Anda di halaman 1dari 11

ATAP

Jurnal Arsitektur dan Perencanaan


ISSN : 2614-3755 (Cetak)
Vol. VIII No.1, Febuari 2023

IDENTIFIKASI TIPOLOGI DAN MORFOLOGI KAWASAN KOTA TUA JAKARTA


Identification of typology and morphology of the old city of Jakarta

Nadia Dwi Saputri, Refya Diva Maulina


1
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Pelita Bangsa
2
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Pelita Bangsa
1
putrinadiadwi13@gmail.com, refyadiva123@gmail.com

Abstract
The Old City of Jakarta is one of the historic areas in DKI Jakarta which bears witness to the long
history of the city of Jakarta from the colonial period to today's modern era. The buildings in the Old
Town area are dominated by buildings with European and Chinese architecture from the 17th to 20th
centuries. Kota Tuaini was chosen as the research theme due to the history of the old city area of Jakarta
which draws knowledge that refers to the interesting morphology and typology of the city. Data
collection in this study used the literature review method using a number of journal references and
articles. The results of this study indicate that there is influence from the development of the Old Town
area of Jakarta, one of which is the road network when viewed from its history.
Keywords: City Thypology, City Morphology, Area Kota Tua, Jakarta

Abstrak
Kota Tua Jakarta merupakan salah satu Kawasan bersejarah yang ada di DKI Jakarta yang menjadi
saksi sejarah panjang kota Jakarta dari masa penjajahan hingga era modern saat ini. Bangunan yang
berada di kawasan Kota Tua didominasi gedung dengan arsitektur Eropa dan China dari abad ke-17
hingga ke-20. Kota Tu aini diangkat menjadi tema penelitian dikarenakan sejarah pada Kawasan kota
tua Jakarta yang menarik pengetahuan yang mengacu pada morfologi dan tipologi kota yang menarik.
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode literature review dengan menggunakan
sejumlah referensi jurnal, serta artikel. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa adanya pengaruh
dari perkembangan Kawasan Kota Tua Jakarta, salah satunya yaitu Jaringan jalan jika dilihat dari
sejarahnya.

Kata kunci: Tipologi kota, Morfolog kotai, Kawasan kota, Kota Tua, Jakarta

Pendahuluan
Perubahan sebuah kota akan selalu terjadi dari waktu ke waktu (penurunan demografis, perang dan
wabah penyakit, dan dekadensi moral). Kota merupakan bagian morfologi dengan objek-objek yang
kompleks. Perkembangan kehidupan sosial, ekonomi dan politik, serta budaya yang melatarbelakangi
factor pertumbuhan dan perkembangan dari sebuah kota. Pendekatan utama morfologi yang telah
dikembangkan selama beberapa dekade terakhir, yakni pendekatan historis-geografis.
Dalam mengetahui perkembangan kota diperlukannya identifikasi beberapa elemen pembentuk kota.
Tahap perkembangan kota akan mencakup suatu perubahan pada tiap elemen dan elemen tata bentuk
kota.
Kota tua Jakarta sebagai Kawasan bersejarah dipilih untuk dapat menggambarkan morfologi dari masa
lampau hingga masa sekarang. Saat ini Kawasan kota tua Jakarta memiliki identitas sebagai Kawasan

Jurnal Atap: Arsitektur dan Perencanaan Vol.1 No.1 Tahun 2022 1


ATAP
Jurnal Arsitektur dan Perencanaan
ISSN : 2614-3755 (Cetak)
Vol. VIII No.1, Febuari 2023

bersejarah yang mengedukasi karena didalamnya terdapat banyak bangunan bangunan yang fasadnya
menyajikan visual dari arsitektur Belanda. Pendahuluan berisi penjelasan tentang (1) latar belakang, (2)
tinjauan literatur singkat terkait dengan penelitian yang dilakukan, (3) alasan penelitian dilakukan, dan
(4) tujuan penelitan. State of the art, gap analysis dan novelty harus terlihat disini.

TINJAUAN PUSTAKA
TIPOLOGI
Tipologi merupakan satu bidang studi yang mengelompokkan objek dengan ciri khas struktur formal
dan kesamaan sifat dasar kedalam jenis-jenis tertentu dengan memilah sebuah elemen yang
mempengaruhi jenis tersebut. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) Tipologi ialah ilmu
tentang bagian manusia dalam golongan-golongan menurut sifat masing-masing. Menurut Moneo
(1978), tipologi adalah suatu konsep yang menggambarkan sekumpulan objek berdasarkan kesamaan
sifat-sifat dasarnya. Sedangkan menurut Vidler (1977), tipologi adalah ilmu yang mempelajari
kombinasi faktor-faktor yang memudahkan pengklasifikasian tipe arsitektur melalui tipe-tipe
tertentu.
Klasifikasi juga dapat disebut sebagai proses sintesis, yang melibatkan pengorganisasian pemahaman
suatu objek sehingga dapat diorganisasikan ke dalam kelas-kelas. Sehingga tipologi dapat dimaknai
sebagai suatu konsep yang menjelaskan sekumpulan objek berdasarkan kesamaan sifat-sifat dasar
atau klasifikasi tipe arsitektur melalui tipe-tipe tertentu.
MORFOLOGI
Morfologi berasal dari bahasa Yunani yaitu morphos (bentuk) dan logos (ilmu) (Djokic, 2009). Rossi
(1982), mengartikan morfologi sebagai bentuk benda prasejarah dari sebuah kota atau disebut dengan
urban artefak. Teori ini menggambarkan teknik benda-benda prasejarah pada penelitian. Sedangkan
(Scultz, 1979) menjelaskan bahwa morfologi merupakan karakter konfigurasi bentuk dari pembatasan
ruangan, sistem kofigurasi ruang dapat dipertemukan melalui pola.
Ada tiga elemen morfologi kota berdasarkan Smailes (1955) yaitu pemanfaatan lahan, sistem
jalan, dan model bangunan. Senada dengan Smailes, Moudon (1997) berpendapat bahwa dalam
morfologi kota didapatkan komponen fisik berupa gedung atau bangunan dan open space yang ada
didalamnya, jaringan jalan dan jaringan sistem. Dari penjelasan tersebut, morfologi kota dapat diartikan
sebagai kumpulan dari elemen-elemen fisik yang terlihat secara struktural, fungsional dan visual.
Morfologi kota bisa menjadi pembentuk karakteristik atau ciri khas suatu kota karena setiap morfologi
kota dapat berbeda-beda. Hal ini menandakan bahwa dalam menganalisis morfologi kota perlu juga
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk kota. Maka dalam suatu penelitian morfologi
kota, memerlukan kajian morfologi kota dengan berbagai jenis bentuk atau aspek.
Berdasarkan hasil literature terkait urban morphology yang diperoleh maka, bisa disimpulkan bahwa
urban morphology adalah proses terbentuknya sebuah kawasan urban dari bentuk yang direncanakan
ataupun tidak direncanakan yang mengalami transformasi secara menerus dari waktu sebelumnya, saat
ini dan dapat diprediksi untuk selanjutnya dimana bentuk dan strukturnya terdiri dari streets, plots, dan
buildings yang membentuk city skeleton dan mengalami perubahan berdasarkan sejarah yang kemudian
membentuk karakter dari sebuah kota dan dapat digunakan sebagai acuan perencanaan dan perancangan
kota.

Jurnal Atap: Arsitektur dan Perencanaan Vol.1 No.1 Tahun 2022 2


ATAP
Jurnal Arsitektur dan Perencanaan
ISSN : 2614-3755 (Cetak)
Vol. VIII No.1, Febuari 2023

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu melalui studi literatur yang menganalisa melalui
sumber literatur seperti mengumpulkan data dari berbagai pustaka, membaca, serta mengolah bahan
penelitian. Adapun literatur diperoleh dari beberapa jurnal penelitian terdahulu, penelusuran internet,
buku-buku terkait topik penelitian, sehingga data-data yang diperoleh dapat dipastikan valid. Metode
penelitian kedua yang digunakan adalah metode survei lapangan secara langsung.

Hasil dan Pembahasan


Kajian sejarah suatu kota merupakan dasar yang penting dalam melakukan kajian morfologi suatu
kota (Conzen, 1958). Sejarah yang terjadi di kota tua terjadi pada tahun 1520-1780 ( Era Batavia )
kemudian 1780-1945 ( Era Weltvreden ) sampai dengan 1945 – sekarang (Era Modern)
1. Tahun 1520-1780 (Era Batavia)

Sejarah Kota Tua Jakarta berawal pada tahun 1526, dimana Fatahillah ditugaskan oleh
Kesultanan Demak untuk menyerang Pelabuhan Sunda Kelapa yang merupakan milik dari Kerajaan
Padjajaran. Setelah berhasil direbut oleh Kesultanan Demak, akhirnya pelabuhan ini diganti namanya
menjadi Jayakarta.
Pada tahun 1619, Jan Pieterszoon Coen dari VOC menyerang Jayakarta, menghancurkan
gedung-gedung administrasi dan kekuasaan Kesultanan Banten, dan mendirikan Batavia. Gurbernur
Jenderal Jacques Specx merancang parit dan tembok kota, memperpanjang tembok dibagian sebelah
Barat Batavia, sehingga kota ini benar-benar tertutup. Tahun 1635, wilayah Batavia meluas hingga ke
tepi barat Sungai Ciliwung. Kemudian dirancang dengan bangunan gaya Belanda, serta dilengkapi
pula dengan Kanal yang memisahkan beberapa blok yang ada. Lalu pada tahun 1650 setelah semua
pembangunan selesai, Batavia difungsikan sebagai kantor pusat VOC di Hindia Timur. Pada Tahun
1656, karena konflik dengan Banten. Penduduk lokal tidak diperbolehkan tinggal di dalam tembok
Batavia dan harus menetap di luar Batavia. Hanya orang Cina dan Mardijker (Budak Asia dan Afrika)
satu-satunya kaum non- Belanda yang berada di dalam tembok (Mathewson, 2018).

Peta Batavia 1751


Sumber : http://www.mapandmaps.com

Jurnal Atap: Arsitektur dan Perencanaan Vol.1 No.1 Tahun 2022 3


ATAP
Jurnal Arsitektur dan Perencanaan
ISSN : 2614-3755 (Cetak)
Vol. VIII No.1, Febuari 2023

2. Tahun 1780-1945 ( Era Weltevreden )

Weltevreden merupakan kota baru yang menjadi pusat pemerintahan Gubernur Jenderal
Daendels serta kediaman masyarakat Eropa. 'Weltevreden' berasal dari bahasa Belanda yang berarti
"Well pleased" atau dalam suasana tenang dan puas. Weltevreden juga disebut sebagai daerah tempat
tinggal utama orang-orang Eropa di pinggiran Batavia, Hindia Belanda. Banyak pejabat pemerintah dan
karyawan perusahaan, bahkan juga orang Cina kaya lebih suka tinggal di Weltevreden. Tak lama
kemudian di Weltevreden muncul pemukiman-pemukiman baru, seperti Tanah Abang, Gondongdia,
Meester Cornelis, dan Menteng. Nama ini kemudian diberikankepada hampir seluruh daerah Jakarta-
Pusat sekarang sampai masa pendudukan Jepang (1942). Berbeda keadaannya dengan wilayah
kampung-kampung di Distrik Batavia, yang kebanyakan dihuni oleh penduduk bumiputra dan penduduk
miskin lainnya. Di Weltevreden daerah pemukirnan bumiputra dan penduduk miskin lainnya terletak
jauh di luar jalan-jalan dan keadaanya kurang memenuhi syarat kesehatan.
Pada tahun 1869, Bangunan-bangunan dibangun sesuai dengan perencanaan di negara Belanda.
Saat itu, distribusi orang dan barang-jasa masih menggunakan tenaga kuda. Pertengahan abad ke 19
telah menjadikan penduduk di Kota Tua jakarta menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sistem niaga
dan distribusi barang dan jasa di Batavia. Warga Batavia dan para pendatang yang baru menginjakkan
kaki di pelabuhan umumnya menggunakan sado, delman, bendi dan paanquin untuk berpergian. Semua
alat transportasi mayoritas menggunakan kuda sebagai tenaga penarik. Kuda yang digunakan adalah
kuda sumbawa yang kecil dan tidak dapat beradaptasi di Batavia yang lembab dan panas. Di tahun yang
sama, transportasi dari kombinasi struktur mesin dan kuda diadakan yang bernama trem kuda. Kehadiran
trem kuda di Batavia termasuk paling awal di kawasan Asia.
Di tahun 1882, trem diganti dengan mesin uap. Trem uap ini dimiliki oleh perusahaan
Stroomtram Mij. Sarana ini penting karena untuk mempercepat pengangkutan. Pengangkutan
menghadapi masalah karena jarak antara perkebunan dengan pelabuhan cukup jauh. Adapun
infrastruktur seperti jembatan pasar ikan dibuat berdasarkan kanal-kanal di Amsterdam. Sejak tanam
paksa dihapus, perdagangan tidak lagi dimonopoli oleh badan-badan usaha negara.
Infrastruktur berupa penerangan jalan dan telepon umum diadakan di bagian jalan tertentu
Batavia pada tahun 1900. Penggunaan tenaga listrik ini membuat Batavia menjadi kota yang bisa
disamakan majunya dengan kota-kota di Eropa. Mid- building seperti hotel mulai marak dibangun mulai
pada tahun 1922. Setiap bangunan memiliki standar-standar hygiene dan sistem sanitasi Eropa yang
sangat baik.

Peta Batavia th 1920 peta Batavia th 1922

Jurnal Atap: Arsitektur dan Perencanaan Vol.1 No.1 Tahun 2022 4


ATAP
Jurnal Arsitektur dan Perencanaan
ISSN : 2614-3755 (Cetak)
Vol. VIII No.1, Febuari 2023

3. TAHUN 1945-SEKARANG (MODERN)

Perkembangan kota tua Jakarta pada tahun 1945 dimulai Ketika nama Batavia diubah menjadi nama
Jakarta sampai sekarang. Sekitar tahun 1972, Gubernur DKI Jakarta yaitu Pak Ali Sadikin mengeluarkan
Dekrit bahwa Kota Jakarta resmi dijadikan sebagai salah satu situs warisan bersejarah yang ada di kota
Jakarta. Dengan diterbitkannya Dekrit tersebut bangunan bersejarah ataupun situs bersejarah lainnya
yang ada di Kota Tua Jakarta harus dipertahankan dan lestarikan oleh setiap elemen masyarakat.
Berdasarkan dekrtit yang diterbitkan maka terdapat beberapa bangunan penting dan terjaga hingga saat
ini, bangunan penting dan bersejarah yang terjaga hingga saat ini tersebut diantaranya adalah Museum
Bahari, Jembatan Kota Intan, Museum Wayang, Museum Bank Indonesia, Museum Fatahillah, Museum
Seni rupa dan keramik, Museum Mandiri, Café Batavia, Museum Bank Indonesia dan bangunan
bersejarah lainnya. Adapun tempat beberapa tempat bersejarah lainnya yang menjadi tujuan wisata saat
ini adalah Pelabuhan Sunda Kelapa, Water Walk Kanal Kota Tua dan Taman Kota Intan. Tempat
tersebut merupakan salah satu aspek fisik buatan yang dilakukan oleh pemerintah Kota Jakarta.
Dengan banyaknya situs bangunan bersejarah yang ada di Kawasan Kota Tua Jakarta, terdapat juga
bebrapa bangunan yang tidak terurus dan terkesan ditinggalkan begitu saja. Hal tersebut membuat
ketidaknyamanan masyarakat sekitar. Maka pada tahun 2007, gubernur yang memerintah kota Jakarta
pada saat itu memmulai tahap perbaikan pada beberapa bangunan yang ada di Kota Tua Jakarta dalam
upaya melestarikan bangunan bersejarah tersebut. Tipologi dari bangunan ini mempunyai atap pelana
pada eranya.

Gambar Bentuk jaringan jalan pada era modern


AKSES KENDARAAN UMUM

 KAI Commuter Link di Stasiun Jakarta Kota


 BRT Transjakarta Koridor (di halte Stasiun Kota)
 Transjakarta Koridor (di halte Kali Besar Barat)
 Transjakarta Koridor (di halte Museum Fatahillah)
 Mikrotrans JAK.10 ke Stasiun Tanah Abang (via Mangga Dua Raya - Veteran -
Suryopranoto - Abdul Muis)
 Mikrotrans JAK.13 ke Stasiun Tanah Abang (via K.H. Moh. Mansyur - Cideng Timur)
 Mikrotrans JAK.33 ke Terminal Pulo Gadung (via Mangga Dua Raya - Gunung Sahari -
Letjen Suprapto - Perintis Kemerdekaan)

Jurnal Atap: Arsitektur dan Perencanaan Vol.1 No.1 Tahun 2022 5


ATAP
Jurnal Arsitektur dan Perencanaan
ISSN : 2614-3755 (Cetak)
Vol. VIII No.1, Febuari 2023

Stasiun
Transjakarta Stasiun berikutnya
sebelumnya

Glodok
Koridor 1 Terminus
Kota

Kali Besar Barat Pangeran Jayakarta


Koridor 12
Penjaringan Tanjung Priok

TEMPAT BERSEJARAH

 Museum Fatahilah
 Museum Wayang
 Museum seni dan keramik
 BANK BNI

Jurnal Atap: Arsitektur dan Perencanaan Vol.1 No.1 Tahun 2022 6


ATAP
Jurnal Arsitektur dan Perencanaan
ISSN : 2614-3755 (Cetak)
Vol. VIII No.1, Febuari 2023

Gambar

Gambar 1. Museum Fatahilah Gambar 2. Museum Wayang

Gambar 3. Museum seni dan Keramik Gambar 4. Gedoeng Bank BNI

Jurnal Atap: Arsitektur dan Perencanaan Vol.1 No.1 Tahun 2022 7


ATAP
Jurnal Arsitektur dan Perencanaan
ISSN : 2614-3755 (Cetak)
Vol. VIII No.1, Febuari 2023

Transformasi bentuk bangunan pada Kawasan kota tua

1. Museum Wayang
Museum Wayang merupakan gedung yang beberapa kali mengalami perubahan. Pada awalnya
bangunan ini bernamakan De Oude Hollandsche Kerk atau Gereja Lama Belanda, yang telah
dibangun pertama kali tahun 1640. Pada tahun 1732 diperbaiki dan berganti nama De Nieuwe
Hollandse Kerk (Gereja Baru Belanda) hingga tahun 1808 akibat hancur oleh gempa bumi. Gedung
museum wayang dan diresmikan sebagai museum pada 13 Agustus 1975. Tampak depan museum
ini dibangun pada tahun 1912 dengan gaya Neo Reinaissance, dan tahun 1938 seluruh bagian
gedung ini dipugar dan disesuaikan dengan gaya rumah Belanda pada zaman Kompeni.

2. Museum Fatahillah
Pada masa pemerintah Hindia Belanda tanggal 14 Agustus 1936 ditetapkan gedung beserta tanahnya
menjadi monument. Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen ( BG ) adalah lembaga
independent yang mendirikan suatu tujuan untuk memajukan penelitian dalam bidang seni dan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang-bidang ilmu biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan
sejarah, serta menerbitkan hasil penelitian. Pada tahun 1937 lembaga gedung ini diserahkan kepada
Stichting oud Batavia, dan dijadikan museum dengan nama de oude Bataviasche Museum atau museum
Batavia Lama yang pembukaannya dilakukan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda adalah Jonkheer
Meester Aldius Warmoldu Lambertus Tjarda van Starkenborg Stachouwer pada tahun 22 Desember
1939.
Saat masa kepemimpinan Gubernur Jendral VOC Jan Pieterszoon Coen ia mendirikan sebuah balai
kota di tepi timur kali besar pada tahun 1620 yang betujuan untuk menunjang pemerintahan VOC di
Batavia. Namun bangunan tersebut dibongkar pada tahun 1626 demi menghadapi serangan dari pasukan
Sultan Agung. Setahun kemudian ia mulai membangun lagi balai kota tersebut dan bertahan hingga
bergantinya masa kepemimpinan gubernur Jendral Van Hoorn Gedung tersebut di bongkar dan
dibangun Kembali.

Peresmian Balai kota ketiga dilakukan oleh Gubernur-Jenderal Abraham van Riebeeck pada
tanggal 10 Juli 1710, dua tahun sebelum bangunan ini selesai secara keseluruhan. Selama dua abad,
balai kota Batavia ini digunakan sebagai kantor administrasi kota Batavia.

Jurnal Atap: Arsitektur dan Perencanaan Vol.1 No.1 Tahun 2022 8


ATAP
Jurnal Arsitektur dan Perencanaan
ISSN : 2614-3755 (Cetak)
Vol. VIII No.1, Febuari 2023

Gambar 5. Stadhius 1900

Di akhir abad ke-19, kota Batavia mulai meluas ke wilayah selatan. Sehingga kedudukan kota Batavia
ditingkatkan menjadi Gemeente Batavia. Akibat perluasan kota Batavia, aktivitas balai kota Batavia
dipindahkan pada tahun 1913 ke Tanah Abang West (sekarang jalan Abdul Muis No. 35, Jakarta Pusat)
dan dipindahkan lagi ke Koningsplein Zuid pada tahun 1919 (sekarang Jl. Medan Merdeka Selatan No.
8-9, Jakarta Pusat) sampai saat ini. Bekas bangunan balai kota kemudian dijadikan Kantor Pemerintah
Jawa Barat sampai tahun 1942. Selama masa pendudukan Jepang, bangunan ini dipakai untuk kantor
pengumpulan logistik Dai Nippon. Setelah Indonesia merdeka, bangunan ini kembali digunakan sebagai
Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat disamping ditempati markas Komando Militer Kota I sampai
tahun 1961. Setelah itu digunakan sebagai Kantor Pemerintah Provinsi DKI Djakarta. Pada tahun 1970,
bangunan bekas balai kota Batavia ini ditetapkan sebagai bangunan Cagar Budaya. Setelah itu Gubernur
DKI Jakarta pada masa itu Ali Sadikin merenovasi seluruh bangunan ini dan diresmikan pada tanggal
30 Maret 1974 sebagai Museum Sejarah Jakarta. Pada tahun 1937, Yayasan Oud Batavia mengajukan
rencana untuk mendirikan sebuah museum mengenai sejarah Batavia, yayasan tersebut kemudian
membeli gudang perusahaan Geo Wehry & Co yang terletak di sebelah timur Kali Besar tepatnya di Jl.
Pintu Besar Utara No. 27 (kini Museum Wayang) dan membangunnya kembali sebagai Museum Oud
Batavia. Museum Batavia Lama ini dibuka untuk umum pada tahun 1939.

Jurnal Atap: Arsitektur dan Perencanaan Vol.1 No.1 Tahun 2022 9


ATAP
Jurnal Arsitektur dan Perencanaan
ISSN : 2614-3755 (Cetak)
Vol. VIII No.1, Febuari 2023

Pada masa kemerdekaan museum ini berubah menjadi Museum Djakarta Lama di bawah naungan
LKI (Lembaga Kebudayaan Indonesia) dan selanjutnya pada tahun 1968 ‘’Museum Djakarta Lama'’
diserahkan kepada PEMDA DKI Jakarta. Gubernur DKI Jakarta pada saat itu, Ali Sadikin, kemudian
meresmikan gedung ini menjadi Museum Sejarah Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974.
Pada awal abad ke-20 gedung Stadhuis dilengkapi dengan jalur trem yang menghubungkan ke pusat
pemerintahan di kawasan Weltevreden (Lapangan Banteng). Arsitektur bangunan yang indah dan
megah bergaya abad ke-17 ini terdiri dari tiga lantai dengan cat berwarna kuning tanah, kusen pintu dan
jendela dari kayu jati berwarna hijau tua. Bagian atap utama memiliki penunjuk arah mata angin yang
menjadi ciri khas gedung ini. Ciri lain dari Museum Fatahillah adalah adanya tulisan
Gouvernourskantoor pada bagian atas sisi depan (tympanum) (Gambar 5) yang hingga kini masih
dipertahankan. Bangunan ini memiliki luas lahan 13.388 meter persegi, luas bangunan lebih dari 1.300
meter persegi dan sebuah kolam di halaman depan.

Gambar 6. Petunjuk arah mata angin dan tulisan Gouvernourskantoor pada bagian atas sisi
depan yang menjadi ciri khas museum fatahillah

Fasade Bangunan Bagian dari Ruang Publik


Jalan merupakan ruang publik, yang menjadi milik Negara dan bersifat terbuka serta dapat
diakses 24 jam oleh siapapun, sedangkan bangunan merupakan ruang privat yang dimiliki oleh masing
– masing penghuni/pemilikbangunan tersebut. Jalan Pakubowono merupakan salah satu jalan yang
bersifat terbuka dengan tata bangunan renggang (open bebouwings). Tata bangunan renggang
merupakan warisan arsitektur pasca kemerdekaan yang berkonsep kota taman dan gaya bangunannya
bergaya arsitektur Neo klasik. Bangunan ini merupakan deretan bangunan dengan tata bangunan terbuka
(renggang), sehingga tipologi jalan yang terbentuk adalah jalan terbuka. Fasade yang terbentuk pada
bangunan juga merupakan bagian dari ruang publik, yang dapat dilihat dan dinikmati oleh semua
pengguna area publik tersebut. Tentunya pada kawasan tersebut harus memiliki tipologi bangunan yang
menyatu sehingga fasade publik yang terbentuk tidak berantakan.

Kawasan Kota Tua merupakan salah satu kawasan yang memiliki bangunan dengan gaya
arsitektur tempo dulu yang dipertahankan sebagai kawasan cagar budaya. Kelanjutan perkembangan
kawasan saat ini telah menunjukkan perubahan dan asimilasi bentuk dari tipologi bangunan yang ada
terutama di sepanjang area Kawasan Kota Tua. Walaupun perubahan itu tidak secara signifikan merubah
tipologi bangunan secara dominan. Perubahan yang banyak terjadi adalah pada beberapa unsur dan
material bangunan yang sifatnya sebagai upaya pemeliharaan bagian yang rusak. Perubahan yang
dilakukan dapat dilihat seperti pada penggantian material atap dan beberapa bagian pada kusen jendela
dan pintu tanpa merubah form atau siluet bangunan secara keseluruhan sehingga secara visual bentuk
dan tipologi bangunan pada kawasan Kota Tua ini masih dapat dipertahankan secara unit.

Jurnal Atap: Arsitektur dan Perencanaan Vol.1 No.1 Tahun 2022 10


ATAP
Jurnal Arsitektur dan Perencanaan
ISSN : 2614-3755 (Cetak)
Vol. VIII No.1, Febuari 2023

Kesimpulan
Kota tua Jakarta merupakan salah satu icon bersejarah yang memiliki bangunan-bangunan bergaya
eropa, mulai dari fasad, ketinggian, model, bentuk jendela dan lainya. Hal yang mempengaruhi
pembentukan kota tua ini sendiri adalah sector perekonomian, pedestrian, sirkulasi transportasi umum.
Dari sejarah-sejarah yang telah ada merujuk pada terbentuknya Kawasan kota tua yang semakin
berkembang namun tidak menghilangkan ciri khasnya.

Ucapan Terima Kasih [jika ada]


Ucapan terimakasih kepada pihak yang telah mendukung kelancaran progress ini mulai dari survey
lokasi, kajian literatur sampai dengan pendanaan transportasi Ketika survey dilaksanakan. Terima kasih
kepada dosen pembimbing mata kuliah ini yang telah berkenan memberikan kesempatan untuk
melaksanakan menelitian sederhana serta penyusunan jurnal.

Daftar Rujukan
[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Tua_Jakarta
[2]extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://media.neliti.com/media/publications/167144
-ID-perubahan-fungsi-pada-museum-fatahillah.pdf
[3] https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Wayang
[4] https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Fatahillah

Jurnal Atap: Arsitektur dan Perencanaan Vol.1 No.1 Tahun 2022 11

Anda mungkin juga menyukai