Anda di halaman 1dari 120

SEMINAR ARSITEKTUR

PERANCANGAN PASAR INDUK ROKAN HILIR


DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOPHILIC

Oleh:

Rafli Suhendra
NIM: 1807111755

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2022
SEMINAR ARSITEKTUR

PERANCANGAN PASAR INDUK ROKAN HILIR


DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOPHILIC

Diajukan Untuk Memenuhi


Persyaratan Seminar Arsitektur Tingkat Sarjana Teknik
Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Riau

Oleh:

Rafli Suhendra
NIM: 1807111755

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2022
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini menyatakan bahwa laporan Seminar Arsitektur dengan judul:


Perancangan Pasar Induk Rokan Hilir Dengan Pendekatan Arsitektur Biophilic
tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pekanbaru, November 2022

Rafli Suhendra
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Seminar Arsitektur
ini. Penulisan Laporan Seminar Arsitektur ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu syarat Pra Tugas Akhir untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Jurusan
Arsitektur pada Fakultas Teknik Universitas Riau.
Penulisan Laporan Seminar Arsitektur ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk Pra Tugas Akhir Tingkat Sarjana Teknik
Program Studi Arsitektur pada Fakultas Teknik Universitas Riau.
Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak dalam penulisan laporan seminar ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk
menyelesaikannya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Muhd Arief Al Husaini, ST., MT sebagai Koordinator Program


Studi yang telah memberikan bimbingan, arahan, koreksi, motivasi serta
masukannya kepada penulis.
2. Bapak Wahyu Hidayat, ST,.MURP sebagai Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, koreksi, motivasi serta masukannya.
Bapak dan Ibu Dosen Penguji yang telah memberikan bimbingan, arahan,
koreksi, motivasi serta masukannya kepada penulis.
3. Seluruh Dosen Arsitektur yang telah memberikan pelajaran selama
perkuliahan.
4. Teristimewa kepada Orang tua tercinta, Ibunda Mahyuda dan kepada
Kakak dan Adik penulis yang telah mendukung dan menjadi penyemangat
penulis dalam menyelesaikan penulisan ini serta tak hentinya memberikan
motivasi, semangat dan mendoakan setiap langkah penulis dalam
menggapai cita-cita.
5. Dan seluruh pihak yang terlibat dalam membantu penulis dalam
menyelesaikan laporan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada
penulisan laporan seminar ini, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat
penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga laporan
seminar ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Pekanbaru, 2022

Prasatya Ilham Nugraha Bahri


1707122408
Perancangan Pasar Induk Rokan Hilir Dengan
Pendektan Arsitektur Biophilic

Rafli Suhendra

Program Studi Arsitektur Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Riau

ABSTRAK

Kabupaten Rokan Hilir mempunyai jumlah pasar yang mencapai kurang lebih 73
pasar dari seluruh daerah, namun pemerintah Kabupaten Rokan Hilir belum
menyediakan distribusi untuk pedagang sehingga pedagang harus membeli barang
dagangannya di luar daerah yang membutuhkan banyak waktu dan tenaga yang
dikeluarkan, sehingga membutuhkan lebih banyak modal. Perancangan Pasar
Induk Rokan Hilir ini di rancang sebagai solusi permasalahan yaitu untuk
mempermudah para pedagang Rokan Hilir dalam mendapatkan barang
dagangannya, hasil dari lahan pertanian Kabupaten Rokan Hilir akan
dikumpulkan di pasar induk ini, Keberadaan pasar induk ini diharapkan mampu
bersaing dari segi ekonomi dan mampu mewujudkan visi dan misi kabupaten
Rokan Hilir yaitu “ Terwujudnya Rokan Hilir Sebagai Kawasan Industri Guna
menuju Masyarakat Madani, Mandiri dan Sejahtera”. Pasar ini juga sebagai sarana
promosi produksi daerah sehingga dapat mengundang masyarakat luar untuk
datang berbelanja, dan masyarakat luar juga dapat mengetahui daerah tersebut
khusus nya daerah Bagan siapiapi sebagai Ibukota Kabupaten Rokan Hilir.
Perancangan pasar Induk Rokan Hilir ini mengusung tema Arsitektur Biophilic,
Penggunaan Arsitektur Biophilic bertujuan untuk menghubungkan manusia
dengan alam, menjadikan seolah-olah pengguna tidak terpisah jauh dari alam.
Dengan pendekatan biophilic harapannya dapat menciptakan ruang yang
memberikan kesehatan psikologi dan fisik, mengurangi stress, dan mendukung
produktivitas pengguna bangunan yang dapat menimbulkan kenyamanan bagi
para penjual dan pembeli yang sedang berinteraksi.

Kata Kunci: Perancangan, Pasar Induk, Arsitektur Biophilic, Rokan Hilir.


DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..................................................i


PRAKATA..............................................................................................................ii
ABSTRAK.............................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah..................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................3
1.4.1 Lingkup..............................................................................................4
1.4.2 Batasan...............................................................................................4
1.5 Kerangka Pikir...........................................................................................5
1.7. Keaslian Penulisan....................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................9
2.1 Tinjauan Umum Pasar...............................................................................9
2.1.1 Perkembangan Pasar..............................................................................9
2.1.2 Jenis – jenis Pasar............................................................................10
2.1.3 Fungsi Pasar.....................................................................................12
2.1.4 Kriteria Pasar....................................................................................12
2.1.5 Peran Pasar.......................................................................................12
2.1.6 Komponen Pasar..............................................................................13
2.1.7 Tata Ruang Pasar.............................................................................14
2.1.8 Pola Sirkulasi Manusia Pada Bangunan...........................................19
2.2 Tinjauan Fungsi Perancangan.................................................................22
2.2.1 Pengertian Pasar Induk.....................................................................22
2.2.3 Fungsi Pasar Induk...........................................................................23
2.2.4 Klasifikasi Pasar Induk.....................................................................24
2.2.5 Tinjauan Fasilitas Pasar Induk.........................................................25
2.3 Tinjauan Tema Perancangan...................................................................35
2.3.1 Derfinisi Arsitektur Biophilic..........................................................35
2.3.2 Prinsip Arsitektur Biophilic.............................................................36
2.4 Studi Banding Fungsi Sejenis..................................................................38
2.4.1 Pasar Induk Wonosobo....................................................................38
2.4.2 Pasar Induk Kramat jati....................................................................39
1.4.3 Pasar Induk Jatiuwung.....................................................................42
2.5 Studi Banding Tema Sejenis...................................................................44
2.5.1 H.C. Andersen House.......................................................................44
2.5.2 Second Home Hollywood................................................................49
2.5.3 Envelope House...............................................................................55
BAB III METODE PERANCANGAN ARSITEKTUR...................................58
3.1 Paradigma Perancangan Arsitektur.........................................................58
3.2 Lokasi Perancangan Arsitektur..............................................................59
3.2.1 Peraturan Terkait Perancangan........................................................61
3.2.2 Kriteria Pemilihan Lokasi................................................................63
3.2.3 Kesesuaian dan Analisis Pemilihan Lokasi....................................64
3.3 Metode Operasional Perancangan Arsitektur..........................................65
3.3.1 Sintesa Pustaka.................................................................................65
3.3.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data..............................................65
3.3.3 Teknik Analisa Data.........................................................................67
3.4 Metode Perancangan...........................................................................67
3.5 Bagan Alur Perancangan........................................................................68
BAB IV ANALISIS DAN KONSEP PERANCANGAN...................................69
4.1 Analisi Tapak..........................................................................................69
4.1.1 Anlisis Makro Tapak........................................................................69
4.1.2 Analisi Mikro Tapak........................................................................71
4.2 Analisis Fungsional.................................................................................75
4.2.1 Analisis Fungsi.................................................................................75
4.2.2 Analisa Pengguna dan Kegiatan nya................................................76
4.2.3 Program Ruang................................................................................84
4.2.4 Persyaratan Ruang............................................................................85
4.3 Analisis Sistem Bangunan.......................................................................88
4.3.1 Analisi Sistem Struktur dan Konstruksi...........................................88
4.4 Analisis Hubungan Penerapan Tema dan Fungsi Bangunan...................90
4.4.1 Analisis Entrance pejalan kaki.........................................................90
4.4.3 Analisa Pencahayaan........................................................................91
4.4.4 Hubungan Tema Arsitektur Biophilic Dengan Fungsi Bangunan...93
4.5 Analisi Tampilan Bangunan....................................................................95
4.5.1 Gaya pada Bangunan.......................................................................95
4.5.2 Massa Bangunan..............................................................................96
4.5.3 Fasad Bangunan...............................................................................96
4.5.4 Interior..............................................................................................97
4.5.5 Warna...............................................................................................97
4.5.6 Material............................................................................................98
4.5.7 Vegetasi............................................................................................99
4.6 Konsep...................................................................................................100
4.6.1 Konsep Umum...............................................................................100
4.6.2 Konsep Bangunan..........................................................................100
4.6.3 Konsep Tanaman pada bangunan..................................................101
4.6.4 Konsep Interior..............................................................................102
4.6.5 Konsep Vegetasi............................................................................104
4.6.6 Konsep Tapak................................................................................105
BAB V PENUTUP..............................................................................................107
5.1 Kesimpulan...........................................................................................107
5.2 Saran......................................................................................................107
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................109
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Tabel Perbandingan Penulisan................................................................7

Tabel 2. 1 Besaran ruang pengelola pasar..............................................................28


Tabel 2. 2 Besaran ruang fasilitas pendukung.......................................................29
Tabel 2. 3 Implementasi 14 Pola Desain Biophilik pada Bangunan......................36
Tabel 2. 4 Studi banding Pasar Induk....................................................................42
Tabel 2. 5 Studi banding H.C. Andersen House....................................................45
Tabel 2. 6 Studi banding Second Home Hollywood Office..................................51
Tabel 2. 7 Studi Banding Envelope House............................................................55

Tabel 3. 1 Building Coverage................................................................................60

Tabel 4. 1 Pengguna dan kegiatan pedagang bagi pengguna kendaraan...............75


Tabel 4. 2 Pengguna dan kegiatan pengelola dan karyawan bagi pengguna
kendaraan.......................................................................................................76
Tabel 4. 3 Pengguna dan kegiatan karyawan kebersihan bagi pengguna kendaraan
........................................................................................................................77
Tabel 4. 4 Pengguna dan kegiatan Kebersihan Truck sampah..............................79
Tabel 4. 5 Pengguna dan kegiatan Pembeli bagi pengguna kendaraan.................80
Tabel 4. 6 Pengguna dan kegiatan Pedagang dan karyawan bagi pejalan kaki.....81
Tabel 4. 7 Pengguna dan kegiatan pengelola pasar dan pengunjung bagi pejalan
kaki.................................................................................................................82
Tabel 4. 8 Pembagian Ruang.................................................................................83
Tabel 4. 9 Persyaratan pada ruangan.....................................................................84
Tabel 4. 10 Kebutuhan Ruang................................................................................86
Tabel 4. 11 Penerapan Tema Biophilic Pada bangunan.........................................94
Tabel 4. 12 Penerapan Warna Perancangan...........................................................98
Tabel 4. 13 material pada bangunan......................................................................99
Tabel 4. 14 Penerapan Tanaman Perancangan.....................................................102
Tabel 4. 15 Keterangan Jenis los Pedagang.........................................................104
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Pola pasar yang terlalu pecah............................................................24


Gambar 2. 2 Pola pasar membentuk pola siku.......................................................24
Gambar 2. 3 Pola pasar yang terlalu banyak pertemuan sirkulasi.........................25
Gambar 2. 4 Pola pasar dengan sirkulasi yang terlalu besar..................................25
Gambar 2. 5 Pola pasar sirkulasi terlalu pendek....................................................25
Gambar 2. 6 pergerakan pembeli terlalu lebar.......................................................26
Gambar 2. 7 Pola pasar sirkulasi terlalu Sempit....................................................26
Gambar 2. 8 Pola Sirkulasi Linear.........................................................................27
Gambar 2. 9 Pola Sirkulasi Radial.........................................................................27
Gambar 2. 10 Pola Sirkulasi Spiral........................................................................27
Gambar 2. 11 Pola Sirkulasi Network...................................................................28
Gambar 2. 12 Pola Sirkulasi Campuran.................................................................28
Gambar 2. 13 Ukuran tubuh berdiri.......................................................................34
Gambar 2. 14 Ukuran tubuh berada di koridor......................................................34
Gambar 2. 15 Letak orientasi bangunan terhadap arah angin................................37
Gambar 2. 16 standar ukuran pedestrian................................................................39
Gambar 2. 17 standar ukuran ramp........................................................................39
Gambar 2. 18 standar ukuran ramp........................................................................40
Gambar 2. 19 standar ukuran ramp........................................................................40
Gambar 2. 20 standar ukuran tangga.....................................................................41
Gambar 2. 21 standar keamanan tangga................................................................42
Gambar 2. 22 Pasar Induk Wonosobo...................................................................44
Gambar 2. 23 Pasar Induk Kramajati.....................................................................46
Gambar 2. 24 Pasar Induk Jatiuwung....................................................................48
Gambar 2. 25 H.C. Andersen’s House...................................................................50
Gambar 2. 26 Material kayu dan vegetasi di dalam Bangunan.............................51
Gambar 2. 27 Lanskap dan pattern pada fasad......................................................51
Gambar 2. 28 Pola pengulangan pada fasad dan landskap....................................52
Gambar 2. 29 Light dan Space pada bangunan......................................................52
Gambar 2. 30 Visual Connection With Nature......................................................53
Gambar 2. 31 Non-Visual Connection With Nature.............................................53
Gambar 2. 32 Non-Rhytmic Sensory Stimuli........................................................53
Gambar 2. 33 Connection With Natural System...................................................54
Gambar 2. 34 Material Connection With Nature..................................................54
Gambar 2. 35 Complexity And Order....................................................................54
Gambar 2. 36 Prospect...........................................................................................55
Gambar 2. 37 Mistery............................................................................................55
Gambar 2. 38 Second Home Hollywood...............................................................55
Gambar 2. 39 tanaman yang digunakan.................................................................56
Gambar 2. 40 Pola Pola Berulang dan Interior Ruangan.......................................57
Gambar 2. 41 Fasad dan Dinding Transparan........................................................57
Gambar 2. 42 Visual Connection With Nature......................................................58
Gambar 2. 43 Non-Visual Connection With Nature.............................................58
Gambar 2. 44 Non-Rhytmic Sensory Stimuli........................................................58
Gambar 2. 45 Connection With Natural System...................................................59
Gambar 2. 46 Material Connection With Nature..................................................59
Gambar 2. 47 Complexity And Order....................................................................59
Gambar 2. 48 Prospect...........................................................................................60
Gambar 2. 49 Mistery............................................................................................60
Gambar 2. 50 Envelope House..............................................................................61
Gambar 2. 51 Visual Connection with Nature Envelope House............................62
Gambar 2. 52 Non Visual Connection with Nature Envelope House....................62
Gambar 2. 53 Presence Of Water...........................................................................62
Gambar 2. 54 Material Connection With Nature...................................................63
Gambar 2. 55 Thermal And Airflow Variabil........................................................63
Gambar 2. 56 Risk Envelope House......................................................................63

Gambar 3. 1 Peta Kabupaten Rokan Hilir dan Lokasi site Perancangan...............65


Gambar 3. 2 Lokasi Tapak.....................................................................................66
Gambar 3. 3 Bagan Alur Perancangan...................................................................74
Gambar 4. 1 Lokasi Tapak...............................................................................................68
Gambar 4. 2 lokasi pasar
Gambar 4. 3 Kawasan Sentral Industri............................................................................69
Gambar 4. 4 Respon Analisis Matahari dan Angin..........................................................70
Gambar 4. 5 Analisis Kebisingan dan Respon.................................................................71
Gambar 4. 6 Analisis Vegetasi.........................................................................................71
Gambar 4. 7 Analisis Vegetasi.........................................................................................72
Gambar 4. 8 Orientasi Bangunan.....................................................................................72
Gambar 4. 9 Zoning Pada Bangunan Pasar......................................................................74
Gambar 4. 10 Pondasi Tiang Pancang..............................................................................88
Gambar 4. 11 Struktur Tengah.........................................................................................88
Gambar 4. 12 Space Frame..............................................................................................89
Gambar 4. 13 Analisa Entrance pejalan kaki....................................................................89
Gambar 4. 14 Analisa Entrance Pengendara....................................................................90
Gambar 4. 15 Skaylight Pada Bangunan..........................................................................90
Gambar 4. 16 Kisi-Kisi Jendela Pada Bangunan..............................................................91
Gambar 4. 17 Pencahayaan Buatan lampu.......................................................................91
Gambar 4. 18 Penghawaan Buatan Ac.............................................................................92
Gambar 4. 19 Ventilasi dan bukaan yang luas..................................................................92
Gambar 4. 20 Bentukan Massa Bangunan........................................................................95
Gambar 4. 21 Ilustrasi pemakaian double-skin facade pada bangunan.............................96
Gambar 4. 22 Konsep Umum Perancangan......................................................................99
Gambar 4. 23 Konsep Bangunan....................................................................................100
Gambar 4. 24 Jenis Los Pedagang..................................................................................102
Gambar 4. 25 Vegetasi Pada Bangunan.........................................................................104
Gambar 4. 26 Konsep Tapak dan Sirkulasi....................................................................104
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan ekonomi yang cepat dan stabil merupakan keinginan bagi
setiap negara yang berkembang. Berbagai usaha dilakukan untuk dapat mencapai
pertumbuhan ekonomi yang baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan cara meningkatkan produksi barang-barang dan jasa dalam berbagai
kegiatan contohnya dalam pembangunan pasar yang mampu mewujudkan
peningkatan pertumbuhan ekonomi dan retribusi pasar (D safandi, 2020).
Keberadaan pasar sangat penting dalam menunjang perekonomian, Karena pasar
sebagai sarana jual beli bagi masyrakat setempat guna untuk memenuhi kebutuhan
sehari hari.
Pasar adalah sebuah institusi, tempat pertemuan antara penjual dan
pembeli, suatu peristiwa yang berbentuk dan memiliki budaya yang khas yang
melibatkan banyak orang dan tindakan serta hubungan sosial, yang membentang
pada sejumlah tingkatan. Pasar merupakan salah satu lembaga yang paling penting
dalam sebuah institusi ekonomi dan salah satu penggerak dinamika kehidupan
ekonomi. Berfungsinya lembaga pasar sebagai institusi ekonomi tidak terlepas
dari aktivitas yang dilakukan oleh penjual dan pembeli (damsar, 2002)
Rokan Hilir adalah kabupaten keempat terbesar di Provinsi Riau yang
memiliki jumlah penduduk 658 407 jiwa (https://riau.bps.go.id 2020). dari
banyaknya jumlah penduduk sudah seharusnya Kabupaten Rokan Hilir
mempunyai Fasilitas yang lengkap dari segi ekonomi yaitu salah satunya dari
sektor pasar, Kabupaten Rokan Hilir Memiliki 58 pasar namun yang hanya
terdapat di data hanya 25 pasar saja karena 25 pasar ini yang memberikan
kontribusi terhadap daerah sedangkan yang 33 pasar lainnya belum ikut
berkontribusi dalam pemasukan dana retribusi pasar kepada kas pemerintah
daerah Kabupaten Rokan Hilir, 25 pasar tersebut terdiri dari 802 buah kios. Dari
banyaknya jumlah pasar namun belum tersedianya pasar yang mampu

1
memberikan suplier ke para pedagang sehingga para pedagang harus menunggu
barang datang dari daerah luar atau para pedagang pergi berbelanja ke daerah luar
untuk mendapatkan barang yang akan di jual kembali, dari permasalahan itu
menyebabkan susahnya para pedagang lokal untuk mendapatkan barang tersebut.
Dari permasalahan yang ada maka di rancang sebuah pasar induk yang
bertujuan untuk mempermudah para pedagang pasar di Kabupaten Rokan Hilir,
sehingga kebutuhan pedagang dapat terpenuhi, peran pasar bagi perekonomian
daerah sangatlah vital, Hal ini dikarenakan banyak pihak yang menggantungkan
kelangsungan hidupnya dengan kegiatan pasar,
Pasar induk merupakan pasar yang dalam kegiatannya merupakan pusat
pengumpulan barang komoditi yang akan disalurkan ke para pedagang lainnya,
Pasar induk ditetapkan untuk menjadi pedoman lokasi bagi petani atau peternak
menyalurkan hasil panennya. Sesuai dengan definisi pasar induk, maka disana
lokasi pendistribusian semua hasil bumi untuk disalurkan ke para pedagang yang
kemudian membawanya ke pasar pasar lainnya. Meski pasar induk ditetapkan,
namun tidak ada kewajiban atau aturan spesifik bahwa petani dan peternak
menyalurkan hasil buminya ke pasar induk. Mereka bisa menyalurkan hasil bumi
mereka ke pasar terdekat dengan lokasi mereka jika diinginkan
Pasar induk ini berperan sebagai distribusi pasar di Rokan Hilir, yang
bertujuan untuk mengumpulkan serta menampung barang barang dari luar daerah
ataupun dari daerah local dimana nantinya para pedagang lokal berbelanja barang
ke pasar induk ini, pasar induk ini akan menyediakan kebutuhan barang barang
yang akan di jual oleh pedagang seperti sayuran, ikan dan hasil pertanian lainnya.
Dengan adanya pasar induk ini Kabupaten Rokan Hilir dapat mampu bersaing
dari segi ekonomi dan mampu mewujudkan visi dan misi kabupaten Rokan Hilir
yaitu “ Terwujudnya Rokan Hilir Sebagai Kawasan Industri Guna menuju
Masyarakat Madani, Mandiri dan Sejahtera”. pasar ini juga sebagai sarana
promosi produksi daerah sehingga dapat mengundang masyarakat luar untuk
datang berbelanja dan masyrakat luar juga dapat mengetahui daerah tersebut
khusus nya daerah Bagan siapiapi sebagai Ibukota Kabupaten Rokan Hilir.

2
Perancangan pasar Induk Rokan Hilir ini menggunakan tema Arsitektur
Biophilic, Penggunaan Arsitektur Biophilic bertujuan untuk menghubungkan dan
manusia dengan alam, menjadikan seolah-olah pengguna tidak terpisah serta jauh
dari alam. Poin poin yang diambil dalam pendekatan Arsitektur Biophilic adalah
penggunaan cahaya alami yaitu melalui bukaan dan penggunaan material
transparan untuk dapat memaksimalkan pencahayaan sekaligus untuk membantu
tubuh menghasilkan vitamin dan dapat psikologi membantu meningkatkan mood
dan suasana hati. Kemudian penggunaan penghawaan alami dengan
memaksimalkan sirkulasi udara melalui bukaan-bukaan dengan tujuan agar area
didalam bangunan menjadi segar dan tidak pengap. Poin selanjutnya adalah
penambahan seperti adanya tanaman baik didalam maupun diluar bangunan yang
dapat membuat lingkungan hidup yang sehat, visual dan psikologi pengguna
menjadi lebih baik. Selain itu adanya penambahan area hijau dan tanaman yang
bertujuan untuk lebih mendekatkan manusia dengan suasana alam yang hijau.
Dengan pendekatan biophilic harapannya dapat menciptakan ruang yang
memberikan kesehatan psikologi dan fisik, mengurangi stress, dan mendukung
produktivitas pengguna bangunan serta dapat menimbulkan kenyamanan bagi
para penjual dan pembeli yang sedang berinteraksi.
Dasar dari pemilihan tema ini digunakan karena arsitektur biophilic
merupakan arsitektur yang dalam kegiatan nya melibatkan unsur alam,
beruhubungan dengan fungsi dari pasar induk yaitu kegiatan manusia dipasar
dengan adanya peran alam pada kegiatannya.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang, perancangan Pasar Induk Rokan
Hilir memiliki tantangan masalah sebagai berikut:
1. Aspek standar fungsional pasar induk merupakan permasalahan
perancangan yang bersifat umum, terutama terkait bagaimana pasar dapat
digunakan secara nyaman dan hidup oleh aktifitas jual beli.
2. Mendesain sirkulasi yang baik pada perancangan pasar induk.
3. Menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat mewadahi kegiatan pada

3
perancangan pasar induk Rokan Hilir.

1.3 Tujuan
Berdasarkan uraian dari permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan
pada perancangan Pasar Induk Rokan Hilir ini adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan standar ruang pada fasilitas pasar induk, sehingga
menciptakan ruangan yang nyaman bagi pengguna pasar induk Rokan
Hilir
2. Menciptakan sirkulasi yang baik bagi para pedagang di pasar induk yang
memiliki nilai jual dengan skala besar.
3. Mengidentifikasi kebutuhan fasilitas dan fungsi ruang untuk mewadahi
segala kegiatan pada perancangan Pasar induk Rokan Hilir.

1.4 Lingkup/Batasan
1.4.1 Lingkup
A. Lingkup Substansial
Materi pembahasan berkaitan dengan perancangan Pasar
induk Rokan Hilir terkait dengan fungsi objek perancangan ini
berupa pusat perbelanjaan bagi pedagang, sarana pasar, dan
komersil.
B. Lingkup Spasial
Lingkup wilayah pada objek perancangan ini terletak di
daerah Batu Hampar, jalan lintas Kota Bagan Siapiapi – Ujung
Tanjung, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau.

1.4.2 Batasan
Fungsi yang terdapat pada perancangan Pasar induk Rokan Hilir yaitu
pelayanan, pusat perbelanjaan bagi pedagang dan komersil. Pada perancangan ini
menggunakan pendekatan Arsitektur Biophilic.

4
1.5 Kerangka Pikir

PERANCANGAN PASAR INDUK ROKAN HILIR DENGAN PENDEKATAN ARSITEKRUR BIOPHILIC

LATAR BELAKANG

Memanfaatkan sumber daya alam Kabupaten Rokan Hilir


Mewujudkan visi dan misi kabupaten Rokan Hilir
Pasar induk sebagai distribusi pasar di Rokan Hilir

IDENTIFIKASI MASALAH

Aspek standar fungsional pasar induk merupakan permasalahan perancangan yang bersifat umum, terutama
terkait bagaimana pasar dapat digunakan secara nyaman dan hidup oleh aktifitas jual beli.
Mendesain sirkulasi yang baik pada perancangan pasar induk.
Menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat mewadahi kegiatan pada perancangan pasar induk Rokan Hilir.

TUJUAN

Mengidentifikasi kebutuhan fasilitas dan fungsi ruang untuk mewadahi segala kegiatan pada perancangan Pasar induk
Rokan Hilir.
Menerapkan pendekatan Arsitektur Biophilic pada perancangan Pasar induk Rokan Hilir.
Merumuskan konsep perancangan Pasar induk Rokan Hilir dengan pendekatan Arsitektur Biophilic F
E
E

LINGKUP BATASAN D
B
Lingkup Substansial Fungsi
A
Materi pembahasan berkaitan dengan perancangan Pasar Batasa dalam Penerapan Perancangan pasar induk Rokan Hilir
C
induk Rokan Hilir terkait dengan fungsi objek perancangan ini meliputi sebagai retribusi dan distribusi Kabupaten Rokan Hilir
berupa pusat perbelanjaan bagi pedagang, sarana pasar, dan Lokasi perancangan pasar induk Rokan Hilir berada di Kota
K

komersil. Bagan Siapiapi, yang mana sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Lingkup Spasial Wilayah Pekanbaru (RTRW).
wilayah pada objek perancangan ini terletak pada daerrah batu
hampar kota Bagan Siapiapi, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi
Riau

STUDI BANDING PENGUMPULAN DATA STUDI LITERATUR

ANALISIS

FUNGSIONAL SISTEM BANGUNAN SITE TEMA PERANCANGAN

KONSEP

5
1.6 Sistematika Pembahasan
Pada perancangan mengenai perancangan Pasar induk Rokan Hilir ini
menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang pokok-pokok pikiran yang melatar belakangi
pemilihan judul, permasalahan, tujuan permasalahan, lingkup bahasan dan batasan
permasalahan, kerangka pikir, sistematika pembahasan,serta keaslian penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang uraian mengenai tinjauan fungsi rancangan, tinjauan tema
rancangan, dan tinjauan yang dibutuhkan untuk perancangan Pasar induk Rokan
Hilir, serta pembahasan yang berkaitan dengaan studi banding fungsi dan tema
perancangan sejenis tentang arsitektur Biophilic.
BAB III METODE PERANCANGAN
Pada bab ini menjelaskan paradigma perancangan arsitektur berupa strategi
perancangan dan juga metode pengumpulan data, tinjauan lokasi perancangan
berupa latar belakang pemilihan lokasi, peraturan terkait perancangan, kriteria
pemilihan lokasi, kesesuaian dan analisis pemilihan lokasi, lalu menjelaskan
tentang metode operasional perancangan arsitektur yang terkait sintesa Pustaka,
jenis dan metode pengumpulan data, maupun mengenai Teknik analisa data, serta
metode perancangan Pasar induk Rokan Hilir dengan Pendekatan Arsitektur
biophilic.
BAB IV ANALISIS DAN KONSEP PERANCANGAN
Bab ini berisi tentang analisis dan konsep perancangan Pasar induk Rokan Hilir.
Analisis perancangan yang meliputi analisis tapak, yang terdiri dari analisis makro
dan analisis mikro pada tapak, lalu analisis fungsional, analisis system bangunan,
analisis hubungan penerapan tema dan fungsi bangunan, analisis tampilan fisik
bangunan, analisis lain yang diperlukan serta konsep yang digunakan pada
perancangan Pasar induk Rokan Hilir.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang ringkasan isi yang memuat data secara singkat, jelas dan
padat mengenai perancangan perancangan Pasar induk Rokan Hilir dengan

6
Pendekatan Arsitektur Biophilic.

1.7. Keaslian Penulisan


Berdasarkan penelusuran tentang judul perancangan Pasar induk Rokan
Hilir dan tema pendekatan desain Arsitektur Biophilic, terdapat 7 (Tujuh) judul
yang memiliki keterkaitan, yaitu:
Tabel 1. 1 Tabel Perbandingan Penulisan

No Judul Persamaan Perbedaan


.
1. Pasar induk cengkareng dengan
penekanan desain arsitektur tropis, Fungsi Objek Pendekatan
( Skripsi oleh Anton Wibisono, Perancangan Perancangan Arsitektur
Arsitektur, Fakultas Teknik, Tropis
Universitas Diponogoro, 2005)

2. Redesain Pasar Induk Batang, ( Skripsi

oleh Sesi Agustina, Arsitektur,


Fungsi Objek Pendekatan
Fakultas Teknik, Universitas
Perancangan Perancangan Arsitektur
Diponogoro, 2009) Tropis

3. Redesain Pasar Induk Wonosobo,


( Skripsi oleh Danang Purwanto, Fungsi Objek Redesain
Arsitektur, Fakultas Teknik, Perancangan
Universitas Diponogoro, 2004)
4. Perancangan pasar induk agrikultur di
area simpang lima Gumul Kabupaten Fungsi Objek Pendektan eko-
Kediri, (skripsi oleh T Wahyudi Perancangan Arsitektur
Arsitektur, Fakultas Teknik, UIN
Malang, 2004
5. Redesain pasar induk tanah Tinggi Objek perancangan
Pendekatan
Tanggerang dengan pendekatan
perancangan arsitektur
arasitektur Tropis ( skripsi oleh A tropis
anggraini, arsitektur, Fakultas Teknik,
Universitas Diponogoro 2015)

7
No Judul Persamaan Perbedaan
.
6. Redesain Pasar Tradisional Kolombo Menggunakan tema Fungsi pada
Arsitektur Biophilic perancangan yaitu
di Condongcatur, Sleman, Yogyakarta
menambahkan fungsi
Dengan Penambahan Fungsi Kuliner pasar menjadi fungsi
kuliner
dan Penekanan Pada Pencahayaan dan
Penghawaan pada Bangunan (Skripsi
oleh Erwindo Wirajaya, Arsitektur,
Fakultas Teknis Sipil dan Perencanaan
2018)
7. Redesain Pasar induk Lambaro di aceh Objek perancangan Tema arsitektur neo-
vernakular
besar ( skripsi oleh Dhany Safandi,
Arsitektur , Fakultas Teknik
UNMUHA 2020)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan dalam


penulisan judul seperti perbedaan fungsi maupun perbedaan tema. Judul yang
penulis ambil yaitu perancangan Pasar Induk Rokan Hilir dengan Pendekatan
Arsitektur Biophilic yang memiliki perbedaan pada tema, fungsi dan juga
pendekatan dengan judul penulisan dibanding dengan judul penulisan pada tabel
diatas. Dari beberapa judul yang menjadi bahan perbandingan dan pembelajaran
guna menyempurnakan materi seminar arsitektur yang disusun.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Pasar


2.1.1 Perkembangan Pasar
Perkembangan sebuah pasar secara garis besar diawali dengan adanya dua
kebutuhan yang berbeda sehingga muncul barter pada saat itu. Pasar terus
berkembang setelah dikenal nilai tukar barang (uang), muncul pasar tradisional
yang memiliki lokasi tersebar pada ragam wilayah dan menempati tempat yang
lebih permanen. Pada awalnya pasar tradisional ini mengambil tempat di suatu
ruang atau lapangan terbuka, di baw ah pohon besar yang telah ada, di salah satu
sudut perempatan jalan atau tempat lain yang setidaknya adalah strategis dilihat
dari lokasi lingkungan yang bersangkutan (Adhi Moersid, 1995).

Menurut Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), jumlah


pasar tradisional di Indonesia saat ini lebih dari 13.450 pasar dengan jumlah
pedagang berkisar 12.625.000. Jumlah tersebut merupakan gabungan dari jumlah
pasar tradisional di beberapa provinsi di Indonesia. Pasar adalah area tempat jual
beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat
perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan maupun
sebutan lainnya. Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan
Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha
berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil,
menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal
kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar
(Perpres RI No. 112 tahun 2007).

9
2.1.2 Jenis – jenis Pasar
A. Menurut Hentiani (2011) membagi jenis pasar sebagai berikut :
1) Menurut Jenis Barang Pasar jenis ini hanya menjual satu jenis barang
tertentu, misalnya pasar hewan, pasar sayur, pasar ikan dan daging, pasar
loak dan pasar seni.
2) Menurut Bentuk Kegiatannya. Bentuk kegiatan pasar dibagi menjadi dua
yaitu:
a) Pasar Nyata merupakan pasar yang diperjualbelikan dan dapat dibeli
oleh pembeli, misalnya pasar tradisional atau swalayan.
b) Pasar Absrak adalah pasar dimana pedagang tidak menawarkan produk
yang dijual dan tidak membeli langsung tetapi menggunakan surat
dagangan, seperti pasar online, saham, modal dan valuta asing.
3) Jenis Pasar Menurut Keleluasaan Distribusi Pasar keleluasaan distribusi
barang dibedakan menjadi :
a) Pasar Lokal, Pasar lokal adalah pasar yang menjual barang-barang
untuk kebutuhan masyarakat sekitar. Misalnya, pasar sayuran, pasar
bunga, dan pasar ikan.
b) Pasar Daerah, Pasar daerah adalah pasar yang menjual hasil produksi
pada daerah tertentu. Biasanya dalam pasar ini berkumpul para
pedagang menengah yang melayani pedagang-pedagang kecil atau
eceran. Misalnya, pasar sepatu di Manding.
c) Pasar Nasional, Pasar nasional adalah pasar yang memperdagangkan
barang-barang yang konsumennya meliputi seluruh wilayah negara.
Misalnya, pasar modal, bursa efek dan bursa tenaga kerja.
d) Pasar Internasional, Pasar internasional adalah pasar yang
memperdagangkan barang-barang yang konsumennya meliputi dunia
internasional. Misalnya, pasar internasional karet di Singapura, pasar
wol di Sydney, pasar kopi di Santos (Brazil) dan pasar gandum di
Kanada.
4) Pasar Menurut Waktu

10
a) Pasar Harian, Ialah pasar yang mempertemukan pembeli dan penjual
setiap hari dengan jenis dagangan berupa kebutuhan konsumsi,
kebutuhan produksi, kebutuhan bahan mentah dan kebutuhan jasa.
b) Pasar Mingguan Merupakan yang kegiatan jual belinya dilakukan
seminggu sekali. Umumnya terdapat di daerah yang jarang penduduk,
seperti pedesaan.
c) Pasar Bulanan Adalah pasar yang dilakukan dalam sebulan sekali dan
hanya terdapat didaerah tertentu. Umumnya pembeli akan membeli
barang tertentu yang kemudian di jual kembali, seperti pameran batu
akik, lukisan atau parade kesenian.
d) Pasar tahunan Ialah pasar yang dilakukan setiap satu tahun sekali.
Jenis pasar ini bersifat nasional dan diperuntukkan untuk promosi
terhadap produk atau barang baru. Misalnya, pekan raya, pasar malam
menjelang Hari Raya Idul Fitri dan lain-lain.
B. Menurut Parawangsa dalam Asakdiyah (2004) terdapat 3 kelompok jenis
pasar, yaitu :
a) Pasar Modern Transkasi dalam pasar modern terjadi ketika pembeli
melihat label harga yang tercantum dalam barang berupa barcode,
berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri
bahkan dilayani pramuniaga. Produk yang dijual di pasar modern ini
cenderung dapat bertahan dalam jangka waktu lama (tidak mudah
basi) seperti piring, gelas,baju, ciki dan lainnya.
b) Pasar Tradisional, Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya
para pedagang dan penjual secara langsung. Dimana yang diperjual
belikan sebagian besarnya adalah kebutuhan pokok sehari-hari seperti
sayur, cabe, bawang , beras dan lain sebagainya dan cenderung habis
dalam kurun waktu yang singkat.
c) Pasar Campuran Merupakan perpaduan antara pasar modern dan pasar
tradisional. Umunya pasar campuran dibangun sebagai hasil renovasi
pasar tradisional dengan bekerjasama dengan pihak swasta maupun
mengikutsertakan pemodal.

11
2.1.3 Fungsi Pasar
Fungsi Pasar Ada lima fungsi utama pasar menurut Soeratno (2003),
yaitu :
1. Pasar menentukan harga dan nilai barang. Permintaan barang yang meningkat
menunjukkan kebutuhan masyarakat yang lebih banyak, sehingga mendorong
produksi barang lebih banyak pula. Hal ini dikarenakan dalam jangka yang
relatif singkat perusahaan tidak bisa menambah jumlah barang yang
ditawarkan dengan seketika Akibatnya harga barang naik.
2. Pasar mengorganisasi produksi. Harga barang akan menjadi acuan perusahaan
dalam menentukan metode produksi yang paling efisien.
3. Pasar mendistibusikan barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan.
4. Pasar menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan dimasa mendatang
5. Pasar melakukan penjatahan

2.1.4 Kriteria Pasar


Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 20 th. 2012, bab II, pasal 4 pasar
tradisional memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Pasar tradisional dimiliki, dibangun dan dikelola oleh pemerintah daerah.
2. Adanya sistem tawar menawar antara penjual dan pembeli
3. Tempat usaha yang beragam pada satu lokasi yang sama.
4. Sebagain besar barang dan jasa yang ditawarkan berasal dari lokal daerah

2.1.5 Peran Pasar


Menurut Irwan Abdulah (1989), Peranan pasar dalam kehidupan sehari -
hari dapat disimpulkan sebagai berikut ini:
1. Pasar berfungsi sebagai tempat interaksi antar masyarakat
2. Pasar sebagai area pembauran
3. Pasar sebagai pusat informasi

12
2.1.6 Tata Ruang Pasar
Menurut Hall.E, (1966) pengalaman ruang dapat dibentuk melalui :
a. Visual space,terbentuk dari persepsi indera mata
b. Audial space, terbentuk dari persepsi indera pendengaran
c. Olfactual space, terbentuk dari persepsi indra penciuman
d. Thermal space, terbentuk dari persepsi terhadap temperature
lingkungan
e. Tectile space, terbentuk dari persepsi indra peraba yang terbentuk dari
kemampuan meraba.
f. Kinesthetic space, terbentuk dari batas-batas keleluasaan gerak
manusia Karekteristik ruang dari seluruh tempat dapat merubah
kemampuan seseorang untuk bersatu atau berpisah. Karekteristik
ruang disini tidak berdiri diantara orang-orang seperti pembatas, tetapi
melalui konteks fisik yang diubah, dimana aspek visual, aural, tactile,
olfactory, dan hubungan persepsi ikut mengambil peranan.
Karakteristik ruang meliputi :
1. Bentuk ruang
Ruang selalu memiliki bentuk. Menurut Zeizel (1991) bentuk
merupakan bagaian dari suatu keadaan yang dapat merubah
pola interaksi manusia. Bentuk memberikan pengaruh utama
secara visual dan hubungan persepsi jika diinginkan, bentuk
dapat memberikan petunjuk yang menganggap area dalam satu
bagian menjadi bagian lain yang terpisah.
2. Orientasi ruang Menurut Zeizel (1991), penggunaan ruang
untuk suatu kegiatan tertentu seringkali terkait dengan
bagaimana ruang tersebut ditemukan. Orientasi ruang dapat
memberikan peluang agar ruang tersebut mudah ditemukan,
dilihat, diawasi dan dicapai.
3. Ukuran ruang Hubungan kedekatan sosial antara manusia
menurut Zeizel (1991) dapat terlihat sebagai jarak sosial. Jarak
tersebut diaransemen oleh ukuran ruang. Pada ruang dengan

13
ukuran lebih besar, orang lebih mudah melakukan pemisahan
diri, sedangkan ruang dengan ukuran lebih kecil orang-orang
berada dalam suatu kebersamaan.
4. Pembatas ruang ( barriers) Zeizel (1981) menyatakan bahwa
pembatas ruang adalah semua elemen fisik yang dapat
mempersatukan atau memisahkan manusia dalam suatu
dimensi. Pembatas juga menjelaskan perbedaan kepemilikan
antar suatu tempat yang diperbolehkan dan yang dilarang.
Dengan demikian unsure pembatas ini sangat menentukan
pengambilan keputusan tentang ruang yang akan
digunakan.Elemen fisik yang dimaksud dapat berupa pagar,
dinding, tanaman, atau fasilitas umum. Tiap elemen memiliki
sifat yang berbeda, oleh karenanya fungsi kegiatan yang terjadi
selalu akan menyesuaikan.
5. Komponen ruang didalam ruang terdapat berbagai komponen
yang memiliki kekuatan sebagai penarik (magnet)
berlangsungnya suatu fungsi kegiatan ( Arnold : 1972 dalam
Djauhari: 1998).
Akibat dari komponen tersebut menimbulkan fungsi kegiatan
lain yang disebut sebagai kegiatan bawaan,sehinga akan
meningkatkan frekfensi dan variasi kegiatan di ruang tersebut.
6. Kondisi ruang terkait dengan temperature, polusi udara dan
kebisingan
Pada ruang dengan suhu atau kebisingan yang berlebihan,
manusia cenderung menghindar (wirawan,1992) sebaliknya
manusia akan memanfaatkan bila kondisi ruang menunjukkan
kondisi teduh, nyaman dan tidak polusif. Terjadinya hubungan
antar manusia dengan suatu obyek baik secara visual maupun
melalui indera pendengar, indera pencium ataupun perasa,
akan menimbulkan kesan ruang.
Kesan meruang dapat tercipta dengan menempatkan tinggi

14
dinding melebihi tinggi manusia dan memutuskan pandangan
yang menerus dari lantai. Dinding rendah terutama hanya
digunakan untuk membagi suatu daerah, dan kurang
menimbulkan kesan meruang. Dinding rendah efektif
digunakan sebagai pagar di sepanjang lantai yang ditinggikan,
pemberi arah gerakan, Dinding lebih tinggi dari orang akan
memberi daya meruang dan pembukaan dengan arah vertikal
akan menjadi penting.
A. Tata Komoditi Barang
Dalam buku Urban Market Developing Informat Retailing (1990), karya
David Dewar dan Vanessa Watson, pembagian tata ruang komoditi barang
dagangan dibagi sesuai dengan sifat barang. Misalkan barang dagangan seperti
daging dan ikan dapat didekatkan area dagangnya karenamemiliki sifat barang
yang sama seperti basah, butuh tempat pendingin, butuh ruang untuk memotong,
dan lain-lain. Berikut beberapa alasan mengapa barang dagangan harus dipisahkan
sesuai dengan sifat barang tersebut.
1. Mempermudah konsumen untuk memilik dan membanding-bandingkan
harga dan barang.
2. Banyaknya kemungkinan perilaku konsumen.
3. Karakter penanganan komoditi yang berbeda-beda, seperti tempat
pencucian, tempat penyimpanan, drainase.
4. Efek yang di timbulkan pada tiap barang dagangan berbeda-beda.
Seperti tampak barang dagangan dan bau yang muncul.
5. Berbednya karakteristik tempat atau lingkungan yang di butuhkan dari
tiap barang. Seperti pencahayaan, penghawaan dan lain-lain.

B. Ruang Ruang terpinggirkan


Dalam penataan ruang pasar juga terdapat beberapa masalah yang dapat
memberi efek tertentu terhadap konsumen dan pengunjung dan juga para
pedagang. Salah satunya adalah masalah ruang terpinggirkan karena adanya
kesalahan dalam penataan ruang pasar terkait letak kios dan los. Hal ini

15
mempengaruhi terhadap sering atau tidaknya suatu kios dan los itu di kunjungi
oleh pembeli.
Dalam buku karya David Dewar dan Vanessa Watson yang berjudul
“Urban Market Developing Informat Retailing” (1990), Terdapat kemungkinan
adanya sebuah area yang jarang sekali didatangi oleh pengunjung karena letaknya
yang dicirikan sebagai ruang mati. Terdapat 4 (empat) macam deadspots yang
ada, yaitu:
a. Yang disebabkan karena titik pedagang terlalu tersebar dan terpecah
Titik atau area mati ini di sebabkan karena tatanan toko yang terletak
saling berhadapan dan pada satu sisi posisi toko tersusun secara acak
sehingga terdapat titik yang kosong dan membentuk pertemuan
sirkulasi

Gambar 2. 1 Pola pasar yang terlalu pecah


Sumber : (neufert,2002)

b. Yang di sebabkan karena adanya toko dan kios yang berhadapan dan
membentuk pola siku

Gambar 2. 2 Pola pasar membentuk pola siku


Sumber : (neufert,2002)

16
c. Yang di sebabkan karena banyaknya pertemuan sirkulasi

Gambar 2. 3 Pola pasar yang terlalu banyak pertemuan sirkulasi


Sumber : (neufert,2002)

d. Yang di sebabkan karena sirkulasi pengunjung terlalu besar

Gambar 2. 4 Pola pasar dengan sirkulasi yang terlalu besar


Sumber : (neufert,2002)

Selain masalah dead spots, juga terdapat bebera maslaah dalam penataan
ruang pasar yang berhubungan dengan tata komoditi barang dagangan. Antara
lain:
a. Jarak Pertemuan Pergerakan Pembeli terlalu Pendek

Gambar 2. 5 Pola pasar sirkulasi terlalu pendek


Sumber : (neufert,2002)

17
b. Pergerakan Pembeli terlalu Lebar

Gambar 2. 6 pergerakan pembeli terlalu lebar


Sumber : (neufert,2002)

C. Pergerakan Pembeli Terlalu Sempit

Gambar 2. 7 Pola pasar sirkulasi terlalu Sempit


Sumber : (neufert,2002)

2.1.7 Pola Sirkulasi Manusia Pada Bangunan


Pada sebuah bangunan terdapat beberapa pola yang dijadikan sebagai
patokan perancangan, mulai dari pola sirkulasi, pola ruangan, dan pola bentuk
ruang. Dalam perancangan sebuah pasar, sangat penting untuk mengetahui
bagaimana pola-pola sirkulasi yang biasa dilakukan oleh manusia (D.K. Ching,
2007) yang nantinya akan mempengaruhi bagaimana penempatan komoditas,
kios-kios atau los, parkir, dan entrace.
Berikut beberapa pola sirkulasi secara umum
1. Pola Linear
Pola linear merupakan pola sirkulasi yang membentuk satu garis lurus
yang dimulai dari satu titik dan berakhir pada titik yang dituju. Pola ini biasa
digunakan untuk menentukan deretan ruang yang akan dibentuk. Pola linear ini
biasa digunakan pada jalan, lorong, dan lainnya.

18
Gambar 2. 8 Pola Sirkulasi Linear
Sumber : DK Ching, 2007

2. Pola Radial Pola radial juga merupakan pola sirkulasi yang berawal dari
satu titik yang menjadi pusat dan berakhir di beberapa titik yang menyebar dan
bisa juga kebalikannya. Pola ini digunakan untuk menciptakan ruang yang kaya
pergerakan contohnya seperti ruang gym.

Gambar 2. 9 Pola Sirkulasi Radial


Sumber : DK Ching, 2007

3. Pola Spiral
Seperti pada namanya, pola ini merupakan pola yang berbentuk memutar
dan berujung pada satu titik di tengah. Pola ini banyak digunakan dalam
perancangan yang berada pada area lahan terbatas karena pola sirkulasi akan
diarahkan kedalam atau ketengah, tidak menyebar keluar.

19
Gambar 2. 10 Pola Sirkulasi Spiral
Sumber : DK Ching, 2007

4. Pola Network
Pola network merupakan pola sirkulasi yang terbentuk menjadi jaringan-
jaringan grid. Karena adanya grid tersebut maka banyak terdapat beberapa titik
pertemuan yang saling menghubungkan ruang satu sama lainnya. Dengan kata
lain pola ini juga dikenal dengan pola titik terpadu. Sesuai dengan konsep gridnya
pola
ini biasa digunakan pada bangunan dan ruangan perkantoran, sekolah, dan
lainnya.

Gambar 2. 11 Pola Sirkulasi Network


Sumber : DK Ching, 2007

5. Pola Campuran
Pola ini adalah pola sirkulasi campuran dari ke empat pola di atas. Pada
pola ini dicoba untuk membentuk sebuah perpaduan pada ruang, tetapi akan justru
terlihat membingungkan.

20
Gambar 2. 12 Pola Sirkulasi Campuran
Sumber : DK Ching, 2007

2.2 Tinjauan Fungsi Perancangan


2.2.1 Pengertian Pasar Induk
Pasar induk merupakan pasar yang dalam kegiatannya merupakan pusat
pengumpulan bahan bahan pangan atau komoditi untuk disalurkan ke pasar pasar
lainnya. pasar induk ini memiliki persentase jual yang lebih tinggi dari pasar
biasa. Pasar induk ini memiliki pelayanan regional serta sistem pembelian nya
borongan atau grosiran.
Pasar Induk umumnya hanya ditemukan di negara-negara berkembang.
mereka berada di kabupaten atau kota-kota regional dan mengambil sebagian
besar produk mereka dari pasar perakitan pedesaan terletak di daerah produksi, di
mana transaksi yang berskala lebih besar dan biasanya terjadi antara petani dan
pedagang. Perbedaan antara pasar perakitan pedesaan dan pasar grosir sekunder
adalah bahwa pasar grosir sekunder dalam operasi permanen (bukannya musiman
di alam atau berurusan dalam produk khusus), volume yang lebih besar dari
produk yang diperdagangkan dari pada di pasar perakitan pedesaan dan fungsi
khusus mungkin hadir seperti agen komisi. saling mencakup semua kegiatan yang
terlibat dalam menjual barang dan jasa kepada mereka membeli untuk dijual
kembali atau penggunaan bisnis Perusahaan yang bergerak dalam grosir disebut
grosir.
Dengan demikian pasar induk merupakan suatu wadah yang menjadi
distributor bagi para pedagang dan sebagai penyediaan barang bagi para pedagang

21
yang diharapkan dapat meningkatkan reribusi pasar. Dari potensi yang ada maka
pasar induk ini sangat di butuhkan untuk mempermudah para pedagang dalam
pencarian barang dan pengumpulan hasil produksi petani.

2.2.3 Fungsi Pasar Induk


Pada perancangan Pasar Induk terdapat beberapa fungsi yang diantaranya:
1. Turut serta dalam melaksanakan pembangunan daerah, menunjang
kebijakan serta program pemerintah daerah dibidang ekonomi dan
perdagangan serta membantu terciptanya ketahanan pangan dan
perlindungan konsumen di daerah
2. Membangun dan mengembangkan Pasar dengan menerapkan prinsip-
prinsip tata kelola yang baik
3. Berperan dalam membantu ketersediaan pasokan, stabilitas dan
keterjangkauan kebutuhan bahan pokok
4. Melakukan pembinaan terhadap pedagang pasar
5. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
6. Perencanaan, pembangunan, pemeliharaan, dan perawatan area pasar
7. Penyediaan, pemeliharaan, dan perawatan sarana dan kelengkapan area
pasar
8. Pengawasan dan Pengendalian pemanfaatan area pasar
9. Bantuan terhadap stabilitas harga barang
10. Bantuan terhadap ketersediaan dan kelancaran distribusi barang dan
jasa
11. Pelaksanaan dan pengembangan kerjasama, dan
12. Pengendalian keamanan dan ketertiban dalam area pasar

2.2.4 Klasifikasi Pasar Induk


Pasar induk mempunyai arti yang bermacam-macam pasar dapat pula
diklasifikasikan menurut kegiatan, statusnya, jenis barang yang dijual-belikan,
tingkatnya, pelayanan dan cara pengelolaanya, adapun uraianya dapat dilihat
sebagai berikut :

22
A. Klasifikasi Pasar Berdasarkan Tingkatannya Menurut tingkatnya pasar
dibedakan menjadi tiga bagian (Winardi, 1962 : 182) yaitu :
1. Pasar Dunia yaitu pasar yang keseluruhan permintaan dan penawaran yang
berhubungan satu sama lainnya meliputi seluruh dunia.
2. Pasar Regional atau Pasar Induk, yaitu pasar yang mempunyai fungsi
pelayanan regional dan lokal serta sistem transaksinya secara borongan.
3. Pasar Lokal atau Pasar Lingkungan, yaitu memiliki fungsi pelayanan
lingkungan sekitar pasar dan transaksinya eceran.

B. Klasifikasi Pasar Berdasarkan Pelayanannya, menurut Sansumaji yaitu :


1. Pusat Perdagangan Utama (Pusat Kota) Kegiatan perdagangan yang
cenderung berlokasi di pusat kota, terdiri atas kegiatan perdagangan
eceran.
2. Pusat Perdagangan Kedua (Pusat Wilayah) Lokasi perdagangan cenderung
menyebar ke daerah transisi (pinggiran kota), tetapi masih berlokasi pada
jalan utama (regional). Jenis barang yang diperdagangkan suadah terbatas
pada barang primer dan sekunder.
3. Pusat Perdagangan Ketiga (Pusat Lingkungan) Lokasi perdagangan berada
di lingkungan-lingkungan perumahan penduduk dengan inti kegiatan
pasar-pasar lingkungan.
2.2.5 Elemen Pasar Induk
Adapun elemen elemen pasar induk mempunyai arti sebagai bagaian
bagian dari suatu kelompok yang memiliki keterkaitan fungsi antara yang satu
dengan yang lainnya Elemen elemen dalam suatu pasar induk (Donny
Hermansyah 1999:27 sebagai berikut :

1. Pelayanan dalam skala besar (regional dan lokal)


2. Komoditas yang diperdagangkan adalah bahan pangan dan pokok
3. Konsumen adalah pedagang pengecer dalam konsumen besar
4. Adanya fasilitas pergudangan sebagai tempat penyimpanan barang
5. Unit pengolahan sederhana (sortasi, klasifikasi, dan pemberian label)

23
6. Aktivitas bongkar muat yang tinggi

2.2.6 Prosedur Kegiatan di Pasar Induk


Prosedur kegiatan pasar induk dimulai dari kedatangan barang komoditi dari
petani produsen hingga pada konsumen di psar induk tersebut, prosedur tersebut
juga mengkaitkan terhadap fungsi pasar induk yang ada,

Pada saat awal kegiatan dimulai dengan pem,asukan barang yang di bawa
oleh petani produsen, pengelola pasar induk kemudian melakukan penyortiran
jenis barang yang dihasilkan sesuai dengan standar yang ada, setelah dilakukan
penyortiran barang selanjutnya menentukan kualitas barang yang diterima ke
dalam tiap – tiap kelompok satuan kualitas, hal ini dperlukan agar barang dengan
kualitas yang lebih baik tidak menjadi rusak jika dicampur dengan kualitas barang
yang lebih rendah (penilaian kualitas berdasarkan komoditi barang). Setelah
proses penyortiran kemudian menaruhnya dalam ruang penyimpanan, ruang
penyimpanan ini merupakan ruang tertutup atau permanen dan siap untuk di jual
dengan kualitas barang yang baik, dilain pihak pembeli dapat langsung
mengadakan transaksi dengan pedagang secara grosir di pasar induk tersebut
melihat kualitas barang yang baik, barang yang sudah di sepakati lalu di bawa
menuju kendaraan konsumen untuk di dagangkan kembali.

2.2.7 Skala Pelayanan Pasar Induk


Berdasarkan Direktorat Cipta Karya 1990, skala pelayanan pasar induk
yaitu :
a. Melayani suatu wilayah baik dalam kota maupun di luar kota yang lokasi
perdagangannya cenderung ke daerah transisi (pinggiran kota) tetapi masih
berlokasi pada jalur utama(regional)
b. Jenis barang yang diperdagangkan terbatas yaitu barang primer dan
sekunder
c. Jumlah penduduk sebagai konsumen yang dilayani sebesar 580.000 jiwa

24
2.2.8 jangkauan Pelayanan Pasar Induk
1. Struktur Wilayah Perdagangan
Struktur wilayah perdagangan merupakan tingkat wilayah perdagangan
dari aktifitas perdagangan dalam menarik konsumen dengan variasi jarak
atau variasi wolayah konsumen yang berbed. Adapun struktur wilayah
perdagangan dapat dibagi menjadi 3 kelompok (Lewison dalam ihsan,
1998) yairu :
a. Wilayah perdagangan umum termasuk didalamnya semua
konsumen yang datang berbelanja ditempat perbelanjaan.
b. Wilayah perdagangan gabungan, merupakan beberapa wilayah
perdagangan dengan struktur tersendiri sesuai dengan jenis barang
yang dijual
c. Wilayah perdagangan atau pelayanan yang proposional diukur
berdasarkan jarak dan waktu tempuh konsumen dengan pusat
belanja.

2.2.7 Tinjauan Fasilitas Pasar Induk


Sebuah pasar memiliki dua komponen penting yakni komponen utama dan
penunjang yang berguna untuk menjalankan peran sebuah pasar.
1. Komponen utama sebuah pasar meliputi,
a. Lahan
Sebuah bangunan dapat berdiri megah karena adanya sebuah lahan
yang memadahi untuk membangun sebuah bangunan. Lahan mencakup
seluruh komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklus
yang berada di atas dan di bawah wilayah tersebut (Brinkman dan
Smiyth, 1973).
b. Kios
Sebuah tempat tetap pada sebuah pasar yang memiliki atap dan
dipisah antara satu dengan yang lainnya dengan pemisah mulai dari
lantai sampai dengan langit – langit yang dipergunakan untuk usaha
berjualan (Pann, 2019).
c. Jaringan listrik

25
Merupakan jaringan dari berbagai elemen listrik pasif seperti
resistor, kapasitor, induktor, transformator, sumber tegangan, sumber
arus, dan saklar sebagai sumber penerangan dan energi pada kios,
koridor, serta ruangruang yang terdapat pada pasar
(wordpress.com/pengertian-jaringan-listrik, 2020).
d. Drainase
Merupakan sarana pembuangan air secara alami atau buatan dari
permukaan atau bawah permukaan dari suatu tempat. Pembuangan ini
dapat dilakukan dengan mengalirkan, menguras, membuang, atau
mengalihkan air ke riol kota.

e. Sarana parkir
Sebuah tempat untuk meletakkan kendaraan baik mobil maupun
sepeda motor.

f. Kantor pengelola
Sebuah tempat atau ruangan untuk ruang kerja pengelola pasar.
g. Sarana ibadah
Tempat untuk ibadah umat muslim yaitu ibadah sholat.
h. Toilet
Tempat untuk membuang urin dan feses.
i. Sarana keamanan dan kenyamanan
Berguna untuk menjaga keamanan dan kenyamanan bangunan.
j. Sarana kebersihan
Wajib ada dalam sebuah bangunan agar bangunan tetap terjaga
kebersihannya.
k. Sarana kebutuhan khusus
Sarana ini sangat dibutuhkan untuk penyandang cacat atau berkebutuhan
khusus, sarana ini berupa ramp dan elevator (lift).
l. Hydrant

26
Hydrant merupakan sistem proteksi kebakaran utama pada sebuah
bangunan berupa kotak merah berisi pipa merah yang mengeluarkan air
dengan kekuatan tinggi.
m. Akses pencapaian masuk dan keluar
Bangunan harus memiliki akses untuk masuk dan keluar.
2. Komponen pendukung meliputi :
a. Jaringan telekomunikasi
b. Gudang
c. Pintu darurat
d. Pos keamanan
e. Transportasi vertikal / horizontal
f. Ruang terbuka hijau
g. Loading dock
h. Tempat parkir

1. Standar Lebar Ideal Koridor


Koridor pasar merupakan jalur atau lorong yang menghubungkan antar
kios pada sebuah pasar. Koridor utama merupakan jalan utama dari luar pasar.
Berikut merupakan beberapa standar ruang koridor menurut Neufert, 1996 :
a. Berdiri

Gambar 2. 13 Ukuran tubuh berdiri


Sumber : Neufert, 1996

a) Posisi tubuh membungkuk membutuhkan ukuran lebar 875 mm


dan tinggi 1375 mm.

27
b) Posisi tubuh condong ke depan membutuhkan ukuran lebar 625
mm.
c) Posisi tubuh berdiri menyamping membutuhkan ukuran lebar
300 mm.
d) Posisi tubuh berdiri dengan satu tangan menyentuh kepala dan
satu tangan menyentuh pinggul ukuran lebar 875 mm.
e) Posisi tubuh berdiri menyamping dengan satu tangan lurus ke
depan membentuk sudut 90˚, ukuran lebar 875 mm dan tinggi
1750 mm.
f) Posisi tubuh berdiri dengan satu tangan lurus ke samping
membentuk sudut 90˚, ukuran lebar 1125 mm.

b. Kebutuhan tempat diantara dinding ( sirkulasi koridor)

Gambar 2. 14 Ukuran tubuh berada di koridor


Sumber : Neufert, 1996

a) Posisi tubuh berdiri tegak membutuhkan ukuran lebar 625 mm.


b) Posisi tubuh berdiri dengan kedua siku membuka kesamping
dan kaki membuka ke samping membutuhkan ukuran 875 mm.
c) Posisi tubuh tegak berdiri dengan dua orang, orang yang satu
menyamping dan orang yang satunya lurus kedepan
membutuhkan ukuran 1000 mm.
d) Posisi tubuh berdiri dengan dua gaya berdiri, orang pertama
dengan gaya berdiri namun membuka kakinya dan orang kedua
tegak lurus dengan kaki yang merapat yang membutuhkan
ukuran 1150 mm.

28
e) Terdapat tiga orang berdiri dan ada salah satu orang berdiri
dengan gaya kaki rapat diantara orang yang membuka kakinya,
maka membutuhkan ukuran 1700 mm.
f) Terdapat empat orang sedang berdiri dengan gaya yang
berbeda-beda pada masing-masing orang, maka membutuhkan
ukuran 2250 mm.
g) Standar kios
Kios merupakan bangunan tetap maupun tidak tetap, didirikan
bagian dari los dan dibatasi dengan sekat. Standar dimensi kios
yang ideal untuk pedagang meletakkan dan menyimpan barang
dagangannya adalah 3 x 3 m dan untuk los kurang lebih 2 x1,5
m (Peraturan Daerah Bandung No 20, 2009).

2. Standar ruang pengelola


Sebuah pasar pasti memiliki ruang khusus untuk pengelola pasar yang
sudah memiliki standar ukuran atau besaran ruang, berikut adalah kebutuhan
ruang untuk pengelola pasar.
Tabel 2. 1 Besaran ruang pengelola pasar
No Ruang Standar / m²
1. Kepala dinas 16 m²
2. Sub. Bagian TU 8 m²
3. Bag. Kepegawaian 4 m²
4. Bag. Keuangan 4 m²
5. Seksi pendapatan pasar 4 m²
6. Seksi pengawasan los 4 m²
7. Seksi keamanan dan ketertiban 4 m²
8. Seksi kebersihan dan perawatan 4 m²
9. Seksi penempatan 2 m²
10. Seksi pengiriman 4 m²
11. Ruang arsip 9 m²
12. Ruang komputer 9 m²
13. KM/MCK 8 m²
(sumber : neufert, 1996)

3. Standar ruang fasilitas pendukung


Sebuah bangunan tanpa adanya fasilitas pendukung maka tidak akan
sempurna, karena fasilitas pendukung ini sangat membantu pengguna

29
bangunan dalam segala aktivitas. Berikut adalah standar besaran ruang untuk
fasilitas pendukung.

Tabel 2. 2 Besaran ruang fasilitas pendukung

No Ruang Standar / m²
1. Parkir mobil 750m²
2. Parkir motor 250m²
3. Masjid / mushola 150m²
4. Bank 36m²
5. Food court 36m²
6. Pos kesehatan Pos keamanan 36m²
7. MCK / KM 12m²
8. Shaft sampah 6m²
9. Gudang 3m²
10. Tempat sampah 150m²

(sumber : Neufert, 1996)

4. Standar kenyamanan termal


Menurut ASHRAE (American society of heating, refrigerating and air
conditioning engineers, 1989), kenyamanan termal merupakan situasi dimana
manusia merasakan kenyamanan dengan suhu temperatur lingkungannya atau
tidak merasakan temperatur udara terlalu panas maupun terlalu dingin
(ASHRAE, 1989). Penghawaan alami adalah kenyamanan termal yang secara
umum bahwa angin memiliki arah yang dipengaruhi iklim makro. Angin di
wilayah Indonesia memiliki arah alir dari arah Tenggara ke Barat Daya.
Terdapat teori perletakan bentuk bangunan yang didesain berseling-seling
hingga aliran angin dapat lebih lancar tanpa tertutupi salah satu bangunan atau
memiliki bentuk yang menyudut. Maka harus dirancang secara detail
arsitektur agar menciptakan bukaan yang mampu menangkap arah angin
tersebut. Sirip-sirip yang diletakkan vertikal di samping jendela akan dengan
mudah menangkap angin dan mengalirkannya ke dalam ruang hingga tercapai
kesejukan. Dalam satu ruang minimal perlu diletakkan dua jendela dalam
posisi yang berjauhan agar terjadi ventilasi silang atau cross ventilation
(Kriya, 2015).

30
Gambar 2. 15 Letak orientasi bangunan terhadap arah angin
Sumber : Annarita, 2012

5. Standar kenyamanan visual


Kenyamanan visual ditentukan oleh layaknya terhadap kuat penerangan di
dalam ruangan dengan satuan Lux. Pada siang hari secara alami telah
menyediakan matahari sebagai sumber penerangan dengan kapasitas 100.000
lux, apabila langit sangat cerah (Szokolay, 2004).
Di Indonesia merupakan daerah garis khatulistiwa langit sering terdapat
awan, sehingga terang langit pada bidang datar di lapangan terbuka sesuai SNI
ditentukan sebesar 10.000 Lux. Namun, pada malam hari hanya didapat
penerangan > 0,1 Lux. Menurut SNI 03-6197 2011, Pasar tekstil merupakan
tempat pamer pakaian yang membutuhkan penerangan maksimal 100-150 lux.
Perencanaan pencahayaan alami siang hari pada daerah beriklim tropis
lembab, harus diperhatikan ketentuan berikut:
a. Memaksimalkan pemanfaatan cahaya alami di siang hari dari terang
langit.
b. Mengurangi masuknya radiasi matahari langsung ke dalam ruangan
semaksimal mungkin, dengan tetap memperhatikan optimalisasi
pemanfaatan cahaya alami dari terang langit.
c. Pencahayaan alami siang hari dalam bangunan gedung harus
memenuhi ketentuan SNI 03-2396-1991 tentang “tata cara

31
perancangan pencahayaan alami siang hari untuk rumah dan gedung”
dan SNI 03-0000-2001, berupa standar tentang “tata cara perancangan
system pencahayaan alami pada bangunan gedung”.

6. Standar aksesibilitas
Aksesibilitas merupakan fasilitas yang disediakan bagi semua orang
khususnya penyandang disabilitas dan lansia untuk memudahkan dalam
kegiatan sehari-hari baik diluar maupun di dalam gedung (peraturan mentri
PU nomor 30, 2006). Dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan
sebuah gedung dan lingkungan maka harus dilengkapi dengan penyediaan
aksesibilitas serta wajib memenuhi persyaratan aksesibilitas. Persyaratan
teknis aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi:
a. Jalur pedestrian
Jalur pedestrian yaitu jalur yang digunakan untuk berjalan kaki atau
berkursi roda bagi penyandang disabilitas secara mandiri yang dirancang
berdasarkan kebutuhan orang untuk bergerak aman, mudah, nyaman dan
tanpa hambatan. Syarat jalur pedestrian menurut peraturan mentri PU
Nomor 30 tahun 2006 sebagai berikut :
a) Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, dan memiliki
tekstur halus tetapi tidak licin. Hindari sambungan atau
gundukan di permukaan. Jika terpaksa ada, tingginya harus
maksimal 1,25 cm. Apabila menggunakan karpet, maka bagian
tepinya harus dengan konstruksi yang permanen.
b) Perbandingan kemiringan maksimal adalah 1:8 dan pada setiap
jarak maksimal 900 cm diharuskan terdapat bagian yang datar
minimal 120 cm.
c) Terutama digunakan untuk membantu pengguna jalan
penyandang disabilitas dengan menyediakan tempat duduk santai
di bagian tepi.
d) Lebar minimum jalur pedestrian adalah 1,20 m untuk jalur searah
dan 1,60 m untuk dua arah. Jalur pedestrian harus bebas dari

32
pohon, tiang ramburambu, lubang drainase/gorong-gorong dan
sesuatu yang menghalangi.

Gambar 2. 16 standar ukuran pedestrian


Sumber : peraturan mentri PU nomor 30, 2006

b. Ramp
Ram adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan
tertentu dan juga sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat
menggunakan tangga (peraturan mentri nomor 468, 1998).

Gambar 2. 17 standar ukuran ramp


Sumber : neufert, 1996
Syarat-syarat ramp :
1. Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan maksimal 7˚
sedangkan kemiringan suatu ramp yang ada di luar banguan
maksimum 6˚
2. Panjang mendatar dari suatu ramp (dengan kemiringan 7˚)
maksimal 900 cm. Panjang ramp dengan kemiringan yang lebih
rendah dapat lebih panjang.

33
3. Lebar minimal dari ramp adalah 95 cm tanpa tepi pengaman dan
1,20 m dengan tepi pengaman.
4. Bordes pada awalan atau akhiran dari suatu ramp harus terbebas
dan datar sehingga memungkinkan sekurang-kurangnya untuk
memutar kursi roda dengan ukuran minimum 1,60 m, Min 120
cm, Min 120 cm, Max 900 cm, dan Min 185 cm

Gambar 2. 18 standar ukuran ramp


Sumber : peraturan mentri PU nomor 30, 2006

Gambar 2. 19 standar ukuran ramp


Sumber : peraturan mentri PU nomor 30, 2006

c. Tangga

Yaitu fasilitas bagi pergerakan vertikal yang dirancang dengan


mempertimbangkan ukuran dan kemiringan pijakan dan tanjakan

34
dengan lebar yang memadai. Berikut adalah syarat-syarat tangga
yang harus dibuat menurut peraturan mentri pekerjaan umum:
1. Harus mempunyai dimensi pijakan dan tanjakan yang
berukuran seragam.
2. Harus memiliki kemiringan tangga kurang dari 60°
3. Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat
membahayakan pengguna tangga
4. Harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail)
minimum pada salah satu sisi tangga.
5. Pegangan rambat harus mudah dipegang dengan ketinggian 65
- 80 cm dari lantai, terbebas dari elemen konstruksi yang
mengganggu, dan bagian ujungnya harus bulat atau dibelokkan
dengan baik ke arah lantai, dinding atau tiang.
6. Pegangan rambat harus ditambah panjangnya pada bagian
ujung-ujungnya (puncak dan bagian bawah) dengan 30 cm.
Untuk tangga yang terletak di luar bangunan, harus dirancang
sehingga tidak ada air hujan yang menggenang pada lantainya.

Gambar 2. 20 standar ukuran tangga


Sumber : peraturan mentri PU nomor 30, 2006

Pada sebuah tangga terdapat peraturan yang menetapkan desain tangga


agar para pengguna aman dalam menggunakan tangga. Berikut adalah
penjelasannya :

35
Gambar 2. 21 standar keamanan tangga
Sumber : peraturan mentri PU nomor 30, 2006

Gambar di atas dapat di jelaskan standar agar tangga didesain dengan benar.
Bagian pinggiran tangga tidak boleh melebihi 4 cm karena dapat membahayakan
kaki pengguna.

2.3 Tinjauan Tema Perancangan


2.3.1 Derfinisi Arsitektur Biophilic
Biophilik berasal dari kata biopilia yang artinya manusia terkoneksi
dengan alam dalam menjalani kehidupan. Browning mengatakan bahwa desain
biofilik adalah prinsip desain yang menyediakan dan memberikan kesempatan
bagi manusia untuk hidup dan dapat bekerja pada tempat yang sehat dan
memberikan kehidupan yang sejahtera pagi penggunanya dengan cara
menyatukan konsep desain dengan alam. (Browning, 2014).
Desain biofilik dapat diartikan sebagai desain yang memperhatikan aspek
manusia dan alam untuk meningkatkan kualitas hidup dan lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan fisiologis maupun psikologis
manusia. Kemudian, menurut Kellert & Calabrese (2015), biophilic design
berusaha menciptakan habitat yang baik bagi manusia di lingkungan modern
dengan memajukan kesehatan, kebugaran, dan kesejahteraan manusia. Desain
biofilik merupakan desain yang menggabungkan unsur-unsur yang berasal dari
alam yang memberi manusia sejumlah manfaat seperti dapat mengurangi stress
dan meningkatkan kesejahteraan (Molthrop, 2012)

36
2.3.2 Prinsip Arsitektur Biophilic
Menurut Browning, Ryan, & Clancy (2014) terdapat tiga pola desain
utama yang dijabarkan kedalam empat belas prinsip desain, berikut adalah
prinsip-prinsip desain tersebut.
Tabel 2. 3 Implementasi 14 Pola Desain Biophilik pada Bangunan

Jenis Prinsip Prinsip Desain Pengertian


Nature in The P1.Visual connection with nature Interaksi manusia dan alam melalui pandangan
Space Patterns (hubungan dengan alam secara secara langsung terhadap unsur-unsur alam, sistem
visual) kehidupan dan proses alami
P2.Non-visual connection with Interaksi manusia dan alam melalui pendengaran,
nature (hubungan non- visual sentuhan, penciuman, ataupun rangsangan
dengan alam) pengecap yang menimbulkan ketenangan dan
menjadi acuan positif pada alam, sistem kehidupan
atau proses alami
P3.Non-ryhthmic sensory stimuli Sebuah indikator dan hubungan dengan alam yang
(stimulus sensor tidak berirama) berlangsung sebentar yang dapat dianalisis secara
statistik namun tidak dapat diprediksi dengan tepat
P4.Thermal & airflow variabillty Menciptakan suatu perubahan halus pada suhu
(variasi perubahan panas & udara, kelembapan relatif, aliran udara yang
udara) melintasi kulit d ansuhu permukaan yang meniru
lingkungan alami
P5. Presence of water Suatu kondisi yang menciptakan pengalaman
(kehadiran air) pada suatu tempat melalui melihat, mendengar
atau menyentuh air
P6. Dynamic & diffuce light Memanfaatkan berbagai intensitas cahaya dan
(cahaya dinamis dan menyebar). bayangan yang berubah dari waktu ke waktu untuk
menciptakan kondisi yang terjadi di alam.

P7. Connection with natural Kesadaran terhadap proses alam, terutama


Systems (hubungan dengan perubahan musiman dan karakter
sistem alami) perubahan sementera dari ekosistem yang sehat
Natural P8.Biomorphic forms & patterns Referensi atau acuan simbolis untuk berkontur,
Analogues (bentuk dan pola biomorfik) berpola, bertekstur atau susunan berangka seperti
Patterns apayang berlangsung di alam
P9.Material connection with Bahan dan elemen dari alam yang dikelola secara
nature (hubungan bahan dengan minimal, mencerminkan lingkungan lokal
alam) atau geologi dan menciptakan rasa yang berbeda
pada suatu tempat
P10.complexity & order Informasi yang didapat oleh kemampuan
(kompleksita dan keteraturan) sensorik yang kompleks, menganut pengertian
spasial serupa dengan yang dapat dijumpai di alam
Nature of the
Space Patterns P11. Prospect (prospek) Sebuah pemandangan leluasa atas suatu jarak,
untuk pengawasan dan perencanaan

37
P12. Refuge (tempat Sebuah tempat untuk penarikan dari kondisi
perlindungan) lingkungan atau arus kegiatan utama dimana
inndividu terlindungi dari belakang dan atas kepala
P13. Mystery (misteri) Sebuah ruang dengan kondisi misteri yang baik
memiliki rasa antisipasi, atau sifat yang menggoda,
menawarkan indera semacam penolakan dan akan
memaksa seseorang untuk menyelidiki lebih lanjut
ruang tersebut
P14. Risk(resiko /bahaya) Sebuah ancaman bisa didentifikasi beserta
dengan perlindungan yang dapat diandalkan

(Sumber : Browning, dkk. 2014. 14 Patterns Of Biophilic Design)

Pola desain biophilic bukanlah sebuah rumus melainkan pola-pola


tersebut dimaksudkan untuk menginformasikan, memandu, dan membantu
dalam proses perancangan. Tujuan menerapkan pola-pola ini adalah untuk
menghubungakan hubungan antara aspek-aspek lingkungan binaan dengan
alam serta bagaimana pengguna bangunan dapat bereaksi dan mendapatkan
manfaat dari desain perancangan nantinya.

2.4 Studi Banding Fungsi Sejenis


2.4.1 Pasar Induk Wonosobo

Gambar 2. 22 Pasar Induk Wonosobo


Sumber : https://www.google.com

38
UPT Pasar Induk Wonosobo, UPT ini mengampu 1 pasar saja yaitu Pasar
Induk. Pasar Induk berlokasi di Kecamatan Wonosobo ( berada ditengah kota )
berdiri pada tahun 1861 yang dibangun total pada tahun 2005 dengan anggaran
sebesar : Rp. 41.092.343.000,- di sumber danai oleh APBD Kabupaten Wonosobo
. Memiliki luas tanah 17.945 m2 dan luas bangunan 14.434 m2, sampai saat ini
tercatat  ada pedagang keseluruhan 2.746 buah los dan 320 buah kios.adapun
berikut struktur organisasi di UPT Pasar Induk saat ini :Ada 422 pedagang yang
menempati kios, 3911 pedagang yang menempati los, lalu 90 orang sebagai
pedagang kaki lima.
Pasar ini memperjual belikan barang dagangan dari berbagai jenis yaitu
mulai dari sembilan bahan pokok, sayur- sayuran, daging, buah-buhan, sampai
konveksi atau pakaian. Sistem perparkiran di pasar Induk Wonosobo terbagi
menjadi dua yaitu parkir untuk pengunjung dan parkir terutama untuk bongkar
muat barang/dagangan. Parkir pengunjung/pengelola, khusus untuk kendaraan
roda empat berada di samping bangunan (sebelah barat), sedangkan parkir untuk
pengunjung dan pengelola khusus roda dua berada di depan bangunan. Parkir
untuk pedagang digabung dengan parkir pengunjung dan pengelola dan juga
khusus untuk bongkar muat barang berada di samping bangunan. Pemisahan
semacam ini sangat mengntungkan dengan pertimbangan efisiensi kegiatan
Fasilitas-fasilitas pendukung yang terdapat pada pasar ini adalah: MCK:
1 unit, dengan ukuran 4,5 x 4 m2, Air bersih dari sumur pasar, Listrik dari PLN
dengan daya 11.000 watt, Pengelolaan sampah: 1 buah bak sampah sementara,
Pencegah kebakaran: 3 unit fire estinguisher, Area parkir, Gudang penyimpanan:
1 unit, dengan ukuran 4 x 2,5 m2, Kantor pasar: 1 unit, dengan ukuran 5 x 4,5 m2.
No Fasilitas Luas Keterangan
1 Luas lahan 17.945 m 2

2 Luas bangunan 14.434 m2


3 Los 1,5 x 1,5 2.746 Los
4 Kios 2 x 2,5 m 2
320 Kios
5 MCK 4x 4,5 m2 1 unit
6 Air bersih dan sumur
7 Listrik dan PLN 11.000 Watt

39
8 fire estinguisher 3 unit
9 Gudang penyimpanan 4x 2,5 m2 1 unit
10 Kantor Pasar 5 x 4,5 m 2
1 unit
11 Luas lahan parkir 6.461,99 m2

2.4.2 Pasar Induk Kramat jati

Gambar 2. 23 Pasar Induk Kramajati


Sumber : https://www.google.com

Di dirikannya PIKJ adalah sebagai pusat perdagangan besar sayur mayur


dan buah- buahan untuk menjamin kelancaran distribusi dan juga sebagai terminal
pengadaan dan penyaluran bahan makanan sayur mayur dan buah-buahan yang
berpengaruh kepada kegiatan perekonomian, baik lokal maupun regional. Jumlah
tempat usaha yang terdapat di PIKJ sebanyak 3.573 kios yang dikelola oleh 2.000
orang sebagai pedagang tetap dan 250 orang sebagai pedagang tidak tetap. Ukuran
kios bervariasi, untuk grosir dengan luas sebesar 8,4 m2 dan 12,6 m2 , sedangkan
subgrosir luasnya sebesar 4 m2 . Pasar dengan luas areal sekitar 14,7 hektar ini
terbagi dalam blok-blok perdagangan yang disebut dengan Los. Ada delapan Los
di PIKJ yang menjual komoditas yang berbeda-beda. Khusus untuk komoditas
bawang merah terdapat pada Los G yang menampung sekitar 20 pedagang grosir.
Pasar ini beroperasi selama 24 jam penuh dengan rata- rata pengunjung per hari
sebanyak 20.000 orang, yang melakukan berbagai aktivitas, baik sebagai
pedagang, buruh, sopir, pemulung dan lain sebagainya.

40
Pasar ini memiliki fasilitas pelayanan umum yang lengkap bagi para
pelaku yang melakukan aktivitas di pasar tersebut. Fasilitas pelayanan umum yang
disediakan terdiri dari Bank di 3 lokasi, 3 lokasi areal parkir dengan daya tampung
lebih dari 3.000 mobil, 1 pusat telekomunikasi, dan toilet di 14 lokasi, bahkan
fasilitas penitipan anak pun tersedia. Pasar ini juga menyediakan fasilitas ibadah
berupa 1 mesjid dan tiga mushollaBadan yang mencatat berapa banyak barang
yang dibongkar dan dimuat serta memfasilitasi terhadap pelayanan bongkar dan
muat barang di pasar dipercayakan kepada BAPENGKAR (Badan Pengelola
Pekerja Bongkar Muat). Para pedagang sayuran dan buah-buahan melakukan
usaha dalam bentuk grosir dan eceran. Usaha dalam bentuk grosir berjumlah
1.835 tempat dan eceran berjumlah 1.818 tempat. Jumlah pedagang tetap di PIKJ
berjumlah lebih dari 2.000 orang yang menempati lebih dari 3.500 kios.

No Fasilitas Luas Keterangan


1 Luas lahan 14.700 m 2

2 Luas bangunan 8.360 m2


3 Los 4m2 8 unit
4 Kios 2,6 m 2
3.573 unit
5 Toilet 4 x 4,m2 14 unit
6 Masjid 1 unit
7 Bank 3 unit
8 Musholla 3 unit
9 Gudang penyimpanan 4x 2,5 m2 1 unit
10 Kantor Pasar 5 x 4,5 m 2
1 unit
11 Luas lahan parkir 1.470 m2

41
1.4.3 Pasar Induk Jatiuwung

Gambar 2. 24 Pasar Induk Jatiuwung


Sumber : https://www.google.com

Pasar Induk Jatiuwung Buah dan Sayur didirikan berdasarkan dengan


keputusan Wali Kota Tangerang  Nomor : 644/Kep-01.339/DPMPTSP/IMB/2020
tertanggal 22 Oktober 2020. Pasar Induk Jatiuwung ini beralamat di Jl. Gatot
Subroto No.89, RT.002/RW.006, Keroncong, Kec. Jatiuwung, Kota Tangerang,
Banten 15136. Berdiri di area seluas 43000 meter persegi, Pasar Induk Jatiuwung
buah dan sayur siap hadir sebagai pasar induk terlengkap dan terbesar di Provinsi
Banten. Pasar Induk Jatiuwung buah dan sayur terletak di Jalan Gatot Subroto
Kecamatan Jatiuwung Kota Tangerang tersedia delapan blok dengan jumlah lapak
sebanyak 1300, kios multifungsi ada 167 dan ruko untuk 42 unit bisa untuk bank,
minimarket dan sebagainya.
Pasar Induk Jatiuwung Buah dan Sayur dengan konsep modern, fasilitas
lengkap, lokasi mudah dijangkau dengan motto Pasar Induk Beramanah (Bersih,
Rapi, Aman dan Indah). Jarak tempuh dari pintu Tol Bitung ke lokasi Pasar Induk
Jatiuwung Buah dan Sayur hanya 10 menit. Akses yang sangat luar biasa sehingga
bisa mendukung semua aktivitas dan mobilitas pedagang, baik itu dari Sumatera
maupun dari Jawa.

42
No Fasilitas Luas Keterangan
1 Luas lahan 43.000 m2
2 Luas bangunan
3 Ruko 42 unit
4 Kios 167 unit
5 Lapak 1.300 unit
6 Luas lahan parkir 6.000 m 2

2.5 Studi Banding Tema Sejenis


2.5.1 H.C. Andersen House

Gambar 2. 25 H.C. Andersen’s House


Sumber: https://www.archdaily.com

H.C Andersen’s House adalah museum baru yang di rancang oleh kengo
kuma dan Associates di odense, Denmark. Menafsirkan kembali kisah kehidupan
dan karya penulis Denmark, proyek ini akan memberikan pengalaman artistik
yang unik yang menggabungkan lanskap, arsitektur, dan desain pameran modern,
menawarkan perspecktif baru tentang salah satu pemikir paling dicintai dan
kreatif , Pada museum ini menerapkan beberapa unsur biophilic sebagai berikut :
1. Fitur Lingkungan
Fitur lingkungan yang di terapkan paada bangunan ini adalah dengan
memasukkan unsur vegetasi di dalam dan di luar ruangan serta penghijauan pada
beberapa fasad dan atap, selain itu juga bangunan ini dapat memaksimalkan

43
pencahayaan alami melalui dinding dinding kaca yang lebar dan void pada tengah
bangunan.
Museum ini juga menggunakan material dan warna warna alami yang
terbuat dari bahan kayu

Gambar 2. 26 Material kayu dan vegetasi di dalam Bangunan


Sumber: https://www.archdaily.com

2. Bentuk Bentuk Alami


Museum ini mengambil bentukan dari bentuk alam hal itu bisa dilihat dari
fasad bangunan dan lanskap bangunan, secara umum bentuk yang di gunakan
adalah bentuk lingkaran pada massa bangunan dan bentuk garis garis melengkung
pada lanskapnya, sedangkan pada fasadnya menggunakan motif ranting bercabang
cabang yang diambil dari bentukan ranting pohon.

Gambar 2. 27 Lanskap dan pattern pada fasad


Sumber: https://www.archdaily.com

3. Pola Pola dan Proses Alami


Museum ini menerepkan pola pola yang di ulang, yaitu pengulangan pada
massa bangunan yang berbentuk lingkaran, kemudian pola pola pengulangan ini

44
juga terdapat motif double facad yang di gunakan berbentuk ranting ranting pohon

Gambar 2. 28 Pola pengulangan pada fasad dan landskap


Sumber: https://www.archdaily.com

4. Cahaya dan Ruang


Museum ini memanfaatkan dengan maksimal cahaya matahari untuk
disebarkan kesemua ruang pada bangunan. Motif menggunakan double fasad
menyaring cahaya yang masuk yang memberikan efek bayangan kedalam
bangunan yang mampu memberika sensasi ruang yang berada di alam. Pengaturan
cahaya ini juga terlihat pada bagian tangga pada ruang yang cenderung gelap

Gambar 2. 29 Light dan Space pada bangunan


Sumber: https://www.archdaily.com

45
Tabel 2. 4 Studi banding H.C. Andersen House

Komponen Keterangan

H.C. Andersen House menciptakan


ruang yang berhubungan baik dengan
alam. Bangunan ini menghadirkan
koneksi terhadap alam dengan fasad
alami berbahan kayu dan taman di
sekitar bangunan, sehingga para
pengguna bangunan merasa terhubung
dengan alam.

Gambar 2. 30 Visual Connection With Nature


Sumber :archdaily.com

Bangunan ini menghadirkan alam pada


ruang museum melalui indera
penciuman dan pendengaran dengan
memberikan vegetasi didalam
bangunan dan pemilihan material
alami.

Gambar 2. 31 Non-Visual Connection With Nature


Sumber :archdaily.com

Penataan lansekap yang baik pada


bangunan yang membuat pengunjung
merasa nyaman sehingga dapat
terdengar suara burung dan daun
gemerisik.

Gambar 2. 32 Non-Rhytmic Sensory Stimuli


Sumber :archdaily.com

Lansekap pada H.C. Andersen House


memiliki berbagai macam jenis
tanaman dan pepohonan dengan yang
berbeda, sehingga hal ini menjadikan
suasana alami yang menarik secara
visual dan menambah kesan positif
bagi pengunjung dan memiliki sirkulasi
yang unik dengan bentukan memutar.
Gambar 2. 33 Connection With Natural System
Sumber :archdaily.com

46
Bangunan menggunakan material alami
seperti plafon, facad dan lantai kayu di
beberapa spot dengan pemilihan warna
kayu yang menujukkan ke alamian
bangunan,

Gambar 2. 34 Material Connection With Nature


Sumber :archdaily.com

Bangunan ini menerapkan pola simetris


dan geometri berbentuk lingkaran
dengan pengulangan bentuk.

Gambar 2. 35 Complexity And Order


Sumber :archdaily.com

Pandangan yang luas dan terbuka


dihadirkan pada bangunan secara baik
dengan pemberian kaca di setiap sisi
bangunan menjadikan bagian dalam
menyatu dengan lansekap. Hal ini
sangat berpengaruh untuk mengurangi
setres kepada pengunjung dan
meningkatkan psikolog bagi seseorang
yang berada area di bangunan.

Gambar 2. 36 Prospect
Sumber : https://www.architecturalrecord.com/

Poin misteri pada H.C. Andersen House


menghadirkan rasa ingin tau bagi para
pengunjung atau seseorang yang
melewatinya dengan alur jalan berliku
disertai bangunan oval dan vegetasi
yang mengitarinya.

Gambar 2. 37 Mistery
Sumber :archdaily.com

47
2.5.2 Second Home Hollywood

Gambar 2. 38 Second Home Hollywood


Sumber: https://www.archdaily.com

Second Home Hollywood merupakan kompleks perkantoran di los


angeles, Amerika Serikat. Komple ini memiliki bentuk dan warna unik, terdapat
60 orang kantor berbentuk oval, dan atap lengkung berwarna kuning menjadi
fokus perhatian, ruang kantor yang dulunya berada di tempat parkir memiliki
desain yang modern, Di Second Home Hollywood bukan membawa taman ke
dalam kantor, justru sebaliknya dengan membawa kantor ke dalam taman, 60
kantor satu tingkat yang berdiri di taman gedung paul wiliams, lebih dari 10.000
tanaman dan pohon sehingga banyak kupu kupu lebah dan tupai yang menghuni
di pot ini dari situ bahwa desain ini sangat bagus lingkungannya, Elemen biophilic
yang diterapkan pada bangunan ini meliputi :
1. Fitur Lingkungan
Atribut yang di gunakan seperti tanaman yang berfungsi untuk
memberikan keteduhan. Kemudian bangunan ini juga dapat meminimalisir
pencahayaan alami dengan penggunaan dinding kaca pada fasadnya sehingga
dapat menghilangkan kebutuhan pencahayaan di siang hari, bangunan ini juga
memiliki 3 bukaan yang dapat di operasikan untuk ventilasi silang alami, Atribut
lain yang digunakan adalah unsur air, semua air di lokasi dikumpulkan dalam dua
tangki dengan kapasitas 37.000 galon yang akan digunakan untuk irigasi

48
Gambar 2. 39 tanaman yang digunakan
Sumber: https://www.archdaily.com

2. Bentuk Bentuk Alami


Atribut yang digunakan adalah bentuk bentuk oval maupun lengkung, hal
ini dapat diketahui yaitu dari massa bangunan yang terdiri dari 60 kantor individu
dan ruang pertemuan baru berbentuk oval di tempelkan dikelilingi oleh taman
yang akan menjadi Rumah kedua bagi hampir 700 orang. Empat bentuk oval yang
berbeda menjadikan kantor bungalow dengan 4 ukuran yang berbeda, Dinding
lengkung transparan memungkinkan pandangan horizontal 360o dari tanaman,
memberikan perasaan bekerja di antara alam

Gambar 2. 40 Pola Pola Berulang dan Interior Ruangan


Sumber: https://www.archdaily.com

3. Cahaya dan Ruang


Fasadnya transparan terbuat dari kaca

49
membuat akses cahaya matahri dengan mudah menyebar kesegala ruang dalam
bangunan, kaca yang digunakan juga dapat mengatur banyaknya cahaya yang
masuk ke ruang kantor, sehingga dapat mengurangi energi listrik di siang hari dan
tetap sejuk, penggunaan fasad transparan memungkinkan setiap orang dalam
kantor dapat menikmati pemandangan. Tidak banyak furnitur di ruang kantor,
hanya meja bundar dan kursi putih sederhana dinding dinding kaca juga
menciptakan hubngan ruang dalam ruang luar yang menjadi sangat dekat karena
terkesan tidak ada batasan antar ruang

Gambar 2. 41 Fasad dan Dinding


Transparan
Sumber: https://www.archdaily.com

Tabel 2. 5 Studi banding Second Home


Hollywood Office

Komponen Keterangan

Second Home Hollywood Office menciptakan


ruang kantor yang berhubungan baik dengan
alam. Bangunan ini menghadirkan koneksi
terhadap alam dengan fasad kaca dan taman
di sekitar bangunan, sehingga para karyawan
merasa terhubung dengan alam.
Gambar 2. 42 Visual Connection With Nature
Sumber :archdaily.com

50
Bangunan ini menghadirkan alam pada ruang
kantor melalui indera penciuman,
pendengaran, indera peraba dengan
memberikan vegetasi didalam bangunan dan
pemilihan material alami.

Gambar 2. 43 Non-Visual Connection With


Nature
Sumber :archdaily.com

Penataan lansekap yang baik pada bangunan


yang membuat karyawan merasa nyaman
sehingga dapat terdengar suara burung dan
daun gemerisik.

Gambar 2. 44 Non-Rhytmic Sensory Stimuli


Sumber :archdaily.com

Lansekap pada Second Home Hollywood


Office memiliki berbagai macam jenis
tanaman dengan waktu mekar yang berbeda,
sehingga hal ini menjadi proses alami yang
menarik secara visual dan menambah kesan
positif bagi karyawan.

Gambar 2. 45 Connection With Natural System


Sumber :archdaily.com

51
Bangunan menggunakan material alami
seperti plafon dan lantai kayu di beberapa
spot dengan pemilihan warna kayu yang
senada dengan vegetasi lansekap.

Gambar 2. 46 Material Connection With Nature


Sumber :archdaily.com

Bangunan ini menerapkan pola simetris dan


geometri berbentuk oval dengan pengulangan
empat bentuk.

Gambar 2. 47 Complexity And Order


Sumber :archdaily.com

Pandangan yang luas dan terbuka dihadirkan


pada bangunan secara baik dengan pemberian
kaca mengitari bangunan menjadikan bagian
dalam menyatu dengan lansekap. Hal ini
sangat berpengaruh untuk mengurangi stress
karyawan.

Gambar 2. 48 Prospect
Sumber : https://www.architecturalrecord.com/

52
Poin misteri pada Second Home Hollywood
Office menghadirkan rasa ingin tau bagi para
karyawan atau seseorang yang melewatinya
dengan alur jalan berliku disertai bangunan
oval dan vegetasi yang mengitarinya.

Gambar 2. 49 Mistery
Sumber :archdaily.com

53
2.5.3 Envelope House

Gambar 2. 50 Envelope House


Sumber: archdaily.com

Envelope House berlokasi di Singapura dan dirancang oleh Asolidplan


Architect. Bangunan ini memiliki luas tapak 620 m2dengan koneksi terhadap
taman pada ruang luar luar dan dalam sehingga menciptakan hubungan yang
baik terhadap alam. Envelope House juga memperhatikan kondisi iklim dan
suhu yang beradaptasi terhadap iklim tropis dengan bukaan elemen persegi yang
memiliki ukuran berbeda beda.
Dari bukaan tersebut juga dimanfaatkan sebagai akses masuknya cahaya
matahari. Strategi lanskap ganda kulit dan efek biofilik dan iklim mikro yang
efektif menunjukkan bahwa masih ada cara baru untuk menciptakan arsitektur
tropis di lingkungan perkotaan yang padat seperti Singapura. Taman air dalam
ruangan tiga volume - dengan tangga berkelok-kelok melalui dedaunan dan
jembatan layang melintasi kanopi pohon - membawa alam ke dalam ruangan dan
ke dalam kehidupan sehari-hari penduduk.

54
Tabel 2. 6 Studi Banding Envelope House

Komponen Keterangan

Envelope House menciptakan koneksi


terhadap taman dengan bukaan yang lebar
yang langsung terhubung secara visual
menuju taman.

Gambar 2. 51 Visual Connection with Nature


Envelope House
Sumber :archdaily.com

Menciptakan koneksi secara non visual


dengan indera penciuman melalui vegetasi
yang aromanya dapat tercium oleh
penghuni rumah.

Gambar 2. 52 Non Visual Connection with Nature


Envelope House
Sumber :archdaily.com

Elemen air digunakan untuk melengkapi


elemen vegetasi dengan penataan kolam
interior yang terhubung dengan jalan
setapak.

Gambar 2. 53 Presence Of Water


Sumber :archdaily.com

Komponen Keterangan

Menggunakan material alami berupa


kayu seperti pada lantai, pintu dan
railing

Gambar 2. 54 Material Connection With Nature


Sumber :archdaily.com

55
Adanya skylight dan plafon yang tinggi
dengan penggunaan ventilasi sehingga
menciptakan kondisi ruang dengan
kondisi termal yang relatif stabil dan
sirkulasi udara yang baik

Gambar 2. 55 Thermal And Airflow Variabil


Sumber :archdaily.com

Menciptakan kesan menantang dengan


penggunaan tangga yang seolah
melayang, namun tetap aman dengan
adanya railing dan ukuran yang sesuai
standar.

Gambar 2. 56 Risk Envelope House


Sumber :archdaily.com

56
BAB III

METODE PERANCANGAN ARSITEKTUR

3.1 Paradigma Perancangan Arsitektur


Kabupaten Rokan Hilir mempunyai banyak pasar yang mencapai kurang
lebih 53 pasar dari seluruh daerah, namun pemerintah Kabupaten Rokan Hilir
belum menyediakan distributor untuk para pedagang sehingga para pedagang
harus membeli barang dagangannya diluar daerah yang membutuhkan banyak
waktu dan tenaga yang dikeluarkan dan juga membutuhkan lebih banyak modal.
Perancangan Pasar Induk Rokan Hilir ini di rancang sebagai solusi
permasalahan yaitu untuk mempermudah para pedagang Rokan Hilir dalam
berbelanja barang dagangannya, yang dimana pada hasil lahan pertanian pada
Kabupaten Rokan Hilir akan dikumpulkan di pasar induk ini, bertujuan untuk
mempermudah para pedagang untuk mendapakan barang dagangannya.
Perancangan ini menggunakan pendekatan Arsitektur Biophilic dikarenakan
fungsi perancangan yang sangat erat kaitannya dengan kegiatan manusia dan
lingkungan. Arsitektur Biophilic dapat menjadi solusi agar dalam perancangan
pasar induk lebih terfocus kepada keadaan lingkungan dan fungsi bangunan yang
akan di rancang, sehingga para pedagang dan pembeli dapat merasakan
kenyamanan pada saat berbelanja di dalam gedung.

57
3.2 Lokasi Perancangan Arsitektur

Gambar 3. 1 Peta Kabupaten Rokan Hilir dan Lokasi site Perancangan


Sumber: https://www.google.com

Kabupaten Rokan Hilir memiliki luas wilayah 8.881,59 km2 atau 888,159
hektar, terletak pada koordinat 1. 0140 sampai 2.0450 Lintang Utara dan
100.0170 hingga 101.0210 Bujur Timur. Batas Kabupaten Rokan Hilir:
1. Sebelah Selatan : Kab Rokan Hulu
2. Sebelah Timur : Kota Dumai
3. Sebelah Barat : Prov. Sumatera Utara
4. Sebelah Utara : Selat Malaka
Pemilihan lokasi berada di Kabupaten Rokan Hilir dikarenakan untuk
Mewujudkan Visi Kabupaten Rokan Hilir yaitu “ Terwujudnya Rokan Hilir
Sebagai Kawasan Industri Guna menuju Masyarakat Madani, Mandiri dan
Sejahtera”. Adapun teori dalam pemilihan lokasi pasar yang tepat sebagai berikut :
Menurut David Dewar dan Vannesa W (1990), lokasi sebuah pasar adalah
merupakan faktor yang penting atau berpengaruh pada keberhasilan pasar
tersebut. Pada skala kota ada 3 faktor utama yang mempengaruhi lokasi tersebut
yakni :
1. Location of generator of population movement (lokasi Yang Menimbulkan
Pergerakan Populasi Orang) Pasar-pasar sangat peka pada sirkulasi dan
konsentrasi dari pejalan kaki dan lalu-lintas dan paling berhasil dari sebuah
pasar adalah karena begitu dekat dengan orang banyak (D Dewar and

58
Vanessa W, 1990). Karena itu pasar-pasar yang paling berhasil berada di
CBD (Central Businness District) dan kumpulan perdagangan formal yang
lain, pusat konsentrasi industri, sekitar terminal transportasi umum (terminal
bus, stasiun kereta api, dan sebagainya) dan lokasi yang memiliki kepadatan
tinggi.

2. Sources of supply (sumber-sumber persediaan barang yang diperjual


belikan), Faktor kedua yang mempengaruhi keberhasilan lokasi sebuah
pasar adalah kunjungan dari sumber-sumber utama dari persediaan (is the
siting of mayor sourcess of supply) barang-barang yang diperjual belikan.

3. Location of consumers (lokasi dari pembeli dan pemanfaat pasar). Dari


sudut pandang perencanaan sebuah pasar, faktor ketiga yang mempengaruhi
keputusan dalam menentukan lokasi pasar adalah kebutuhan untuk melayani
konsumen kota semudah dan sedekat mungkin. Dalam artian bahwa lokasi
pasar sebaiknya mudah dijangkau oleh konsumen pasar, baik yang
menggunakan kendaraan pribadi (higher income), pejalan kaki (lower
income) ataupun yang menggunakan angkutan umum.

Gambar 3. 2 Lokasi Tapak


Sumber: https://earth.google.com

59
Pemilihan lokasi perancangan pasar induk Rokan Hilir yang tepat menurut
kajian di atas ialah berada di jl. Lintas Bagan siapi api – Ujung Tanjung, Riau,
tepat di daerah Batu Hampar
Dengan klasifikasi tapak sebagai berikut :
Fokus Tapak: ± 13.500 m²
KDB: 60%
Kontur: Relatif datar
Kondisi Eksisting: Lahan Kosong

3.2.1 Peraturan Terkait Perancangan


Peraturan yang membahas terkait dengan permasalahan perancangan ini
adalah peraturan ketentuan teknis bangunan yang ditentukan dalam (Peraturan
Daerah Rokan Hilir Nomor 4 tahun 2014) tentang bangun gedung :

Tabel 3. 1 Building Coverage


No Variable Ketentuan
1 Koefisien Dasar 1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) ditentukan
Bangunan (KDB) atas dasar kepentingan pelestarian lingkungan
atau resapan air permukaan tanah dan
pencegahan terhadap bahaya kebakaran,
kepentingan ekonomi, fungsi peruntukan,
fungsi bangunan, keselamatan dan
kenyamanan bangunan.

2. Setiap bangunan umum apabila tidak


ditentukan lain, ditentukan Koefisien Dasar
Bangunan maksimum 60 %.
2 Koefisien Lantai 1. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) ditentukan
Bangunan (KLB) atas dasar kepentingan oleh pelestarian
lingkungan/resapan air permukaan tanah, dan
pencegahan terhadap bahaya kebakaran,
kepentingan ekonomi, fungsi peruntukan,
fungsi bangunan, keselamatan dan
kenyamanan bangunan.

3 Ketinggian Bangunan 1. Ketinggian Bangunan ditentukan dengan


rencana tata ruang.

2. Ketinggian bangunan deret maksimum 4


(empat) lantai dan selebihnya harus berjarak

60
dengan persil tetangga.

3. Ketinggian Bangunan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) ditentukan berdasarkan :
Kapasitas Jalan;
Fungsi Bangunan;
Kemampuan Pengendalian Bahaya
Kebakaran;
Besaran dan Bentuk Persil;
Keserasian Kawasan;
Keselamatan Bangunan;
Daya Dukung Lahan; dan
\Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan
(KKOP).

4. Tinggi Bangunan tidak boleh melewati Garis


Potongan 60° (enam puluh derajat) dari jalan
yang berbatasan.

No Variable Ketentuan
4 Garis Sempadan 1. Garis sempadan pondasi bangunan terluar
Bangunan (GSB yang sejajar dengan as jalan (rencana jalan)/
tepi sungai/tepi pantai ditentukan berdasarkan
lebar jalan/rencana jalan/lebar sungai/kondisi
pantai, fungsi jalan dan peruntukan
kavling/kawasan.

3. Letak garis sempadan pondasi bangunan


terluar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
bilamana tidak ditentukan lain, didasarkan
pada Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Rokan Hilir (adalah Separuh
Lebar Ruang Milik Jalan (RuMiJa) dihitung
dari tepi jalan/pagar).

5 Ruang Terbuka Hijau 1. Koefisien Daerah Hijau (KDH) ditentukan


Pekarangan atas dasar kepentingan pelestarian
lingkungan/ resapan air permukaan tanah.

2. Ketentuan besarnya Koefisien Daerah


Hijau (KDH) pada ayat (1) disesuaikan
dengan rencana tata ruang kota atau sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.

3. Setiap bangunan umum apabila tidak


ditentukan lain. Ditentukan Koefisien Daerah
Hijau minimum 20% - 30 %
6 Garis sempadan sungai 1. Garis sempadan untuk bangunan yang
dibangun ditepi pantai, danau dan sungai
apabila tidak ditetapkan lain, didasarkan pada
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Rokan Hilir.

2. Besarnya garis sempadan pantai, danau dan

61
sungai diluar ayat (1) ditetapkan oleh Bupati
setelah mendengar pertimbangan para ahli.

7 Jarak Antar Bangunan 1. Jarak antara masa atau blok bangunan satu
lantai yang satu dengan lainnya dalam satu
kavling atau antara kavling minimum adalah
2-3 meter.

2. Setiap bangunan umum harus mempunyai


jarak masa/blok bangunan dengan bangunan
disekitarnya sekurang-kurangnya 6 (enam)
meter dan 3 (tiga) meter dengan batas
kavling.

3. Untuk bangunan bertingkat setiap kenaikan


satu lantai jarak antara
masa/blok bangunan yang satu dengan
lainnya ditambah dengan 0,5
meter.

4. Ketentuan lebih rinci tentang jarak antar


bangunan mengikuti ketentuan
dalam standar teknis yang berlaku.
Sumber: (Peraturan Daerah Rokan Hilir Nomor 4 tahun 2014)

3.2.2 Kriteria Pemilihan Lokasi


Adapun kriteria dalam pemilihan lokasi terhadap perancangan pasar induk
sebagai berikut:
1. Lokasi mudah di akses dimana lokasi berada di jalan lintas Kota Bagan
Siapiapi – Ujung Tanjung
2. Letak lokasi yang strategis yang dapat dijangkau dan tidak terlalu jauh dari
area pertanian dan pelabuhan
3. Memeliki lahan kosong yang luas yang mampu menampung segala
perencanaan bangunan
4. Kondisi eksisting relatif datar agar dalam perncanaan bangunan lahan
tidak terlalu banyak di ubah.
5. Lokasi pada site tidak mudah terkena bencana seperti banjir dan kebakaran

62
3.2.3 Kesesuaian dan Analisis Pemilihan Lokasi
Ada beberapa kesesuaian dalam memilih lokasi, diantaranya sebagai
berikut:
1. Kesesuaian terkait aturan
Menurut aturan yang terdapat pada Kabupaten Kuantan Singingi dalam
hal pembangunan telah disusun di dalam RT RW Kabupaten Rokan Hilir.
Lokasi yang diambil yaitu Bagan Siapiapi, dimana letaknya berada pada lokasi
perdagangan sehingga cocok pada perancanaan bangunan.
2. Kesesuaian terkait dengan fungsi
Perancangan pasar induk ini terletak di Jl. Lintas Kota Bagan Siapiapi
menuju Kota Ujung Tanjung dengan tujuan para perdagangan yang ada di Kota
Bagan siapiapi dan Ujung Tanjung tidak terlalu jauh untung menjangkau ke
lokasi pasar tersebut, hal ini sebabkan oleh fungsi perancangan yang berkaitan
dengan perdagangan yaitu pasar, dimana pasar induk ini diharapkan dapat
mendukung para pedagang dan petani sekitar untuk manjadikan pasar ini sebagai
tempat penampungan hasil produksi dan penyediaan barang bagi pedagang
untuk kedepannya. Dan juga dapat membantu pertumbuhan pasar di Rokan Hilir
dan pertumbuhan perkonomian Kabupaten Rokan Hilir.
3. Kesesuaian terkait dengan keinginan Pemerintah
Sesuai dengan visi pemerintah Kabupaten Rokan Hilir yaitu “menuju
rokan hilir yang maju, religius dan berbudaya berbasis infrastruktur dan
perekonomian yang handal”.
Dengan demikian tentunya harus ada fasilitas dalam mewujudkan
pertembuhan perekonomian yaitu dengan perancangan pasar diharapkan dapat
mewujudkan visi Kabupaten Rokan Hilir.

3.3 Metode Operasional Perancangan Arsitektur


3.3.1 Sintesa Pustaka
A. Definisi Pasar Induk
Pasar induk merupakan pasar yang dalam kegiatannya merupakan pusat
pengumpulan bahan bahan pangan atau komoditi yang berasal dari lahan

63
pertanian daerah sekitar maupun dari daerah luar yaitu bertujuan untuk
disalurkan ke pasar pasar lainnya. pasar induk ini memiliki persentase jual yang
lebih tinggi dari pasar biasa. Pasar induk ini memiliki pelayanan regional serta
sistem pembelian nya borongan atau grosiran.
Pasar Induk umumnya hanya ditemukan di negara-negara berkembang.
mereka berada di kabupaten atau kota-kota regional dan mengambil sebagian
besar produk mereka dari pasar perakitan pedesaan terletak di daerah produksi, di
mana transaksi yang berskala lebih besar dan biasanya terjadi antara petani dan
pedagang.
B. Penerapan Arsitektur Biophilic pada Perancangan
Desain yang menggunakan pendekatan teori desain biophilic membantu
dalam menyelaraskan antara fungsi kawasan dengan konsep bangunan. Adanya
keterikatan manusia dengan alam yang begitu kuat melandasi perancangan yang
menghubungkan antara bangunan dengan sistem alam.
Tema pendekatan desain biophilic sebagai penghubung dengan sistem
alam dan fungsi perancangan berupa pasar diharapkan mampu mendekatkan
kembali hubungan manusia dengan alam dimana alam akan membantu manusia
untuk merasakan kenyamanan, meningkatkan psikologis dan relaksasi terhadap
pikiran penggunanya

3.3.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data


Menurut (M.Ratodi, 2015) Jenis data dalam melakukan perancangan ini
yaitu terdiri dari data primer dan juga data sekunder.
A. Data Primer
Metode pengumpulan data merupakan suatu tahapan yang sangat penting
dari penelitian. Proses pengumpulan data yang dilakukan seperti kuesioner,
wawancara, observasi, dan dokumetasi. ( Sugiono, 2012 )
1. Studi Lapangan (observasi)
Pengambilan data dilakukan dari hasil survei lapangan. Survei dapat
dilakukan dengan mengamati mengenai kondisi potensi, view, ukuran,
arah angin, kebisingan dan lain sebagainya. Data yang diperoleh

64
digunakan untuk menganalisis dan mengoptimalkan potensi-potensi
yang terdapat di lokasi site.
2. Dokumentasi
Pengumpulan data survei dapat didukung dengan pengambilan
dokumentasi terhadap lokasi site perancangan. Dokumentasi yang
dilaksanakan dapat berupa video, foto ataupun sketsa.
3. Wawancara
Proses wawancara ditujukan kepada beberapa pedagang yang berjualan
di dareah Kota bagan siapiapi dan Kota Ujung Tanjung. Dengan materi
wawancara yaitu tentang keadaan site serta hal-hal yang berkaitan
dengan perancangan seperti kebutuhan pasar di Kabupaten Rokan Hilir.
B. Data Sekunder
Mencari dan mengumpulkan informasi mengenai perancangan pasar induk
seperti studi literature dan hal penting lainnya, baik dari segi fungsinya ataupun
tema. Data sekunder ialah sebagai pendukung dari data primer. Data sekunder bisa
di peroleh dengan beberapa cara yaitu:
1. Buku
Mencari data dengan membaca berbagai buku - buku yang berhubungan
dengan fungsi bangunan dan tema perancangan yang akan dilakukan
merupakan cara lain dalam pengumpulan data.
2. Jurnal
Pencarian data dengan menggunakan jurnal yang sesuai dengan tema
dan fungsi yang sama dengan perancangan yang akan dilakukan.
3. Skripsi, Disertasi, ataupun Tesis
Skripsi, disertasi, ataupun tesis djadikan sebagai bahan referensi dalam
proses perancangan dan dapat dijadikan sebagai sumber data maupun
sebagai media pembanding.
4. Media
Pengumpulan data dengan menggunakan media online atau website
resmi dapat membantu untuk mendapatkan data pendukung yang

65
berkaitan dengan fungsi atau pendekatan yang akan digunakan dalam
perancangan bangunan.

3.3.3 Teknik Analisa Data


Pada perancangan Pasar induk ini menggunakan jenis Teknik Analisa Data
yang deskriptif kualitatif. Tahap awal proses analisa adalah pengumpulan
berbagai macam data dan informasi melalui berbagai macam sumber yang ada,
tahap selanjutnya melakukan survey dan mencatat informasi yang didapat
kemudian mencari studi literature, studi banding dan lain sebagainya. Tahap
berikutnya pemaparan hasil analisa melalui gambar, tabel, dan sebagainya. Dalam
pemilihan tempat perancangan pasar induk didasari oleh keterkaitan antara fungsi
dan tema perancangan dengan lokasi perancangan yang mudah di jangkau oleh
para konsumen sehingga pada perancangan pasar induk nantinya diharapkan
dapat berfungsi dengan baik.

3.4 Metode Perancangan


Metode perancangan yang digunakan pada Perancangan Pasar Induk
Rokan Hilir ini adalah metode studi kasus atau case studies. Metode studi kasus
ini merupakan bagian dari metode kualitatif yang dimulai dari mencari isu dan
permasalahan, mencari kajian pustaka yang berhubungan dengan fungsi dan tema
perancangan serta melakukan observasi ke lapangan.
Berdasarkan identifikasi permasalahan yang ada, Hal yang dilakukan
dalam mengatasi permasalahan yaitu dengan mengumpulkan data yang
dibutuhkan sesuai yang terjadi pada lapangan agar perancangan memiliki fungsi
yang tepat dan sesuai. Perancangan diawali dengan tahapan persiapan, pada tahap
ini dilakukannya identifikasi masalah, tujuan perancangan, dan peninjauan
permasalahan perancangan, Pada Tahap berikutnya adalah Survei lokasi, tahap ini
dilakukannya pendataan terkait lokasi untuk didapatkannya data yang dapat
menunjang ataupun perlu dijadikan pertimbangan dalam perancangan. Tahap
Studi, merupakan tahapan dilakukannya pencarian data terkait perancagan yang
mencangkup studi banding, studi literatur, hingga studi kelayakan. Tahap

66
pengolahan data, merupakan tahap mengolah informasi yang sudah dikumpulkan
sebagai acuan dalam peracangan. Tahap Peracangan merupakan proses
perancagan dimulai hingga tahap pengembangan bangunan Pasar induk Rokan
Hilir.

3.5 Bagan Alur Perancangan

Gambar 3. 3 Bagan Alur Perancangan

67
BAB IV
ANALISIS DAN KONSEP PERANCANGAN

4.1 Analisis Tapak


4.1.1 Anlisis Makro Tapak
A. Lokasi dan batas Tapak

Gambar 4. 1 Lokasi Tapak


Sumber: https://snazzymaps.com

Lokasi site berada pada dearah Batu Hampar berbatasan dengan perumahan
dan hutan yang ada pada sepanjang Jalan lintas Bagan siapi-api – Ujung tanjung
dengan panjang jalan ± 70 Km2 dengan batas site yaitu :
1. Sebelah Utara : Lahan Kosong
2. Sebelah Selatan : Hutan dan Perumahan warga
3. Sebelah Timur : Hutan
4. Sebelah Barat : perumahan warga
A. Kondisi dan Potensi yang dimiliki oleh tapak adalah sebagai berikut:
a) Lokasi site berada di Jl. Lintas Kota Bagan Siapi-api – Ujung Tanjung
b) Lokasi dapat di jangkau para pedagang Kota Bagan Siapi-api dan Kota

68
Ujung Tanjung yang memiliki potensi lebih banyak pasar
c) Lokasi site juga berbatasan dengan rumah warga
d) Lokasi perancangan strategis yaitu mudah di jangkau oleh para petani
dan nelayan sebagai sumber produksi pada Perancangan Pasar induk
Rokan Hilir

B. Analisis Pencapaian Tapak


Lokasi Tapak yang tidak terlalu jauh sehingga dapat di jangkau oleh
pedagang yang ada pada pasar Kota Bagan Siapi-api dan Ujung Tanjung dimana
Tujuan pemilihan lokasi ini yaitu menargetkan pasar yang ada pada Kota Bagan
siapi-api dan Ujung Tanjung

Gambar 4. 2 lokasi pasar Gambar 4. 3 Kawasan Sentral Industri


Sumber: https://earth.google.com Sumber: https://www.rohilkab.go.id

Pada gambar 4.2 dapat dilihat jarak pada lokasi site dengan pasar yang
ada di Kota Bagan Siapi-api dan Ujung Tanjung jarak yang paling jauh yaitu pada
pasar Siti Maryam yang memiliki lokasi di pujut bersebelahan dengan Kota Ujung
Tanjung dengan Jarak tempuh ± 80 Km2 yang memliki waktu tempuh 1 ½ jam.
Dan pada gambar 4.3 di jelaskan pada gambar kawasan sentral berdasarkan
komoditi barang.

69
4.1.2 Analisi Mikro Tapak
A. Analisis Pergerakan Matahari dan Angin
Lokasi ini terletak di daerah Batu Hampar tepat nya di jalan Lintas Kota
Bagan Siapi-api – Ujung Tanjung sehingga lokasi ini dapat dengan mudah diakses
oleh para pengunjung dan para pedagang lokal maupun pendatang dari luar.
Lokasi ini juga dekat dengan sungai Rokan yaitu sungai yang terkenal di Rokan
Hilir.
Sekitaran tapak merupakan lahan kosong yang disekelilingnya masih terdapat
banyak vegetasi. Angin masuk dari sekeliling tapak dengan potensi terbesar ada di
sebelah Utara dan juga Timur karena terdapat banyak pohon.

Gambar 4. 4 Respon Analisis Matahari dan Angin

Respon terhadap potensi matahari adalah dengan menggunakan material


kaca dan skylight untuk memaksimalkan cahaya alami, dan juga membuat
banyaknya ventilasi udara agar udara yang masuk dapat membantu mengurangi
panasnya matahari, selain itu pada vegetasi yang ada di manfaatkan untuk
meminimalisir cahaya dan juga di lakukan penanaman vegetasi tambahan di
lokasi dekat bangunan yang sesuai dengan kondisi.

70
B. Analisa Kebisingan

Gambar 4. 5 Analisis Kebisingan dan Respon


Sumber kebisingan yang paling besar berasal dari jalan lintas Bagan Siapi-api
– Ujung Tanjung. Tanggapan terhadap kebisingan yakni dengan pemanfaatan
tanaman sebagai buffer dan juga memberi jarak antara jalan dan bangunan.
Penanaman vegetasi di batas site untuk meredam suara area perancangan.

C. Analisa Vegetasi
Tapak pada perancangan merupakan hutan yang masih banyak terdapat
pohon sawit dan terdapat beberapa pohon besar didalamnya. Penambahan vegetasi
diperlukan untuk membantu sebagai petunjuk arah, dan juga peneduh. Pada
penambahan pohon vegetasi pohon pohon harus di pilih untuk menampilkan
estetika pada lanscape bangunan yang akan di rancang.

Gambar 4. 6 Analisis Vegetasi

71
D. Analisa View
Terdapat perumahan dan lahan kosong pada area sekitar site dan pada
tepat pada depan lahan adalah jalan lintas Bagan Siapi-api – Ujung Tanjung.

Gambar 4. 7 Analisis Vegetasi

E. Analisa Orientasi
Berdasarkan analisa dan pertimbangan sebelumnya, maka orientasi
bangunan pada perancangan menghadap ke arah timur yang bertujuan untuk
memanfaatkan cahaya dipagi hari dimana cahaya atau panas di pagi hari membuat
badan menjadi sehat.

Gambar 4. 8 Orientasi Bangunan

72
F. Penzoninga pada Site
Zona Penzoningan secara umum pada perancangan pasar induk terbagi
menjadi tiga bagian yaitu publik, semi publik, dan privat.
1. Zona publik
Zona publik adalah zona atau area yang bebas dimasuki oleh
siapapun. Pada Pusat Kebudayaan Kampar ini zona publik terdiri dari:
lobi, kios, los, musholla, lavatory, kantin, dan parkiran.
2. Zona semi publik
Zona semi publik ialah zona ataupun area yang area yang boleh
diakses oleh siapapun, namun tidak bebas. Zona ini memerlukan
ketentuan untuk dapat mengaksesnya. Pada Pasar induk zona ini
terdiri dari: ruang Administrasi, pos keamanan, dan janitor.
3. Zona privat
Zona privat adalah zona yang tidak boleh diakses oleh sembarang
orang, Zona ini hanya boleh diakses oleh yang bertugas di bidangnya,
atau yang ber- keperluan. Zona ini terdiri dari: area kantor, ruang
operasional, ruang servis dan gudang.

G. Penzoningan Pada Bangunan pasar


Pada perancangan pasar induk ini bagian pasar penzoningan los dan kios
untuk pedagang dipisahkan sesuai dengan jenis barang dagangannya. Penzoningan
ini dilakukan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008. Tujuannya adalah untuk memisahkan barang
dagang kering, basah, dan berbau. Selain itu zonasi ditujukan untuk membedakan
los dan kios yang memerlukan penataan ruangan khusus seperti los daging dan
ikan yang memerlukan tempat pencucian barang dagang dan tempat pembuangan
limbah sisa dari barang dagangannya. Zonasi membuat los barang dagang menjadi
lebih tertata dan membantu pembeli agar mudah mencari barang yang di inginkan
pada suatu area.

73
Gambar 4. 9 Zoning Pada Bangunan Pasar

H. Analisa Kebutuhan Barang


Barang – barang pada perancangan pasar induk ini berasal dari luar daerah
dandaerah lokal.

I. Analisa pembongkaran Barang dan Pengangkutan Barang

4.2 Analisis Fungsional


Analisis fungsional merupakan tahapan proses menganalisis fungsi objek
perancangan meliputi fungsi bangunan, kegiatan, analisis kebutuhan ruang,
analisis besaran ruang, penzoningan yang akan diterapkan ke dalam perancangan
Pasar Induk Rokan Hilir.

4.2.1 Analisis Fungsi


Pasar induk Rokan Hilir memiliki fungsi utama yaitu sebagai wadah
pengumpulan hasil produksi dari hasil pertanian lokal, dalam bentuk perancangan
pasar. Pasar induk ini juga merupakan tempat bertemunya pedagang dan pembeli
dalam skala yang besar.

74
4.2.2 Analisa Pengguna dan Kegiatan nya
A. Pengguna Kendaraan
1. Pedagang
Tabel 4. 1 Pengguna dan kegiatan pedagang bagi pengguna kendaraan

Aktifitas Persyaratan Kebutuhan Ruang

Pengguna Kendaraan

Datang
Sirkulasi untuk kendaraan
Pintu atau akses masuk
pedagang roda dua dan empat
Masuk area site ke
yang mudah dan
site
jelas
Area khusus yang cukup luas Tempar parkir
Memarkirkan untuk pedagang parkir dan pedagang + loading
kendaraan bongkar muat barang dagang dock
Meletakkan Barang sesuai jenis Tempar parkir
Menurunkan barang
nya pedagang + loading
dagang
dock
Sirkulasi yang luas, nyaman, Sirkulasi tempat parkir
Menuju area dagang
dan tidak terlalu jauh ke los dan kios dagang
Jarak antar pedagang tidak
Menata barang teralu dekat. Tempat Los dan Kios dagang
dagang penyimpanan yang cukup

Tempat yang nyaman dan


memenuhi standar gerak. Ada
tempat untuk mencuci barang
Berjualan Los dan Kios dagang
dagang dan membuang limbah
sisa dagangan (Terutama sayur
dan daging)
Penempatan yang tidak terlalu
jauh bagi para pedagang, nyaman
Buang air kecil dan bau tidak menyebar ke area Toilet atau Kamar mandi
pasar

Penempatan merata di beberapa


titik pasar dan mudah diakses
Mencuci Tangan wastafel

Tempat yang bersih,nyaman dan


Ibadah Musholla
dapat merilekskan Tubuh

75
Pulang
Jarak antara pedagang tidak
Menata barang
terlalu dekat, tempat Los, Kios dagang
dagang
penyimpanan yang cukup
Menuju tempat Sirkulasi yang luas nyaman, dan Sirkulasi Los dan Kios
parkir tidak terlalu jauh ke tempat parkir
Membutuhkan area yang cukup
Menaikkan sisa luas untuk tiap kendaraan Tempat parkir pedagang
barang dagang pedagang, penempatannya yang dan loading dock
muda diakses
Buang air kecil dan Penempatan yang bisa di akses
dari area parkir Westafel
besar
Sirkulasi untuk kendaraan
pedagang roda dua dan empat
Keluar area site Pintu akses keluar site
yang muda dan jelas
sirkulasinya

2. Pengelola Pasar

Tabel 4. 2 Pengguna dan kegiatan pengelola dan karyawan bagi pengguna


kendaraan

Persyaratan Kebutuhan Ruang


Aktifitas

Pengguna Kendaraan

Datang
Sirkulasi untuk kendaraan
pengelola roda dua dan empat
yang mudah dan Pintu atau akses masuk
Masuk ke area site jelas ke
site

Area parkir khusus yang


cukup luas untuk pengelola Tempar parkir pengola
Memarkirkan
parkir dan dan karyawan pasar dan karyawan
kendaraan
pasar pasar

Sirkulasi yang nyaman dan Sirkulasi tempat parkir


Menuju ruang kantor mudah di akses
menuju ke ruang kantor
Ruang kerja yang nyaman,
Bekerja sesuai bidang supaya para karyawan dan Kantor pengelola dan
masing-masing pengelola pasar merasa Ruang karyawan
nyaman

76
Kemudahan visibilitas dari
kantor untuk melakukan
pengawasan dalam pasar, Sirkulasi dari ruang
Pengecekan dan
kantor menuju Los,Kios
pengawasan pedagang sirkulasi yang baik dan
mudah dijangkau dari kantor dagang

Penempatan yang tidak terlalu


Buang air kecil dan jauh bagi pengelola pasar, Toilet dan kamamr
besar nyaman dan bau tidak menyebar mandi
ke luar ruangan

Tempat yang bersih dan


nyaman untuk beribadah
Ibadah Musholla

Pulang
Sirkulasi yang nyaman dan Sirkulasi kantor
Menuju tempat parkir mudah diakses pengelola ketempat
parkir
Sirkulasi untuk kendaraan
karyawan dan pengelola roda
Keluar area site Pintu akses keluar site
dua dan empat yang muda dan
jelas sirkulasinya

77
3. Karyawan kebersihan

Tabel 4. 3 Pengguna dan kegiatan karyawan kebersihan bagi pengguna kendaraan

Aktifitas Persyaratan Kebutuhan Ruang

Pengguna Kendaraan

Datang
Sirkulasi untuk kendaraan
pengelola pasar roda dua dan Pintu/ akses masuk ke
Masuk area site
empat yang mudah dan jelas site

Area parkir khusus yang


Memarkirkan cukup luas untuk pengelola
Tempat parkir karyawan
kendaraan karyawan pasar

Sirkulasi yang nyaman dan


Sirkulasi tempat parkir ke
Menuju ruang loker mudah
ruang karyawan
diakses
Menyimpan barang
dan bersiap-siap Ruang karyawan
(Ruang loker)
Sirkulasi yang nyaman dan
Menuju ruang sirkulasi ruang karyawan
mudah
janitor ke janitor
diakses
Ruangan yang bersih dan
Mengambil peralatan
tidak menyebarkan bau. Janitor
Kebersihan (Janitor)
Dekat dengan toilet

Penggunaan material pada


Bersih-bersih pasar
pasar yang mudah Sirkulasi los/kios dagang
(sapu, pel)
dibersihkan.
Penempatan titik tempat
sampah di pasar yang mudah
di akses. Penempatan tempat
Bersih-bersih pasar sampah di area los yang
mudah di akses Seluruh area pasar
(Membuang sampah)

Membuang sampah ke
Bak tempat
Bak tempat Akses yang mudah dijangkau.
pembuangan sementara
pembuangan Jauh dari area jual beli.
(TPS)
sementara (TPS)

Mencuci tangan Penempatan merata


dibeberapa titik pasar dan Wastafel
mudah diakses

78
Tempat yang bersih, nyaman,
`Ibadah Mushola
dan dapat merilekskan tubuh

Pulang
Sirkulasi yang nyaman dan Sirkulasi ruang karyawan
Menuju tempat parkir mudah ke tempat parkir
diakses

Keluar area site Pintu/ akses keluar site

79
4. Petugas kebersihan atau Truck sampah bagi pengguna kendaraan

Tabel 4. 4 Pengguna dan kegiatan Kebersihan Truck sampah

Aktivitas Persyaratan Kebutuhan ruang

Pengguna Kendaraan

Datang

Sirkulasi kendaraan roda


empat khusus untuk truk
penggambil sampah
yang mudah dan Pintu/ akses masuk ke
Masuk area site
jelas site

Area parkir khusus yang


Memarkirkan cukup luas dan terpisah dari Area pengambilan sampah
kendaraan tempat parkir lain. Dekat (parkir khusus)
dengan bak TPS

Pulang

Mengembalikan
Ruangan yang bersih
peralatan
dan tidak menyebarkan bau. Janitor
Kebersihan
Dekat dengan toilet
(Janitor)

Penempatan khusus untuk


karyawan.
Ruangan Nyaman dan bau
Buang air kecil atau tidak menyebar ke area
Toilet/ kamar mandi
besar pasar

Penempatan merata
Mencuci tangan dibeberapa titik pasar dan Wastafel
mudah diakses

Tempat yang bersih,


`Ibadah nyaman, dan dapat Mushola
merilekskan tubuh

80
5. Pembeli

Tabel 4. 5 Pengguna dan kegiatan Pembeli bagi pengguna kendaraan

Persyaratan Kebutuhan Ruang


Aktifitas
Pengguna Kendaraan

Datang

Sirkulasi untuk kendaraan


pengunjung roda dua dan empat
Masuk area site Pintu atau akses ke site
yang mudah dan jelas

Memakirkan Area parkir khusus pengunjung


kendaraan yang cukup luas dan sirkulasi Tempat parkir
yang mudah khusus pengunjung pengunjung

Menuju area pedagang Sirkulasi yang luas, nyaman, dan Sirkulasi tempat parkir
tidak terlalu jauh ke los/ kios dagang

Membeli kebutuhan

Buang air kecil atau Penempatan yang tidak terlalu Toilet atau kamar mandi
besar jauh. Nyaman dan bau tidak
menyebar ke area pasar
Mencuci tangan Penempatan merata dibeberapa Wastafel
titik pasar dan mudah diakses
Ibadah Tempat yang bersih, nyaman, dan Mushola
dapat merilekskan tubuh
Menunggu (di dalam Tempat untuk bersantai dan Taman indoor
bangunan) menunggu sambil menikmati
suasana pasar

Pulang

Sirkulasi yang nyaman dan


Menuju tempat parkir mudah diakses sirkulasi menuju luar

Area parkir khusus pengunjung


Keluar area site yang cukup luas dan sirkulasi Pintu/ akses keluar site
yang mudah khusus pengunjung

B. Pejalan Kaki
1. Pedagang dan karyawan

81
Tabel 4. 6 Pengguna dan kegiatan Pedagang dan karyawan bagi pejalan kaki

Aktifitas Persyaratan Kebutuhan Ruang

Pejalan kaki

Datang

Sirkulasi yang khusus bagi para


pejalan kaki dan karyawan Akses masuk site
Masuk area site
sirkulasi khusus

Sirkulasi khusus yang langsung


mengarah ke area los/ kios dan Akses masuk
Masuk ke dalam
ruang karyawan tanpa melewati bangunan sirkulasi
bangunan
pintu utama bangunan khusus

Pulang

Sirkulasi khusus yang


Akses keluar
langsung mengarah keluar
Keluar bangunan bangunan sirkulasi
tanpa melewati pintu utama
khusus
bangunan

Area untuk menggunggu


kendaraan jemputan atau
Menunggu (di luar umum
Taman outdoor
bangunan)

Keluar melalui sirkulasi khusus


ke tepi jalan tanpa melewati Akses kluar site
Keluar area site
sirkulasi utama site sirkulasi khusus

82
2. Pengelola pasar dan Pengunjung

Tabel 4. 7 Pengguna dan kegiatan pengelola pasar dan pengunjung bagi pejalan
kaki

Aktifitas Persyaratan Kebutuhan Ruang

Pejalan Kaki

Datang

Masuk melalui sirkulasi utama site Masuk akses site


Masuk site
ke bangunan sirkulasi utama
Masuk kedalam sirkulasi utama yang langsung Masuk bangunan dari
bangunan menuju ke arah bangunan akses pintu utama

Pulang

sirkulasi utama yang langsung keluar bangunan dari


Keluar bangunan
menuju ke luar bangunan akses pintu utama
Menunggu di luar Area untuk menunggu kendaraan
Taman outdoor
bangunan jemputan atau umum
Keluar area site menggunakan pintu Akses keluar site
Keluar area site
utama keluar site sirkulasi utama

Pada tabel diatas menjelaskan tentang sirkulasi dan penggunaan ruang bagi
pengguna dan kegiatannya, pada pengguna kendaraan dan pejalan kaki di desain
dengan sirkulasi yang berbeda untuk memudahkan para pelaku dalam melakukan
kegiatan di pasar induk ini tujuannya yaitu, Untuk menghasilkan sirkulasi yang
baik sehingga menciptakan bangunan yang sesuai dengan penerapan tema yang di
inginkan, dan menghasilkan kenyaman yang dapat meningkatkan fisiologi dan
fsikologi seseorang.

4.2.3 Program Ruang


Berdasarkan dalam pendataan tabel diatas maka dapat di ketahui
kebutuhan ruang pasar induk Rokan Hilir Sebagai berikut:

83
Tabel 4. 8 Pembagian Ruang
Pengelola
1 Ruang Tamu
2 Ruang Kepala
3 Ruang Rapat
4 Ruang staff
Pedagang
1 Kios Basah dan Kering
2 Los Basah dan Kering
3 Gudang
4 Lapak Basah dan Kering
Penunjang
1 Musholla
2 Pos Penjaga
3 Ruang Kesehtan
4 Ruang Laktasi
5 Toilet
6 Atm Centre
7 Parkir
Service
1 Ruang Genset
2 Ruang Panel
3 Ruang Pompa
4 TPS
5 Ruang Petugas Kebersihan

4.2.4 Persyaratan Ruang

Tabel 4. 9 Persyaratan pada ruangan


No Persyaratan Uraian Persyaratan
1 Pencahayaan pencahayaan yang cukup untuk melihat barang minimal
100 lux
2 pengawaan Ventilasi minimal 20% dari luas lantai dan Saling

84
berhadapan/ Cross Ventilation
Memiliki papan identitas
Zoning di pisah sesuai jenisnya
Setiap lorong memiliki lebar min 1,5 m2
3 Penataan Untuk tinggi meja zona kering min 60 cm2
Terdapat bongkar muat khusus yang terpisah dari parkir
pengunjung
Sirkulasi yang memadai untuk dilewati kendaraan
pengangkut
Setiap lorong kios dan los harus memiliki tempat
sampah kering dan basah dengan jalur TPS tidak berada
di jalir utama
4 Sanitasi Sedia air bersih min 40 liter setiap pedagang yang di
tamping dalam tandon air berjarak minimal 10 m dari
pembuangan limbah
Terdapat toilet laki-laki dan perempuan
Atap tidak bocor
Dalam ketinggian lebih dari 10 m2 harus menggunakan
5 Konstruksi penangkal petir
Pada bagian atap harus menggunakan material yang
tembus cahaya
Lantai terbuat dari bahan kedap air, dan memiliki
permukaan rata dan tidak licin.

Dalam studi besaran ruang pada perancangan pasar induk ini menggunakann
standar berdasarkan Literatur, Adapun acuan standar sirkulasi bedasarkan buku
Time Sarver Standar yaitu sebagai berikut :
1. Standar Minimum : 5 – 10 %
2. Standar Keleluasaan : 20 %
3. Kenyamanan Fisik : 30 %
4. Kegiatan Spesifik : 50 %
5. Kegiatan masih / banyak : 70 – 100 %
Adapun keterangan sumber dapat di singkat sebagai berikut :
1. AS : Asumsi

85
2. NAD : Nauvert Arsitek Data
3. PD : Peraturan Daerah
Tabel 4. 10 Kebutuhan Ruang
Jumlah
Nama Ruang Sumber Kapasitas Standar Perhitungan Luas
Ruang
Ruang Pengelola
Ruang
AS 1 73 m2/unit 1 1 x 73 m2 120 m2
Pengelola
Fasilitas Pendukung dan service
Parkir Mobil AS 100 6 m2 /Mobil 6 x 100 600 m2
Parkir Motor AS 80 2m2 /Motor 80 x 2 160 m2
0,72 m2
Musholla NAD 30 Orang 1 30 x 0,72 21,6 m2
/orang
Loading Dock NAD
Foudcourt AS 20 Orang 34 m2 2 34 x 2 68 m2
Pos
AS 16 m2 /unit 1 16 x 1 16 m2
Keamanan
Ruang
PD 12 Orang 1 m2 /orang 1 12 x 1 12 m2
Kebersihan
Ruang 1,5 m2
AS 5 Orang 2 7.5 x 2 15 m2
Lakstasi /orang

Atm Cenre AS 3 Orang 1,44 1 3 x 1,44 4,32 m2


m /orang
2

1,6 m2
Lobby NAD 80 Orang 1 1,6 x 80 128 m2
/orang
5 Orang 1,2 m2/orang 5 x 1,2
Ruang CCTV AS 2 set meja 1 10 m2
2 m2/set 2x2
dan kursi
Ruang MEE AS 16 m2 /unit 1 16 x 1 16 m2
Ruang AHU AS 16 m2 /unit 1 16 x 1 16 m2
10
0,42
Westafel 0,42 x 10
m2/wastafel
Lavatory NAD 8 Closet 1 36 m2
3 m2/ruang 8x3
8 Urinoir 1 m2/orang 8x1
Fasilitas Komersil
Kios PD 9 m2/ Unit 300 9 x 300 2.700 m2
Los PD 5 m /Unit
2
50 5 x 50 250 m2
lapak AS 4m2/Unit 200 4 x 200 800 m2
Gudang PD 3m2/Unit 3 3x3 9 m2
Jumlah luas Bangunan : 5.805 m2
Sirkulasi 30% 1.741 m2
Luas Keseluruhan Bangunan: 7.546 m2
Luas Keseluruhan lahan Parkir : 760 m2
Luas seluruh Lahan 8.306 m2

86
Berdasarkan data perhitungan dari kebutuhan ruang yang di perlukan,
jumlah luas total bangunan sebesar 8.306 m2. Luas lahan yang tersedia 15.000 m2
dengan KDB sebesar 60% maka dari luas lahan 15.000 m2, KDB untuk bangunan
yang akan dirancang sebesar 5000 m2. Di karenakan pasar induk nantinya banyak
pembeli dengan menggunakan kendaran mobil maka pada perancangan ini di
utamakan pada sirkulasi yang luas, sehingga memudahkan para pedagang dan
pembeli dalam mengakses sirkulasi pada area lahan pasar induk.

4.3 Analisis Sistem Bangunan


4.3.1 Analisi Sistem Struktur dan Konstruksi
Struktur adalah bagian yang sangat vital dalam perancangan sehingga
harus diperhatikan dengan teliti dalam mendesain struktur bangunan agar tidak
terjadi sesuatu hal yang tidak di inginkan. Dalam menentukan sistem struktur
yang dapat menopang kegiatan dan aktivitas pelaku dalam pasar, diperlukan
pemilihan system struktur yang tepat. Sehingga civitas dapat dengan leluasa
melakukan aktivitas tanpa harus terganggu pada keberadaan struktur, serta dapat
memberikan rasa nyaman dan aman dan tentunya mampu menahan beban internal
maupun beban eksternal.
A. Struktur Bawah
Struktur bawah adalah bagian struktur yang menopang atau menahan
semua beban yang ada pada bangunan, semua beban yang ada dialirkan menuju
struktur bagian bawah melalui kolom dan balok. Kemudian pada bagian pondasi
menggunakan pondasi tapak.

Gambar 4. 10 Pondasi tapak

87
B. Struktur Tengah
Struktur tengah merupakan bagian central yang berfungsi sebagai penerus,
dan pembatas suatu ruangan, struktur tengah merupakan bagian yang meneruskan
beban dari atas menuju bagian pondasi.

Gambar 4. 11 Struktur Tengah

C. Struktur Atas
Struktur atas merupakan bagian struktur terluar pada suatu bangunan, pada
perancangan ini sruktur yang digunakan adalah struktur bentang lebar agar dapat
mendukung fungsi yang memerlukan area yang luas, Pada perancangan Pasar
induk ini bagian struktur atas akan dibuat sedikit terlihat sehingga menambah
kesan megah pada bangunan.

Gambar 4. 12 Rangka atap truss

88
4.4 Analisis Hubungan Penerapan Tema dan Fungsi Bangunan
4.4.1 Analisis Entrance pejalan kaki
Entrance pejalan kaki utama berada di sisi barat pasar yang berada di tepi
jalan kecil. Entrance utama bagi pejalan kaki adalah pintu masuk utama pasar
induk yang menghadap arah barat yang berdekatan dengan perumahan warga,
dari segi pemerataan sirkulasi pedestrian area di tepi jalan primer sekeliling pasar
induk aktif dengan kegiatan pedestrian yang baik sehingga orang yang berjalan
mengelilingi pasar akan nyaman dan tenang.

Gambar 4. 13 Analisa Entrance pejalan kaki

4.4.2 Analisis Entrance Pengendara


Pada entrance pengendara harus memliki sirkulasi yang baik agar para
pengguna jalan dapat menikmati area bangunan pada saat ingin memasuki
bangunan, parkiran ditata dengan serapi mungkin sehingga menciptakan suatu
pola yang indah untuk dilihat.

89
Gambar 4. 14 Analisa Entrance Pengendara

4.4.3 Analisa Pencahayaan


A. Pencahayaan Alami dan Penghawaan Alami
1. Skylight

Pada Perancangan pasar induk ini adanya skylight yang bertujuan


untuk mengarahkan cahaya sinar matahari pada bagian tengah
bangunan, Penambahan skylight bertujuan agar cahaya bisa menyebar
merata pada area tengah bangunan.

2. Kisi-Kisi Jendela
Pada perancangan pasar induk ini di disain kisi-kisi jendela yang
dapat dibuka tutup sesuai kebutuhan, Tujuan Kisi-kisi jendela ini ialah
untuk meminimalisir cahaya matahari yang masuk sehingga tidak
menyilaukan didalam ruangan, Kisi-kisi jendela ini dapat dibuka lebar
apabila pengguna atau pengunjung ingin melihat area luar bangunan
secara maksimal.
B. Pencahayaan Buatan dan penghawaan buatan
Pencahayaan dan penghawaan harus diperhatikan dalam perancangan
pasar karena pasar merupakan tempat berkumpulnya orang banyak sehingga dapat

90
menyebabkan suhu ruang menjadi panas, pengap, dan nafas menjadi sesak yang di
karenakan kurang nya O2 pada ruangan. Dan pada pencahayaan buatan biasanya
hanya berfungsi pada saat malam dan sore hari dimana cuaca sudah gelap
sehingga perlu pencahayaan buatan yaitu lampu. Implementasi pada lampu juga
harus sesuai tidak terlalu terang karena dapat menyebabkan silau pada mata yang
bisa menyebabkan mata menjadi rusak. Penerapan pencahayan buatan dan
penghawaan pada pasar yaitu :
1. Lampu
Pencahayaan buatan pada Perancangan pasar induk ini berasal dari lampu
yang mana jenis lampu yang digunaan terbagi menjadi lampu downligh,
LED, LED Strip, dan lampu sorot.

Gambar 4. 15 Pencahayaan Buatan lampu

2. Ac
Penggunaan Ac pada pasar induk hanya di gunakan pada ruangan kantor
pengelola dan karyawan saja karena pada ruangan tersebut hanya
menggunakan sedikit bukaan sehingga harus menggunakan penghawaan
buatan agar para pengelola pasar dan karyawan dapat bekerja dengan nyaman
dan rileks.

Gambar 4. 16 Penghawaan Buatan Ac

91
3. Ventilasi
Ventilasi dan bukaan pada pasar induk didesain dengan sesuai fungsinya
yaitu sebagai sirkulasi untuk arah angin atau udara agar dapat masuk kesetiap
ruangan sehingga ruangan menjadi sejuk dan nyaman.

Gambar 4. 17 Ventilasi dan bukaan yang luas

4.4.4 Hubungan Tema Arsitektur Biophilic Dengan Fungsi Bangunan


Arsitektur Biophilic merupakan sebuah konsep merancang dengan tujuan
utama yaitu menghubungkan alam dengan kegiatan manusia, yaitu dengan cara
membawa alam masuk kedalam bangunan, hal ini akan membuat pola pikir dan
perasaan pengguna bangunan seakan akan tidak terpisah atau jauh dari luar
bangunan (alam), mendekatkan alam pada bangunan dapat di implementasikan
dengan berbagai cara, beberapa diantarnya yaitu membuat cahaya matahari
sebagai penerangan utama dan hembusan angin sebagai penghawaan utama, bisa
juga dengan menambah layout alam pada bangunan. Cara lain untuk memperkuat
kesan alam pada bangunan yaitu dengan penggunaan materia alami seperti kayu,
bamboo, batu alam dan lain lain.
Penggunaan arsitektur biophilic membantu seseorang untuk lebih gembira,
sehat, dan nyaman baik itu jasmani maupun fsikologi, penerapannya pada pasar
induk ini yaitu di tujukan untuk mensejahterakan pengguna pasar, terutama bagi
pedagang sebagai pengguna pasar yang selalu menghabiskan waktunya di pasar
hampir setiap harinya selama kurang lebih tujuh jam, dengan berdiri, menunggu,
dan berbincang dengan pedagang lain. Dalam penerapan Prinsip-prinsip pada
arsitektur biophilic di harapkan nantinya dapat membuat kondisi pedagang

92
menjadi lebih baik, mengurangi stress, menyehatkan tubuh, menumbuhkan dan
meningkatkan mood para pedagang untuk beraktifitas yang nantinya dapat
berpengaruh terhadap produktivitas pedagang.

Tabel 4. 11 Penerapan Tema Biophilic Pada bangunan

No. Indikator Lingkup Site Lingkup Bangunan


Nature In Space

1. Penambahan tanaman pada


area tengah bangunan sebagai
kenyamanan di area tengah
bangunan.
Merancang landscape berupa
ruang hijau, seperti taman mini 2. Penggunaan kaca untuk
Koneksi
untuk memberi kesan bagi memudahkan view ke alam.
1 Visual dengan
pengguna pasar maupun pada
Alam
pengunjung pasar 3. Menambahkan tanaman pada
sisi selatan, barat, dan utara
bangunan untuk menambah
kenyamanan sesuai arah hadap
pedagang

1. Merancang bangunan secara


vertikal dan menambahkan area
void di tengah bangunan untuk
memaksimalkan sirkulasi udara
dan suhu.
Variabilitas
Terdapat vegetasi untuk pemecah
Thermal dan
2 aliran udara dan untuk mengurangi 2. Menambahkan bukaan pada
Aliran
polusi kendaraan dinding di arah timur laut dan
Udara
timur (arah angin masuk) lalu
bukaan diarah barat, barat laut,
dan utara (arah angin keluar).

Penggunaan selubung yang


transparan, memiliki bukaan
Cahaya Memaksimalkan pencahayaan pada seluruh sisi bangunan, dan
3 Dinamis dan untuk kesuburan tanaman dan skylight pada aera void
menyebar kesehatan tubuh manusia. bangunan untuk memudahkan
sinar masuk dalam bangunan

Nature Analogies

93
1. Penggunaan tanaman untuk
membuat kenyamanan pada
ruangan pasar
1. Penggunaan material
kayu untuk beberapa
2. Penggunaan material kayu pada
bagian exterior dan
Koneksi los pedagang
interior bangunan
4 Material
Dengan Alam
2. Penggunaan tanaman
untuk pembatas site

Nature of the Space


1. Penambahan tanaman sebagai
pembatas di tiap lantai untuk
kejelasan visual.

2. Menghilangkan sekat masiv dan


Memberikan pembatas antara jalan
menambahkan void ditengah
dan site berupa tanaman dan pohon
Prospek bangunan untuk memberikan
rindang untuk privasi dari ruang pandang yang luas dan
keramaian jalanan jelas sebagai konsep
memberikan kemenerusan
visual.

4.5 Analisi Tampilan Bangunan


4.5.1 Gaya pada Bangunan
Gaya arsitektur yang di terapkan pada Perancangan Pasar induk ini
menerapkan prinsip-prinsip Arsitektur Biophilic yang bertujuan untuk
memanfaatkan memanfaatkan fungsi pada alam dengan sebaik baiknya. Arsitektur
Biophilic diterapkan pada perancangan ini dikarenakan keterkaitan yang erat
antara fungsi bangunan dengan kegiatan manusia yang saling berhubungan,
dengan di terapkannya prinsip tema pada banguna di harapkan bangunan dapat
berfungsi dengan baik sehingga para pengguna pasar mendapatkan kenyaman dan
prinsip arsitektur biophilic ini juga mampu meningkatkan fsikologi dan fisiologi
seseoarang.

4.5.2 Massa Bangunan


Perancangan pasar induk ini menerapkan perancangan single building

94
yang menjadikan satu bangunan sebagai objek utama pada perancangan namun
terdapat juga beberapa bangunan pendukung yang di rancang.
Masa bangunan di ambil dari pola rantai dimana bentuk dasar pada rantai
yaitu lingkaran yang dapat membuat bangunan menjadi dinamis dan tidak kaku.

Gambar 4. 18 Bentukan Massa Bangunan Utama

4.5.3 Fasad Bangunan


Fasad bangunan pada pasar induk mengikuti konsep fungsi yang saling
menghubungkan antar fungsi bangunan dengan area sekitar, dengan
memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh kawasan perancangan, yang mana fasad
berfungsi sebagai penyaaring udara maupun cahaya yang masuk kedalam
bangunan.

Gambar 4. 19 Ilustrasi pemakaian double-skin facade pada bangunan

4.5.4 Interior
Adanya permainan material alam seperti kayu dan sejenisnya, interior
yang didominasi dengan warna putih, dan penggunaan dinding kaya sebagai
visualisasi ke area luar dan alam. Dan pada kebutuhan pedagang seperti los

95
didesain dengan melihat keadaan sehingga pedagang merasa nyaman saat
berdagang.

4.5.5 Warna
Warna yang digunakan pada perancangan pasar induk yaitu menggunkan
warna-warna alam sehingga bangunan pada pasar ini berkesan alami:
Tabel 4. 12 Penerapan Warna Perancangan
No. Warna Sifat Keterangan
Hijau adalah warna yang langsung
Digunakan pada dinding,
1. mengasosiasikan pengamatnya akan
pemandangan alam. Warna ini double fasad.
mempunyai sifat yang menyejukkan,
kesan segar, ringan, dan
menyenangkan.
Digunakan pada beberapa
2. Coklat adalah warna alami,
interior, fasad, dan juga
diasosiasikan dengan bumi dan
plafond.
sebagai hasilnya memberikan rasa
stabilitas dan dukungan
Digunakan pada beberapa
3. Memberikan kesan tegas .
interior bangunan dan juga
plafond.

Digunakan pada beberapa


4. Memberikan kesan bersih dan mewah.
interior bangunan dan juga
plafond.

4.5.6 Material
Material yang digunakan Pada Perancangan Pusat Kebudayaan Kampar ini
terdapat pada tabel berikut:
Tabel 4. 13 material pada bangunan
No Bahan Bangunan Penerapan Gambar

1 Granit Digunakan pada lantai bangunan untuk


menciptakan kesan yang mewah dan
bersih

96
2 Beton Digunakan untuk struktur pondasi,
struktur tengah bangunan, dan juga
dinding dalam,

3 Baja Penggunaan baja yaitu untuk rangka


spcae frame atap, pada plafon, dinding,
dan juga fasad.

4 Kaca Material ini digunakan pada fasad, dan


juga dinding bangunan

5 Aluminium Composite Material ini sebagai bahan utama pada


Panel sunshading/double fasad

6 Kayu Digunakan pada dinding, plafond,


sunshading dan ornament interior.

No Bahan Bangunan Penerapan

7 GFRC ( Glass Fiber Digunakan sebsgsi material untuk fasad


Reiforced Concrete) atau bangunan.
GRC

8 Gipsum Material ini digunakan untuk plafon

97
9 glasswool dan rockwool Digunakan pada ruangan kedap suuara
untuk peredam suara.

4.5.7 Vegetasi
Vegetasi yang dipakai pada Perancangan Pusat Kebudayaan Kampar ini
adalah beberapa jenis vegetasi yang dimensinya tidak melebihi tinggi bangunan.
Hal ini gunakan untuk memberikan kesan monumental terhadap bangunan.
Vegetasi yang berukuran cukup besar juga dapat merusak struktur bawah
bangunan dan agak lebih sulit dalam penataannya. Penataan vegetasi ini dirasa
sangat perlu untuk memberikan kesejukan pada bangunan dan sekaligus sebagai
buffer dari kebisingan dari arah jalan raya. Adapun jenis vegetasi yang digunakan
pada lansekap ini adalah pohon ketapang, pohon pucuk merah, , pohon cemara
dan juga pohon palem.

4.6 Konsep
4.6.1 Konsep Umum
Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan pasar induk ini adalah
interconnection yaitu saling berhubungan, maksud saling berhubungan disini
adalah dalam kegiatan pasar memiki 3 pelaku dalam pemasaran yaitu pedagang,
pembeli, dan pengelola, Pada tiga pelaku ini adanya siklus yang saling
berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain yang memiliki tujuan untuk
mempertahankan perekenomian dan kegiatan yang ada dipasar. Konsep ini
dianalogikan kedalam bentuk 2 persegi panjang dan lingkaran, dimana pada
persegi panjang di analogikan sebagai pedagang dan pembeli sedangkan lingkaran
yaitu pengelola.

Gambar 4. 20Konsep Umum Perancangan

98
4.6.2 Konsep Bangunan
Gubahan massa bangunan diambil dari layout pada ketiga geometri dan
pada bagian persegi panjang mengelami perubahan yang dimana memiliki makna
seakan akan persegi panjang melakukan interaksi yaitu penjual dan pembeli
sehingga mengalami pergerakan. Dan lingkaran yaitu pengelola yang mengatur
segala pergerakan pedagang dan pembeli lalu pola pola di jadikan bentukan yang
dinamis sehingga menciptakan masa bangunan yang tidak kaku.

Gambar 4. 21Konsep Bangunan

4.6.3 Konsep Tanaman pada bangunan


Pemilihan tanaman pada perancangan pasar induk ini juga harus di
perhatikan karena tanaman ini nantinya berpengaruh pada fungsi ruangan, adapun
tanaman yang dipilih untuk menciptakan ruangan yang baik dan nyaman yaitu :

Tabel 4. 14 Penerapan Tanaman Perancangan


No. Jenis Tanaman Sifat Keterangan
Geranium Geranium memiliki berbagai jenis daun Di gunakan pada interior
1. dan bunga yang mengeluarkan aroma ruangan dan exterior untuk
harum dan dapat menyegarkan udara menciptakan udara yang
pada ruangan dan area bangunan segar

99
No. Jenis Tanaman Sifat Keterangan
Eucalyptus Bau khas yang dikeluarkan eucalyptus Pada setiap ruangan
2. tidak disukai serangga, terutama pedagang
nyamuk. Namun, aroma dari tanaman
ini enak dihirup manusia karena dapat
melegakan pernapasan sehingga cocok
ditempatkan pada setiap ruangan
pedagang

Spider Plant Tanaman ini bisa membantu Digunakan pada ruangan


3. menghilangkan zat beracun seperti kantor pengelola dan
formaldehyde dan karbon monoksida. karyawan untuk
menciptakan penghawaan
yang baik dan penghias
ruangan pada interior

Mint Tanaman mint memiliki aroma Di gunakan pada setiap sisi


4. menyegarkan yang erat dengan kesan jendela agar aroma pada
bersih dan segar sehingga cocok tanaman mint dapat
digunakan sebagai pengharum ruangan. menyebar ke bagian setiap
ruangan

Aloe Vera Lidah buaya dapat menjadi tanaman Digunakan pada exterior
6. pembersih udara yang mampu ruangan untuk meningkatkat
menurunkan kadar karbon dioksida di kualitas udara pada area
malam hari. exterior bangunan
Selain itu, tanaman ini juga dapat
membantu menghilangkan bahan kimia
berbahaya seperti formaldehyde dan
benzene dari udara
Lidah mertua sendiri dikenal sebagai Digunakan pada ruangan
7. Lidah Martua tanaman yang dapat meningkatkan pedagang daging dan ikan
kualitas udara di dalam ruangan. Selain untuk meminimalisir bau
dapat menghilangkan aroma tidak sedap yang tidak sedap dari daging
, tanaman ini juga dapat mengurangi gas dan ikan
dan zat beracun yang terdapat di sebuah
ruangan

4.6.4 Konsep Interior


1. Lantai
Material lantai yang digunakan adalah material yang mudah
dibersihkan. Khusus untuk material lantai area daging menggunakan aspal,
agar memberikan kesan selalu bersih karena area daging biasanya mudah

100
basah. Serta untuk material lantai area sayuran dan buah cukup dengan
plester yang diperkuat dengan floor harderner. Pola lantai untuk sirkulasi
utama dibedakan dengan yang lainnya untuk memberikan arahan yang
jelas kepada pengunjung pasar serta sebagai tempat berorientasi.

2. Plafond
Material plafond menggunakan gypsum agar terkesan rapih.
Namun untuk area daging dan sayuran tidak menggunakan plafon karena
area tersebut adalah area basah. Pada sirkulasi utama plafond disesuaikan
dengan pola lantai di bawahnya agar tercipta satu kesatuan ruang yang
lebih kuat.
3. Fixed Furniture
Fixed furniture yang digunakan adalah meja-meja beton untuk
pedagang sayuran, buaha-buahan dan daging.
4. Los
Pada los pasar induk ini memiliki beberapa jenis menurut
dagangannya yaitu :

Gambar 4. 22Jenis Los Pedagang

Tabel 4. 15 Keterangan Jenis los Pedagang

101
5.Jenis Dagangan LOS 1 LOS 2 LOS 3 LOS 4 LOS 5 LOS 6 Kios
Daging Kios

Sembako
yang

Bumbu

Sayur

Buah

Makanan

Pakaian

digunakan pada pasar induk ini gunakan hanya untuk pedagang kering seperti
jenis makanan, pakaian dan buah-buahan saja.

4.6.5 Konsep Fasad

Gambar 4. 23Fsad Bangunan


Fasad pada bangunan menerapkan konsep yang melibatkan konseksi
antara bangunan dana are sekitar yakni fasad yang digunakan juga dapat
membantu angina maupun cahaya agar dapat masuk kedalam bangunan
dengan baik, maka fasad yang digunakan adalah jenis vertical louvre.

4.6.5 Konsep Vegetasi


1. Konsep Vegetasi pada Bangunan

102
Menambahkan vegetasi pada bangunan yang akan ada pada site seperti
Lidah Mertua, Peace Lily, Melati, Lili Paris, Suji. Tanaman tersebut
diletakan dalam bangunan karena memiliki manfaat seperti menyaring udara
kotor dan tidak sedap, mengeluarkan aroma yang cukup wangi, dan sebagai
kenyamanan visual agar pengguna tetap bisa menikmati suasana alam
didalam bangunan.
Tanaman tersebut ditata sesuai dengan kebutuhan area sekitarnya sesuai
dari bau dan bentuk. Lalu menambahkan bukaan pada bagian selatan utara
bangunan, dan menggunakan material transparan pada bagian utara dengan
tujuan agar pengguna pasar bisa melihat area sekitar, dimana hal tersebut
berfungsi untuk membuat pengguna pasar bisa melihat kondisi dan suasana
di luar bangunan yang dapat menjadikan suasana dan mood menjadi lebih
baik, tidak tepaku pada massa bangunan yang kaku dan masif.

Gambar 4. 24 Vegetasi Pada Bangunan

4.6.6 Konsep Tapak


Konsep tapak dan sirkulasi pada perancangan ini yaitu dengan mengikuti
konsep bentukan bangunan yang di sesuaikan sehingga mendapatkan bentukan
tapak yang proporsi dengan bentukan bangunan yang di rancang.

103
Gambar 4. 25 Konsep Tapak dan Sirkulasi

104
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pasar Induk Rokan Hilir merupakan wadah untuk para petani dengan
menjual hasil produksi ke pasar induk lalu di jual kembali ke para pedagang
ataupun para pengusaha, Pasar induk ini juga sebagai solusi untuk
berkembangnya kebutuhan perekonomian di Kabupaten Rokan Hilir
Dari hasil perancangan Pasar Induk Rokan Hilir dengan Pendekatan Arsitektur
Biophilic diperoleh kesimpulan sebagai berikut;
1. Pasar Induk dirancang agar dapat memfasilitasi dan memenuhi kebutuhan
bagi para pedagang karena pasar induk ini nantinya akan menjadi
distribusi pasar di Kabupaten Rokan Hilir
2. Penerapan tema perancangan arsitektur biophilic dengan memanfaatkan
potensi eksisting yang mana lokasi perancangan berada di daerah Batu
Hampar tepat di jalan lintas Bagan Siapiapim – Ujung Tanjung Dengan
Tujuan Agar para pedagang kota tersebut dapat menjangkau pasar induk
dengan mudah.
3. Konsep yang digunakan pada perancangan adalah Interconection dimana
konsep ini merupakan maksud dari fungsi pasar induk yang saling
berhubungan dengan pengguna pasar.
5.2 Saran
Adapun beberapa saran yang diberikan penulis terhadap perancangan
Pasar Induk Rokan Hilir adalah:
1. Dalam perancangan Pasar Induk diperlukan pertimbangan pemilihan
lokasi agar sesuai dengan kebutuhan dan fasilitas pendukung yang
dibutuhkan sehingga pada perancangan pasar induk ini mampu berjalan
dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.
2. Diharapkan dapat memperhatikan kebutuhan ruang dan juga fasilitas yang
disediakan pada bangunan. Pada perancangan perlu mempertimbangkan

105
penerapan tema yang sesuai dengan tujuan dan fungsi bangunan Pasar
Induk Rokan Hilir sehingga mampu menghadirkan daya tarik terhadap
bangunan.
3. Kepada Pemerintah diharapkan untuk selalu memperhatikan agar pasar
induk ini nantinya dapat berjalan dengan baik seperti yang di harapkan.

106
DAFTAR PUSTAKA

Anas, Muhammad Ridwan, Beta Suryokusumo, and Tito


Haripradianto. Perancangan Pasar Induk Gadang. Diss. Brawijaya University,
2015.

Anggraini, Anastasia, Bambang Adji Murtomo, and Wijayanti


Wijayanti. Redesain Pasar Induk Tanah Tinggi Tangerang. Diss. Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro, 2015.

BPS Kabupaten Rokan Hilir. (2019). Kabupaten Rokan Hilir dalam Angka 2019.
Badan Pusat Statistik. Rokan Hilir.

Ching, Francis D.K, 2008, Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan,

Hasanuddin, Hasanuddin, and Melka Martha Yingga. Kebijakan Pemungutan


Retribusi Pasar Pelita Bangko Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2011-2013. Diss.
Riau University, 2015.

Justice, Ronald. "KONSEP BIOPHILIC DALAM PERANCANGAN


ARSITEKTUR." Jurnal Arsitektur ARCADE 5.1 (2021): 110-119.

Kellert, Stephen R. Nature by design: The practice of biophilic design. yale


university press, 2018.

Magdalena, Enggrila D., Octavianus HA Rogi, and Leidy M. Rompas. Shopping


Mall Di Manado. Biophilic Design. Diss. Sam Ratulangi University, 2017

Megawati, Erna. "Tindak tutur ilokusi pada interaksi jual beli di Pasar Induk
Kramat Jati." Deiksis 8.02 (2016): 157-171.

Mutaqin, Insan. "Redesain Pasar Tradisional Gentan dengan Pendekatan


Arsitektur Biophilic." (2020).

Neufert, Ernst, 1996, Data Arsitek Jilid1

Neufert, E. (2003). DATA ARSITEK JILID 2.


PURWANTO, DANANG. REDESAIN PASAR INDUK WONOSOBO. Diss.
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Undip, 2004.

Ryan, Catherine O., and William D. Browning. "Biophilic design." Sustainable


Built Environments (2020): 43-85

107
Widodo Eko, 2008, Perancangan Kembali Pasar Tanjung Kota Mojokerto,
ProgramStudi Arsitektur Fakultas TeknikUniversitas Brawijaya

108

Anda mungkin juga menyukai