Anda di halaman 1dari 6

Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 1, A 197-202

https://doi.org/10.32315/sem.1.a197

Pengantar Tipologi Pintu dan Jendela pada Bangunan Gedung


Sate Bandung
Desti Sukmamiranti

Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung.
Korespondensi : dstskm@yahoo.com

Abstrak

Bangunan Gedung Sate merupakan bangunan kolonilal bersejarah yang menggunakan prinsip
perancangan arsitektur indis. Menurut C. P. Wolff Schoemaker, pada umumnya arsitektur indis
memiliki ciri bangunan dengan wujud yang simetris, memiliki ritme vertikal dan horizontal yang
relatif sama kuat, serta konstruksi bangunannya disesuaikan dengan iklim tropism terutama
pada pengaturan ruang, ventilasi masuknya sinar matahari dan perlindungan hujan. Sudibyo
juga mengharmonikan prinsip-prinsip tersebut dalam upaya mendesain bangunan yang
kontekstual. Harmoni tersebut tampak pada elemen-elemen bangunan baru yang
menggunakan prinsip pada bangunan lama. Empat elemen bangunan tersebut antara lain
dinding, atap, pintu, dan jendela. Hal-hal tersebut akan menjadi menarik untuk dipelajari dan
ditelusuri lebih dalam. Maka dari itu, dalam artikel ini topik yang akan dibahas adalah beberapa
jenis pintu dan jendela pada bagian luar bangunan Gedung Sate Bandung.

Kata-kunci : Gedung Sate, jendela, kolonial, pintu, tipologi

Pendahuluan

Bangunan dengan gaya arsitektur kolonial tidak sedikit yang ada di Indonesia termasuk Kota
Bandung. Saat ini, tidak sedikit bangunan bersejarah diabaikan, dibongkar tanpa melihat nilai-nilai
sejarah dan arsitekturnya. Hal ini terjadi karena perubahan fungsi ruang dalam kota, lalu tidak
tingginya apresiasi masyarakat terhadap bangunan bersejarah, banyak bangunan yang bernilai
sejarah dan seni tinggi tidak dirawat, hingga rusak, dirombak bahkan dibongkar (Sumalyo, 2001: 41).
Pada kondisi sekarang ini, di Bandung masih ditemukan beberapa bangunan kolonial Belanda.
Beberapa bangunan yang berada di kota Bandung ini masih terawat dan dipelihara, sehingga dapat
digunakan sebagai objek penelitian. Oleh karena itu, fokus penelitian ini pada bangunan kolonial
Belanda yaitu Gedung Sate di pusat kota Bandung (Jalan Diponegoro No. 22, Citarum, Bandung
Wetan) terutama pada bagian pintu dan jendela. Pembahasan ini di latar belakangi oleh iklim dan
gaya hidup masyarakat setempat pada masa kolonial Belanda sehingga mempengaruhi perancangan
/ motif dan tata letak pada pintu dan jendela bangunan kolonial Gedung Sate ini.

Pada bangunan ini terdapat berbagai jenis pintu dan jendela yang sebagian besar masih asli dan
belum diganti, maka dari itu dalam tulisan ini saya akan membahas mengenai pengantar tipolgi pintu
dan jendela pada bangunan Gedung Sate. Tipologi merupakan suatu konsep mendeskripsikan
kelompok objek berdasarkan atas kesamaan sifat-sifat dasar yang berupaya untuk memilah atau
mengklasifikasikan bentuk keragaman dan kesamaan jenis. Pengelompokkan atau pengklasifikasian
ini dilakukan agar dapat dianalisa rancangan bukaan pintu dan jendela yang cocok untuk tiap

Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon, Universitas Indraprasta, Universitas Trisakti Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 197
ISBN 978-602-17090-5-4 E-ISBN 978-602-17090-4-7
Pengantar Tipologi Pintu dan Jendela pada Bangunan Gedung Sate Bandung
ruangan, karena kebutuhan masing-masing ruang tidak sama, bukaan pada bangunan juga
disesuaikan dengan sifat ruangan (publik-privat), dan akses hubungannya dengan ruang lainnya.
Studi ini dilakukan untuk memberi pengantar dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan
mendeskripsikan tipologi rancangan pintu dan jendela pada bangunan kolonial Belanda yaitu Gedung
Sate di Bandung.

Gedung Sate

Gambar 1.Gedung Sate 1920-1928.


Source: Wikipedia

Bangunan ini disebut Gedung Sate karena terdapat tiang mirip tusuk sate di bagian atap gedung.
Gedung ini dibangun pada jaman Belanda, tepatnya pada tahun 1920 dan baru selesai pada tahun
1924. Proses pembangunan mengerahkan 2000 orang pekerja. Pekerja yang dipekerjakan bukanlah
pekerja Romusha melainkan pekerja yang dibayar. Pembangunan gedung ini pun melibatkan
sejumlah pekerja asing misal dari negeri Cina. Menurut beberapa sumber Gedung yang pada masa
Hindia Belanda dinamai Gouvernements Bedrijven (GB) ini dibangun dengan hasil perencanaan
sebuah tim yang terdiri dari Ir. J. Gerber, arsitek muda ternama lulusan Fakultas Teknik Delft
Nederland, Ir. Eh. De Roo, dan Ir. G. Hendriks serta pihak Geemente van Bandoeng yang dipimpin
oleh Kol. Pur. VL. Slors. Arsitekturnya merupakan hasil karya dari Ir. J. Gerber dan kelompok yang
tidak lepas mendapat masukan dari maestro arsitek Belanda bernama Dr. Hendrik Petrus Berlage,
sehingga Gedung Sate lekat dengan wajah arsitektur tradisional Nusantara.

Sejarah Gedung Sate

Gedung Sate yang pada masa Hindia Belanda disebut Gouvernements Bedrijven (GB), merupakan
hasil perencanaan sebuah tim yang terdiri dari Ir.J.Gerber, arsitek muda kenamaan lulusan Fakultas
Teknik Delft Nederland, Ir. Eh. De Roo dan Ir. G. Hendriks serta pihak Gemeente van Bandoeng,
diketuai Kol. Pur. VL. Slors dengan melibatkan 2000 pekerja, 150 orang diantaranya pemahat,
dibantu tukang batu, kuli aduk dan peladen yang berasal dari penduduk Kampung Sekeloa,
Kampung Coblong Dago, Kampung Gandok dan Kampung Cibarengkok, yang sebelumnya mereka
menggarap Gedong Sirap (Kampus ITB) dan Gedong Papak (Balai Kota Bandung). Selama kurun
waktu 4 tahun pada bulan September 1924 berhasil diselesaikan pembangunan induk bangunan
utama Gouverments Bedrijven, termasuk kantor pusat PTT (Pos, Telepon dan Telegraf) dan
Perpustakaan. Arsitektur Gedung Sate merupakan hasil karya arsitek Ir. J.Gerber dan kelompoknya
yang tidak terlepas dari masukan maestro arsitek Belanda Dr.Hendrik Petrus Berlage, yang
bernuansakan wajah arsitektur tradisional Nusantara.

A 198 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017


Desti Sukmamiranti

Berdasarkan data yang didapatkan dari situs pemerintah Jawa Barat, Gedung Sate berdiri diatas
lahan seluas 27.990,859 m², luas bangunan 10.877,734 m² terdiri dari Basement 3.039,264 m²,
Lantai I 4.062,553 m², teras lantai I 212,976 m², Lantai II 3.023,796 m², teras lantai II 212.976 m²,
menara 121 m² dan teras menara 205,169 m². Kuat dan utuhnya Gedung Sate hingga kini, tidak
terlepas dari bahan dan teknis konstruksi yang dipakai. Dinding Gedung Sate terbuat dari kepingan
batu ukuran besar (1 × 1 × 2 m) yang diambil dari kawasan perbukitan batu di Bandung timur
sekitar Arcamanik dan Gunung Manglayang.

Pembahasan

Tipologi Pintu dan Jendela pada Bangunan Gedung Sate

Pintu dan jendela memiliki peranan penting dan sangat mementukan dalam menghasilkan makna
yang tepat dalam suatu ruang atau bangunan. Rancangan pintu dan jendela, serta dimensi dan tata
letaknya dalam suatu ruang juga akan mempengaruhi sirkulasi bangunan tersebut dan aktivitas di
dalamnya. Pintu tidak hanya sebagai pembatas antar ruang, tetapi juga sebagai akses masuk,
transisi ruang, penghubung antar ruang, dan sekaligus pengaman. Oleh karena itu, rancangan
desain pintu harus disesuaikan dengan fungsinya dan peletakannya. Peranan pintu sebagai
penghubung antar ruang juga mempengaruhi visual penghuni bangunan, meskipun antar ruang
memiliki keterkaitan, tetapi ada batasan-batasan yang melingkupinya. Jendela merupakan elemen
bukaan pada bangunan yang memiliki peranan penting memberikan kenyamanan pergantian
sirkulasi udara, memasukkan cahaya ke dalam ruang, penghubung visual dari sisi dalam maupun
luar bangunan, dan jendela dapat mempercantik bangunan. Jendela pada bangunan kolonial
memiliki karakteristik yang unik dari segi fungsi, material, maupun rancangannya. Penelitian tentang
elemen arsitektur masih sangat jarang sekali. Penelitian tipologi rancangan pintu dan jendela
bangunan kolonial ini penting untuk dianalisa karena arsitektur kolonial Belanda mempunyai ciri khas,
yaitu adaptif dengan iklim setempat. Oleh karena itu, rancangan bukaan bangunan sangat penting
diperhatikan karena memegang peranan penting terhadap kenyamanan penghuni rumah dan desain
bukaan juga menambah nilai estetis pada suatu bangunan.

Gedung Sate merupakan Bangunan Belanda dibangun dengan gaya yang diadopsi dari negara asal
(Belanda) dengan adanya penyesuaian terhadap iklim tropis basah di Indonesia. Penyesuaian
terhadap iklim tropis basah tersebut sangat mempengaruhi corak arsitektur kolonial di kota Bandung.
Bangunan kolonial Belanda memiliki ciri khas pada bukaan bangunannya. Bukaan pada bangunan
seperti pintu dan jendela merupakan suatu elemen penting pada suatu ruang. Rancangan pintu dan
jendela, serta dimensi dan tata letaknya dalam suatu ruang juga akan mempengaruhi sirkulasi
bangunan tersebut dan aktivitas di dalamnya. Pintu tidak hanya sebagai pembatas antar ruang,
tetapi juga sebagai akses masuk, transisi ruang, penghubung antar ruang, dan sekaligus pengaman.
Oleh karena itu, rancangan desain pintu harus disesuaikan dengan fungsinya dan peletakannya.
Peranan pintu sebagai penghubung antar ruang juga mempengaruhi visual penghuni bangunan,
meskipun antar ruang memiliki keterkaitan, tetapi ada batasan-batasan yang melingkupinya. Jendela
merupakan elemen bukaan pada bangunan yang memiliki peranan penting memberikan
kenyamanan pergantian sirkulasi udara, memasukkan cahaya ke dalam ruang, penghubung visual
dari sisi dalam maupun luar bangunan. Jendela pada bangunan kolonial memiliki karakteristik yang
unik dari segi fungsi, material, maupun rancangannya.

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 199


Pengantar Tipologi Pintu dan Jendela pada Bangunan Gedung Sate Bandung
a. Pintu

Gambar 2. Foto beberapa pintu bagian luar


pada bangunan Gedung Sate Bandung.
Sumber: Penulis

Ragam dan jenis daun pintu memiliki estetika tersendiri dalam mem-permanis suatu bangunan,
selain itu daun pintu juga berfungsi untuk menyaring gangguan-gangguan. Sepanjang masanya,
bangunan Gedung Sate ini hingga sampai sekarang ini telah mengalami banyak perbaikan dan
juga perubahan. Walaupun begitu, sampai sekarang ini Gedung Sate tetap
mempertahankan konstruksi arsitektur aslinya terutama pada bagian pintu dan jendela.. Bentuk
pintu utama bangunan Gedung Sate yang didirikan pada periode masa penjajahan Belanda ini
secara umum bentuk utamanya sederhana yaitu menggunakan bentuk kotak-kotak tanpa unsur
lengkung. Unsur lengkung itupun hanya ditemui pada bovenlicht motif sulur-suluran di atas
pintu.

Gambar 3. Detail bovenlich pada pintu bangunan Gedung Sate Bandung


Sumber: Penulis
A 200 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Desti Sukmamiranti

Gambar 4. Tampak dalam bangunan gedung sate & detail salah satu pintu dari bagian dalam

b. Jendela

Gambar 5. Beberapa jenis jendela bagian luar pada bangunan Gedung Sate
Sumber: Penulis

Ornamen jendela bangunan Gedung Sate mengambil gaya arsitektur Moor Spanyol dengan bentuk
kotak pada bagian atas dan membentuk lengkung pada bagian bawah. Bentuk jendela pada
bangunan Gedung Sate ini memiliki bentuk-bentuk yang geometris dan simetris, tentunya bentuk
dan jenis jendela pada bangunan ini mendapat pengaruh dari gaya art deco. Ciri ornamen bentuk
yang sering digunakan pada rancangan pintu & jendela adalah tata-susun bentuk-bentuk persegi.
Bentuk daun jendelanya dan bukaannya pun memiliki bentuk yang bervariasi, misalnya ada jendela
yang terdiri dari dua buah daun jendela, adapula jendela yang hanya terdiri dari satu daun jendela
saja, adapula yang yang daun jendelanya hanya menutup sebagian dari lubang jendela. Jika ada
perubahan hanya berupa pelepasan lapis pertama pintu / jendela rangkap. Pelepasan jendela / pintu
lapis pertama bukan dikarenakan pintu atau jendela tersebut rusak, tetapi agar memberikan kesan
terbuka dan terang ke dalam ruangan. Hal ini merupakan bukti meskipun bangunan ini telah
dibangun puluhan tahun lalu, tetapi sistem teknologi struktur dan konstruksinya masih kokoh dan

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 201


Pengantar Tipologi Pintu dan Jendela pada Bangunan Gedung Sate Bandung
kuat. Ornamen kaca yang digunakan pada bangunan Gedung Sate ini adalah kaca dan myang
memiliki roster atau lubang ventilasi untuk mengalirkan udara kedalam ruang. Penggunaan jenis
kacanya disesuaikan dengan kebutuhan dan fungsi ruang.

Kesimpulan

Dari data yang telah dikumpukan kemudian di olah, dapat disimpulkan bahwa:

a. Gedung Sate merupakan bangunan kolonilal bersejarah yang menggunakan prinsip


perancangan arsitektur indis.
b. Jenis & konstruksi pintu dan jendela pada bangunan Gedung Sate ini sebagian besar masih
asli dan belum diganti.
c. Gedung Sate merupakan Bangunan Belanda dibangun dengan gaya yang diadopsi dari
negara asal ( Belanda ) dengan adanya penyesuaian terhadap iklim tropis basah di
Indonesia sehingga mempengaruhi bentuk dan jenis pintu&jendela pada bangunan ini.
d. Letak jendela pada Bangunan Gedung Sate berfungsi sebagai ventilasi sirkulasi udara, dan
penghubung visual dengan ruang luar. Jenis jendela yang digunakan pada jendela
bangunan ini mendapat pengaruh dari gaya art deco. 

e. Bentuk-bentuk geometris digunakan dalam rancangan desain pintu dan jendel bangunan
Gedung Sate. Susunan ornamen pada daun pintu dan jendela simetris.

Acknowledgement

Penulis sangat berterimakasih kepada Bapak Bambang Setia Budi, ST., MT., Ph. D selaku dosen
mata kuliah Arsitektur Kolonial yang telah memberikan banyak ilmu, bimbingan serta motivasi
selama proses penyusunan artikel.

Daftar Pustaka

http://www.portalsejarah.com/sejarah-berdirinya-gedung-sate-di-bandung.html
http://www.berbagaireviews.com/2015/03/gedung-sate-dan-sejarah-beserta-fungsi.html
http://liburmulu.com/gedung-sate-gedung-paling-unik-di-bandung/
http://nuharifiandi.blogspot.co.id/2012/03/arsitektur-kolonial-belanda.html
https://architecturejournals.wordpress.com/2011/02/
https://id.wikipedia.org/wiki/Gedung_Sate
aff.mtracker.info/GzA8DdtdIsFtc3HoNG0clJaje2OUOyQcQ86P-LbWmJA
http://citizenmagz.com/?p=12016
http://bandungtempodulu.blogspot.co.id/2015/01/sejarah-singkat-gedung-sate.html
http://imagebali.net/detail-artikel/730-keindahan-arsitektur-gedung-sate-di-bandung-jawa-barat.php

A 202 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017

Anda mungkin juga menyukai