daerah dataran adalah
Kecamatan Petarukan, Ampelgading, Comal, dan
Ulujami. Sedangkan daerah dengan presentase
kemiringan lereng 0 – 2% adalah Kecamatan Pemalang,
Taman, Randudongkal, dan Bodeh.

 Kecamatan yang berada daerah dengan kemiringan 2 –


15% adalah sebagian besar Kecamatan Moga, sebagian
kecil wilayah Kecamatan Pemalang, Taman, dan
Kecamatan Belik.

 Kecamatan yang berada pada daerah perbukitan cukup


curam dengan kemiringan lereng 15 – 40% antara lain
Kecamatan Watukumul, sebagian besar wilayah
Kecamatan Belik, Pulosari serta sebagian kecil wilayah
Kecamatan Bodeh.

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 10


 Kecamatan yang berada di daerah dengan kemiringan
lereng > 40% adalah Kecamatan Moga dan Kecmatan
Belik.

Topografi Kabupaten Pemalang terbentang dari


dataran rendah yang berada antara ± 6 mdpl sampai
dataran tinggi yang berada pada ± 914. Adapun ketinggian
daerah berdasarkan nama kecamatan di wilayah Kabupaten
Pemalang adalah sebagai berikut:

No. Nama Ketinggian No. Nama Ketinggian


Kecamatan Kecamatan
1. Ampelgading ± 13 mdpl 8. Petarukan ± 8 mdpl
2. Bantabolang ± 34 mdpl 9. Pulosari ± 914 mdpl
3. Belik ± 738 mdpl 10. Randudongkal ± 212 mdpl
4. Bodeh ± 15 mdpl 11. Taman ± 6 mdpl
5. Comal ± 9 mdpl 12. Ulujami ± 6 mdpl
6. Moga ± 497 mdpl 13. Warungpring ± 497 mdpl
7. Pemalang ± 6 mdpl 14. Watukumpul ± 559 mdpl
Tabel 1.3. Ketinggian Topografi Wilayah di Kabupaten Pemalang

Peta 1 : Peta Kabupaten Pemalang

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 11


Sumber : http://sitrw.bappedapemalang.info
Adapun berdasarkan luas lahan Kabupaten Pemalang
seluas 1.115,30 Ha, terbagi menjadi lahan sawah seluas
400,80 Ha (36%) dan lahan kering seluas 714,5 Ha (64%).
Pemanfaatan lahan kering terbagi lagi menjadi 42% untuk
hutan, 21% untuk bangunan, 24% untuk tegalan/kebun,
dan sisanya digunakan untuk ladang/huma, perkebunan,
tambak/kolam dan lain-lain.

Grafik 1 Prosentase Luas Lahan dan Penggunaan Lahan Di


Kabupaten Pemalang
Sumber : http://sitrw.bappedapemalang.info

II.2 Demografi

Pada tahun 2016 Kabupaten Pemalang memiliki


jumlah penduduk sebanyak 1.292.573 orang dengan jumlah
penduduk laki-laki berjumlah 639.797 jiwa sedangkan
jumlah penduduk perempuan lebih banyak yakni berjumlah
652.776 orang. Jumlah penduduk terbanyak berada di
Kecamatan Pemalang dengan jumlah mencapai 177.602 jiwa
atau sekitar 13,74 % dari populasi penduduk Kabupaten
Pemalang. Sedangkan kecamatan dengan kepadatan
tertinggi adalah Kecamatan Comal yaitu sebesar 1.346,04,

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 12


dengan kata lain setiap 1 Km2 di Kecamatan Comal dihuni
oleh 3.346 jiwa.
No. Nama Laki – Perempuan Total
Kecamatan Laki
1. Moga 31.501 31.975 63.476
2. Warungpring 19.175 19.671 38.846
3. Pulosari 27.703 28.152 55.855
4. Belik 52.416 52.037 104.453
5. Watukumpul 32.222 32.550 64.772
6. Bodeh 27.103 27.400 54.503
7. Bantarbolang 34.626 37.229 71.885
8. Randudongkal 47.504 49.927 97.431
9. Pemalang 87.907 89.695 177.602
10. Taman 80.234 81.508 161.742
11. Petarukan 72.663 73.098 146.761
12. Ampelgading 32.717 33.751 66.468
13. Comal 44.170 44.633 88.803
14. Ulujami 49.856 50.150 100.006

Tabel 1.4 Jumlah Penduduk Di Kabupaten Pemalang

Berdasarkan mata pencaharian, sektor pertanian


mendominasi profesi sebagaian besar penduduk di
Kabupaten Pemalang baik sebagai petani sendiri maupun
menjadi buruh tani. Sisanya ada yang bekerja pada bidang
pedagangan, pengusaha, buruh industri dan bangunan,
PNS/ABRI/Pensiunan, angkutan, nelayan, dan bekerja pada
berbagai sektor lain.

Adapun jumlah penduduk menurut jenjang


pendidikan yang ditamatkan, khususnya mereka yang telah
berumur 6 tahun ke atas, sebagian besar hanya tamat
Sekolah Dasar (SD). Mereka jumlahnya mencapai 509.830
Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 13
jiwa dari 1.247.646 jiwa. Urutan kedua adalah mereka yang
belum tamat SD (284.275 jiwa), disusul tamat Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sejumlah 178.559 jiwa,
tidak/belum sekolah sejumlah 136.004 jiwa, tamat Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sejumlah 106.160 jiwa, dan
Akademi/Perguruan Tinggi sejumlah 32.817 jiwa

II. 3 Latar Belakang Budaya


II.3.1 Corak Umum

Berada di Pulau Jawa, Pemalang merupakan daerah


yang memiliki corak budaya Jawa, hal ini dapat dilihat dari
bahasa sehari-hari yang digunakan oleh mayarakatnya.
Bahasa yang digunakan masyarakat Pemalang adalah
bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Bahasa Jawa yang
digunakan oleh masyarakat Pemalang memiliki aksen dialek
Banyumasan walaupun tidak sekental Pekalongan dan
Tegal. Dialek Banyumasan lebih dikenal dengan istilah
bahasa “ngapak”, disebut bahasa ngapak karena dalam
penggunaannya seringkali diakhiri dengan “ak”. Bahasa
Jawa dengan dialek Banymasan juga terkenal memiliki
tempo yang lebih cepat dengan bahasa Jawa lainnya.

Kebudayaan yang berkembang di Pemalang sedikit


banyak terpengaruh oleh budaya Islam seperti halnya kota-
kota yang berada di pesisir Pantai Utara Jawa (Cirebon,
Demak, Kudus, Tuban, Gresik). Pengeruh Islam terhadap
kebudayaan yang ada di Pemalang dapat dilihat dari
kesenian yang ada saat ini. Bentuk kesenian tersebut antara
lain adalah Baritan, Sintren, Krangkeng, dan Kuntulan.

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 14


Sebagai daerah pesisir yang subur serta berada di
Jalan Pantura sebagai penghubung kota-kota yang berada di
pesisir Pantai Utara Jawa (pantura), bukan hal aneh jika
kegiatan perekonomian Kabupaten Pemalang banyak berada
pada sektor pertanian dan perdagangan. Lebih dari 50%
lapangan pekerjaan terserap oleh dua sektor tersebut di
atas, 31,33% pada sektor pertanian dan 28,31% pada sektor
perdagangan. Sisanya, lapangan pekerjaan terserap pada
sektor industri, jasa dan lainnya.

Pertanian di wilayah Pemalang sebagian besar adalah


persawahan dengan panganan tanam sebagai komoditi
utamanya, terutama padi. Selain tanaman padi, tanaman
lain yang menjadi komoditas di Kabupaten Pemalang adalah
tanaman palawija. Tanaman palawija tersebut terdiri dari
jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi
jalar, talas Ganyong dan sebagainya.

Sektor industri di Pemalang masih tergolong dalam


proses berkembang. Hal ini ditunjukkan dari naiknya
jumlah industri kecil dan industri menengah, namun tidak
untuk industri berskala besar dengan masih menunjukkan
angka yang sama dari tahun 2014 ke 2015. Jumlah tenaga
kerja yang terserap pada industri besar sebanyak 1.581
orang. Untuk industri kelas kecil dan menengah mengalami
kenaikan dari yang semula 11.316 (industri kecil) dan 91
(industri menengah) menjadi 11.598 dan 95. Dengan
bertambahnya jumlah industri ini, angka serapan tenaga
kerja pun juga turut meningkat yakni untuk industri kecil
dari 37.078 menjadi 37.709 orang, sedangkan untuk
industri menengah dari 2.540 menjadi 3.340 orang.

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 15


Dalam hal pertumbuhan ekonomi, Pendapatan
Regional Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Pemalang
mengalami pertumbuhan positif yang mencapai 5,50%
meskipun hal ini tergolong lebih lambat dibanding tahun
2014 yang mencapai 5,53%. Dalam kurun waktu antara
2010-2015, PDRB tertinggi berada pada tahun 2013 yang
mencapai 5,57%. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Pemalang dipengaruhi oleh beberapa sektor diantaranya
sektor jasa perusahaan, jasa pendidikan, informasi dan
komunikasi, keuangan dan asuransi, industri pengolahan
serta pertanian. Dengan adanya data yang disajikan oleh
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pemalang tersebut dapat
diketahui corak perekonomian di wilayah Pemalang.

II.3.2 Keragaman Budaya

Potensi Kabupaten Pemalang berbasis maritim atau


kebaharian hakekatnya cukup besar dan berpeluang untuk
dikembangkan. Hal ini tentu saja didukung oleh posisi
Kabupaten Pemalang yang secara topografis salah satunya
adalah daerah dataran pantai, yaitu daerah dengan
ketinggian antara 1-5 meter di atas permukaan laut.
Daerah ini meliputi 18 (delapan belas) desa dan 1 (satu)
kelurahan terletak di bagian utara wilayah Pemalang
Potensi. Secara lebih lengkap wilayah tersebut berada
dalam area 4 (empat) kecamatan yaitu Kecamatan
Pemalang, Taman, Petarukan, Comal dan Ulujami.

Melihat potensi yang ada tersebut secara umum


beraspek ekonomis seperti halnya hasil laut maupun aspek
pariwisata. Aspek ini tentu saja sejak lama telah
diupayakan untuk dibangun dan dikembangkan oleh

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 16


masyarakat dan Pemerintah daerah Kabupaten Pemalang.
Beberapa perkembangan terakhir menunjukan bahwa
terdapat upaya untuk mengembangkan potensi menuju
satu komoditas yang relatif lebih spesifik, seperti halnya
pengembangan budidaya kepiting maupun pengolahan
hasil perikanan laut dan darat.

Sejauh ini masyarakat luas telah mengenal beberapa


kesenian tradisional Pemalang seperti jaran ebeg, kuntulan,
sintren, dan sebagainya. Padahal jumlah kesenian
tradisional Pemalang mungkin lebih banyak lagi dan belum
dikenal luas oleh masyarakat. Apa yang diwariskan leluhur
kita adalah suatu bentuk budaya yang adiluhung penuh
dengan makna, termasuk dalam kesenian tradisional yang
mempunyai nilai fungsi bentuk interaksi sosial sejak dini.

II.4 SEJARAH

II.4.1 Sejarah Singkat Budaya

Para pakar sejarah, sesepuh dan pinisepuh, pendata


legenda Pemalang, ulama dan lapisan masyarakat Pemalang
meyakini bahwa Pemalang merupakan kota tua. Apabila
ditinjau dari proto sejarah (permulaan sejarah) dan
kronologis dari tahun ke tahun dari prasa yang autentik
membuktikan bahwa Pemalang dalam tahun 700 masehi
sudah berdiri pada jaman Hindu yang dipimpin oleh
keturunan Sanjaya yang bernama Rakai Panaraban yang
merupakan Raja sunda keturunan mataram
(www.indonesianfree.com).

Nama “Pemalang” diambil dari nama sungai me-malang


(melintang) yang membentang dari sebelah utara desa

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 17


Kabunan membujur ke pelabuhan Pelawangan. Sungai
tersebut sering digunakan untuk sarana angkutan,
membawa barang-barang dari pusat Pemalang ke berbagai
wilayah seperti Kabunan, Taman, Beji, Pedurungan (pada
abad ke XIV di masa Majapahit berkuasa). Pada saat itu
penguasa Pemalang adalah Ki Gede Sambungyudha.

Karena erosi akibat arus sungai yang membawa lumpur


dari gunung ke laut diperkirakan per tahun terkikis lima-
enam meter maka sungai “malang” berpindah ke utara dari
Comal ke Asemdoyong, sungai itu melintang malang, tidak
dari selatan gunung ke utara tetapi dari timur ke barat,
sehingga membingungkan orang yang mau berbuat jahat.
contohnya ketika patih Thalabuddin dari kesultanan Banten
membawa (mencuri) keris Kyai tapak ia mendadak menjadi
bingung sehingga mondar-mandir saja di Pemalang dan
akhirnya mengembalikan keris itu.

Pengakuan dari kerajaan Pajang membuktikan


keberadaan Pemalang waktu itu. Ke-sepuluh pemerintahan
yang sah di akui oleh Kerajaan Pajang adalah :
1 . Surabaya
2 . Tuban
3 . Pati
4 . Demak
5 . Pemalang
6 . Butan
7 . Selarong
8 . Banyumas
9 . Krapyak
10 . Mataram
(sumber: W.Freisen Mies hal.25)

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 18


Bukti penemuan pada peta Palitik pulau Jawa (Java
Palitik Toestand) menyatakan keberadaan Pemalang sejajar
dengan kota lainnya di pesisir pulau Jawa, kota-kota
tersebut adalah
1 . Kota Bantam (sekarang Banten)
2 . Kota Batavia
3 . Kota Pemalang
4 . Kota Semarang
5 . Jipang
6 . Kerawang
7 . Surabaya
8 . Madura

Menurut peta tersebut, beberapa tempat seperti Losari,


Brebes, Tegal, Comal, Pekalongan dan Batang termasuk
kedalam wilayah kekuasaan Pemalang.

Pengakuan terhadap keberadaan Kota tua Pemalang


tidak hanya diberikan oleh masyarakat Pemalang saja,
namun juga dari kabupaten – kabupaten di sekitar Pemalang
dan Kota besar lainnya seperti Banten, Cirebon, Karawang,
Jakarta dan yang lainnya. Sebagai contoh, pengakuan dan
pengukuhan hari jadi kota Tegal pada hari Jum’at Kliwon 12
April 1580 dipimpin oleh Ki Gede Sebayu yang merupakan
cucu dari Pangeran Benowo Pemalang diangkat menjadi
jurudemang dengan dikukuhkannya Tegal menjadi Kota
Kademangan.

Keberadaan Pemalang dapat juga dibuktikan


berdasarkan berbagai temuan arkeologis pada masa
prasejarah. Temuan itu berupa punden berundak dan
pemandian di sebelah Barat Daya Kecamatan Moga. Patung
Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 19
Ganesa yang unik, lingga, kuburan dan batu nisan di desa
Keropak. Selain itu bukti arkeologis yang menunjukkan
adanya unsur-unsur kebudayaan Islam juga dapat
dihubungkan seperti adanya kuburan Syech Maulana
Maghribi di Kawedanan Comal. Kemudian adanya kuburan
Rohidin, Sayyid Ngali paman dari Sunan Ampel yang juga
memiliki misi untuk mengislamkan penduduk setempat.
Eksistensi Pemalang pada abad XVI dapat dihubungkan
dengan catatan Rijklof Van Goens dan data di dalam buku W.
Fruin Mees yang menyatakan bahwa pada tahun 1575
Pemalang merupakan salah satu dari 14 daerah merdeka di
Pulau Jawa, yang dipimpin oleh seorang pangeran atau raja.
Dalam perkembangan kemudian, Senopati dan Panembahan
Sedo Krapyak dari Mataram menaklukan daerah-daerah
tersebut, termasuk di dalamnya Pemalang. Sejak saat itu
Pemalang menjadi daerah vasal Mataram yang diperintah oleh
Pangeran atau Raja Vasal.

Berdasarkan catatan Belanda disebutkan bahwa


Pemalang dan Kendal pada masa sebelum abad XVII
merupakan daerah yang lebih penting dibandingkan dengan
Tegal, Pekalongan dan Semarang. Karena itu jalan raya yang
menghubungkan daerah pantai utara dengan daerah
pedalaman Jawa Tengah (Mataram) yang melintasi Pemalang
dan Wiradesa dianggap sebagai jalan paling tua yang
menghubungkan dua kawasan tersebut. Populasi penduduk
sebagai pemukiman di pedesaan yang telah teratur muncul
pada periode abad awal Masehi hingga abad XIV dan XV, dan
kemudian berkembang pesat pada abad XVI, yaitu pada masa
meningkatnya perkembangan Islam di Jawa di bawah
Kerajaan Demak, Cirebon dan kemudian Mataram. Pada
masa itu Pemalang telah berhasil membentuk pemerintahan
Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 20
tradisional pada sekitar tahun 1575. Tokoh yang asal
mulanya dari Pajang bernama Pangeran Benawa. Pangeran
uu asal mulanya adalah Raja Jipang yang menggantikan
ayahnya yang telah mangkat yaitu Sultan Adiwijaya.
Kedudukan raja ini didahului dengan suatu perseturuan
sengit antara dirinya dan Aria Pangiri. Sayang sekali
Pangeran Benawa hanya dapat memerintah selama satu
tahun. Pangeran Benawa meninggal dunia dan berdasarkan
kepercayaan penduduk setempat menyatakan bahwa
Pangeran Benawa meninggal di Pemalang, dan dimakamkan
di Desa Penggarit (sekarang Taman Makam Pahlawan
Penggarit).

II.4.2 Sejarah Singkat Wilayah Administratif

Pemalang menjadi kesatuan wilayah administratif yang


mantap sejak R. Mangoneng, Pangonen atau Mangunoneng
menjadi penguasa wilayah Pemalang yang berpusat di sekitar
Dukuh Oneng, Desa Bojongbata pada sekitar tahun 1622.
Pada masa ini Pemalang merupakan apanage dari Pangeran
Purbaya dari Mataram. Menurut beberapa sumber R
Mangoneng merupakan tokoh pimpinan daerah yang ikut
mendukung kebijakan Sultan Agung, seorang tokoh yang
sangat anti VOC. Dengan demikian Mangoneng dapat
dipandang sebagai seorang pemimpin, prajurit, pejuang dan
pahlawan bangsa dalam melawan penjajahan Belanda pada
abad XVII yaitu perjuangan melawan Belanda di bawah panji-
panji Sultan Agung dari Mataram. Pada sekitar tahun 1652,
Sunan Amangkurat II mengangkat Ingabehi Subajaya menjadi
Bupati Pemalang setelah Amangkurat II memantapkan tahta
pemerintahan di Mataram setelah pemberontakan Trunajaya
dapat dipadamkan dengan bantuan VOC pada tahun 1678.

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 21


Menurut catatan Belanda pada tahun 1820 Pemalang
kemudian diperintah oleh Bupati yang bernama Mas
Tumenggung Suralaya. Pada masa ini Pemalang telah
berhubungan erat dengan tokoh Kanjeng Swargi atau Kanjeng
Pontang. Seorang Bupati yang terlibat dalam perang
Diponegoro. Kanjeng Swargi ini juga dikenal sebagai Gusti
Sepuh, dan ketika perang berlangsung dia berhasil melarikan
diri dari kejaran Belanda ke daerah Sigeseng atau
Kendaldoyong. Makam dari Gusti Sepuh ini dapat
diidentifikasikan sebagai makam kanjeng Swargi atau
Reksodiningrat. Dalam masa-masa pemerintahan antara
tahun 1823-1825 yaitu pada masa Bupati Reksadiningrat.
Catatan Belanda menyebutkan bahwa yang gigih membantu
pihak Belanda dalam perang Diponegoro di wilayah Pantai
Utara Jawa hanyalah Bupati-bupati Tegal, Kendal dan Batang
tanpa menyebut Bupati Pemalang.

Sementara itu pada bagian lain dari Buku P.J.F. Louw


yang berjudul De Java Oorlog van 1825 -1830 dilaporkan
bahwa Residen Van den Poet mengorganisasi beberapa
barisan yang baik dari Tegal, Pemalang dan Brebes untuk
mempertahankan diri dari pasukan Diponegoro pada bulan
September 1825 sampai akhir Januari 1826. Keterlibatan
Pemalang dalam membantu Belanda ini dapat dikaitkan
dengan adanya keterangan Belanda yang menyatakan Adipati
Reksodiningrat hanya dicatat secara resmi sebagai Bupati
Pemalang sampai tahun 1825. Besar kemungkinan peristiwa
pengerahan orang Pemalang itu terjadi setelah Adipati
Reksodiningrat bergabung dengan pasukan Diponegoro yang
berakibat Belanda menghentikan Bupati Reksodiningrat.
Pada tahun 1832 Bupati Pemalang yang Mbahurekso adalah

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 22


Raden Tumenggung Sumo Negoro. Pada waktu itu
kemakmuran melimpah ruah akibat berhasilnya pertanian di
daerah Pemalang. Seperti diketahui Pemalang merupakan
penghasil padi, kopi, tembakau dan kacang. Dalam laporan
yang terbit pada awal abad XX disebutkan bahwa Pemalang
merupakan afdeling dan Kabupaten dari karisidenan
Pekalongan. Afdeling Pemalang dibagi dua yaitu Pemalang
dan Randudongkal.

Menurut catatan sejarah, Pemalang dan Kendal pada


masa sebelum abad XVII merupakan daerah yang lebih
penting dibandingkan dengan Tegal, Pekalongan dan
Semarang. Karena itu jalan raya yang menghubungkan
daerah pantai utara dengan daerah pedalaman Jawa Tengah
(Mataram) yang melintasi Pemalang dan Wiradesa dianggap
sebagai jalan paling tua yang menghubungkan dua kawasan
tersebut.

Pemalang telah berhasil membentuk pemerintahan


tradisional pada sekitar tahun 1575. Tokoh yang asal
mulanya dari Pajang bernama Pangeran Benawa. Pangeran
itu asal mulanya adalah Raja Jipang yang menggantikan
ayahnya yang telah mangkat yaitu Sultan Adiwijaya.

Pada tahun 1832 Bupati Pemalang yang Mbahurekso


adalah Raden Tumenggung Sumo Negoro. Pada waktu itu
kemakmuran melimpah ruah akibat berhasilnya pertanian di
daerah Pemalang. Seperti diketahui Pemalang merupakan
penghasil padi, kopi, tembakau dan kacang. Dalam laporan
yang terbit pada awal abad XX disebutkan bahwa Pemalang
merupakan afdeling atau wilayah administratif pada masa
pemerintahan kolonial Hindia Belanda setingkat Kabupaten

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 23


dimana administratornya dipegang oleh seorang asisten
residen.

Pusat Kabupaten Pemalang yang pertama terdapat di


Desa Oneng. Walaupun tidak ada sisa peninggalan dari pusat
kabupaten ini namun masih ditemukan petunjuk lain.
Petunjuk itu berupa sebuah dukuh yang bernama Oneng
yang masih bisa ditemukan sekarang ini di Desa Bojongbata.
Sedangkan Pusat Kabupaten Pemalang yang kedua
dipastikan berada di Ketandan. Sisa-sisa bangunannya masih
bisa dilihat sampai sekarang yaitu disekitar Klinik Ketandan
(Dinas Kesehatan).

Pusat Kabupaten yang ketiga adalah di pendopo


kabupaten yang sekarang ini (Kabupaten Pemalang dekat
Alun-alun Kota Pemalang). Kabupaten yang sekarang ini juga
merupakan sisa dari bangunan yang didirikan oleh Kolonial
Belanda. Bangunan itu selanjutnya mengalami beberapa kali
rehab dan renovasi bangunan hingga berbentuk bangunan
Jogio sebagai ciri khas bangunan di Jawa Tengah.

Dengan demikian Kabupaten Pemalang telah mantap


sebagai suatu kesatuan administratif pasca pemerintahan
Kolonial Belanda. Secara birokratif Pemerintahan Kabupaten
Pemalang juga terus dibenahi. Dari bentuk birokratif kolonial
yang feodalistik menuju birokrasi yang lebih sesuai dengan
perkembangan dimasa sekarang.

Sebagai suatu penghomatan atas sejarah terbentuknya


Kabupten Pemalang maka pemerintah daerah telah
bersepakat untuk memberi atribut berupa Hari Jadi
Pemalang. Hal ini selalu untuk memperingati sejarah lahirnya
Kabupaten Pemalang juga untuk memberikan nilai-nilai yang
Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 24
bernuansa patriotisme dan nilai-nilai heroisme sebagai
cermin dari rakyat Kabupaten Pemalang.
Salah satu alternatif penetapan hari jadi Kabupaten Pemalang
ialah pada saat diumumkannya pernyataan Pangeran
Diponegoro untuk mengadakan perang terhadap
Pemerintahan Kolonial Belanda, yaitu tanggal 20 Juli 1823.
Namun, berdasarkan diskusi para pakar yang dibentuk oleh
Tim Kabupaten Pemalang, hari jadi Pemalang adalah tanggal
24 Januari 1575, atau bertepatan dengan Hari Kamis Kliwon
tanggal 1 Syawal 1496 Je 982 Hijriah. Keputusan tersebut
selanjutnya ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Dati II Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 1996 tentang
Hari Jadi Kabupaten Pemalang.

II.5 Peraturan Tingkat Daerah Terkait Kebudayaan

Kabupaten Pemalang sampai dengan saat ini belum


memiliki peraturan daerah yang terkait dengan kebudayaan,
namun demikian Pemerintah Kabupaten Pemalang berupaya
menjaga dan memelihara kelestarian budaya yang menjadi
faktor penting untuk peneguhan jati diri daerah dan
masyarakat dengan menggunakan bahasa jawa sebagai
komunikasi lisan setiap hari kamis yang diterapkan di
berbagai organisasi perangkat daerah sebagai implementasi
dari Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah Nomor 430/9525
tertanggal 7 Oktober 2014, tentang penggunaan bahasa jawa
untuk komunikasi lisan. Melalui surat edaran ini diharapkan
Bahasa Jawa akan lebih membudaya dan bisa digunakan
masyarakat terutama di lingkungan lembaga pemerintahan
dan lembaga kemasyarakatan di Kabupaten Pemalang.

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 25


Disamping itu, dalam rangka melestarikan budaya lokal,
Pemerintah Kabupaten Pemalang melalui Surat Edaran
Bupati Pemalang Nomor 060/3652/Organisasi tanggal 7
Desember 2016 juga mulai memberlakukan penggunaan
pakaian adat Pemalang bagi seluruh Aparatur Sipil Negara di
lingkungan Kabupaten Pemalang. Pakaian adat dikenakan 2
(dua) kali setiap bulan yaitu tanggal 15 (lima belas) dan
tanggal 24 (dua puluh empat).

Sebagai upaya untuk membentuk generasi muda yang


cerdas dan menanamkan kepribadian luhur, maka
Pemerintah Kabupaten Pemalang menetapkan Peraturan
Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 17 Tahun 2016 Tentang
Pendidikan Karakter. Peraturan Daerah tersebut
ditindaklanjuti dengan Peraturan Bupati Nomor 55 Tahun
2017 tentang Pendidikan Karakter Jenjang Pendidikan Dasar,
Pendidikan Non Formal, dan Pendidikan Informal bagi
Masyarakat Kabupaten Pemalang. Dengan implementasi
peraturan tersebut diharapkan peserta didik dibiasakan
berperilaku positif, berakhlak mulia, bertoleransi, bergotong
royong sesuai dengan budaya luhur Indonesia.

Upaya Pemerintah Kabupaten Pemalang untuk


melindungi Cagar Budaya, dituangkan dalam Peraturan
Bupati Nomor 17 Tahun 2017 Tentang Pelayanan Perizinan
Pada Dinas Penananaman Modal Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Pemalang. Dalam Pasal 5 (llll), peraturan tersebut
memuat Izin membawa cagar budaya ke luar daerah
kabupaten dalam satu provinsi.

Selain itu, upaya pelestarian seni budaya juga


dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Pemalang melalui

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 26


kegiatan rutin Karawitan (Klenengan) setiap malam Selasa
Kliwon bertempat di Pendopo Kabupaten Pemalang, yang
menampilkan paguyuban / kelompok seni tradisional dari
setiap kecamatan secara bergilir.

II.6 Ringkasan Proses Penyusunan PPKD

II.6.1 Tim Penyusun

Dalam rangka pemajuan kebudayaan dan


penyusunan kebijakan strategis bidang kebudayaan di
Kabupaten Pemalang maka perlu disusun Pokok Pikiran
Kebudayaan daerah Kabupaten Pemalang tahun 2018.
Sesuai amanat dalam Undang-Undang Nomor 5 tentang
Pemajuan Kebudayaan dimana Penyusunan pokok pikiran
kabudayaan daerah Kabupaten Pemalang Tahun 2018
dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan melibatkan
masyarakat melalui para ahli yang memiliki kompetensi
dalam objek pemajuan kebudayaan di Kabupaten
Pemalang, maka dari itu dibentuk tim Penyusun PPKD
yang disahkan dalam Keputusan Bupati Nomor 430/610
/2018 tentang Tim Penyusun dan Sekretariat Tim
Penyusun Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD)
Kabupaten Pemalang dengan susunan Tim sebagai
berikut :

NO. KEDUDUKAN DALAM INSTANSI KEDUDUKAN


DALAM TIM
1. Bupati Pemalang Pelindung
2. Wakil Bupati Pemalang Penasihat
3. Sekretaris Daerah Kabupaten Pemalang Pengarah
4. Kepala BAPPEDA Kabupaten Pemalang Penanggung
jawab
5. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Ketua I

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 27


NO. KEDUDUKAN DALAM INSTANSI KEDUDUKAN
DALAM TIM
Kabupaten Pemalang
6. Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Ketua II
Kabupaten Pemalang
7. Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Wakil Ketua I
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Pemalang
8. Kepala Bidang Sosial dan Budaya pada Bappeda Wakil Ketua II
Kabupaten Pemalang
9. Kasubid Kebudayaan pada Bappeda Kabupaten Sekretaris I
Pemalang
10. Fungsional Pamong Budaya pada Dinas Sekretaris II
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Pemalang
(Dhiana Putri Larasaty, S.S.)

TIM SURVEI
11. Kasi Sejarah dan Purbakala pada pada Dinas Koordinator
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Pemalang
12. Analis Sumber Sejarah pada Dinas Pendidikan Anggota
dan Kebudayaan Kabupaten Pemalang
(Rohman, S.Pd.)
13. Analis Sumber Sejarah pada Dinas Pendidikan Anggota
dan Kebudayaan Kabupaten Pemalang
(Nailil Khadiqoh, S.S.)
14. Ketua MGMP IPS Kabupaten Pemalang Anggota
(Pramono,S.Pd.)
15. Ketua MGMP Sejarah Kabupaten Pemalang Anggota
(Esa Nur Hidayat,S.Pd.)
TIM DOKUMENTASI
16. Kasi Kesenian pada Dinas Pendidikan dan Koordinator
Kebudayaan Kabupaten Pemalang
17. Pelaksana Bagian Hukum Setda Kabupaten Anggota
Pemalang (R. Bambang Murdiyoko,S.IP.)
18. Pelaksana pada Bappeda Kabupaten Pemalang Anggota
(Yunie Mastuti Handayani,S.Psi.)
19. Seniman (Daliwan) Anggota

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 28


NO. KEDUDUKAN DALAM INSTANSI KEDUDUKAN
DALAM TIM
TIM PUBLIKASI
20. Kasubag Bina Program pada Dinas Pendidikan Koordinator
dan Kebudayaan Kabupaten Pemalang
21. Pelaksana pada Dinas Komunikasi dan Anggota
Informatika (Akhmad Yusuf)
22. Unsur Pers / Media (Ruslan Nolowijoyo) Anggota
23. Unsur Pegiat Media Sosial (Yudi Kristianto) Anggota
TIM INPUT DATA
24. Kepala UPT Litbang Bappeda Kabupaten Koordinator
Pemalang
25. Seniman (Putri Nuurwulansari, S.Pd.) Anggota
26. Seniman (Irwan Susanto,S.Pd.) Anggota
27. Guru SMP N 3 Randudongkal (Aji Prasetyo, .Pd.) Anggota

II.6.2 Proses Pendataan

Dalam penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan


Daerah (PPKD) Kabupaten Pemalang, proses
pengumpulan data merupakan salah satu proses yang
penting dalam rangka mendapatkan data yang faktual.
Data yang faktual dapat menggambarkan keseluruhan
keadaan obyek pemajuan kebudayaan. Tim Survei telah
melaksanakan proses pendataan objek pemajuan
kebudayaan di Kabupaten Pemalang.

Proses pendataan dilakukan melalui survei lapangan


(field survey), terutama untuk data objek pemajuan
kebudayaan Ritus, Warisan Budaya Tak Benda (WBTB),
dan cagar budaya.

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 29


Proses identifikasi data juga memanfaatkan data
yang sudah ada (data sekunder) yang terdokumentasi
dalam dokumen hasil kajian dan tercatat dalam Sistem
Registrasi Nasional Cagar Budaya. Hal ini memudahkan
pengidentifikasian objek pemajuan kebudayaan yang ada
di Kabupaten Pemalang, karena dokumen hasil kajian
tersebut memuat data dan dokumentasi yang lengkap.
Selain itu, untuk mendapatkan informasi dan melengkapi
data yang ada, pada saat survei juga mendatangi
narasumber dari unsur budayawan, seniman dan
komunitas.

II.6.3 Proses Penyusunan Masalah dan Rekomendasi

Dalam proses perumusan masalah dan rekomendasi,


tim penyusun dan tim teknis melaksanakan rapat untuk
menganalisis permasalahan tiap-tiap objek pemajuan
kebudayaan dan cagar budaya. Selanjutnya dilaksanakan
Diskusi Terfokus yang melibatkan tim penyusun, tim
pendamping, akademisi, fasilitator dari Balai Pelestarian
Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, seniman, tokoh
masyarakat, budayawan, guru, pemerhati seni dan
budaya, serta perwakilan komunitas seni dan budaya.
Dalam proses Diskusi Terfokus tersebut dilakukan
analisa, diskusi dan pembahasan mengenai beberapa
permasalahan objek pemajuan kebudayaan sehingga
ditemukan beberapa masalah penting yang perlu
diprioritaskan dan mendapat rekomendasi untuk
selanjutnya diterjemahkan menjadi rencana kerja
pemajuan kebudayaan Kabupaten Pemalang.

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 30


II.6.4 Catatan Evaluasi atas Proses Penyusunan

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) Kabupaten


Pemalang merupakan landasan kebijakan pembangunan
untuk pemajuan kebudayaan Kabupaten Pemalang.
Dokumen PPKD yang telah ditetapkan tidak lepas dari
adanya kekurangan dan kendala yang dihadapi selama
proses penyusunan sehingga di masa yang akan datang
dimungkinkan adanya evaluasi.

Tahapan sosialisasi/lokakarya dari Pemerintah Pusat


tentang PPKD dan proses penyusunan PPKD yang
dilaksanakan pada pertengahan tahun anggaran menjadi
kendala tersendiri bagi Kabupaten Pemalang untuk
menganggarkan dana dari APBD guna penyusunan PPKD.
Di samping itu, koordinasi antara Pemerintah Kabupaten,
Propinsi dan Pusat masih belum maksimal.

Pembatasan target waktu penyusunan PPKD yang


singkat menyebabkan penggalian data dan permasalahan
kurang maksimal, sehingga masih ada data-data borang
objek pemajuan kebudayaan yang belum terinput ke
dalam aplikasi. Pada saat melaksanakan input data dan
pengambilan data dari aplikasi yang kemudian
dituangkan dalam dokumen juga mengalami banyak
kendala dikarenakan aplikasi belum siap. Faktor
keterbatasan sumber daya manusia yang ada dalam
penyusunan dokumen PPKD juga menjadi salah satu
kendala di Kabupaten Pemalang.

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 31


BAB III
LEMBAGA PENDIDIKAN BIDANG KEBUDAYAAN

III.1. Lembaga Pendidikan Menengah Bidang Kebudayaan

Di Kabupaten Pemalang belum ada lembaga


pendidikan menengah yang memiliki jurusan khusus di
bidang kebudayaan. Namun demikian, terdapat beberapa
lembaga pendidikan menengah umum dan kejuruan yang
memiliki jurusan yang berhubungan dengan kebudayaan
seperti ; jurusan bahasa, pariwisata, tata busana dan tata
boga. Lembaga pendidikan menengah tersebut antara lain
;
1. SMA Negeri 1 Pemalang ; bahasa
2. SMA Negeri 2 Pemalang ; bahasa
3. SMA Negeri 3 Pemalang ; bahasa
4. SMA Negeri 1 Comal ; bahasa
5. SMA Negeri 1 Randudongkal ; bahasan
6. SMA Negeri 1 Petarukan ; bahasa
7. SMK Negeri Petarukan ; Tata busana
8. SMK Negeri Ampelgading ; Tata busana
9. SMK Texmaco ; Tata busana
10. SMK Liberty Pemalang ; Pariwisata dan Perhotelan

III.2. Lembaga Pendidikan Tinggi Bidang Kebudayaan


Secara spesifik, belum ada lembaga pendidikan tinggi di
Kabupaten Pemalang yang memiliki jurusan khusus di bidang
kebudayaan atau sekolah/perguruan tinggi yang khusus di
bidang seni budaya.

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 32


BAB IV
DATA OBJEK PEMAJUAN KEBUDAYAAN

IV. Rekapitulasi Data Objek Pemajuan Kebudayaan Kabupaten


Pemalang

Menurut hasil input data 10 (sepuluh) objek pemajuan


kebudayaan dan cagar budaya telah diperoleh statistik borang
Kabupaten Pemalang yang tersaji pada grafik berikut :

Grafik 4.1
Statistik Borang Wilayah Kabupaten Pemalang
Sumber : Sistem APIK

Berdasarkan grafik 4.1, dari 11 (sebelas) Obyek


Pemajuan Kebudayaan (OPK), di Kabupaten Pemalang hanya
10 (sepuluh) OPK yang datanya sudah tersedia, yaitu bahasa,
adat istiadat, ritus, tradisi lisan, pengetahuan tradisional, seni,
permainan rakyat, olahraga tradisional dan cagar budaya.
Keseluruhan data yang berhasil di-input sebanyak 108 (seratus
delapan entri) yang terbagi sebagai berikut :

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 33


No. Data Objek Pemajuan Jumlah Data
Kebudayaan Diperoleh
1. Manuskrip 0

2. Bahasa 1

3. Adat Istiadat 5

4. Ritus 7

5. Tradisi Lisan 8

6. Pengetahuan 12
Tradisional
7. Teknologi Tradisional 5

8. Seni 11

9. Permainan Rakyat 14

10. Olahraga tradisional 4

11. Cagar budaya 41

Jumlah 108

Tabel 4.1 Rekap Input Data OPK Kabupaten Pemalang


Sumber : Sistem APIK

Jumlah 108 (seratus delapan) data yang terrekam dalam


sistem APIK tersebut tentunya masih sangat minim
dibandingkan dengan kondisi sebenarnya. Namun saat ini
dapat digunakan sebagai sample untuk mengidentifikasi
potensi objek pemajuan kebudayaan yang dimiliki di
Kabupaten Pemalang.

Selanjutnya hasil dari masing-masing Objek Pemajuan


Kebudayaan tersebut akan dijelaskan lebih rinci sebagai
berikut :

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 34


IV.1.1. Bahasa

Pemakaian bahasa tidak dapat dilepaskan dari


kehidupan manusia sehari – hari. Sebagai salah satu unsur
dalam Objek Pemajuan Kebudayaan, bahasa digunakan
sebagai salah satu media komunikasi untuk menyampaikan
ide, gagasan kepada orang lain. Secara umum, dalam
berkomunikasi masyarakat Pemalang sebagian besar
menggunakan bahasa Jawa. Namun demikian, faktor
geografis di Kabupaten Pemalang yang terbagi menjadi
wilayah pesisir dan pegunungan, sedikit banyak
mempengaruhi cara dan logat berbicara.

Dalam salah satu publikasi artikel yang ditulis oleh


Eva Ardiana Indrariani & Yuninda Feti Ningrum berjudul “
Kajian Kontrastif: Dialek Bahasa Jawa Pesisir Dan
Pegunungan Di Kabupaten Pemalang “ menyebutkan bahwa
meskipun secara geografis wilayah Pemalang terbagi menjadi
wilayah pesesir dan wilayah pegunungan, namun
keseluruhan tidak terjadi perbedaan dialek antara pesisir
dan pegunungan di Kabupaten Pemalang. Walaupun terjadi
perbedaan cara berbicara dan ada perbedaan makna. Hal
tersebut dapat diungkap dari pelbagai segi yaitu bunyi,
semantik, leksikal dan ungkapan.

Sedangkan menurut budayawan Pemalang, Drs.


Koestoro, secara garis besar Pemalang memiliki dialek khas
yang dikenal sebagai Dialek Majapahitan, Mataraman, dan
Dialek Tegalan/Banymasan (Ngapak). Akan tetapi ragam
jenis dialek tersebut belum dilakukan penelitian lebih lanjut,
sehingga banyak yang menganggap logat atau dialek
Pemalang menyerupai dengan Dialek Tegalan (ngapak).

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 35


Adapun hasil statistik Objek Pemajuan Kebudayaan
Bahasa tersaji pada tabel berikut :

Jumlah Objek Bahasa 1


Jumlah Lembaga 0
Jumlah Sarana dan Prasarana Sarana Masyarakat 0
Sarana Pemerintah 0
Jumlah Produk Hukum 0
Jumlah Permasalahan 1
Tabel 4.2 Statistik OPK Bahasa

Berdasarkan tabel 4.1, terdapat 1 (satu) objek bahasa


yang digunakan oleh masyarakat Kabupaten Pemalang yaitu
bahasa Jawa dan terdapat 1 (satu) permasalahan yang
dihadapi dalam pemajuan kebudayaan yaitu belum ada hasil
riset atau identifikasi terkait kondisi dialek bahasa khas
Pemalang.

Diagram OPK Bahasa Menurut Status Penggunaan

Diagram 4.3
Diagram OPK Bahasa Menurut Status Penggunaan

Menurut agregasi data yang ditampilkan dalam


Diagram 4.3 OPK Bahasa Menurut Status Penggunaan,
bahasa Jawa masih digunakan dalam kehidupan sehari-

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 36


hari. Dengan jumlah penduduk Kabupaten Pemalang
berjumlah 1.320.000 jiwa dan hampir sebagaian beretnis
Jawa, keberlangsungan penggunaan bahasa Jawa di
Kabupaten Pemalang masih dipertahankan.

Penggunaan bahasa jawa sebagai komunikasi lisan


setiap hari kamis juga diterapkan di berbagai organisasi
perangkat daerah sebagai implementasi dari Surat Edaran
Gubernur Jawa Tengah Nomor 430/9525 tertanggal 7
Oktober 2014, tentang penggunaan bahasa jawa untuk
komunikasi lisan. Melalui surat edaran ini diharapkan
Bahasa Jawa akan lebih membudaya dan bisa digunakan
masyarakat terutama di lingkungan lembaga pemerintahan
dan lembaga kemasyarakatan di Kabupaten Pemalang.

IV.1.2. Manuskrip

Statistik OPK Manuskrip tersaji pada tabel berikut :

Jumlah Objek Manuskrip 0


Jumlah Lembaga 0
Jumlah Sarana dan Prasarana Sarana Masyarakat 0
Sarana Pemerintah 0
Jumlah Produk Hukum 0
Jumlah Permasalahan 0
Tabel 4.4
Statistik OPK Manuskrip

Berdasarkan tabel 4.2, belum terdapat manuskrip yang


berhasil didata oleh tim survey.

IV.3. Adat Istiadat

Secara harfiah, Adat istiadat merupakan kebiasaan


yang didasarkan pada nilai tertentu dan dilakukan oleh

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 37


kelompok masyarakat secara terus-menerus dan diwariskan
pada generasi berikutnya. Adat istiadat bisa berupa tata
kelola lingkungan, tata cara penyelesaian sengketa
antarmasyarakat lokal, perkawinan/keluarga serta adat
daur hidup yang dimulai dari lahir hingga kematian.

Statistik Objek Pemajuan Kebudayaan Borang Adat


Istiadat tersaji pada tabel berikut :

Jumlah Objek Adat istiadat 5


Jumlah Lembaga 9
Jumlah Sarana dan Prasarana Sarana Masyarakat 14
Sarana Pemerintah 8
Jumlah Produk Hukum 0
Jumlah Permasalahan 5
Tabel 4.5 Statistik OPK Adat Istiadat

Berdasarkan tabel 4.5, terdapat 5 (lima) adat istiadat


yang berhasil didata oleh tim survey, yaitu baritan, manten
tebu, sawuran, sedekah bumi-Pemalang dan tetel-tetelan.

Grafik 4.6
OPK Adat-Istiadat Menurut Jenis

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 38


Menurut agregasi data yang terdapat dalam grafik 4.6,
jenis adat istiadat yang paling banyak di Kabupaten Pemalang
adalah yang terkait dengan pengantin.

Diagram 4.7
OPK Adat Istiadat Menurut Frekuensi Pelaksanaan

Menurut agregasi data sesuai diagram 4.7, adat


istiadat frekuensi pelaksanaannya sudah jarang dilakukan.

IV.4. Ritus

Objek Pemajuan Kebudayaan Ritus didefinisikan


sebagai tata cara pelaksanaan upacara atau kegiatan yang
didasarkan pada nilai tertentu oleh kelompok masyarakat
secara terus menerus dan diwariskan kepada generasi
berikutnya, antara lain berbagai perayaan, peringatan
kelahiran, upacara perkawinan, upacara kematian, dan ritual
kepercayaan berserta perlengkapannya.

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 39


Berdasarkan pada konteksnya, Ritus berkaitan dengan
komponen pelaku Ritus yaitu peran yang dimainkan setiap
orang yang berpartisipasi dalam suatu ritus. Sedangkan
dalam konteks adat istiadat, ritus dikaitkan dengan latar
belakang adat istiadat dari suatu ritus.

Dari sejumlah ritus yang ada berdasarkan hasil survei


sudah mulai jarang dilaksanakan dalam konteks masyarakat
global dewasa ini. Adapun gambaran frekuensi pelaksanaan
ritus tersebut, dapat dilihat pada diagram berikut:

Statistik Objek Pemajuan Kebudayaan Borang Ritus


tersaji pada tabel berikut :

Jumlah Objek Ritus 7


Jumlah Lembaga 12
Jumlah Sarana dan Prasarana Sarana Masyarakat 7
Sarana Pemerintah 2
Jumlah Produk Hukum 0
Jumlah Permasalahan 7
Tabel 4.8 Statistik OPK Ritus

Berdasarkan tabel 4.4, terdapat 7 (tujuh) ritus yang


berhasil didata oleh tim survey, yaitu jamasan pusaka,
baritan, brendung, guyangan, munggah molo, rabu pungkasan
dan sedekah bumi.

Diantara ritus yang didata, ritus dalam Brendung


memiliki ciri khas tersendiri. Kesenian ini hanya ada di
daerah Desa Sarwodadi, Kecamatan Comal. Sesuai dengan
objek Pemajuan Kebudayaan, Brendung dapat memenuhi 2
(dua) objek yaitu sebagai ritus dan seni. Dalam menjalankan
ritus brendung membutuhkan 4 hingga 6 wanita yang
berperan sebagai penyanyi dan seorang pemimpin sebagai
mlandang memainkan boneka sebagai perumpamaan bidadari
Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 40
dalam ritus tersebut. Ritus dimulai ketika mlandang
memasukan roh/makhluk halus yang dipanggil untuk masuk
ke dalam tubuh boneka. Dalam pelaksanaan prosesi juga
diiringi dengan nyanyian syair khusus untuk memanggil roh
dan tetabuhan alat musik berupa dua kendang yang ditutupi
kain. Para penyanyi turut membantu memegang tali boneka
bidadari di keempat sisi. Prosesi Brendung berhasil ketika
boneka bidadari tersebut mulai menari – nari dan tali yang
dipegang terasa menjadi berat.

Diagram 4.9
OPK Ritus Menurut Frekuensi Pelaksanaan

Menurut agregasi data sesuai diagram 4.9, frekuensi


pelaksanaan ritus masih sering dilakukan.

IV.5. Tradisi Lisan

Tradisi Lisan merupakan Objek Pemajuan


Kebudayaan berupa tuturan yang diwariskan secara turun-
temurun oleh masyarakat. Dalam Objek Pemajuan

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 41


Kebudayaan, berdasarkan sumbernya tradisi lisan terbagi
menjadi 6 (enam) yaitu :
1. Cerita rakyat : tradisi lisan yang bersumber dari cerita
dari zaman dahulu yang hidup di kalangan rakyat dan
diwariskan secara lisan
2. Epos : cerita kepahlawanan; syair panjang yang
menceritakan riwayat perjuangan seorang pahlawan;
wiracarita ;
3. Mitos : cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan
zaman dahulu, mengandung penafsiran tentang asal-
usul semesta alam, manusia, dan bangsa tsb,
mengandung arti mendalam yang diungkapkan dengan
cara gaib ;
4. Pantun : bentuk puisi Indonesia (Melayu), tiap bait
(kuplet) biasanya terdiri atas empat baris yang bersajak
(a-b-a-b), tiap larik biasanya terdiri atas empat kata,
baris pertama dan baris kedua biasanya untuk
tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat
merupakan isi ;
5. Rapalan : tuturan yang secara tradisional dianggap
bertuah tuturan yang secara tradisional dianggap
bertuah ;
6. Sejarah lisan : Narasi mengenai asal usul peristiwa atau
situasi sejarah yang ditransmisikan secara lisan dan
didapatkan dari masyarakat
sedangkan penutur adalah orang yang piawi menceritakan
tradisi lisan.

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 42


Statistik Objek Pemajuan Kebudayaan untuk Borang
Tradisi Lisan tersaji pada tabel berikut :

Jumlah Objek Tradisi Lisan 7


Jumlah Lembaga 10
Jumlah Sarana dan Prasarana Sarana Masyarakat 0
Sarana Pemerintah 10
Jumlah Produk Hukum 0
Jumlah Permasalahan 7
Tabel 4.10
Statistik OPK Tradisi Lisan

Berdasarkan tabel 4.10, terdapat 7 (tujuh) tradisi lisan


yang berhasil didata oleh tim survey, yaitu Legenda Kali Jati,
Asal Mula Dukuh Panggang, Asal Mula Nama Dukuh Samong,
Asal Usul Desa Nama Desa Paduraksa, Asal Usul Nama Desa
Penggarit, Legenda Asal Mula Nama Desa Rowosari dan
Legenda Widuri. Ketujuh tradisi lisan tersebut digolongkan
sebagai cerita rakyat.

Pada umumnya, hampir sebagian besar wilayah desa


ataupun tempat di Kabupaten Pemalang memiliki cerita
masing – masing baik mengenai cerita rakyat hingga sejarah
perjuangan. Terkait tradisi lisan tentang sejarah perjuangan
dibuktikan dengan banyaknya pembangunan tugu ataupun
monumen perjuangan. Namun sayangnya, para penutur
tersebut sudah mulai berkurang dan cerita tersebut belum
bisa terdokumentasi dengan baik.

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 43


Grafik 4.11 OPK Tradisi Lisan Menurut Jenis

Menurut agregasi data yang terdapat dalam grafik


4.11, jenis tradisi lisan yang paling banyak di Kabupaten
Pemalang adalah asal usul.

Grafik 4.12
OPK Tradisi Lisan Menurut Media Penyajian

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 44


Berdasarkan grafik 4.12, media penyajian yang paling
banyak digunakan oleh tradisi lisan adalah lewat bercerita
langsung.

Diagram 4.13
OPK Tradisi Lisan Menurut Frekuensi Pelaksanaan

Menurut agregasi data sesuai diagram 4.13,


frekuensi pelaksanaan tradisi lisan sudah jarang dilakukan.

IV.6. Pengetahuan Tradisional

Pengetahuan Tradisional adalah Objek Pemajuan


Kebudayaan berupa seluruh ide dan gagasan dalam
masyarakat, yang mengandung nilai-nilai setempat sebagai
hasil pengalaman nyata dalam berinteraksi dengan
lingkungan, dikembangkan secara terus-menerus, dan
diwariskan pada generasi berikutnya.

Sumber pengetahuan tradisional dapat berupa :


1. Metode Penyehatan : pengetahuan tentang cara
meningkatkan kesehatan yang diwariskan secara

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 45


turun–temurun, baik itu mengobati penyakit atau
meningkatkan daya tahan tubuh ;
2. Metode Penyikapan terhadap alam : Pengetahuan tentang
cara menyikapi alam yang diwariskan secara turun
temurun, antara lain melalui larangan / pamali, aturan
adat, dan lain – lain ;
3. Obat – obatan : Pengetahuan yang diwariskan secara
turun temurun mengenai substansi yang menghasilkan
perubahan fisiologis pada tubuh ;
Sedangkan pelaku merupakan orang yang mempraktikan
pengetahuan tradisional.

Statistik Objek Pemajuan Kebudayaan Borang


Pengetahuan Tradisional tersaji pada tabel berikut :

Jumlah Objek Pengetahuan Tradisional 12


Jumlah Lembaga 33
Jumlah Sarana dan Prasarana Sarana Masyarakat 27
Sarana Pemerintah 13
Jumlah Produk Hukum 0
Jumlah Permasalahan 17

Tabel 4.14
Statistik OPK Pengetahuan Tradisional

Berdasarkan tabel 4.14, terdapat 12 (dua belas)


pengetahuan tradisional yang berhasil didata oleh tim
survey, yaitu Batik Pemalang, Garengan/Gajulan – Adat
Pengantin Pemalangan, Kamir Pemalang, Kerajinan Kulit
Ular, Nasi Grombyang, Pembuatan Apem Wanarata,
Pengasapan Ikan Panggang, Pengobatan Kecombrang, Ragi
Lengkuas, Rias Pengantin Sintren Pemalangan, Sate Loso
dan Tenun Sarung Goyor.

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 46


Grafik 4.13
OPK Pengetahuan Tradisional Menurut Jenis

Menurut agregasi data yang terdapat dalam grafik


4.13, jenis pengetahuan tradisional yang paling banyak di
Kabupaten Pemalang adalah makanan tradisional.

Diagram 4.14
OPK Pengetahuan Tradisional Menurut Frekuensi Pelaksanaan

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 47


Menurut agregasi data sesuai diagram 4.14, frekuensi
pelaksanaan pengetahuan tradisioanal masih sering
dilakukan.

IV.7. Teknologi Tradisional

Teknologi tradisional dapat diartikan sebagai Objek


Pemajuan Kebudayaan berupa keseluruhan sarana untuk
menyediakan barang-barang atau cara yang diperlukan bagi
kelangsungan atau kenyamanan hidup manusia dalam
bentuk produk, kemahiran, dan keterampilan masyarakat
sebagai hasil pengalaman nyata dalam berinteraksi dengan
lingkungan, dikembangkan secara terus-menerus dan
diwariskan pada generasi berikutnya.

Unsur teknologi tradisional antara lain meliputi :


1. Ahli Pembuat : Orang yang dapat menghasilkan suatu
artifak berdasarkan teknologi tradisional ;
2. Ahi Pemelihara : Orang yang dapat melakukan
pemeliharaan terhadap suatu artifak yang dihasilkan
berdasarkan teknologi tradisional ;
3. Ahli Transportasi : Sarana untuk berpindah tempat yang
diciptakan dengan teknologi tradisional ;
4. Arsitektur : Rancang bangun yang diciptakan dengan
teknologi tradisional ;
5. Bahan Baku : Material yang digunakan untuk
menghasilkan suatu artifak berdasarkan teknologi
tradisional ;
6. Perkakas : Sarana untuk memproduksi sesuatu yang
diciptakan dengan teknologi tradisional ;

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 48


7. Senjata : Sarana untuk menyerang dan/atau bertahan
yang diciptakan dengan teknologi tradisional ;
8. Sistem Irigasi : Tata cara pengairan yang diciptakan
dengan teknologi tradisional
9. Pengguna : Orang yang menggunakan suatu artifak yang
dihasilkan berdasarkan teknologi tradisional

Statistik Objek Pemajuan Kebudayaan Borang


Teknologi Tradisional tersaji pada tabel berikut :

Jumlah Objek Teknologi Tradisional 5


Jumlah Lembaga 1
Jumlah Sarana dan Prasarana Sarana Masyarakat 2
Sarana Pemerintah 0
Jumlah Produk Hukum 0
Jumlah Permasalahan 4
Tabel 4.15 Statistik OPK Teknologi Tradisional

Berdasarkan tabel 4.15, terdapat 5 (lima) teknologi

tradisional yang berhasil didata oleh tim survey, yaitu Batik

Pemalang, Besalen, pembuatan gerabah, pembuatan perahu

kayu, dan pembuatan sarung goyor.

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 49


Grafik 4.16 OPK Teknologi Tradisional Menurut Jenis
Berdasarkan grafik 4.16, jenis teknologi tradisional
paling banyak terkait alat pembuatan gerabah, membuat
kain tenun dan pembuatan kapal.

Diagram 4.17 OPK Teknologi Tradisional Menurut Frekuensi Pelaksanaan

Menurut agregasi data sesuai diagram 4.17, frekuensi


pelaksanaan teknologi tradisional masih sering dilakukan.

IV.8. Seni

Dalam Objek Pemajuan Kebudayaan, Seni


didefinisikan sebagai ekspresi artistik individu, kolektif, atau
komunal, yang berbasis warisan budaya maupun berbasis
kreativitas penciptaan baru, yang terwujud dalam berbagai
bentuk kegiatan dan/atau medium, antara lain seni
pertunjukan, seni rupa, seni sastra, film, seni musik, dan
seni media.

Adapun jenis seni yang digolongkan dalam objek


pemajuan kebudayaan antara lain meliputi :

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 50


1. Seni Film : Cabang kesenian yang dicirikan oleh
gambar bergerak
2. Seni Media : Cabang kesenian yang dicirikan oleh
pemanfaatan media audio, audio-visual dan digital
3. Seni Musik, Cabang kesenian yang dicirikan oleh
komposisi bunyi dan suara
4. Seni Rupa : Cabang kesenian yang dicirikan oleh
komposisi rupa antara lain lukisan, patung dan
instalasi ;
5. Seni Sastra : Cabang kesenian yang meliputi antara
lain prosa dan puisi ;
6. Seni Tari : Cabang kesenian yang dicirikan oleh
komposisi gerak tubuh ;

Pelaku seni didefinisikan sebagai orang yang menghasilkan


karya seni, sedangkan masyarakat pendukung yaitu orang
yang membantu menghasilkan karya seni.

Berdasarkan hasil input data Seni, belum semua jenis


seni yang ada di Kabupaten Pemalang terwakili sesuai
dengan jenis seni sebagaimana tertera di atas. Adapun hasil
statsistik Objek Pemajuan Kebudayaan tersaji pada tabel
berikut :

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 51


Jumlah Objek Seni 11
Jumlah Lembaga 16
Jumlah Sarana dan Prasarana Sarana Masyarakat 14
Sarana Pemerintah 20
Jumlah Produk Hukum 0
Jumlah Permasalahan 13
Tabel 4.18 Statistik OPK Seni

Berdasarkan tabel 4.18, terdapat 11 (sebelas) seni yang


berhasil didata oleh tim survey, yaitu Bolo Boso, Krangkeng,
Kuntulan-Pemalang, Seni Brendung, Seni Calung Tradisional,
Sintren-Pemalang, Tari Denok Widuri, Tari Roro Resik, Tari
Selendang Pemalang, Terbang Kencer dan Wayang Purnodan
Tayuban.

Menurut sumber https://budayajawa.id/kesenian-


krangkeng-pemalang/Kesenian menyebutkan bahwa kesenian
Krangkeng telah dikenal masyarakat Pemalang sejak tiga
abad lalu. Dikisahkan bahwa kemuculannya berasal dari
peristiwa antara Batavia oleh laskar Mataram. Pemalang yang
saat itu termasuk dalam wilayah Mataram membantu laskar
Sultan Agung dengan mengirim prajurit-prajurit terbaiknya.
Cara menghasilkan prajurit tangguh saat itu ialah melatih
para pemuda dengan ilmu kanuragan dan olah keprajuritan.
Caranya setiap latihan olah kanuragan selalu diiringi musik
atau tetabuhan.

Kegiatan latihan olah kanuragan dengan iringan musik


masih berlangsung, meskipun pemainnya sudah jarang.
Materi yang ditampilkan kian berkembang dan diperkaya
berbagai jenis ketangkasan lainnya seperti atraksi kekebalan
tubuh dan ketrampilan akrobatik. Olah kanuragan kini telah

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 52


beralih fungsi menjadi sebuah kegiatan kesenian dan
tontonan yang menarik dan melahirkan kesenian Krangkeng.
Seni Kunthulan mulai dikenal di Pemalang sekitar awal
abad 20, ditandai dengan bentuk perjuangan kebangsaan
yang melibatkan tokoh-tokoh masyarakat Pemalang dalam
memperjuangkan kemerdekaan. Kala itu, para tokoh
masyrakat membentuk perkumpulan bela diri khususnya
pencak silat, yang diiringi dengan rebana dan pukulan bedug
serta shalawat sehingga memberi kesan kepada musuh
sebagai gerakan tarian (kesenian) atau keagamaan. Pasca
kemerdekaan, kegiatan tersebut kemudian dikenal dengan
nama Kunthulan yang kemudian dikenalkan sebagai salah
satu bagian kesenian di Kabupaten Pemalang.

Grafik 4.19 OPK Seni Menurut Cabang Seni

Merujuk pada grafik 4.19, seni tari merupakan cabang


seni tari mempunyai karya terbanyak yang berhasil didata.

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 53


IV.9. Permainan Rakyat

Permainan Rakyat dalam Objek Pemajuan


Kebudayaan dimaknai sebagai berbagai permainan yang
didasarkan pada nilai tertentu dan dilakukan oleh kelompok
masyarakat secara terus-menerus, dan diwariskan pada
generasi berikutnya yang bertujuan untuk menghibur diri.
Contoh permainan rakyat antara lain permainan kelereng,
congklak, gasing, dan gobak sodor.
Dalam permainan rakyat, terdiri dari 2 (dua) unsur
yang berperan yaitu :
1. Orang yang memainkan, diartikan sebagai jumlah orang
yang memainkan permainan rakyat di suatu wilayah
tertentu ;
2. Perlengkapan Permainan Rakyat yaitu barang yang
diperlukan bagi berjalannya permainan rakyat.

Jumlah Objek Permainan Rakyat 14


Jumlah Lembaga 0
Jumlah Sarana dan Prasarana Sarana Masyarakat 0
Sarana Pemerintah 0
Jumlah Produk Hukum 0
Jumlah Permasalahan 3
Tabel 4.20 Statistik OPK Permainan Rakyat

Berdasarkan tabel 4.20 terdapat 14 (empat belas)


permainan rakyat yang berhasil didata oleh tim survey antara
lain :

1. Bola bekel, Permainan bola bekel sudah ada di zaman


dahulu, tetapi di era milenium baru ramai dimainkan oleh
anak-anak. Cara memainkannya butuh keahlian dan harus
dicoba beberapa kali hingga lancar.

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 54


Dalam permainan bola bekel, ada perlengkapan yang perlu
disiapkan untuk memainkannya, yang pertama bola bekel
dengan ukuran bola kecil hingga bola dengan ukuran seperti
bola tenis. Biasanya di dalam bola diisi air. Selain bola juga
digunakan enam biji yang disebut bekel, bisa terbuat dari
logam, batu ataupun biji-bijian yang diberi tanda.
Permainan ini ada beberapa langkah, mulai dari step
mengambil satu biji bekel sampai enam bekel.

2. Dam – daman, Permainan dam – daman di Pemalang juga


dikenal dengan nama lain yaitu Mul – mulan. Cara permaian
ini golnya adalah membuat salah satu atau semua bidak
kita (10 buah) mencapai DAM (titik pojok area lawan). Jika
bidak mencapai titik pojok area lawan, maka ia dapat bebas
bergerak satu, dua, atau empat lompatan guna melompati
bidak lawan sehingga jumlah bidak lawan berkurang dan
sampai habis. Bidak yang belum mencapai titik pojok hanya
bisa bergerak satu lompatan. Strategi permainan ini
terkadang memerlukan “pengorbanan” untuk mencapai titik
pojok area lawan.

3. Endog – endogan, Permainan yang dilakukan oleh beberapa


anak ini tidak menggunakan alat apapun, hanya
menggunakan kepalan tangan yang ditumpuk-tumpuk
dengan yang lain. Selain di Pemalang, permainan ini
ternyata juga mudah dijumpai di Jawa Barat.

4. Gobag Sodor, Nama lain dari permainan ini juga disebut


benteng sodor atau gobak sodor, karena ada beberapa
kelompok yang menjaga benteng mereka. Satu kelompok
terdiri dari minimal 2 orang. Dimulai dari hompimpa dan
dilihat mana yang menjadi pemenang. Setelah hompimpa
selesai, maka yang menjadi pemenang boleh memulai
Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 55
duluan, lari dan mengejar ke arah benteng lawan. Tapi
permainan ini harus cepat larinya, jika tidak cepat akan
kena lawan. Perlengkapan yang dibutuhkan seprti kapur
atau cat sebagai media untuk membuat peta / jalur pemain
5. Jamuaran, permainan jamuaran diawali dengan
“hompimpah”. Anak-anak yang menang kemudian akan
membentuk sebuah lingkaran kecil sambil menyanyikan
sebuah lagu. Sementara satu anak yang kalah akan berdiri
di tengah-tengah lingkaran. Permainan jamuran bukan
hanya terdapat di Pemalang namun juga hampir di seluruh
wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta.
6. Glatik / Gatik, permainan dilakukan oleh dua kelompok dan
satu kelompok terdiri dari minimal dua orang. Alat-alat yang
dibutuhkan untuk memainkan permainan ini ada dua
potongan bambu, yang pertama bambu dengan ukuran kecil
dan satunya lagi berukuran 20 - 30 cm. Setelah itu bambu
yang besar diletakkan diantara dua batu lalu dipukul
dengan bambu yang kecil. Jika ada pemain yang tidak bisa
memukul bambu dengan benar maka akan mendapatkan
hukuman. Biasanya hukumannya menggendong yang kalah.
7. Oglong/Jangkar, permainan oglong/jangkar menggunakan
alat pecahan genting ataupun uang koin. Para pemain
diharusnya lompat dari kotak satu ke kotak lainnya tanpa
boleh menyentuh garis yang sudah dibuat. Biasanya garis
yang dibuat menyerupai rumah lengkap dengan tangga.
Permainan ini sangat butuh keseimbangan. Karena apabila
pemain jatuh dan kaki satunya menyentuh tanah, maka
pemain dianggap kalah.
8. Lompat tali, Permainan Lompat tali menggunakan karet atau
tali tambang. Kita bisa membuat tali sendiri dari karet
gelang dengan cara menyambungkan satu persatu karet

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 56


hingga panjang dan setelah itu diikat ujungnya hingga bisa
digunakan untuk memainkan lompat tali. Permainan ini
bisa dilakukan dua orang hingga lebih dari sepuluh. Ada
dua orang yang memegang tali agar tidak putus.

Tapi jika tidak ingin memegang tali maka kita bisa


mengikatkan tali dengan pohon atau apapun yang bisa
untuk memegang tali ataupun karet. Cara bermainnya
dimulai dari tali di letakkan paling bawah lalu kita
melompat. Jika tidak bisa melompat maka kita harus
menunggu giliran terakhir dan mengulang lompatan dari
awal. Setelah itu tali diarahkan sampai atas kepala, dan kita
harus melompat diatas tali. Yang menang boleh menyuruh
yang kalah untuk melakukan apa saja tetapi tidak boleh
yang berat dan aneh-aneh. (sumber referensi:
http://porosbumi.com/permainan-tradisional/)

9. Macan – macanan, permainan ini disebut “macan-macanan”


karena diasumsikan bidak yang besar dipegang oleh lawan
adalah sebagai macan/harimau yang siap memangsa
pasukan. Jumlah pasukan yang siap di tempat pada awal
permainan adalah 9 (sembilan) orang. Sedangkan yang
menunggu/siap menempati posisi lain sebanyak 12 orang
(total 21 orang). Golnya adalah bagaimana menggiring
“macan” agar tidak punya titik untuk bergerak. Artinya,
bagaimana pasukan-pasukan tersebut dapat menggiring
“macan” bisa ke kandangnya (bentuk segitiga) atau ke titik-
titik lain.

Si “macan” bisa memangsa satu atau tiga sekaligus pasukan


yang berada di depannya jika tidak ada pasukan lain yang
melindungi di belakangnya. Akan tetapi, si “macan” tidak

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 57


bisa melompati dua pasukan di depannya. Sebagai catatan,
dalam permainan ini diperlukan minimal 10-12 orang
pasukan untuk menggiring “macan”. Artinya, jika dari 21
orang sudah termangsa 12 orang oleh “macan”, maka si
“macan” dinyatakan menang
(https://ngromedpemalang.wordpress.com/2015/01/02/mat
inya-dolanan-masa-kecil-kami-dam-daman-dan-macan-
macanan/).
10. Nekeran, nama lain permaianan ini biasa juga disebut in-
inan. Ada banyak jenis permainan in-inan. Antara lain kita
diharuskan mengenai kelereng lawan dengan menjetikkan
kelereng kita agar kelereng lawan jauh dari sasaran.
Sasaran yang digunakan biasanya batu atau sebuah
lubang. Bagi yang kalah, kelereng tersebut akan menjadi
hak milik si pemenang.
11. Panggalan/Gasing, Permainan gasing adalah permainan
zaman kuno yang masih ada hingga saat ini. Bentuknya
seperti bola yang ditengahnya terdapat tali yang dililitkan
dan diikat pusatnya. Jika tali dilempar dengan benar maka
gasing akan memutar seimbang. Permainan ini tidak sulit
namun butuh kekuatan untuk melemparnya, karena jika
ragu untuk melempar maka gasing bisa cepat jatuh.
12. Patahan / Platokan, permainan ini menggunakan batu
pipih dengan ukuran sekitar selebar telapak tangan. Batu
yang biasa digunakan adalah batu kali, batu yang cukup
keras. Permainan ini dimainkan minimal oleh 2 (dua)
orang.
Cara permainannya adalah salah satu batu diletakan di
atas tanah dalam posisi berdiri. Pada jarak yang sudah
ditentukan, lawan harus berusaha menjatuhkan batu

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 58


tersebut. Caranya adalah bisa dilontar dengan tangan
ataupun dengan kaki.
13. Semprengan, Permainan ini hampir mirip dengan lompat
tali, namun bedanya adalah harus ada partner untuk
bermain. Minimal permainan ini membutuhkan 3 (tiga)
orang pemain. Alat yang digunakan adalah karet gelang
yang disusun menjadi panjang seperti tali. Disetiap
ujungnya dipegang oleh pemain lain.

Karet tersebut direntangkan dan pemain lain diharuskan


melewati karet tersebut. Mula-mulanya, karet direntangkan
dengan tinggi satu kilan / jengkal. Kemudian setinggi lutut
dan pusar. Pada tahap ini, kita diharuskan melewati karet
ini tanpa boleh menyentuhnya. Jadi kita harus
melompatinya. Setelah setinggi lengan, telinga, kepala, dan
tangan yang bentangkan ke atas (biasanya disebut
“merdeka”) kita boleh meraihnya menggunakan tangan
dan kemudian melompatinya.

Ada hal menarik ketika masuk ke level “merdeka”, biasanya


ada beberapa pemain yang menggunakan salto / kayang
untuk melewatinya. Apabila gagal dalam satu level, maka
pemain yang gagal tersebut bergantian untuk memegang
karetnya.

14. Bentengan, Bentengan adalah permainan yang dimainkan


oleh dua grup, masing-masing terdiri dari 4 sampai dengan
8 orang. Masing-masing grup memilih suatu tempat
sebagai markas, biasanya sebuah tiang, batu atau pilar
sebagai ‘benteng’. Tidak Cuma di pemalang, Permainan
benteng ini juga bisa dijumpai di daerah lain, di daerah
Jawa Barat biasa disebut dengan rerebonan.

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 59


Berdasarkan ragam permainan rakyat di atas,
frekuensi permainan masih ditemukan di Kabupaten
Pemalang terutama di daerah pinggiran kota maupun di desa.

Diagram 4.21
OPK Permainan Rakyat Menurut Frekuensi Pelaksanaan

IV.10. Olah Raga Tradisional

Yang dimaksud Olahraga Tradisional dalam Objek


Pemajuan Kebudayaan yaitu berbagai aktivitas fisik
dan/atau mental yang bertujuan untuk menyehatkan diri,
peningkatan daya tahan tubuh, didasarkan pada nilai
tertentu, dilakukan oleh kelompok masyarakat secara
terus-menerus, dan diwariskan pada generasi berikutnya,
antara lain, bela diri, pasola, lompat batu, dan debus.

Dalam olahraga tradisonal terdapat 2 (dua) unsur


yang memerankan objek tersebut yaitu :
a. Orang yang memainkan, yaitu jumlah orang yang
memainkan olahraga tradisional di suatu wilayah
tertentu ;

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 60


b. Perlengkapan olahraga tradisional, yaitu barang yang
diperlukan bagi berjalannya olahraga tradisional

Statistik Objek Pemajuan Kebudayaan Olah Raga

Tradisional tersaji pada tabel berikut :

Jumlah Objek Olahraga Tradisional 4


Jumlah Lembaga 0
Jumlah Sarana dan Sarana Masyarakat 0
Prasarana Sarana Pemerintah 0
Jumlah Produk Hukum 0
Jumlah Permasalahan 2
Tabel 4.22 Statistik OPK Olah Raga Tradisional

Berdasarkan tabel 4.22, terdapat 4 (empat) olah


raga tradisional yang berhasil didata oleh tim survey, yaitu
gobak sodor, jiglong, pencak silat dan platokan. Dari
keempat olahraga tradisional yang didata, 2 (dua) jenis
olahraga juga bagian dari OPK Permainan Rakyat yaitu
gobag sodor dan platokan.

Olahraga tradisional Jiglong merupakan olahraga


yang bentuk memainkannnya dengan cara memanjat
bambu atau kayu yang sudah di desain untuk bisa dipijak
dan dibuat untuk berjalan. Bambu atau kayu dibuat
pijakan kaki kira-kira seperempat ketinggikan bambu atau
kayu.

Adapun pencak silat merupakan suatu seni bela diri


tradisional yang berasal dari Kepulauan Melayu. Istilah
silat dikenal secara luas di Asia Tenggara, akan tetapi
khusus di Indonesia istilah yang digunakan adalah pencak
silat. Istilah ini digunakan sejak 1948 untuk
mempersatukan berbagai aliran seni bela diri tradisional

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 61


yang berkembang di Indonesia. Nama "pencak" digunakan
di Jawa, sedangkan "silat" digunakan di Sumatera,
Semenanjung Malaya dan Kalimantan. Dalam
perkembangannya kini istilah "pencak" lebih
mengedepankan unsur seni dan penampilan keindahan
gerakan

Menurut data statistik dalam tabel 4.22, terdapat 2

(dua) permasalahan yang menjadi kendala dalam pemajuan

kebudayaan olah raga tradisional, yaitu minimnya tempat

pelaksanaan olah raga tradisional dan olah raga tradisional

sedikit membahayakan pemainnya.

Diagram 4.23 OPK Olahraga Tradisional Menurut Frekuensi Pelaksanaan

Adapaun berdasarkan frekuensi pelaksanaan,


agregasi data sesuai diagram 4.23, frekuensi pelaksanaan
olahraga tradisional masih sering dilakukan.

IV.11. Cagar Budaya

Objek Pemajuan Kebudayaan Cagar Budaya


menurut Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2011
Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 62
didefinisikan sebagai warisan budaya bersifat kebendaan
berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya,
Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan
Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu
dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting
bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,
dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.

Statistik OPK Cagar Budaya tersaji pada tabel

berikut :

Jumlah Objek Cagar Budaya 41


Jumlah Lembaga 0
Jumlah Sarana dan Prasarana Sarana Masyarakat 0
Sarana Pemerintah 0
Jumlah Produk Hukum 0
Jumlah Permasalahan 0
Tabel 4.24 Statistik OPK Cagar Budaya

Berdasarkan tabel 4.24, terdapat 41 (empat puluh


satu) cagar budaya yang berhasil didata oleh tim survey,
yaitu :

No. OPK Cagar Budaya


1. Rumah Dinas PG Petarukan
2. situs Watu Tumpeng
3. SMAN 3 Pemalang
4. Kantor Dinas Perikanan
5. Pegadaian Pemalang
6. Gedung BKD

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 63


7. Situs Plawangan
8. Rumah Keluarga Damiri Aziz
9. Goa Jepang
10. Rumah Keluarga Bupati Notonegoro
11. SMK Al Falah
12. GKJ Moga
13. Klenteng Tjeng Bio
14. Pos Penjagaan kebun kakao
15. Tugu Perjuangan Desa Wisnu
16. Tugu Semingkir
17. Tugu Luk Pitu
18. Stasiun Kereta api Pemalang
19. Stasiun Kereta Api Comal
20. Bendungan Sungapan
21. Pegadaian Comal
22. Rumah Indis di Ulujami
23. Pendopo dan Rumah Dinas Camat Moga
24. Piring keramik
25. Stasiun Kereta api Petarukan
26. kompleks makam Yudhanegara
27. Watu Lumpang Desa Cikendung
28. Batu Lumpang Perigi
29. Tugu Kemerdekaan Pulosari
30. Kayu Canggal, Batu
31. Batu Santri Mujul
32. Kompleks Makam Pangeran Maoneng
33. Prasasti Batu Tapak Kaki
34. Watu Tugu
35. Watu Gentong
36. Watu Masjid
37. Gunung Jimat

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 64


38. Pendopo Kemantren Warungpring
39 Makam Kyai Makmur
40. Makam Belanda
41. Tai Besi/Ampas Besi.

Tabel 4.25 Rekap Data Cagar Budaya Kabupaten Pemalang

Jumlah OPK cagar budaya tersebut belum


seluruhnya terdata karena minimnya waktu dan tenaga
input data. Berdasarkan data yang di dalam Sistem
Registrasi Nasional Cagar Budaya, Kabupaten Pemalang
telah tercatat sekitar 80 (delapan puluh) cagar budaya

Berdasarkan Grafik OPK Cagar Budaya Menurut


Tahun dan Peringkat Penetapan terbanyak pada tahun
2016. Tahun tersebut merupakan tahun pendataan /
registrasi cagar budaya. Namun demikian, bila yang
dimaksud dengan penetapan dengan SK Bupati / Kepala
Daerah, maka Cagar Budaya di Kabupaten Pemalang
belum ada yang ditetapkan.

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 65


Grafik 4.26
OPK Cagar Budaya Menurut Tahun dan Peringkat Penetapan

Diagram OPK Menurut Kondisi Faktual

Diagram 4.27
OPK Cagar Budaya Menurut Kondisi Aktual

Berdasarkan diagram 4.27, kondisi aktual cagar budaya yang


ada sebagian besar masih dalam kondisi terawat dan baik.

No. Warna Kondisi Presentase


(%)
1. Terawat dan Utuh 46%
2. Terawat dan Tidak Utuh 12%
3. Tidak Terawat dan Tidak Utuh 10%
4. Tidak Terawat dan Utuh 10%
5. Terawat 7%
6. Tidak Terawat 7%
7. Rapuh 5%

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 66


BAB V
DATA SUMBER DAYA MANUSIA KEBUDAYAAN
DAN LEMBAGA KEBUDAYAAN

V.1 Bahasa

Grafik V.1 Grafik Jumlah Lembaha Menurut OPK Bahasa

Menurut agregasi data yang didapat dalam grafik di


atas tidak terdapat lembaga dalam objek pemajuan
kebudayaan bahasa di Kabupaten Pemalang.

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 67


V.2 Manuskrip

Grafik V.2 Grafik Pengakses OPK Menurut Manuskrip

Menurut agregasi data yang grafik di atas, belum ada


data manukrip yang dapat diakses baik jumlah pengakses
maupun pembaca manuskrip.

Grafik V.3 Grafik Jumlah Lembaga Menurut OPK Manuskrip

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 68


Berdasarkan jumlah lembaga dari Grafik OPK
Manuskrip, belum ada lembaga yang dimiliki oleh Pemerintah
Kabupaten Pemalang dalam pelestarian manuskrip

V.3. Adat Istiadat

Grafik V.4. Grafik OPK Adat Istiadat Menurut Etnis

Menurut agregasi data yang didapat dalam grafik di


atas, etnis pelaku obyek pemajuan kebudayaan adat istiadat
di Kabupaten Pemalang didominasi oleh etnis Jawa.

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 69


Grafik V.5 Grafik Jumlah Lembaga Menurut OPK Adat Istiadat
Adapun berdasarkan jumlah lembaga menurut grafik di
atas, terdapat 9 (sembilan) lembaga berupa sanggar seni,
paguyuban seni, koperasi nelayan, pabrik gula dan organsasi
perias HARPI – Pemalang dalam mendukung objek pemajuan
kebudayaan adat istiadat.

V.4. Tradisi Lisan

Grafik V.6 Grafik OPK Tradisi Lisan Menurut Etnis

Pada grafik OPK Tradisi Lisan Menurut Etnis di atas


Obyek Pemajuan Kebudayaan menunjukkan bahwa hampir
sebagian besar penutur tradisi lisan adalah etnis jawa.

Grafik V.7 Grafik Jumlah Penutur Menurut OPK Tradisi Lisan

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 70


Adapun pada grafik V.7, jumlah penutur OPK Tradisi
Lisan sesuai cerita rakyat yang dituturkan berkisar ± 0 hingga
50.000 penutur. Hal tersebut masih memungkinkan mengingat
di lembaga pendidikan (sekolah) siswa mendapat materi
pelajaran untuk mengangkat legenda/asal usul cerita rakyat di
daerahnya. Selanjutnya, di beberapa desa di Kabupaten
Pemalang mulai saat ini juga mulai menggali kebudayaan lokal
mengenai asal usul wilayah sebagai identitas sehingga
memungkinkan adanya penuturan tradisi lisan untuk generasi
muda.

Grafik V.8 Grafik Jumlah Lembaga Menurut OPK Tradisi Lisan

Secara kelembagaan, dalam OPK Tradisi Lisan didukung


oleh 2 (dua) lembaga yaitu lembaga pendidikan (sekolah) baik
di tingkat dasar maupun menengan dan sanggar seni.

Selanjutnya, dari hasil rekap data OPK Tradisi Lisan


terdapat 7 (tujuh) permasalahan yang dihadapi dalam
pemajuan kebudayaan tradisi lisan berupa ketidaktahuan
masyarakat, berkurangnya tradisi lisan akibat pengaruh
teknologi, degradasi pengetahuan mengenai nilai yang
terkandung dalam tradisi lisan.

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 71


V.5 Ritus

Menurut data OPK Ritus yang dimiliki Kabupaten


Pemalang menunjukkan bahwa etnis jawa merupakan pelaku
ritus terbanyak sebagaimana tergambar dalam Grafik V.9.

Grafik V.9 Grafik OPK Ritus Menurut Etnis

Berdasarkan jumlah lembaga pendukung, OPK


masing – masing Ritus berbeda, tergantung pada jenis ritus
yang dilakukan. Berdasarkan pada grafik V.10 Di Kabupaten
Pemalang, Ritus Baritan memiliki jumlah lembaga pendukung
OPK terbanyak yaitu Tempat Pelelangan Ikan (TPI), sanggar
seni, pemerintah desa dan Karang Taruna. Selanjutnya Ritus
Jamasan Pusaka memilki 3 (tiga) lembaga pendukung OPK
yaitu kelompok penghayat, sanggar, dan paguyuban tosan aji
Korowelang. Selanjutnya untuk ritus Brendung, Sedekah Bumi,
Guyangan, Rabu Pungkasan dan Munggah Molo masing –
masing memiliki 2 (dua) lembaga pendukung OPK antara lain
Kelompok Seni Sarwodadi dan Sanggar Seni (Brendung),
Karang taruna dan Pemerintah Desa (Sedekah Bumi),
BUMDES Pegongsoran dan Pemerintah Desa (Guyangan),

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 72


Pemerintah Desa dan Sanggar (Rabu Pungkasan), serta
Budayawan dan Sanggar (Munggah Molo)

Grafik V.10 Grafik Jumlah Lembaga Menurut Objek Pengetahuan Tradisional

Dari hasil grafik di atas, ditemukan 7 (tujuh)


permasalahan yang dihadapi dalam pemajuan kebudayaan,
diantaranya berkurangnya pelaksanaan di masyarakat, adanya
benturan nilai dalam satu kepercayaan maupun antar
kepercayaan, adanya perbedaan pemahaman berdasarkan
aqidah agama.

V.6 Pengetahuan Tradisional

Berdasarkan 12 (dua belas) jenis nama Pengetahuan


Tradisional di Kabupaten Pemalang, terdapat 2 (dua) etnis yang
memiliki peran dalam pengetahuan tradisional. yaitu etnis
jawa dan etnis arab sebagaimana terlihat dalam grafik V.11.
Etnis arab dikenal sebagai pelaku pembuat makanan
tradisional Kue Kamir Arab

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 73


Grafik V.11 Grafik OPK Tradisional Menurut Etnis

Selanjutnya, menurut agregasi data yang didapat dalam


grafik jumlah lembaga Pengetahuan Tradisional, tenun sarung
goyor memiliki lembaga pendukung OPK terbanyak (5 lembaga).
Adapun masing – masing jenis objek pengetahuan tradisional
memiliki lembaga pendukung bervariasi antara 2 hingga 4
lembaga seperti yang digambarkan dalam grafik V.12.

Grafik V.12 Grafik Jumlah Lembaga Menurut Objek Pengetahuan Tradisional

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 74


Secara keseluruhan, terdapat 33 (tiga puluh tiga)
lembaga pendukung pengetahuan tradisional, diantaranya
instansi pemerintah, masyarakat umum, toko jamu, sanggar
seni, budayawan, pedagang nelayan, UMKM dan sekolah.
Selanjutnya berdasarkan data tersebut, ditemukan 17 (tujuh
belas) permasalahan yang dihadapi dalam pemajuan
kebudayaan pengetahuan tradisional diantaranya motif batik
yang terbatas dan kurang kekinian sehingga kurang diminati
masyarakat, bahan baku kuliner tradisional yang terbatas,
merebaknya makan ringan yang lebih diminati masyarakat,
kurang diminatinya rias pengantin Pemalangan, persaingan
industri tenun sarung goyor dengan tenun daerah lain,
pengasapan ikan tergantung pada hasil tangkapan ikan.

V.7 Teknologi Tradisional

Grafik V.13 Grafik OPK Teknologi Menurut Etnis

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 75


Menurut agregasi data yang didapat dalam grafik diatas,
Obyek Pemajuan Kebudayaan Teknologi Tradisional yang ada di
Kabupaten pemalang etnis dilaksanakan oleh etnis Jawa.

Grafik V.14 Grafik OPK Teknologi Menurut Pelaku Pemanfaatan

Menurut agregasi data yang diperoleh sesuai grafik di


atas, jumlah pelaku pemanfaatan teknologi Tradisional paling
banyak adalah batik pemalang dan pembuatan gerabah.

Grafik V.14 Grafik Jumlah Lembaga Menurut Objek Teknologi Tradisional

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 76


Terdapat 1 (satu) lembaga pendukung teknologi
tradisional yaitu Koperasi Miyosari Tanjungsari Pemalang.
Adapun dari hasil rekap OPK Teknologi Tradisional diketahui
ada 4 (empat) permasalahan yang dihadapi dalam pemajuan
kebudayaan teknologi tradisional diantaranya produk yang
dihasilkan monoton, produk kurang berkualitas, rendahnya
minat beli masyarakat.

V.8.Seni

Grafik V.15 Grafik Jumlah Pelaku / Pendukung Menurut Cabang Seni

Menurut Grafik yang tersaji di atas, seni tari mempunyai


jumlah pelaku/pendukung terbanyak, dibandingkan seni
musik dan seni media.

Selanjutnya terdapat 16 (enam belas) lembaga pendukung


seni diantaranya instansi pemerintah, masyarakat umum,
sanggar seni, paguyuban seni, lembaga pencak silat dan seni
pernapasan. Lembaga pendukung jenis karya seni yang paling
banyak adalah sintren seperti yang tertera dalam

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 77


Adapun dari hasil jenis karya seni dari OPK Seni
diketahui 13 (tiga belas) permasalahan yang dihadapi dalam
pemajuan kebudayaan seni, diantaranya degradasi
pengetahuan, kurangnya pengetahuan seni, tidak ada
regenerasi, karya seni belum banyak diketahui, kesenian sudah
jarang ditampilkan, menggunakan unsur magis sehingga
kurang diterima masyarakat.

Grafik V.16 Grafik Jumlah Lembaga Menurut Objek Seni

V.9. Permainan Rakyat

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 78


Grafik V.17 Grafik OPK Permainan Rakyat Menurut Etnis

Menurut agregasi data yang didapat dalam grafik di atas,


Obyek Pemajuan Kebudayaan Permainan Rakyat yang ada di
Kabupaten Pemalang mayoritas dilaksanakan oleh etnis jawa.

Grafik V.18 Grafik OPK Permaianan Rakyat Menurut Etnis

Grafik V.19 Grafik Jumlah Lembaga Menurut Objek Permaianan Rakyat

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 79


V.10. Olah Raga Tradisional

Grafik V.20 Grafik OPK Olahraga Tradisional Menurut Etnis

Menurut agregasi data yang didapat dalam grafik diatas,


Obyek Pemajuan Kebudayaan olah raga tradisional yang ada di
Kabupaten Pemalang dimainkan oleh etnis jawa.

Grafik V.21 Grafik Jumlah Lembaga Menurut Objek Olahraga Tradisioanl

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 80


V.11. Cagar Budaya

Grafik V.19 Grafik Jumlah Lembaga Menurut Objek Olahraga Tradisioanl

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 81


BAB VI
DATA SARANA PRASARANA

VI.1 Manuskrip

Grafik VI.1 Presentase Sarana Prasarana Pendukung OPK Manuskrip

Diagram Persentase Sarana Prasarana yang


mendukung OPK Manuskrip di atas menunjukkan bahwa
tidak terdapat Sarana Prasarana fisik yang Mendukung OPK
Manuskrip baik dari Pemerintah maupun Masyarakat.

VI.2 Tradisi Lisan

Dalam rangka mendukung pemajuan kebudayan,


Pemerintah Daerah Kabupaten Pemalang telah memfasilitasi
pelestarian tradisi lisan melalui pembuatan buku legenda
cerita rakyat dan aplikasi cerita rakyat. Melalui fasilitasi
sarana tersebut diharapkan para generasi muda dapat
mengenal kearifan lokal daerahnya.

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 82


Diagram V.2 Presentase Sarana Prasarana OPK Tradisi Lisan

VI.3 Adat istiadat

Grafik VI.2 Presentase Sarana Prasarana Pendukung OPK Adat Istiadat

Berdasarkan agregat data di atas, maka Persentase


Sarana Prasarana fisik yang mendukung OPK Adat Istiadat
adalah Sarana Masyarakat sebesar 64% dan Sarana
Pemerintah sebesar 36%.

Prosentase tersebut diperoleh berdasarkan rekap OPK


Adat Istiadat yang telah menghitung data masuk sejumlah

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 83


22 (dua puluh dua) sarana dan prasarana pendukung,
dimana 14 (empat belas) sarana prasarana adalah milik
masyakat dan 8 (delapan) sarana prasarana adalah milik
pemerintah. Dari hasil tersebut, menurut rekap OPK Adat
Istiadat terdapat 5 (lima) permasalahan yang dihadapi dalam
pemajuan kebudayaan, diantaranya keterbatasan anggaran,
adanya perbedaan pemahaman berdasarkan aqidah,
pelaksanaan adat istiadat yang sudah jarang dilakukan dan
semakin sedikitnya masyarakat yang mengetahui mengenai
adat istiadat.

Sarpras Masyarakat Sarpras Pemerintah


Lapangan Balai Dusun dan Balai
Desa
Tebu Manten TPI Ketapang, Desa
Ketapang, Kec. Ulujami
Hasil bumi; sesaji TPI Tanjungsari, Desa
Tanjungsari, Pemalang
tumpeng TPI Asemdoyong, Desa
Asemdoyong, Kec. Taman
gerabah kendil TPI Mojo, Desa Mojo, Kec.
Ulujami
Kapal Pol AirUd Polres Pemalang
Tampa Pos Angkatan Laut
Pemalang
Sesaji (tumpeng, kepala Pabrik Gula
kerbau, buah-buahan, umbul-
umbul dan janur)
nasi tumpeng beserta lauk
pauk
serbet tangan
Uang Koin
Beras
Rempah-rempah
kantong wadah beras

Tabel VI.3 Sarpras Masyarakat dan Sarpras Pemerintah OPK Adat Istiadat

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 84


VI.4 Ritus

Diagram V.4 Presentase Sarpras Masyarakat dan Sarpras Pemerintah OPK Ritus

Berdasarkan agregat data di atas, maka Persentase


Sarana Prasarana fisik yang mendukung OPK Ritus dapat
disimpulkan bahwa Sarana Masyarakat lebih banyak yaitu
sebesar 78% dan Sarana Pemerintah sebesar 22%. Terdapat 9
(sembilan) sarana dan prasarana pendukung, dimana 7
(tujuh) sarana adalah milik masyarakat dan 2 (dua) sarana
adalah milik pemerintah seperti tertera dalam tabel V.5.

Sarpras Masyarakat Sarpras Pemerintah


Bahan – bahan Ritus Perangkat Desa
Perlengkapan ritus Kantor Desa / Kelurahan
Rumah tokoh agama
Sanggar karawitan,
Perlengkapan jamasan

Diagram V.5 Tabel Sarpras Masyarakat dan Sarpras Pemerintah OPK Ritus

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 85


VI.5 PengetahuanTradisional

Diagram V.7 Diagram Sarpras Masyarakat dan Sarpras Pemerintah OPK


Pengetahuan Tradisional

Berdasarkan agregat data di atas, maka Persentase


Sarana Prasarana fisik yang mendukung OPK Pengetahuan
Tradisional adalah Persentase Sarana Pemerintah yaitu
sebesar 33% dan Sarana Masyarakat sebesar 68%. Selanjutnya
dari data tersebut, diketahui 40 (empat puluh) sarana dan
prasarana pendukung pengetahuan tradisional dimana 27 (dua
puluh tujuh) sarana adalah milik masyarakat dan 13 (tiga
belas) sarana adalah milik pemerintah.

Sarpras Masyarakat Sarpras Pemerintah


Rumah pembatik, sanggar Pasar Tradisional
butik
warung Anggaran pementasan
Gedung, Alat Rias Busana, alat Pusat pertokoan
Ritual
alat membatik Pasar
Warung Makan (2) Fasilitasi UMKM/
Pedagang Kecil
Peralatan Memasak (3) Ruang Pameran Batik
Pusat jajanan Pusat jajanan
Pelaminan; Koperasi
Pakaian Pengantin Sekolah

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 86


warung-warung Pasar tradisional
Sanggar

Diagram V.8 Tabel Sarpras Masyarakat dan Sarpras Pemerintah OPK


Pengetahuan Tradisional

VI.6 Teknologi Tradisional

Diagram V.8 Diagram Sarpras Masyarakat dan Sarpras Pemerintah OPK


Teknologi Tradisional

Berdasarkan diagram data di atas, maka Persentase


Sarana Prasarana fisik yang mendukung OPK Pengetahuan
Tradisional adalah Persentase Sarana Pemerintah yaitu
sebesar 47% dan Sarana Masyarakat sebesar 53%. Selanjutnya
dari data tersebut, diketahui 15 (lima belas) sarana dan
prasarana pendukung teknologi tradisional dimana 8 (delapan)
sarana adalah milik masyarakat dan 7 (tujuh) sarana adalah
milik pemerintah.

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 87


VI.7 Seni

Diagram V.9 Diagram Sarpras Masyarakat dan Sarpras Pemerintah OPK Seni

Berdasarkan agregat data diagram di atas, maka


Persentase Sarana Prasarana fisik yang mendukung OPK Seni
adalah Persentase Sarana Masyarakat yaitu sebesar 44% dan
Sarana Pemerintah sebesar 56%. Dari presentase tersebut
secara keseluruhan terdapat 34 (tiga puluh empat) sarana dan
prasarana pendukung seni, dimana 14 (empat belas) sarana
adalah milik masyarakat dan 20 (dua puluh) sarana adalah
milik pemerintah.

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 88


VI.8 Bahasa

Diagram V.9 Diagram Sarpras Masyarakat dan Sarpras Pemerintah OPK


Seni

Menurut grafik V.9 di atas menunjukkan bahwa tidak


terdapat Sarana Prasarana fisik yang Mendukung OPK Bahasa
baik dari Pemerintah maupun Masyarakat.

VI.9 Permainan Rakyat

Diagram V.10 Diagram Sarpras Masyarakat dan Sarpras Pemerintah OPK


Permainan Rakyat

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 89


Berdasarkan agregat data diagram di atas, maka
Persentase Sarana Prasarana fisik yang mendukung OPK
Permainan Rakyat adalah Persentase Sarana Masyarakat yaitu
sebesar 78% dan Sarana Pemerintah sebesar 22%. Dari
presentase tersebut secara keseluruhan terdapat 23 (dua
puluh tiga) sarana dan prasarana pendukung seni, dimana 18
(delapan belas) sarana adalah milik masyarakat dan 6 (enam)
sarana adalah milik pemerintah.

VI.10 Olah Raga Tradisional

Diagram V.11 Diagram Sarpras Masyarakat dan Sarpras Pemerintah


OPK Olahraga Tradisional

Berdasarkan agregat data diagram di atas, maka


Persentase Sarana Prasarana fisik yang mendukung OPK
Permainan Rakyat adalah Persentase Sarana Masyarakat yaitu
sebesar 44% dan Sarana Pemerintah sebesar 56%. Dari
presentase tersebut secara keseluruhan terdapat 9 (dua puluh
tiga) sarana dan prasarana pendukung olahraga tradisional,

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 90


dimana 4 (empat) sarana adalah milik masyarakat dan 5 (lima)
sarana adalah milik pemerintah.

VI.11 CagarBudaya

Diagram V.12 Diagram Sarpras Masyarakat dan Sarpras Pemerintah


OPK Cagar Budaya

Berdasarkan agregat data diagram di atas, maka


Persentase Sarana Prasarana fisik yang mendukung OPK
Cagar Budaya adalah Persentase Sarana Masyarakat yaitu
sebesar 23% dan Sarana Pemerintah sebesar 77%.

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 91


BAB VII
PERMASALAHAN DAN REKOMENDASI
VII.1. Manuskrip

No Permasala Rekomend Tujuan Sasaran Tahapan Indikator Capaian


han asi Kerja 2024 2029 2034 2039
1. Sudah Perlu Untuk Daerah – Menyusu Penelusuran Digitalisasi Terlaksanan Sudah
diteliti oleh dilakukan menelu daerah n tim manuskrip Manuskrip ya membud
Prof. penelitian suri yang kajian ; aktualisasi ayanya
Dr.Dr. / keberad menjadi Transliterasi Duplikasi nilai-nilai nilai-
W.E. penelusur aan locus yang Melakuk manuskrip naskah manuskrip nilai
Soetomo an naskah disebutka an kajian di dalam
Siswokarto manuskrip asli n dalam ; Konservasi sekolahseko manusk
no,M.Pd. yang manus hasil naskah / lah rip
(Penelitian dimaksud krip penelitian Ekspose manuskrip
Tahun tersebut hasil
2006 kajian
dalam
buku
Rekonstru
ksi Sejarah
Pemalang)
Namun
belum
ditemukan
manuskrip
aslinya
Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 92
VII.2 Bahasa

N Permasalah Rekomend Tujuan Sasaran Tahapan Indikator Capaian


o an asi Kerja 2024 2029 2034 2039
1 Penggunaa Meningkat Penera - Guru ; Pemaham Penyusunan Internalisasi Penetapan Internalis
n bahasa kan pan an dan rasa penggunaan asi rasa
- Siswa ; mengenai pengembang
jawa di penggunaa penggu memiliki bahasa jawa memiliki
kalangan n bahasa naan - OPD ; bahasa an bahasa dan bangga dalam event dan
generasi jawa dalam bahasa Jawa jawa dalam menggunak tertentu bangga
- Tokoh lokal kurikulum
muda komunikas jawa an bahasa baik formal mengguna
Masyarak pemalang sekolah
berkurang i yang teruta jawa lokal maupun kan
at an
memungki ma bagi non formal bahasa
Penyusunan
nkan bahasa Penyusun kebijakan masyarakat jawa lokal
Pengembang
jawa an Kab. dalam
Membuat an regulasi
kebijakan Pemalang masyarak
rekomenda
di tingkat at kab.
si / Perundanga
kabupate Pemalang
regulasi / n kebijakan
n
kebijakan terhadap / regulasi Terundan
penggunaa pengguna gnya
n bahasa an kebijakan
jawa lokal bahasa / regulasi
di jawa lokal
lingkungan di
formal lingkunga
maupun n formal
Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 93
non formal dan non
formal ;

Implemen
tasi
kebijakan
di tingkat
kabupate
n
terhadap
pengguna
an
bahasa
lokal
dalam
lingkunga
n formal
dan non
formal

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 94


VII.3. Adat Istiadat

No Permasala Rekomend Tujuan Sasaran Tahapan Indikator Capaian


han asi Kerja 2024 2029 2034 2039
1 Adat Revitalisasi Mempe organisasi Identifika Teridentifikas Terjaga dan terlaksanan Terjaga
Istiadat dan rtahan masyarak si ragam i adat istiadat terlaksanan ya adat dan
luhur yang reaktualisa kan at adat asli ya adat istiadat terlaksan
diturunka si adat nilai - istiadat di kabupaten istiadat kabupaten anya adat
n oleh istiadat nilai Kabupate pemalang dalam pemalang istiadat
leluhur lokal budaya n dalam kehidupan dalam dalam
telah sebagai adat Pemalang kehidupan di kehidupan kehidupa
berganti sistem istiadat Tersosiali sehari - hari kabupaten sehari - hari n
dengan nilai dalam lokal sasinya pemalang masyarak
hukum kehidupan sebagai adat at
negara sehari - sistem istiadat di kabupate
hari nilai kabupate n
dalam n pemalang
kehidu pemalang
pan
sehari -
hari

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 95


VII.4. Tradisi Lisan

No Permasala Rekomen Tujuan Sasaran Tahapan Indikator Capaian


han dasi Kerja 2024 2029 2034 2039
1. Penutur Upaya Menjag Generasi Melatih Tersedia Berkembang Terdisemina Membuda
tradisi regeneras a muda, penutur SDM penutur nya tradisi sinya tradisi yanya
sudah usia i dalam kontin pemerhati, tradisi tradisi lisan lisan di lisan secara tradisi
lanjut dan rangka uitas budayawa lisan dari kalangan fill in, kreatif lisan
tidak ada melestari dan n kalangan generasi dan inovatif
upaya kan kelesta pemuda muda
regenerasi tradisi rian dan
lisan pelajar
(transfer
of
knowledg
e)
Kurang Penelitian Pendok Peneliti, Penelitia Terdokument Riset Terbangun Terbangu
referensi, , umenta akademisi, n budaya asi jenis pengemban laboratoriu n
tenaga penulisan sian budayawa, tradisi tradisi lisan gan nilai- m dan laboratori
edukasi, , dan lembaga lisan; berbasis riset nilai tradisi Pustaka um dan
dan tenaga pendidika pengad pendidika Penulisa lisan tradisi lisan pustaka
peneliti di n dan aan n, dan n dan Tradisi
bidang pengemba buku komunitas pendoku lisan
tradisi ngan dan seni mentasia
lisan objek tenaga budaya. n jenis
tradisi edukas objek
lisan i (SDM) tradisi
Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 96
No Permasala Rekomen Tujuan Sasaran Tahapan Indikator Capaian
han dasi Kerja 2024 2029 2034 2039
objek lisan.
tradisi
lisan.

Kurangnya Dibuat Membe Pemerinta Mempers Terbangun Dikenalnya Tradisi lisan Membuda
wahana wahana rikan h, iapkan sapras tradisi lisan semakin yanya
untuk (gedung, tempat pemerhati, sapras pertujukan eksis dan Tradisi
mengenalk event) dan pelaku, pertunuj dan aktual di lisan
an tradisi kesemp budayawa ukan; membudaya masyarakat
lisan yang atan n Pertunju pertunjukan
dimiliki untuk kan tradisi lisan.
berlatih tradisi di
dan setiap
menge event
mbang secara
kan terorgani
tradisi sir dan
lisan berkesin
ambunga
n.

Kurangnya Mendoron Terwuj Generasi Rekrutm Inventarisasi Implementa Tersedianya Lestarinya


minat g generasi udnya muda, en dan calon si dan generasi generasi
generasi muda peneru pemerhati pelatihan penutur aktualisasi muda penutur
muda untuk s bagi Peningkatan tradisi lisan sebagai lisan
Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 97
No Permasala Rekomen Tujuan Sasaran Tahapan Indikator Capaian
han dasi Kerja 2024 2029 2034 2039
berperan tradisi penutur kapasitas penutur
serta lisan calon lisan di
melestari penutur berbagai
kan strata
budaya
lisan
Belum ada Diberikan Merang Pemerinta Identifika Teridentifikas Implementa Pemberian Terciptany
pengharga nya sang h, si hal-hal inya hal-hal si penghargaa a budaya
an kepada pengharg keterta budayawa yang yang perlu pemberian n yang saling
pihak – aan bagi rikan n, pelaku perlu diberi penghargaa kontinu mengharg
pihak yang pelaku, para diberi penghargaan n ai
melestarik pemerhati pihak pengharg
an (pelaku, , aan
pemerhati, budayawa Impleme
budayawa n ntasi
n) Pelestari
an

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 98


VII.5. Ritus

No Permasala Rekomen Tujuan Sasaran Tahapan Indikator Capaian


han dasi Kerja 2024 2029 2034 2039
1. Adanya Menegakk Terwuj Pelaku, Identifika Identifikasi Rekonsiliasi Terwujudn Pencatatan
perbedaan an udnya masyarak si, ritual yang dan ya sebagai
persepsi kembali kesama at, klarifikasi dianggap penguatan pelestarian aset
nilai-nilai konsep an pemerinta , telah sesuai hubungan kegiatan nasional.
budaya dasar pemah h rekonsilia maupun antar pihak. ritual. Pemanfaat
yang luhur aman si, tidak sesuai Pengemban an secara
dianggap ritual diantar pengemb dengan nilai gan ekoturism.
bertentang yang a angan, moral religi. kegiatan
an dengan manusia pelaku. integrasi Klarifikasi ritual yang
nilai religi. wi. Meluru dan diantara positif yang
Terjadinya skan pelestaria pihak yang dapat
nilai-nilai kembal n berbeda diimplemeta
luhur i nilai pandangan/ sikan secara
ritual. luhur pemahaman bersama.
ritual
dalam
implem
entasi.

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 99


VII.6. Pengetahuan Tradisional

N Permasalah Rekomen Tahapan Indikator Capaian


Tujuan Sasaran
o an dasi Kerja 2024 2029 2034 2039
1 Nilai Melengka Diperta Pelaku Inventaris Terinventar Tersusunny Meluasnya Meningkat
kualitas pi resep hankan usaha asi resep isirnya a dokumen informasi nya
citarasa asli nya kuliner, resep asli terkait dan kualitas
kuliner kuliner citarasa PHRI dan Penyusun sejarah dan pengetahua citarasa
tradisional tradisiona kuliner OPD an resep asli n resep asli kuliner
sudah l. tradisio terkait. pedoman kuliner kuliner tradisional
mulai nal. pembuata tradisional tradisional sesuai
berkurang n kuliner bagi pelaku dengan
karena sesuai usaha pakem
tidak resep asli aslinya
sesuai
dengan
pakem
resepnya
lagi.
2 Ketersediaa Perlu Pelestari Penyedia Pelestaria Tersediany Promosi Aktualisasi Mentradisi
n bahan dilakukan an bahan n bahan a lahan skala kuliner nya kuliner
baku upaya bahan baku baku yang nasional tradisional tradisional
semakin pelestaria baku. kuliner kuliner memprodu kuliner
sulit. n dan tradisiona tradisiona ksi bahan tradisional
pengemba l l. baku
ngan kulliner

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 100


bahan tradisional
baku.
3 Resep Mendoku Melindu Pelaku Penyusun Terinventar Tersusunny Meningkat Terwujudn
Autentik mentasik ngi dan usaha an dan isasinya a nya ya
belum an resep melestar kuliner, dokument resep dokumentasi pengetahua pelestarian
didokumen otentik ikan PHRI dan asi, kuliner dan n/ kuliner
tasikan kuliner. resep OPD panduan tradisional panduan informasi tradisional
otentik terkait. resep yang resep otentik kuliner
kuliner. otentik otentik kuliner tradisional
kuliner tradisional
tradisiona
l
4 Tempat Penginteg Meningk Pelajar Penyebara Terinventar Terintegrasi Meningkat Terwujudn
kuliner rasiaan atnya SMK n isasinya nya kuliner nya ya
belum kuliner perkemb jurusan informasi tempat tradisional pengetahua pelestarian
terintegrasi dalam angan tata boga dan kuliner dalam peket n/ kuliner
dengan paket kuliner promosi tradisional wisata informasi tradisional
pariwisata. wisata tradisio kuliner
nal. tradisional
5 Minimnya Melengka Meningk OPD yang Identifika Teridentifik Tersedianya Terwujudn Meningkat
regulasi, pi atnya menangan si asinya regulasi ya nya PPKD
kebijakan regulasi, perlindu i kebijakan kebijakan komitmen
dan alokasi kebijakan ngan, kebudaya pusat dan pusat dan bersama
anggaran. dan pengem an, daerah daerah antara
alokasi bangan pendidika Perumusa Implementa masyarakat
anggaran. dan n, n si dalam dan
pemanfa kesehatan kebijakan dokumen pemerintah
Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 101
atan , dan perencanaa
objek Perindag, regulasi n dan
PPKD UMKM, Implemen pengaggara
serta Perencana tasi n
pembina an, kebijakan
an Keuangan dalam
terhada , DPRD. perencana
p SDM an dan
praktisi pengangg
terkait. aran
6 Lemahnya Penguata Terlibat Masyarak Identifika Proaktif Berkembang Berkemban Kuliner
penguatan n nya at dan si kulliner masyarakat nya kreasi gnya kreasi tradisional
masyarakat masyarak masyara pelaku Penguata dalam dan dan memasyara
untuk at dalam kat kuliner n dan kegiatan pengetahuan pengetahua kat
melestarika menjaga secara pelibatan pelestarian masyarakat n
n kuliner dan luas masyarak kuliner tentang masyarakat
tradisional. memeliha dalam at dalam Tersediany kuliner tentang
ra kuliner upaya melestarik a sarana tradisional kuliner
tradisiona pelestari an kuliner dan tradisional
l an dan tradisiona prasarana
pengem l ruang
bangan pameran
pengeta dan
huan promosi
tradison
al.

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 102


VII.7. Olahraga Tradisional

N Permasalah Rekomen Tahapan Indikator Capaian


Tujuan Sasaran
o an dasi Kerja 2024 2029 2034 2039
1 Terbatasny Memperb Memberi - Pemerinta Menyedia Terinventa Terselenggar Meningkat Lebih
a lahan anyak kan h Desa kan ruang risirnya akannya nya Meningkat
terbuka. lapangan ruang - Pemerinta terbuka olahraga sosialisasi kualitas nya
dan untuk h Daerah untuk tradisional dan dan prastasi
ruang melaksa - Pihak tempat yang ada pelatihan kuantitas kualitas
terbuka nakan terkait pementas di bagi praktisi praktisi dan
lainnya
hijau kegiatan an Kabupaten olahraga olahraga kuantitas
yang bisa olahraga Pemalang tradisional tradisional praktisi
digunaka tradision olahraga
n sebagai al. tradisional.
tempat
olahraga
tradisiona
l.
2 Minimnya Melaksan Mengan Komunitas Melaksan Terinventa Terselenggar Meningkat Lebih
festival akan gkat masyaraka akan risirnya akannya nya Meningkat
olahraga festival olahraga t dan sosialisasi olahraga sosialisasi kualitas nya
tradisional. lomba. tradision lembaga , tradisional dan dan prastasi
al pendidika pembinaa yang ada pelatihan kuantitas kualitas

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 103


sebagai n n, dan di bagi praktisi praktisi dan
kekayaa mengadak Kabupaten olahraga olahraga kuantitas
n an event Pemalang tradisional tradisional praktisi
budaya olahraga olahraga
yang tradisiona tradisional.
berprest l
asi.
3 Minimnya Melengka Meningk OPD - Identifika Terinventa Terselenggar Meningkat Lebih
regulasi pi atnya terkait si risirnya akannya nya Meningkat
kebijakan regulasi, perlindu kebijakan olahraga sosialisasi kualitas nya
& alokasi kebijakan ngan, pusat tradisional dan dan prastasi
anggaran dan pengem dan yang ada pelatihan kuantitas kualitas
untuk alokasi bangan, daerah. di bagi praktisi praktisi dan
- Adanya
perlindung anggaran pelestari Kabupaten olahraga olahraga kuantitas
produk
an olahraga untuk an dan Pemalang tradisional tradisional praktisi
hukum
tradisional. perlindun pemajua yang olahraga
gan n berkaitan tradisional.
olahraga olahraga dengan
tradisiona tradision olahraga
l. al. tradision
al

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 104


VII.8 Permainan Rakyat

N Permasalah Rekomen Tujuan Sasaran Tahapan Indikator Capaian


o an dasi Kerja 2024 2029 2034 2039
1 Tidak Perlunya Dikenal Generasi inventaris Teridentifi Terdokumenta Dikenalnya Eksisnya
dikenalnya alih nya muda, asi jenis- kasi jenis si jenis permainan jenis-jenis
permainan pengetah jenis- anak- jenis permainan permainan rakyat permainan
tradisional uan jenis anak, dan permaina rakyat rakyat rakyat di
di kalangan (transfer permain pecinta n rakyat kalangan
generasi of an permainan dokument generasi
muda knowledg tradision tradisional asi muda
e) al permaina
berkaitan n rakyat
dengan
filosofi
dan nilai-
nilai
luhur
dari
permaina
n
tradisiona
l kepada
generasi
muda
2 Kurangnya Perlunya Tercipta Pemerinta mencipta Dipersiapk Adanya Dicintainy Memasyar
wadah diciptaka nya h, generasi kan annya kesempatan a akatnya
Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 105
untuk n ruang ruang muda, ruang sarpras secara rutin permainan permainan
memperken dan dan pecinta untuk untuk untuk rakyat rakyat
alkan kesempat kesempa permainan memperk memperke memasyarakat melalui
permainan an bagi tan bagi tradisional enalkan nalkan kan ruang dan
tradisional pelestaria para permaina permainan permainan berbagai
n pecinta n rakyat rakyat kesempata
permaina permain tradisiona n
n an l termasuk
tradisiona tradision memberik memasukk
l al untuk an an ke
memper kesempat dalam
kenalka an untuk kurikulum
nnya memperk pendidika
kepada enalkan n
masyara permaina
kat n rakyat
3 Lemahnya Perlunya Tercipta Generasi Melakuka Disusunny Terbangunnya Tersusunn Mendunia
permainan dilalkuka nya muda, n a potensi sebuah ya sebuah nya
tradisional n permain pakar IT, pendalam permainan rekonstruksi format permainan
untuk rekonstru an kalangan an rakyat sejarah dan digitak rakyat
berkompetis ksi tradision media tentang yang ada makna untuk baik
i dengan permaina al gaya massa potensi filosofis dari memainka dalam
permainan n baru dan daya permainan n wujud
modern tradisiona yang tarik rakyat permainan konvensio
l yang ke lebih permaina rakyat nal
dalam pol bisa n rakyat melalui maupun
permaina diterima Melakuka perangkat digital
Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 106
n oleh n redisain IT
tradisiona generasi permaina
l baru muda/ n rakyat
dapat generasi ke dalam
diterima milenial format
oleh digital
mindset
generasi
milenial
4 Memudarny Diadakan Bertemu Pemerinta Adanya Terciptany Diseminasi Dimasukk Membuday
a nilai-nilai ya nya h, riset a sebuah hasil annya anya
kepercayaan penelitian rasionali pemangku tentang produk penelitian nilai-nilai permainan
dalam acara terkait tas dari adat, penguata berupa tentang kaerifan rakyat
ritual permaina sebuah generasi n buku yang permainan lokal dari
seiring n rakyat permain muda, karakter based on rakyat kepada permainan
dengan untuk an budayawa dari research publik rakyat ke
perkembang mengung rakyat n dan permaina dari dalam
an kap dengan peneliti n rakyat permainan kurikulum
rasionalitas rasionalit local rakyat pendidikan
manusia as dari wisdom
aspek yang
kesejarah terkand
an, ung di
filosofis dalamny
maupun a
budaya
5 Kurangnya Perlunya Berkemb Generasi Diberikan Adanya Bermunculan Terlembag Lestarinya
Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 107
apresiasi ditumbuh angnya muda nya pengharga nya para anya para
terhadap kembang minat pengharg an materiil pelaku pengharga penerus/
para kan dari aan bagi para permainan an bagi pelaku
penerus reward generasi berupa pelaku rakyat para permainan
permainan materill muda uang/ins permainan pelaku rakyat
tradisional maupun terhadap etif bagi rakyat permainan yang tidak
non permain para rakyat terbatas
materiil an pelaku melalui warga loka
atas jerih rakyat permaina perangkat tapi dunia
payah n rakyat kebijakan
para Lestariny publik
penerus a para
permaina pelaku
n permaina
tradisiona n rakyat
l

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 108


VII.9. Seni

N Permasalaha Rekomenda Tujuan Sasaran Tahapan Indikator Capaian


o n si Kerja 2024 2029 2034 2039
1 Kurang Perlunya Dikenalny Generasi inventaris Teridentifi Terdokume Dikenalnya Eksisny
dikenalnya alih a jenis- muda, asi jenis- kasi ntasi jenis- seni a jenis-
seni pengetahua jenis anak- jenis seni jenis-jenis jenis seni tradisional jenis
tradisional di n (transfer kesenian anak, dan tradisiona seni tradisional seni
kalangan of tradisiona pecinta l tradisiona tradision
generasi knowledge) l bagik dan pelaku dokument l al di
muda berkaitan seni seni asi seni kalanga
dengan musik, tradisional tradisiona n
filosofi dan seni rupa, l generasi
nilai-nilai seni lukis muda
luhur dari mapun
seni seni tari
tradisional
kepada
generasi
muda
2 Kurangnya Perlunya Terciptan Pemerinta mencipta Dipersiap Adanya Dicintainya Memasy
wadah untuk diciptakan ya ruang h, generasi kan kannya kesempata seni arakatny
memperkenal ruang dan dan muda, ruang sarpras n secara tradisional a seni
kan seni kesempatan kesempat pecinta untuk untuk rutin tradision
tradisional bagi an bagi permainan memperk memperk untuk al
pelestarian para tradisional enalkan enalkan memasyar melalui
seni pecinta seni seni akatkan ruang
Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 109
tradisional seni tradisiona tradisiona seni dan
tradisiona l l tradisional berbagai
l untuk memberik kesempa
memperk an tan
enalkann kesempat termasu
ya kepada an untuk k
masyarak memperk memasu
at enalkan kkan ke
seni dalam
tradisiona kurikulu
l m
pendidik
an
3 Lemahnya Perlunya Terciptan Generasi Melakuka Disusunn Terbangun Tersusunnya Menduni
seni dilalkukan ya seni muda, n ya potensi nya sebuah anya
tradisional rekonstruks tradisiona pakar IT, pendalam seni sebuah format seni
untuk i sejarah l gaya kalangan an tradisiona rekonstruk digitak untuk tradision
berkompetisi seni baru yang media tentang l yang si seni dan memainkan al baik
dengan seni tradisional lebih bisa massa potensi ada makna seni dalam
modern yang ke diterima dan daya filosofis tradisional wujud
dalam pola oleh tarik seni dari seni melalui konvensi
kesenian generasi tradisiona tradisional perangkat IT onal
yang dapat muda/ l maupun
diterima generasi Melakuka digital
oleh milenial n redisain
mindset tanpa seni
generasi menghila tradisiona
Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 110
milenial ngkan l ke
nilai-nilai dalam
dasar format
yang digital
melandas
i
nunculny
a seni
tersebut
4 Kurangnya Perlunya Berkemba Generasi Diberikan Adanya Bermuncul Terlembagan Lestarin
apresiasi ditumbuhke ngnya muda nya pengharg annya para ya ya para
terhadap mbangkan minat pengharg aan pelaku penghargaan penerus
para pelaku reward dari aan materiil seni bagi para / pelaku
seni materill generasi berupa bagi para tradisional pelaku seni seni
tradisional maupun muda uang/ins pelaku tradisional tradision
(baik seni non materiil terhadap etif bagi seni melalui al yang
musik, seni atas jerih seni para tradisiona perangkat tidak
rupa, payah para tradisiona pelaku l kebijakan terbatas
maupun seni pelaku seni l seni publik warga
tari) tradisional tradisiona lokal
l tapi
Lestariny dunia
a para
pelaku
seni
tradisiona
l
Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 111
VII.10 Teknologi Tradisional

No Permasalaha Rekomenda Tujuan Sasaran Tahapan Indikator Capaian


. n si Kerja 2024 2029 2034 2039
1. Pergeseran Merevitalisa Mengemb OPD, - Inventaris terinventa tersediany tersusunnya tersedian
nilai si angkan tokoh asi risa a kajian ya
tehnologi tehnologi tehnologi masyaraka teknologi sinya dan lembaga tentang kajian
tradisional tradisional tradisiona t, tradisiona terdokum konservasi sejarah dan yang
yang l praktisi l di entasinya dan cara kerja dapat
dianggap untuk Pemalang teknologi perlindung teknologi digunaka
tidak fungsi - pendirian tradisiona an tradisional n
efektif/prakti pengetah lembaga l pelestarian Pemalang sebagai
s uan dan perlindun yang ada teknologi panduan
atraksi gan di tradisional revitalisa
wisata dan Pemalang Pemalang si
pelestaria dan
n pengemb
teknologi anga
tradisiona n
l teknologi
Pemalang tradision
- penyusun al
an sebagai
kajian atraksi
tentang wisata
sejarah ilmu
dan cara pengetah
Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 112
No Permasalaha Rekomenda Tujuan Sasaran Tahapan Indikator Capaian
. n si Kerja 2024 2029 2034 2039
kerja uan
teknologi di
tradisiona Pemalang
l di
Pemalang
2 Teknologi Memproduk Melindun OPD, - duplikasi tersedian terwujudn tersedianya meningk
tradisional si dan gi, Perhutani, dan ya ya tempat atnya
sudah menduplika melestari swasta, produksi duplikasi kerjasama wisata pelindun
jarang si kan masyaraka teknologi teknologi dengan edukasi di gan dan
ditemukan kembali tehnologi t tradisiona tradisiona stakeholde Pemalang pelestaria
dan tehnologi tradisiona l l r dan n
digunakan tradisional l untuk - kerjasam yang bisa dan tersebarnya teknologi
untuk kepenting a dijadikan masyaraka informasi tradision
kepentingan an dengan bahan t tentang al
wisata pengetah stakehold pembelaja untuk wisata Pemalang
edukasi uan dan er ran pengemba edukasi di
atraksi penyediaa dalam nga Pemalang
wisata n wisata n obyek
tempat edukasi wisata
wisata di edukasi
edukasi Pemalang secara
teknologi harmonis
tradisiona dan
l berkesina
Pemalang mb
Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 113
No Permasalaha Rekomenda Tujuan Sasaran Tahapan Indikator Capaian
. n si Kerja 2024 2029 2034 2039
- penyebar ungan
an
informasi
melalui
media
tentang
wisata
edukasi
teknologi
tradisiona
l di
Pemalang
3 Minimnya Meningkatk Meningka OPD yang - Identifika Teridentifi Tersediany Terwujudnya Meningka
regulasi, an tkan menangani si kasinya a komitmen tnya
kebijakan regulasi, perlindun urusan kebijakan kebijakan regulasi bersamadala pemajua
dan kebijakan gan, kebudayaa pusat pusat dan yang m pemajuan n
alokasi dan alokasi pengemba n, dan daerah menyeluru kebudayaan kebudaya
anggaran anggaran ngan, perencana daerah dan h an
untuk untuk pemanfaa an, - Perumusa implemen untuk di
pelindungan pelindungan tan objek dan n tasi pemajuan Kabupate
tehnologi pengetahua pemajuan keuangan kebijakan dalam kebudayaa n
tradisional n kebudaya serta dan dokumen n Pemalang
tradisional an DPRD regulasi perencan
dan - Implemen aan
pembinaa tasi dan
Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 114
No Permasalaha Rekomenda Tujuan Sasaran Tahapan Indikator Capaian
. n si Kerja 2024 2029 2034 2039
n kebijakan pengangg
terhadap dalam aran
SDM dokumen mengenai
pemajuan perencan kebudaya
kebudaya aan dan an
an pengangg
aran

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 115


VII.11. Cagar Budaya

N Permasalaha Rekomenda Tujuan Sasaran Tahapan Indikator Capaian


o n si Kerja 2024 2029 2034 2039
1 Belum Peningkatan Mewujud Obyek cagar Pemetaa Identifika Validasi Peningkatan Pencatat
. terkelolanya pengelolaan kan budaya, ncagar si dan dan sarpras cagar an
cagar budaya cagar pengelola pemerintah, budaya, pemetaan penetapa budaya. sebagai
dengan baik budaya an cagar pelaku validasi cagar n Sosialisasi aset
budaya pengelola lembaga budaya. lembaga. keberadaan nasional.
yang pengelol Legalisasi Pelatihan cagar budaya. Pemanfaa
dapat a, dan pengelola tan
berperan penamb penetapa an cagar secara
serta dan ahan n cagar budaya. ekoturis
sejalan sarpras budaya m.
dengan cagar
pembang budaya
unan
daerah

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 116


BAB VIII

PENUTUP

Dokumen Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD)


Kabupaten Pemalang merupakan dokumen rujukan yang
digunakan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka menyusun
rencana dan langkah – langkah startegis yang diperlukan bagi
pembangunan dan kemajuan kebudayaan daerah. Melalui
dokumen tersebut diharapkan penekanan dan tata kelola
kebudayaan yang memfokuskan pada 4 (empat) aspek yaitu
Perlindungan, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan
dapat terwujudkan.

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Pemalang 117


DOKUMENTASI KEGIATAN
PENYUSUNAN POKOK PIKIRAN KEGIATAN DAERAH
KABUPATEN PEMALANG
TAHUN 2018

Anda mungkin juga menyukai