Anda di halaman 1dari 98

RANCANGAN PUSAT PERBELANJAAN ‘PALASARI PLAZA’

DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR KONTEMPORER

Tema:
Arsitektur Kontemporer

AR 500 – STUDIO TUGAS AKHIR


SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2018-2019

LAPORAN PERANCANGAN
Merupakan sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur

Oleh:
Nabila Khairunnisa Bahar
21-2014-178

Pembimbing:
Ardhiana Muhsin, S.T., M.T.
Ir. Achsien Hidajat, M.T.

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Menyatakan telah menyelesaikan laporan Tugas Akhir dengan judul:

RANCANGAN PUSAT PERBELANJAAN ‘PALASARI PLAZA’


DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR KONTEMPORER

AR 500 – STUDIO TUGAS AKHIR ARSITEKTUR


SEMESTER GANJIL - TAHUN AKADEMIK 2018/2019

LAPORAN PERANCANGAN
Merupakan sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur

Oleh:
Nabila Khairunnisa Bahar
21-2014-178

Disetujui oleh:
Ketua Sidang

Ir. Mamiek Nur Utami, M.M.

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Ardhiana Muhsin, S.T., M.T. Ir. Achsien Hidajat, M.T.

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2018
ABSTRAK

Pusat perbelanjaan adalah kompleks toko ritel dan fasilitas yang direncanakan sebagai
kelompok terpadu untuk memberikan kenyamanan berbelanja yang maksimal kepada
pelanggan dan pentaan barang dagangan yang terekspose secara maksimal. Rancangan
Pusat Perbelanjaan Terbuka ‘Palasari Plaza’ Dengan Pendekatan Arsitektur Kontemporer
adalah merencanakan Palasari Plaza sebagai suatu kompleks toko ritel dan fasilitas
kegiatan komersil terpadu dengan menggunakan pendekatan arsitektur kontemporer.
Tema perancangan yang dipilih untuk kemudian diterapkan pada bangunan ini adalah
arsitektur kontemporer. Arsitektur kontemporer mengacu pada gaya bangunan saat ini.
Kontemporer pada dasarnya adalah gaya desain yang sedang up to date atau sedang
diproduksi pada masa sekarang, dinamis dan tidak terikat oleh suatu era. Louis Kahn
merupakan salah satu pendukung arsitektur kontemporer. Menurut Louis Kahn, arsitektur
dimulai dari ‘dimana fungsi-fungsi telah dibentuk dengan jelas’, dengan pengertian bahwa
arsitektur adalah ruang-ruang yang terbentuk dari fungsi-fungsi yang ada pada bangunan
tersebut. Penerapan dari tema Kontemporer mampu merancang bangunan yang lebih
variatif, fleksible, inovatif, dinamis dan beragam, baik material, teknologi mampu
memperoleh sasaran tampak , ruangan, dan ruang luar yang mencapai keharmonisan pada
perancangan Palasari Plaza yang terdapat pada site, serta memberikan identitas yang
berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

Kata kunci : Pusat perbelanjaan, Arsitektur Kontemporer

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
penyusun mampu menyusun serta menyelesaikan laporan mata kuliah Tugas Akhir ini.
Tidak lupa juga penyusun mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan dukungan dan pemikirannya.

Harapan penyusun dalam penulisan laporan mengenai Proyek Pembangunan


Rancangan Pusat Perbelanjaan ‘Palasari Plaza’ dengan Pendekatan Arsitektur
Kontemporer adalah agar para pembaca bisa mengetahui dan memahami secara lebih
mengenai proyek pembangunan , khususnya bagaimana tahapan dan pola pemikiran
dalam mendesain serta melaksanakan pembangunan suatu proyek. Selain itu diharapkan
juga laporan ini dapat menambah wawasan dan gambaran secara nyata tentang situasi
dalam dunia kerja dibidang perancangan.

Banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah didapatkan
penyusun dalam penyusunan laporan perancangan ini. Oleh karena itu penyusun
mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Penulis menyadari dengan keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman, penyusun yakin masih banyak kekurangan dalam pengerjaan laporan, oleh
karena itu penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
dosen pembimbing dan juga rekan-rekan pembaca demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, Januari 2019

Penulis

ii
UCAPAN TERIMAKASIH

Laporan Tugas Akhir ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak,
baik yang telah terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam membantu
penyelesaian penulisan laporan ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis bermaksud
untuk menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu dan bapak tercinta, Bapak Zony, S.E., dan Ibu Mira Kania yang selalu
memberikan doanya, juga sebagai motivator dan sumber inspirasi.
2. Bapak Ardhiana Muhsin, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberi bimbingan dan petunjuk dalam perancangan Tugas Akhir
Arsitektur ini.
3. Bapak Ir. Achsien Hidajat, M.T. selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberi bimbingan dan petunjuk dalam perancangan Tugas Akhir Arsitektur
ini.
4. Ibu Ir. Mamiek Nur Utami, M.M. selaku dosen penguji dan ketua sidang akhir
yang telah memberi masukan dan arahan dalam perancangan Tugas Akhir
Arsitektur ini.
5. Ibu Juarni Anita, S.T., M.Eng. selaku dosen penguji yang telah memberi
masukan dan arahan dalam perancangan Tugas Akhir Arsitektur ini.
6. Bapak Reza Phalevi, S.T., M.T. selaku dosen penguji yang telah memberi
masukan dan arahan dalam perancangan Tugas Akhir Arsitektur ini.
7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Teknik Arsitektur Itenas yang telah banyak
memberikan bimbingannya.
8. Seluruh Staff Tata Usaha Jurusan Teknik Arsitektur ITENAS yang telah
membantu dalam hal kelengkapan administratif.
9. Adik, Muhammad Adrian Bahar yang selalu memberikan doa dan dukungan
sampai saat ini.
10. Sahabat dan keluarga Arsitektur Itenas 2014, atas kebersamaannya, selalu
menemani, memberi dukungan, dan semangat.
11. Teman-teman peserta Tugas Akhir Arsitektur periode 2 tahun 2017/2018 atas
kebersamaannya selama ini.
12. Sahabat dan rekan–rekan yang selalu menemani, menghibur dan saling memberi
semangat.
Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu yang telah
membantu penyusun baik secara langsung maupun tidak langsung.

iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................ii
UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................ iiv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...................................................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN----------------------------------------------------------------------------------------I-1
1.1 Pengertian Judul dan Tema.........................................................................................................I-1
1.1.1. Alasan Pemilihan Judul.................................................................................................I-1
1.1.2. Definisi Judul.....................................................................................................I-1
1.2. Sasaran ........................................................................................................................................I-2
1.3. Latar Belakang Proyek ................................................................................................................I-3
1.3.1. Alasan Pemilihan Lokasi ...................................................................................................I-3
1.3.2. Alasan Proyek Diadakan ...................................................................................................I-3
1.3.3. Definisi Judul Alasan Pemilihan Tema .............................................................................I-4
1.4. Permasalahan Arsitektural...........................................................................................................I-4
1.4.1. Aspek Perancangan ...........................................................................................................I-4
1.4.2. Aspek Perencanaan Bangunan ..........................................................................................I-5
1.4.3. Aspek Struktur...................................................................................................................I-5
1.4.4. Aspek Lingkungan dan Tapak...........................................................................................I-5
1.4.5. Aspek Ekonomi dan Sosial ...............................................................................................I-5
1.5. Tujuan Proyek .............................................................................................................................I-6
1.6. Visi & Misi Proyek .....................................................................................................................I-6
1.7. Deskripsi Proyek .........................................................................................................................I-6
1.8. Ruang Lingkup Proyek................................................................................................................I-7
1.9. Metoda Pendekatan Proyek .........................................................................................................I-8
1.10. Skema Pemikiran.......................................................................................................................I-10
1.11. Sistematika Pembahasan ...........................................................................................................I-11
BAB II TINJAUAN PROYEK .............................................................................................................. II-1
2.1. Tinjauan Teori ........................................................................................................................... II-1
2.1.1 Tinjauan Pengertian Rancangan pusat perbelanjaan terbuka ‘Palasari Plaza’
dengan pendekatan Arsitektur kontemporer .......................................................................................... II-3
2.1.2 Tinjauan Tema Arsitektur Kontemporer .......................................................................... II-2
2.2. Deskripsi Proyek ....................................................................................................................... II-5

iv
2.3. Tinjauan Kota dan Lingkungan ............................................................................................ II-5
2.4 Pengenalan Proyek .................................................................................................................... II-8
2.5 Tinjauan Pustaka ..................................................................................................................... II-10
2.5.1 STUDI LITERATUR STANDAR ................................................................................. II-10
2.5.2 STUDI LITERATUR AKSESIBILITAS ....................................................................... II-12
2.6 Studi Banding Bangunan Pusat Perbelanjaan ......................................................................... II-34
2.6.1 Grand Metropolitan Mall ............................................................................................... II-34
2.6.2 Konoha Mall................................................................................................................... II-37
2.6.3 Eastland Tower Center ................................................................................................... II-38
2.6.4 Paris Van Java ................................................................................................................ II-39
BAB III STUDI KELAYAKAN........................................................................................................... III-1
3.1. Analisa Tapak........................................................................................................................... III-1
3.1.1 Analisa Makro.................................................................................................................III-1
3.1.2 Analisa Mikro..................................................................................................................III-3
3.1.2.1 View Kedalaman................................................................................................III-5
3.1.2.2 Matahari dan Arah Angin...................................................................................III-7
3.1.2.4 Sirkulasi & Vegetasi...........................................................................................III-9
3.1.2.4 Jaringan Utilitas...............................................................................................III-10
3.2. Program Ruang....................................................................................................................... III-13
3.2.1 Struktur Organisasi Pusat Perbelanjaan........................................................................III-13
3.2.2 Struktur Organisasi DKM Masjid.................................................................................III-13
3.2.3 Alur Kegiatan Mikro Pengguna Bangunan...................................................................III-14
3.2.4 Alur Kegiatan Makro Pengguna Bangunan..................................................................III-16
3.2.5 Studi Kelayakan............................................................................................................III-17
3.2.5.1 Pertumbuhan Penduduk....................................................................................III-17
3.2.5.2 Aspek Legal Kawasan Eksisting Proyek..........................................................III-22
3.2.5.3 Analisa Jumlah Pengunjung.............................................................................III-24
3.2.6 Perhitungan Luas Kebutuhan Ruang............................................................................III-25
BAB IV KONSEP PERANCANGAN.................................................................................................. IV-1
4.1. Elaborasi Tema......................................................................................................................... IV-1
4.2. Konsep Proyek ......................................................................................................................... IV-3
4.2.1. Konsep Arsitektural ................................................................................................. IV-3
4.2.2. Konsep Struktural ..................................................................................................... IV-7
4.2.3. Konsep Utilitas ......................................................................................................... IV-8

v
BAB V RANCANGAN ......................................................................................................................... V-1
5.1. Rancangan Arsitektur ................................................................................................................ V-1
5.1.1 Penataan Zona Tapak.......................................................................................................V-2
5.1.2 Rancangan Fasad Bangunan Terminal.............................................................................V-5
5.2. Metode Membangun ................................................................................................................. V-9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ x

vi
DAFTAR GAMBAR

BAB I
Gambar 1. 1 Skema Pemikiran .................................................................................... I-13
BAB II
Gambar 2.1 Peta Lokasi Kawasan Palasari .................................................................. II-2
Gambar 2.2 Toilet Untuk Disabilitas .......................................................................... II-13
Gambar 2.3 Desain Toilet ........................................................................................... II-13
Gambar 2.4 Gambar Layout Standar Minimal ........................................................... II-14
Gambar 2.5 Sanitair, Aksesoris, dan Finishing .......................................................... II-14
Gambar 2.6 Tampak Luar Toilet ................................................................................ II-15
Gambar 2.7 Konsep dan Pola Alur Sirkulasi .............................................................. II-15
Gambar 2.8 Studi Literatur Standar Latihan Parkir .................................................... II-17
Gambar 2.9 Radius Perputaran Bus dan Parkir Bus ................................................... II-19
Gambar 2.10 Akses Jalan pada Gedung Parkir........................................................... II-20
Gambar 2.11 Akses Jalan pada Gedung Parkir (Lanjutan) ........................................ II-21
Gambar 2.12 Ruang Kantor ........................................................................................ II-22
Gambar 2.13 Ruang Penitipan Barang ....................................................................... II-23
Gambar 2.14 Ruang Janitor ........................................................................................ II-23
Gambar 2.15 Mushola ................................................................................................ II-24
Gambar 2.16 Ruang P3K ............................................................................................ II-24
Gambar 2.17 Pujasera ................................................................................................ II-25
Gambar 2.18 Loading Dock ....................................................................................... II-25
Gambar 2.19 Jalur Pedestrian ..................................................................................... II-27
Gambar 2.20 Level and Grooves ................................................................................ II-27
Gambar 2.21 Jalur Pemandu ....................................................................................... II-27
Gambar 2.22 Rute Aksesibilitas ................................................................................ II-28
Gambar 2.23.Pintu Aksesibel .................................................................................... II-28
Gambar 2.24 Koridor Aksesibel ................................................................................ II-29
Gambar 2.25 Ukuran ruang dan ergonomi ................................................................ II-31
Gambar 2.26 Ramp .................................................................................................... II-32
Gambar 2.27 Tangga .................................................................................................. II-33
Gambar 2.28 Alat Transportasi Vertikal Di Dalam Bangunan ................................... II-34
Gambar 2.29 Grand Metropolitan Mall ............................................................ II-35
Gambar 2.30 Grand Metropolitan Mall ..................................................................... II-35
Gambar 2.31 Grand Metropolitan Mall ..................................................................... II-35

vii
Gambar 2.32 Grand Metropolitan Mall ..................................................................... II-36
Gambar 2.33 Hashimoto Konoha Mall ...................................................................... II-36
Gambar 2.34 Eastland Tower Center ......................................................................... II-37
Gambar 2.35 Paris Van Java ...................................................................................... II-38
Gambar 2.36 Paris Van Java ...................................................................................... II-39
BAB III
Gambar 3. 1 Deskripsi Proyek .................................................................................... III-1
Gambar 3.2 Peta Kawasan Sekitar ............................................................................... III-5
Gambar 3.3 Tata Guna Lahan Sekitar ........................................................................ III-7
Gambar 3.4 View Kedalam Site ................................................................................. III-9
Gambar 3.5 Matahari dan Arah Angin ..................................................................... III-11
Gambar 3.6 Aksesibilitas dan Sirkulasi .................................................................... III-11
Gambar 3.7 Vegetasi dan Kebisingan........................................................................ III-12
Gambar 3.8 Drainase dan Jaringan Utilitas .............................................................. III-12
Gambar 3.9 Struktur Organisasi Pusat Perbelanjaan ................................................. III-13
Gambar 3.10 Struktur Organisasi DKM Masjid ....................................................... III-13
Gambar 3.11 Alur Kegiatan Mikro Pengunjung ........................................................ III-14
Gambar 3.12 Alur Kegiatan Makro ........................................................................... III-16
BAB IV
Gambar 4.1 Skema Pemikiran Tema ......................................................................... IV-2
Gambar 4.2 Konsep Zoning dan Gubahan Massa ..................................................... IV-3
Gambar 4.3 Pengolahan Fasad.................................................................................... IV-4
Gambar 4.4 Konsep Struktural .................................................................................. IV-5
Gambar 4.5 Konsep Utilitas Bangunan ..................................................................... IV-6
BAB V
Gambar 5.1 Blok Plan ................................................................................................... V-2
Gambar 5.2 Prespektif Bangunan Pusat Perbelanjaan dan Masjid .............................. V-2
Gambar 5.3 Tampak Bangunan Pusat Perbelanjaan dan Masjid ................................. V-3
Gambar 5.4 Prespektif Interior Pusat Perbelanjaan ..................................................... V-3
Gambar 5.5 Potongan Bangunan Pusat Perbelanjaan dan Masjid ............................... V-4

viii
DAFTAR TABEL

BAB II
Tabel 2.1 Strategi Pencapaian Arsitektur Kontemporer .............................................. II-9
Tabel 2.2 Ukuran Bus/Truk ........................................................................................ II-20
BAB III
Tabel 3.1 Data Jumlah Penduduk Kota Bandung ..................................................... III-17
Tabel 3.2 Aspek Legal Kawasan Ekisting Proyek .................................................... III-17
Tabel 3.3 Analisa Jumlah Pengunjung ..................................................................... III-17
Tabel 3.4 Akumulasi Presentase Urban Lifestyle ..................................................... III-18
Tabel 3.5 Tabel Perhitungan Luas Kebutuhan Ruang .............................................. III-19
BAB IV
Tabel 4.1 Elaborasi Tema ........................................................................................... IV-1

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Pengertian Judul dan Tema


1.1.1. Alasan Pemilihan Judul
Pusat perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau
beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal dari satu atau beberapa
bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual atau
disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan
perdagangan barang. Fungsi pusat perbelanjaan adalah sebagai fungsi ekonomi,
yaitu sebagai pendukung dinamisasi perekonomian kota dan wadah
penampungan dan penyaluran produksi dari produsen untuk kebutuhan
masyarakat (konsumen) .
Terdapat beberapa tipe pusat perbelanjaan berdasarkan jenis fisik, variasi
barang yang dijual, luas area pelayanan, fungsi kegiatan, jenis barang yang
dijual, konfigurasi ba Penerapan dari tema Kontemporer mampu merancang
bangunan yang lebih variatif, fleksible, inovatif, dinamis dan beragam, baik
material, teknologi mampu memperoleh sasaran tampak , ruangan, dan ruang
luar yang mencapai keharmonisan pada perancangan Palasari Plaza yang
terdapat pada site, serta memberikan identitas yang berbeda dengan lingkungan
sekitarnya.ngunan, dan cara pelayanan.
Rancangan pusat perbelanjaan terbuka „Palasari Plaza‟ dengan
pendekatan Arsitektur kontemporer dipilih sebagai judul berdasarkan proyek
dan fungsi bangunan yang akan dikerjakan, yaitu pusat perbelanjaan yang
berada di Jalan Palasari kota Bandung, juga sesuai dengan kebutuhan pusat
perbelanjaan.

1.1.2. Definisi Judul


1) Pengertian Rancangan
Rancangan adalah sesuatu yang sudah dirancang; hasil merancang; rencana;
program .
2) Pengertian Pusat Perbelanjaan

1
Pusat perbelanjaan adalah kompleks toko ritel dan fasilitas yang direncanakan
sebagai kelompok terpadu untuk memberikan kenyamanan berbelanja yang
maksimal kepada pelanggan dan pentaan barang dagangan yang terekspose
secara maksimal .
Pusat perbelanjaan adalah sekelompok pengusaha eceran (retailer) dan kegiatan
komersil lainnya yang direncanakan, dikembangkan, dimiliki, dan dioperasikan
dalam satu unit bisnis, pada umumnya menyediakan tempat parkir .
Pusat perbelanjaan adalah tempat yang diperuntukkan bagi pertokoan yang
mudah dikunjungi pembeli berbagai lapisan masyarakat .
Pusat perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa
bangunan yang didirikan secara vertikal dari satu atau beberapa bangunan yang
didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual atau disewakan kepada
pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan
barang .
3) Pengertian Pusat Perbelanjaan Terbuka
Pusat perbelanjaan terbuka langsung terhadap cahaya matahari n pusat
perbelanjaan tanpa pelingkup, perlindungan terhadap cuaca dilakukan melalui
penggunaan canopy menerus sepanjang muka toko .
4) Pengertian Arsitektur Kontemporer
Arsitektur Kontemporer adalah suatu bentuk karya arsitektur yang sedang terjadi
di masa sekarang .
5) Kesimpulan Judul
Maka dapat disimpulkan, pengertian judul „Rancangan Pusat Perbelanjaan
Terbuka „Palasari Plaza‟ Dengan Pendekatan Arsitektur Kontemporer‟ adalah
merencanakan Palasari Plaza sebagai suatu kompleks toko ritel dan fasilitas
kegiatan komersil terpadu tanpa pelingkup (terbuka) dengan menggunakan
pendekatan arsitektur kontemporer.

1.2. Sasaran
What
Pusat perbelanjaan Palasari Plaza
Who
Masyarakat Bandung dan luar Bandung
2
Where
Berada di Jalan Palasari
When
Proyek dimulai pada tahun 2018 dengan peruntukan masa guna bangunan
hingga tahun 2035.
Why
Memenuhi kebutuhan masyarakat Bandung akan pusat perbelanjaan yang
memadai
How
Merencanakan pusat perbelanjaan yang dapat mewadahi kebutuhan
masyarakat akan sebuah pusat perbelanjaan di kota Bandung dan lapangan/
tempat berkumpul.
1.3. Latar Belakang Proyek
Judul diambil berdasarkan proyek dan fungsi bangunan yang akan dikerjakan,
yaitu pusat perbelanjaan terbuka yang berada di Jalan Palasari kota Bandung. Daerah
palasari merupakan tempat strategis yang berada pada pusat kota dengan sirkulasi
kendaraan dan angkutan umum yang cukup baik. Namun pada daerah tersebut belum
terdapat pusat perbelanjaan yang lengkap dan memadai. Oleh karena itu proyek ini
berjalan dengan harapan agar daerah tersebut dapat terbantukan sektor ekonomi, dan
dapat meningkatkan minat wisata melalui desain pusat perbelanjaan yang menarik
sehingga menarik minat pengunjung.
1.3.1. Alasan Pemilihan Lokasi
Kawasan Palasari dipilih untuk menjadi lokasi proyek pusat perbelanjaan ini
dikarenakan pada daerah ini belum memiliki pusat perbelanjaan dengan koleksi buku
yang lengkap, juga sarana dan prasarana yang dapat menambah nilai jual pedagang
pada plaza ini. Plaza ini pun akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas keluarga agar
semakin menarik minat pengguna untuk mengunjungi Palasari Plaza
1.3.2. Alasan Proyek Diadakan
Bandung merupakan kota besar dengan berbagai macam kebutuhan yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satunya adalah pusat perbelanjaan. Bandung
memiliki beberapa pusat perbelanjaan yang memadai, tetapi hanya terletak di beberapa
tempat dan memiliki rentang jarak yang relatif jauh. Wilayah palasari belum memiliki
pusat pernelanjaan mumpuni yang dapat menampung segala kebutuhan masyarakat
Bandung. Dengan dibangunnya pusat perbelanjaan Palasari Plaza diharapkan dapat
memenuhi segala kebutuhan masyarakat Bandung khususnya wilayah palasari.
3
1.3.3. Definisi dan Alasan Pemilihan Tema
Tema perancangan yang dipilih untuk kemudian diterapkan pada
bangunan ini adalah arsitektur kontemporer. Arsitektur kontemporer mengacu
pada gaya bangunan saat ini. Kontemporer pada dasarnya adalah gaya desain
yang sedang up to date atau sedang diproduksi pada masa sekarang, atau dalam
kata lain memiliki sifat untuk selalu berkembang seiring perkembangan zaman
yang diikutinya. Kontemporer bersifat dinamis dan tidak terikat oleh suatu era.
Louis Kahn merupakan salah satu pendukung arsitektur kontemporer. Menurut
Louis Kahn, arsitektur dimulai dari „dimana fungsi-fungsi telah dibentuk dengan
jelas‟, dengan pengertian bahwa arsitektur adalah ruang-ruang yang terbentuk
dari fungsi-fungsi yang ada pada bangunan tersebut. Setiap elemen-elemen di
dalam ataupun diluar bangunan harus dapat memperlihatkan bagaimana elemen-
elemen tersebut berdiri, muncul dan bertahan. Sifat-sifat bahan konstruksi dari
selubung di sekitar ruang harus terlihat.

1.4. Permasalahan Arsitektural


1.4.1. Aspek Perancangan
a. Menyikapi ketentuan regulasi yang berlaku pada daerah Palasari agar
menciptakan bangunan yang tertata rapi
b. Menciptakan sebuah bangunan yang selaras dengan lingkungannya
c. Menciptakan proporsi yang baik dalam penerapan desain
d. Merencanakan fungsi ruang dengan zoning dan alur sirkulasi yang teratur
e. Menerapkan penggunaan sistem struktur dan material yang kuat serta tahan
lama agar dapat menyesuaikan kondisi fisik lingkungan sekitar.
f. Menciptakan bangunan yang kokoh dan baik sehingga dapat tahan dari bencana
alam.
g. Penerapan desain bangunan yang sesuai dengan tema dan konsep bangunan itu
sendiri.
h. Bangunan dapat mewadahi aktifitas penghuni nya.
i. Menciptakan ruangan-ruangan yang dibutuhkan dengan kesesuaian aturan yang
ada
j. Merencanakan sirkulasi baik dalam maupun luar agar pengunjung yang datang
dapat dengan mudah menemukan lokasi setiap fasilitas yang ada serta
menciptakan alur sirkulasi yang nyaman dan tidak membuat crossing

4
k. Tercapinya perancangan dalam :
1. Gubahan yang ekspresif dan dinamis,
2. Pengolahan ruang dalam dan ruang luar harmonis,
3. Harmoni diantara material dan fasad bangunan
4. Kenyamanan dalam bangunan
5. Pengolahan elemen lansekap

1.4.2. Aspek Struktur


a. Membuat bangunan yang memiliki estetika tinggi disertai kekokohan struktur
yang berkaitan dengan klimatologis kawasan
b. Penggunaan bahan untuk aspek struktural perlu diperhatikan agar lebih efektif
dan efisien
c. Memiliki keselarasan dan proporsi desain yang baik
d. Desain bangunan yang tidak mengabaikan aspek keselamatan dan kenyamanan
ruang bagi penguna

1.4.3. Aspek Lingkungan dan Tapak


a. Memperhatikan kondisi eksisting site
b. Memanfaatkan lahan dengan semaksimal mungkin sehingga tidak terjadi
ruangan negative
c. Membuat landscape yang tertata untuk menunjang kondisi fisik bangunan
d. Memperhatikan sirkulasi bagaimana tidak terjadi nya atara crossing pengendara
roda empat dan roda dua maupun pedestrian
e. Menentukan letak dan posisi main entrance, side entrance dan sevice sesuai
dengan keadaan lingkungan agar mengoptimalisasikan potensi lingkungan
f. Pencapaian menuju site yang dapat di akses dengan mudah
g. Memanfaatkan sebagian lahan sebagai elemen lansekap dalam tapak.
h. Mengurangi perkerasan di area publik diluar bangunan

1.4.4. Aspek Ekonomi dan Sosial


1) Mendesain bangunan prasarana terpadu yang berfungsi sebagai pusat
pemberlanjaan dan juga berfungsi sebagai tempat jaringan sosial.
2) Mendesain public space yang berkonteks urban.

5
1.5. Tujuan Proyek
Tujuan proyek:
1. Mewadahi kebutuhan masyarakat akan sebuah pusat perbelanjaan di kota Bandung dan
lapangan/ tempat berkumpul
2. Pengembangan atau penambahan fasilitas maupun sarana yang ada seperti open space
3. Merencanakan pusat perbelanjaan yang memiliki aksesibilitas yang nyaman untuk
kemudahan pengguna, berupa sirkulasi manusia dan penyandang disabilitas, dan
keleluasaan pergerakan dalam bangunan
4. Merencanakan pemusatan kegiatan dan zona ruang yang baik untuk kelancaran sirkulasi
manusia/ pengguna, barang, dan servis
5. Memberikan fasilitas yang nyaman unutuk pengunjung berupa retail, restoran, dan
tempat perbelanjaan
6. Membantu meningkatkan pendapatan dari bidang pariwisata setempat dengan menarik
wisatawan untuk datang baik dari domestik maupun mancanegara
7. Terciptanya desain yang baik, tepat, efisien, dan fungsional

1.6. Visi & Misi Proyek


Visi dan misi proyek:
1. Merancang pusat perbelanjaan yang sesuai dengan kondisi tapak tanpa mengganggu
lingkungan dan eksisting sekitar
2. Merencanakan pusat perbelanjaan dengan mengedepankan kenyamanan sirkulasi dan
keselamatan pengguna bangunan
3. Merencanakan dan merancang pusat perbelanjaan dengan berbagai fasilitas agar menjadi
pusat perbelanjaan yang andal dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat, efisien, dan
fungsional bagi pengguna maupun

1.7. Deskripsi Proyek


Lokasi tapak berada di daerah Palasari. Lokasi ini memiliki luas 3,1 Ha, Lokasi
berada di Jl. Palasari, Kota Bandung, Jawa Barat. Lokasi tepatnya merupakan
pasar Palasari, yang merupakan pasar buku dan pasar tradisional yang akan
didesain kembali menjadi pusat perbelanjaan Palasari Plaza. Kawasan palasari
merupakan area pemukiman, perdagangan, hotel, dan restoran, serta pusat
perdagangan buku paling lengkap di Bandung.

6
 Nama Proyek : Pusat Perbelanjaan Palasari Plaza
 Sifat Proyek : Fiktif
 Owner : Swasta
 Sumber Dana : Swasta
 Lokasi : Jl. Palasari, Kota Bandung, Jawa Barat
 Luas Lahan : 31.452 m2 atau 3,1 Ha
 Fungsi Lahan : Pusat Perbelanjaan
 Lokasi Administratif: Kota Bandung
 Batas Wilayah :
o Utara : Hotel dan pemukiman
o Timur : Rumah sakit dan sekolah
o Barat : Sekolah dan GOR Lodaya
o Selatan : Pertokoan dan pemukiman
1. Regulasi :
KDB :70%
70% x 32.298 m2 = 22.608 m2
KLB :1,4 x 32.298 m2 = 45.217 m2
KDH minimum : 20%
GSB : ½ x lebar jalan = 10 meter

1.8. Ruang Lingkup Proyek


1) Karakteristik
Fungsi pusat perbelanjaan adalah sebagai fungsi ekonomi, yaitu sebagai
pendukung dinamisasi perekonomian kota dan wadah penampungan dan penyaluran produksi
dari produsen untuk kebutuhan masyarakat (konsumen) .
Karakteritsik pusat perbelanjaan antara lain:
2. Koridor : tunggal
3. Lebar koridor : 8-16 meter
4. Jumlah lantai : maks. 3 lantai
5. Entrance : Dapat dicapai dari segala arah
6. Atrium : Di sepanjang koridor
7. Magnet Anchor Tenant : 100-200 meter
Basement merupakan alternative penting yang lain.

7
2) Tipe pusat perbelanjaan
Terdapat beberapa tipe pusat perbelanjaan berdasarkan jenis fisik, variasi barang
yang dijual, luas area pelayanan, fungsi kegiatan, jenis barang yang dijual, konfigurasi
bangunan, dan cara pelayanan.

 Jenis Fisik
Menurut jenis fisik dari bangunan, toko dibedakan menjadi :
o Shop Units : unit retail dengan area untuk berjualan kurang dari 400 m2
o Departement store : toko yang menawarkan banyak pilihan barang dan biasanya
area untuk berjualan lebih dari 10.000 m2 - 20.000 m2
o Supermarket : toko makanan dengan sistem self service dan memiliki area
minimum untuk berjualan 400 m2
o Cash dan carry dan other retail warehouse : bangunan yang digunakan untuk
menyimpan dan menjual barang yang didiskon untuk pedagang maupun
anggota masyarakat
o Superstores : Pertokoan dengan area berjualan lebih dari 2.500 m2
o Hypermarket : lokasi hypermarket selalu berada jauh dari tengah kota dan area
untuk berjualannya lebih dari 5.000 m2
o Shopping Arcade : terdiri dari pedestrian yang sempit dan tertutup, dengan
toko-toko di kedua sisi, memilik lebar yang hanya cukup untuk di lewati
pengunjung, dan tanpa tempat duduk, tanaman dan perabotan lain
o Shopping Mall : terdiri dari 3-3.5 m area untuk berjalan yang berada di depan
pertokoan yang berada di sisi-sisnya dan pusat reservasi sebesar 4-8 m.

 Variasi Barang Yang Dijual


Pusat perbelanjaan dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
o Specialty Shop: Toko yang menjual barang sejenis, seperti: sepatu, pakaian, dan
sebagainya
o Variety Shop : Toko yang menjual bermacam-macam barang dengan area 200
m2 hingga 15.000 m2

 Luas Area Pelayanan


Menurut luas areal pusat perbelanjaan dibedakan menjadi :
o Regional Shopping Centers Luas areal antara 27.870-92.900 m2 , terdiri dari
dua atau lebih bangunan yang seukuran dengan departement store. Skala

8
pelayanan antara 150.000-400.000 penduduk, terletak pada lokasi yang
strategis, tergabung dengan lokasi perkantoran, rekreasi, dan seni
o Community Shopping Center Luas areal antara 9.290-23.225 m2, terdiri atas
junior departement store, super market dengan jangkauan pelayanan antara
40.000- 150.000 penduduk, terletak pada lokasi yang mendekati pusat-pusat
kota (wilayah)
o Neigbourhood Shopping Center Luas areal anrata 2.720-9.290 m2, jangkauan
pelayanan antara 5.000-40.000 penduduk. Unit terbesar berbentuk supermarket,
berada pada suatu lingkungan tertentu

 Fungsi Kegiatan
Pusat perbelanjaan dilihat dari fungsi dan kegiatan yang ada pada bangunan yaitu:
o Murni : Pusat perbelanjaan yang tidak hanya sebagai tempat berbelanja
tetapi juga sebagai suatu “Community Center”
o Multi Fungsi : memiliki fungsi yang hampir sama dengan “pusat
perbelanjaan” murni. Namun kegiatan yang terjadi di dalamnya tidak hanya
berbelanja dan rekreasi, namun memiliki fungsi untuk kegiatan perkantoran
atau apartemen

 Jenis Barang Yang Dijual


Menurut jenis barang yang dijual pusat perbelanjaan modern dapat dibedakan
menjadi :
o Demand (permintaan), yaotu yang menjual kebutuhan sehari-hari yang juga
merupakan kebutuhan pokok
o Semi demand (setengah permintaan), yaitu yang menjual barangbarang
untuk kebutuhan tertentu dalam kehidupan sehari-hari
o Implus (barang yang menarik), yaitu yang menjadi barang-barang mewah
yang menggerakan hati konsumen pada waktu tertentu untuk membelinnya.
o Drugery, yaitu yang menual barang-barang higienis seperti, sabun, parfum,
dan lain-lain

 Konfigurasi Bangunan
Konfigurasi bangunan merupakan hal yang penting dari proses perencanaan site
bagi penyewa maupun developer. Pertimbangan dari developer adalah menentukan pola
bangunan dan menempatkan penyewa utama. Penyewa-penyewa inin diatur sedemikian rupa
sehingga menimbulkan suatu jalur lalu lintas perbelanjaan antara penyewa utama dengan

9
penyewa lain. Berdasarkan konfigurasi tersebut, terdapat macam dan pola bangunan dan
konfigurasi, antara lain :
o Bentuk linier merupakan suatu deretan toko-toko yang membentu garis
lurus yang dipersatukan oleh kanopi dan pedestrian yang terdapat di
sepanjang bagian depan toko-toko . Bangunan tipe ini biasanya
dimundurkan dari batas jalan dan sebagian besar parkir terletak antara jalan
dan bangunan. Pengaturan dengan tipe ini paling sering diterapkan pada
neigbourhood shopping center dengan peletakan penyewa-penyewa utama
pada ujungnya
o Bentuk L dan U merupakan perkembangan dari bentuk linier shopping
center yang besar dan community shopping centers uang kecil, sedangkan
bentuk U sesuai dengan community shopping center yang besar
o Mall, merupakan daerah bagi pejalan kaki yang terletak diantara bangunan
linier yang berhadapan, kemudian mall menjadi daerah bagi pejalan kaki
unutk hilir-mudik dalam berbelanja. Mall telah menjadi standart regional
shopping center dan sedang diterapkan pula pada community shopping
center
o Cluster, merupakan perkembangan dari konsep mall, tetapi pada penerapan
cluster lebih ditekankan pada penggunaan beberapa massa bangunan yang
berdiri sendiri, dipisahkan oleh jalur bagi pejalan kaki atau taman pada
regiaonal shopping center. Bentuk cluster bervariasi dengan menggunakan
bentuk-bentuk dari huruf X, Y, dan halter.

 Cara Pelayanan
Berdasarkan cara pelayanan pada pusat perbelanjaan dibedakan menjadi :
o Personal Service. Pembeli dilayani langsung oleh pelayan. Setelah
transaksi, pelayan langsung meminta pembayaran dan membungkus
barang tersebut
o Self Selection. Pembeli dapat memilih dan membeli barang-barang,
kemudian mengumpulakan ke pelayan dan meminta bon pembayaran, lalu
kekasir untuk mebayar dan mengambil barang
o Self Service. Pembeli dapat memilih dan mengambil barang-barang yang
dibutuhkan, kemudian diletakan pada keranjang/kereta dorong yang telah
disediakan, lalu langsung dibawa ke kasir untuk pembayaran dan
pembungkusan.

10
3) Fasilitas
Pusat Perbelanjaan merupakan penggambaran dari kota yang terbentuk oleh elemen-
elemen :
o Anchor (magnet) merupakan transformasi dari “node” dapat pula
berfungsi sebagai landmark, perwujudan berupa plaza dalam shopping
center.
o Secoundary Anchor (magnet sekunder) merupakan transformasi dari
“distrik” perwujudannya berupa pedestrian yang menghubungkan magnet-
magnet.
o Street I merupakan transformasi bentuk “path” perwujudan berupa
pedestrian yang menghubungkan magnet-magnet.
o Lanscaping (pertamanan) merupakan transformasi dari “edges” sebagai
pembatas pusat pertokoan di tempat-tempat luar
Fasilitas yang akan terdapat pada pusat perbelanjaan yaitu:
 Retail store
 Departement store
 Food court
 Food retail
 Thematic restaurant
 Cinema
 Game zone
 Meeting point
 Mosque
 Salon
4) Aktivitas
Berikut adalah pengunjung pusat perbelanjaan:
o Masyarakat Bandung
o Masyarakat luar Bandung
Sedangkan pengguna/ pelaku aktivitas dan aktivitas yang terjadi di dalam pusat
perbelanjaan adalah sebagai berikut:
a. Pengunjung
Kegiatan utama pengunjung pada pusat perbelanjaan ada 2 yaitu :
• Mengkonsumsi kebutuhan berbelanja yang rutin /berulang misal kebutuhan
berbelanja makanan.
• Membandingkan barang berdasarkan kualitas, variasi, desain, harga, layanan dll
sebelum membuat keputusan barang yang akan dibeli.
11
b. Penyewa
Penyewa adalah orang atau sekelompok orang yang menyewa dan mengunakan
ruang serta fasilitas yang disediakan dalam melakukan kegiatan jual beli.
c. Pengelola
Pengelola adalah individu yang tergabung dalam suatu badan yang bertanggung
jawab penuh terhadap segala kegiatan pengelolaan yang terdapat dalam pusat
perbelanjaan.
Pengelola shopping center hanya meliputi dan behubungan dengan bangunan yang
dikelola tidak termasuk pengelola yang ada pada outlet masing-masing yaitu terdiri :
• Manager (manager/pimpinan) Pengturan dibatasi pada pengambilan
keputusan(decision making) tingkat atas.
• Administration (administrasi) Adalah sebuah tim yang mengelola segala hal yang
berhubungan dengan administrasi kantor.
• Marketing team (Tim marketing) Adalah suatu tim yang mengurusi masalah
pemasaran. Berhasil tidaknya shopping center tergantung pada marketingnya.
Marketing sering dikatakan sebagai ujung tombaknya produksi.
• Cleaning service Adalah yang mengurusi segala hal yang berhubungan dengan
kebersihan gedung.
• Maintenance Building Service (Perawatan gedung) Adalah suatu tim yang
bertanggung jawab terhadap perawatan gedung yang meliputi utilitas dan struktur
geedung.
• Security (keamanan) Adalah suatu tim yang bertanggung jawab terhadap
keamanan lingkungan bangunan dari pencurian, perampokan, pengerusakan dan
lain-lain.
d. Pemilik
Yakni pihak yang paling berkepentingan terhadap nilai komersial dari shopping
center. Sasaran utama investor adalah para pedagang/penyewa toko dan sasaran tidak
langsungnya adalaaah para pengunjung.

12
Tabel 1.1 Aktivitas Pengguna Bangunan

1.9. Metoda Pendekatan Proyek


Metode pendekatan perancangan yang digunakan adalah suatu teknik atau cara mencari,
memperoleh, mengumpulkan atau mencatat data, baik berupa data primer maupun data
sekunder yang digunakan untuk keperluan merancang dan kemudian menganalisis
faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan pada site sehingga
akan terdapat suatu kebenaran data-data yang akan diperoleh.

13
Tahap Persiapan
 Menyusun rancangan penelitian
 Memilih lapangan penelitian
 Mengurus perizinan
 Menjajaki dan menilai lapangan
 Memilih dan memanfaatkan lingkungan
 Menyiapkan perlengkapan penelitian
 Persoalan etika penelitian

Pengumpulan Teori dan Data Lapangan


 Studi Literatur
Proses pengumpulan literatur dan teori yang berkaitan dengan pokok bahasan
 Studi Lapangan
Melakukan pengamatan terhadap kondisi tapak yang akan dibangun
 Wawancara dengan pihak terkait
Melakukan wawancara dengan narasumber yang berkecimpung di bagian
pembangunan, transportasi, dan kependudukan

Pengelolaan Data
Data yang sudah terkumpul diolah dan dikelompokan berdasarkan bahasannya
untuk mempermudah proses analisis.

Analisisi Permasalahan
Melakukan penggabungan antar studi literatur dan studi lapangan sebagai acuan
dalam proses menganganalisis

Proses Perancangan
Merupakan hasil dari proses berbagai jenis analisis yang dituangkan ke dalam
desain bangunan.

Metode perancangan yang digunakan untuk mencapai tujuan dan misi yang telah
ada dengan menggunakan metode deskriptif baik kualitatif, kuantitatif, dan kualitatif
dikuantitatifkan. Metode kualitatif yaitu metode yang berusaha menggambarkan objek
sesuai dengan kenyataan melalui pengamatan (observasi). Metode kuantitatif yang
14
digunakan yaitu pendekatan dengan alat ukur dan menganalisis data hasil pengukuran
ke dalam laporan. Sedangkan metode kualitatif dikuantitatifkan adalah penggabungan
dari kedua metode di atas. Penelitian deskriptif mempunyai langkah penting sebagai
berikut:
 Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan
melalui metode deskriptif
 Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas
 Menentukan tujuan dan manfaat proyek
 Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan
 Menentukan kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian dan/ atau hipotesis
penelitian
 Membuat laporan perancangan

15
1.10. Skema Pemikiran

Gambar 1. 1 Skema Pemikiran


16
1.11. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan laporan ini secara garis besar adalah sebagai berikut :
1) BAB I PENDAHULUAN
Penjelasan mengenai latar belakang proyek, pengertian judul dan tema, tujuan proyek,
misi proyek, permasalahan arsitektural, pendekatan pemecahan masalah, ruang lingkup
proyek, metoda pengumpulan data, skema pemikiran dan sistematika laporan.
2) BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN STUDI BANDING
Merupakan pembahasan yang berisi studi komparatif terhadap beberapa proyek sejenis.
Menguraikan tentang, tinjauan teoritik (landasan dari tema), tinjauan lingkungan, dan
klasifikasi proyek.
3) BAB III ANALISIS KRITERIA
Penjelasan mengenai tinjauan kawasan perencanaan proyek meliputi deskripsi proyek,
tinjauan lokasi, dan kondisi lingkungan (data tapak, karakteristik tapak, potensi tapak,
karakteristik bangunan) dan analisis tapak (view, zona kawasan, alur kendaraan sekitar
site, matahari, angin, kebisingan, dan vegetasi) dan juga solusi desainnya serta
mengetahui fasilitas sosial dan fasilitas umum yang dibutuhkan untuk proyek pusat
perbelanjaan.
4) BAB IV KONSEP DAN PERANCANGAN
Penjelasan meliputi studi kualitatif (struktur organisasi, alur aktifitas, alur aktifitas
makro), dan studi kuantitatif.
Penjelasan mengenai elaborasi tema, konsep arsitektur, konsep tapak (zoning tapak,
pencapaian ke bangunan, orientasi dan tata letak massa bangunan, ruang luar, lansekap,
dan vegetasi), konsep ruang dalam pada bangunan (organisasi ruang dalam pada
bangunan, zonning ruang dalam pada bangunan, sirkulasi ruang dalam pada bangunan),
konsep bentuk bangunan (massa bangunan, proporsi bangunan, fasade bangunan),
konsep keteknikan (bahan bangunan, struktur bangunan, dan konsep utilitas tapak dan
bangunan.
Serta penjelasan mengenai perkiraan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
melaksanakan proyek.
5) BAB V KESIMPULAN

17
BAB II
TINJAUAN PROYEK

2.1. Tinjauan Teori


2.1.1 Tinjauan Pengertian Rancangan pusat perbelanjaan terbuka ‘Palasari
Plaza’ dengan pendekatan Arsitektur kontemporer
Bandung merupakan kota besar dengan berbagai macam kebutuhan yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satunya adalah pusat perbelanjaan. Bandung
memiliki beberapa pusat perbelanjaan yang memadai, tetapi hanya terletak di beberapa
tempat dan memiliki rentang jarak yang relatif jauh. Wilayah palasari belum memiliki
pusat pernelanjaan mumpuni yang dapat menampung segala kebutuhan masyarakat
Bandung. Dengan dibangunnya pusat perbelanjaan Palasari Plaza diharapkan dapat
memenuhi segala kebutuhan masyarakat Bandung khususnya wilayah palasari
Pusat perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa
bangunan yang didirikan secara vertikal dari satu atau beberapa bangunan yang
didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual atau disewakan kepada pelaku
usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang. Fungsi pusat
perbelanjaan adalah sebagai fungsi ekonomi, yaitu sebagai pendukung dinamisasi
perekonomian kota dan wadah penampungan dan penyaluran produksi dari produsen
untuk kebutuhan masyarakat (konsumen).
Rancangan pusat perbelanjaan terbuka „Palasari Plaza‟ dengan pendekatan
Arsitektur kontemporer dipilih sebagai judul berdasarkan proyek dan fungsi bangunan
yang akan dikerjakan, yaitu pusat perbelanjaan yang berada di Jalan Palasari kota
Bandung, juga sesuai dengan kebutuhan pusat perbelanjaan.
Judul diambil berdasarkan proyek dan fungsi bangunan yang akan dikerjakan,
yaitu pusat perbelanjaan terbuka yang berada di Jalan Palasari kota Bandung. Daerah
palasari merupakan tempat strategis yang berada pada pusat kota dengan sirkulasi
kendaraan dan angkutan umum yang cukup baik. Namun pada daerah tersebut belum
terdapat pusat perbelanjaan yang lengkap dan memadai. Oleh karena itu proyek ini
berjalan dengan harapan agar daerah tersebut dapat terbantukan sektor ekonomi, dan
dapat meningkatkan minat wisata melalui desain pusat perbelanjaan yang menarik
sehingga menarik minat pengunjung.
Pengertian judul proyek adalah sebagai berikut:
18
1) Pengertian Rancangan
Rancangan adalah sesuatu yang sudah dirancang; hasil merancang; rencana;
program .
2) Pengertian Pusat Perbelanjaan
Pusat perbelanjaan adalah kompleks toko ritel dan fasilitas yang direncanakan
sebagai kelompok terpadu untuk memberikan kenyamanan berbelanja yang maksimal
kepada pelanggan dan pentaan barang dagangan yang terekspose secara maksimal .
Pusat perbelanjaan adalah sekelompok pengusaha eceran (retailer) dan kegiatan
komersil lainnya yang direncanakan, dikembangkan, dimiliki, dan dioperasikan dalam
satu unit bisnis, pada umumnya menyediakan tempat parkir .
Pusat perbelanjaan adalah tempat yang diperuntukkan bagi pertokoan yang
mudah dikunjungi pembeli berbagai lapisan masyarakat .
Pusat perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa
bangunan yang didirikan secara vertikal dari satu atau beberapa bangunan yang
didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual atau disewakan kepada pelaku
usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang .
3) Pengertian Pusat Perbelanjaan Terbuka
Pusat perbelanjaan terbuka langsung terhadap cahaya matahari n pusat
perbelanjaan tanpa pelingkup, perlindungan terhadap cuaca dilakukan melalui
penggunaan canopy menerus sepanjang muka toko .
4) Pengertian Arsitektur Kontemporer
Arsitektur Kontemporer adalah suatu bentuk karya arsitektur yang sedang terjadi
di masa sekarang .
5) Kesimpulan Judul
Maka dapat disimpulkan, pengertian judul „Rancangan Pusat Perbelanjaan
Terbuka „Palasari Plaza‟ Dengan Pendekatan Arsitektur Kontemporer‟ adalah
merencanakan Palasari Plaza sebagai suatu kompleks toko ritel dan fasilitas kegiatan
komersil terpadu tanpa pelingkup (terbuka) dengan menggunakan pendekatan arsitektur
kontemporer.

19
2.1.2 Tinjauan Tema Arsitektur Kontemporer
Tema perancangan yang dipilih untuk kemudian diterapkan pada bangunan ini
adalah arsitektur kontemporer. Arsitektur kontemporer mengacu pada gaya bangunan
saat ini. Kontemporer pada dasarnya adalah gaya desain yang sedang up to date atau
sedang diproduksi pada masa sekarang.
Gaya kontemporer mulai berkembang sekitar awal 1920-an yang dimotori oleh
sekumpulan arsitektur Bauhaus School of Design di Jerman. Mereka merespon
kemajuan teknologi dan perubahan sosial masyarakat akibat perang dunia. Gaya
kontemporer dalam seni bangunan sendiri mulai berkembang pesat pada tahun 1940-
1980an. Istilah arsitektur kontemporer mengacu pada gaya bangunan saat ini. Arsitektur
kontemporer timbul dari rasa ketidakpuasan arsitek terhadap teori-teori yang
mengekang arsitektur itu sendiri, serta akibat perkembangan zaman yang menuntut
perubahan, perubahan dalam penciptaan sebuah karya arsitektur. Kontemporer pada
dasarnya adalah gaya desain yang sedang up to date atau sedang diproduksi pada masa
sekarang, atau dalam kata lain memiliki sifat untuk selalu berkembang seiring
perkembangan zaman yang diikutinya. Kontemporer bersifat dinamis dan tidak terikat
oleh suatu era. Desain yang kontemporer menampilkan gaya yang lebih baru1.
Berikut adalah strategi pencapaian arsitektur kontemporer2:
Tabel 2.1 Strategi Pencapaian Arsitektur Kontemporer
No Prinsip Arsitektur Kontemporer Strategi Pencapaian
1 Gubahan yang ekspresif dan Gubahan massa tidak berbentuk formal
dinamis (kotak) tetapi dapat memadukan beberapa
bentuk dasar sehingga memberikan kesan
ekspresif dan dinamis
2 Konsep ruang terkesan terbuka Penggunaan dinding dari kaca, antara ruang
dan koridor (dalam bangunan) dan
optimalisasi bukaan sehingga memberikan
kesan bangunan terbuka dan tidak masiv
3 Harmonisasi Ruang Luar dan dalam Penerapan courtyard sehingga memberikan
suasana ruang terbuka di dalam bangunan

1
https://www.arsitag.com/article/arsitektur-dan-desain-kontemporer, diakses pada tanggal 20 Maret 2018 pukul
20.38
2
http://e-journal.uajy.ac.id/11419/4/TA142823.pdf, diakses pada tanggal 10 Agustus 2018 pukul 21.49
20
Pemisahan ruang luar dengan ruang dalam
dengan menggunakan perbedaan pola lantai
atau bahan lantai
4 Memiliki fasad yang transparan Fasad bangunan menggunakan bahan
transparan memberikan kesan terbuka,
untuk optimalisasi cahaya yang masuk ke
ruang sekaligus mengundang orang untuk
datang karena memberikan kesan terbuka
5 Kenyamanan Hakiki Kenyamanan tidak hanya dirasakan oleh
beberapa orang saja (mis : orang normal)
tetapi juga dapat dirasakan oleh kaum
difabel. Misalnya penggunaan ramp untuk
akses ke antar lantai.
6 Eksplorasi Elemen Lansekap Mempertahankan vegetasi yang kiranya
dapat dipertahankan yang tidak
mengganggu sirkulasi diluar maupun dalam
site. Penerapan vegetasi sebagai pembatas
antara satu bangunan dengan bangunan lain.
menghadirkan jenis vegetasi yang dapat
memberikan kesan sejuk pada site sehingga
semakin menarik perhatian orang untuk
datang.
7 Bangunan yang kokoh Menerapkan sistem struktur dan konstruksi
yang kuat serta material modern sehingga
memberi kesan kekinian

Arsitektur kontemporer telah diakui sebagai salah satu pendekatan dalam


merancang secara internasional sehingga banyak ahli yang mengemukakan pendapat
mengenai definisi dari arsitektur kontemporer salah satunya adalah Louis I Kahn.
Louis I Kahn merupakan arsitek internasional yang dipengaruhi oleh banyak
gaya-gaya internasional seperti Le Corbusier dan Mies Van der Rohe. Louis Kahn
merupakan salah satu pendukung arsitektur kontemporer. Menurut Louis Kahn,
arsitektur dimulai dari „dimana fungsi-fungsi telah dibentuk dengan jelas‟, dengan
21
pengertian bahwa arsitektur adalah ruang-ruang yang terbentuk dari fungsi-fungsi yang
ada pada bangunan tersebut. Kahn menyebutkan kembali bahwa: bukanlah ruang jika
orang/ pengguna ruang tersebut tidak dapat memahami bagaimana ruang itu diciptakan.

2.2. Deskripsi Proyek


Nama Proyek : Pusat Perbelanjaan Palasari Plaza
Sifat Proyek : Fiktif
Owner : Swasta
Sumber Dana : Swasta
Lokasi : Jl. Palasari, Kota Bandung, Jawa Barat
Luas Lahan : 31.452 m2 atau 3,1 Ha
Fungsi Lahan : Pusat Perbelanjaan
Lokasi Administratif: Kota Bandung
Batas Wilayah : Utara : Hotel dan pemukiman
Timur : Rumah sakit dan sekolah
Barat : Sekolah dan GOR Lodaya
Selatan : Pertokoan dan pemukiman
Regulasi :
KDB :70%
70% x 32.298 m2 = 22.608 m2
KLB :1,4 x 32.298 m2 = 45.217 m2
KDH minimum : 20%
GSB : ½ x lebar jalan = 10 meter

2.3 Tinjauan Kota dan Lingkungan

Gambar 2.1 Peta Lokasi Kawasan Palasari


22
Palasari Plaza berlokasi di Jalan Palasari, kecamatan Lengkong kota Bandung.
Kecamatan Lengkong merupakan salah satu dari 30 kecamatan di Kota Bandung yang
termasuk bagian dari Wilayah Karees. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh PPID
(Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi) Kota Bandung, kecamatan ini
berbatasan dengan:
Sisi utara : Kecamatan Batununggal dan Sumurbandung
Sisi selatan : Kecamatan Batunuggal
Sisi barat : Kecamatan Bandung Kidul
Sisi timur : Kecamatan Regol
Kecamatan ini memiliki luas wilayah 574 hektar, yang terdiri dari 7 kelurahan,
65 Rukun Warga dan 431 Rukun Tetangga. Kawasan ini merupakan area pemukiman,
perdagangan, hotel, dan restoran, serta pusat perdagangan buku paling lengkap di
Bandung. Popularitas pasar buku tersebut bahkan sudah meluas hingga ke mancanegara.
Pembeli pasar buku tersebut tak hanya warga Bandung, tapi juga dari berbagai daerah
dan luar negeri. Selain menawarkan harga yang lebih murah, Pasar Buku Palasari
memiliki koleksi yang sangat beragam dalam berbagai bidang. Mulai dari buku
pengetahuan umum, agama, hingga buku-buku fiksi seperti novel dan komik bisa
ditemukan di sini. Tak hanya yang baru, buku-buku bekas dan terbitan lama juga
menjadi incaran pembeli yang datang.
Kawasan Palasari dipilih untuk menjadi lokasi proyek pusat perbelanjaan ini
dikarenakan pada daerah ini belum memiliki pusat perbelanjaan dengan koleksi buku
yang lengkap, juga sarana dan prasarana yang dapat menambah nilai jual pedagang pada
plaza ini. Plaza ini pun akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas keluarga agar semakin
menarik minat pengguna untuk mengunjungi Palasari Plaza.

23
2.5 Tinjauan Pustaka
2.5.1 STUDI LITERATUR STANDAR
Sub bab ini berisi studi literatur standar dari toilet, konsep dan pola alur
sirkulasi, lahan parkir, radius perputaran bus dan parkir bus, gedung parkir, kantor,
pujasera, dan loading dock.
2.5.1.1 Toilet
1. Persyaratan Ruang :
a. Ruang untuk buang air besar (WC) P = 80-90 cm, L = 150-160 cm, T = 220-
240 cm
b. Ruang untuk buang air kecil (Urinoir) L = 70-80 cm, T = 40-45 cm
2. Sirkulasi Udara : Mempunyai kelembaban 40 – 50 %, dengan taraf pergantian
udara yang baik yaitu mencapai angka 15 air-change per jam (dengan suhu
normal toilet 20-27 derajat celcius)
3. Pencahayaan : Sistem pencahayaan toilet umum dapat menggunakan
pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Iluminasi standar 100 – 200 lux.
4. Konstruksi Bangunan :
a. Lantai, kemiringan minimum lantai 1 % dari panjang atau lebar lantai.
b. Dinding, ubin keramik yang dipasang sebagai pelapis dinding, gysum tahan air
atau bata dengan lapisan tahan air.
c. Langit-langit, terbuat dari lembaran yang cukup kaku dan rangka yang kuat
sehingga memudahkan perawatan dan tidak kotor.
Gambar tentang studi literatur standar toilet dapat dilihat pada Gambar 2.2
sampai Gambar 2.6

Gambar 2.2 Toilet Untuk Disabilitas


24
Gambar 2.3 Desain Toilet

Gambar 2.4 Gambar Layout Standar Minimal

25
Gambar 2.5 Sanitair, Aksesoris, dan Finishing

Gambar 2.6 Tampak Luar Toilet


26
2.5.1.2 Konsep dan Pola Alur Sirkulasi
Konsep dan pola alur sirkulasi dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Deskripsi Ilustrasi
 Merupakan tahap pertama alur
sirkulasi berupa pencapaian
terhadap entrance bangunan maupun
massa bangunan.
 Pencapaian terbagi menjadi:
(1) Pencapaan frontal; langsung
Pencapaian

mengarah pintu masuk, (1)


(2) Pencapaian tidak langsung;
menekankan efek perspektif fasad
depan (3)
(3) pencapaian spiral; berputar,
mengelilingi bangunan (2)

 Proses memasuki sebuah bangunan


dipertegas maupun diperhalus sesuai
pengunaan bidang pemisah,
memisahkan makna “disini” dan
“disana”
 Menurut bentuknya terbagi menjadi:
(a) Rata, (b) dijorokkan, (c)
dimundurkan
 Menurut lokasinya terbagi menjadi:
(a) Diletakkan ditengah, (b) Digeser
(a) (b) (c)
Pintu Masuk

(a) (b) (c)

27
Deskripsi Ilustrasi
 Merupakan tahap pertama alur
sirkulasi berupa pencapaian
terhadap entrance bangunan maupun
massa bangunan.
 Pencapaian terbagi menjadi:
(1) Pencapaan frontal; langsung
Pencapaian

mengarah pintu masuk, (1)


(2) Pencapaian tidak langsung;
menekankan efek perspektif fasad
depan (3)
(3) pencapaian spiral; berputar,
mengelilingi bangunan (2)

 Proses memasuki sebuah bangunan


dipertegas maupun diperhalus sesuai
pengunaan bidang pemisah,
memisahkan makna “disini” dan
“disana”
 Menurut bentuknya terbagi menjadi:
(a) Rata, (b) dijorokkan, (c)
dimundurkan
 Menurut lokasinya terbagi menjadi:
(a) Diletakkan ditengah, (b) Digeser
(a) (b) (c)
Pintu Masuk

(a) (b) (c)

Deskripsi Ilustrasi
 Merupakan tahap pertama alur
sirkulasi berupa pencapaian
terhadap entrance bangunan maupun
massa bangunan.
 Pencapaian terbagi menjadi:
(1) Pencapaan frontal; langsung
Pencapaian

mengarah pintu masuk, (1)


(2) Pencapaian tidak langsung;
menekankan efek perspektif fasad
depan (3)
(3) pencapaian spiral; berputar,
mengelilingi bangunan (2)

 Proses memasuki sebuah bangunan


dipertegas maupun diperhalus sesuai
pengunaan bidang pemisah,
memisahkan makna “disini” dan
“disana”
 Menurut bentuknya terbagi menjadi:
(a) Rata, (b) dijorokkan, (c)
dimundurkan
 Menurut lokasinya terbagi menjadi:
(a) Diletakkan ditengah, (b) Digeser
(a) (b) (c)
Pintu Masuk

(a) (b) (c)

Gambar 2.7 Konsep dan Pola Alur Sirkulasi

28
2.5.1.3 Lahan Parkir
Fasilitas parkir dalam sistem transportasi berfungsi menyimpan kendaraan di
tujuan perjalanan. Fasilitas parkir berfungsi baik jika tidak terjadi konflik pada ruas
jalan di sekitar lokasi parkir tersebut. Masalah timbul jika kebutuhan parkir melebihi
kapasitas parkir yang tersedia sehingga mengganggu kelancaran lalu lintas pada ruas
jalan. Kriteria peletakan fasilitas parkir :
1. Tempat parkir diusahakan di permukaan yang datar agar kendaraan tidak
menggelinding. Jika tanah miring lakukan grading dengan sistem cut and fill.
2. Tempat parkir dengan bangunan ( tempat kegiatan ) diusahakan tak jauh. Jika
cukup jauh, buat sirkulasi yang jelas dan terarah menuju area parkir.
Ditinjau dari penggunaannya, tempat parkir terbagi atas :
1. Parkir kendaraan roda lebih dari 4, misalnya bus ( lebar 3 meter, panjang 8 m ),
bus kecil ( lebar 2,4 m, panjang 6 m ) dan truk.
2. Parkir kendaraan roda 4, misalnya sedan besar ( lebar 1,765 m, panjang 4,82 m ),
sedan sedang ( lebar 1,4 m, panjang 3,8 m ), sedan kecil ( lebar 1,4 m, panjang
2,9 m ), MPV ( lebar 1,6 m, panjang 4,8 m ), jeep ( lebar 1,6 m, panjang 4 m )
dan minibus ( lebar 1,5 m, panjang 5 m ).
3. Parkir kendaraan roda 3, misalnya bemo ( lebar 1.05 m, panjang 2,5 m ) dan
motor sisipan. Becak ( lebar 90 cm, panjang 2 m ).
4. Parkir kendaraan roda 2, misalnya sepeda ( lebar 45 cm, panjang 1,5 m ) dan
sepeda motor ( lebar 90 cm, panjang 2 m ), motor besar ( lebar 1,05 m, panjang
2,5 m ). Studi literatur standar dapat dilihat pada Gambar 2.8.

29
Gambar 2.8 Studi Literatur Standar Latihan Parkir

30
2.5.1.4 Radius Perputaran Bus Dan Parkir Bus
Ukuran Bus/Truk dapat dilihat pada Tabel 2.2. Radius perputaran bus dan parkir
bus dapat dilihat pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Radius Perputaran Bus dan Parkir Bus

31
Tabel 2.2 Ukuran Bus/Truk

2.5.1.5 Gedung Parkir


Gedung Parkir Selain dilahan terbuka parkir juga dapat dilakukan didalam
gedung. Gedung parkir adalah gedung yang khusus dibangun untuk tempat parkir
kendaraan, dengan demikian pemakaian lahan terutama di kawasan pusat kota dapat
dilakukan secara efisien. Gedung parkir dapat dikombinasikan dengan pusat kegiatan,
dimana lantai basement dan beberapa lantai di atasnya digunakan untuk parkir dan
selanjutnya di atasnya ditempatkan bangunan pusat kegiatan seperti pertokoan,
perkantoran dan pusat kegiatan lainnya.
Apabila harga tanah tinggi maka diperlukan pula untuk membuat tempat parkir
yang efisien terhadap pendayagunaan tanah. Tinggi ruang harus dibatasi hingga 2,2 m
agar memperoleh panjang jalan tanjakan yang minimum tetapi pada lantai bawah
disediakan tinggi 3, 75 m untuk mewadahi kendaraan yang lebih tinggi. Gambar akses
jalan pada gedung parkir dapat dilihat pada Gambar 2.10.

32
Gambar 2.10 Akses Jalan pada Gedung Parkir

Gambar 2.11 Akses Jalan pada Gedung Parkir (Lanjutan)

33
2.5.1.6 Kantor
Ruang utama pada kantor terdiri dari:
1. Workstation, yang dilengkapi fasilitas kursi, tempat penyimpanan dan
memungkan untuk karyawan melihat ke segala arah.
2. Personal office, berupa ruang tertutup yang dapat memuat 1 (satu) orang atau
lebih.
3. Team room, ruang terbuka untuk jangka panjang di mana klien juga dapat
mengakses ruang tersebut.
4. Meeting room, berupa ruang terbuka dengan formal atau informal fasilitas seperti
elektronik, whiteboard, sistem audiovisual atau video-conferencing.
Ruang kantor dapat dilihat pada Gambar 2.12 sampai Gambar 2.16.

Gambar 2.12 Ruang Kantor

34
Jarak antar loker di ruang penitipan barang adalah 1,2 m² yang berfungsi sebagai area
sirkulasi.

Gambar 2.13 Ruang Penitipan Barang

Gambar 4.17 Janitor

Gambar 2.14 Ruang Janitor

35
Ukuran orang yang sedang shalat dalam ruangan yaitu 1,2 m² (dalam keadaan
berdiri) dan 0,8 m² (dalam keadaan duduk)

Gambar 2.15 Mushola

Pada ruang P3K minimal di dalamnya terdapat area untuk konsultasi dengan dokter
serta area pemeriksaan yang berupa tempat berbaring atau kasur

Gambar 2.16 Ruang P3K


36
2.5.1.7 Pujasera
Studi literatur standar pujasera dapat dilihat pada Gambar 2.17.

Pujasera (bahasa Inggris: food court, atau di Asia Pasifik juga disebut food hall[1]) adalah sebuah
tempat makan yang terdiri dari gerai-gerai (counters) makanan yang menawarkan aneka menu
yang variatif. Pujasera merupakan area makan yang terbuka dan bersifat informal, dan biasanya
berada di mal, pusat perbelanjaan, perkantoran, universitas atau sekolah modern.

Gambar 2.17Pujasera
2.5.1.8 Loading Dock
Loading Dock dapat dilihat pada Gambar 2.18.

Loading Dock merupakan area naik turunnya barang. Biasanya terdapat perbedaan ketinggian
antara muka lantai bangunan dengan ketinggian lantai kendaraan.

Gambar 2.18 Loading Dock

37
2.5.2 STUDI LITERATUR AKSESIBILITAS
Sub bab ini berisi studi literatur aksesibilitas jalue pedestrian, rute dan pintu
masuk aksesibel, ukuran ruang dan ergonometri, ramp, tangga, dan alat transportasi
vertikal di dalam bangunan.
2.5.2.1 Jalur Pedestrian
Jalur pedestrian harus memenuhi persyaratan di bawah ini :
1. Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur halus tetapi tidak
licin
2. Minimal lebar jalan pedestrian adalah 1.2 meter untuk satu arah dan 1.65 meter –
1.8 meter untuk dua arah
3. Kecuraman pedestrian harus diantara 3% sampai 5% atau 30 mm – 50 mm
setiap 1 meter
4. Hindari gundukan pada permukaan jalan, kalaupun ada tidak boleh lebih dari
1,25 cm
5. Kemiringan maksimum 7°
6. Pada setiap jarak 9 m disarankan terdapat pemberhentian untuk istirahat.
7. Pencahayaan Berkisar antara 50-150 lux
8. Drainase dibuat tegak lurus dengan arah jalur dengan kedalaman maksimal 1,5
cm, mudah dibersihkan dan perletakan lubang dijauhkan dari tepi ramp.
9. Jalur pedestrian harus bebas dari penghalang seperti pohon, tiang rambu-rambu
dan benda-benda lain.
10. Harus ada tepi pengaman sepanjang jalur pedestrian dengan ketinggian 10 cm
dan lebar 15 cm
Jalur Pedestrian dapat dilihat pada Gambar 2.19, Level and Grooves pada
Gambar 2.20, dan Jalur Pemandu pada Gambar 2.21.

38
• 20 mm adalah ketinggian maksimal untuk
perbedaan elevasi pada jalan.
• Membuat pembatas dipinggir atau diantara
jalan dengan perbedaan elevasi agar kursi roda
dan tongkat penyandang disabilitas tidak
keluar jalur dan memperingati penggunanya
untuk tidak melintas keluar jalur yang ada.

Gambar 2.19 Jalur Pedestrian

 Tekstur ubin pengarah bermotif garis-garis menunjukkan arah perjalanan.


 Tekstur ubin peringatan (bulat) memberi peringatan terhadap adanya
perubahan situasi di sekitarnya.
 Daerah-daerah yang harus menggunakan ubin tekstur pemandu (guiding
blocks):
 Di depan jalur lalu-lintas kendaraan.
 Di depan pintu masuk/keluar dari dan ke tangga atau fasilitas persilangan
dengan perbedaan ketinggian lantai.
 Di pintu masuk/keluar pada terminal transportasi umum atau area penumpang.
 Pada pedestrian yang menghubungkan antara jalan dan bangunan.
 Pada pemandu arah dari fasilitas umum ke stasiun transportasi umum terdekat.
 Ubin pemandu dapat diberi warna kuning atau jingga

Gambar 2.21 Jalur Pemandu


39
2.5.2.2 Rute dan Pintu Masuk Aksesibel
Rute aksesibilitas memilki beberapa ketentuan :
1. Rute aksesibilitas harus disediakan menerus ke setiap bagian bangunan.
2. Pada entrance landing harus tersedia ramp dengan dimensi minimal 1.8 meter x 2000
meter.
3. Material lantai harus mengguna kan warna-warna cerah atau guiding floor dan pastikan
permukaan lantai rata dan anti slip.
4. Peletakan rute aksesibel:
5. Rute aksesibel harus berdekatan atau diletakkan di area yang sama dengan jalur sirkulasi
umum. Ketika jalur sirkulasi berada di interior, rute aksesibel juga harus di interior.
6. Setidaknya 60% dari pintu masuk umum harus merupakan pintu masuk aksesibel.
Gambar rute, pintu, dan koridor aksesibilitas dapat dilihat pada Gambar 2.22. sampai
Gambar 2.24.

Gambar 2.22 Rute Aksesibilitas

Gambar 2.23.Pintu Aksesibel


40
 Pintu pagar ke tapak bangunan harus mudah dibuka dan ditutup oleh penyandang
cacat.
 Pintu keluar/masuk utama memiliki lebar bukaan minimal 90 cm, dan pintu-pintu
yang kurang penting memiliki lebar bukaan minimal 80 cm.
 Di daaerah sekitar pintu masuk sedapat mungkin dihindari adanya ramp atau
perbedaan ketinggian lantai.
 Jenis pintu yang penggunaannya tidak dianjurkan:
 Pintu geser.
 Pintu yang berat, dan sulit untuk dibuka/ditutup.
 Pintu dengan dua daun pintu yang berukuran kecil.
 Pintu yang terbuka kekedua arah ("dorong" dan "tarik").
 Pintu dengan bentuk pegangan yang sulit dioperasikan terutama bagi tuna netra.
 Penggunaan pintu otomatis diutamakan yang peka terhadap bahaya kebakaran.
Pintu tersebut tidak boleh membuka sepenuhnya dalam waktu lebih cepat dari 5
detik dan mudah untuk menutup kembali.
 Hindari penggunaan bahan lantai yang licin di sekitar pintu.
 Alat-alat penutup pintu otomatis perlu dipasang agar pintu dapat menutup dengan
sempurna
 Plat tendang yang diletakkan di bagian bawah pintu diperlukan bagi pengguna kursi
roda

Gambar 2.24 Koridor Aksesibel

41
 Koridor menggunakan material lantai yang aman dan menggunakan guiding floor
material
 Meiliki handrail di sisi tembok sebagai alat bantu dan juga sebagai penunjuk arah
 Lebar minimum koridor adalah 1.5 meter
 Menyiapkan ramp dengan kemiringan 1 : 12 untuk perbedaan elevasi di lantai
koridor
2.5.2.3 Ukuran Ruang dan Ergonometri
 Ukuran dasar ruang tiga dimensi (panjang, lebar, tinggi) mengacu kepada ukuran
tubuh manusia dewasa
 Lebar ideal minimum koridor 1,5 meter
 Perbandingan kemiringan ramp pada lantai koridor adalah 1:12
 Ukuran dasar ruang diterapkan dengan mempertimbangkan fungsi bangunan,
bangunan dengan fungsi yang memungkinkan digunakan oleh orang banyak secara
sekaligus, seperti balai pertemuan, bioskop, dsb. harus menggunakan ukuran dasar
maksimum
 Ukuran dasar minimum dan maksimum yang digunakan dalam pedoman ini dapat
ditambah atau dikurangi sepanjang asas-asas aksesibilitas dapat tercapai
Ukuran ruang dan ergonomi dapat dilihat pada Gambar 2.25.

42
Gambar 2.25 Ukuran ruang dan ergonomi
2.5.2.4 Ramp
 Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak lebih 7˚, Sedangkan kemiringan
suatu ramp yang ada diluar bangunan maksimal 6˚.
 Untuk konfigurasi ramp sebaiknya berbentuk lurus dengan radius 90˚ dan 180˚.
Minimal kelebaran ramp adalah 90 cm dengan maksimal kemiringan yang
disarankan adalah 1 : 20.
 Tiap 120 mm perjalanan, kenaikan ramp yang dianjurkan adalah 10 mm
 Panjang mendatar dari suatu ramp (dengan kemiringan 7˚) tidak boleh lebih dari
900 cm

43
 Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm tanpa tepi pengaman dan 136 cm dengan
tepi pengaman.
 Bordes (muka datar) pada awalan atau akhiran dari suatu ramp harus bebas dan
datar dengan ukuran minimum 160 cm.
 Bordes awalan atau akhiran suatu ramp harus memiliki tekstur sehingga tidak licin
khususnya diwaktu hujan.
 Lebar tepi pengaman ramp (low crub) 10 cm dengan lebar 15 cm
 Ramp harus diterangi dengan pencahayaan yang cukup sehingga membantu
pecahayaan di ramp waktu malam hari.
 Ramp harus dilengkapi dengan pegangan rambatan (handrail)

Gambar 2.26 Ramp


2.5.2.4 Tangga
 Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam.
 Harus memiliki kemiringan tangga kurang dari 60°
 Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan pengguna
tangga.
 Harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail) minimum pada salah satu sisi
tangga.
 Pegangan rambat harus mudah dipegang dengan ketinggian 65- 80 cm dari lantai
 Pegangan rambat harus ditambah panjangnya pada bagian ujung-ujungnya (puncak
dan bagian bawah) dengan 30 cm.
 Untuk tangga yang terletak di luar bangunan, harus dirancang sehingga tidak ada
air hujan yang menggenang pada lantainya.

44
Gambar 2.27 Tangga
2.5.2.5 Alat Transportasi Vertikal Di Dalam Bangunan

Gambar 2.28 Alat Transportasi Vertikal Di Dalam Bangunan

45
Gambar 2.29 Alat Transportasi Vertikal Di Dalam Bangunan (Lanjutan)

2.6 Studi Banding Bangunan Pusat Perbelanjaan


2.6.1 GRAND METROPOLITAN BEKASI
Grand Metropolitan Mall adalah sebuah pusat perbelanjaan dan hiburan di Bekasi,
Indonesia. Mal ini dibuka pada tanggal 12 Juli 2013 (umur 5). dan merupakan
kelanjutan dari Mal Metropolitan yang telah hadir disini 20 tahun sebelumnya. Pusat
perbelanjaan yang didesain oleh konsultan asal Amerika Serikat, Development Design
Group ini, memiliki luas retail area sekitar 52.443 m². Mal ini nantinya juga akan
terintegrasi dengan apartemen dan perkantoran, M. Gold Tower.
Grand Metropolitan Mall memiliki segmentasi pasar untuk kalangan kelas menengah
atas. Tenant utama pada pusat perbelanjaan ini antara lain Centro Department Store,
Farmers Market, Eat & Eat, Ace Hardware, Best Denki, Golds Gym, Toys Kingdom,
dan Gramedia Kids. Di pusat perbelanjaan ini, juga terdapat butik-butik fesyen MAP,
galeri batik, dan food court ternama.
Selain dipenuhi oleh butik-butik fesyen dan food court, Grand Metropolitan Mall juga
menjadi pusat hiburan keluarga. Beberapa tempat hiburan disini antara lain Fun World
serta Cinema XXI
46
Gambar 2.30 Grand Metropolitan Mall

Gambar 2.31 Grand Metropolitan Mall

Gambar 2.32 Grand Metropolitan Mall

47
2.6.2 HASHIMOTO KONOHA MALL

Gambar 2.33 Konoha Mall

48
Konoha Mall merupakan salah satu mall di Jepang yang mengambil tema eco-leisure,
yaitu tempat wisata yang menawarkan konsep sustainability dan eco-design untuk
menciptakan pengalaman uang yang baik. Mateial yang digunakan merupakan elemen-
elemen natural dan diperuntukkan untuk pengguna yang ada disekitar distiknya.

Konsep mall ini sangat unik karena ingin menciptakan desain yang dapat mensupport
komunitas lokal dan menciptakan ruang pedestrian yang baik. Konoha mall sangat
memperhatikan koneksi antara sirkulasi, warna, dan ruang publik untuk memastikan
desain mall selaras. Part atau ide desain yang bisa di ambil dari desian Konoha Mall ini
adalah ruang publik, dan pertokoan atau retailnya yang sangat selaras, memiliki koneksi
yang baik, juga sirkulasi penggunanya tidak tertutup sehingga dapat mengoptimalkan
penggunaan penghawaan alami pada Konoha Mall.

49
2.6.3 Eastland Tower Center

Gambar 2.34 Eastland Tower Center

Eastland Tower Center merupakan sebuah bangunan mix-used dan memiliki pusat
perbelanjaan yang berada di Melbourne, Australia. Pusat perbelanjaan pada bangunan
ini berada di atas dan bawah level jalan sehingga terdapat beberapa akses untuk menuju
ke pusat perbelanjaan. Fasad pada bangunan ini menggunakan secondary skin
bergelombang sehingga menciptakan efek bayangan yang dramatis pada bagian yang
terjatuhi bayangan. Pusat perbelanjaan ini mengambil tema kontemporer pada bagian
fasadnya sehingga menampilkan kesan yang segar pada fasad bangunan tersebut. pada
bagian pintu masuk, desainnya terkesan simpel dan ikonik sehingga menjadi daya tarik
tersendiri untuk pusat perbelanjaan Eastland Town Center.

50
2.6.4 Paris Van Java Resort Lifestyle

Gambar 2.35 Paris Van Java Resort Lifestyle

Gambar 2.36 Paris Van Java Resort Lifestyle

Paris Van Java Resort Lifestyle Plaza (PVJ adalah sebuah pusat perbelanjaan yang terletak di Bandung,
Jawa Barat. Mal ini bisa dicapai eberapa jam dengan mengemudi dari Tol Pasteur. Paris van Java didesain
dengan konsep citywalk dengan gaya eropa sehingga tenant-tenant didesain secara linear seperti toko-
toko dengan koridor pejalan kaki pada bagian tengahnya. Desain fasad bangunan mengadopsi dari fasad
toko-toko erpoa yang berderet secara lnear sehingga dari tampak depan maupun interior bangunan terlihat
seperti deretan toko-toko dengan gaya klasik.

Koridor linear pad abangunan utama terdiri dari tenant- tenant sedangkan tenant tenant besar atau anchor
diletakkan pada kedua ujung sisi koridor. Koridor ini biasa digunakan juga untuk tenant-tenant kecil dan
juga pameran atau bazar pada waktu tertentu.

51
BAB III
ANALISA TAPAK DAN PROGRAM RUANG

3.1 Analisa Tapak


3.1.1 Analisa Makro
Deskripsi Proyek

Gambar 3.1 Deskripsi Proyek


Karakter Tapak
Kawasan Palasari dipilih untuk menjadi lokasi proyek pusat perbelanjaan ini
dikarenakan pada daerah ini belum memiliki pusat perbelanjaan dengan koleksi buku
yang lengkap, juga sarana dan prasarana yang dapat menambah nilai jual pedagang pada
plaza ini. Plaza ini pun akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas keluarga agar semakin
menarik minat pengguna untuk mengunjungi Palasari Plaza.

52
Palasari Plaza berlokasi di Jalan Palasari, kecamatan Lengkong kota Bandung.
Kecamatan Lengkong merupakan salah satu dari 30 kecamatan di Kota Bandung yang
termasuk bagian dari Wilayah Karees. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh PPID
(Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi) Kota Bandung, kecamatan ini
berbatasan dengan:
Sisi utara : Kecamatan Batununggal dan Sumurbandung
Sisi selatan : Kecamatan Batunuggal
Sisi barat : Kecamatan Bandung Kidul
Sisi timur : Kecamatan Regol
Kecamatan ini memiliki luas wilayah 574 hektar, yang terdiri dari 7 kelurahan,
65 Rukun Warga dan 431 Rukun Tetangga. Kawasan ini merupakan area pemukiman,
perdagangan, hotel, dan restoran, serta pusat perdagangan buku paling lengkap di
Bandung. Popularitas pasar buku tersebut bahkan sudah meluas hingga ke mancanegara.
Pembeli pasar buku tersebut tak hanya warga Bandung, tapi juga dari berbagai daerah
dan luar negeri. Selain menawarkan harga yang lebih murah, Pasar Buku Palasari
memiliki koleksi yang sangat beragam dalam berbagai bidang. Mulai dari buku
pengetahuan umum, agama, hingga buku-buku fiksi seperti novel dan komik bisa
ditemukan di sini. Tak hanya yang baru, buku-buku bekas dan terbitan lama juga
menjadi incaran pembeli yang datang.
Tapak sangat berpotensi karena berada dikawasan yang datar dan berada di
pusat kota sehingga memudahkan dalam segi proses pembangunan.
Tapak berada di kawasan yang datar/tidak memiliki kontur yang
signifikan
Tapak berada di dekat pusat kota sehingga memudahkan dalam segi
proses pembangunan

Gambar 3.2 Peta Kawasan Proyek

53
3.1.2 Analisa Mikro

Gambar 3.3 Tata Guna Lahan Sekitar


54
3.1.2.1 View Kedalam Site

Gambar 3.4 View Kedalam Site


3.1.2.2 Matahari dan Arah Angin

Gambar 3.5 Matahari dan Arah Angin


55
3.1.2.3 Aksesibilitas dan Sirkulasi

Gambar 3.6 Aksesibiltas dan Sirkulasi


3.1.2.4 Vegetasi dan Kebisingan

Gambar 3.7 Vegetasi dan Kebisingan

56
3.1.2.5 Drainase dan Jaringan Utilitas

Gambar 3.8 Drainase dan Jaringan Utilitas

57
3.2 Program Ruang
3.2.1 Struktur Organisasi Pusat Perbelanjaan

Gambar 3.9 Struktur Organisasi Pusat Perbelanjaan

3.2.2 Struktur Organisasi DKM Masjid

Gambar 3.10 Struktur Organisasi DKM Masjid

58
3.2.3 Alur Kegiatan Mikro Pengguna Bangunan Pusat Perbelanjaan

59
Gambar 3.11 Alur Kegiatan Mikro Pengguna Bangunan
60
3.2.4 Alur Kegiatan Makro Pusat Perbelanjaan
Berikut adalah alur kegiatan dan pembagian zona di dalam bangunan:

Gambar 3.12 Alur Kegiatan Makro


61
3.2.5 Studi Kelayakan
Data studi kelayakan ini berisi tentang pertumbuhan penduduk, aspek legal
kawasan eksisting proyek, analisa jumlah pengunjung, dan akumulasi presentase urban
lifestyle.
3.2.5.1 Pertumbuhan Penduduk
Data jumlah penduduk kota Bandung dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Data Jumlah Penduduk Kota Bandung

62
3.2.5.2 Aspek Legal Kawasan Ekisting Proyek
Tabel 3.2 Aspek Legal Kawasan Ekisting Proyek

63
3.2.5.3 Analisa Jumlah Pengunjung
Tabel 3.3 Analisa Jumlah Pengunjung

64
Tabel 3.4 Akumulasi Presentase Urban Lifestyle

65
66
3.2.6 Perhitungan Luas Kebutuhan Ruang
Tabel 3.5 Tabel Perhitungan Luas Kebutuhan Ruang

67
68
69
70
71
BAB IV
KONSEP PERANCANGAN
4.1. Elaborasi Tema
Tabel 4.1 Elaborasi Tema

72
Tema perancangan yang dipilih untuk kemudian diterapkan pada bangunan ini
adalah arsitektur kontemporer. Arsitektur kontemporer mengacu pada gaya bangunan
saat ini. Kontemporer pada dasarnya adalah gaya desain yang sedang up to date atau
sedang diproduksi pada masa sekarang.
Gaya kontemporer mulai berkembang sekitar awal 1920-an yang dimotori oleh
sekumpulan arsitektur Bauhaus School of Design di Jerman. Mereka merespon
kemajuan teknologi dan perubahan sosial masyarakat akibat perang dunia. Gaya
kontemporer dalam seni bangunan sendiri mulai berkembang pesat pada tahun 1940-
1980an. Istilah arsitektur kontemporer mengacu pada gaya bangunan saat ini. Arsitektur
kontemporer timbul dari rasa ketidakpuasan arsitek terhadap teori-teori yang
mengekang arsitektur itu sendiri, serta akibat perkembangan zaman yang menuntut
perubahan, perubahan dalam penciptaan sebuah karya arsitektur. Kontemporer pada
dasarnya adalah gaya desain yang sedang up to date atau sedang diproduksi pada masa
sekarang, atau dalam kata lain memiliki sifat untuk selalu berkembang seiring
perkembangan zaman yang diikutinya. Kontemporer bersifat dinamis dan tidak terikat
oleh suatu era. Desain yang kontemporer menampilkan gaya yang lebih baru 1 .

1
https://www.arsitag.com/article/arsitektur-dan-desain-kontemporer, diakses pada tanggal 20 Maret 2018 pukul
20.38
73
Gambar 4.1 Skema Pemikiran Tema

Arsitektur kontemporer telah diakui sebagai salah satu pendekatan dalam


merancang secara internasional sehingga banyak ahli yang mengemukakan pendapat
mengenai definisi dari arsitektur kontemporer salah satunya adalah Louis I Kahn.
Louis I Kahn merupakan arsitek internasional yang dipengaruhi oleh banyak
gaya-gaya internasional seperti Le Corbusier dan Mies Van der Rohe. Louis Kahn
merupakan salah satu pendukung arsitektur kontemporer. Menurut Louis Kahn,
arsitektur dimulai dari ‘dimana fungsi-fungsi telah dibentuk dengan jelas’, dengan
pengertian bahwa arsitektur adalah ruang-ruang yang terbentuk dari fungsi-fungsi yang
ada pada bangunan tersebut. Kahn menyebutkan kembali bahwa: bukanlah ruang jika
orang/ pengguna ruang tersebut tidak dapat memahami bagaimana ruang itu diciptakan.
Prinsip-prinsip arsitektur kontemporer menurut Louis Kahn meliputi:
1. Artikulasi adalah bagian badan bangunan yang akan memperjelas ruang-
ruang atau lantai-lantai ‘pelayanan’ dan ‘dilayani’
2. Ruang harus bersifat mengundang untuk dipakai
3. Harmoni diantara bahan, bentuk dan proses pabrikasi, jadi rancangan
harus mempertimbangkan hukum-hukum yang menjadi dasar
penyesuaian bahan

74
4. Pembatasan terhadap satu atau beberapa material
5. Penekanan bentuk ruang sesuai dengan karakternya, pencarian bentuk
adalah hasil sari suatu tindakan kreatif
6. Sebisa mungkin terangi ruangan dengan cahaya alami
Kesimpulan dari pendapat Louis Kahn ini adalah bahwa setiap elemen-elemen di
dalam ataupun diluar bangunan harus dapat memperlihatkan bagaimana elemen-elemen
tersebut berdiri, muncul dan bertahan. Sifat-sifat bahan konstruksi dari selubung di
sekitar ruang harus terlihat.
Penerapan dari tema Kontemporer mampu merancang bangunan yang lebih
variatif, fleksible, inovatif, dinamis dan beragam, baik material, teknologi mampu
memperoleh sasaran tampak , ruangan, dan ruang luar yang mencapai keharmonisan
pada perancangan Palasari Plaza yang terdapat pada site, serta memberikan identitas
yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.
4.2. Konsep Proyek

75
4.2.1 Konsep Arsitektural

Gambar 4.2 Konsep Zoning dan Gubahan Massa


Gambar 4.3 Pengolahan Fasad
4.2.2. Konsep Struktural

Gambar 4.4 Konsep Struktural

76
77
4.2.3. Konsep Utilitas

Gambar 4.5 Konsep Utilitas Bangunan

78
BAB V
RANCANGAN

5.1. Rancangan Arsitektur


Dalam mendesain sebuah pusat perbelanjaan yang melayani masyarakat luas,
tidak hanya sebatas menerapkan segala standar dan persyaratan yang ada, tetapi juga
menerapkan kreativitas dan sentuhan arsitektural untuk menambah keunikan tersendiri
bagi bangunan publik tersebut. Arsitek harus dapat menyeimbangkan antara elemen-
elemen kelancaran dan keberlangsungan pada bangunan serta elemen-elemen tambahan
yang akan mempengaruhi suatu bangunan, untuk dapat melayani dan menyediakan
jaminan keselamatan dan kemudahan bagi pengguna bangunan.
Penerapan dari tema Kontemporer mampu merancang bangunan yang lebih
variatif, fleksible, inovatif, dinamis dan beragam, baik material, teknologi mampu
memperoleh sasaran tampak , ruangan, dan ruang luar yang mencapai keharmonisan
pada perancangan Palasari Plaza yang terdapat pada site, serta memberikan identitas
yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.
Prinsip-prinsip arsitektur kontemporer menurut Louis Kahn meliputi:
1. Artikulasi adalah bagian badan bangunan yang akan memperjelas ruang-
ruang atau lantai-lantai ‘pelayanan’ dan ‘dilayani’
2. Ruang harus bersifat mengundang untuk dipakai
3. Harmoni diantara bahan, bentuk dan proses pabrikasi, jadi rancangan
harus mempertimbangkan hukum-hukum yang menjadi dasar penyesuaian bahan
4. Pembatasan terhadap satu atau beberapa material
5. Penekanan bentuk ruang sesuai dengan karakternya, pencarian bentuk
adalah hasil sari suatu tindakan kreatif
6. Sebisa mungkin terangi ruangan dengan cahaya alami
Kontemporer pada dasarnya adalah gaya desain yang sedang up to date atau
sedang diproduksi pada masa sekarang, atau dalam kata lain memiliki sifat untuk selalu
berkembang seiring perkembangan zaman yang diikutinya. Kontemporer bersifat
dinamis dan tidak terikat oleh suatu era. Desain yang kontemporer menampilkan gaya
yang lebih baru .
Berikut adalah pencapaian arsitektur kontemporer pada bangunan Rancangan
pusat perbelanjaan terbuka ‘Palasari Plaza’:
79
5.1.1 Penerapan Arsitektur Kontemporer pada Penataan Zona Tapak

Gambar 5.1 Blok Plan

Mempertahankan vegetasi yang kiranya dapat dipertahankan yang tidak


mengganggu sirkulasi diluar maupun dalam site merupakan salah satu strategi untuk
penerapan tema arsitektur kontemporer pada area landscape. Penerapan vegetasi
sebagai pembatas antara satu bangunan dengan bangunan lain. menghadirkan jenis
vegetasi yang dapat memberikan kesan sejuk pada site sehingga semakin menarik
perhatian orang untuk datang.
Selain itu penerapan tema lain pada area landscape juga dapat dilihat dari
penerapan courtyard yang memberikan suasana ruang terbuka di dalam bangunan
Pemisahan ruang luar dengan ruang dalam dengan menggunakan perbedaan pola lantai
atau bahan lantai.

80
5.1.3 Penerapan Arsitektur Kontemporer pada Rancangan Fasad Bangunan
Pusat Perbelanjaan
Gambar 5.2 Prespektif Bangunan Pusat Perbelanjaan dan Masjid
Gubahan massa bangunan tidak berbentuk formal (kotak) tetapi dapat memadukan
beberapa bentuk dasar sehingga memberikan kesan ekspresif dan dinamis.

Gambar 5.3 Tampak Bangunan Pusat Perbelanjaan dan Masjid

Fasad bangunan menggunakan bahan transparan memberikan kesan terbuka, untuk


optimalisasi cahaya yang masuk ke ruang sekaligus mengundang orang untuk datang
karena memberikan kesan terbuka. Selain pada fasad luar bangunan, penggunaan
dinding dari kaca, antara ruang dan koridor (dalam bangunan) dan optimalisasi bukaan
sehingga memberikan kesan bangunan terbuka dan tidak masiv.

Gambar 5.4 Prespektif Interior Pusat Perbelanjaan

81
Kenyamanan tidak hanya dirasakan oleh beberapa orang saja (mis : orang normal) tetapi
juga dapat dirasakan oleh kaum difabel. Misalnya penggunaan ramp untuk akses ke
antar lantai.

Gambar 5.5 Potongan Bangunan Pusat Perbelanjaan dan Masjid

Menerapkan sistem struktur dan konstruksi yang kuat serta material modern sehingga
memberi kesan kekinian.

5.2 Metode Membangun


Tahap Persiapan
Pekerjaan persiapan merupakan tahap awal dalam proses pembangunan, pada
tahap ini dilakukan pengurusan perizinan mengenai bangunan yang akan dibangun
dengan pihak-pihak terkait. Setalah perizinan selasai, mulai dapat dilakukan
pemantauan dan analisa kondisi eksisting dari aspek fisik hingga aktifitas yang terjadi
pada site. Setelah hasil analisa selesai, dilanjutkan dengan persiapan material, sarana
dan prasarana. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan persiapan
material, sarana dan prasarana meliputi alokasi material gudang, mengatur flow activity
material yang keluar-masuk proyek, mengklasifikasikan barang dan material, air kerja,
bedeng, wc, alat pertukangan, alat pengaman dan keselamatan kerja serta kendaraan
proyek.
Setelah pekerjaan persiapan selesai, tahap selanjutnya dilanjutkan dengan pekerjaan
konstruksi. Pada tahap ini dilakukan pemasangan bowplank pada area yang akan
82
dikerjakan. Tarikan ini dipakai sebagai as atau panduan untuk pekerjaan galian,
pamasangan pondasi, sloof, kolom, kusen dan tembok. Tinggi papan bowplank bagian
atas minimal sama dengan tinggi lantai bangunan +0.00. pada tahap ini pula ditentukan
jenis struktur yang akan digunakan bangunan. Adapun bangunan terminal Cicaheum
akan menggunakan konstruksi kolom dan balok beton bertulang, plat lantai cor
setempat, pondasi borepile, dan atap flat truss. Pada tahap ini juga dapat dilakukan uji
kualitas beton sesuai dengan kualitas beton yang akan digunakan bangunan.

Gambar 5.6 Slump test

Tahap Konstruksi Substructure


Pekerjaan dilanjutkan dengan tahap substructure. Tahap ini merupakan tahap
pengerjaan bagian bawah bangunan seperti pembuatan pondasi, poer dan sloof.
Tahap pekerjaan substructure dimulai dengan pemasangan pondasi. Pondasi
untuk bangunan terminal ini adalah pondasi borepile dengan diameter 80cm
yang dibuat dengan proses pengeboran, pemasangan tulangan dan pengecoran.

Gambar 5.7 Pembuatan pondasi borepile

83
Setelah pondasi terpasang, dibagian atas dipasang poer dan sloof yang mengikat
antar poer. Adapun lama proses pengerjaan pekerjaan substructure dapat dikerjakan
dalam waktu kurang lebih 3 minggu dengan pemasangan sesuai dengan titik pondasi
yang telah ditentukan.

Tahap Konstruksi Upperstructure


Pekerjaan upperstructure dapat dikerjakan setelah pekerjaan substructure selesai.
Tahap ini merupakan tahap pengerjaan bagian badan bangunan hingga atap bangunan,
seperti pekerjaan kolom dan balok, plat lantai, atap dan dak beton.
Kolom yang digunakan pada bangunan Terminal Cicaheum berukuran 60x60cm.
Pekerjaan dimulai dengan pemasangan bekisting dan perangkaian tulangan kolom yang
tersambung pada poer di bagian substurcture. Setelah semua terpasang, dapat dilakukan
pengecoran pada bagian kolom tersebut. Setelah kolom selesai, dapat dilanjutkana
dengan pekerjaan pembalokan. Ukuran balok yang digunakan adalah 50x70cm untuk
balok induk dan 35x50cm untuk balok anak. Pekerjaan dimulai dengan pemasnagan
bekisting dan perangkaian tulangan untuk balok. Setelah semua terpasang, dapat
dilanjutkan dengan proses pengecoran pada balok tersebut.

Gambar 5.8 isometri struktur Gambar 5.9 persiapan pengecoran


(sumber: dokumen pribadi kerja praktek TGK,2017)

84
Pekerjaan plat lantai dapat dikerjakan setelah pekerjaan kolom dan balok selesai.
Tebal plat lantai yang digunakan adalah 12cm cor setempat. Proses pengerjaan dimulai
dari pemasangan bekisting dan perangkaian tulangan untuk plat lantai. Setelah semua
terpaasng dapat dilanjutkan dengan proses pengecoran untuk plat lantai tersebut.
Pengerjaan plat lantai dibagi menjadi beberapa segmen. Tujuannya agar memudahkan
proses pengerjaan dan pengawasan kualitas beton plat lantai.
Setelah pekerjaan pemasangan kolom, balok dan plat lantai selesai. Pekerjaan
dilanjutkan dengan pemasangan atap bangunan. Rangka atap yang digunakan pada
teminal Cicaheum adalah flat truss dengan menggunakan rangka baja pipa diameter
7cm dangan bahan penutup atap zinc-alumunium. Adapun pertimbangan penggunaan
rangka baja pipa karena pada area tertentu seperti pada area pasar, rangka atap diekspos,
sehingga bentuk baja pipa lebih menarik sebagai elemen estetika struktur.
Proses pemasangan dikerjakan menggunakan mobile crane dengan pertimbangan
ketinggian lantai bangunan hanya 2-3 lantai. Proses pengerjaan dimulai dari
perangkaian truss atap di lokasi yang telah disediakan di site. Sambungan untuk baja
pipa dapat diselesaikan dengan pengelasan. Setelah rangkaian truss selesai sesuai
dengan rencana, atap truss diangkat menggunakan mobile crane, ditempatkan di bagian
yang akan diberi atap. Truss kemudian diberi pengkaku berupa ikatan angin dan
disambungkan ke kolom menggunakan sambungan plat baja dengan ketebalan 1 cm,
dilas dan dibaut.

Tahap Pekerjaan Utilitas


Pekerjaan utilitas dapat dilakukan bersamaan dengan pekerjaan struktural. Pada
tahap ini akan dilakukan pemasangan instalasi mekanikal/plimbing berupa pemasangan
pipa air bersih, air kotor, dan talang air hujan, perangkat proteksi kebakaran, hingga
transportasi vertikal berupa lift dan eskalator. Selain instalasi mekanikal/plumbing,
dipasang juga instalasi elektrikal berupa jaringan listrik, tata suara/speaker, telepon dan
kebutuhan elektrikal lainnya.
Pada area terminal, penggunaan ac hanya digunakan pada area kantor pada lantai
3 menggunakan sistem split (1 Indoor unit dan 1 outdoor unit) sebanyak 8 unit AC.

85
Sedangkan untuk instalasi penangkal petir menggunakan jenis faraday dengan batang
pendenk yang dipasang mengikuti bentuk bangunan dan memproteksi seluruh bagian
bangunan.

Gambar 5.10 pemasangan instalasi utilitas

Tahap Pekerjaan Finishing


Tahap ini dapat dikerjakan setelah pekerjaan struktural selesai. Pekerjaan finishing
meliputi; pemasangan dinding, pintu, jendela, plafon, lantai, pengecatan, pemasangan
perangkat lift, pembersihan site dari komponen proyek hingga penataan landscape dan
kolam.
Fasad vertical garden dipasang pada tahap ini. Dengan proses pengerjaan dimulai
dari pemasangan rangka baja hollow pada fasad bangunan, pemasangan planting cells
seta media tanam, penanaman tanaman rambat dan pemasangan instalasi air untuk
proses maintenance. Sedangkan untuk didalam bangunan adalah penyelesaian area
innercourt dengan media tanam berupa lapisan tanah, pasir dan kerikil.

86
DAFTAR PUSTAKA
1. https://kbbi.web.id/rancang-2, diakses pada tanggal 10 Agustus 2018 pukul 01.04
2. Chiara, J. D. & Crosbie , M. J., 2001. Time Saver Standart For Building Types. 4th
penyunt. Singapore: McGraw - Hill Book Co. hlm.119
3. International Council of Shopping center (ICSC) tahun 2013
4. Situs online Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2012
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan Dan
Pembinaan Pasar Tradisional Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern
6. Rubeinstein, H. M., 1978. Central City Mall. New York: A Willey Inter Sience
Publication. Hlm 5-6
7. http://e-journal.uajy.ac.id/11419/4/TA142823.pdf, diakses pada tanggal 10 Agustus 2018
pukul 21.49
8. https://www.e-architect.co.uk/england/stoke-bus-station-building, diakses pada tanggal
27 Maret 2018 pukul 9.45
9. Gunawan, E. (2011). Reaktualisasi Ragam Art Deco Dalam Arsitektur Kontemporer.
Manado: Universitas Sam Ratulangi
10. http://e-journal.uajy.ac.id/11419/4/TA142823.pdf, diakses pada tanggal 10 Agustus 2018
pukul 21.49

Anda mungkin juga menyukai