Anda di halaman 1dari 183

LAPORAN TUGAS AKHIR

TAMAN TEKNOLOGI TEMBAKAU DELI DI DELI SERDANG


“TEMA : ARSITEKTUR FUTURISTIK”

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik dalam Program Studi Teknik Arsitektur
pada Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan
Institut Teknologi Medan

Disusun Oleh :

Muhammad Fachri Bin Zahari


14104072

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN
September 2018
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Taman Teknologi Tembakau Deli di Deli
Serdang dengan tema Arsitektur Futuristik
Nama Mahasiswa : Muhammad Fachri Bin Zahari
Nomor Induk : 14 104 072
Program Studi : Teknik Arsitektur

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Indra Kesuma Hadi, MT. Ir. Husni Thamrin, M.Sc.


NIDN. 0106076401 NIDN. 0108016401

Mengetahui,

Ketua Jurusan Koordinator


Teknik Arsitektur Tugas Akhir

Ir. Husni Thamrin, M.Sc. Ir. Hibnul Walid, MT.


NIDN. 0108016401 NIDN. 0117055801
Telah diuji pada
Tanggal : 5 Oktober 2018

Dinyatakan telah berhasil dipertahankan dihadapan Tim Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar sarjana
Teknik pada Jurusan / Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, Institut Teknologi Medan.

Panitia Sidang Tugas Akhir


Ketua Sidang : Ir. Husni Thamrin, M.Sc.
Sekretaris Sidang : Meyga Fitri Handayani, ST.,MT.
Penguji : 1. Dr. Cut Nuraini, ST., MT.
2. Ir. Suprayetno, MT.
3. Muhammad Amin, ST.,MT.

Tim Penguji Tugas Akhir Tanda Tangan Penguji

1. Dr. Cut Nuraini, ST.,MT.


NIDN. 0111047401

2. Ir. Suprayetno, MT.


NIDN. 01090666001

3. Muhammad Amin, ST., MT.


NIDN. 0106017601

Medan, 5 Oktober 2018


Ketua Jurusan Koordinator
Teknik Arsitektur Tugas Akhir
Institut Teknologi Medan Institut Teknologi Medan

Ir. Husni Thamrin, M.Sc. Ir. Hibnul Walid, MT.


NIDN. 0108016401 NIDN. 0117055801
ABSTRAK
Perancangan ini dilandaskan oleh kebutuhan akan sarana pendidikan dan
wahana bermain yang mampu mengembangkan potensi suatu keunggulan di
daerah Deli Serdang. Tembakau Deli sebagai salah satu tanaman khas daerah ini
dipilih sebagai keunggulan yang dikembangkan kedalam suatu sarana pendidikan
berbasis pengembangan teknologi dan wahana bermain untuk mendorong roda
perekonomian masyarakat di Deli Serdang. Berbagai fasilitas disediakan untuk
kebutuhan pengembangan potensi Tembakau Deli sebagai komoditi unggul yang
dikembangkan dengan basis teknologi. Aplikasi perancangan ini mengadopsi
tema futuristik untuk memberikan citra masa depan yang berkaitan dengan
teknologi yang mampu mengakomodir kebutuhan masyarakat saat ini dan
kedepannya. Dimulai dari mengenali, memahami, dan mengeksplorasi
perancangan ini, diharapkan masyarakat Deli Serdang mampu berkarya dan
menjadikan Tembakau Deli sebagai potensi terbarukan kedepannya.

Kata Kunci : Potensi, Teknologi, Tembakau Deli


ABSTRACT
This design was created base on requirement of education facilities and
entertainment park that can evolve potention of a primacy at Deli Serdang
Regency. Tobacco Deli as one of endemic plantation in this area was choosen to
be a primacy that will be develop in an education facility base on technology
evolvement and entertainment park to drive the economy sector of Deli Serdang
peoples. Many facility will be prepare for evolve requirement of Tobacco Deli as
primacy commodity that will be develop base on technology. This design
application is adopt futuristic theme to gift a future perspective that will be
related with technology which is can accommodate todays people needs and the
future needs. Start with identify, after that figure it out and do some exploration in
this design, people of Deli Serdang will be expected can effort and make Tobacco
Deli as the renewable potention in the future.

Keyword : Potention, Technology, Tobacco Deli


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan berkah rahmat dan karunianya yaitu berupa ide dan ilham kepada
saya sehingga dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini, dengan judul
“TAMAN TEKNOLOGI TEMBAKAU DELI DI DELI SERDANG, DENGAN
TEMA ARSITEKTUR FUTURISTIK”. Laporan tugas akhir ini ditulis sesuai
dengan matrikulasi program pendidikan pada Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Medan, sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknik dalam program studi Teknik Arsitektur. Selama
penyusunan laporan ini, saya banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik
dalam penyusunan laporan maupun perancangannya. Untuk itu disini saya
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan dan semangat
kepada saya sehingga dapat menyelesaikan laporan ini.
2. Bapak (alm) Ir. Musani, MT selaku ketua jurusan Teknik Arsitektur
Institut Teknologi Medan periode 2014-2018.
3. Bapak Ir. Hibnul Walid, MT. selaku koordinator tugas akhir jurusan
Teknik Arsitektur Institut Teknologi Medan.
4. Bapak Ir. Indra Kesuma Hadi, MT. selaku dosen Pembimbing I
5. Bapak Ir. Husni Thamrin, M.Sc. selaku dosen Pembimbing II dan Ketua
jurusan Teknik Arsitektur ITM periode 2018 - 2019.
6. Ibu Dr. Cut Nuraini, ST.,MT., Bapak Ir. Suprayetno, MT., Bapak
Muhammad Amin, ST., MT. selaku dosen penguji saya.
7. Ibu Meyga Fitri Handayani, ST., MT. selaku sekretaris sidang meja hijau
saya dan koordinator tugas akhir jurusan Teknik Arsitektur ITM periode
2014-2018.
8. Bapak / Ibu dosen Teknik Arsitektur ITM yang telah memberi masukan
dan pandangan kepada saya dalam menyusun laporan tugas akhir ini.
9. Serta semua pihak yang telah membantu saya dalam proses penyusunan
laporan tugas akhir ini.
i
Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini saya telah berusaha semaksimal
mungkin, sebagai mahasiswa saya menyadari bahwa laporan ini masih memiliki
kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat saya
harapkan untuk penyusunan laporan yang lebih baik kedepannya.

Demikianlah pengantar ini saya sampaikan, saya berharap laporan tugas akhir
ini dapat menjadi suatu bacaan yang menarik dan bermanfaat bagi para pembaca
kedepan nantinya.

Medan, September , 2018


Penulis

Muhammad Fachri Bin Zahari

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vii
DAFTAR SKEMA .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah Perancangan..................................................................... 4
1.3. Tujuan Perancangan ....................................................................................... 5
1.4. Batasan Proyek ............................................................................................... 5
1.5. Metode Perencanaan dan Perancangan .......................................................... 5
1.6. Sistematika Laporan ....................................................................................... 6
1.7. Kerangka Fikir Perancangan .......................................................................... 8

BAB II. DESKRIPSI PROYEK............................................................................ 9


2.1. Pengertian Taman Teknologi ......................................................................... 9
2.1.1. Klasifikasi Taman Teknologi ............................................................ 11
2.1.2. Karakteristik Taman Teknologi ......................................................... 12
2.1.3. Garis Besar Pengembangan Taman Teknologi ................................. 13
2.1.4. Program Pengembangan khusus (unsur tematik) pada Taman
Teknologi ........................................................................................... 13
2.2. Standar Perancangan ...................................................................................... 14
2.2.1. Peraturan Perancangan Taman Teknologi ......................................... 14
2.2.2. Kebutuhan Ruang Pada Taman Teknologi ........................................ 16
2.3. Program Kegiatan ........................................................................................... 16
2.3.1. Kegiatan Utama.................................................................................. 17
2.3.2. Kegiatan Pendukung .......................................................................... 17
2.3.3. Kegiatan Pendamping ........................................................................ 17
2.4. Fasilitas .......................................................................................................... 18
2.4.1. Fasilitas bagi Pengunjung ................................................................. 18
2.4.2. Fasilitas bagi Pekerja Tetap .............................................................. 18
2.4.3. Fasilitas bagi Pekerja Tidak Tetak .................................................... 18
2.5. Studi Banding Proyek Sejenis ........................................................................ 19
2.5.1. Oil Palm Science Techno Park (OPSTP) Medan .............................. 20
2.5.2. Bandung Techno Park (BTP) Bandung ............................................. 22
2.5.3. Taman Pintar Yogyakarta (TPY) Yogyakarta ................................... 24
2.6. Pemilihan Lokasi............................................................................................ 26
2.6.1. Tinjauan Umum Lokasi ..................................................................... 26
2.6.2. Kriteria Pemilihan Lokasi.................................................................. 31
2.6.3. Tapak Perancangan I ......................................................................... 32
2.6.4. Tapak Perancangan II ........................................................................ 33

iii
BAB III STUDI TEMA ARSITEKTUR FUTURISTIK
DAN TEORI ARSITEKTUR ............................................................................... 34
3.1. Pengertian Tema ........................................................................................... 34
3.2. Interpretasi Tema .......................................................................................... 36
3.3. Studi Banding Tema Sejenis ......................................................................... 38
3.3.1. Kresge Auditorium, Massachusets, Amerika Serikat .......................... 38
3.3.2. Ingalls Skating Ring, Connecticut, Amerika Serikat ........................... 40
3.3.3. Kesimpulan Studi Banding Tema Sejenis ........................................... 42
3.4. Teori – Teori Arsitektur ................................................................................ 44
3.4.1. Analogi Linguistik ............................................................................... 44
3.4.2. Arsitektur Komersial ........................................................................... 45
3.4.3. Arsitektur Lansekap............................................................................. 46

BAB IV ANALISA PERANCANGAN


TAMAN TEKNOLOGI TEMBAKAU DELI ...................................................... 51
4.1. Analisa Tapak Dan Kondisi Lingkungan ....................................................... 51
4.1.1. Analisa Tapak Terpilih ........................................................................ 51
4.1.2. Analisa Kondisi Eksisting Tapak ........................................................ 52
4.1.3. Analisa KDB dan Batas Tapak ............................................................ 54
A. KDB Pada Tapak ............................................................................ 54
B. Batas Pada Tapak ........................................................................... 55
4.1.4. Analisa GSB Pada Tapak .................................................................... 56
4.1.5. Analisa KLB Pada Tapak .................................................................... 57
4.1.6. Analisa Pencapaian Pada Tapak .......................................................... 58
4.1.7. Analisa Entrance Pada Tapak .............................................................. 60
4.1.8. Analisa Sirkulasi Pada Tapak .............................................................. 61
4.1.9. Analisa View Pada Tapak ................................................................... 62
A. Dari Luar Tapak Ke Dalam Tapak ................................................. 62
B. Dari Dalam Tapak Ke Luar Tapak ................................................. 63
4.1.10. Analisa Parkir Pada Tapak ................................................................ 64
A. Kapasitas Parkir ............................................................................. 64
B. Posisi Parkir.................................................................................... 65
4.1.11. Analisa Lansekap Pada Tapak ........................................................... 67
A. Soft Material................................................................................... 67
B. Hard Material ................................................................................. 68
4.1.12. Analisa Drainase Pada Tapak ............................................................ 70
4.1.13. Analisa Kebisingan Pada Tapak ........................................................ 71
4.1.14. Analisa Utilitas Pada Tapak .............................................................. 72
4.1.15. Analisa Iklim Pada Tapak.................................................................. 74
A. Analisa Hujan ................................................................................. 74
B. Analisa Angin ................................................................................. 76
C. Analisa Matahari ............................................................................ 77
4.1.16. Analisa Zoning Pada Tapak ............................................................... 80
4.2. Analisa Bangunan .......................................................................................... 81
4.2.1. Analisa Jumlah Pengguna Bangunan .................................................. 81
4.2.2. Analisa Aktifitas Pengguna Bangunan ................................................ 83

iv
4.2.3. Analisa Kebutuhan Ruang Pada Bangunan ......................................... 84
4.2.4. Analisa Sirkulasi Pengguna Pada Bangunan ....................................... 86
A. Sirkulasi Pengunjung ..................................................................... 86
B. Sirkulasi Pekerja Tetap ................................................................... 87
C. Sirkulasi Pekerja Tidak Tetap ........................................................ 88
4.2.5. Analisa Hubungan Ruang Pada Bangunan .......................................... 88
4.2.6. Analisa Besaran Ruang Pada Bangunan .............................................. 89
A. Kegiatan Utama .............................................................................. 89
B. Kegiatan Pendukung....................................................................... 91
C. Kegiatan Pendamping .................................................................... 91
D. Kegiatan Pelayanan ........................................................................ 92
4.2.7. Analisa Massa Bangunan .................................................................... 93
4.2.8. Analisa Bentuk Bangunan ................................................................... 93
4.2.9. Analisa Struktur Bangunan.................................................................. 95
A. Struktur Bawah / Pondasi ............................................................... 95
B. Dinding ........................................................................................... 96
C. Atap ................................................................................................ 97
4.2.10. Analisa Sirkulasi Vertikal Pada Bangunan........................................ 98
4.2.11. Analisa Transportasi Pada Bangunan ................................................ 99
4.2.12. Analisa Utilitas Pada Bangunan ...................................................... 100
A. Analisa Sistem Listrik .................................................................. 100
B. Analisa Sistem Air Bersih ............................................................ 101
C. Analisa Sistem Air Kotor ............................................................. 103
D. Analisa Sistem Pencahayaan ........................................................ 104
E. Analisa Sistem Penghawaan ......................................................... 106
F. Analisa Sistem Pemadam Kebakaran ........................................... 107
G. Analisa Sistem Penangkal Petir ................................................... 110

BAB V KONSEP PERANCANGAN ................................................................. 111


5.1. Konsep Tapak Terpilih ................................................................................ 111
5.1.1. Konsep Pemanfaatan Eksisting Tapak .............................................. 111
5.1.2. Konsep KDB Dan Batasan Tapak ..................................................... 112
5.1.3. Konsep GSB Pada Tapak .................................................................. 114
5.1.4. Konsep KLB Pada Tapak .................................................................. 115
5.1.5. Konsep Pencapaian Pada Tapak ........................................................ 116
5.1.6. Konsep Entrance Pada Tapak ............................................................ 117
5.1.7. Konsep Sirkulasi Pada Tapak ............................................................ 118
5.1.8. Konsep View Pada Tapak ................................................................. 119
5.1.9. Konsep Parkir Pada Tapak ................................................................ 121
5.1.10. Konsep Lansekap Pada Tapak ......................................................... 122
A. Soft Material................................................................................. 122
B. Hard Material ............................................................................... 123
5.1.11. Konsep Drainase Pada Tapak .......................................................... 124
5.1.12. Konsep Kenyamanan Kebisingan Pada Tapak ................................ 125
5.1.13. Konsep Utilitas Pada Tapak ............................................................ 126
5.1.14. Konsep Responsif Iklim Pada Tapak .............................................. 127

v
5.1.15. Konsep Blokplan ............................................................................. 128
5.2. Konsep Bangunan ........................................................................................ 129
5.2.1. Konsep Aktifitas Pengguna Bangunan .............................................. 129
5.2.2. Konsep Kebutuhan Ruang Pada Bangunan ....................................... 130
5.2.3. Konsep Sirkulasi Pengguna Bangunan .............................................. 131
5.2.4. Konsep Hubungan Ruang Pada Bangunan ........................................ 132
5.2.5. Konsep Besaran Ruang Pada Bangunan............................................ 133
5.2.6. Konsep Masa Bangunan .................................................................... 135
5.2.7. Konsep Bentuk Bangunan ................................................................. 136
5.2.8. Konsep Struktur Bangunan................................................................ 137
5.2.9. Konsep Sirkulasi Vertikal Pada Bangunan........................................ 138
5.2.10. Konsep Transportasi Pada Bangunan .............................................. 139
5.2.11. Konsep Utilitas Pada Bangunan ...................................................... 140

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 145

LAMPIRAN ........................................................................................................ 147

vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Karakteristik Taman Teknologi ....................................................... 12
Gambar 2.2. Garis Besar Model Pengembangan Taman Teknologi ..................... 13
Gambar 2.3. Oil Palm Science Techno Park di Medan......................................... 20
Gambar 2.4. Sarana Rekreasi di OPSTP Medan ................................................... 21
Gambar 2.5. Bandung Techno Park ...................................................................... 23
Gambar 2.6. Bagian Interior Bandung Techno Park ............................................. 23
Gambar 2.7. Taman Pintar Yogyakarta................................................................. 24
Gambar 2.8. Sarana Rekreasi Taman Pintar Yogyakarta ...................................... 25
Gambar 2.9. Peta Makro Lokasi Perancangan ...................................................... 27
Gambar 2.10. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Deli Serdang ...................... 30
Gambar 2.11. Peta Mikro Alternatif Tapak 1 ....................................................... 32
Gambar 2.12. Peta Mikro Alternatif Tapak 2 ....................................................... 33
Gambar 3.1. Kresge Auditorium ........................................................................... 38
Gambar 3.2. Ingalls Skating Ring ......................................................................... 40
Gambar 4.1. Peta Eksisting Tapak Perancangan ................................................... 52
Gambar 4.2. Kondisi Eksisting Tapak .................................................................. 53
Gambar 4.3. Analisa 1 KDB Tapak ...................................................................... 54
Gambar 4.4. Analisa 2 KDB Tapak ...................................................................... 54
Gambar 4.5. Analisa Batas Pada Tapak ................................................................ 55
Gambar 4.6. GSB Pada Tapak .............................................................................. 56
Gambar 4.7. Analisa 1 KLB Tapak ....................................................................... 57
Gambar 4.8. Analisa 2 KLB Tapak ....................................................................... 57
Gambar 4.9. Analisa Pencapaian Pada Tapak ....................................................... 58
Gambar 4.10. Pola Pencapaian Langsung ............................................................. 59
Gambar 4.11. Pola Pencapaian Tersamar ............................................................. 59
Gambar 4.12. Pola Pencapaian Berputar .............................................................. 59
Gambar 4.13. Alternatif 1 Entrance Pada Tapak .................................................. 60
Gambar 4.14. Alternatif 2 Entrance Pada Tapak .................................................. 60
Gambar 4.15. Pola Sirkulasi 1 .............................................................................. 61
Gambar 4.16. Pola Sirkulasi 2 .............................................................................. 61
Gambar 4.17. Pola Sirkulasi 3 .............................................................................. 61
Gambar 4.18. Pola Sirkulasi 4 .............................................................................. 61
Gambar 4.19. View Dari Dalam Ke Luar Tapak .................................................. 62
Gambar 4.20. View Dari Luar Ke Dalam Tapak .................................................. 63
Gambar 4.21. Pola Parkir 1 ................................................................................... 65
Gambar 4.22. Pola Parkir 2 ................................................................................... 65
Gambar 4.23. Pola Parkir 3 ................................................................................... 65
Gambar 4.24. Tempat Parkir 1 .............................................................................. 66
Gambar 4.25. Tempat Parkir 2 .............................................................................. 66
Gambar 4.26. Tempat Parkir 3 .............................................................................. 66
Gambar 4.27. Alternatif 1 Penempatan Material Lunak Pada Lansekap .............. 67
Gambar 4.28. Alternatif 2 Penempatan Material Lunak Pada Lansekap .............. 68
Gambar 4.29. Alternatif 1 Drainase ...................................................................... 70
Gambar 4.30. Alternatif 2 Drainase ...................................................................... 71
Gambar 4.31. Analisa Kebisingan Pada Tapak ..................................................... 71
vii
Gambar 4.32. Alternatif 1 Analisa Kebisingan ..................................................... 72
Gambar 4.33. Alternatif 2 Analisa Kebisingan ..................................................... 72
Gambar 4.34. Analisa Hujan Pada Tapak ............................................................. 74
Gambar 4.35. Alternatif 1 Analisa Hujan ............................................................. 74
Gambar 4.36. Alternatif 2 Analisa Hujan ............................................................. 75
Gambar 4.37. Alternatif 3 Analisa Hujan ............................................................. 75
Gambar 4.38. Analisa Arah Angin Pada Tapak .................................................... 76
Gambar 4.39. Alternatif 1 Analisa Angin ............................................................. 76
Gambar 4.40. Alternatif 2 Analisa Angin ............................................................. 77
Gambar 4.41. Analisa Orientasi Matahari Pada Tapak ......................................... 77
Gambar 4.42. Alternatif 1 Analisa Matahari......................................................... 78
Gambar 4.43. Alternatif 2 Analisa Matahari......................................................... 78
Gambar 4.44. Alternatif 3 Analisa Matahari......................................................... 79
Gambar 4.45. Alternatif 1 Zoning Tapak .............................................................. 80
Gambar 4.46. Alternatif 2 Zoning Tapak .............................................................. 80
Gambar 4.47. Analisa Sirkulasi Pengunjung ........................................................ 87
Gambar 4.48. Analisa Sirkulasi Pekerja Tetap ..................................................... 87
Gambar 4.49. Analisa Sirkulasi Pekerja Tidak Tetap ........................................... 88
Gambar 4.50. Massa Bangunan Tunggal .............................................................. 93
Gambar 4.51. Massa Bangunan Banyak ............................................................... 93
Gambar 4.52. Gubahan Massa 1 ........................................................................... 94
Gambar 4.53. Gubahan Massa 2 ........................................................................... 94
Gambar 4.54. Gubahan Massa 3 ........................................................................... 94
Gambar 4.55. Pondasi Tiang Pancang .................................................................. 95
Gambar 4.56. Pondasi Tapak ................................................................................ 95
Gambar 4.57. Pasangan Bata ................................................................................ 96
Gambar 4.58. Material Kaca ................................................................................. 96
Gambar 4.59. Material Akustik............................................................................. 97
Gambar 4.60. Atap Datar ...................................................................................... 97
Gambar 4.61. Atap Miring .................................................................................... 98
Gambar 4.62. Atap Lengkung ............................................................................... 98
Gambar 4.63. Tangga ............................................................................................ 98
Gambar 4.64. Ramp .............................................................................................. 99
Gambar 4.65. Escalator ......................................................................................... 99
Gambar 4.66. Travelator ..................................................................................... 100
Gambar 4.67. Moving Walkways ....................................................................... 100
Gambar 4.68. Elevator ........................................................................................ 100
Gambar 5.1. Konsep Pemanfaatan Eksisting Tapak ........................................... 111
Gambar 5.2. Konsep KDB Pada Tapak .............................................................. 112
Gambar 5.3. Konsep Batas Pada Tapak .............................................................. 113
Gambar 5.4. Konsep Pemanfaatan GSB Pada Tapak ......................................... 114
Gambar 5.5. Konsep KLB Pada Tapak ............................................................... 115
Gambar 5.6. Konsep Pencapaian Pada Tapak..................................................... 116
Gambar 5.7. Konsep Entrance Pada Tapak......................................................... 117
Gambar 5.8. Konsep Sirkulasi Pada Tapak......................................................... 118
Gambar 5.9. Konsep View Dari Dalam Ke Luar Tapak ..................................... 119
viii
Gambar 5.10. Konsep View Dari Luar Ke Dalam Tapak ....................................120
Gambar 5.11. Konsep Parkir Pada Tapak ............................................................121
Gambar 5.12. Konsep Soft Material Landscape Pada Tapak ..............................122
Gambar 5.13. Konsep Hard Material Landscape Pada Tapak ............................123
Gambar 5.14. Konsep Drainase Pada Tapak........................................................124
Gambar 5.15. Konsep Kenyamanan Kebisingan Pada Tapak .............................125
Gambar 5.16. Konsep Utilitas Pada Tapak ..........................................................126
Gambar 5.17. Konsep Respon Iklim Pada Tapak ................................................127
Gambar 5.18. Konsep Blockplan Pada Tapak .....................................................128
Gambar 5.19. Konsep Aktifitas Pada Bangunan .................................................129
Gambar 5.20. Konsep Kebutuhan Ruang Pada Bangunan...................................130
Gambar 5.21. Konsep Sirkulasi Pada Bangunan .................................................131
Gambar 5.22. Konsep Hubungan Ruang Pada Bangunan ...................................132
Gambar 5.23. Konsep Massa Bangunan ..............................................................135
Gambar 5.24. Konsep Bentuk Bangunan .............................................................136
Gambar 5.25. Konsep Struktur Pada Bangunan ..................................................137
Gambar 5.26. Konsep Sirkulasi Vertikal Pada Bangunan ...................................138
Gambar 5.27. Konsep Transportasi Pada Bangunan ...........................................139
Gambar 5.28. Konsep Pencegahan Kebakaran Pasif I .........................................142
Gambar 5.29. Konsep Pencegahan Kebakaran Pasif I .........................................143
Gambar 5.30. Konsep Pencegahan Kebakaran Aktif...........................................143
Gambar 5.31. Konsep Penangkal Petir Pada Bangunan ......................................144

DAFTAR SKEMA
Skema 1.1. Kerangka Penilitian ............................................................................ 7
Skema 4.1. Analisa Sistem Supply Air Bersih Ke Dalam Bangunan ..................102
Skema 4.2. Sistem Deteksi Awal Bahaya Kebakaran ..........................................108
Skema 5.1. Konsep Sistem Listrik .......................................................................140
Skema 5.2. Konsep Air Bersih .............................................................................140
Skema 5.3. Konsep Air Kotor Cair ......................................................................141
Skema 5.4. Konsep Air Kotor Padat ....................................................................141
Skema 5.5. Konsep Pencahayaan Bangunan .......................................................141
Skema 5.6. Konsep Penghawaan Bangunan ........................................................142

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Hasil Studi Banding Oil Palm Science Techno Park ........................... 21
Tabel 2.2. Hasil Studi Banding Bandung Techno Park ........................................ 23
Tabel 2.3. Hasil Studi Banding Taman Pintar Yogyakarta ................................... 25
Tabel 2.4. Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kabupaten Deli Serdang ................ 27
Tabel 3.1. Hasil Studi Banding Tema ................................................................... 43
Tabel 4.1. Pemilihan Tapak Perancangan ............................................................. 51
Tabel 4.2. Analisa Eksisting ................................................................................. 53
Tabel 4.3. Analisa Kebutuhan Material Lunak Pada Lansekap ............................ 67
Tabel 4.4. Analisa Kebutuhan Material Keras Pada Lansekap ............................. 69
Tabel 4.5. Jumlah Penduduk Kabupaten Deli Serdang......................................... 81
Tabel 4.5. Jumlah Penduduk Kabupaten Deli Serdang Berdasarkan Kel. Umur . 82
ix
Tabel 4.7. Analisa Aktifitas Pengguna Bangunan ................................................ 83
Tabel 4.8. Analisa Kebutuhan Ruang Pengguna Bangunan ................................. 84
Tabel 4.9. Analisa Pola Hubungan Ruang Pada Bangunan .................................. 88
Tabel 4.10. Analisa Besaran Ruang Pada Kegiatan Utama .................................. 89
Tabel 4.11. Analisa Besaran Ruang Pada Kegiatan Pendukung ........................... 91
Tabel 4.12. Analisa Besaran Ruang Pada Kegiatan Pendamping ......................... 91
Tabel 4.13. Analisa Besaran Ruang Pada Kegiatan Pelayanan ............................ 92
Tabel 4.14. Analisa Massa Bangunan ................................................................... 93
Tabel 4.15. Analisa Bentuk Dasar Pada Bangunan .............................................. 94
Tabel 4.16. Analisa Struktur Bawah ..................................................................... 95
Tabel 4.17. Analisa Struktur Dinding ................................................................... 96
Tabel 4.18. Analisa Bentuk Atap .......................................................................... 97
Tabel 4.19. Analisa Sirkulasi Vertikal .................................................................. 98
Tabel 4.20. Analisa Sumber Listrik .................................................................... 101
Tabel 4.21. Sistem Pasokan Air Bersih............................................................... 102
Tabel 4.22. Sumber Cahaya ................................................................................ 104
Tabel 4.23. Intensitas Penerangan Alami ........................................................... 105
Tabel 4.24. Analisa Sistem Penghawaan ............................................................ 106
Tabel 4.25. Pencegah Kebakaran Pasif ............................................................... 107
Tabel 4.26. Pencegah Kebakaran Aktif .............................................................. 108
Tabel 4.27. Sistem Penangkal Petir .................................................................... 110
Tabel 5.1. Konsep Besaran Ruang Kegiatan Utama ........................................... 133
Tabel 5.2. Konsep Besaran Ruang Kegiatan Pendukung.................................... 133
Tabel 5.3. Konsep Besaran Ruang Kegiatan Pendamping.................................. 134
Tabel 5.4. Konsep Besaran Ruang Kegiatan Pelayanan ..................................... 134

x
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Tanaman tembakau mulai dikenal di daerah kekuasaan kesultanaan


Deli pada abad ke-19, kedatangan para saudagar Belanda menjadi salah
satu faktor mengapa tanaman tembakau dapat berkembang di tanah Deli.
Pengembangan komoditi tembakau Deli pertama kali dilakukan oleh
pengusaha asal Belanda yang bernama Jacobus Nienhuys, dibawah
perusahaan Deli Maatschappij ia mengelola perkebungan tembakau di
tanah Deli. Enam tahun setelah kedatangannya ke Sumatera Timur atau
pada tahun 1863, Jacobus berhasil melakukan percepatan pertumbuhan
komoditi Tembakau di sekitar tanah Deli. Melalui mitra bisnisnya di
Eropa, ia mampu memperkenalkan tembakau Deli kepada penikmat cerutu
di sana dan menjadikan tembakau Deli sebagai salah satu Tembakau yang
sangat digemari pada periode tersebut. (Warastri,Aufrida W.2013)
Perkembangan perkebunan tembakau Deli dibawah perusahaan
Deli Maatschappij menjadikan kawasan Deli yang saat itu dikuasai oleh
kesultanan Deli menjadi makmur. Kesultanan Deli sebagai penguasa
wilayah juga mendapatkan keuntungan cukup besar dari perkebunan
tembakau yang terus berkembang. Kegiatan ekspor tembakau Deli ini
kemudian menjadi salah satu tombak perekonomian kerajaan pada masa
itu sehingga membawa kesultanan Deli kepuncak kejayaan ekonomi
sehingga dapat membangun berbagai sarana dan prasarana yang
mendukung kerajaannya. (Lan Husny, Tengku 1978)
Kebun-kebun tembakau Deli terus berkembang, pada tahun 1873
baru terdapat 13 kebun tembakau di tanah Deli namun pada tahun 1876
sudah terdapat 40 kebun tembakau yang tersebar di tanah Deli.
Perkembangan ini juga yang memunculkan beberapa perusahaan
pengelola tembakau Deli yang baru selain Deli Maatschappij. Pengelolaan
perkebunan tembakau Deli tidak dimonopoli oleh Jacobus pada masa itu,

1
ia juga mengundang berbagai pengusaha eropa untuk membuka dan
mengelola perkebunan tembakau di Sumatera Timur saat itu. Salah satu
perusahaan yang cukup mendapatkan nama selain Deli Maatschappij pada
abad ke-19 adalah Senembah Maatschappij. (Breman, Jan 1987)
Pesona dan popularitas tanaman tembakau Deli mulai berkurang
setelah memasuki abad 20 tepatnya setelah Indonesia merdeka dan
kesultanan Deli memutuskan bergabung dengan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Hal ini menjadi suatu kekhawatiran mengingat
potensi tembakau Deli dan permintaan pasar yang masih cukup besar saat
itu, komoditi perkebunan lainnya mulai merambah lahan-lahan di tanah
Deli seperti karet, kelapa sawit dan tebu. Ann Laura Stoler (2005) dalam
bukunya Kapitalisme dan Konfrontasi di perkebunan Sumatera 1870-1979
menyatakan saat ini hanya terdapat tiga kebun milik PTPN II yang masih
membudidayakan dan menanam Tembakau Deli, yaitu kebun Helvetia,
Kebun Klumpang dan Kebun Buluh Cina. Kebun-kebun lainnya sudah
berganti menjadi kebun komoditi lain yang memiliki nilai investasi lebih
tinggi seperti kelapa sawit, tebu dan karet. Perusahaan ini mulai enggan
untuk mengolah dan membudidayakan tembakau Deli antara lain karena
minat masyarakat Indonesia yang mulai berkurang terhadap budidaya
tanaman tersebut serta beberapa faktor lainnya seperti biaya pemeliharaan
tanaman yang cukup mahal.
Salah satu alasan perusahaan perkebunan milik Negara ini masih
terus membudidayakan tembakau Deli walaupun dengan potensi kerugian
yang cukup tinggi adalah karena tanaman ini termasuk dalam tanaman
konservasi sesuai dengan amanat Undang-undang No. 8 tahun 2004
tentang perkebunan. Saat ini tiga kebun tembakau yang dikelola PTPN II
hanya menghasilkan 115,5 ton tembakau siap jual setiap panen dengan
harga jual perkilogramnya Rp550.000,- , melalui pemasukan penjualan
inilah perusahaan terus dapat mempertahankan perkebunan tembakau Deli
yang ada saat ini. Namun perusahaan tidak dapat mengekspansi

2
perkebunan karena pendapatan perusahaan yang masih defisit, karena
potensi tembakau Deli yang dihasilkan belum terserap secara baik.
Oleh karena itu komoditi tembakau Deli harus di kembangkan dari
segi pengelolaan hingga popularitas, salah satunya adalah dengan
melakukan berbagai penelitian dengan penerapan teknologi. Penerapan
teknologi ini diharapkan tidak saja dapat mengakomodir kesulitan
budidaya, tetapi juga permasalahan perawatan yang cukup mahal. Salah
satu contoh teknologi yang memudahkan seperti pemanfaatan pupuk
nitrogen dan zeolite yang responsef terhadap tanaman tembakau, agar
pertumbuhan tembakau dapat lebih baik lagi dan dapat meningkatkan
jumlah panen. (Irawan, Dedek, 2015)
Upaya lainnya adalah mempublikasikan berbagai hasil penelitian
dengan tujuan agar menarik investor untuk berinvestasi kembali pada
sektor perkebunan tembakau Deli. Proses publikasi ini juga dapat
disatukan dengan sarana pembelajaran umum mengenai tembakau Deli,
salah satu sarana pembelajaran yang paling tepat adalah pendirian Taman
Teknologi. Saat ini potensi taman Teknologi sebagai pusat pengembangan
ilmu terapan sangat berkembang, hal ini dapat dilihat pada pengembangan
Techno park di Solo yang mengembangkan potensi teknologi kenderaan di
daerah tersebut. Melalui techno park Solo kemudian mampu
memperkenalkan berbagai teknologi yang dapat menarik investor datang
untuk berinvestasi di daerah tersebut.
Mengingat telah terbitnya Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang
percepatan pembangunan 100 STP di seluruh Indonesia, maka
pembangunan Taman Teknologi di berbagai daerah sangat mungkin untuk
direalisasikan sesuai dengan potensi teknologi yang akan dikembangkan
pada masing-masing daerah. Berkaitan dengan potensi tembakau Deli di
daerah Deli Serdang, maka pembangunan taman teknologi dengan maksud
dan tujuan mengembangkan potensi dan penerapan teknologi pada
tembakau Deli sangat mampu membantu permasalahan yang terdapat pada
perkebunan tembakau Deli saat ini yaitu kurangnya inovasi dan

3
pengembangan teknologi yang ditujukan untuk menjadikan tembakau Deli
sebagai komoditi unggulan di daerah Deli Serdang.
Taman teknologi dengan tema Tembakau Deli ini difokuskan
sebagai sarana publikasi dan pembelajaran mengenai tembakau Deli
berbasis edutainment (edukasi dan entertainment) dan berlandaskan
pendekatan teknologi dan ilmu agribisnis tembakau. Perancangan pada
taman teknologi ini nantinya tidak hanya terbatas sebagai wadah publikasi
dan sentra penelitian tembakau Deli, namun juga menjadi wadah
perkembangan ekonomi kecil menengah dengan pemanfaatan tembakau
Deli melalui berbagai kegiatan lokakarya yang berhilir pada pemanfaatan
penelitian dan penerapan teknologi.
Untuk mendukung pendekatan citra teknologi pada perancangan
ini digunakan tema Futuristik. Citra masa depan yang dihadirkan melalui
rancangan ini menjadi semangat untuk menghadirkan masa depan yang
lebih baik untuk perkembangan agribisnis dan teknologi tembakau Deli.
Kesan optimis juga diupayakan muncul melalui bentukan tegas yang hadir
pada perancangan, sebagai bentuk optimistis perancangan ini mampu
mengembalikan tembakau Deli menjadi komoditas unggul seperti dahulu.

1.2. Rumusan Masalah Perancangan


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan
rumusan permasalahan yang sesuai dengan proses perancangan Taman
Teknologi Tembakau Deli di Deli Serdang yaitu adalah :
- Bagaimana merancang Taman Teknologi yang dapat menjadi sarana
publikasi teknologi dan sentra penelitian tembakau Deli dengan konsep
edutainment sehingga dapat menjadi wadah stimulus perkembangan
perekonomian berbasis tembakau Deli.
- Bagaimana menginterpretasikan tema Futuristik kedalam perancangan
taman Teknologi sebagai upaya menghadirkan citra masa depan dan
optimistis untuk perkembangan teknologi penelitian tembakau Deli.

4
1.3. Tujuan Perancangan
Tujuan dari perancangan Taman Teknologi Tembakau Deli di Deli
Serdang tersebut adalah :
- Merancang Taman Teknologi yang dapat menjadi sarana publikasi
teknologi dan sentra penelitian tembakau Deli dengan konsep
edutainment sehingga dapat menjadi wadah stimulus perkembangan
perekonomian berbasis tembakau Deli.
- Menginterpretasikan tema Futuristik kedalam perancangan taman
Teknologi sebagai upaya menghadirkan citra masa depan dan
optimistis untuk perkembangan teknologi penelitian tembakau Deli.

1.4. Batasan Proyek


Batasan yang akan di terapkan pada perancangan Taman Teknologi
Deli di Deli serdang adalah :
- Fokus utama pada perancangan Taman Teknologi ini adalah
perancangan yang berbasis kepada area edutaiment tembakau Deli
berwawasan teknologi.
- Perancangan pendukung yang menjadi prioritas adalah area penelitian
tematik yang mendukung konservasi tembakau Deli.

1.5. Metode Perencanaan dan Perancangan


Pendekatan–pendekatan yang dilakukan dalam proses pengembangan
konsep dan perancangan antara lain :
1. Studi literatur yang berkaitan langsung dengan judul dan tema yang
digunakan untuk mendapatkan informasi dan bahan literatur yang sesuai
dengan materi laporan untuk memperkuat fakta secara ilmiah.
2. Studi pustaka, yaitu dengan melakukan studi perpustakaan untuk
mendapatkan data sebagai landasan teori dengan membaca literatur, buku,
tabloid, jurnal, internet dan media lain yang berhubungan dengan
perancangan Taman Teknologi.

5
3. Studi banding terhadap proyek dan tema sejenis yang mendukung proses
perencanaan dan perancangan yang diperoleh dari buku, majalah, jurnal,
internet, ataupun survei lapangan.

1.6. Sistematika Laporan


Sistematika penulisan laporan yang di lakukan untuk perancangan
taman teknologi tembakau Deli di Deli Serdang melalui beberapa tahapan ,
antara lain yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi kajian tentang latar belakang pembangunan “Taman
Teknologi Tembakau Deli” maksud dan tujuan, masalah
perancangan, manfaat perancangan, lingkup dan batasan
metode pendekatan.

BAB II DESKRIPSI PROYEK


Berisi tentang pembahasan mengenai terminologi judul,
pemilihan lokasi, deskripsi kondisi eksisting, luas lahan,
peraturan dan keistimewaan lahan, tinjauan fungsi dan studi
banding arsitektur dengan fungsi sejenis.

BAB III KAJIAN TEMA DAN TEORI ARSITEKTUR


Menjelaskan tentang pengertian tema yang diambil,
interprestasi tema, keterkaitan tema dengan judul dan studi
banding arsitektur dengan tema sejenis.

BAB IV ANALISA PERANCANGAN


Menjelaskan tentang analisa kondisi tapak dan lingkungan,
analisa fungsional, analisa teknologi, analisa dan penerapan
tema, serta kesimpulan.

BAB V KONSEP PERANCANGAN


Menjelaskan konsep penerapan hasil analisis komprehensif
yang digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah.

6
BAB VI HASIL RANCANGAN
Berisi gambar perancangan arsitektur proyek.

BAB VII KESIMPULAN


Berisi kesimpulan dari laporan perencanaan proyek.

DAFTAR PUSTAKA
Berisi daftar literatur yang berkaitan dengan pembuatan
laporan.
LAMPIRAN

Berisi lampiran-lampiran data dan gambar yang berkaitan


dengan laporan.

7
1.7. Kerangka Fikir Perancangan

LATAR BELAKANG PERANCANGAN


“Popularitas komoditi tembakau Deli kian meredup, tidak ada
pengembangan inovasi dan teknologi pada pengelolaan perkebunannya.
Maka diperlukan wadah seperti Taman Teknologi yang mampu menjadi
pusat pengembangan penelitian dan penerapan teknologi.”

PERMASALAHAN PERANCANGAN
“Bagaimana merancang Taman Teknologi yang dapat menjadi sarana
publikasi teknologi dan sentra penelitian tembakau Deli dengan konsep
edutainment.”

TUJUAN PERANCANGAN
“Merancang Taman Teknologi yang dapat menjadi sarana publikasi
teknologi dan sentra penelitian tembakau Deli dengan konsep
edutainment.”

PENGUMPULAN DATA PERANCANGAN

STUDI LITERATUR STUDI BANDING


- Standar Perancangan Techno Park - Oil Palm STP Medan FEED
- Sejarah bangunan Tembakau Deli - Bandung Techno Park BACK
- Teori Arsitektur Futuristik - Taman Pintar Yogyakarta

ANALISA PERANCANGAN
- Analisa Site : Iklim, Lingkungan, Lalu Lintas, dsb.
- Analisa Bangunan : Iklim, Akses, Sirkulasi, dsb.

KONSEP PERANCANGAN
- Konsep Site : Entrance, Tanaman, Sirkulasi, dsb.
- Konsep Bangunan : Ruang, Bentuk, Sirkulasi, dsb.

HASIL PERANCANGAN
- Gambar Kerja Taman Teknologi Tembakau Deli
- 3d bangunan Taman Teknologi Tembakau Deli
- Video Animasi Taman Teknologi Tembakau Deli

Skema 1.1. Kerangka Penelitian


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

8
BAB II
DESKRIPSI PROYEK
TAMAN TEKNOLOGI TEMBAKAU DELI DI DELI SERDANG

2.1. Pengertian Taman Teknologi

Mengacu pada perpres No. 2 Tahun 2015 tentang percepatan pembangun


100 Science Techno Park (STP) di Indonesia, secara garis besar terdapat 3
klasifikasi STP yang diklasifikasikan berdasar fungsi dan aktifitas yang akan
berlangsung di dalamnya. Adapun klasifikasinya antara lain :

1. Techno Park / Taman Teknologi


Taman Teknologi adalah sebuah tempat untuk mendukung
percepatan pertumbuhan ekonomi masyarakat level kabupaten / kota
melalui penerapan teknologi terhadap salah satu keunggulan wilayah
tersebut. Kegiatan utama yang akan dihadirkan adalah inkubasi bisnis
dan pengembangan teknologi pada potensi lokal yang ada dengan
berbagai sarana edukasi, kreasi, rekreasi dan informasi.
Dimana segala kegiatan yang berkaitan dengan Taman Teknologi
ini harus melibatkan berbagai elemen masyarakat, baik stakeholder
hingga masyarakat sekitar lokasi pembangunan. Dengan tujuan agar
taman teknologi ini dapat menjadi stimulus untuk kegiatan ekonomi
kabupaten kota yang dapat terus bergerak melalui potensi lokal yang
diangkat.

2. Science Techno Park / Taman Sains dan Teknologi


Taman Sains dan teknologi memiliki cakupan yang lebih luas
sebagai pusat riset, inkubasi bisnis dan pelayanan teknologi terapan
kepada masyarakat level provinsi. Dimana kegiatan inkubasi disini
sudah sebagai pelayanan inkubasi bukan hanya sebagai media
pengembangan, terdapat wadah yang disediakan agar para pengunjung

9
dapat mendapat dampak ekonomi melalui pembangunan taman sain
dan teknologi ini.
Tempat ini juga harus menjadi daya tarik investasi agar para
investor mau untuk berinvestasi di provinsi tersebut melalui
pengembangan potensi provinsi dan berbagai teknologi yang
ditawarkan oleh taman sains dan teknologi ini. Kegiatan yang terdapat
di tempat ini harus saling mengikat berbagai instansi dimulai dari
pengelola, stakeholder, perguruan tinggi sebagai mitra peneliti,
masyarakat sebagai mitra pengembangan, dan berbagai perusahaan
sebagai mitra investor.

3. National STP / Taman Sains dan Teknologi tingkat Nasional


Dengan skala prioritas yang lebih besar, potensi yang diangkat
untuk tempat ini juga harus berlevel nasional. Taman sains dan
teknologi tingkat nasional memiliki fungsi yang hamper sama dengan
level provinsi, namun ditempat ini penelitian dan inkubasi yang
dilakukan harus memiliki dampak kepada Negara. Nilai teknologi
yang akan dikembangkan juga harus dapat menarik investor untuk
berinvestasi di tingkat nasional.
Potensi yang dikembangkan dapat beragam, namun harus
menjadikan sebuah teknologi maju dan terbarukan untuk Negara. Hal
ini menjadikan Taman sains dan teknologi Nasional dapat
dikategorikan sebagai salah satu objek vital yang akan dikelola oleh
pengelola yang kompeten, pemerintah pusat dan berbagai mitra
termasuk kementerian riset hingga badan pembangunan nasional.

Berdasarkan penjelasan di atas, secara garis besar perancanagan Taman


Teknologi harus berfungsi sebagai pusat inkubasi bisnis melalui
pengembangan teknologi dengan potensi lokal tingkat kabupaten kota untuk
menggerakkan perekonomian masyarakat sekitarnya.

10
2.1.1. Klasifikasi Taman Teknologi

Sesuai tujuan utama yang tertera pada perpres No. 2 Tahun


2015 tentang percepatan pembangun 100 Science Techno Park
(STP) di Indonesia, maka dapat disimpulkan klasifikasi yang harus
ada di dalam taman teknologi adalah :

1. Wadah inkubasi bisnis baik dalam bentuk bangunan tunggal


maupun ruangan pendukung, dengan tujuan terdapat berbagai
kegiatan yang dapat menggerakkan perekonomian masyarakat
kabupaten / kota.
2. Inkubasi bisnis yang dijalankan harus mengembangkan potensi
lokal kabupaten kota sebagai upaya mempertahankan nilai atau
identitas lokal yang dikembangkan melalui penerapan
teknologi.
3. Kegiatan pengembangan inkubasi bisnis harus melibatkan
peneliti, oleh sebab itu diperlukan wadah penelitian di dalam
lingkungan taman teknologi.
4. Penelitian harus bernilai jual, dengan tujuan penelitian tersebut
dapat menjadi salah satu bagian dari inkubasi bisnis dan dapat
menjadi nilai jual taman teknologi kepada investor yang ingin
berinvestasi di kabupaten /kota.
5. Kegiatan inkubasi bisnis dan penelitian dapat disandingkan
melalui wahana rekreasi maupun kreasi tematik sebagai
penambah daya tarik kepada masyarakat.

Melalui klasifikasi di atas, perancangan taman teknologi


diharapkan dapat tepat sasaran dan menjadi sebuah tempat yang
berdaya guna serta memiliki fungsi untuk masyarakat di tingkat
kabupaten/kota.

11
2.1.2. Karakterisitik Taman Teknologi

Berbeda dengan laboratorium riset atau studio observasi,


taman teknologi memiliki karakteristik yang umum dan terbuka
sehingga dapat dipahami oleh masyarakat secara lebih mudah. Jika
di berbagai lembaga penelitian hanya memiliki wadah penelitian
dan wadah kajian, di taman teknologi pengunjung dapat
berinteraksi secara lintas ilmu. Hal ini bertujuan untuk menarik
minat masyarakat untuk meneliti melalui taman teknologi, dengan
skema mengamati, menikmati dan meneliti dengan tujuan dapat
mendorong perekonomian daerah. Kegiatan penelitian di dalam
Taman Teknologi harus mampu menjadi spin off dalam kolaborasi
research and development berkelanjutan untuk pengembangan
inkubasi bisnis yang dapat diterapkan langsung ke pelaku
ekonominya dalam hal ini masyarakat sekitar taman teknologi.

Gambar 2.1. Karakteristik Taman Teknologi


(Sumber : Pedoman Pembangunan STP, 2015)

12
2.1.3. Garis Besar Model Pengembangan Taman Teknologi

Pada perancangan taman Teknologi ini telah terdapat garis besar model
pengembangan yang harus diikuti, terdapat rincian layanan yang harus
dihadirkan sebagai wujud bahwa taman teknologi ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat. Untuk mendukung layanan yang dihadirkan maka dibutuhkan
fasilitas yang mengayomi layanan tersebut, berbagai ruang khusus harus
dihadirkan pada perancangan taman teknologi. Dari penyelenggaraan layanan
yang memanfaatkan fasilitas tersebut harus menghasilkan output yang sesuai
dengan garis besar model pengembangan taman teknologi.

Gambar 2.2. Garis Besar Model Pengembangan Taman Teknologi


(Sumber : Pedoman Pembangunan STP, 2015)

2.1.4. Program Pengembangan Khusus (unsur Tematik) pada


Taman Teknologi

Perlunya sebuah pengembangan khusus atau unsur tematik


pada taman teknologi antara lain adalah sebagai unsur yang
membedakann taman teknologi satu dan yang lain. Adapun unsur
tematik yang diangkat haruslah sebuah potensi yang dimiliki
kabupaten/kota atau sebuah khasanah yang ingin diangkat sesuai
dengan jatidiri maupun sejarah kabupaten/kota tersebut. Seperti
contoh Taman Teknologi Mangga di Indramayu yang akan

13
mengangkat manga sebagai unsur tematiknya karena di indramayu
terdapat potensi manga yang sangat besar.
Hal ini juga selaras dengan luaran yang diharapkan yaitu
taman teknologi dapat membantu masyarakat lokal untuk
mengembangkan bisnis melalui potensi daerah yang berlandaskan
penerapan teknologi terbarukan. Langkah awal sebelum memilih
unsur tematik adalah melakukan riset kepentingan utama mengenai
sebuah potensi yang akan diangkat dalam taman teknologi, dan
yang kedua memastikan bahwa potensi tersebut dapat menambah
nilai jual taman teknologi kedepannya.

2.2. Standar Perancangan

Sesuai dengan Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang percepatan


pembangunan 100 STP di seluruh Indonesia, terdapat 3 jenis kategori STP yaitu
Techno park / Science Park tingkat kabupaten kota, Science Techno Park tingkat
Provinsi, dan Science Techno Park Nasional. Merujuk pada judul yaitu
Perancangan Taman Teknologi Tembakau Deli di Deli Serdang, maka kategori
perancangan ini termasuk kedalam Techno park. Techno Park memiliki fungsi
sebagai pusat penerapan teknologi untuk mendorong perekonomian kabupaten
kota dengan aktifitas yaitu inkubasi bisnis dan penerapan teknologi secara
langsung kepada pelaku ekonomi. Oleh karena itu, segala kebutuhan perancangan
harus mengikuti kebutuhan aktifitas dan fungsi yang akan dijalankan sesuai
dengan kebutuhan Taman Teknologi yang tertera pada pedoman percepatan
pembangunan 100 STP di Indonesia tersebut.

2.2.1. Peraturan Perancangan Taman Teknologi

Landasan Undang-undang mengenai pentingnya


pembangunan Taman Teknologi dan STP tertera pada UUD tahun
1945 Pasal 31 ayat 5 (Amandemen) yang berbunyi “Pemerintah
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk memajukan

14
peradaban serta kesejahteraan umat manusia”. Sesuai dengan
luaran yang dihasilkan oleh taman teknologi nantinya yaitu
menghasilkan teknologi tepat guna yang memiliki nilai jual
sehingga dapat memajukan ekonomi masyarakat sekitar
(peradaban).

Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Undang


Undang No.18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,
penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
dimana pada pasal 4,14 dan 20 memiliki substansi kuat mengenai
pentingnya sebuah wadah di tingkat nasional, provinsi maupun
kabupaten / kota untuk mengembangkan potensi kreasi inovasi
berbasis potensi lokal yang dapat menambah nilai ekonomi pada
daerah tersebut.

Untuk mempercepat realisasi atas pasal 4,14 dan 20 pada


Undang Undang no. 18 tahun 2002 maka pemerintah Indonesia
melalui presiden mengeluarkan Perpres no. 2 Tahun 2015 yang
berisi pedoman percepatan pembangunan 100 STP di Indonesia.
Segala hal-hal terkait administrasi serta kebutuhan dan fungsi akan
Taman Teknologi, Taman Sains, serta STP tingkat provinsi
maupun Nasional telah tertera secara rinci pada perpres tersebut.
Sebagaimana diatur juga sistem pengelolaannya yang tidak dapat
berdiri sendiri, harus terdapat minimal 3 lembaga yang bersinergi
yaitu pemerintah daerah, perguruan tinggi setempat dan
masyarakat sekitar.

Melalui Perpres tersebut diharapkan Indonesia nantinya akan


menjadi Negara yang mengedepankan penelitian berbasis teknologi
untuk memajukan perekonomian dan memunculkan berbagai jenis
usaha baru dan pengusaha mikro kedepannya.

15
2.2.2. Kebutuhan Ruang Pada Taman Teknologi

Merujuk pada poin-poin yang telah tertera di pedoman


pembangunan STP di Indonesia, maka terdapat aktifitas inkubasi
bisnis, penelitian dan penerapan teknologi. Aktifitas ini memiliki 3
lingkup kegiatan utama yaitu :

1. Ruang Inkubasi Bisnis


2. Ruang Penerapan Langsung Teknologi
3. Ruang Penelitian dan Pengembangan

Untuk memaksimalkan kegiatan utama tersebut,


perancangan taman teknologi harus memiliki ciri-ciri ruang yang
bersifat edukatif, informatif, kreasi, dan rekreatif.

Terdapat beberapa ruang lainnya yang dibutuhkan untuk


mendukung jalannya operasional sebuah taman teknologi, terutama
yang dapat menambah kenyamanan pengunjung maupun pekerja.
Ruang-ruang yang dibutuhkan antara lain ruang fasilitas untuk
pengunjung dan pekerja, ruang pengelola, ruang servis, dan ruang
utilitas.

2.3. Program Kegiatan

Pada dasarnya pada setiap perancangan terdapat tiga kelompok kegiatan


yang akan terjadi pada rancangan tersebut yaitu, kelompok kegiatan utama,
kelompok kegiatan pendukung dan kelompok kegiatan pendamping. Kegiatan
utama merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan sebelum melakukan
perancangan, oleh karena itu pada perancangan ini kegiatan utamanya yang fokus
pada edukasi, informasi, dan kreasi akan dijadikan ukuran utama dalam
menentukan kebutuhan ruang. Kemudian terdapat kegiatan pendukung yang
menjadi aspek pelengkap kegiatan utama, kegiatan ini diharuskan bersinergi
dengan kegiatan utama. Perancangan taman teknologi memiliki beberapa kegiatan

16
pendukung seperti kegiatan pengelolaan, kegiatan servis, dan kegiatan kontrol dan
pemeliharaan.

Kegiatan pendamping pada setiap perancangan umumnya muncul karena


faktor kenyamanan yang dibutuhkan oleh penghuni rancangan nantinya. Di taman
teknologi ini, rancangan tetap memperhatikan kegiatan pendamping yang
diletakan sebagai penopang kegiatan utama dan pendukung. Adapun kegiatan
pendukung pada perancangan ini antara lain adalah kegiatan rekreasi.

2.3.1. Kegiatan Utama


Taman teknologi memiliki 3 kegiatan utama yang akan
menjadi nilai komersil pada rancangan ini, tujuan kegiatan ini
selain untuk memenuhi standar perancangan juga sebagai
karakteristik khusus yang ditonjolkan pada perancangan taman
teknologi. Adapun kelompok kegiatan utama yang akan hadir pada
perancangan ini adalah kegiatan Inkubasi Bisnis, Penerapan
Langsung teknologi, serta penelitian dan pengembangan.
2.3.2. Kegiatan Pendukung
Kegiatan pendukung merupakan salah satu pilar kegiatan
yang dapat dikategorikan sebagai kegiatan operasional pada
rancangan. Adapun kelompok kegiatan pendukung yang terdapat
pada rancangan taman teknologi adalah kegiatan pengelolaan,
kegiatan servis dan kegiatan kontrol pemeliharaan.
2.3.3. Kegiatan Pendamping
Perancangan taman teknologi memiliki kegiatan
pendamping yang bertujuan untuk memberikan kenyamanan dan
nilai tambah terhadap rancangan. Adapun kegiatan pendamping
yang terdapat pada taman teknologi yaitu kegiatan rekreasi.

17
2.4. Fasilitas
Pada perancangan taman teknologi fokus Fasilitas terbagi menjadi tiga
yaitu fasilitas untuk pengunjung, fasilitas untuk pekerja tetap dan fasilitas
untuk pekerja tidak tetap. Tujuan fasilitas ini adalah untuk memberikan
pelayanan tambahan dari rancangan yang dihasilkan, agar nantinya pengguna
rancangan dapat menikmati rancangan secara nyaman.

2.4.1. Fasilitas Bagi Pengunjung


Untuk memberikan rasa nyaman kepada pengunjung taman
teknologi, maka fasilitas yang diberikan untuk pengunjung antara
lain adalah :
- Musholla
- Ruang istirahat
- Ruang Makan dan Minum
- Wahana Permainan
- ATM Center
- Perpustakaan

2.4.2. Fasilitas Bagi Pekerja Tetap


Agar pekerja tetap dapat bekerja maksimal, maka harus
dihadirkan fasilitas bagi pekerja tetap dengan akses terbatas hanya
bagi pekerja tetap yaitu jajaran direksi, staff dan karyawan.
Fasilitas yang harus dihadirkan antara lain :
- Musholla
- Pantry
- Ruang Rapat
- Klinik Kesehatan

2.4.3. Fasilitas Bagi Pekerja Tidak Tetap


Pada taman teknologi terdapat pekerja tetap dan pekerja tidak tetap
yang akan mengisi ruang kantor bersama dan ruang penelitian,

18
dimana rata-rata pekerja tidak tetap ini datang untuk memanfaatkan
taman teknologi sebagai sarana untuk mengembangkan inovasi
serta perusahaan perintis miliknya. Adapun fasilitas yang
dibutuhkan pekerja tidak tetap antara lain :

- Musholla

- Ruang istirahat

- Ruang makan dan minum

- ruang interaksi

2.5. Studi Banding Proyek Sejenis


Untuk mendapatkan informasi mengenai perancangan sejenis yang sesuai
dengan perancangan taman teknologi, maka diperlukan studi banding proyek
sejenis dengan tujuan untuk mensinkronasikan pedoman perancangan dengan
kondisi nyata proyek sejenis yang telah terbangun. Terdapat cukup banyak
proyek sejenis yang sudah terbangun di Indonesia, dalam kasus ini dipilih
proyek yang mendekati kriteria perancangan taman teknologi tembakau Deli
yaitu Taman Teknologi / Taman Sains Teknologi yang menekankan kegiatan
pada konsentrasi inkubasi bisnis, penerapan langsung teknologi serta
penelitian dan pengembangan. Dimana poin-poin tersebut memiliki peran
penting sebagai stimulus berjalannya taman teknologi yang baik kedepan,
dengan luaran yang diharapkan taman teknologi dapat menjadi wadah dan
wahana pengembangan ekonomi dan teknologi terapan bagi masyarakat
sekitar.
Setelah melakukan observasi dan studi literatur pada beberapa science
techno park maupun techno park yang ada di Indonesia, maka dipilihlah tiga
proyek sejenis yang dinyatakan sesuai dengan kriteria perancangan taman
teknologi tembakau Deli yaitu Oil Palm Science techno park di Medan,
Bandung Techno Park di Bandung dan Taman Pintar Yogyakarta di
Yogyakarta.

19
2.5.1. Oil Palm Science Techno Park (OPSTP), Medan

Gambar 2.3. Oil Palm Science Techno Park di Medan


(Sumber : dokumen pribadi,2017)

Terletak di kota Medan STP ini sangat mudah dijangkau, hanya


berjarak 4 kilometer dari pusat kota lokasinya terbilang sangat strategis.
Konsep agrikultur menjadi pilihan tema pada STP ini, memilih tanaman
kelapa sawit sebagai unsur tematik merupakan upaya untuk mengangkat
potensi lokal di provinsi Sumatera Utara. OPSTP tidak dirancang secara
khusus menjadi sebuah wadah taman teknologi, namun dirancang melalui
pemanfaatan bangunan yang tidak terpakai di area Pusat Penelitian Kelapa
Sawit (PPKS) Medan milik kementerian pertanian. Oleh karena itu upaya
menjalankan aktifitas inkubasi bisnis, penerapan langsung teknologi serta
penelitian dan pengembangan tidak dapat dihadirkan pada satu atap,
melainkan terpisah namun terdapat dalam satu kawasan.
Kegiatan inkubasi bisnis disini hadir dalam bentuk rumah coklat, spa
herbal, shop-candle room, kaos sawit, dan istana cemilan. Pada kegiatan
penerapan langsung teknologi terdapat Museum Perkebunan Indonesia,
dimana museum ini menghadirkan berbagai info perkebunan di Indonesia
dengan kekhususan komoditi yang ada di provinsi Sumatera Utara. Museum
ini telah ada sebelum OPSTP ini diresmikan, untuk mendukung

20
operasionalnya maka museum ini digabungkan ke dalam area OPSTP
tersebut. Pusat penelitian kelapa sawit yang berada di area ini kemudian
dijadikan sarana penelitian dan pengembangan mengenai unsur tematik yang
diangkat oleh OPSTP yaitu komoditi perkebunan kelapa sawit. PPKS telah
berdiri cukup lama, sehingga cukup banyak informasi mengenai kelapa sawit
dan berbagai penelitian yang berkaitan dengan kelapa sawit di tempat ini dan
sangat membantu pengunjung yang membutuhkan informasi mengenai hal
tersebut.

Gambar 2.4. Sarana Rekreasi di Oil Palm Science Techno Park di Medan
(Sumber : dokumen pribadi,2017)

Terdapat kegiatan rekreatif yang bersifat penerapan langsung teknologi


pada OPSTP yaitu panahan pada area Lunar Archery dan kegiatan outbound
teknologi pada area taman pendidikan avros. Terdapat pusat informasi
mengenai taman teknologi ini yang dapat mendukung kegiatan penelitian dan
pengembangan yang berada pada epicentrum kawasan OPSTP ini. Untuk
mendukung kegiaan penerapan langsung teknologi juga terdapat galeri kelapa
sawit yang mendemonstrasikan berbagai pengembangan kelapa sawit.
Tabel 2.1. Hasil Studi Banding OPSTP
Hasil Studi Banding OPSTP
Inkubasi Bisnis Penerapan Langsung Penelitian dan
Teknologi Pengembangan
- Rumah Coklat - Museum Perkebunan - Pusat Penelitian Kelapa
- Spa Herbal - Galeri Kelapa Sawit Sawit
- Shop-candle Room - Lunar Archery - OPSTP Information Center
- Istana Cemilan -Taman Pendidikan dan
- Kaos Sawit outbound Avros
(Sumber : Dokumen Pribadi,2017 )

21
2.5.2. Bandung Techno Park (BTP), Bandung

Gambar 2.5. Bandung Techno Park


(Sumber : dokumen pribadi, 2017)

Lokasi Bandung Techno park terletak di komplek pendidikan


Telkom buah batu kabupaten Bandung, dimana fasilitas BTP terkoneksi
dengan Telkom University. Cikal bakal berdirinya BTP juga berasal dari
salah satu unit pelayanan teknis Telkom University (saat itu bernama Institut
Teknologi Telkom) yang dikenal dengan nama UPT telematika dan pusat
desain telekomunikasi . Seiring perkembangan unit kegiatan ini, kemudian
Telkom University menjalin kerjasama dengan kementerian perindustrian dan
pemerintah setempat untuk mengubah unit kegiatan ini menjadi wadah
pengembangan minat bakat yang berbasis teknologi dan mampu menjadi
stimulus ekonomi masyarakat sekitar dengan pendekatan kemajuan
teknologi.
Melalui kerjasama ini berdirilah Bandung Techno Park pada tahun
2011 dengan cita-citanya yaitu mengembangkan Taman Teknologi sebagai
jembatan antara Institusi pendidikan bidang ICT dan energi dengan dunia
Industri, dan visi “Menjadi motor penggerak dalam mewujudkan masyarakat
informasi Indonesia dan pendorong tumbuhnya industry ICT dan
Technopreneur di Indonesia.” Konsep edukasi, informasi, kreasi dan rekreasi
juga terdapat pada Taman teknologi ini, dengan konsen unsur tematik pada

22
pengembangan teknologi ICT maka BTP menghadirkan berbagai fasilitas
yang mengedepankan kebutuhan teknologi ICT. Adapun fasilitas inkubasi
bisnis pada BTP dihadirkan dalam bentuk Startup Corner, Techno Corner,
Entrepreneur corner dan ID-Max Center. Fasilitas inkubasi bisnis ini
ditujukan untuk mengasah kemampuan masyarakat mengenai hal yang
berkenaan dengan teknologi ICT. Kemudian BTP menghadirkan fasilitas
penerapan teknologi langsung melalui ruang E-gallery, uKIT room, Studia E-
learning, dan 3d printing workshop.

Gambar 2.6. Bagian Interior Bandung Techno Park


(Sumber : dokumen pribadi, 2017)

Untuk fasilitas penelitian dan pengembangan, taman teknologi ini


menghadirkan fasilitas AGV trainer, incinerator public workshop, Smart
Parking LAB, dan PMB center. Seluruh fasilitas yang penelitian dan
pengembangan ini merupakan wadah penelitian sekaligus wadah kreasi para
kreator teknologi ICT untuk menciptakan berbagai produk yang dapat
dikomersilkan. BTP sebagai satu-satunya taman teknologi yang berfokus
pada teknologi ICT saat ini berfokus menjadikan Indonesia sebagai Negara
yang paham dan ramah akan penggunaan ICT untuk kemudahan manusia
sehari-hari kedepan.
Tabel 2.2. Hasil Studi Banding BTP
Hasil Studi Banding OPSTP
Inkubasi Bisnis Penerapan Langsung Penelitian dan
Teknologi Pengembangan
- Startup Corner - E-Gallery BTP - AGV trainer
- Techno Corner - uKIT room - Incinerator public workshop
- Entrepreneur Corner - Studia E-Learning - Smart parking Lab
- ID max center - 3d printing workshop - PMB Centre
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2017)

23
2.5.3. Taman Pintar Yogyakarta (TPY)

Gambar 2.7. Taman Pintar Yogyakarta


(Sumber : dokumen pribadi,2017)

Menjadi salah satu pelopor taman teknologi dan sains di Indonesia,


taman pintar Yogyakarta dapat dikatakan sukses menjadi sebuah STP. Hal ini
dapat dilihat dari tingginya jumlah pengunjung dari waktu ke waktu. Lokasi
yang juga terbilang strategis yaitu di kawasan malioboro dan berdampingan
dengan benteng vredebugh menjadi salah satu faktor TPY dapat menjadi
sukses dan menjadi tujuan para pelajar maupun mahasiswa saat berkunjung
ke Yogyakarta. Konsentrasi unsur tematik yang diangkat oleh TPY adalah
keilmuan sains dasar yang ditujukan untuk memacu psikomotrik anak. Oleh
karena itu fasilitas-fasilitas yang dihadirkan sangat ramah terhadap anak-anak
kategori pelajar dan juga orang tua yang ingin berwirausaha.
Kelebihan lain dari TPY sebagai taman teknologi adalah gedung-
gedungnya yang saling terintegrasi sehingga memiliki alur pengunjung yang
sangat baik. Fasilitas inkubasi bisnis, penerapan langsung teknologi serta
penelitian dan pengembangan saling terkoneksi walaupun berada di gedung
yang berbeda. Sarana inkubasi bisnis yang dihadirkan di TPY ini antara lain
yaitu kampung kerajinan, rumah gerabah dan rumah batik. Untuk fasilitas
penerapan langsung teknologi tergabung pada gedung Kotak Oval yang
merupakan galeri ilmu pengetahuan mengenai keilmuan sains dasar.

24
Gambar 2.8. Sarana Rekreasi di Taman Pintar Yogyakarta
(Sumber : dokumen pribadi,2017)

Selain gedung kotak oval juga terdapat planetarium, tapak presiden,


serta wisata air bahari sebagai sarana penerapan langsung teknologi.
Meskipun teknologi yang diterapkan terlihat sederhana, namun fokus Taman
pintar Yogya sebagai STP yang mengembangkan psikomotorik anak melalui
ilmu teknologi sains dasar dapat dikatakan berhasil. Kemudian taman pintar
Yogya juga menghadirkan sarana penelitian dan pengembangan berupa
perpustakaan, pusat komunikasi dan PAUD barat timur. Tetap berfokus pada
teknologi yang mampu mengembangkan psikomotorik anak melalui
keilmuan sains dasar, taman pintar Yogya menjadikan sarana penelitian dan
pengembangan ini sebagai wahana bagi pengunjung terutama anak-anak
untuk mengasah psikomotorik mereka.

Tabel 2.3. Hasil Studi Banding TPY


Hasil Studi Banding OPSTP
Inkubasi Bisnis Penerapan Langsung Penelitian dan
Teknologi Pengembangan
- Kampung kerajinan - Gedung Kotak Oval - Perpustakaan
- Rumah gerabah - Planetarium - Pusat Komunikasi
- Rumah Batik - Tapak Presiden - PAUD barat timur
- Wisata Air Bahari
(Sumber : Dokumen Pribadi,2017 )

25
2.6. Pemilihan Lokasi
Sebelum menentukan tapak yang akan dipilih, dalam suatu perancangan
selalu meninjau terlebih dahulu lokasi tapak secara makro dan berlanjut ke
mikro. Tujuannya adalah agar dalam proses seleksi tapak nantinya dapat
lebih mudah karena hasil pemilihan sudah mengerucut dari hasil tinjauan
makro dan mikro terhadap tapak perancangan tersebut.
2.6.1. Tinjauan Umum Lokasi
Perancangan ini akan di bangun di kabupaten Deli Serdang, yaitu
kabupaten yang berada di provinsi Sumatera Utara dan juga menjadi
salah satu daerah administrasi yang menopang berbagai kegiatan di
ibukota provinsi yaitu kota Medan. Keunggulan pemilihan tapak pada
kabupaten Deli Serdang adalah aspek pencapaian yang sangat baik
menuju pusat perekonomian dan pemerintahan provinsi yang terletak di
kota Medan dan masih terdapat lahan yang luas.

Dalam perkembangannya, kabupaten ini disiapkan untuk menjadi


kota satelit yang akan menjadi wilayah akses pendukung kota Medan.
Dengan posisi longitude 98.6722° dan latitude 3.5952° menjadikan Deli
Serdang sebagai daerah Tropis dengan suhu rata-rata 28-32o Celcius.
Curah hujan di kabupaten ini berkisar antara 2.050 mm / tahun, dan
kecepatan angin 2,8mm/sec menjadikan Deli Serdang tidak terlalu terik
walaupun berada di dataran rendah. Dengan kondisi tersebut, maka Deli
Serdang memiliki potensi perkebunan yang cukup banyak salah satunya
Tembakau Deli yang sudah terkenal dan dikembang biakan sejak jaman
kolonial. Sebagai salah satu komoditi yang memiliki nilai histori di
kabupaten Deli Serdang, keberadaan Tembakau Deli saat ini telah
dilindungi melalui UU. No 8 tahun 2004 sebagai tanaman konservasi.
Nilai histori tanaman tembakau Deli juga terlihat melalui logo Pemkab
Deli Serdang, dimana terdapat lima lembar daun tembakau pada logo
tersebut dengan makna bahwa kabupaten tersebut memiliki potensi
perkebunan salah satunya tembakau.

26
Gambar 2.9. Peta Makro Lokasi Perancangan
(Sumber : Diolah dari berbagai sumber di google.com , 2018)

Kabupaten Deli serdang memiliki 22 kecamatan dengan ibukota


kabupaten yaitu kecamatan Lubuk Pakam, dimana seluruh kegiatan
administrasi pemerintahankabupaten terdapat pada kecamatan ini.
Berdasarkan RPJPD pemkab Deli Serdang 2005-2025, pemerintah
kabupaten telah membagi peruntukan pembangunan sesuai kebutuhan
geografis masing-masing kecamatan. Adapun pembagian peruntukan
fungsi yang dikembangkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.4. Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kabupaten Deli Serdang


No. Kecamatan Fungsi Yang dikembangkan
Lubuk Pakam • Pusat pemerintahan kabupaten;
• Perdagangan dan jasa;
1 • Kota transit;
• Pusat pelayanan fasilitas sosial dan umum;
• Permukiman perkotaan

27
No. Kecamatan Fungsi Yang dikembangkan
Pancur Batu • Perdagangan dan jasa regional
(pasar induk dan terminal sayur);
• TOD
2
• Pendidikan dan olah raga;
• Pariwisata;
• Perumahan dan permukiman.
• Perdagangan dan jasa lokal;
Tanjun
3 • Industri;
g
• Perumahan dan permukiman.
Moraw
a
• Perdagangan dan jasa lokal;
• Pengolahan pertanian dan perkebunan;
4 Batang Kuis • TOD
• Perumahan dan permukiman;
• Kota transit
• Perdagangan dan jasa regional;
• Pengolahan pertanian dan perikanan;
Percut Sei
5 • Perumahan dan permukiman.
Tuan
• Industri;
• Pusat pendidikan dan olah raga;
• Perdagangan dan jasa;
• Industri;
Hamparan • Kawasan konservasi (Kawasan Suaka Alam);
6
Perak • Pariwisata, dan
• Kegiatan Militer
• Perumahan dan permukiman.
• Perdagangan dan jasa lokal;
7 Sunggal • Industri;
• Perumahan dan permukiman.
• Perdagangan dan jasa regional
(pasar induk sayuran);
8 Deli Tua • TOD
• Pelayanan sosial
• Perumahan dan permukiman.
• Perdagangan dan jasa lokal;
Pagar
9 • Pengolahan pertanian dan perkebunan;
Merba
• Perumahan dan permukiman.
u
• Perdagangan dan jasa lokal;
• Pengolahan pertanian dan perkebunan;
10 Galang • TOD
• Militer
• Perumahan dan permukiman.
• Perdagangan dan jasa lokal;
• Pariwisata;
11 Sibolangit • Agropolitan
• Kawasan konservasi (Kawasan Suaka Alam)
• Perumahan dan permukiman.
Gunung • Pengolahan pertanian;
12
Meriah • Kehutanan
• Pengolahan pertanian;
13 STM Hulu • Kehutanan
• Pariwisata

28
No. Kecamatan Fungsi Yang dikembangkan
• Pengolahan pertanian dan perkebunan;
14 Kutalimbaru • Perumahan dan permukiman;
• Kehutanan
• Pengolahan pertanian;
Namo
15 • Perumahan
Ramb
• Pariwisata
e
• Pengolahan pertanian;
16 Biru-biru • Pariwisata
• Pengolahan pertanian;
17 STM Hilir
• Kehutanan
Bangun • Pengolahan pertanian dan perkebunan;
18
Purba • Perumahan dan permukiman;
• Pengolahan pertanian dan perkebunan;
• Perumahan;
19 Patumbak
• Industri;
• Perdagangan dan jasa.
• Pengolahan pertanian dan perikanan;
Labuh • RTH;
20
an Deli • Perumahan dan permukiman;
• Perdagangan dan jasa.
• Pengolahan pertanian dan perikanan;
• Transpotasi;
21 Pantai Labu
• Perdagangan dan jasa;
• Perumahan dan permukiman
• Pengolahan pertanian;
• Transpotasi;
22 Beringin
• Perdagangan dan jasa;
• Perumahan dan permukiman

(Sumber : RPJPD kabupaten Deli Serdang 2005-2025)

Merujuk kepada tabel diatas, dapat dilihat berbagai fungsi yang akan
dikembangkan pada 22 kecamatan yang ada di kabupaten Deli Serdang sesuai
rencana pembangunan jangka panjang daerah Pemerintah Kabupaten tahun 2005-
2025, wilayah-wilayah sudah dibagi sesuai dengan prioritas arah pembangunan
setiap kecamatan. Berdasarkan peruntukan fungsi yang dikembangkan dan nilai
lokasi yang dapat membantu dalam perancangan ini dalam mengedepankan fungsi
kreasi maka akan dipilih tapak pada kecamatan Hamparan Perak atau Labuhan
Deli. Pemilihan ini dilihat dari sisi prioritas pembangunan yang memiliki fungsi
pengembangan area rekreasi serta adanya nilai historis perkebunan tembakau Deli
di daerah tersebut.

29
Alternatif Lokasi Tapak
Perancangan

Gambar 2.10. Peta Rencana Pola Ruang Kab. Deli Serdang


(Sumber : RTRW Kabupaten Deli Serdang, 2011)

30
2.6.2. Kriteria Pemilihan Lokasi
Perancangan taman teknologi ini nantinya juga mempertimbangkan
nilai historis pada sejarah Tembakau Deli serta aspek pencapaian lokasi.
Untuk memudahkan penentuan tapak yang akan menjadi tapak perancangan
nantinya maka akan ditentukan poin-poin penilaian, adapun kriteria
penentuan tapak pada perancangan taman teknologi tembakau Deli di Deli
Serdang ini antara lain adalah :
 Kesesuaian Fungsi yang tertera pada RPJPD
Tapak yang dipilih nantinya harus berada pada kecamatan yang sesuai
dengan fungsi yang dikembangkan dalam RPJPD pemkab Deli
Serdang dengan fungsi pariwisata atau perdagangan dan jasa
 Pencapaian yang mudah
Tapak harus mudah dicapai baik dengan transportasi umum, pribadi
maupun pejalan kaki.
 Nilai historis Tembakau Deli
Memiliki nilai historis yang berkaitan dengan Tembakau Deli baik dari
segi sisa perkebunan, sisa gedung pengolahan atau gedung
perdagangan tembakau.
 Potensi Lingkungan yang mendukung
Adanya potensi lingkungan yang mendukung untuk perancangan ini
adalah berkontur datar, berada di dataran rendah dengan tujuan
memudahkan penelitian terhadap tanaman tembakau Deli dan bebas
gangguan fisik seperti banjir dan longsor.
 Utilitas yang memadai
Terdapat utilitas yang dibutuhkan antara lain, jaringan Listrik, jaringan
PDAM, jaringan Gas, jaringan pengelolaan sampah dan jaringan
Telepon dan layanan Internet Kabel.
 Kemudahan Akses
Memiliki akses yang mudah untuk masuk ke tapak dan keluar dari
tapak.

31
2.6.3. Tapak Perancangan I

Gambar 2.11. Peta Mikro Alternatif Tapak 1


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2017)

Lokasi alternatif tapak pertama berada di daerah Klambir V, sebuah


daerah perkebunan yang masuk ke dalam kecamatan Hamparan Perak.
Lokasi ini dapat dicapai sekitar 1 jam berkendara dari ibukota provinsi yaitu
kota Medan. Adapun spesifikasi dari tapak tersebut antara lain adalah :

Alamat Lokasi : Jl. Klambir V, Desa Klambir Lima Kebun, Kec.


Hamparan Perak. Kab. Deli Serdang
Luas Lahan : 76.000 M2
Orientasi Lahan : Menghadap Barat
Batas Tapak : utara : Jalan Warga ( Gang Harapan 2)
Timur : Tanah perkebunan PTPN II
Selatan : Jalan Tol Medan Binjai
Barat : Jalan raya kabupaten Jl. Klambir V
Utilitas yang tersedia : - Jaringan Listrik PLN
- Jaringan telpon dan Internet Kabel PT. Telkom
Keistimewaan tapak : Berdekatan dengan perkebunan aktif tembakau
Kekurangan tapak : Akses pencapaian cukup sulit

32
2.6.4. Tapak Perancangan II

Gambar 2.12. Peta Mikro Alternatif Tapak 2


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

Alternatif tapak kedua berada di daerah Helvetia kecamatan Labuhan Deli,


daerah ini dulunya perkebunan masuk kedalam afdeling Helvetia namun saat
ini hampir setengah kawasan sudah beralih fungsi menjadi permukiman
penduduk. Adapun spesifikasi dari tapak tersebut antara lain adalah :
Alamat Lokasi : Jl. Pertempuran, Desa Helvetia, Kec. Labuhan
Deli, Kab. Deli Serdang
Luas Lahan : 71.000 M2
Orientasi Lahan : Menghadap Utara
Batas tapak : Utara : Jalan raya nasional Jl. Pertempuran
Timur : Jalan Inspeksi Sungai Deli
Selatan : Jalan raya kabupaten Karya ujung
Barat : Jalan warga Gang Melati
Utilitas yang tersedia :- Jaringan Listrik PLN
- jaringan Air bersih PDAM Tirtanadi
- Jaringan Gas bawah tanah PT. PGN
- Jaringan Telepon dan Internet Kabel PT.Telkom
- Jaringan pengelolaan sampah Dinas Kebersihan
Pemkab Deli Serdang
Keistimewaan Tapak : Lokasi sangat mudah dijangkau dari pusat kota
Kekurangan Tapak : Berada jauh dari perkebunan tembakau aktif
33
BAB III
STUDI TEMA ARSITEKTUR FUTURISTIK DAN TEORI ARSITEKTUR

3.1. Pengertian Tema


Gerakan futuristik diproklamirkan pada tahun 1909 oleh seorang penulis
dan penyair Italia yaitu Filippo Tammaso Marienetti. Futuristik adalah
sebuah gerakan seni murni Italia dan sebuah pergerakan kebudayaan pertama
dalam abad ke-20 yang diperkenalkan secara langsung kepada masyarakat
luas. Bermula dari konsep dalam pergerakan sastra, kemudian merasuk ke
dalam bidang kesenian seperti: seni lukis, seni patung, seni musik, hingga
desain dan arsitektur.(Hornby,S. 2000)
Gaya futuristik mulai muncul setelah perang dunia II, saat itu tujuan
memunculkan gaya ini adalah untuk meninggalkan kenangan pahit, nostalgia,
pesimistis, dan nilai-nilai lama. Nilai-nilai dari futuris, dimunculkan untuk
mengiringi dan mengimbangi pergeseran kebudayaan serta kekuatan dinamis
pada pasar yang mulai berkembang. Hal ini merupakan sebuah tuntunan
perkembangan gaya sesudah era arsitektur post modern berkembang pada
sekitar awal abad ke-20. (Rahayu, Agus. 2014)
Antonio Roman (2003) menjelaskan bahwa khayalan-khayalan kaum
Futuris yang memakai pola-pola geometris ditujukan untuk mewakili arah
gerak dan memaknai arti pergerakan kebudayaan itu sendiri. Filsafah yang
dipakai oleh kaum futuris hampir sebagian besar diambil dari latar belakang
kemunculan era modernism, dimana ini juga merupakan salah satu faktor
kelahiran era modernism selain revolusi industri. Futuristik terus berkembang
menjadi berbagai gaya desain yang tidak dapat terukur kepastian akan arah
perancangannya, sampai saatnya Eero Saarinen mengenalkan gaya Futuristik
pada tahun 1950.
Hal ini terjadi seiring dengan perkembangan material dan kemajuan
teknologi bahan pada dunia industri dan arsitektur yang terjadi setelah
revolusi industri, gaya futuristik mulai berkembang menjadi sesuatu yang
lebih baru.. Perkembangan ini merupakan sebuah tuntutan modernisme yang

34
terus berkembang ke arah masa depan dengan tujuan untuk melakukan
efisiensi terhadap material hingga kebutuhan akan sesuatu yang lebih baru.
Futuristik artinya bersifat mengarah atau menuju masa depan, citra
futuristik pada bangunan sendiri memiliki arti yang mengesankan bahwa
bangunan itu berorientasi ke masa depan atau bangunan itu selalu mengikuti
perkembangan jaman serta tuntutan dan persyaratan pada era bangunan itu
sendiri. Menurut Chiara dkk (1980) kriteria bangunan dengan tema futuristik
adalah “bangunan itu dapat mengikuti dan menampung tuntutan kegiatan
yang senantiasa berkembang, bangunan tersebut senantiasa dapat melayani
perubahan perwadahan kegiatan, disini perlu dipikirkan kelengkapan yang
menunjang proses berlangsungnya kegiatan, adanya kemungkinan
penambahan ataupun perubahan pada bangunan tanpa mengganggu bangunan
yang ada dengan jalan perencanaan yang matang”. Yang kemudian ciri – ciri
dari arsitektur futuristik dijabarkan dalam buku Eero Saarinen Biography
karya Jayne Merkel (2014), dimana ciri-cirinya adalah:
1. Memiliki gaya Universal atau seragam, dengan model arsitektur yang dapat
menembus budaya dan geografis tertentu.
2. Berupa khayalan yang idealis.
3. Memiliki bentuk tertentu yang fungsional sehingga mengikuti fungsi.
4. Less is more , semakin sederhana merupakan suatu nilai tambah terhadap
gaya arsitektur Futuristik.
5. Ornamen dianggap sebagai suatu kejahatan sehingga perlu ditolak,
penambahan ornamen dianggap suatu hal yang tidak efisien karena dianggap
tidak memiliki fungsi.
6. Bersifat Singular atau tunggal, yaitu tidak memiliki suatu ciri individu dari
arsitek, sehingga tidak dapat dibedakan antara arsitek yang satu dengan yang
lainnya dan lebih bersifat seragam.
7. Nihilism, merupakan penekanan perancangan yang ada pada ruang, maka
rata-rata desain menjadi polos, sederhana dengan penggunaan bidang-bidang
kaca lebar.

35
8. Kejujuran bahan yaitu mengekspos jenis bahan atau material yang digunakan
dan ditampilkan seadanya, tidak ditutup-tutupi atau dikamuflase sedemikian
rupa hingga hilang karakter aslinya. Bahan-bahan utama yang digunakan
antara lain beton, baja dan kaca. Material-material tersebut dimunculkan apa
adanya untuk merefleksikan karakternya yang murni. Dengan penambahan
sentuhan covering seperti membungkus bahan dengan bahan lain adalah
upaya yang tidak dibenarkan karena dinilai mengaburkan, menghancurkan
kekuatan asli yang dimiliki oleh bahan tersebut, misal :
a. Beton untuk menampilkan kesan berat, massif, dingin.
b. Baja untuk kesan kokoh, kuat, industrialis.
c. Kaca untuk kesan ringan, transparan, melayang.

3.2. Interpretasi Tema


Sejalan dengan berkembangnya arsitektur futuristik, terdapat beberapa
arsitek yang menggunakan tema futuristik sebagai aliran perancangan
mereka. Arsitek dengan aliran ini lebih memunculkan kesan masa depan pada
setiap rancangannya, hal ini dibuktikan pada karya-karya mereka yang
memiliki ciri khas arsitektur futuristik. Beberapa arsitek yang beraliran
futuristik antara lain adalah Zaha Hadid dengan karyanya The River Side
Museum di Skotlandia, Eero Saarinen dengan karyanya Bandara Trans World
Airlines di New York, Le Corbuzier dengan karyanya Villa Savoye, dan
Frank Gehry dengan Walt Disney Concert Hall.
Dari beberapa arsitek yang memilih futuristik sebagai arah desain
mereka, salah satu arsitek yang berkarir setelah masa revolusi industri adalah
Eero Saarinen. Hal ini menjadikan Eero Saarinen sebagai salah satu
penggerak desain futuristik dengan usahanya mengenalkan gaya tersebut
pada masa ini.
Interpretasi dari tema arsitektur futuristik dapat kita lihat pada salah
satu karya Eero , adapun beberapa prinsip dan karakteristik yang melekat
pada hasil karya Eero Saarinen dalam mencapai arsitektur futuristik yang

36
terdapat didalam buku A Structural Expressionist karya Pierluigi Serraino
(2005) yaitu :

a. Disjunctive Complexity
Metode Disjunctive complexity mengatakan bahwa arsitektur
futuristik berusaha berurusan dengan kerumitan dan pertentangan dalam
kehidupan sehari-hari.

b. Explosive Space
Metode Explosive Space mengemukakan bahwa ruang berbentuk
kubus dengan transparansi dan overlap akan membentuk rangkaian yang
bersifat menerus. Dengan merekayasa bentukan luar dan dalam ruang yang
kemudian dapat digunakan secara ekstrim untuk keperluan-keperluan
dalam bangunan sehingga menimbulkan kesan“impossible”.

c. Traces of Memory
Metode Traces of Memory, bertujuan menciptakan suatu karya
arsitektur yang mencerminkan masa lampau (the past), masa kini (the
present), bahkan masa depan (the future) dalam satu kesatuan yang tak
terpisahkan.

37
3.3. Studi Banding Tema Sejenis
3.3.1. Kresge Auditorium, Massachusets, Amerika Serikat

Gambar 3.1. Kresge Auditorium


(Sumber: archdaily.com,2017)

Kresge Auditorium adalah gedung pertemuan yang berada di


komplek Massachusetts Institute of Technology. Bangunan ini dibangun
untuk menunjang sarana dan prasarana untuk mahasiswa di kampus
tersebut, didanai oleh Yayasan Kresge oleh karena itu bangunan ini diberi
nama Kresge Auditorium. Dibangun pada tahun 1953, Eero Saarinen
dipilih untuk merancang bangunan ini dengan gaya Futuris untuk
mengedepankan kesan teknologi yang menrepresentasikan kampus ini.
Melalui bentuk lengkungan dan dominasi baja dan kaca, bangunan yang
dipromosikan sebagai wujud bangunan masa depan ini menjadi ikon di
daerah tersebut pada masanya. Setelah bangunan ini berfungsi sebagai
gedung pertemuan, cukup banyak masyarakat menyewa gedung ini untuk
meningkatkan nilai kegiatan yang dilaksanakannya.(Miller,Michelle.
2014)
- Memiliki Gaya Universal Yang Menyesuaikan Kebutuhan
Lengkungan yang terbentuk pada atap menyesuaikan dengan
kebutuhan bangunan, dimana bangungan berfungsi sebagai gedung
pertemuan yang memerlukan atap dengan bentangan yang lebar tanpa
penghalang kolom penahan ditengahnya menjadikan bentukan ini sangat
menjawab permasalahan yang ada. Walaupun bentukan lengkung ini
menjadi ciri khas dari bangunan, namun secara keseluruhan tetap bersifat

38
universal seperti bentuk lengkung pada umumnya. Tidak ada penambahan
aksen atau aksesori yang berlebihan untuk memunculkan citra khas dari
suatu budaya dan letak geografis bangunan ini.

- Kesederhanaan Bentuk Adalah Nilai Yang Utama


Tetap berpegang pada prinsip prinsip memunculkan kesan masa
depan, Eero Saarinen hanya menjadikan bentuk lengkung sebagai tuntutan
dari pemilihan jenis atap yang sesuai dengan fungsi pada perancangan ini.
Bentukan yang hadir juga terlihat sangat sederhana tanpa ada aksen khusus
yang tercipta. Begitu juga dengan fasad pada dua sisi yang ada, melalui
kaca-kaca yang disusun vertikal mengikuti pola lengkung tidak terlihat
tambahan aksen untuk menambah kesan kaca menjadi sesuatu yang
bernilai lebih.

- Kejujuran Bahan Yang Diekspos


Secara keseluruhan bangunan ini hanya memakai dua material
utama yaitu Kaca dan Baja sejenis. Material ini menjadi bahan utama pada
fasad hingga atap, material baja dan kaca pada bangunan ini tidak
dieksplor secara berlebihan. Baja dan kaca hanya diletakan sebagai
material utama untuk menjadi struktur maupun konstruksi pada bangunan.

Berdasarkan keterangan diatas, dapat di simpulkan bahwa


bangunan Kresge Auditorium adalah bangunan futuristik dikarenakan
alasan yaitu sebagai berikut :

 Penggunaan bentuk lengkung pada bangunan ini adalah upanya


menyesuaikan fungsi bangunan yaitu gedung pertemuan yang
membutuhkan atap bentang lebar. Namun bentuk lengkung
tersebut tetap bersifat universal karena tidak ditambahkan
dengan bentukan lain yang menjadi kekhasan suatu budaya
maupun daerah.
 Kehadiran bentuk lengkung pada bangunan ini bukanlah sebuah
usaha untuk memunculkan kesan mewah atau sejenisnya,

39
lengkungan yang hadir hanyalah sebuah jawaban dari masalah
yang hadir pada rancangan bangunan ini. Bentukan tersebut juga
dikemas sangat sederhana tanpa tambahan akses yang
berlebihan.
 Dari fasad yang hanya ada dua sisi dan atap yang menjuntai
sampai ke tanah, terlihat bahwa hanya ada dua material yang
menjadi komposisi pada bangunan ini yaitu kaca dan baja
sejenisnya. Pada bagian fasad kaca mendominasi secara
keseluruhan dan pada bagian atap dari ujung ke ujung baja dan
metal menjadi bahan utamanya.

3.3.2. Ingalls Skating Ring, Connecticut, Amerika Serikat

Gambar 3.2. Ingalls Skating Ring


(Sumber: archdaily.com, 2014)

Ingalls Skating Rink adalah sebuah gelanggang olahraga khusus


untuk permainan Ice Skating, hockey dan sejenisnya. Bangunan ini
dirancang oleh Eero Saarinen untuk Yale University sebagai wujud
institusi tersebut dalam menambah sarana dan prasarana kampus.
Mengedepankan prinsip Futuris, Eero tetap menggunakan baja dan kaca
sebagai material utama. Namun pada bangunan ini ia mengeksplor
bentukan sehingga menyerupai bentuk ikan paus, namun Eero sendiri
membantah bahwa konsep bangunan ini adalah ikan paus. Terletak di New
Haven negara bagian Connecticut, bangunan yang dibangun pada tahun
1953 ini dinamai Ingalls Skating Rink untuk menghormati David S.

40
Ingalls kapten tim Hockey Yale University yang meninggal saat sedang
berkompetisi. (Lemaire, Greg. 2011)

- Memiliki Gaya Universal Yang Menyesuaikan Kebutuhan


Dalam rancangannya kali ini Eero mulai mengeksplor bentuk, jika
dilihat secara kasat mata bangunan ini menyerupai bentuk ikan paus.
Namun ia mengatakan bentuk ini terwujud karena kebutuhan akan atap
yang akan mendatangkan angin dari luar ke dalam bangunan namun tidak
secar konstan. Capaian yang ia wujudkan dalam menyelesaikan masalah
pada bangunan ini terwujud pada bentuk atap yang melengkung, namun
secara keseluruhan bentuk yang terwujud tetap terlihat universal.

Bentuk yang ada terwujud dari bentukan rangka atap untuk


mengakomodasi ruang di dalamnya. Secara keseluruhan dari bentukan
atap yang lengkung tersebut juga sering terlihat pada stadium-stadium di
belahan dunia lain. Bentukan ini juga dapat diadaptasi oleh arsitek lainnya
untuk mengatasi permasalahan yang sama jika pada perancangan mereka
juga menemukan permasalahan tersebut.

- Kesederhanaan Bentuk Adalah Nilai Yang Utama


Gelanggang olah raga ini tidak memiliki bentuk yang ditujukan
untuk memberikan kesan mewah dan berharga lebih. Dalam rancangan ini
terlihat jelas kesederhanaan pada akses utama menuju bangunan, hanya
terdapat pintu-pintu kombinasi kayu dan kaca yang disusun berderet tanpa
pola khusus. Walaupun pada akses utama ini bangunan terlihat sederhana,
namun untuk memberikan nilai prestige Eero memainkan pencahayaan
agar bentukan sederhana ini lebih bernilai.

- Kejujuran Bahan Yang Diekspos


Ada tiga unsur material yang terlihat di fasad bangunan Ingalls
Skating Rink ini. Namun baja dan kaca mendominasi fasad di susul kayu
yang hanya terlihat sebagai pemanis pada daun pintu. Material atap yaitu
metal yang diekspos tanpa dilapisi material lainnya adalah upaya Eero

41
untuk menampilkan kesan futuris pada bangunan ini. Bentukan atap yang
menjuntai sampai ke tanah juga menjadikan material atap sebagai material
fasad yang dominan. Sedangkan kaca yang menjadi material utama pada
fasad depan bangunan disandingkan dengan baja dan kayu sebagai
framenya. Secara keseluruhan semua material ini diekspos tanpa diberikan
aksen tambahan.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat di simpulkan bahwa


bangunan Ingalls Skating Rink adalah bangunan futuristik dikarenakan
alasan sebagai berikut :

 Bentuk atap yang menyerupai ikan paus hanyalah upaya Eero


dalam menghadirkan atap bentang lebar yang dapat memasukan
angin tidak secara konstan namun alurnya terjaga. Hal ini juga
terlihat standar tanpa ada suatu kekhasan yang disandingkan,
secara umum bentukannya masih terlihat universal.
 Kesederhanaan pada bangunan ini juga hadir melalui fasad depan
pada akses masuk, dilihat pada pintu yang disusun berjejer tanpa
ada pola khusus yang dapat menambah estetika. Namun
kesederhanaan ini dibalut dengan permainan cahaya agar bangunan
ini tetap terlihat prestis.
 Material Baja dan kaca tetap mendominasi bangunan ini, terutama
pada atap yang menjuntai sampai tanah. Baja dan metal menutupi
seluruh atap dan dapat dikatan sudah menjadi fasad juga. Pada
akses masuk kaca mendominasi dengan tambahan besi dan kayu
sebagai bingkainya.

3.3.3. Kesimpulan Studi Banding Tema Sejenis


Pada gaya arsitektur futuristik yang diterapkan oleh berbagai arsitek
di dunia, terlihat upaya mereka dalam menyampaikan sebuah informasi
mengenai kemajuan teknologi yang terus berkembang. Sejalan dengan
analogi linguistik yang terkandung pada setiap rancangan futuristik,

42
kesederhanaan yang muncul juga merupakan sebuah hasil dari representasi
mengenai informasi masa depan yang ingin dimunculkan pada rancangan-
rancangan mereka. Penerapan futuristik sendiri mengharuskan para arsitek
untuk mengekspos material agar memunculkan kesan universal dan
kesederhanaan.

Tabel 3.1. Hasil Studi Banding Tema


NAMA PRINSIP
NO HASIL ANALISA
BANGUNAN PERANCANGAN
1 Memiliki gaya Bentuk Lengkung yang tercipta hanya
universal yang upaya menghadirkan atap tanpa
Kresge Auditorium menyesuaikan kolom. Dan tidak ada aksen khusus
Lokasi : kebutuhan
Cambridge, Kesederhaan yang Susunan bingkai kaca tidak dibentuk
Massachusetts, bentuk adalah nilai rumit, hanya menggunakan satu pola
Amerika Serikat yang utama yang diulang-ulang.
Kejujuran bahan yang Konstruksi atap keseluruhan memakai
diekspos material baja, metal dan sejenisnya.
Konstruksi fasad menggunakan kaca
sebagai material utama dan baja
hollow sebagai bingkai pengikatnya.
2 Memiliki gaya Bentuk rangka atap yang terlihat
universal yang seperti ikan paus ini merupakan upaya
Ingalls Skating Rink menyesuaikan untuk melancarkan sirkulasi angin
Lokasi : New kebutuhan dari luar kedalam. Tetap tidak ada
Haven, aksen berlebihan pada bentuk ini dan
Connecticut, tetap
Amerika Serikat Kesederhaan yang Pintu-pintu yang menjadi akses utama
bentuk adalah nilai bangunan hanya dideretkan secara
yang utama berurutan tanpa ada pola-pola khusus.
Kejujuran bahan yang Konstruksi atap keseluruhan memakai
diekspos material baja, metal dan
sejenisnya.Dengan tulang rangka
berupa beton yang diekspos.
Konstruksi fasad menggunakan kaca
sebagai material utama dan kayu serta
baja hollow sebagai kombinasi
bingkai pengikatnya.

(Sumber : Hasil Studi Literatur Pribadi, 2017)

43
3.4. Teori-teori Arsitektur
3.4.1. Analogi Linguistik
Geoffrey Broadbent (1973) menyatakan bahwa arsitektur adalah
perpaduan antara seni dan teknik merancang bangunan. Pada penjelasan ini
para ahli teori menjabarkan arsitektur itu berdasarkan analogi-analogi.
Analogi-analogi tersebut yaitu: analogi matematis, analogi biologis, analogi
romantik, analogi linguistik, analogi mekanik, analogi pemecahan masalah,
analogi adhocis, analogi bahasa pola, analogi dramaturgi. Mengurutkan
model dan ciri-ciri arsitektur futuristik, maka dapat dilihat bahwa tema
perancangan ini masuk kedalam analogi Linguistik. Dimana Analogi
linguistik menganut pandangan bahwa bangunan-bangunan dimaksudkan
sebagai penyampai informasi kepada para pengamat dengan salah satu dari
tiga cara sebagai berikut :

a. Model Tata bahasa


Arsitektur dianggap terdiri dari unsur kata-kata yang ditata
menurut aturan tata bahasa secara sintaksis, dimana ini memungkinkan
masyarakat dalam suatu kebudayaan tertentu cepat memahami dan
menafsirkan apa yang disampaikan oleh bangunan tersebut. Model ini
akan tercapai jika “bahasa” yang digunakan adalah bahasa umum atau
publik dan dimengerti oleh semua orang.

b. Model Ekspresionis
Dalam hal ini bangunan dianggap sebagai suatu wahana yang
digunakan arsitek untuk mengungkapkan sikapnya terhadap proyek
bangunan tersebut. Dalam hal ini arsitek menggunakan “bahasa”
pribadinya atau parole. Dimana Bahasa tersebut mungkin dimengerti
orang lain dan mungkin juga tidak dapat dimengerti.

c. Model Semiotik
Semiologi adalah ilmu yang memperlajari tentang tanda-tanda.
Penafsiran semiotik tentang arsitektur menyatakan bahwa suatu bangunan

44
merupakan alat atau wadah penyampaian informasi mengenai apakah ia
sebenarnya dan apa yang akan dilakukannya. Sebuah bangunan berbentuk
bagaikan piano akan menjual piano, kemudian sebuah menara dapat
menjadi tanda bahwa bangunan itu adalah sebuah gereja.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa


arsitektur futuristik mendekati dengan pemahaman analogi linguistik
model eskpresionis karena gaya futuristik adalah suatu gaya yang
mencerminkan sikap kepribadian arsitek dalam menampilkan gaya masa
depan.

3.4.2. Arsitektur Komersial


Endy Marlina (2008) dalam buku “Panduan Perancangan
Arsitektur Komersial” arsitektur komersial adalah arsitektur yang
bangunan nya didirikan untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas
komersial berupa kegiatan langsung jual, beli dan sewa pada bangunan
tersebut dengan jangka waktu yang tertentu.
Dari sisi arsitektural Vitruvius (1966) dalam bukunya “The Ten
Book of Architecture”, bahwa arsitektur harus mampu menunjukkan tiga
kualitas, yaitu kegunaan-kekokohan-keindahan. Sisi estetika menjadi
penting bagi arsitektur karena keindahan (dalam hal ini keindahan visual)
adalah faktor pertama yang dipersepsi oleh individu, yang pada akhirnya
menjadi penentu awal apakah sebuah bangunan mampu mengundang
pengunjung atau tidak.
Adapun beberapa kriteria agar bangunan komersial tersebut dapat
mengundang pengunjung yang banyak antara lain :
1. Faktor pencitraan adalah nilai yang melekat pada suatu bangunan.
Setiap bangunan komersial harus memiliki citra yang kuat dan bagus
sebagai daya tarik terhadap calon konsumen.

45
2. Faktor ekonomi berkaitan langsung dengan aspek keuangan. Harga
bangunan perlu disesuaikan terhadap target pasar dengan perawatan
yang mudah dan hemat.
3. Faktor lokasi diukur dari strategis tidaknya posisi bangunan tersebut.
Bangunan komersial sebaiknya dibuat di daerah-daerah yang mudah
dicari, dilihat, dan dijangkau.
4. Faktor keamanan erat kaitannya dengan keselamatan para penghuni
bangunan. Sebagai antisipasi juga perlu disediakan sarana dan
prasarana pendukung keamanan bangunan.
5. Faktor kenyamanan menciptakan perasaan betah bagi konsumen
selama memiliki bangunan tersebut. Hal-hal yang terkait dengan faktor
ini yaitu penghawaan, pencahayaan, audio, dan sirkulasi.
6. Faktor investasi menyangkut kebutuhan jangka panjang konsumen.
Faktor ini penting diperhatikan untuk mengantisipasi dinamika
perubahan sosial.
7. Faktor kondisi wajib seirama dengan potensi dan karakter daerah
pembangunan. Sebab faktor ini mampu menunjang kelancaran
aktivitas komersial dari bangunan tersebut.
8. Faktor sosial budaya menarik minat masyarakat setempat untuk
menerima keberadaan bangunan seutuhnya. Hal ini juga akan
mendorong kelancaran bisnis dari bangunan komersial tersebut.

Faktor teknologi artinya bangunan komersial seyogyanya dilengkapi


dengan teknologi terbaru. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan
manfaat bangunan tersebut secara efektif dan efisien.

3.4.3. Arsitektur Lansekap


Lansekap sering diartikan sebagai taman atau pertamanan. Dalam
KBBI lansekap diartikan sebagai tata ruang di luar gedung (untuk
mengatur pemandangan alam). Menurut Simonds (1983), lansekap
merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat

46
dinikmati oleh seluruh indera manusia, dengan karakter menyatu secara
alami dan harmonis unutk memperkuat karakter lansekap tersebut.
Menurut Suharto (1994) lansekap mencakup semua elemen pada tapak,
baik elemen alami (natural landscape), elemen buatan (artificial
landscape) dan penghuni atau makhluk hidup yang ada di dalamnya.
Dapat disimpulkan, pengertian lansekap adalah suatu lahan atau tata
ruang luar dengan elemen alami dan elemen buatan yang dapat dinikmati
oleh indera manusia.

- Elemen-Elemen Lansekap
Secara umum Booth (1988) mengkategorikan elemen-elemen lansekap
tersebut kedalam 6 (enam) elemen dasar, yaitu :
1. Landform – bentukan lahan yang merupakan elemen sangat penting
sebagai tempat dimana elemen-elemen lainnya ditempatkan.
2. Tanaman – semua jenis tanamana yang dibudidayakan ataupun alami
dari penutup tanah sampai pohon, memerlukan pertimbangan khusus
dalam peletakkan menyesuaikan pertumbuhannya.
3. Bangunan – elemen lansekap yang membangun dan membatsi ruang
luar, mempengaruhi pemandangan, memodifikasi iklim mikro, dan
mempengaruhi organisasi fungsional lansekap.
4. Site structure – elemen-elemen yang dibangun dalam lansekap tertentu
seperti ramp, pagar, pergola, gazebo, kursi, dan lain sebagainya.
5. Pavement – perkerasan merupakan elemen lanskap untuk
mengakomodasi penggunaan yang intensif di atas permukaan tanah.
6. Air – elemen yang bergerak, menghasilkan suara, dan bersifat reflektif.

Menurut Ashihara (1996) perancangan taman perlu dilakukan pemilahan


dan penataan secara detail elemen-elemennya agar taman dapat berfungsi
maksimal dan estetis. Elemen taman diklasifikasikan menjadi 3 kategori,
yaitu :
1. Berdasarkan jenis dasar elemen, alami dan non alami (buatan).

47
2. Berdasarkan kesan yang ditimbulkan, elemen lunak atau soft material
(tanaman, air, satwa) dan elemen keras atau hard material (paving, pagar,
patung, pergola, bangku taman, kolam, dan lampu taman).
3. Berdasarkan kemungkinan perubahan, elemen mayor (sulit diubah) seperti
sungai, gunung, pantai, suhu, kelembaban, radiasi matahari, angin, petir
dan elemen minor (dapat diubah) seperti sungai kecil, bukit kecil,
tanaman dan buatan manusia.

- Elemen Lunak (Soft Material)


Menurut Hakim (2012) elemen atau material lansekap digolongkan
menjadi dua jenis yaitu soft material dan hard material. Soft material
adalah istilah yang digunakan untuk unsur-unsur material yang berasal
dari alam. Elemen soft material merupakan elemen yang dominan, terdiri
dari tanaman atau pepohonan dan air. Tanaman tidak hanya mengandung
nilai estetis saja, tetapi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas
lingkungan. Kemudian Hakim (2012) juga membagi fungsi tanaman
dengan kategori sebagai berikut :

1. Kontrol pandangan (visual control)


Menahan silau yang berasal dari sinar matahari, lampu, pantulan sinar
dari perkerasan, kontrol pandangan terhadap ruang luar, membatasi
ruang, membentuk kesan privasi, menghalangi pandangan dari hal-hal
yang tidak menyenangkan.
2. Pembatas Fisik (physical barriers)
Mengendalikan pergerakan manusia dan hewan, sebagai penghalang
dan mengarahkan pergerakan manusia dan hewan.
3. Pengendali iklim (climate control)
Membantu menciptakan kenyamanan manusia yang berhubungan
dengan suhu, radiasi sinar matahari, suara, aroma, mengendalikan
kelembaban, serta menahan, menyerap dan mengalirkan angin.

48
4. Pencegah erosi (erosion control)
Akar tanaman dapat mengikat tanah, menahan air hujan yang
berlebihan.
5. Habitat hewan (wildlife habitats)
Membantu kelestarian hewan sebagai sumber makanan dan tempat
berlindung.
6. Nilai estetis (aesthetic values)
Menambah kualitas lingkungan, menciptakan pemandangan yang
menarik, membantu meningkatkan kualitas lingkungan. Nilai estetis
diperoleh dari perpaduan antara :
a. Warna (batang, daun, dan bunga)
b. Bentuk (batang, percabangan, tajuk)
c. Tekstur
d. Skala
e. Komposisi tanaman

- Elemen Keras (Hard Material)


Hard Material adalah unsur-unsur material buatan atau elemen
selain vegetasi yang dimaksudkan adalah benda-benda pembentuk taman,
terdiri dari bangunan, gazebo, kursi taman, kolam ikan, pagar, pergola, air
mancur, lampu taman, batu, kayu, dan lain sebagainya. Hard material
berfungsi sebagai :
1. Penambah suasana untuk meningkatkan nilai-nilai estetika atau
keindahan.
2. Dapat membangkitkan jiwa seni seseorang.
3. Sebagai tempat untuk meningkatkan rasa nyaman, aman, dan nikmat.
4. Menambah pengetahuan.
5. Tempat rekreasi.

Hakim (2012) membgai material keras ke dalam 5 kelompok besar, yaitu :


1. Material keras alami (organic materials) yaitu kayu.

49
2. Material keras alami dari potensi geologi (inorganic materials used in
their natural state) yaitu batu-batuan, pasir, dan batu bata.
3. Material keras buatan bahan metal (inorganic materials used in highly
modified state) yaitu aluminium, besi, perunggu, tembaga dan baja.
4. Material keras buatan sintetis atau tiruan (synthetic materials) yaitu
bahan plastik atau fiberglass.
5. Material keras buatan kombinasi (composite materials) seperti beton
dan plywood.

- Unsur-Unsur Desain Lansekap


Aspek yang perlu diperhatikan dalam desain lansekap yaitu fungsi
dan estetika. Aspek fungsi memberikan penekanan pada kegunaan atau
kemanfaatan dari benda atau elemen yang dirancang, sedangkan aspek
estetika ditekankan pada usaha untuk menghasilkan suatu nilai keindahan
visual. Unsur-unsur keindahan visual diperoleh melalui garis, bentuk,
warna dan tekstur. Menurut Hakim (2012) setiap karya desain harus
memenuhi kriteria unsur-unsur komposisi yang terdiri dari :
1. Garis – tanda aktual atau tersirat, jalan, massa atau tepi, di mana
panjang dominan seperti border tanaman, sirkulasi, tanaman pengarah
dan lain sebagainya.
2. Bentuk – massa bentuk, merupakan unsur yang memiliki variasi banyak
yaitu, bentuk lingkaran, bola, piramida, heksagonal, dan lain
sebagainya.
3. Tekstur – struktur dan kondisi permukaan bahan material (kasar, halus).
4. Kesan – derajat terang atau gelap warna tertentu.
5. Warna – menentukan psikologi ruang yang dirancang.

50
BAB IV
ANALISA PERANCANGAN TAMAN TEKNOLOGI TEMBAKAU DELI
4.1. Analisa Tapak dan Lingkungan
4.1.1. Tapak Terpilih
Berdasarkan kriteria yang sudah tertera pada bab II dan spesifikasi-
spesifikasi kedua tapak yang diajukan, maka pada kedua tapak terlihat memiliki
potensi dan kekurangan masing-masing. Untuk menentukan tapak yang terpilih
maka dilakukan peninjauan terhadap tapak, dimana hasil peninjauan tersebut
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.1. Pemilihan Tapak Perancangan
Kriteria Pemilihan Tapak I Tapak II
Tapak Penjelasan Nilai Penjelasan Nilai
Kesesuaian Tapak berada di Kec. Hamparan Tapak berada di Kec. Labuhan
Fungsi yang Perak. Dimana kecamatan ini Deli. Dimana kecamatan ini
tertera pada memiliki fungsi pariwisata dan 4 memiliki fungsi perdagangan 2
RPJPD perdagangan

Pencapaian yang Pencapaian Transportasi Umum Cukup banyak transportasi umum


mudah hanya 2 Transportasi umum yaitu yang lewat, seluruh transportasi
angkot TH dan 007. Kendaraan 2 umum menuju Marelan melewati 4
pribadi menempuh 1 jam tapak. Hanya 15 Menit dari pusat
perjalanan dari pusat kota kota.
Nilai historis Tapak merupakan bekas area Tapak merupakan bekas area
Tembakau Deli penyortiran dan pemeraman 4 penyortiran dan pemeraman 4
tembakau deli tembakau deli
Potensi Tapak berkontur datar, berada di Tapak berkontur datar, berada di
Lingkungan dataran rendah dan bebas dari dataran rendah dan bebas dari
yang banjir serta longsor. 4 banjir serta longsor. 4
mendukung

Utilitas yang Terdapat utilitas Listrik PLN dan Terdapat utilitas Listrik PLN, Air
memadai jaringan telepon dan internet kabel bersih PDAM Tirtanadi, Jaringan
PT.Telkom 2 Gas PGN, Telepon dan internet
4
kabel PT.Telkom, Jaringan
Pengelolaan Sampah Dinas
Kebersihan Kab. Deli Serdang
Kemudahan Memiliki dua akses jalan, satu Memiliki 4 akses jalan, yaitu 2
Akses jalan raya, satu jalan warga 2 akses jalan raya, dan 2 akses jalan 4
warga
TOTAL NILAI 18 22
(Sumber : Hasil survei dan analisis pribadi, 2018)

Keterangan Nilai, 4: Sangat Baik, 3 : Baik, 2 : Cukup, 1: Tidak Baik


51
Dengan pertimbangan diatas, maka terpilihlah tapak perancangan untuk
Taman Teknologi Tembakau Deli yaitu alternatif tapak 2 yang berlokasi di
Jl.Pertempuran, Desa Helvetia, Kec. Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang.

4.1.2. Analisa Kondisi Existing Tapak


Tapak berada di desa Helvetia kecamatan Labuhan Deli kabupaten Deli
Serdang, lokasi tapak cukup strategis untuk dirancang sebuah perancangan
komersial karena sangat dekat dengan pusat kota Medan. Walaupun berada di
wilayah administratif kabupaten Deli Serdang, tetapi tapak bersinggungan
langsung dengan tapal batas kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan. Fungsi
tapak dahulu digunakan oleh PTPN II kebun Helvetia sebagai area gudang
penyimpanan tembakau dan pemilihan tembakau saat kebun Tembakau masih
aktif di daerah Helvetia, namun saat ini sudah tidak ada kegiatan perkebunan lagi
di tapak ini.

Tapak Perancangan

Wilayah Deli Serdang

Wilayah Kota Medan

Gambar 4.1. Peta Eksisting Tapak


(Sumber : Diolah Dari Data Survei Pribadi Dan Peta Google Earth, 2018)
Kondisi eksisting pada tapak terdapat 3 unit gudang pemeraman tembakau,
1 bangunan kantor administrasi perkebunan dan beberapa rumah yang dahulunya
difungsikan sebagai perumahan staff perkebunan. Terdapat satu akses jalan di
dalam tapak yang difungsikan sebagai sirkulasi pada tapak, serta terdapat berbagai
jenis tanaman seperti pohon mangga, palem-paleman hingga bambu yang dapat
dipertahankan.

52
Gambar 4.2. Kondisi Eksisting Tapak
(Sumber : Diolah Dari Data Survei Pribadi, 2018)
Tabel 4.2. Analisa Eksisting
Analisa Eksisting
Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
Tetap mempertahankan Menghancurkan bangunan Mempertahankan beberapa
bangunan pada existing tapak pada existing tapak karena bangunan yang dapat
untuk menambah nilai historis posisinya yang tidak beraturan, dijadikan nilai tambah
perancangan, tetap mempertahankan jalan existing perancangan,
mempertahankan jalan existing pada tapak untuk menghilangkan jalan
di dalam tapak sebagai sirkulasi mempermudah alur sirkulasi existing dan membuat
didalam tapak untuk pada perancangan dan sirkulasi baru pada tapak,
mempermudah perancangan dan memindahkan posisi vegetasi dan mengganti seluruh
tetap mempertahankan berbagai pada existing semula sesuai vegetasi yang ada pada
vegetasi yang ada pada existing dengan perancangan nantinya. tapak.
tapak.
(Sumber : Analisa Pribadi, 2018)

Tanggapan :
Pada perancangan ini, alternatif 2 sangat sesuai untuk diterapkan karena potensi
mempertahankan bangunan existing yang posisinya tidak beraturan sangat
mengganggu perancangan nantinya dimana perancangan akan membangun ruang
komersial yang harus memiliki nilai jual. Perancangan akan tetap
mempertahankan posisi jalan existing di tapak sebagai sirkulasi utama karena
polanya sudah baik menghubungkan dua jalan raya, hanya cukup menambahkan
beberapa sirkulasi nantinya. Vegetasi pada tapak akan dipertahankan, namun akan
direposisi sesuai perencanaan nantinya agar berfungsi lebih baik.

53
4.1.3. Analisa KDB dan Batas Pada Tapak
A. KDB pada Tapak
Adapun KDB atau koefisien dasar bangunan telah diatur pada
Perda Kabupaten Deli Serdang No. 6 tahun 2011 tentang perizinan terpadu
satu pintu mengatur KDB pada perancangan yang berada di wilayah
kabupaten Deli Serdang yaitu maksimal 40% dari luas lahan. Dimana sisa
lahan diperuntukkan untuk penghijauan dalam membantu program
penghijauan yang dilangsungkan oleh pemerintah kabupaten.

Alternatif 1 Alternatif 2

Gambar 4.3. Analisa 1 KDB Tapak Gambar 4.4. Analisa 2 KDB Tapak
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018) (Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)
KDB KDB
Bangunan 30 % : 21.000m2 Bangunan 40% : 28.400m2
Kebun Penelitian 20 %: 14.200m2 Kebun Penelitian 20% : 14.200m2
Ruang Terbuka Hijau 50% : 35.500m2 Ruang Terbuka Hijau 40% : 28.400m2

Tanggapan :
Perancangan ini juga menghadirkan kebun penelitian, oleh karena itu total
lahan yang digunakan harus dimanfaatkan sebaik mungkin, maka total
kebutuhan lahan untuk bangunan cukup sekitar 30% dari total luas lahan dan
mengalokasikan 20% lahan untuk kebun penelitian serta sisanya untuk lahan
penghijauan. Maka alternatif 1 menjadi alternatif luas tapak terpilih yang
akan digunakan pada perancangan.
54
B. Batas Pada Tapak
Keempat sisi tapak berbatasan dengan jalan, sehingga proses perancangan
ini memiliki cukup banyak akses jikalau membutuhkan beberapa akses.
Namun dikarenakan berbatasan langsung dengan jalan, maka keseluruhan
sisi tapak terkena aturan GSB sesuai lebar jalan.

Jl.Pertempuran

Gambar 4.5. Analisa Batas Tapak


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

Alternatif 1 Alternatif 2
Memaksimalkan keseluruhan batas Menggunakan batas utara dan selatan
tapak menjadi akses masuk dan keluar sebagai akses masuk dan batas timur
dari dan menuju tapak. barat sebagai area utama jalur hijau.
Tanggapan :
Pada perancangan ini akan digunakan alternatif 2, karena batas utara dan selatan
sangat berpotensi dijadikan akses keluar masuk. Dan batas timur barat karena
kurang berpotensi menjadi akses keluar masuk maka dimanfaatkan sebagai area
jalur hijau.

55
4.1.4. Analisa GSB Pada Tapak
Posisi tapak dikelilingi oleh jalan, maka seluruh sisi pada tapak
perancangan berlaku GSB. Lahan sepanjang GSB dapat dimanfaatkan
untuk berbagai Aktifitas, untuk mengetahui seberapa lebar GSB pada
tapak maka diperlukan analisis GSB pada tapak. Adapun Rumus GSB = ½
N +1 , N : Lebar Ruas Jalan.

Gambar 4.6. GSB pada Tapak


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

Alternatif 1 Alternatif 2
- Memanfaatkan GSB pada sisi - Memanfaatkan area GSB pada sisi
Jl.pertempuran sebagai parkir Jl.pertempuran dan Jl. Melati sebagai
- Menggunakan area GSB pada sisi area parkir.
Jl.Melati sebagai jalur penghijauan - Memanfaatkan area GSB pada sisi
- Memfungsikan GSB Jl.Inspeksi S.Deli Jl.Karya Ujung dan Jl. Inspeksi S.Deli
sebagai area servis seperti sebagai jalur penghijauan
pengelolaan sampah dan bongkar
muat
- Memanfaatkan GSB Jl. Karya Ujung
sebagai area parkir sekunder

Tanggapan :
Pada perancangan ini alternatif 1 lebih baik karena dapat mengakomodir aktifitas
servis, parkir dan memperuntukan jalur penghijauan

56
4.1.5. Analisa KLB Pada Tapak
Kebutuhan perhitungan Koefisian Lantai Bangunan (KLB) pada
perancangan berbeda-beda pada setiap zonasi di kabupaten Deli Serdang,
dimana rentang KLB yang diizinkan dimulai dari 1.0 – 3.5. Peraturan ini juga
tertuang pada perda kabupaten Deli Serdang no. 6 tahun 2011 tentang
perizinan terpadu satu pintu, dengan tinjauan perancangan pada daerah sekitar
bandara Kuala Namu tidak boleh memiliki KLB lebih dari 6 lantai dengan
total KLB 2.0. Pada daerah Labuhan Deli KLB yang diterapkan dapat sampai
3.5 dari total luas lahan, oleh karena itu pada perancangan ini dapat dihitung
KLB nya dengan cara seperti berikut :
KLB = Luas Lahan x 3.5
Nilai KDB
Jumlah maksimal lantai pada perancangan ini yaitu :
KLB = (71.000 x 3.5) / (0.3 x 71.000) = 11.6 (12 Lantai)
Alternatif 1 Alternatif 2

Gambar 4.8. Analisa 2 KLB Tapak


Gambar 4.7. Analisa 1 KLB Tapak (Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

Mendirikan bangunan pada tapak Mendirikan beberapa bangunan 2 – 6 lantai


secara konstan sampai dengan 12 untuk mendistribusikan kebutuhan ruang
lantai dengan mendistribusika pada bangunan-bangunan tersebut
kebutuhan ruang pada satu masa
bangunan

Tanggapan:
Karena tapak perancangan cukup besar, maka alternatif dua dipilih untuk
mendistribusikan kegiatan ke beberapa massa bangunan dengan jumlah lantai
bervariasi tetapi tidak melebihi 6 lantai dengan tujuan besarnya lahan tidak
terkesan kosong karena hanya terdapat satu bangunan tinggi.

57
4.1.6. Analisa Pencapaian Pada Tapak

Gambar 4.9. Analisa Pencapaian Pada Tapak


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

Lokasi tapak berada di perbatasan Deli Serdang dan kotamadya Medan ini
memiliki pencapaian yang sangat baik, walaupun berada di kabupaten Deli
Serdang tetapi jarak tempuh ke pusat kota Medan lebih dekat daripada jarak
tempuh ke ibukota kabupaten yaitu Lubuk Pakam. Hal tersebut dapat dilihat pada
diagram diatas, dimana jarak terjauh adalah Bandara Kualanamu dengan jarak
tempuh sejauh 45 km dengan waktu berkendara sekitar 80 menit. Secara
keseluruhan pencapaian menuju tapak sangat baik, oleh karena itu ini potensi ini
dapat dimanfaatkan untuk menganalisa pola pencapaian yang akan diterapkan
pada lingkungan dalam tapak.

58
Untuk proses pencapaian ke dalam tapak, terdapat beberapa pola
pencapaian yang dapat digunakan. Adapun kriteria dari penentuan letak
pencapaian menurut perencana dipertimbangkan terhadap :
- Keamanan dan kelancaran lalulintas disekitar tapak.
- Aman bagi pengendara dan pejalan kaki.
- Titik tangkap yang jelas dan mudah dicapai.
- Pemisahan antara lajur transportasi umum, kendaraan pribadi dan pejalan
kaki sehingga tidak saling mengganggu.
Berdasarkan hal diatas, maka diperlukan pemilihan pola pencapaian yang
dapat mengakomodir kelancaran lalulintas di sekitar tapak, faktor keamanan
bagi pengendara dan pejalan kaki yang akan menuju tapak, efektifitas titik
tangkap yang jelas dan pemisahan lajur untuk kenyamanan pencapaian.
Berikut alternatif pola pencapaian yang akan digunakan :

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3


Pola Langsung Pola Tersamar Pola Berputar

Gambar 4.11.Pola Pencapaian


Gambar 4.10.Pola Pencapaian Gambar 4.12.Pola Pencapaian
Tersamar
Langsung Berputar
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2018)
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2018) (Sumber: Dokumen Pribadi, 2018)
Kelebihan Kelebihan Kelebihan
 Entrance jelas terlihat Dapat menciptakan efek  Memperjelas bentuk tiga
 Mudah dicapai persfektif bangunan dimensi bangunan
 Memberikan kesan Urutan pencapaian dapat  Memberikan kesan santai,
mengundang diatur tidak terburu-buru dan
Kekurangan Lebih estetis rekreatif
 Kurang Estetis Kekurangan Kekurangan
Pencapaian kurang terlihat  Tidak memberikan kesan
jelas mengundang
Dapat memperpanjang  Pencapaian tidak terlihat
jalur pencapaian  Memperlambat pencapaian
ke bangunan.
Tanggapan :
Pencapaian yang akan digunakan dalam perencanaan ini baik kenderaan pribadi
dan adalah pencapaian langsung, karena mengutamakan unsur kenyamanan,
memberikan kemudahan di dalam pencapaian ke bangunan dan menambah
keindahan bangunan.

59
4.1.7. Analisa Entrance Pada Tapak
Entrance atau pintu utama merupakan elemen penting pada tapak
perancangan, diperlukan entrance yang baik sebagai upaya mendukung tapak dan
menjadikan tapak terlihat atraktif. Oleh karena itu perlu analisa untuk
mendapatkan entrance yang tepat untuk tapak. Berikut analisanya:
Alternatif 1

Gambar 4.13. Alternatif 1 Entrance Pada Tapak


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)
Alternatif 2

Gambar 4.14. Alternatif 2 Entrance Pada Tapak


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)
Tanggapan :
Perancangan akan menggunakan alternatif 1, dengan pertimbangan lebar badan
jalan pada Jl. Pertempuran lebih efisien untuk dijadikan entrance utama.
60
4.1.8. Analisa Sirkulasi Pada Tapak
Untuk mendukung aksebilitas pada tapak, dibutuhkan pengaturan pola
sirkulasi yang baik. Dimana pola sirkulasi yang perlu diperhatikan adalah pola
sirkulasi manusia sebagai pengguna perancangan dan sirkulasi kendaraan
sebagai alat transportasi yang ada di perancangan. Karena konsen pada
perancangan adalah taman teknologi yang terbagi ke beberapa zona, maka
pola sirkulasi harus benar-benar diperhitungkan agar nantinya sirkulasi dapat
menghubungkan masing-masing zona pada perancangan. Berikut analisa pola
sirkulasi yang akan digunakan pada perancangan :
Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Alternatif 4
Cul-de-sac T Turn Twist Dead End

Gambar 4.16.
Pola Sirkulasi 2 Gambar 4.17. Gambar 4.18.
Gambar 4.15.
(Sumber : Dokumen Pola Sirkulasi 3 . Pola Sirkulasi 4
Pola Sirkulasi 1
Pribadi, 2018) (Sumber : Dokumen (Sumber : Dokumen
(Sumber : Dokumen
Pribadi, 2018) Pribadi, 2018)
Pribadi, 2018)
Kelebihan Kelebihan Kelebihan Kelebihan
- Cocok untuk pola - Cocok untuk pola - Cocok untuk pola - Langsung menuju
massa banyak massa banyak massa tunggal massa bangunan
- Sirkulasi baik dan - Pencapaian dapat - Urutan pencapaian
lancar dibuat alternatif lebih teratur
- Memberi kesan - Urutan pencapaian - Arus sirkulasi dapat
mengundang lebih singkat berulang-ulang
- Sirkulasi jelas dan
teratur
Kekurangan Kekurangan Kekurangan Kekurangan
- Pola parkir agak - Sirkulasi agak - Lama waktu - Menyulitkan jalur
rumit membingungkan pencapaian putar kendaraan
- Lahan kurang - Perlu adanya tanda tergantung pada - Dapat menyebabkan
optimal / rambu-rambu tempat tujuan. kemacetan arus lalu
pada jalan lintas
Tanggapan :
Dari penilaian diatas maka alternatif 1 dipakai dalam perencanaan ini, karena
perancangan ingin memberikan kesan mengundang dan memiliki lahan yang cukup
besar sehingga cukup baik untuk dibuat pola sirkulasi.

61
4.1.9. Analisa View Pada Tapak
A. Dari Dalam Tapak Ke Luar Tapak
Potensi lingkungan di luar tapak dapat dimanfaatkan sebagai view yang
baik dari dalam tapak, karakteristik ke 4 arah dari dalam ke luar tapak
sangat berbeda. Berikut analisa view dari dalam ke luar tapak :

Gambar 4.19. View Dari Dalam Ke Luar Tapak


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)
Alternatif 1 Alternatif 2
- Arah Utara : Dimanfaatkan sebagai - Arah utara : dijadikan view sekunder
view utama ke arah Jl. Pertempuran dari perancangan
- Arah Timur : Di buffer dengan pohon - Arah timur : dibuffer dengan berbagai
pelindung untuk menghalangi view vegetasi untuk menghalangi view
yang tidak baik yaitu sungai deli sungai deli yang tidak berpotensi
- Arah Selatan : Dimanfaatkan sebagai - Arah selatan : dimanfaatkan sebagai
view sekunder View Utama dari perancangan ke arah
- Arah Barat : dikombinasikan sebagai permukiman jl. Karya ujung
view sekunder yang dibuffer, agar tidak - Arah barat : di buffer dengan vegetasi
terjadi kejenuhan view karena potensi karena tidak berpotensi dijadikan view
hanya perumahan padat penduduk

Tanggapan :
Pada perancangan ini, alternatif 1 lebih baik untuk diterapkan karena arah utara
memiliki potensi yang baik dan terdapat titik tangkap yaitu persimpangan jl.
Marelan raya
62
B. Dari Luar Tapak Ke Dalam Tapak

Gambar 4.20. View Dari Luar Ke Dalam Tapak


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

Alternatif 1 Alternatif 2
- Sisi utara diteruskan viewnya dan - Sisi utara meneruskan viewnya
dijadikan titik penangkap, dimana secara dua arah, sehingga tidak
dapat difungsikan halte, rest area dan ditanam pohon peneduh.
- Sisi timur diblok viewnya dengan
lainnya.
menggunakan dinding bata, dan
- Sisi timur diblok viewnya dan area beragam pohon pelindung sebagai
dapat difungsikan sebagai area servis unsur estetika
- Sisi selatan diteruskan viewnya - Sisi selatan diteruskan viewnya pada
sebagai titik penangkap sekunder jarak awal, dan diberikan buffer pada
- Sisi barat diteruskan view dengan bagian bangunan.
diberikan buffer selingan dengan - Sisi barat diblok viewnya dengan
menggunakan tanaman bambu, untuk
jarak bervariasi, untuk mendapatkan
mengurangi potensi keamanan yang
kesan intim. tidak baik.
Tanggapan :
Pada perancangan ini, alternatif 2 lebih baik diterapkan karena memanfaatkan dua
sisi utara selatan sebagai view aktif dari luar tapak. Dan sisi timur barat
dinonaktifkan viewnya karena tidak memiliki potensi.

63
4.1.10. Analisa Parkir Pada Tapak
A. Kapasitas Parkir
Sebelum menentukan posisi parkir yang akan digunakan, maka perlu
dihitung kapasitas parkir yang dibutuhkan pada perancangan Taman
Teknologi Tembakau Deli ini, dimana terdapat dua kategori parkir yaitu
parkir pengunjung dan parkir pekerja, berikut analisanya :
- Pengunjung
Kapasitas Pengunjung = 5.000 orang
Bus (30%) = 1500 orang
Mobil (40%) = 2000 orang
Motor (15%) = 750 orang
Lain-lain (15%) = 750 orang
Standart:
a). 1 bus = 40 Orang, 11 m x 2,5 m =27.5 m2/bus (NDA)
Jumlah = 1500 : 40 = 38 bus
Luas = 38 x 27.5 m2 = 1.045 m2
a). 1 Mobil = 5 Orang, 5 m x 2,5 m= 12,5 m2/Mobil (NDA)
Jumlah = 2000 : 5 = 400 Mobil
Luas = 400 x 12,5 m2 = 5.000m2
a). 1 Motor = 2 Orang, 1m x 2 m= 2 m2/Motor(NDA)
Jumlah = 750 : 2 = 375 Motor
Luas = 375 x 2 m2 = 750 m2
Total luas parkir pengunjung = 1.045 m2 + 5.000 m2 + 750m2 = 6.795m2

- Parkir Pekerja
Jumlah karyawan = 150 orang. Diasumsikan jumlah pimpinan 35 orang,
maka total pengelola 115 orang. Diasumsikan pengguna mobil 20 % =
20 % x 150 orang = 30 parkir. Diasumsikan pengguna motor 80 % = 80
% x 150 orang = 120 parkir
Dimensi :
Mobil = 5 m x 2,5 m= 12,5 m2 (NDA)

64
Total Mobil 30 x 12,5 m2= 375 m2
Motor = 1m x 2m = 2 m2(NDA) Total
Motor 120 x 2 = 240 m2
Total luas parkir pengelola = 375 m2 + 240 m2= 615 m2
Total luas parkir keseluruhan 6.795 m2 + 615 m2 = 7.410 m2
Keterangan : NDA : Neufert Data Architect
(Sumber : studi banding dengan kebutuhan pengunjung di TPY, 2017)

B. Posisi Parkir
Metode parkir yang direncanakan untuk perancangan Taman Teknologi
Tembakau Deli ini yaitu memisahkan lokasi antara kendaraan pengunjung dan
kendaraan pekerja, sehingga tidak akan terjadi penumpukan parkir di satu titik.
Untuk merencanakan lokasi parkir diperlukan pola parkir yang akan digunakan
nantinya, oleh karena itu diperlukan analisa pola parkir. Terdapat dua jenis pola
parkir, yaitu berdasarkan sudut parkir dan berdasarkan tempat penampungan.
Berikut alternatif pola parkir berdasarkan sudut parkir yang digunakan :
Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
o o o o
Parkir Sejajar (0 ) Parkir Diagonal (30 , 45 ,60 ) Parkir sejajar (90 o)

Gambar 4.21. Pola Parkir 1


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018) Gambar 4.23. Pola Parkir 3
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)
Gambar 4.22. Pola Parkir 2
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)
Kelebihan Kelebihan Kelebihan
- Lebih teratur untuk lahan - Lebih teratur - Jumlah mobil dapat ditampung
parkir yang berada diluar - Tidak memerlukan keahlian lebih banyak
bangunan. khusus - Dapat menghemat lahan yang
- Dapat menghemat lahan yang ada
ada - Berkesan rapih dan teratur
- Berkesan rapih dan teratur
Kekurangan Kekurangan Kekurangan
- Memerlukan keahlian khusus - Harus memberikan tanda-tanda - Dapat mengganggu arus
- Memerlukan lahan yang cukup pembatas yang jelas sirkulasi
luas - Memerlukan keahlian khusus
- Dapat mengganggu sirkulasi - Jalan antara dapat menjadi 2
pada tapak arah
Tanggapan :
Perancangan akan menggunakan alternatif 2 dan 3 pada pengaturan posisi parkir
berdasarkan sudut diperancangan ini.

65
Sistem parkir berdasarkan tempat penampungannya yang akan dianalisa
pada perancangan ini antara lain adalah :
Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
Parkir diatas jalan Parkir di halaman Bangunan Parkir

Gambar 4.26. Tempat Parkir 3


Gambar 4.24. Tempat Parkir 1 Gambar 4.25. Tempat Parkir 2 (Sumber : Dokumen Pribadi,
(Sumber : Dokumen Pribadi, (Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)
2018) 2018)

Kelebihan: Kelebihan: Kelebihan:


-Dapat mengundang - Sangat cocok untuk lahan - Cocok digunakan pada
pengunjung yang harga tanahnya relatif bangunan yang besar
- Jalur tempuh parkir cepat rendah (bertingkat banyak)
dan praktis - Sirkulasi lebih teratur - Tidak memerlukan lahan
- Lebih mencerminkan yang besar
estetika di tapak - Terlindungi dari panas
dan hujan
- Pencapaian ke fungsi
bangunan lebih cepat

Kekurangan : Kekurangan : Kekurangan :


- Dapat menimbulkan - Memerlukan lahan yang - Pengaturan pola sirkulasi
kemacetan di jalan luas lebih rumit
- Jumlah kendaraan yang - Memerlukan penataan - Pencapaian ke posisi
ditampung lebih sedikit parkir yang baik parkir harus berurutan
- Memerlukan lahan yang dengan teratur
luas - Kurangnya penerangan
- Memerlukan pengontrolan alami
yang baik - Agak terganggu dari
kebisingan dan polusi
asap buang kendaraan
Tanggapan :
Untuk perancangan ini dipilih alternatif 2 yaitu parkir di halaman, karena potensi
tapak yang cukup besar dapat menampung banyak kendaraan.

Kesimpulan dari analisa parkir untuk perancangan ini yaitu alternatif parkir yang
didapatkan adalah menggunakan kombinasi sudut parkir 30o,45o,60o,90o dan
lokasi parkir yaitu di halaman perancangan.

66
4.1.11. Analisa Lansekap Pada Tapak
A. Soft Material
Untuk perancangan Taman Tembakau Deli ini, penggunaan material
lunak pada elemen lansekap menjadi suatu unsur penting karena 70% lahan akan
dimanfaatkan untuk area penghijauan. Agar penggunaan material lunak pada
elemen lansekap perancangan ini efisien, maka akan dianalisis kebutuhan material
lunak yang akan dipakai sebagai berikut :
Tabel 4.3. Analisa Kebutuhan Material Lunak Pada Lansekap
No Jenis Vegetasi Karakteristik Fungsi

1 Pohon Peneduh, Tinggi berkisar 10-15 m, tajuk - Dapat mempertegas bentuk


Contoh : Beringin, cenderung bulat dan melebar horizontal pada lingkungan
trembesi, mahoni. berkisar 4-6 m. - Member peneduhan sangat baik
- Mencegah pantulan cahaya
2 Pohon pelindung, Tinggi berkisar 5-10 m, bertajuk - Memberikan peneduhan yang cukup
Contoh : akasia, bulatatau runcing ke atas dengan baik
flamboyan, cemara lebar berkisar 2-4 m. - Meminimalkan efek pantulan cahaya
kipas, kiara payung. dan polusi
3 Perdu dan teh-tehan, Tinggi berkisar 2-5 m, bertajuk - Berperan sebagai aksen visual
Contoh : tidak terlalu lebar. - Mempertegas bentuk gelombang
Bougenville, puring. pada tapak yang berkontur
- Menjadi bagian dari taman pada
suatu kawasan
4 Tanaman penutup Penutup tanah yang terdiri dari - Pencegah radiasi panas matahari
tanah, tanaman berdaun dan berbunga pada permukaan tanah
Contoh : lili paris, yang indah dan lebih tinggi dari - Memberi aksen visual yang baik
nanas hias, rumput. rumput, digunakan sebagai pada taman
bagian utama dari taman. - Pengalas atau penutup lapisan tanah
(Sumber : Rustam Hakim, 2012)
Alternatif 1

Gambar 4.27. Alternatif 1 Penempatan Material Lunak Pada Lansekap


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

67
Alternatif 2

Gambar 4.28. Alternatif 2 Penempatan Material Lunak Pada Lansekap


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

Tanggapan :
Alternatif 2 akan dipakai pada perancangan ini, karena potensi luas lahan yang
cukup besar maka lebih baik posisi vegetasi berdasarkan jenis tidak perlu
disatukan.

B. Hard Material
Penggunaan hard material atau material keras menjadi penting
diperhatikan karena pemilihannya harus seirama dengan soft material agar
fungsi dan estetika dari kedua elemen ini dapat berkesinambungan. Adapun
material keras ini juga mempengaruhi rasa nyaman, aman serta unsur seni dari
suatu perancangan yang berkaitan dengan lansekap. Material pengerasan pada
permukaan jalan juga termasuk hard material, begitu juga berbagai hiasan
yang berada di area penghijauan juga dikategorikan sebagai material keras.
Dimana kategori material keras terbagi 5, yaitu material keras alami, material
keras potensi geologi, material keras buatan berbahan metal dan sejenisnya ,
material keras buatan kombinasi beton, serta material keras sintetis atau tiruan
dari bahan alami seperti rumput sintetis, batang kayu sintetis dan lainnya.

68
Oleh karena itu terdapat analisa penggunaan material keras pada perancangan
ini sebagai berikut :

Tabel 4.1. Analisa Kebutuhan Material Keras Pada Lansekap


Kelompok
No. Contoh Material Fungsi
material

Material Keras 1. Kayu Menambah unsur estetika di


1
Alami 2. Batang Bambu area penghijauan
3. Batang Rotan
1. Aspal Material penutup tanah
Material Keras
2 2. Pasir silika
Potensi Geologi
3. Kerikil
4. Batu Alam
1. Tiang Lampu Material hiasan dan pelengkap
Material Keras
3 2. Kursi Taman pada area Lansekap
berbahan metal
3. Reling
4. Penunjuk Lokasi (Sign)
Material Keras 1. Tong Sampah Media servis untuk pengguna
4
Sintetis 2. Akrilik area lansekap

Material Keras 1. Grass Block Penutup tanah dan unsur


5
kombinasi beton 2. Paving Block estetika
3. Sculpture
(Sumber : Data Survei Pribadi, 2018)
Alternatif 1
Material Keras Potensi 1.Aspal menutup permukaan tanah pada
Geologi jalan utama di dalam site
2. Pasir Silika Menutup permukaan tanah pada
3. Kerikil area playground dan taman
Material keras berbahan 1. Tiang Lampu Untuk menyangga lampu taman
metal 2. Reling Pegangan pada beberapa jalur
pedestrian khusus
3. Penunjuk lokasi Sebagai penunjuk arah di dalam
(Sign) site
Material keras sintetis 1. Tong Sampah Menampung sampah sementara
pengguna perancangan.
Material kombinasi beton 1.Grass Block Penutup permukaan tanah di area
parkir dan taman
2. Sculpture Sebagai ikon pada perancangan
3.Bangku Taman Untuk istirahat pengguna
perancangan

69
Alternatif 2
Material Keras Alami 1. Bambu OlahanGazebo di taman
Material Keras Potensi 1.Aspal menutup permukaan tanah pada
Geologi jalan utama di dalam site
2. Batu alam Menutup permukaan tanah pada
area playground dan taman
Material keras berbahan 1. Tiang Lampu Untuk menyangga lampu taman
metal 2. Reling Pegangan pada beberapa jalur
pedestrian khusus
3. Penunjuk lokasi Sebagai penunjuk arah di dalam
(Sign) site
4. Bangku Taman Untuk istirahat pengguna
perancangan
Material keras sintetis 1. Tong Sampah Menampung sampah sementara
pengguna perancangan.
Material kombinasi beton 1.Grass Block Penutup permukaan tanah di area
parkir dan taman
2. Sculpture Sebagai ikon pada perancangan
Tanggapan :
Pada perancangan ini akan menggunakan alternatif 1, karena material keras alami
seperti bambu dan kayu olahan tidak akan dipakai pada perancangan ini untuk
memunculkan gaya futuristik.

4.1.12. Analisa Drainase Pada Tapak


Mengingat peran drainase pada perancangan dengan lahan besar sangat
penting untuk mengalirkan air menuju area resapan atau jalur drainase kota
agar tidak terjadi genangan pada tapak perancangan. Secara umum terdapat
dua jenis pola drainase yang dapat digunakan, yaitu sebagai berikut :
Alternatif 1
Kelebihan : Kekurangan :
-Aroma limbah cair -Biaya konstruksi
pada drainase tidak cukup mahal
mudah menguap, - Proses pengerjaan
sehingga tidak lebih lama
menimbulkan bau.
- Sampah padat tidak
mudah masuk ke
drainase, sehingga
resiko penyumbatan
lebih minimum

Gambar 4.29. Alternatif 1 Drainase


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

70
Alternatif 2
Kelebihan : Kekurangan :
- Proses konstruksi - Sampah pada dapat
murah dan cepat masuk dan
- Proses pemeliharaan menghambat saluran
lebih mudah karena drainase.
seluruh aliran drainase - Sering terjadi
dapat dilihat penimbunan limbah
padat pada aliran
drainase pada model
ini.

Gambar 4.30. Alternatif 2 Drainase


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)
Tanggapan :
Pada perancangan ini akan menggunakan alternatif 1, karena limbah cair yang
berada di drainase tidak akan terlalu menguap sehingga aroma tidak sedap tidak
akan mudah menyebar di tapak perancangan.

4.1.13. Analisa Kebisingan Pada Tapak


Kebisingan tinggi datang dari arah
utara, karena terdapat jalan raya
dengan intensitas lalu lintas sibuk

Kebisingan sedang datang Kebisingan rendah


dari arah barat, yaitu datang dari arah
permukiman penduduk timur, karena tidak
ada kegiatan pada
sungai yang berada di
timur tapak

Kebisingan tinggi datang dari arah


selatan, karena terdapat jalan raya
dengan intensitas lalu lintas sibuk

Gambar 4.31. Analisa Kebisingan Pada Tapak


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

71
Alternatif 1:
Menjauhkan masa bangunan dari pusat kebisingan.

Gambar 4.33. Alternatif 1 Analisa Kebisingan


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)
Alternatif 2:
Menggunakan buffer seperti pepohonan untuk meredam suara dan
menambah nilai estetika.

Gambar 4.32. Alternatif 2 Analisa Kebisingan


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

Tanggapan :
Perancangan ini akan memakai alternatif 1 dan 2, karena kedua alternatif ini
responsif terhadap peredaman kebisingan yang akan masuk kedalam perancangan.
Oleh karena itu kedua alternatif ini akan sedemikian rupa digunakan pada
perancangan dengan menggunakan berbagai unsur yang terkait didalamnya.

4.1.14. Analisa Utilitas Pada Tapak


Utilitas yang tersedia disekitar tapak sangat lengkap, sehingga dapat
dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan perancangan pada tapak. Adapun
utilitas yang terdapat disekitar tapak adalah :

No. Jenis Utilitas Nama Penyedia


1 Jaringan Listrik PLN
2 Jaringan Air Bersih PDAM Tirtanadi
3 Jaringan Telekomunikasi Telkom Indonesia
4 Jaringan Gas Bawah Tanah PGN

Utilitas ini nantinya akan dimanfaatkan pada perancangan ini untuk


kebutuhan pengguna, secara persentase kebutuhan pengguna akan layanan
utilitas ini lebih banyak digunakan pada gedung perancangan. Namun tapak

72
juga membutuhkan layanan utilitas, bukan hanya sebagai area lintasan dari
luar tapak menuju bangunan perancangan. Adapun alternatif kebutuhan sarana
utilitas pada tapak antara lain adalah :

Alternatif 1:
No. Jenis Utilitas Pemanfaatan Utilitas

Listrik PLN  Lampu Taman


1  Pompa Air di tapak
 Lampu Penunjuk
 Area Charger di Taman
2 Air Bersih PDAM  Air minum di taman
 Washtafel di taman
Telekomunikasi TELKOM  Telepon Umum
3
 Telepon LAN antar pos Keamanan
 Wifi di Taman
4 Gas PGN  Supply Energi Genset

Alternatif 2:
No. Jenis Utilitas Pemanfaatan Utilitas

1 Listik PLN  Lampu Taman


 Pompa Air di tapak
2 Air Bersih PDAM  Washtafel di taman
 Penyiraman Tanaman
3 Telekomunikasi TELKOM  Telepon Umum
 Wifi di Taman
4 Gas PGN  Supply Energi Genset
 Energi pengering lantai

Tanggapan :
Pada perancangan ini alternatif 1 lebih baik karena pemanfaatan utilitas
disesuaikan dengan kebutuhan pengguna nantinya, termasuk jaringan broadband
seperti wifi yang sangat dibutuhkan saat ini. Adapun Genset pada tapak
menggunakan energy Gas yang mengalir melalui jaringan gas bawah tanah yang
disediakan oleh PGN.

73
4.1.15. Analisa Iklim Pada Tapak
A. Analisa Hujan
Kelembaban udara di wilayah Kabupaten Deli Serdang rata-rata
berkisar antara 84 - 94%. Sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap
bulannya 104,3 mm. Hari hujan di Kabupaten Deli Serdang pada tahun
2015 rata-rata per bulan 19 hari dengan rata-rata curah hujan per bulannya
226,0 mm berdasarkan data dari Stasiun BMKG Sampali dan 299,5 mm
berdasarkan data dari Stasiun BMKG Polonia. Merujuk pada data tersebut,
maka perlu dilakukan analisa mengenai curah hujan pada tapak, serta alur
air mengalir pada tapak dan upaya apa yang dilakukan agar tapak
responsive terhadap curah hujan yang jatuh pada tapak. Adapun analisa
hujan pada tapak perancangan ini adalah sebagai berikut :

Gambar 4.34. Analisa Hujan Pada Tapak


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

Alternatif 1:
Membentuk atap yang responsif
mengalirkan air hujan saat hujan
terjadi dan mengalir pada bangunan
perancangan kemudian dapat
Gambar 4.35. Alternatif 1 Analisa Hujan
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

74
mengalirkan air hujan tersebut ke saluran drainase.

Alternatif 2:
Mengadopsi konsep peresapan maksimal
pada sleuruh muka tapak dengan
meminimalisir pengerasan pada tapak yang
dapat menutup permukaan tanah agar air
hujan dapat meresap ke dalam tanah, upaya
Gambar 4.36. Alternatif 2 Analisa Hujan
yang dilakukan antara lain menggunakan (Sumber : Indonusa-conblock, 2015)

grass block pada perancangan.

Alternatif 3:
Merancang area resapan yang dapat menampung tadahan air hujan dari
seluruh tapak ditambah dengan sumur resapan untuk memaksimalkan
penyerapan air hujan melalui upaya maksimal penyerapan air hujan pada
tapak.

Gambar 4.37. Alternatif 3 Analisa Hujan


(Sumber :artikelinformasi.com, 2017)

Tanggapan:
Pada perancangan ini akan dipakai alternatif 1 dan 2, karena upaya pada
kedua alternatif ini sudah cukup responsif untuk mengantisipasi air hujan
yang jatuh pada tapak dan menimimalisir genangan jikalau hujan deras
mencurahi tapak

75
B. Analisa Angin
Angin siang datang dari
arah timur laut

Angin malam datang dari


arah barat daya

Gambar 4.38. Analisa Arah Angin Pada Tapak


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

Berdasarkan pengamatan dan data survei yang dilaksanakan pada tapak,


diketahui bahwa angin pada siang hari berhembus dari arah timur laut dimana
angin berhembus dari laut ke gunung. Kemudian pada malam hari, angin
berhembus dari arah barat daya menuju timur laut sesuai gerakan angina yaitu
dari arah gunung menuju laut. Oleh karena itu diperlukan analisa angina
terhadap tapak untuk mendapatkan perancangan tapak yang response terhadap
angina berhembus disekitar tapak. Alternatif yang didapatkan antara lain
adalah :
Alternatif 1:

Gambar 4.39. Alternatif 1 Analisa Angin


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

Angin yang berhembus pada tapak dimanfaatkan sebagai salah satu sistem
penghawaan pada tapak dan bangunan. Dimana proses pemanfaatannya adalah
dengan mengarahkan bukaan-bukaan pada perancangan ke arah angin datang.

76
Alternatif 2 :
Mengantisipasi polusi yang ikut terbawa angina memasuki area tapak, maka
diperlukan buffer untuk menghalang polusi udara tersebut. Buffer yang
digunakan dapat buffer alami yaiu pepohonan maupun buffer buatan seperti
kawat kasa dan lainnya. Buffer-buffer tersebut diletakkan pada arah angina
datang agar dapat menyaring polusi sehingga angin yang mengalir kedalam
tapak lebih baik.

Gambar 4.40. Alternatif 2 analisa Angin


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)
Tanggapan :
Pada perancangan ini akan dipakai kedua alternatif, karena keduanya baik
diterapkan pada perancangan untuk memaksimalkan potensi angin yang
bergerak pada tapak.

C. Analisa Matahari

Gambar 4.41. Analisa Orientasi Matahari Pada Tapak


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

77
Posisi lintang matahari pada tapak cenderung mengarah ke utara,
sehingga saat matahari terbenam cahaya panas datang dari arah barat laut. Dan
saat matahari terbit cahaya matahari cenderung datang dari arah timur laut.
Alternatif 1 :

Gambar 4.42. Alternatif 1 Analisa Matahari


(Sumber : Analisa Pribadi, 2018)

Menggunakan buffer alami seperti pepohonan peneduh dan pelindung pada


sisi barat laut agar cahaya matahari sore tidak jatuh langsung ke bangunan
perancangan. Bentuk bangunan juga akan disesuaikan dengan kebutuhan akan
sinar matahari, dimana bukaan-bukaan juga diarahkan pada sisi timur dan
barat namun untuk menangkal panas sinar matahari juga akan diberikan buffer
tanaman merambat sejenis lee kuan yew atau hedera helix.

Alternatif 2 :

Gambar 4.43. Alternatif 2 Analisa Matahari


(Sumber : Analisa Pribadi, 2018)

Cahaya matahari akan dimanfaatkan sebagai pencahayaan alami dengan


meneruskan cahaya matahari kedalam tapak perancangan, upaya ini dilakukan
untuk mengurangi penggunaan energi untuk penerangan. Udara hangat juga
didapatkan dari cahaya matahari yang diteruskan, oleh karena itu posisi
beberapa ruangan yang membutuhkan udara hangat akan diletakkan pada
posisi utama area penyerapan cahaya matahari.

78
Alternatif 3 :

Gambar 4.44. Alternatif 3 Analisa Matahari


(Sumber : Analisa Pribadi, 2018)

Untuk menangkal cahaya matahari panas disisi barat laut, akan digunakan
buffer buatan seperti dinding beton tinggi pada beberapa area, atau GRC serta
composite panel yang dapat meredam panas. Perpaduan beton, GRC atau
composite panel, serta Akrilik juga cukup baik dalam menimbulkan kesan
futuristik pada bangunan.

Tanggapan :
Pada perancangan akan menggunakan ketiga alternatif, dimana buffer
alami akan dimaksimalkan pada tapak terutama disisi barat laut dan timur.
Buffer alami juga sebagai upaya menghasilkan udara segar disekitar tapak dan
bangunan perancangan karena sifat tanaman yang terkena sinar matahari
langsung berfotosintesis dan menghasilkan oksigen.
Kemudian perancangan akan memaksimalkan cahaya matahari untuk
penyinaran di dalam bangunan untuk penghematan energi, serta
memanfaatkan suhu hangat yang dihasilkan cahaya masuk ke dalam bangunan
dengan memposisikan ruangan ruangan yang membutuhkan suhu hangat pada
posisi yang menangkap cukup banyak sinar matahari. Dan menggunakan
buffer buatan pada kulit bangunan sebagai upaya meneruskan cahaya matahari
secara tidak langsung, agar cahaya matahari yang masuk dapat masuk
menerangi bangunan tetapi tidak membawa suhu panas.0

79
4.1.14. Analisa Zoning Pada Tapak
Jenis Area Zona
 Publik : Untuk area yang memiliki kegiatan yang bersifat umum.
 Semi Publik : Untuk area yang memiliki kegiatan bersifat semi umum.
 Service : Untuk area yang memiliki kegiatan yang bersifat servis
atau fungsi layanan.
 Private : Untuk area yang memiliki kegiatan privat, tidak terbuka
untuk umum.

Alternatif 1 Alternatif 2

Gambar 4.45. Alternatif 1 Zoning Tapak Gambar 4.46. Alternatif 2 Zoning Tapak
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018) (Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

Tanggapan :
Zoning perancangan yang akan dipakai pada perancangan ini adalah
alternatif 1, dimana proses zoning dimulai dari memposisikan zona publik
mengitari tapak. Kemudian fungsi semi publik yang dimanfaatkan untuk
area pengunjung khusus berdekatan dengan zona private dan sejalur dengan
zona servis karena ketiga zona tersebut akan memiliki aktifitas yang
berkaitan.

80
4.2. Analisa Bangunan
4.2.1. Analisa Jumlah Pengguna Bangunan
Pada analisa ini, diperlukan data jumlah penduduk kabupaten Deli Serdang
untuk mendapatkan analisa jumlah pengguna (pengelola dan pengunjung)
yang diperkirakan akan menggunakan perancangan ini. Adapun data
penduduk kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5. Jumlah Penduduk Kab. Deli Serdang Per Kecamatan
Kecamatan 2015
Laki-laki Perempuan Total

1 Gunung Meriah 1441 1433 2874


2 S.T.M. Hulu 7048 6975 14023
3 Sibolangit 11207 11269 22476
4 Kutalimbaru 20229 20427 40656
5 Pancur Batu 48205 48083 96288
6 Namo Rambe 20506 20973 41479
7 Biru-Biru 19409 19237 38646
8 S.T.M. Hilir 17662 17115 34777
9 Bangun Purba 12259 12275 24534
10 Galang 35143 34821 69964
11 Tanjung Morawa 109968 108116 218084
12 Patumbak 50900 49523 100423
13 Deli Tua 33807 34851 68658
14 Sunggal 139098 137165 276263
15 Hamparan Perak 86437 83628 170065
16 Labuhan Deli 34688 33530 68218
17 Percut Sei Tuan 219239 216764 436003
18 Batang Kuis 32327 31416 63743
19 Pantai Labu 25205 23688 48893
20 Beringin 30185 29352 59537
21 Lubuk Pakam 45581 46400 91981
22 Pagar Merbau 20644 21079 41723
Total 1021188 1008120 2029308
(Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Deli Serdang, 2015)
Penduduk kabupaten Deli Serdang pada tahun 2015 berdasarkan data
badan pusat statistic sebanyak 2.029.308 jiwa, adapun pada perancangan ini
target pengunjung adalah siswa sekolah menengah pertama dan atas,
mahasiswa dan peneliti dimana rentan umur pengunjung tersebut adalah 12 –
45 tahun. Serta pengelola dengan rentang umur 20 – 56 Tahun. Oleh karena

81
sasaran pengunjung dan pengelola adalah penduduk berumur 12-56 tahun,
berikut data jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur :
Tabel 4.6. Jumlah Penduduk Kab. Deli Serdang Berdasarkan Kelompok Umur
Kelompok Umur 2015
Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 113375 108479 221854
5-9 107545 102256 209801
10 - 14 96667 92557 189224
15 - 19 94694 92025 186719
20 - 24 93259 91567 184826
25 - 29 86359 86987 173346
30 - 34 81567 83142 164709
35 - 39 76559 77431 153990
40 - 44 69949 68891 138840
45 - 49 58904 57893 116797
50 - 54 48621 48368 96989
55 - 59 38547 37778 76325
60 - 64 24340 23854 48194
65 - 69 14325 15099 29424
70 - 74 8795 10363 19158
75 + 7682 11430 19112
Total 1021188 1008120 2029308
(Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Deli Serdang, 2015)
 Pada data diatas dapat dilihat jumlah penduduk pada rentang umur 12-56
tahun berjumlah 1.481.765 orang
 Dari total penduduk tersebut diasumsikan 60% memiliki kecenderungan
mengunjungi taman teknologi ini dengan tujuan wisata maupun edukasi
maka didapatkan jumlah pengunjung tahunan sebanyak 889.059 orang
 Untuk mendapat jumlah pengunjung harian, dimana taman teknologi
hanya beroperasi di hari kerja maka jumlah asumsi pengunjung tahunan
di bagi dengan 261 hari kerja. Yaitu hasilnya 889.059 / 261 = 3.400 orang
pengunjung harian.
 Maka kapasitas minimum yang akan diasumsikan pada perancangan ini
dapat menampung 3.400 orang

82
4.2.2. Analisa Aktifitas Pengguna Bangunan
Pada perancangan ini terdapat 3 kategori pengguna bangunan,
yaitu Pengunjung, Pekerja Tetap dan Pekerja tidak tetap. Dimana setiap
kategori pengguna bangunan memiliki karakter pemakai dan karakter
ruang pada setiap aktifitasnya. Adapun aktifitas dan karakter pemakai
serta ruang pada pengguna antara lain adalah :
Tabel 4.7. Analisa Aktifitas Penguna Bangunan
Kategori
No Aktifitas Karakter Pemakai Karakter Ruang
Pengguna
Pengunjung - Pelatihan - Bebas kemana-mana - Terbuka
- Mengantri - Berkelompok - Menampung banyak
- Melihat - Melihat ke segala arah orang
- Mengamati - Teliti kepada objek - Terkontrol
- Menikmati - Mengikuti alur sirkulasi - Memiliki kekhususan
- Menseleksi - Menikmati Ruang fungsi
- Rekreasi - Mengamati objek pada - Mengadomokasi
1 - Membaca ruang kepadatan suatu waktu
- Meneliti
- Duduk
- Mendengarkan
- Mengikuti
Lokakarya
- Makan Minum
- Belanja
Pekerja - Duduk - Teliti - terintegrasi
Tetap - Bekerja - Responsif - Memiliki zona privasi
- Melayani - Bekerjasama - Mengakomodir
Pengunjung - Mengamati Pengunjung kebutuhan pribadi
- Mengontrol - Merawat Bangunan - Membantu kinerja
- Menginformasi - Waspada
- Mengelola - Tepat waktu
2
- Rapat
- Makan dan Minum
- Membersihkan
- Pengawasan
- Istirahat
- Pengecekan
- Pengamanan
Pekerja - Duduk - Bekerja sama - Terbuka
Tidak - Mengamati - Mencapai Target - Memiliki zona privasi
Tetap - Meneliti - Fokus - Membantu Kinerja
- Membaca - Cepat Tanggap - Saling berkaitan
- Bekerja - Memproses isu
3
- Berinteraksi - Kreatif
- Berkreasi - Inovatif
- Memproduksi
- Makan Minum
- Istirahat
(Sumber : Analisa Pribadi, 2018)

83
Tanggapan :
Untuk menciptakan perancangan yang efisien, maka program ruang pada
perancangan harus mengakomodir aktifitas, karakter pemakai dan karakter ruang
pada analisa diatas.

4.2.3. Analisa Kebutuhan Ruang Pada Bangunan


Tabel 4.8. Analisa Kebutuhan Ruang Penguna Bangunan
KEBUTUHAN
KELOMPOK
NO KEGIATAN
FASILITAS PENGGUNA KEGIATAN RUANG

1 Kegiatan Inkubasi Bisnis Pengunjung -Membeli Akses Masuk - Ruang Simulasi


UTAMA -Mengamati Fasilitas Penanaman dan
edukasi pemeliharaan Tembakau
-Mendengarkan - Ruang Simulasi Panen
Penjelasan Pemandu dan sortir Tembakau
-Menonton Film - Ruang Simulasi Produksi
-Mengikuti Simulasi Tembakau
Pekerja -Menjual akses masuk -Ruang Lokakarya Produk
Tetap -Mengakomodir tembakau
pengunjung -Ruang Kantor bersama
-memberikan informasi -Ruang Lokakarya
sebagai pemandu Pengolahan komoditi
-mengoperasikan teater Tembakau
-memandu proses -Ruang Penjualan Produk
simulasi Lokakarya
-membersihkan
bangunan
Penerapan Pengunjung -Membaca - Galeri Sejarah
Langsung -Mencari Informasi Tembakau
Teknologi Pekerja Tetap -Membaca - Galeri Agrikultur
-Mengontrol Informasi Tembakau
(data) masuk dan keluar - Galeri Alat Pengolah
-membersihkan ruangan Tembakau
-menginformasikan data - Galeri Produk Tembakau
yang ada - Galeri Perniagaan
-mengoperasikan - Theater Film
ruangan informasi

Pekerja -Membaca
Tidak Tetap -Mencari Informasi
Penelitian dan Pengunjung -mengikuti lokakarya -Ruang penelitian
Pengembangan -berbelanja Teknologi Tembakau
Pekerja Tetap -mengelola ruang -Perpustakaan
penelitian -Ruang pusat data
-mengelola ruang komiditi Tembakau Deli
keterampilan -Ruang pusat data Taman
-memandu lokakarya teknologi Tembakau Deli
-menjual produk -Ruang Pusat data potensi
ekonomi daerah
Pekerja - Bekerja
Tidak Tetap - Meneliti
- Berloka Karya
- Berinovasi

84
KEBUTUHAN
KELOMPOK FASI-
NO LITAS
PENGGUNA KEGIATAN RUANG
KEGIATAN
2 Kegiatan Pengelo- Pekerja Tetap -Mengontrol Perusahaan -Ruang Direksi
PENDUKUNG laan -Mengelola Fasilitas -Ruang Staff
-Rapat -Ruang Karyawan
-Menyimpan Barang -Ruang Loker
-Melaksanakan -Ruang Rapat
Pertemuan -Ruang Pertemuan
- Ruang Penjualan Tiket
- Ruang Pengelola Sarana
Pemeliha- Pekerja Tetap -Pemeliharaan Gedung -Ruang Genset
raan -Pengoperasian gedung -Ruang AHU
-Pengontrolan Gedung -Ruang Panel
-Ruang Pompa Air
-Ruang CCTV
-Ruang Mesin Lift
-Ruang Pengelolaan
Sampah
3 Kegiatan Rekreasi Pengunjung -Wisata -Ruang permainan Anak
PENDAMPING -Berinteraksi -Ruang Paintball
-Ruang Interaksi Komunal
Pekerja -Memasak ringan -Dapur
Servis Tetap -Membersihkan perkakas -Janitor
-Bongkar Muat -Ruang Istirahat
-Sortir Barang
-Buang air kecil/besar
-Istirahat

Pekerja -Buang air kecil/besar


Tidak Tetap -Istirahat
Ibadah Pengunjung, Melaksanakan Ibadah -Musholla
pekerja tetap, -Ruang Wudhu
pekerja tidak
tetap.

Kesehatan Pengunjung -Antisipasi pengunjung -Klinik


kelelahan
Pekerja - Pengecekan Rutin
Tetap, Kesehatan
pekerja tidak - Konsultasi Kesehatan
tetap
Olahraga Pekerja Tetap -Latihan Kebugaran -Gymnasium

Makan Pengunjung, -Membeli Makan minum -Kantin


Minum Pekerja -makan dan minum
Tetap,
Pekerja
Tidak tetap
4 Kegiatan Keuangan Pengunjung, Bertransaksi Keuangan - ATM Center
PELAYANAN Pekerja di ATM
Tetap,
Pekerja
Tidak Tetap
Parkir Pengelola Parkir bus, Parkir - R. Parkir Pengunjung
kendaraan roda 4, parkir - R. Parkir Pekerja
kendaraan roda 2 - R. Parkir Kendaraan
Servis
Pekerja Parkir kendaraan roda 4,
Tetap parkir kendaraan roda 2,
Parkir Kendaraan Servis

85
KEBUTUHAN
KELOMPOK FASI-
NO LITAS
PENGGUNA KEGIATAN RUANG
KEGIATAN
Pekerja Parkir kendaraan roda 4,
Tidak Tetap parkir kendaraan roda 2

Penitipan Pengunjung Menitipkan barang - R. Penitipan barang

Toilet Pengunjung Buang air kecil/besar,


Pekerja tetap cuci muka - Toilet Umum
Pekerja tidak
tetap
Keamanan Pekerja Tetap Mejaga keamanan, - Pos keamanan
menindak kriminal, - R. Loker Satpam
istirahat - R. Istirahat
Perguda- Pekerja Tetap Mengontrol Servis, - R. Bongkar muat
ngan Administrasi - Gudang Utama
- R. Kualiti Kontrol
(Sumber : Analisa Pribadi, 2018)
Tanggapan :
Analisa diatas menjadi acuan perancangan dalam menentukan ruang apa saja
yang harus ada di dalam perancangan, oleh karena itu setiap poin kebutuhan
ruang diatas harus menjadi komponen penting pada perancangan.

4.2.4. Analisa Sirkulasi Pengguna Pada Bangunan


A. Sirkulasi Pengunjung
- Pengunjung datang dan langsung menuju lobby utama tempat
penjualan tiket akses masuk, bagi pengunjung yang membawa
kendaraan terlebih dahulu memarkirkan kendaraan.
- Pengunjung membeli tiket masuk
- Pengunjung memasuki wahana Edukasi dan Informasi
- Pengunjung mendaftarkan diri pada fasilitas Kreasi jika berkenan
- Pengunjung berbelanja pada toko kreasi jika berkenan.
- Pengunjung membeli akses fasilitas Rekreasi bagi yang berkenan
- Pengunjung menikmati fasilitas lainnya seperti kantin.
- Pengunjung meninggalkan lokasi.

86
Gambar 4.47. Analisa Sirkulasi Pengunjung
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

B. Sirkulasi Pekerja Tetap


- Pekerja datang mengabsen kehadiran, bagi yang membawa
kendaraan memarkirkan kendaraan terlebih dahulu.
- Pekerja melatakan barang di Loker
- Pekerja bekerja di ruangan / area kerja masing-masing
- Pekerja istirahat Makan dan Sholat
- Pekerja Absen kepulangan dan Pulang.

Gambar 4.48. Analisa Sirkulasi Pekerja Tetap


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

87
C. Pekerja Tidak Tetap
- Pekerja datang dan memarkirkan kendaraan
- Pekerja bekerja di ruang kerja bersama
- Pekerja bekerja di ruang Penelitian
- Pekerja mencari bahan kerja di Pusat data
- Pekerja bekerja di ruang lokakarya
- Istirahat Sholat dan Makan
- Pekerja Pulang

Gambar 4.49. Analisa Sirkulasi Pekerja Tidak Tetap


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

4.2.5. Analisa Hubungan Ruang Pada Bangunan


Pada perancangan ini, dibutuhkan analisa hubungan ruang yang
membantu proses perancangan agar proses menghubungkan ruang dapat
berjalan maksimal. Berikut beberapa alternatif hubungan ruang :

Tabel 4.9. Analisa Pola Hubungan Ruang Pada Bangunan


Alternatif. Pola Hubungan ruang Keterangan
Menggunakan Pola Hubungan
Ruang di Dalam Ruang
1

88
Alternatif. Pola Hubungan ruang Keterangan
Menggunaka pola hubungan
ruang yang bersebelahan
2

Menggunakan pola hubungan


ruang yang saling berkaitan
3

Menggunakan pola hubungan


ruang yang dihubungkan oleh
4 ruang bersama

(Sumber : Francis D.K. Ching. Arsitektur : Bentuk, Ruang dan Tatanan, 1996 )

Tanggapan :
Alternatif pola hubungan ruang yang dipilih untuk perancangan ini adalah
alternatif 3 dan 4, hal ini karena pola tersebut baik dari segi sirkulasi dan
mudah untuk diterapkan pada massa bangunan yang cukup besar seperti
perancangan taman teknologi tembakau Deli ini.
4.2.6. Analisa Besaran Ruang Pada Bangunan
Besaran ruang pada perancangan taman teknologi Tembakau Deli ini antara
lain dapat dilihat pada tabel bawah ini :
A. Kegiatan Utama
Tabel 4.10. Analisa Besaran Ruang Pada Kegiatan Utama
Kapasitas Standart Luas Total
Fasilitas Jenis Ruang (orang) (m²) Unit Sumber
(m²) (m²)
- Ruang Simulasi Penanaman 1200 1 1200 SB
Inkubasi dan pemeliharaan Tembakau
Bisnis - Ruang Simulasi Panen dan 640 1 640 SB
Sortir Tembakau
- Ruang Simulasi Produksi 640 1 640 SB
Produk Tembakau

89
Kapasitas Standart Luas Total
Fasilitas Jenis Ruang (orang) (m²) Unit Sumber
(m²) (m²)
- Ruang Kantor bersama 60 3 180 2 360 SB
- Ruang Lokakarya Produk 40 3 120 2 240 SB
tembakau
- Ruang Lokakarya Pengolahan 40 3 120 2 240 SB
komoditi Tembakau
- Ruang Penjualan Produk 5 5 25 20 125
Lokakarya
- Ruang Kerja Pengelola 45
Total 3.445 m2

Sirkulasi 20 % 3.445 + 689 =


4.134 m2

Penerapan - R. Entrance Galeri 4 1.5 6 1 6


Langsung - Foyer Galeri 40 1.5 60 1 60
Teknologi
- Galeri Sejarah Tembakau 360 1 360
- Galeri Agrikultur Tembakau 720 1 720
- Galeri Alat Tembakau 1080 1 1080
- Galeri Produk Tembakau 720 1 720
- Galeri Perniagaan Tembakau 360 1 360
- Theater Film 40 2.5 100 4 400
- Ruang operator Theater 30 4 30
Total 3.763 m2

Sirkulasi 20 % 3.763 + 747,2 =


4.510,2 m2
Penelitian - Ruang penelitian Teknologi 20 6 120 4 480
dan Tembakau
Pengemb - Perpustakaan 80 4 240 1 240
angan - Ruang pusat data komiditi 90 1 90
Tembakau Deli
- Ruang pusat data Taman 90 1 90
teknologi Tembakau Deli
- Ruang Pusat data potensi 90 1 90
ekonomi daerah
- Ruang Kerja Pengelola 4 4 16 4 64
Total 1.054 m2

Sirkulasi 20 % 1.054 + 210.8 =


1.264.8 m2
(Sumber : Analisa Pribadi, 2018)

90
B. Kegiatan Pendukung
Tabel 4.11. Analisa Besaran Ruang Pada Kegiatan Pendukung
Kapasitas Standart Luas Total
Jenis Ruang (orang) (m²) Unit Sumber
Fasilitas (m²) (m²)
- Ruang Direksi 1 12 12 6 72 SB
Pengelo- - Ruang Staff 4 6 24 6 144 SB
laan - Ruang Karyawan 20 4 80 2 160 SL
- Ruang Loker 30 0.5 15 6 90 TSS
- Ruang Rapat 20 3 60 2 120 SL
- Ruang Pertemuan 250 2 500 2 1.000 SB
Total 1.586 m2
Sirkulasi 20 % 1.586 + 317,2 =
1.903,2 m2
Pemeli- - Ruang Genset 40 1 80 SL
haraan - Ruang AHU 40 1 80 SL
- Ruang Panel 12 5 20 SL
- Ruang Pompa Air dan Toren 20 2 40 SB
- Ruang CCTV 20 1 20 SL
- Ruang Mesin Lift 16 1 16 SL
- Ruang Mesin AC 16 5 80 SL
- Ruang Pengelolaan Sampah 60 1 60 SB
Total 396 m2
Sirkulasi 20 % 396 + 79,2 = 475,2 m2
(Sumber : Analisa Pribadi, 2018)

C. Kegiatan Pendamping
Tabel 4.12. Analisa Besaran Ruang Pada Kegiatan Pendamping
Kapasitas Standart Luas Total
Jenis Ruang (orang) (m²) Unit Sumber
Fasilitas (m²) (m²)
- Ruang permainan Anak 648 1 648 SB
Rekreasi - Ruang Paintball 1200 1 1200
- Ruang Interaksi Komunal 1500 1 1500
Total 3.348 m2
Sirkulasi 20 % 3.348 + 669,6 =
4.017,6 m2
Servis - Dapur 12 1 12 SB
- Janitor 4 20 80 SB
- Ruang Istirahat 18 3 54 SB
Total 146 m2

Sirkulasi 20 % 146 + 29,2 =


175,2 m2
- Musholla 30 1.5 45 1 45 SB
Ibadah - Ruang Wudhu 6 2 12 SB
Total 57 m2

Sirkulasi 20 % 57 + 11,4 = 68,4 m2


Keseha- - Klinik 20 1 20 SB
tan
Total 20 m2
Sirkulasi 20 % 20 + 4 = 24 m2

91
Kapasitas Standar Luas Total
Fasilitas Jenis Ruang (orang) t (m²)
Unit Sumber
(m²) (m²)
Kebuga- - Gymnasium 20 6 120 1 120 SB
ran
Total 120 m2
Sirkulasi 20 % 120 + 24 = 144 m2
Makan - Kantin 150 5 750 1 750 SB
Minum
Total 750 m2
Sirkulasi 20 % 750 + 150 = 900 m2
(Sumber : Analisa Pribadi, 2018)

D. Kegiatan Pelayanan
Tabel 4.13. Analisa Besaran Ruang Pada Kegiatan Pelayanan
Kapasitas Standart Luas Total
Fasilitas Jenis Ruang (orang) (m²) Unit Sumber
(m²) (m²)
- ATM Center 72 1 72 SB
Keuang-
an
Total 72 m2

Sirkulasi 20 % 72 + 14,4 = 86,4m2


Parkir - Parkir Pengunjung 3.400 1 3.400 SB
- Parkir Pekerja 310 1 310 SB
2
Total 3.710 m

Sirkulasi 20 % 3.710 + 742 =


4.425 m2
Peniti- - Ruang Penitipan 4 6 24 2 48 SB
pan Barang
Total 48 m2

Sirkulasi 20 % 48 + 9,6 = 57,6 m2


- Toilet Pria 8 2 16 12 192 NAD
Toilet - Toilet Wanita 8 2 16 12 192 NAD
- Washtafel 3 1.3 3.9 6 23.4 NAD
Total 407,4 m2
Sirkulasi 20 % 407,4 +81,5 =
488,9 m2
- Pos Satpam 2 2 4 5 20 SB
Keama-
- Ruang Loker 30 0,5 15 1 15 TSS
nan - Ruang Istirahat 15 1,5 22,5 1 22,5 SB
Total 57,5 m2
Sirkulasi 20 % 57,5 + 11,5 = 69 m2
- R. Bongkar muat 30 1 30 SB
Gudang - Gudang Utama 150 1 150 SB
- R. Kualiti Kontrol 4 3 12 1 12 SB
Total 192 m2
Sirkulasi 20 % 192 + 38,4 =
230,4 m2
(Sumber : Analisa Pribadi, 2018)

92
Keterangan :
NAD : Neufert Architecture Data SL : Studi Literatur
SB : Studi Banding TSS : Time Saver Standart
4.2.7. Analisa Massa Bangunan
Pada dasarnya terdapat dua jenis massa bangunan yaitu masaa
tunggal dan massa banyak, adapun analisa dari kedua masa tersebut antara
lain adalah :
Tabel 4.16. Analisa Massa Bangunan
Alt. Jenis Massa Kelebihan Kekurangan
Massa Tunggal Kompak secara  Kemungkinan terjadinya
keseluruhan. ruang-ruang yang kurang
Pengembangan lebih pencahayaan dan
bebas. penghawaan.
Jarak pencapaian ke unit-  Lebih sulit mengatur
1 unit ruang lebih dekat. perletakan kegiatan yang
Kebutuhan luas tanah berbeda.
lebih kecil.
Gambar 4.50. Massa Bangunan Pelaksanaannya lebih
Tunggal mudah.
(Sumber : Dokumen Pribadi,2018) Pengontrolannya lebih
mudah.
Massa Banyak  Dapat menampung  Pengembangan lebih
kegiatan yang berbeda sulit, karena terhalang
dengan jelas. massa lainnya.
 Pengelompokkan jenis  Membutuhkan lahan
2 aktifitas dan fungsi ruang yang lebih luas.
lebih jelas.  Pengontrolannya lebih
Gambar 4.51. Massa Bangunan sulit.
Banyak
(Sumber : fariablearc.com,2012)
(Sumber : Analisa Pribadi, 2018)
Tanggapan :

Alternatif massa bangunan yang dipilih pada perancangan ini adalah


alternatif massa banyak karena sesuai dengan model perancangan dan
kriteria perancangan taman teknologi.

4.2.8. Analisa Bentuk Bangunan


Secara umum, terdapat tiga jenis bentuk dasar dalam ilmu
arsitektur yaitu persegi, segitiga dan lingkaran. Setiap bentuk dasar
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, adapun analisanya
seperti pada tabel di bawah ini :

93
Tabel 4.15. Analisa Bentuk Dasar Pada Bangunan
Wujud Dasar Kelebihan Kekurangan
- Bentuk statis. - Orientasi ruang cenderung
- Mudah berkembang ke segala arah. statis.
- Lay Out ruang baik/mudah.
- Efisiensi ruang tinggi.
- Mudah digabungkan dengan bentuk lain.
- Bentuk stabil dan berkarakter kuat. - Kurang efisien.
- Mudah digabungkan menjadi bentuk-bentuk - Fleksibilitas ruang kurang.
geometris lainnya. - Lay Out ruang sulit.
- Orientasi ruang pada ketiga sudutnya.
- Bentuk halus dan informal. - Sulit dikembangkan.
- Orientasi memusat dan statis. - Fleksibilitas ruang rendah.
- Indah dilihat dari luar. Sulit digabungkan dengan
bentuk yang lain.
- Lay Out ruang sulit.

(Sumber : Francis D.K. Ching. Arsitektur : Bentuk, Ruang dan Tatanan, 1996 )

Pengembangan gubahaan massa pada perancangan ini mempertimbangkan


hal-hal berikut :
1. Bentuk tapak perancangan
2. Kegiatan pada taman teknologi Tembakau Deli
3. Tema perancangan yaitu Arsitektur Futuristik
Gubahan massa perancangan harus mengakomodasi ketiga kategori diatas,
sehingga bentuk akan mengikuti kaidah dan ketentuan peraturan yang ada di
tapak, mengakomodir kegiatan yang akan berada pada perancangan serta
menampilkan unsur Futuristik. Adapun alternatifnya sebagai berikut :
Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

Gambar 4.52. Gubahan Massa1 Gambar 4.53. Gubahan Massa2 Gambar 4.54. Gubahan Massa3
(Sumber : Dokumen Pribadi,2018) (Sumber : Dokumen Pribadi,2018) (Sumber : Dokumen Pribadi,2018)

Tanggapan :
Perancangan ini akan menggunakan alternatif 2 gubahan massa mengingat
kebutuhan ruang yang akan menampung berbagai replika peralatan perkebunan
tembakau deli, dimana bentuk futuristik juga harus menyesuaikan dengan fungsi
ruang sebagai area terbuka untuk taman teknologi.

94
4.2.9. Analisa Struktur Bangunan
A. Struktur Bawah / Pondasi
Pemilihan struktur bangunan dipertimbangkan terhadap :
- Fungsi bangunan sebagai bangunan umum.
- Tinggi bangunan dan beban massa bangunan.
- Nilai ekonomis.
- Memenuhi persyaratan fleksibilitas bangunan agar ruangan yang ada
didalamnya dapat di manfaatkan.
Tabel 4.16. Analisa Struktur bawah
Jenis Pondasi Pembuatan Kelebihan Kekurangan
Pondasi Tiang Pancang Pembuatan pondasi dibuat dengan Untuk daerah
tiang pancang system pabrikasi, proyek yang masuk
dikerjakan dengan maka mutu beton gang kecil, sulit
menyatukan pangkal terjamin. dikerjakan karena
yang terletak di bawah Bisa mencapai daya faktor angkutan
konstruksi dan dukung tanah yang Sistem ini baru ada
tumpuan pondasi. paling keras. di daerah kota dan
Prinsip kerjanya yaitu Daya dukung tidak sekitarnya.
menahan gaya hanya dari ujung Untuk daerah dan
orthogonal (tegak tiang, tetapi juga penggunaan
lurus) ke sumbung lekatan pada volumenya sedikit,
tiang lewat sekeliling tiang. harganya jauh lebih
penyerapan terhadap Harga relative mahal.
Gambar 4.55. Pondasi
lenturan yang timbul. murah bila Proses
Tiang Pancang dibanding pondasi pemancangan
(Sumber : bangunan88.com sumuran. menimbulkan
,2014) getaran dan
kebisingan.
Pondasi Tapak Di buat kedalaman 1 – Biaya yang Diperlukan waktu
2 meter atau hingga dibutuhkan relatif untuk menunggu beton
tanah keras. Pondasi murah kering sesuai umur
ini terbuat dari beton Galian tanah tidak beton.
bertulang yang di terlalu banyak hanya
bentuk seperti tapak. pada kolom struktur
saja.
Sistem
pengerjaan relatif
murah.
Gambar 4.56. Pondasi
Tapak
(Sumber : arsindo.com
,2016)
(Sumber : Wolfgang Schueller, 2001)

95
Tanggapan:
Dari penilaian diatas maka struktur bawah yang digunakan pada bangunan
ini adalah Tiang Pancang, karena pengerjaannya mudah dan cocok
digunakan pada bangunan 5 lantai.

B. Dinding
Dinding akan menjadi panas bila tidak dilindungi dari radiasi
matahari dan meneruskan panas secara langsung tanpa pembiasan ke
dalam ruangan. Pada waktu-waktu tertentu dinding timur dan barat
mendapat beban panas yang jauh lebih besar oleh karena itu dibutuhakan
konstruksi dinding berlapis sebagai salah satu cara untuk menghadapi
masalah dinding pada bangunan seperti kasus diatas, oleh karena itu
diperlukan analisa struktur dinding agar pemilihan struktur dapat tepat
guna pada perancangan. Adapun analisa struktur dinding antala lain yaitu :
Tabel 4.17. Analisa Struktur dinding

Struktur dinding Kelebihan Kekurangan

Pasangan Bata  Pelaksanaan mudah  Kurang efisien terhadap


 Lebih ekonomis waktu dalam pelaksanaan
 Memiliki ketahanan yang  Memiliki berat yang besar
baik terhadap api dan cuaca

Gambar 4.57. Pasangan Bata


(Sumber : Arsitag.com ,2015)
Kaca  Dapat menghubungkan  Menimbulkan efek rumah
ruang luar dan dalam secara kaca
visualisasi
 Pembuatan secara pabrikasi
 Memiliki estetika yang
menarik
 Perawatan yang mudah
Gambar 4.58. Material Kaca
(Sumber : pxhere.com ,2017)

96
Struktur dinding Kelebihan Kekurangan
Akustik  Sangat baik untuk  Penerapan ke bangunan
penyerapan bunyi, lebih sulit
penyebaran bunyi, dan  Tidak tahan terhadap api
pembelokan bunyi
 Memiliki estetika interior
pada bangunan
 Sangat cocok digunakan
pada studio musik, opera,
theater, dan cinema.
Gambar 4.59. Material Akustik
(Sumber : peredamakustik.com
,2018)
(Sumber : Analisa Pribadi, 2018)

Tanggapan :
Berdasarkan hasil analisa diatas, maka pada perancangan ini ketiga jenis struktur
dinding tersebut akan digunakan. Pemilihan tersebut berdasarkan perhitungan
kebutuhan material pada perancangan taman teknologi ini.

C. Atap
Berdasarkan bidang dan orientasinya, atap adalah bagian bangunan
yang paling banyak terkena cahaya, curah hujan dan hempasan angin,
dan merupakan bagian yang paling bertanggung jawab terhadap
kenyamanan ruangan. Oleh karena itu dibutuhkan analisa Bentuk atap
yang akan digunakan pada perancangan ini, analisanya antara lain
adalah:
Tabel 4.18. Analisa Bentuk Atap

Bentuk Atap Kelebihan Kekurangan

Datar  Diatasnya dapat dibuat untuk ruang  Kurang estetis


serba guna, seperti gedunag, tempat  Rawan terhadap angin
jemuran, taman, ruang mesin, bak kencang
air (untuk bahan beton).  Mahal dalam konstruksi
 Pengembangan secara vertikal karena bahan dasar beton
Gambar 4.60. Atap Datar lebih mudah bertulang
(Sumber : Dokumen  Pengaruh terhadap tekanan angin  Mudah sekali menjadi
Pribadi,2018)
kecil panas
 Tidak ada pemborosan ruang  Mudah retak bahkan
dibawah atap karena perubahan suhu
 Hawa panas diatap tidak
dapat dibuang keluar
dengan cepat

97
Miring  Dapat dibuat untuk bentangan yang  Memerlukan konstruksi
besar (kuda-kuda)
 Lebih estetis  Pengaruh tekanan angin
 Air hujan dapat mengalir dengan dan gempa lebih besar
baik
Gambar 4.61. Atap Miring
(Sumber : Dokumen
Pribadi,2018)
Lengkung  Cocok untuk bentangan yang besar  Tidak sesuai untuk daerah
gempa
 Biaya mahal
 Konstruksi rumit
Gambar 4.62. Atap
Lengkung
(Sumber : Dokumen
Pribadi,2018)
(Sumber : Analisa Pribadi, 2018)

Tanggapan :
Berdasarkan analisa diatas maka atap yang digunakan pada perancangan ini yaitu
atap miring dan datar, perhitungan pemilihan karena sesuai dengan bentuk yang
akan diterapkan pada perancangan taman teknologi tembakau Deli.

4.2.10. Analisa Sirkulasi Vertikal Pada Bangunan


Perancangan ini merupakan perancangan berlantai banyak, oleh
karena nantinya akan ada sirkulasi vertical yang menyambungkan lantai
satu ke satunya. Terdapat beberapa jenis sirkulasi vertical, seperti Tangga
dan ramp. Untuk mendapatkan sirkulasi vertical yang baik dibutuhkan
analisa, adapun analisanya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.19. Analisa Sirkulasi Vertikal

alternatif Kekurangan kelebihan


Tangga  Jika naik kelantai dua  Murah
lebih melelahkan bagi  Umum digunakan
anak – anak dan orang sebagai sirkulasi
tua vertical pada bangunan.
 Tidak ramah bagi  Dapat dibangun dengan
penyandang disabilitas berbagai material

Gambar 4.63. Tangga


(Sumber : kreasindoco.co.id
,2018)

98
Ramp  Membutuhkan ruang  Ramah dengan
yang luas penyandang disabilitas
 Biaya pembuatan cukup  Lebih menyenangkan
mahal dan tidak mudah lelah
bagi anak-anak dan
orang tua

Gambar 4.64. Ramp Bangunan


(Sumber : titanramp.com,2018)
(Sumber : Analisa Pribadi, 2018)

Tanggapan :
Berdasarkan hasil analisa diatas, maka perancangan ini akan
menkombinasikan kedua alternatif tersebut. Hal ini dikarenakan proses
perancangan taman teknologi diwajibkan ramah untuk penyandang
disabilitas, sehingga tetap dibutuhkan ramp.

4.2.11. Analisa Transportasi Pada Bangunan


Pada bangunan bertingkat dan bermassa besar dibutuhkan beragam
transportasi untuk memudahkan perpindahan pengguna bangunan, berbagai jenis
alat transportasi dapat digunakan pada perancangan bangunan bertingkat namun
terlebih dahulu dibutuhkan analisa untuk mengetahui apakah alat transportasi
tersebut dibutuhkan atau tidak. Adapun jenis-jenis ala transportasi yang dapat
diterapkan pada perancangan gedung bertingkat antara lain adalah :
Tabel 4.22. Analisa Sistem Transportasi Pada Bangunan

alternatif Kelebihan kekurangan


Escalator  Umum digunakan sebagai  Hanya berfungsi pada
transportasi vertical pada manusia normal
bangunan  Tidak ramah kepada
 Tidak membutuhkan ruang penyandang disabilitas
yang terlalu besar  Tidak mengakomodir benda
dengan bebat besar

Gambar 4.65. Escalator


(Sumber : wired.com,2014)

99
Travelator  Dapat memudahkan  Membutuhkan ruang yang
penyandang disabilitas untuk besar
berpindah lantai.
 Membantu perpindahan
barang dengan bantuan troli

Gambar 4.66. Travelator


(Sumber : makinah.net,2011)
Moving Walkways  Membantu perpindahan  Tidak dapat digunakan
manusia secara horizontal sebagai perpindahan antar
 Berguna bagi pengguna lantai
bangunan yang tidak
dapat berjalan jauh

Gambar 4.67. Moving


Walkways
(Sumber : treehugger.com
,2015)
Elevator / Lift  Ruang yang dibutuhkan  Konsumsi listrik cukup
relative kecil besar
 Berfungsi baik dalam  Kurang efektif untuk
perpindahan antar tingkat perpindahan massa banyak

Gambar 4.68. Elevator


(Sumber : digipara.com
,2013)
(Sumber : Analisa Pribadi, 2018)
Tanggapan :
Alat Transportasi yang dibutuhkan pada perancangan ini hanya elevator /
lift, hal ini karena keunggulan lift dalam memindahkan massa dan ruang
yang dibutuhkan cukup kecil. Penggunaan transportasi sejenis escalator dan
travelator telah diatasi oleh pembuatan sirkulasi vertikal tangga dan ramp.

4.2.12. Analisa Utilitas Pada Bangunan


A. Analisa Energi Listrik
Perancangan taman teknologi ini membutuhkan energy listrik yang
cukup besar, adapun biasanya energi listrik didapatkan melalui perusahaan

100
listrik Negara sebagai satu-satunya supplier listrik di Negara ini. Tetapi
masih terdapat beberapa alternatif lain sebagai sumber listrik yang dapat
digunakan pada perancangan in. Berikut analisa berbagai sumber listrik
yang dapat digunakan :
Tabel 4.20. Analisa Sumber Listrik

Sumber energi Kelebihan Kekurangan


 Proses mudah  Membayar tagihan perbulan
PLN  Tidak ada perawatan khusus  Menggunakan tenaga bahan
bakar fosil yang mencemari
lingkungan
 Menggunakan tenaga sinar matahari  Mahal (biaya lebih mahal
yang ramah lingkungan dari pada dengan tagihan
Solar panel  Proses mudah listrik 20 tahun dengan
 Tidak membayar listrik subsidi pemerintah)
(photovoltaic)  Tenaga disimpan dalam bentuk baterai,  Perlu perawatan khusus (20
jadi bias hemat tahun ganti)
 Tidak adanya pemadaman listrik bergilir
 Pemakaian dapat dioptimalkan  Memerlukan pemeliharaan
Genset  Kapasitas listrik dapat disesuaikan rutin
dengan kebutuhan  Kemungkinan polusi suara
(Sumber : Analisa Pribadi, 2018)

Tanggapan :
Berdasarkan analisa diatas penggunaan listrik diatas, sumber listrik yang akan
dipakai dalam perancangan taman teknologi tembakau Deli in adalah PLN dan
Genset. Dimana sumber daya utama bangunan berasal dari PLN, dan genset hanya
dipakai pada waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan.

B. Analisa Sistem Air Bersih


Setiap perancangan membutuhkan supply air bersih, dimana terdapat
berbagai jenis supply air bersih yang terdapat di sekitar perancangan
antara lain adalah :
 PDAM Tirtanadi, penyedia utama utilitas air bersih
 Sumur atau deep well, berasal dari mata air dalam tanah
 Air hujan, merupakan sumber air cadangan yang digunakan dari
tempat penampungan air hujan

101
Tanggapan :
Sumber Air bersih yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan perancangan
taman teknologi tembakau Deli berasal dari PDAM Tirtanadi, sedangkan untuk
kebutuhan luar ruangan seperti menyiram tanaman dan lain-lain dapat
menggunakan tadahan air hujan yang ditampung untuk lebih menghemat
pengeluaran air.
Selain sumber air bersih, proses supply kedalam bangunan juga harus dipikirkan
dalam perancangan ini. Adapun terdapat dua cara dalam memasukkan air bersih
ke dalam bangunan antara lain yaitu :

Tabel 4.21. Sistem pasokan air

Sistem pasokan air Keterangan


Sistem pasokan ke bawah Pompa digunakan untuk mengisi tangki diatas atap
(down feed) dengan menggunakan sakelar pelampung, pompa
akan berhenti bekerja, jika air dalam tangki sudah
penuh dan selanjutnya air dialirkan dengan
memanfaatkan gaya gravitasi
Sistem pasokan ke atas Air bersih dialirkan langsung dengan pompa ke atas
(up Feed) ke setiap lantai
(Sumber : Analisa Pribadi, 2018)

Tanggapan :
Berdasarkan hasil analisa diatas maka sistem pasokan air bersih menggunakan
sistem down feed karena lebih efisien dan hemat penggunaan daya listrik.

PDAM METERA
N

RESERVOIR DISALURKAN
RESERVOIR ATAS KE SELURUH
BAWAH BANGUNAN

GENSET
HIDRAN POMPA AIR

PILAR
HIDRAN

Skema 4.1. Analisa Sistem Supply Air Bersih ke dalam Bangunan


(Sumber : Analisa Pribadi, 2018)

102
C. Analisa Sistem Air Kotor

Pada setiap kegiatan bangunan pasti menghasilkan air kotor, terdapat


beberapa jenis air kotor yang dihasilkan bangunan. Adapun air kotor
dibagi dalam beberapa sifat sesuai dengan hasil penggunaannya, yaitu :
 Air kotor
Air bekas yang dimaksud adalah air bekas cucian, pakaian,
kendaraan, cucian peralatan masakan dan beberapa macam
cucian lainnya.
Pembuangan air ini dapat langsung dialirkan ke dalam sumur
resapan dan akan diuraikan oleh pengurai alami berupa eceng
gondok dan kiambang untuk selanjutnya dialirkan pada parit.
 Air limbah
Air bekas bangunan yang bercampur kotoran (padat) disalurkan
kedalam bak penampungan yang disebut septic tank.
 Air hujan
Air hujan yang jatuh ke lahan ditampung oleh alat penampung
yang selanjutnya dalam dimanfaatkan untuk menyiram bungan
dan tanaman di dalam lahan.

Dalam membuang dan mengalirkan air kotor, ada yang dapat


digaubung pembuangannya dan ada juga yang harus dipisahkan
serta diproses sendiri.

Selain sifat air kotor, yang harus diperhatikan dari pembuangan air kotor
pada bangunan adalah sistem pembuangannya. Dimana sistem
pembuangan terdiri dari dua macam, yaitu :
 Sistem pembuangan terpisah, dimana segala macam air buangan
dialirkan secara terpisah.
 Sistem pembuangan langsung, dimana air buangan dari
beberapa lantai gedung digabungkan dalam satu kelompok.

103
Tanggapan :
Berdasarkan hasil analisa buangan air kotor pada perancangan taman
teknologi tembakau Deli, maka pada jaringan air kotor akan digunakan
sistem filtering dan kemudian membuangnya ke saluran air kota.

D. Analisa Pencahayaan
Penerangan merupakan hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan pada suatu perancangan, sebisa mungkin pencahayaan dapat
memanfaatkan penerangan alami yang sesuai. Usaha memasukan cahaya
alami kedalam bangunan antara lain dengan penggunaan material kaca,
atau akrilik, hal ini sangat cocok diterapkan pada perancangan ini.
Oleh karena itu dibutuhkan analisa pencahayaan pada perancangan
Berikut ini merupakan tabel analisa pertimbangan pemanfaatan cahaya
alami dan buatan :
Tabel. 4.22. Sumber Cahaya
Sumber cahaya Kelebihan kekurangan
 Tidak memerlukan biaya energi  Sulit untuk dikontrol
 Jangkauan cahaya lebih besar  Hanya didapatkan pada waktu
 Dapat mempengaruhi Suhu tertentu
Alami Udara di dalam Ruang  Tidak dapat menjangkau ruang
yang berada di dalam ruang
 Tidak bias mengatur intensitas
penerangan.
 Mudah untuk diatur posisi  Biaya mahal
cahayanya
 Kurang ramah lingkungan
 Lebih banyak varian warna
Buatan cahaya
 Dapat digunakan sebagai media
visual pada ruangan
 Dapat digunakan pada ruang di
dalam ruang
(Sumber : Analisa Pribadi, 2018)

 Penerangan alami
Penerangan alami ini bertujuan untuk memanfaatkan sinar matahari
dan merupakan suatu usaha untuk mengedisiensikan energy, memberikan
kehangatan dan kenyamanan di dalam ruangan, penerangan alami
didapatkan dari sinar matahari langsung atau tidak langsung. Penerangan
alami merupakan hal yang penting di dalam bangunan yang mempunyai

104
ruangan yang besar sehingga pada siang hari tidak membuang banyak
energi listrik.
Sinar matahari yang tidak langsung merupakan sinar matahari yang
baik. Berikut merupakan tabel beberapa material yang dapat
memantulkan sinar matahari dengan intensitas pantulnya.

Tabel. 4.23. Intensitas Penerangan Alami


Tabel intensitas pantul dari beberapa
material
-Rumput 6%
-Pepohonan 25 %
-Tanah 7%
-Beton 55 %
-Marmer putih 45 %
-Bata merah 30 %
-Gravel 13 %
-Aspal 7%
-Cat putih 75 %
-Cat putih lama 55 %
-salju 55%
(Sumber : Parmonangan Manurung, 2012)

 Penerangan Buatan
Penerangan buatan ini bertujuan untuk digunakan pada ruang-ruang
yang bersifat privat dan sedikit sekali mendapat penerangan dari sinar
matahari dan untuk keamanan di malam hari. Dalam hal ini sumber daya
cahaya buatan dapat diperoleh dengan cara, yaitu :
 Perusahaan Listrik Negara (PLN) melalui jaringan listrik yang
berasal dari pembangkit tenaga listrik dengan system Pembangkit
Tenaga Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Air
(PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
 Generator set (genset) pemakaian sistem pencahayaan dalam
perencanaan terminal menggunakan kedua sistem buatan dan alami,
sistem alami diusahakan menerangi bagian-bagian bangunan yang
besar, sedangkan sistem penerangan buatan digunakan untuk
ruangan yang tidak dapat menerima cahaya dengan baik.

105
Tanggapan :
Berdasarkan data analisa diatas, maka sistem pencahayaan yang dipilih adalah
sumber cahaya alami dan buatan. Hal ini dikarenakan perancangan taman
teknologi tembakau Deli membutuhkan kedua sistem pencahayaan tersebut.

E. Analisa Sistem Penghawaan


Ada dua jenis sistem penghawaan di dalam ruang, yaitu penghawaan
alami dan penghawaan buatan. Penghawaan alami memanfaatkan
sirkulasi udara yang mengalir ke dalam ruang dan dikeluarkan kembali
keluar (sirkulasi silang) dan yang kedua penghawaan buatan yang
bersumber dari AC (air conditioner), namun AC tidak baik karena dapat
menimbulkan efek pemanasan global. Oleh sebab itu penggunaan AC
sebaiknya di minimalisir.
Maka pada perancangan ini dibutuhkan analisa sistem penghawaan
yang baik agar dapat diterapkan pada perancangan. Berikut tabel
perbandingan penggunaan sistem penghawaan :
Tabel. 4.24. Analisa Sistem Penghawaan
Sistem penghawaan Kelebihan kekurangan
Penghawaan Alami  Ramah lingkungan  Ruangan menjadi terbuka,
menggunakan ventilasi  Menyehatkan tidak cocok untuk ruang
silang  Hemat energy terapi one on one.
 Menyejukkan  Tidak dingin
Penghawaan Buatan AC  Ruangan menjadi dingin dan  Tidak ramah lingkungan
nyaman  Kurang sehat, karena udara
ruangan diputar. Tidak
bergerak keluar
 Tidak hemat energi
Penghawaan Buatan  Tidak terlalu dingin namun  Kurang dingin
Kipas Angin menyejukkan  Kurang hemat energi
 Ramah lingkungan
 Tidak berbahaya untuk
kesehatan
 Cocok untuk ruang one on one
dibantu dengan bukaan yang
tidak terlalu besar
(Sumber : Analisa Pribadi, 2018)

Tanggapan :
Berdasarkan perbandingan diatas, sistem penghawaan yang akan digunakan pada
perancangan ini adalah ketiga alternatif diatas. Dimana pada ruangan-ruangan

106
yang dapat dijangkau oleh sistem penghawaan alami tidak akan dibantu sistem
penghawaan buatan, namun pada ruangan yang tidak dapat dijangkau maka akan
menggunakan sistem penghawaan buatan Ac atau kipas angina sesuai
kebutuhannya.

E. Analisa Sistem Pemadam Kebakaran


Kebakaran dapat terjadi di berbagai tempat, hal ini terjadi dari timbulnya
titik api pada bangunan yang dapat disebabkan oleh berbagai kejadian. Terdapat
beberapa benda yang sangat rentan menyebarkan api jikalau kebakaran terjadi,
berikut bahan-bahan yang mudah terbakar :
 Benda Padat : Kayu, Kertas, Plastik, dan sebagainya.
 Benda Cair : Bensin, Spritus, dan sebagainya.
 Gas : Asetelin, Lugdan, dan sebagainya.
Oleh karena itu dibutuhkan sistem pencegahan kebakaran yang baik pada
bangunan, dimana hal ini bertujuan untuk mengantisipasi kebakaran saat terjadi di
bangunan nantinya. Terdapat beberapa sistem pencegahan kebakaran, antara lain
adalah :
 Pencegahan Kebakaran Pasif
Sistem pencegahan kebakaran secara pasif bertumpu pada rancangan
bangunan yang memungkinkan orang keluar dari bangunan dengan
selamat pada saat terjadi kebakaran atau kondisi darurat lainnya.
Tabel 4.29. Pencegah kebakaran pasif
Sistem Pencegahan
Persyaratan Keterangan
Kebakaran Pasif
Konstruksi Tahan Api Tahan terhadap api Konstruksi yang menggunakan baja perlu
tanpa mengalami dilindungi agar panas yang ditimbulkan
perubahan bentuk oleh api dapat dihambat penjalaran
(deformasi) panasnya, terutama pada kolom bangunan.
Pintu keluar Lebar min. 90 cm Membuka ke arah luar.

Koridor Lebar min. 1,80 m Dilengkapi dengan penerangan darurat


dan tanda yang menunjukka arah ke pintu
keluar dengan sumber daya baterai.
Kompartemen Lokalisasi proses kebakaran agar api tidak
menjalar ke tempat lain untuk
memudahkan pengendalian dan
pemadamannya.

107
Sistem Pencegahan
Persyaratan Keterangan
Kebakaran Pasif
Tangga kebakaran Jarak maksimum 30 Kedap asap (ada cerobong asap) dan
m lebar tangga dan dilengkapi dengan penerangan darurat.
lebar bordes minimal
1.20m
Sumber daya listrik darurat Bekerja untuk penerangan darurat,
splinkler, hydrant dan detector.
(Sumber : Yahaya Ramli, 2011)

 Pencegahan Kebakaran Aktif


Sarana proteksi kebakaran aktif berupa alat ataupun instalasi yang
disiapkan untuk mendeteksi dan atau memadamkan kebakaran.
Tabel. 4.26. Pencegah kebakaran aktif
Alat pencegahan
aktip Luas pelayanan/jarak Keterangan
Fire hydrant Jarak maksimum 30 m dan luas Ditempatkan di koridor, hall dan
pelayanan 800 m² tempat-tempat lain yang mudah
dicapai
Pylar hydrant Jarak maksimum 100 m Ditempatkan di halaman yang mudah
dicapai oleh mobil pemadam
kebakaran
Spinkler Jarak 6-9 m² dan luas pelayanan Digunakan untuk penanggulangan
25 m² kebakaran pada tingkat awal yang
bekerja secara otomatis karena
pengaruh suhu
Heat detector dan Luas pelayanan 75 m² Dihubungkan dengan alarm
smoke detector mendeteksi sedini mungkin adanya
kebakaran
(Sumber : Yahaya Ramli , 2011)

Selain sistem pencegahan diatas, juga terdapat sistem pencegahan yang


bertumpu pada utilitas bangunan. Dinamakan sistem deteksi awal bahaya (early
warning fire detection), sistem ini secara otomatis memberikan alarm bahaya atau
langsung mengaktifkan alat pemadam saat kebakaran terjadi, dimana sistem ini
dibagi atas 2 bagian yaitu sistem otomatis dan semi otomatis seperti berikut ini :

Skema 4.2. Sistem Deteksi Awal Bahaya Kebakaran


(Sumber : Analisa Pribadi, 2018)

108
Pada sistem otomatis, pengguna hanya perlu menjaga kemungkinan lain
yang terjadi saat kebakaran, karena sistem deteksi awal telah memiliki :

 alat deteksi asap (smoke detector)


Mempunyai kepekaan yang tinggi dan akan memberikan alarm bila
terjadi asap diruang alat itu dipasang.
 Alat deteksi nyala api (flame detector)
Dapat mendeteksi adanya nyala api yang tidak terkendali dengan
cara menangkap sinar ultra violet yang dipancarkan nyala api
tersebut.
 Alat deteksi panas (Head Detector)
Dapat membedakan adanya bahaya kebakaran dengan cara
membedakan kenaikan temperature (panas) yang terjadi di ruangan.
Sistem peringatan kebakawan nantinya akan tersambung ke alat
pemadaman kebakaran. Adapun alat penanggulangan kebakaran yang
tersambung antara lain :
- Sprinkler, ditempatkan setiap jarak 6 m pada ruangan, dan 9 m pada
koridor. Alat ini bekerja secara otomatis dengan jarak jangkauan 25
m, sumber air dari reservoir atas.
- Fire Hydrant, ditempatkan dengan jarak 25 m – 30 m, alat ini
mudah dilihat dan dijangkau, dengan kemampuan jangkauan 800 m.
Sumber air berasal dari reservoir bawah dengan tekanan tinggi.
- Tinggi Extinguisher (pemadam api portable), ditempatkan dengan
jarak tiap portable 20 m – 25 m dan dengan kemampuan jangkauan
200 m – 250 m.

Tanggapan :
Dari berbagai analisa diatas maka perancangan taman teknologi tembakau Deli ini
akan menggunakan sistem kebakaran pasif dan aktif dengan cara kerja semi
otomatis dan otomatis untuk menciptakan keamanan dan kenyamanan
pengunjung.

109
G. Analisa Sistem Penangkal Petir
Pada perancangan bangunan berlantai banyak, terutama melebihi 3
lantai dimana rentan tersambar petir dibutuhkan sistem penangkal petir
yang akan melindungi bangunan dari resiko petir yang menyambar
bangunan. Oleh karena itu dibutuhkan analisa sistem penangkal petir yang
akan digunakakn pada perancangan ini, berikut analisa sistem penangkal
petir yang akan digunakan :
Tabel. 4.27. Sistem Penangkal Petir
Sistem Kelebihan Kekurangan
 Biaya murah  Daya jangkau terbatas
Franklin  Lebih praktis dibandingkan  Untuk bangunan memanjang antena
dengan sankar faraday makin tinggi
 Cocok untuk bangunan  Tidak efisien dibandingkan dengan
Sangkar tinggi franklin
 Jarak jangkau lebih luas  Biaya mahal
Faraday
 Baik utuk bangunan  Kurang menunjang dari segi estetika
memanjang
 Jarak jangkau luas  Biaya mahal
 Tiang tidak perlu dibuat  Radius yang terlindungi tergantung
tinggi dari tinggi tiang penangkal petir
Thomas  Lebih praktis
 Estetika baik
 Areal perlindungan
berbentuk kerucut
 Jarak jangkauan luas  Biaya mahal
 Sangat baik untuk bangunan  Radius yang terlindungi tergantung
Prevectron tinggi dan besar dari tinggi tiang penangkal petir
 Areal perlindungan
berbentuk kerucut
 Estetika baik
(Sumber : Theresia Pynkywati, 2015)

Tanggapan :
Berdasarkan hasil analisa diatas maka penangkal petir sistem Thomas akan
digunakan pada perancangan taman teknologi Tembakau Deli ini, karena
mengingat bangunan yang dirancang adalah bangunan bermassa banyak dan
berbadan memanjang.

110
BAB V
KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEKNOLOGI TEMBAKAU DELI

5.1. Konsep Tapak Terpilih


5.1.1. Konsep Pemanfaatan Eksisting Pada Tapak

Gambar 5.1. Konsep Pemanfaatan Eksisting Tapak


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

111
5.1.2. Konsep KDB dan Batas Pada Tapak
A. Konsep KDB Tapak

Gambar 5.2. Konsep KDB pada Tapak


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

112
B. Konsep Batas Pada Tapak

Gambar 5.3. Konsep Batas Pada Tapak


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

113
5.1.3. Konsep GSB Pada Tapak

Gambar 5.4. Konsep Pemanfaatan GSB Pada Tapak


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

114
5.1.4. Konsep KLB Pada Tapak

Gambar 5.5. Konsep KLB Pada Tapak


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

115
5.1.5. Konsep Pencapaian Pada Tapak

Gambar 5.6. Konsep Pencapaian Pada Tapak


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

116
5.1.6. Konsep Entrance Pada Tapak

Gambar 5.7. Konsep Entrance Pada Tapak


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

117
5.1.7. Konsep Sirkulasi

Gambar 5.8. Konsep Sirkulasi Pada Tapak


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

118
5.1.8. Konsep View Pada Tapak
A. View Dari Dalam Ke Luar

Gambar 5.9. Konsep View Dalam Ke Luar Pada Tapak


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

119
B. View Dari Luar Ke Dalam

Gambar 5.10. Konsep View Dari Luar Ke Dalam Pada Tapak


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

120
5.1.9. Konsep Parkir Pada Tapak

Gambar 5.11. Konsep Parkir Pada Tapak


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

121
5.1.10. Konsep Lansekap Pada Tapak
A. Soft Material

Gambar 5.12. Konsep Soft Material Landscape Pada Tapak


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

122
B. Hard Material

Gambar 5.13. Konsep Hard Material Landscape Pada Tapak


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

123
5.1.11. Konsep Drainase Pada Tapak

Gambar 5.14. Konsep Drainase Pada Tapak


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

124
5.1.12. Konsep Kenyamanan Kebisingan

Gambar 5.15. Konsep Kenyamanan Kebisingan Pada Tapak


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

125
5.1.13. Konsep Utilitas Pada Tapak

Gambar 5.16. Konsep Utilitas Pada Tapak


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

126
5.1.14. Konsep Responsif Iklim Pada Tapak

Gambar 5.17. Konsep Responsif Iklim Pada Tapak


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

127
5.1.15. Konsep Blockplan Pada Tapak

Gambar 5.18. Konsep Blockplan Pada Tapak


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

128
5.2. Konsep Bangunan
5.2.1. Konsep Aktifitas Pengguna Bangunan

Gambar 5.19. Konsep Aktifitas Pengguna Bangunan


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

129
5.2.2. Konsep Kebutuhan Ruang Pada Bangunan

Gambar 5.20. Konsep Kebutuhan Ruang Bangunan


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

130
5.2.3. Konsep Sirkulasi Pengguna Bangunan

Gambar 5.21. Konsep Sirkulasi Pada Bangunan


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

131
5.2.4. Konsep Hubungan Ruang Pada Bangunan

Gambar 5.22. Konsep Hubungan Ruang Pada Bangunan


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

132
5.2.5. Konsep Besaran Ruang Pada Bangunan
A. Besaran Ruang Kegiatan Utama
Tabel 5.1. Konsep Besaran Ruang Kegiatan Utama
Luasan
Fasilitas Nama Ruang
Ruang (m2)
- Ruang Simulasi Penanaman dan pemeliharaan 1500
Inkubasi Bisnis Tembakau
- Ruang Simulasi Panen dan Sortir Tembakau 800
- Ruang Simulasi Produksi Produk Tembakau 800
- Ruang Kantor bersama 450
- Ruang Lokakarya Produk tembakau 350
- Ruang Lokakarya Pengolahan komoditi Tembakau 350
- Ruang Penjualan Produk Lokakarya 150
- Ruang Kerja Pengelola 60
Penerapan - R. Entrance Galeri 12
Teknologi - Foyer Galeri 80
- Galeri Sejarah Tembakau 400
Langsung - Galeri Agrikultur Tembakau 800
- Galeri Alat Tembakau 1200
- Galeri Produk Tembakau 800
- Galeri Perniagaan Tembakau 400
- Theater Film 500
- Ruang operator Theater 45
Penelitian Dan - Ruang penelitian Teknologi Tembakau 600
Pengembangan - Perpustakaan 350
- Ruang pusat data komiditi Tembakau Deli 120
- Ruang pusat data Taman teknologi Tembakau Deli 120
- Ruang Pusat data potensi ekonomi daerah 120
- Ruang Kerja Pengelola 80
(Sumber : Konsep Pribadi, 2018)
B. Besaran Ruang Kegiatan Pendukung
Tabel 5.2. Konsep Besaran Ruang Kegiatan Pendukung
Luasan
Fasilitas Nama Ruang
Ruang (m2)
- Ruang Direksi 90
Pengelolaan - Ruang Staff 180
- Ruang Karyawan 200
- Ruang Loker 120
- Ruang Rapat 150
- Ruang Pertemuan 1.200
Pemeliharaan - Ruang Genset 120
- Ruang AHU 120
- Ruang Panel 30
- Ruang Pompa Air dan Toren 50
- Ruang CCTV 30
- Ruang Mesin Lift 30
- Ruang Mesin AC 100
- Ruang Penampungan Sampah Sementara 80
(Sumber : Konsep Pribadi, 2018)
C. Besaran Ruang Kegiatan Pendamping

Tabel 5.3. Konsep Besaran Ruang Kegiatan Pendamping

133
Luasan
Fasilitas Nama Ruang
Ruang (m2)
- Ruang permainan Anak 900
- Ruang Paintball 1500
Rekreasi
- Ruang Interaksi Komunal 1800

Servis - Dapur 20
- Janitor 100
- Ruang Istirahat 80
- Musholla 60
Ibadah
- Ruang Wudhu 20

Kesehatan - Klinik 50

Kebugaran - Gymnasium 150

Makan&Minum - Kantin 900

(Sumber : Konsep Pribadi, 2018)

D. Besaran Ruang Kegiatan Pelayanan

Tabel 5.4. Konsep Besaran Ruang Kegiatan Pelayanan


Luasan
Fasilitas Nama Ruang
Ruang (m2)
Keuangan - ATM Center 90

Parkir - Parkir Pengunjung 3.600


- Parkir Pekerja 350

Penitipan - Ruang Penitipan Barang 60

- Toilet Pria 200


Toilet - Toilet Wanita 200
- Washtafel 30
- Pos Satpam 30
Keamanan - Ruang Loker 30
- Ruang Istirahat 40
- R. Bongkar muat 40
Gudang - Gudang Utama 200
- R. Kualiti Kontrol 20
(Sumber : Konsep Pribadi, 2018)

134
5.2.6. Konsep Massa Bangunan

Gambar 5.23. Konsep Massa Bangunan


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

135
5.2.7. Konsep Bentuk Bangunan

Gambar 5.24. Konsep Bentuk Bangunan


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

136
5.2.8. Konsep Struktur Bangunan

Gambar 5.25. Konsep Struktur Pada Bangunan


(Sumber : Diolah Dari Dokumen Pribadi Dan Beberapa Sumber Lain, 2018)

137
5.2.9. Konsep Sirkulasi Vertikal

Gambar 5.26. Konsep Sirkulasi Vertikal Pada Bangunan


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

138
5.2.10. Konsep Transportasi Pada Bangunan

Gambar 5.27. Konsep Transportasi Pada Bangunan


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

139
5.2.11. Konsep Utilitas Pada Bangunan
A. Konsep Jaringan Listrik

PLN Meteran

Panel
Genset Panel Ruangan
Cabang

Skema 5.1. Konsep Sistem Listrik


(Sumber : Konsep Pribadi, 2018)

B. Konsep Air Bersih


Air bersih mempunyai 2 sumber yaitu :
 PDAM
 Air Tadah Hujan

Air bersih dari PDAM akan di pompa menuju Tangki toren yang
kemudian akan dialirkan ke seluruh bangunan melalui instalasi pipa di
dalam bangunan, untuk pipa di luar bangunan mendapatkan air dari bak
penampung tadah hujan yang kemudian di pompa ke tangki toren dan di
alirkan ke instalasi pipa.

Skema 5.2. Konsep Air Bersih


(Sumber : Diolah Dari Berbagai Sumber, 2018)

140
C. Air Kotor
- Air Kotor Cair
Kamar Mandi

Dapur Grease Trap Shaft Plumbing Riol Kota

Washtafel

Skema 5.3. Konsep Air Kotor Cair


(Sumber : Konsep Pribadi, 2018)

- Air Kotor Padat

Kloset

Shaft Plumbing Septictank

Urinoir

Skema 5.4. Konsep Air Kotor Padat


(Sumber : Konsep Pribadi, 2018)

D. Pencahayaan

Skema 5.5. Konsep Pencahayaan Bangunan


(Sumber : Konsep Pribadi, 2018)

141
E. Penghawaan

Skema 5.6. Konsep Penghawaan Bangunan


(Sumber : Konsep Pribadi, 2018)

F. Sistem Pencegah Kebakaran


- Sistem Pasif
Pintu keluar / darurat yang tahan Koridor dan jalur keluar
terhadap api sekurang-kurangnya dilengkapi dengan tanda EXIT
dua jam dengan anak panah menunjukkan
arah menuju pintu keluar atau
tangga kebakaran/darurat

Gambar 5.28. Konsep Pencegahan Kebakaran Pasif I


(Sumber : Diolah Dari Berbagai Sumber, 2018)

142
Koridor dan jalur keluar dilengkapi dengan tanda EXIT dengan anak
panah menunjukan arah menuju pintu keluar atau tangga kebakaran/darurat.

Tangga Darurat /
Kebakaran

Pintu Darurat

Ruang Penampungan
Sementara Kompartemen

Gambar 5.29. Konsep Pencegahan Kebakaran Pasif II


(Sumber : Diolah Dari Berbagai Sumber, 2018)

- Sistem Aktif

Reservoir atas atap Pompa Tekan


(Booster Pump)
khusus untuk
pemadaman kebakaran

Didistribusikan ke Kotak Hidran di


tiap lantai

Hidran Bangunan

Sprinkler

Didistribusikan ke jaringan
Spinkler di tiap lantai

Gambar 5.30. Konsep Pencegahan Kebakaran Aktif

(Sumber : Diolah Dari Berbagai Sumber, 2018)

143
G. Sistem Penangkal Petir

Gambar 5.31. Konsep Penangkal Petir Pada Bangunan


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2018)

144
DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1, 2014. e-journal.uajy.ac.id/12852/4/TA143433.pdf, Diunduh 6 Juni


2018.
Ashihara, Yoshinobu.(1986). Perancangan Eksterior dalam Arsitektur. Penerbit
Abdi Widya,Bandung.
Badan Pusat Statistik Kab. Deli Serdang, 2015. Jumlah Penduduk Di Kabupaten
Deli Serdang. http://bit.ly/2L1m8WO. Diunduh : 15 Mei 2018
Booth, Anne. 1988. Agricultural Development In Indonesia. Allen and Unwin.
Sydney.
Breman, Jan. 1987. Menjinakkan Sang Kuli : Politik Kolonial pada Awal Abad
ke-20. Jakarta. Pustaka Utama Grafiti
Broadbent, Geoffrey. 1973. Design in Architecture. Architecture and the Human
Sciences. John Wiley and Sons ltd. London
Chiara, dkk. 1980. Time-Saver Standards for Building Types 2nd Edition.
Singapura. McGraw-Hill International Book Company.
Ching, Francis D.K.. 2008. Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Tatanan edisi ketiga.
Jakarta. Penerbit Erlangga.
Dharma,A.1998.Teori Arsitektur 3,Gunadarma, Jakarta.
Hakim, Rustam. 2012. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Medan.
Bumi Aksara
Hornby A., S. ,1974. Oxford Leaner’s Dictionary of Current English, Oxford.
Oxford University Press
Husny, Tengku L., 1978. Lintasan Sejarah Peradaban Sumatera Timur 1612-
1950, Medan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Press
Irawan, Dedek dkk. 2015. Respons Pertumbuhan Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Terhadap Pemberian Pupuk Nitrogen dan Zeolit. Jurnal
Online Agroekoteknologi ISSN No. 2337-6597. Vol.3,no.3:904-914.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / BAPENAS. 2015. Pedoman
Perencanaan Science Techno Park Tahun 2015-2019. Jakarta
Kementerian Ristek Dikti. 2015. Pedoman Pembangunan dan Pengembangan
Taman Sains dan Teknologi. Jakarta.

145
kerindangan. Media Wiyata. Jakarta.
Khatibah, 2011. Metode Penelitian Kepustakaan, Mestika Zed. Jakarta. Yayasan
Obor Indonesia.
Lemaire, Greg. 2011. AD Classics : David S. Ingalls Skating Ring / Eero
Saarinen. http://bit.ly/2IrN14w . Diunduh 19 maret 2017.
Manurung, Parmonangan. 2012. Pencahayaan Alami Dalam Arsitektur.
Yogyakarta. Penerbit Andi
Marlina, Endy. 2008. Panduan Perancangan Bangunan Komersial. Yogyakarta.
Penerbit Andi.
Merkel, Jayne. 2014. Eero Saarinen Biography.New York. Phaidon Press.
Miller, Michelle. 2014. AD Classics : Kresge Auditorium / Eero Saarinen and
Associates. http://bit.ly/2tGNv1j. diunduh 18 maret 2017
Neufert, Ernest & Sunarto Tjahyadi. 1996. Data Arsitek Jilid I. Jakarta. Penerbit
Erlangga
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang. 2010. Rencana Pembangunan Jangka
Panjang daerah kabupaten Deli Serdang tahun 2005 - 2025. Lubuk
Pakam.
Perlzer, Karl J. 1985. Toean Keboen dan Petani. Sinar Harapan. Jakarta
Polio, Vitruvius. 1960. The Ten Book Of Architecture. New York. Dover
Publication
Pynkywati, Theresia dan Shirley Wahadamiputera. 2015. Utilitas Bangunan
Model Plumbing. Jakarta. Griya Kreasi.
Rahayu, Agus. 2014. Arsitektur Futuristik. http://bit.ly/2Mnh1AY. Diunduh 17
maret 2017.
Ramli, Yahaya. 2011. Sistem Pencegah Kebakaran. Johor Bahru. UTM Press
Rasmussen, 1964. Experiencing Architecture. Cambridge. The Massachusetts
Institute of Technology Press.
Roman, Antonio. 2003. Eero Saarinen : An Architecture Of Multiplicity.
Connecticut : Yale University Press.
Schuller, Wolfgang. 2001. Struktur Bangunan Bertingkat. Bandung. Refika
Aditama

146
Serraino, Pierluigi. 2005. Eero Saarinen, 1910-1961: A Structural Expressionist.
Los Angeles : TASCHEN America.
Simonds, John Ormbee. 1983. Landscape Architecture, McGraw-Hill Book
Company. New York.
Snyder, James C. dan Anthony J Catanese (1979), Introduction to Architecture,
Pennsylvania. Mc Graw-Hill Inc.
Stoler, Anna Laura. 2005. Kapitalisme dan Konfrontasi di perkebunan Sumatera
1870-1985. Karsa, Jakarta
Sugono ,Dedi (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Grafindo. Jakarta.
Suharto. 1994. Dasar-Dasar Pertamanan Menciptakan Keindahan dan
Kerindangan. Media Wiyata. Semarang.
Villareal, Ignacio. 2017. Cincinnati Contemporary Arts Center.
http://bit.ly/2sMbVpo. diunduh : 22 November 2017.
Vitruvius, 1966. The Ten Book of Architecture. Cambridge. Harvard University
Press.
Warastri, Aufrida W., 2013. Kegemilangan Tembakau Deli Yang Memudar.
http://bit.ly/2GUFKJP. Diunduh 24 April 2018.

147
LAMPIRAN
Lampiran 1. SK Bimbingan Tugas Akhir
Lampiran 2. Berita Acara Sidang Akhir
Lampiran 3. Kartu Asistensi
Lampiran 4. Revisi Dosen Penguji
DOKUMEN
PERANCANGAN
A. RENDERING EKSTERIOR

Tampak Atas Perancangan (Site Plan)

Perspektif Mata Burung Perancangan

Perspektif Mata Katak Lobby Drop Off


Area Parkir Pengunjung

Area Communal Space & Amphitheater

Area Permainan Paintball


Area Taman Bermain

Gedung Pengelola

Area Kebun Penelitian


B. RENDERING INTERIOR

Area Loket Tiket pada Gedung A

Pusat Informasi dan Reservasi pada Gedung A

Electronic Gate Gedung B


Area Galeri Alat Perkebunan pada Gedung B

Area Galeri Sejarah Perkebunan pada Gedung B


C. DOKUMENTASI MAKET PERANCANGAN

Anda mungkin juga menyukai