PERANCANGAN ARSITEKTUR
Judul :
“STUDI RUANG ERGONOMI PADA BANGUNAN PERIBADATAN
VIHARA PEMANCAR KESELAMATAN”
Penyusun :
M Fauzan Akbar 21-2013-233
Irfan Fadhil M 21-2014-025
Fatimah Zahra 21-2014-156
Pembimbing :
Reza Phalevi Sihombing S.T., M.T.
Laporan Seminar
ARA 403 – SEMINAR
Semester Ganjil – Tahun Akademik 2018/2019
Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknil Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional
2019
i
ABSTRAK
Vihara merupakan tempat umum bagi umat Buddha untuk melaksanakan berbagai
macam bentuk upacara atau kebaktian keagamaan menurut keyakinan dan kepercayaan
agama Buddha. Vihara Pemancar Keselamatan yang terletak di Jalan Winaon No 69 Kota
Cirebon ini merupakan satu-satunya Vihara yang memiliki Dewi Pek Ku atau Dewi Pemancar
Keselamatan di Indonesia, sehingga Vihara ini sering di datangi bukan hanya oleh masyarakat
Cirebon saja, masyarakat dari luar Kota Cirebon pun banyak yang datang untuk beribadah
kepada Dewi Pemancar Keselamatan ini. Namun dengan berbagai aktifitas yang dapat di
lakukan di dalam Vihara tersebut, luas bangunan Vihara sangat terbatas. sehingga aktifitas
pengguna untuk beribadah dan melalukan aktifitas lainnya menjadi tidak terpenuhi secara
optimal. Untuk merancang sebuah bangunan Vihara, seorang arsitek memerlukan analisa studi
ruang agar kebutuhan pengguna dalam beribadah dan melakukan setiap aktifitasnya dapat
terpenuhi secara optimal. Oleh karena itu studi ruang menjadi elemen penting pada saat
mendesain bangunan Vihara ini. Sebabnya, ruang merupakan tempat manusia untuk melakukan
berbagai aktivitas. Agar mendapatkan sebuah ruang yang optimal, dalam proses analisa studi
ruang harus memperhatikan beberapa hal yaitu studi antropometri dan studi ergonomi ruang.
Dengan memperhatikan studi antropometri dan ergonomi pengguna ruang akan memperoleh
sebuah ruang yang nyaman, efisien dan optimal sesuai aktifitas manusia. Dengan metode
penelitian kuantitatif peneliti melakukan survey lapangan serta mengambil teori-teori sebagai
acuan analisis. Hasil analisis menunjukan bahwa ketersiediaan ruang pada Vihara ini belum
memenuhi aktifitas pengguna secara optimal. Dalam penelitian ini penulis membuat sebuah
usulan desain interior yang ergonomi agar segala aktifitas pengguna hunian dapat terpenuhi
secara optimal.
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Atas rahmat dan karunia-Nya, laporan
dengan judul Laporan Seminar Arsitektur yang berjudul “Studi Ruang Dalam pada Vihara
Pemancar Keselamatan” sebagai salah satu syarat akademis yang harus ditempuh oleh penyusun
di Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Nasional Bandung.
Tujuan dari penulisan hasil kajian ini adalah untuk memenuhi persyaratan dalam
menyelesaikan mata kuliah seminar. Penyusun kajian seminar ini diawali dengan peninjauan dan
pengamatan lapangan yang ditunjang dengan data-data yang diperoleh di lapangan dan studi
literatur yang didapat dari berbagai sumber yang dituangkan ke dalam suatu bentuk tulisan yang
didasari oleh pengetahuan yang telah didapat oleh penyusun.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna. Maka dari itu, kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini. Penyusun juga
berharap agar laporan ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua khususnya kepada
penyusun dan umumnya kepada pembaca agar mampu membuat perkembangan yang lebih baik
dimasa mendatang
ii
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur alhamdulillah penyusun panjatkan kepada Allah SWT. Atas kelancaran yang
diberikan-Nya sehingga dapat menyelesaikan Laporan Seminar Arsitektur ini.
Laporan ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah terlibat
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian penyusunannya.
Dalam kesempatan kali ini, penyusun menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima
kasih yang besar kepada :
1. Orang tua dan keluarga yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan dukungan.
2. Bapak Reza Phalevi Sihombing S.T., M.T. Selaku Dosen Pembimbing Seminar
Arsitektur, yang telah memberikan saran, arahan, dan bantuan dalam proses pembuatan
serta perbaikan laporan ini.
3. Bapak Ir. Tecky Hendrarto,. MT,. Selaku dosen penguji yang telah banyak memberi
masukan dan arahan yang berharga dalam penyusunan dan pembuatan laporan seminar.
4. Para senior angkatan dan seluruh keluarga besar arsitektur 2014.
Terima kasih, semoga Allah SWT. Memberikan blasan atas kebaikannya selama ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna, namun penyusun berharap
semoga lapporan ini dapat memberikan manfaat khususnya kepada penyusun dan umumnya
kepada pembaca.
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 1 (Kebutuhan Ruang Unit Studio) .................................................................................... 27
Tabel 2 (Kebutuhan Ruang Unit Hunian Tipe 2 Kamar Tidur) ................................................. 33
Tabel 3 Kebutuhan ruang pada unit hunian tipe 3 kmar tidur .................................................... 39
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Vihara menurut (Giriputra, 1994 : 2) merupakan pondok, tempat tinggal, tempat
penginapan para bhikkhu/bhikkhuni. Berdasarkan Peraturan Departemen Agama RI
nomor H III/BA.01.1/03/1/1992, Bab II, Vihara merupakan tempat umum bagi umat
Buddha untuk melaksanakan segala macam bentuk upacara atau kebaktian keagamaan
menurut keyakinan dan kepercayaan agama Buddha.
Vihara Pemancar Keselamatan yang berlokasi di Jalan Winaon No 69 Kota Cirebon
ini merupakan salah satu Vihara di Indonesia yang menjadi satu-satunya Vihara yang
memiliki Dewi Pemancar Keselamatan. Tidak jarang didatangi oleh masyarakat luar Kota
Cirebon karena kebutuhan beribadah kepada Dewi Pemancar Keselamatan. Oleh karena
itu, Vihara Pemancar Keselamatan dalam perancangannya memerlukan analisa studi
ruang agar disetiap aktifitasnya dapat terpenuhi secara optimal.
Studi Ruang merupakan elemen yang sangat penting dalam arsitektur. Secara harfiah,
ruang (space) berasal dari bahasa Latin, yaitu spatium yang berarti ruangan atau luas
(extent). Jika dilihat dalam bahasa Yunani dapat diartikan sebagai tempat (topos) atau
lokasi (choros) yaitu ruang yang memiliki ekspresi kualitas tiga dimensi. Menurut
Aristoteles, ruang adalah suatu yang terukur dan terlihat, dibatasi oleh kejelasan
fisik, enclosure yang terlihat sehingga dapat dipahami keberadaanya dengan jelas dan
mudah.
Ruang adalah wadah manusia untuk melakukan berbagai aktivitas. Sedangkan
menurut Ching ruang secara konstan melingkupi keberadaan kita mulai dari volume
ruang kita bergerak, melihat bentuk, mendengar suara, merasakan angin, mencium aroma
dari unsur material yang ada seperti halnya kayu atau batu, juga merasakan hawa yang
pada hakekatnya tidak berbentuk 1 . Oleh karena itu, ruang sesungguhnya selalu
melingkupi kita namun kembali lagi terhadap persepsi kita akan batas batas ruang yang
terjadi oleh unsur pembentuknya.
Dalam merancang dan menganalisa studi ruang harus memperhatikan beberapa hal
yaitu ergonomi dan antropometri. Ergonomi menjadi sebuah dasar pertimbangan
1 Ching, Arsitek Bentuk, Ruang dan Tatanan (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2003)
1
perencanaan ruang, ditinjau dari aspek kemanusiaannya terbagi 2 (dua) yaitu
antropometri dan prosemik. Ergonomi dan Antropometri mempunyai arti penting dalam
perancangan desain interior, karena dengan memperhatikan faktor-faktor ergonomi dan
antropometri para pengguna ruang akan diperoleh produktifitas dan efisiensi kerja, yang
berarti suatu penghematan dalam penggunaan suatu. Sedangkan antropometri adalah ilmu
yang secara khusus mempelajari tentang ukuran tubuh manusia guna merumuskan
perbedaan-perbedaan ukuran pada tiap individu ataupun kelompok lain dan lain
sebagainya. Hasil dari pengukuran ini dapat menunjukan dimensi dan proporsi pada tubuh
manusia yang disesuaikan dengan tujuan pengukuran. Antropometri dapat digunakan
untuk tujuan yang berkaitan dengan perancangan yang membutuhkan data ukuran-ukuran
tertentu pada bagian tubuh manusia.
1. Permasalahan Penilitian
Bagaimana optimalisasi ruang yang terbatas pada bangunan Vihara menjadi nyaman
dan efektif sesuai dengan antopometri serta ergonomis pada Vihara Pemancar
Keselamatan?
2. Tujuan Penelitian
Memberikan usulan desain ruang dalam yang ergonomi dan sesuai dengan aktivitas
penggunanya.
3. Batas Kajian
Agar topik bahasan tidak melebar dan sejalan dengan indentifikasi masalah diatas,
maka penelitian ini hanya terbatas pada kajian yang terkait dengan beberapa parameter
sebagai berikut :
1. Standarisasi Dimensi Suatu Ruang Dalam Satuan Meter (Sumber : Ernest
Neufeurt)
2.
1. Metodologi Penelitian
2
Metode penelitian yang di gunakan dalam kajian ini adalah metode penelitian
kuantitatif. Dalam proses penelitian, penyusun menguraikan permasalahan yang terdapat
pada studi kasus objek kajian menjadi seperti berikut:
1. Mengidentifikasi masalah mengenai studi ruang pada Vihara Pemancar Keselamatan
Cirebon
2. Membuat tujuan dan manfaat penelitian.
3. Menentukan lingkup studi yang akan dibahas dan variable yang diabaikan.
4. Menentukan teori dan literatur yang akan di pakai sebagai batasan permasalahan.
5. Menentukan metode penelitian yang akan di lakukan untuk menghasilkan kesimpulan
data.
Metode kuantitatif bersifat numeric dan cenderung menggunakan alat ukur
sebagai alat bantu dalam proses pengumpulan data. Langkah-langkah yang digunakan
dalam metode tersebut, yaitu:
1. Studi literatur
Melakukan pengumpulan data terkait studi ruang pada Vihara Pemancar Keselamatan
Cirebon yang diperoleh dari buku, penelitian, media dan literatur lainnya.
2. Observasi dan pengumpulan data lapangan
Melakukan pengamatan langsung ke lokasi objek kajian yaitu bangunan Vihara
Pemancar Keselamatan Cirebon. Dengan tujuan untuk mengumpulkan data yang
nyata dan secara langsung atau berdasarkan kenyataan.
3. Analisa
Membuat tabel komparasi antara teori yang digunakan dengan aktualisasi yang ada
di lapangan berdasarkan data yang telah di peroleh.
1. Metode Analisis
1. Analisis data teks menguraikan data-data kuantitatif meliputi latar belakang
kebutuhan ruang gerak manusia yang dibutuhkan dalam unit hunian.
3
2. Analisis data, merangkum permasalahan, pemecahan masalah, dan rekomendasi
desain.
1. Studi Kepustakaan
Landasan teori yang digunakan untuk menjadi acuan dalam pembahasan seminar ini
berdasarkan studi literatur mengenai hubungan teori dan definisi, yang nantinya dapat
menjadi perbandingan antara kajian teori dengan data yang didapat, antara lain :
1. Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-
informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang
suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik,
yaitu untuk mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman,
dan nyaman2. (Sutalaksana, 21979:61)
2. Pendekatan ergonomi perlu dilakukan karena manusia dan semua aktivitasnya dalam
ruang merupakan faktor utama dan terpenting dalam penentuan kebutuhan ruang gerak
yang nyaman2. (human centered design) (Wignjosoebroto, 2007)
4
1. Skema Pemikiran
Tema :
Perancangan Atsitektur
Judul
Studi Ruang Ergonomi Pada Bangunan Vihara Pemancar Keselamatan
Latar Belakang
Bangunan gedung sebagai fungsi peribadatan adalah bangunan yang digunakan untuk
mewadahi aktivitas sosial. Ruang itu terbagi menjadi dua bagian yaitu ruang dalam
(interior) dan ruang luar (eksterior) yang mampu mengakomodasi kebutuhan gerak
manusia dalam beraktifitas. Kebutuhan ruang tersebut dapat didekati dengan pendekatan
ergonomi. Pendekatan ergonomi perlu dilakukan karena manusia dan semua
aktivitasnya di dalam suatu ruang merupakan faktor utama.
Permasalahan
Bagaimana menciptakan ruang yang ergonomi pada bangunan peribadatan Vihara yang
sesuai dengan aktivitas, kenyamanan dan optimalisasi ruangan
Tujuan
Memberikan solusi desain ruang dalam yang ergonomi yang sesuai dengan aktivitas
penggunanya.
Lingkup Studi
1. Standar ruang pada
2. Pembuktian Kebutuhan Luas Kebutuhan Per Jiwa , (Sumber : Ernest Neufeurt)
1. Standarisasi Dimensi Suatu Ruang Dalam Satuan Meter (Sumber : Ernest
Neufeurt)
Diskusi :
1. Mahasiswa
2. Dosen
Pembimbing Pengumpulan Data 5
3. Narasumber
Pengolahan Data
Literatur :
1. Buku Kesimpulan
2. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan pada laporan seminar ini dibagi menjadi beberapa bab. Masing-
masing bab membahas bab bagian tertentu dari keseluruhan isi laporan berdasarkan jenis
bahannya. Adapun pembagianya yaitu sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Menguraikan tentang latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan, lingkup studi, studi
kepustakaan, metodologi studi, skema pemikiran dan sistematika penulisan mengenai
‘Studi Ruang Dalam pada Vihara Pemancar Keselamatan’
6
BAB V : KESIMPULAN
Mengetahui sifat kegiatan untuk memenuhi kebutuhan ruang ergonomi.
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1. Vihara
2.1.1. Pengertian Vihara
Vihara adalah pondok, tempat tinggal, tempat penginapan
bhikkhu/bhikkhuni. Vihara merupakan milik umum (umat Buddha) dan tidak boleh
dijadikan miliki perseorangan, biasanya dibentuk suatu yayasan untuk mengatur
kepentingan tersebut (Giriputra, 1994 : 2).
Vihara merupakan tempat umum bagi umat Buddha untuk melaksanakan
segala macam bentuk upacara atau kebaktian keagamaan menurut keyakinan
dan kepercayaan agama Buddha (Peraturan Departemen Agama RI nomor H
III/BA.01.1/03/1/1992, Bab II).
8
atau kurang lebih sama dengan di Uposathagara. Jika tidak memungkinkan
Dhammasala digabungkan dengan Uposathagara.
3. Kuti
Adalah bangunan untuk tempat tinggal para Viharawan yaitu para
bhikkhu/ni, Samanera/i, Upasaka/sika yang melaksanakan Atthasila.
Banyak kuti tergantung pada jumlah para Viharawan di Vihara tersebut.
4. Sarana pendidikan
5. Tempat meditasi
6. Ruang-ruang lain
2. Tata Suara
Dalam kebaktian umat biasanya tersedia pengeras suara. Gunanya dalam
pembacaan paritta sering suara umat tidak sama tinggi rendahnya.
3. Tata Letak
Yang dimaksud disini adalah tempat duduk bhikkhu Sangha, pimpinan
kebaktian dan umat. Untuk bhikkhu Sangha dapat disediakan temapt yang lebih
tinggi dari umat. Maksudnya sebagai penghormatan sila (latihan) yang
dilaksanakan.
4. Tata Taman
Ruangan kebaktian yang ideal memiliki taman juga. Taman ini berguna untuk
memberikan suasana teduh dan nyaman, sehingga dapat menjernihkan pikiran dan
9
kekotorannya sewaktu umat mempersiapkan diri dalam kebaktian. Lingkungan
yang segar dan bersih memupuk pikiran positif serta menarik perhatian bagi
pengunjung tempat kebaktian yang menjadi sumber penghormatan utama.
5. Tata Bangunan
Bangunan utama dimana altar berada, ditempatkan sebagai pusat dari
bangunan lain yang ada di sekelilingnya. Peninggian pada bagian tengah
bangunan akan membantu pertukaran udara yang lebih baik sehingga ruang
kebaktian tidak terasa panas demikian juga dengan resonansi suara yang lebih
sempurna dalam pembacaan paritta. Secara psikologis, bentuk atap yang
menjulang tinggi akan membantu menumbuhkan kesan kecil untuk orang yang
berada di bawahnya.
2.3. Ergonomi
2.3.1. Pengertian Ergonomi
2.4. Antropometri
Data antropometri adalah data – data dari hasil pengukuran yang digunakan
untuk perancangan peralatan. Data – data hasil pengukuran yang dikumpulkan
adalah data ukuran dimensi manusia. Yang menjadi target pengukuran adalah
setiap orang yang menggunakan peralatan/stasiun kerja. Setelah data ukuran tubuh
pengguna dari peralatan/ stasiun kerja didapatkan selanjutnya data tersebut diolah
menggunakan metode statistik5.
Dalam antropometri, terdapat dua macam cara yang dapat ditempuh dalam
upaya untuk melakukan pengukuran dimensi tubuh manusia sebagai berikut :
1. Antropometri statis, merupakan ukuran tubuh dan karakteristik tubuh dalam keadaan
diam (statis) untuk posisi yang telah ditentukan atau sttandar.
13
Gambar 2 (Pengukuran Antropometri Statis Posisi Duduk)
Sumber : Tarwaka, 2004, Ergonomi Untuk Keselamatan Kerja, Kesehatan
Kerja dan Produktifitas
14
Kebutuhan ruang sesuai dengan pengukuran antropometri dan ergonomi ruang
pada unit hunian rumah susun menurut standar dimensi ruang dan gerak tubuh
manusia berdasarkan aktifitasnya oleh neufert adalah sebagai berikut :
1. Berdiri
2. Duduk
15
Gambar 5 (Dimensi standar manusia duduk diatas sofa)
Sumber : Neufert, Data Arsitek Jilid 1
16
3. Makan
17
Sumber : Neufert, Data Arsitek Jilid 1
18
BAB III TINJAUAN KHUSUS
BAB III
TINJAUAN KHUSUS VIHARA PEMANCAR KESELAMATAN
Grand Asia Afrika adalah bangunan yang dibangun di lokasi lahan 12.000 meter
persegi dimulai pada tahun 2012 yang berlokasi di Kota Bandung, tepatnya di Jl. Karapitan
(Simpang Lima) Bandung, Jawa Barat. Bangunan ini memiliki fungsi sebagai rumah susun.
Grand Asia Afrika termasuk kedalam rusunami komersil dimana kepemilikan dan dikelola
oleh swasta.
19
3.2. Data Teknis Grand Asia Afrika
20
3.3. Deskripsi Grand Asia Afrika
Grand Asia Afrika adalah bangunan yang dibangun di lokasi lahan 12.000 meter persegi
dimulai pada tahun 2012 ini sekarang sudah berada di tahap penyelesaian dan akan segera
bisa digunakan secara menyeluruh pada tahun 2019. Bangunan ini berjumlah 26 lantai
dimana setiap lantainya memiliki beberapa jenis unit hunian yang berbeda. Bangunan Grand
Asia Afrika berorientasi ke arah barat, dimana disisi bagian barat memiliki view ke arah
(Alun alun kota Bandung), untuk bagian utara memiliki view ke arah (Pegunungan Dago),
lalu bagian timur memiliki view ke arah (Trans Studio Mall Bandung), sedangkan pada
bagian selatan memiliki view ke arah (Pegunungan Ciwidey dan Puntang).
21
1. Denah Unit Hunian
Dalam 1 lantai tipikal mulai dari lantai 17 - 26, terdapat 92 unit hunian yang
terbagi menjadi 4 tower yaitu Tower (A,B,C,D). Disetiap tower memiliki 6 jenis unit
hunian yang berbeda mulai dari tipe (tipe 1 kamar tidur , tipe 2 kamar tidur, dan tipe
3 kamar tidur). Berikut fasilitas ruang yang ada di tiap tiap type denah unit hunian
Grand Asia Afrika :
1. Unit Hunian Tipe Studio
Unit hunian tipe studio memiliki ukuran 4,8m x 3,8m dan memiliki luasan
19𝑚2 . Unit hunian tipe 1 kamar tidur ini memiliki ruang keluarga, dapur, dan
1 kamar mandi.
22
Gambar 17 (Foto ruang dalam unit hunian tipe studio)
Sumber : Data Pribadi
Keterangan :
ZONA 5 Zona public
ZONA 1 Zona private
Zona service
ZONA 4
ZONA 2
ZONA 3
Zona 1 yang terdiri menjadi satu kesatuan yaitu, ruang tamu, ruang keluarga,
ruang tv. Selanjutnya zona 2 yaitu kamar tidur yang berisi kasur, lemari, meja,
dan cermin. Untuk zona 3 yaitu kamar tidur anak berukuran 1,5m x 2,4m,
untuk zona 4 yaitu toilet yang berisikan shower, toilet, dan wastafle.
Sedangkan zona 5 itu terdiri dari dapur dan tempat mencuci baju dimana ada
mesin cuci, kulkas, kompor gas dan gasnya.
23
Gambar 19(Foto ruang dalam unit hunian tipe 2 kamar tidur)
Sumber : Data Pribadi
Keterangan :
Zona public
ZONA 4
ZONA 2
Zona private
Zona service
ZONA 5
ZONA 3
ZONA 6
ZONA 1
ZONA 4
24
Zona 1 yang terdiri menjadi satu kesatuan yaitu, ruang tamu, ruang keluarga,
ruang tv. Selanjutnya zona 2 yaitu kamar tidur yang berisi kasur, lemari, meja,
cermin dan kamar mandi di dalam dengan ukuran kamar 4,5m x 2,5m. Untuk
zona 3 yaitu kamar tidur yang berisi kasur, lemari, meja, dan cermin dan
berukuran 3,0m x 2,0m, untuk zona 4 yaitu kamar tidur berisi kasur, lemari,
meja, dan cermin yang berukuran 3,6m x 3,0m, zona 4 dan 5 toilet yang
berisikan shower, toilet, dan wastafle. Sedangkan zona 6 itu terdiri dari dapur
dan tempat mencuci baju dimana ada mesin cuci, kulkas, kompor gas dan
gasnya.
BAB IV ANALISIS
25
BAB IV
ANALISIS
Perancangan ruang ergonomi unit hunian pada rumah susun Grand Asia Afrika ini
ditujukan pada rumah susun sederhana milik (Rusunami). Pada rusunami penghuni unit
hunian lebih memiliki hak milik sepenuhnya terhadap satuan rumah susun atau unit
hunian sehingga memiliki hak untuk merubah unit hunian sesuai kebutuhan dan
keinginan dari pemilik unit hunian. Menurut SNI 03-1733-2004 penentuan luas ruang
minimum dalam rumah sederhana adalah 9,6 M2. Pada standarnya rumah susun dapat
dihuni oleh 2-4 anggota keluarga, maka dari itu rumah susun Grand Asia Afrika memliki
beberapa tipe unit hunian muali dari unit hunian tipe studio yang dapat dihuni oleh 2
orang, unit hunian dengan 2 kamar yang terdiri dari kamar utama dan kamar anak serta
unit hunian dengan tipe 3 kamar tidur. Namun pada kondisi di lapangan seiring
berjalannya waktu jumlah anggota penghuni akan mengalami perkembangan, baik karena
bertambahnya anggota keluarga maupun anggota keluarga yang bertumbuh dewasa. Hal
ini lah yang tidak dapat diwadahi dalam unit hunian rumah susun.
Penyediaan ruang sesuai standar tersebut biasanya berisikan sebuang ruang
multifungsi dan area servis berupa kamar mandi, dapur, dan balkon sebagai ruang jemur.
Namun pada kondisi unit hunian rumah susun yang telah dihuni, ruang multifungsi
tersebut mengalami perubahan berupa penambahan sekat baik dari perabot, tirai bahkan
dinding. Hal tersebut terjadi karena adanya pembagian fungsi ruang dikarenakan
perbedaan kebutuhan, khususnya kebutuhan pribadi dikarenakan ruang dasar kurang
mewadahi kebutuhannya.
4.2. Perancangan Ruang Ergonomi Unit Hunian
Permasalahan kenyamanan tinggal bagi penghuni rumah susun, dialami penghuni
dikarenakan keterbatasan ruang yang tidak dapat memenuhi rutinitas aktivitas
penghuninya. Oleh karena itu dibutuhkan adanya fleksibilitas ruang sebagai solusi
permasalahan kenyamanan tersebut dengan optimalisasi dan efektifitas ruang dalam unit
hunian rumah susun Grand Asia Afrika. Pada pemecahan masalah ini, fleksibilitas dapat
dianalisis pada kajian studi Antropometri.
Perancangan ruang Ergonomi tersebut diterapkan atas dasar analisis dengan cara
studi antropometri. Dengan konsep ini, fleksibilitas dan optimalisasi suatu ruang dapat
26
dilakukan melalui penggunaan ruang yang multifungsi yang mampu mewadahi beberapa
kegiatan atau fungsi pada waktu yang berbeda, atau dapat mewadahi kegiatan sesuai
waktu kebutuhannya dalam sebuah ruang yang sama. Berikut ini merupakan dasar
penyediaan ruang fleksibel dimana dapat berubah sesuai kebutuhan aktivitasnya.
1. Unit Studio
Unit studio merupakan tipe unit hunian rumah susun yang memiliki luas
ruangan tidak lebih dari 20 hingga 30 m2. Pada kasus ini, unit studio di rumah
susun Grand Asia Afrika memiliki luasan yang kurang dapat memadai karena luas
bangunannya hanya 18 m2 dimana dengan luasan ruang tersebut kurang dapat
memadai kebutuhan ruang untuk beraktifitas penggunanya. Berikut adalah
gambar lampiran denah unit hunian tipe studio pada rusunami Grand Asia Afrika.
Dari hasil data analisis maka terciptalah sebuah usulan desain dengan memperhatikan
ruang-ruang yang dibutuhkan dengan penyesuaian aktifitas pada unit ini dengan
menggunakan pendekatan Studi Antropometri agar mencapai sebuah ruang optimal.
Dalam kasus ini terdapat permasalahan yang dapat membatasi efektifitas pemanfaatan
ruang yaitu kolom di tengah tengah ruang yang menimbulkan ruang negatif.
RUANG
NEGATI
F
RUANG
NEGATI
F
28
Oleh karena itu, setelah menganalisa dan mempertimbangkan untuk mengatasi
permasalahan ruang yang kurang efektif, penggunaan perabot atau furnitur yang
dirancang ergonomis dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Furnitur yang dapat diaplikasikan pada unit hunian tipe studio rusunami Grand Asia
Afrika adalah sebagai berikut :
1. Meja TV dan Rak Dinding
2. Sofa Bed
Jumlah ruang yang terdapat pada pada unit hunian ini hanya satu ruang yang
dapat digunakan pengguna untuk beraktifitas seperti tidur, menonton tv, makan
dan bekerja. Maka, terciptalah sebuah usulan desain sofa bed yang dapat
bertransformasi di setiap kegiatan kegiatan tersebut.
29
Transformasi 1
Tempat Tidur
Gambar 27 (Usulan Desain Sofa Bed)
Sumber : Data Pribadi
3. Kitchen Set
Dalam mengoptimalisasi ruang dapur yang kegiatannya adalah untuk memasak,
mencuci piring kotor dan juga menyimpan piring maka usulan desain untuk di
daerah dapur ini di buat kitchen set yang dapat memenuhi segala kegiatan di
dapur.
Kitchen Set
Setelah semua furnitur terpasang pada unit hunian maka desain layout ruangan yang
didapat adalah sebagai beriikut :
31
Gambar 32 (Potongan perspektif B-B unit hunian tipe studio)
Sumber : Data Pribadi
Setelah mengetahui jumlah ruang yang terdapat pada unit tersebut, maka
dilakukan analisa kebutuhan ruang pada unit hunian tipe studio. Analisa
kebutuhan ruang pada tipe tersebut berupa studi aktifitas, kebutuhan perabot atau
furnitur yang digunakan serta luas ruang.
32
Nama Ruang Aktifittas Furniture Luas Ruang
4. Duduk 8. Sofa
5. Menonton TV 9. Meja
Ruang utama 6.25 m2
6. Makan 10. Lemari/cabinet
7. Bekerja 11. Rak
12. Tidur 15. Tempat Tidur
13. Beristirahat 16. Lemari Pakaian
Kamar Tidur Utama 5.75 m2
14. Mengganti 17. Meja Rias
Pakaian 18. Rak dinding
19. Tidur
23. Tempat tidur
20. Beristirahat
24. Lemari Pakaian
Kamar Tidur Anak 21. Mengganti 3.91m2
25. Meja Belajar
Pakaian
26. Rak
22. Belajar
27. Memasak 29. Lemari Kabinet
Dapur 28. Mencuci 30. Tempat Memasak 4.37 m2
Piring 31. Washtafle
34. Kloset Duduk
32. Mandi
Kamar Mandi 35. Shower 3.00 m2
33. Buang Air
36. Kapstok
Tabel 2 (Kebutuhan Ruang Unit Hunian Tipe 2 Kamar Tidur)
Dari hasil data analisis maka terciptalah sebuah usulan desain dengan memperhatikan
ruang-ruang yang dibutuhkan dengan penyesuaian aktifitas pada unit ini dengan
menggunakan pendekatan Studi Antropometri agar mencapai sebuah ruang optimal.
Dalam kasus ini terdapat permasalahan yang dapat membatasi efektifitas pemanfaatan
ruang yaitu kolom yang terletak pada kamar tidur utama dan ruang tengah yang
menimbulkan ruang negatif. Selain itu terdapat sebuah ruangan yang berfungsi sebagai
kamar tidur anak yang memiliki permasalahan ruang yang sangat terbatas dan tidak
terdapat pencahayaan dan penghawaan alami untuk ruang tersebut.
B B
33
A
Gambar 34 (Denah Unit Tipe 2 Kamar Tidur, Letak
Permasalahan)
Sumber : Data Pribadi
Kolom
struktur
Cermin
Meja TV
35
Gambar 37 (Usulan Desain Tempat
Tidur Anak)
Sumber : Data Pribadi
3. Kitchen Set
Dalam mengoptimalisasi ruang dapur yang kegiatannya adalah untuk memasak,
mencuci piring kotor dan juga menyimpan piring maka usulan desain untuk di
daerah dapur ini di buat kitchen set yang dapat memenuhi segala kegiatan di
dapur.
Setelah semua furnitur terpasang pada unit hunian maka desain layout ruangan yang
didapat adalah sebagai berikut :
36
Gambar 39 Usulan desain layout furnitur unit hunian tipe 2 kamar tidur
Sumber : Data Pribadi
ar 4.12 (Usulan DesPerabot
37
Gambar 43 (Denah Tipe 3 Kamar
Tidur)
Sumber : Grand Asia Afrika (digambar ulang)
38
Setelah mengetahui jumlah ruang yang terdapat pada unit tersebut, maka dilakukan analisa
kebutuhan ruang pada unit hunian tipe studio. Analisa kebutuhan ruang pada tipe tersebut berupa
studi aktifitas, kebutuhan perabot atau furnitur yang digunakan serta luas ruang.
Tabel 3 Kebutuhan ruang pada unit hunian tipe 3 kmar tidur
Dari hasil data analisis maka terciptalah sebuah usulan desain dengan memperhatikan
ruang-ruang yang dibutuhkan dengan penyesuaian aktifitas pada unit ini dengan
menggunakan pendekatan studi antropometri agar mencapai sebuah ruang optimal.
1 2
A A
3
Gambar 44 (Layout Furnitur Unit Tipe 3 Kamar Tidur)
Sumber : Data Pribadi
39
Dalam kasus ini ada beberapa usulan desain seperti mengatasi kolom besar yang
berada di dalam ruang kamar tidur utama yang menimbulkan ruang negatif dan juga
mengatasi ruang kamar tidur 2 yang secara luasan terlalu sempit. Namun dengan hasil
analisis akhirnya masalah masalah tersebut dapat teratasi dengan membuat sebuah lemari
baju dengan luas ukuran yang terbuang akibat adanya kolom.
Kolom struktur
1
Lemari Baju
Gambar 4.17 (Usulan Desain Perabot)
Sumber: Grand Asia Afrika (digambar ulang)
Selanjutnya masalah di dalam ruang kamar tidur 2. Walaupun terbatas oleh luasan
yang sempit, dengan hasil analisis terciptalah sebuah usulan desain dengan layouting dan
juga dengan penyesuaian ukuran manusia dengan perabot yang dibutuhkan di dalam
ruang tersebut seperti tempat tidur dan lemari pakaian.
Kolom struktur
2
Lemari Baju
Kitchen Set
41
BAB V KESIMPULAN
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Rumah susun Grand Asia Afrika merupakan hunian vertikal yang berada di
perkotaan sebagai solusi pemecahan masalah keterbatasan lahan di perkotaan. Dengan
segmentasi pada kalangan menengah, unit pada rumah susun Grand Asia Afrika memiliki
keterbatasan pada luasan ruang. Oleh karena itu studi ruang ergonomi menjadi hal yang
harus diperhatikan dalam proses mendesain. Berdasarkan hasil analisis menunjukan
bahwa ketersediaan ruang pada unit hunian belum memenuhi kriteria sebuah ruang yang
nyaman, efisien dan optimal. Maka dari itu pada penelitian ini, menghasilkan sebuah
usulan desain interior yang ergonomi. Namun membutuhkan biaya yang cukup mahal
dikarenakan perabot yang digunakan pada setiap ruang adalah perabot yang dibuat khusus
untuk memenuhi kebutuhan ergonomi ruang dan perabot yang digunkan bukan
merupakan barang pabrikasi atau produk massal yang terdapat di pasaran.
42
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Ching, DK; 1990; Pengantar Perancangan Ruang; terjemahan Edward Hutabarat;
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Neufert, Ernst, Jilid 1, Data Arsitek, Jakarta : Erlangga.
Tentang Rumah Susun; 1985; Undang-Undang No.16; Bandung: Peraturan Daerah
Tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman; 2011; Undang-Undang No.16;
Bandung: Peraturan Daerah
Tarwaka; 2004: Ekonomi Untuk Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan Produktifitas;
Surakarta; UNIBA
Setiadi; 2007: Anatomi dan Fisiologi Manusia; Yogyakarta; Graha Ilmu
43
LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran 1 Denah LT G
44
Lampiran 2 Denah Tipikal
45
Lampiran 3 Denah unit hunian tipe studio
46
ZONA 2
47
Lampiran 5 Denah unit hunian tipe 3 kamar tidur
48
Lampiran 6 Usulan desain layout furniture tipe studio
49
Lampiran 7 Potongan pespektif A-A unit hunian tipe studio
50
Lampiran 9 Usulan desain layout furnitur tipe 2 kamar tidur
51
Lampiran 10 Potongan Perspektif A-A tipe 2 kamar tidur
52
Lampiran 12 Usulan desain layout furnitur tipe 3 kamar tidur
53
Lampiran 13 Potongan Perspektif A-A tipe 3 kamar tidur
54
Lampiran 15 Potongan perspektif
55
Lampiran 17 Kitchen set
56
Lampiran 19 Tempat tidur anak
57
Lampiran 21 Sofa Bed
58