ARS 2653
Disiapkan Oleh:
Catharina Dwi Astuti Depari, ST., MT.
KATA PENGANTAR
Diktat Mata Kuliah Sejarah dan Teori Perkembangan Kota (STPK) disusun dengan tujuan untuk
mendukung pemahaman mahasiswa Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya
Yogyakarta mengenai sejarah perkembangan kota-kota di dunia secara umum, teori dan konsep
perencanaan kota menurut para pakar.
Diktat disusun secara sistematis berdasarkan periodesasi perkembangan kota-kota di dunia yang
dimulai pada era pra sejarah hingga era modern movement, termasuk perkembangan kota-kota besar
di Indonesia.
Penyusun menyadari bahwa diktat MK STPK ini membutuhkan penyempurnaan pada berbagai aspek
sehingga saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan. Tentunya
penyusunan diktat MK STPK ini dapat tercapai karena berkat dan kasihTuhan Yesus Kristus, dukungan
dari Program Studi Arsitektur dan Fakultas Teknik, para anggota tim Dosen pengampu mata kuliah
STPK serta Laboratorium Perancangan dan Perencanaan Lingkunan dan Kawasan sebagai penaung
dari Mata Kuliah STPK.
Semoga diktat MK STPK ini dapat memberikan manfaat optimal bagi para pembaca dan mahasiswa
melalui pemahaman yang lebih baik terhadap arsitektur kota, sejarah, permasalahan umum dan
konsep-konsep desain kota yang selama ini berkembang.
Yogyakarta, Juni 2014
Penyusun,
Catharina Dwi Astuti Depari
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
i
ii
iii
BAGIAN I
BAGIAN II
BAGIAN III
BAGIAN IV
BAGIAN V
BAGIAN VI
BAGIAN VII
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Asal Mula Perkembangan Kota-Kota di Dunia
Pengertian Kota Menurut Berbagai Pandangan Sejarah dan Modern
3
8
10
11
13
18
22
23
23
26
27
35
35
38
40
43
43
44
45
47
50
52
iii
BAGIAN VIII
BAGIAN IX
BAGIAN X
BAGIAN XI
BAB XII
54
54
59
59
61
62
63
78
79
82
82
89
91
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Bagian I menjelaskan kepada mahasiswa mengenai perbedaan antara berbagai skala atau ruang lingkup
dalam Arsitektur, pentingnya pengetahuan akan sejarah dan pengertian terminologi kota dari berbagai
sudut pandang keilmuan.
A. Latar Belakang
Mahasiswa Arsitektur dapat memahami arsitektur dalam ruang lingkup mezzo (kawasan) dan makro
(kota) dengan objek amatan yang mencakup:
1. Pola bentuk ruang kawasan dan kota
2. Hubungan antara bangunan (mikro), kawasan (mezzo) dan kota (makro)
3. Sasaran perencanaan dan desain Arsitektur yang mencakup unit-unit kelompok budaya,
kelompok masyarakat atau komunitas tertentu dengan kompleksitas yang berbeda dengan klien
dalam desain bangunan.
4. Pengaruh dari berbagai faktor/aspek pembangunan seperti politik, ekonomi, sosial budaya dan
ideologi terhadap perkembangan kawasan atau kota.
Gambar 1.1. Objek arsitektural dalam skala ruang kawasan (atas) dan kota (bawah)
Sumber: www.urbanformation.com dan www.citypolice.tripod.com
Mezzo: kawasan
Mikro: bangunan
Gambar 1.2. Hubungan antar ketiga tipe skala ruang dalam arsitektur
Mahasiswa memahami pentingnya mempelajari sejarah sebagai bagian dari proses untuk
mengidentifikasi permasalahan kota-kota di masa lampau sekaligus solusinya sebagai referensi
pada konteks kota-kota di masa kini maupun di masa depan. Perkembangan suatu kawasan atau
kota tidak terlepas dari dinamika kehidupan, ragam dan instensitas aktivitas warga atau
komunitas setempat termasuk aturan kebijakan dan orientasi pembangunan yang dijalankan oleh
penguasa atau pemerintah kota.
Contoh negative:
kota-kota di Negara maju seperti Amerika Serikat pada era tahun 1960-an hingga 1990-an
mengalami kemajuan dalam berbagai bidang khususnya ekonomi. Kemajuan tersebut didukung
oleh kebijakan Pemerintah yang mengedepankan pembangunan berbagai infrastruktur (jalan
layang, high rise buildings) untuk mewadahi dan melayani kebutuhan warga Amerika,
Ketergantungan warga Amerika terhadap kendaraan pribadi dan ketidakmampuan Pemerintah
memperbaiki sistem transportasi publiknya mengakibatkan kerawanan dan kemacetan lalu lintas
di setiap penjuru kota. Tumbuhnya kota-kota yang sakit akibat dari orientasi pembangunan yang
tidak tepat mendorong Pemerintah Amerika melakukan langkah-langkah perbaikan tidak hanya
pada sistem transportasi publiknya, namun pada pola pembangunan ruang kotanya sembari
memberlakukan sejumlah kebijakan pajak dan parkir bagi setiap pemilik kendaraan pribadi.
Belajar dari fenomena dan sejarah yang terjadi di Negara lain, Indonesia seyogyanya mampu
mengantisipasi permasalahan tersebut pada konteks masa kini.
Gambar 1.3. Kota Jakarta pada masa kini (kiri) dan kota Houston, USA pada tahun 1989 (kanan)
Sumber: www.tribunenews.com (kiri) dan www.texasfreeway.com (kanan)
Periode Paleolithic
Sekitar 10,000 tahun yang lalu, manusia pra sejarah hidup berpindah-pindah dan kemudian menetap
sebagai komunitas pemburu dan pengumpul makanan. Pada periode yang sama, manusia purba mulai
menetap lebih lama dengan melakukan praktek tebang- bakar untuk membuka lahan huni & pertanian.
Periode Neolithic
Pada 8,000 SM, manusia pra sejarah mengembangkan agrikultur & bercocok tanam dengan metode
pertanian berpindah. Pola aktivitas manusia berubah dari tipe pengumpul menjadi tipe penghasil
makanan. Manisia awal membentuk pemukiman (hamlet) di sekitar goa, perbukitan, area pertanian atau
sepanjang pantai yang memungkinkan untuk kegiatan berburu & bercocok tanam (dekat dengan sumbersumber alam). Dalam perkembangannya, manusia purba mulai hidup menetap untuk jangka waktu yang
lebih lama dengan melakukan praktik tebang-bakar guna membuka lahan hutan menjadi areal hunian
dan pertanian.
Gambar 1.6. Praktik tebang dan bakar hutan untuk pembangunanan permukiman neolitik
Sumber: http://blocs.xtec.cat
Gambar 1.7. Pertanian dan permukiman neolitikum di gua dan tepi sungai
Sumber: www.oregonstate.edu dan www.geneticliteracyproject.org
Masyarakat Neolithic belajar menjinakkan hewan (domestikasi) dan membudidayakan sejumlah tanaman
yang kemudian mendasari lahirnya ilmu pengetahuan baru yang kemudian akan diwariskan ke generasi
berikutnya.
Manusia memasuki tahap kesadaran akan adanya kekuatan lain atau roh-roh yang melampaui
kekuatannya hingga mendorong lahirnya berbagai praktik ritual dan upacara mistis. Kepercayaan
tersebut diekspresikan melalui pola hubungan antar ruang, desain bentuk arsitektural termasuk seni
dekoratif pada dinding-dinding hunian purba.
Gambar 1.10. Hirarki dalam sistem hubungan sosial dan politik warga Mesir
Sumber: www.6bancientegypt.weebly.com
Pada era peradaban kuno, manusia berhasil meningkatkan produksi pertanian dan ternak sehingga
ketersediaan sumber pangan berlimpah/mengalami surplus. Keberhasilan tersebut semakin didukung
oleh ditemukannya berbagai metode penyimpanan dan pengawetan bahan pangan sehingga
mengakibatkan terciptanya waktu luang agi masyarakat kuno untuk melakukan aktivitas yang berbeda
atau mengembangkan keahliannya dalam berbagai bidang.
Gambar 1.12. Metode penyimpanan produk pertanian (kiri) aktivitas pembuat produk seni kerajinan (kanan)
Sumber: www.imagestack.com dan www.ancientegypt925.weebly.com
3. Kota merupakan suatu konsentrasi penduduk ke dalam wilayah geografis tertentu dengan berupaya
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara permanen sesuai dengan aktivitas ekonomi setempat.
4. Kota merupakan wilayah administrative yang memiliki pusat industri, perdagangan, pendidikan,
pemerintahan atau campuran dari semua fungsi tersebut.
Gambar 1.16. Campuran dari berbagai fungsi lahan pada suatu wilayah kota
Sumber: www.library.illinois.edu
BAB II
BENTUK DAN ELEMEN PEMBENTUK KOTA
Bagian II menjelaskan kepada mahasiswa mengenai berbagai tipe bentuk kota khususnya menurut
pandangan Kostof (sudut pandang sejarah dan budaya) serta tipe-tipe elemen pembentuk kota menurut
teori Trancik dan Lynch.
A. Latar Belakang
Mahasiswa Arsitektur diajak untuk mulai memahami bahwa bentuk kota lahir melalui proses yang
panjang dan mengalami berbagai gejolak peristiwa dan dinamika kehidupan warganya yang
berlangsung dalam krun waktu tertentu. Dengan kata lain, bentuk ruang kota ataupun kawasan
(bagian dari kota) bukan merupakan hal yang terjadi secara spontan.
Pengamatan terhadap bentuk atau komposisi ruang suatu kota secara detail akan menuntun
pengamatnya untuk membangun interpretasi terhadap latar belakang sejarah, politik, sosial budaya
yang mempengaruhi bentuk kota tersebut. PAda level awal, mahasiswa diharapkan dapat
mengasosiasikan antara ruag fisik kota dengan faktor-faktor yang melatarbelakangi proses
terbentuknya kota.
Gambar 2.1. Contoh kota lama Bagdhad dan perkembangannya anatar abad ke-8 dan abad ke-9
Sumber: Kostof, 1991
Kota lama Baghdad pada abad ke-8 berbentuk geometrik terdiri dari bangunan permukiman yang
diatur di sekitar istana sang kalif. Istana merupakan generator perkembangan kota (faktor politik).
Pada abad ke-9, : Pertumbuhan penduduk lokal mendorong pembangunan permukiman yang
menyebar ke segala arahsecara sporadic hingga mengubah bentuk kota awal Baghdad (faktor
budaya & ekonomi).
Kota adalah sebuah artifak yang menjadi saksi akan perjuangan dan kejayaan manusia yang
mengalami perubahan dalam konteks ruang dan waktu. Para ahli kota membahas perkembangan
kota pada setiap periodesasi Tujuan: untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi bentuk kota pada setiap periode secara secara detail & kronologis.
Gambar 2.2. Kehidupan warga kota medieval di Eropa yang bergantung pada produk pertanian
Sumber: commons.wikimedia.org
Gambar 2.3. Contoh situasi kota industri di Eropa pada awal abad ke-18
Sumber: https://upload.wikimedia.org
Contoh: Karakteristik kota sosialis Stalinstadt yang dibangun seragam dan sangat mirip dengan
bentuk kot-kota di Uni Soviet.
Kepadatan yang sama rata pada setiap permukiman dari pinggir kota sampai ke pusat kota dan
ruang terbuka yang besar di jantung kota.
Tujuan pengaturan adalah untuk memungkinkan pembangunan yang sepenuhnya terpusat pada
otoritas yang berkuasa dan merepresntasikan penolakan terhadap pembedaan nilai lahan.
Gambar 2.5. Jaringan pada kota yang dianalogikan dengan jaringan organisme
Sumber: Urban Design Compendium
Gambar 2.6. Mengatur setback lewat aturan kota sebagai upaya memperbaiki
pola kota yang mengarah ke bentuk yang lebih teratur
Sumber: Urban Design Compendium
Gambar 2.7. Kota berpola organic tidak terencana bersifat sporadik: menyerah pada kondisi alam
Sumber: www.pinterest.com
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola bentuk kota organik dan memberikan bentuk pada ruang kota
tersebut menurut Kostof (1991:54), yaitu:
a) Faktor Fisik/Bentang Alam
Faktor tersebut mengakibatkan lahirnya beberapa tipe bentuk kota
Kota sungai atau permukiman sungai (riverine settlement), yaitu kota dibangun dengan
karakteristik kota berupa sistem jaringan jalan yang berada di sepanjang jalur sungai.
Kota pelabuhan alam (natural harbor), yaitu kota dibangun dengan karakteristik berupa area
pelabuhan sebagai gerbang masuk kota, pelabuhan sebagai titik pusat pergerakan lokal dan
distribusi barang /komoditas yang vital bagi keberlangsungan kehidupan kota dan pelabuhan
tumbuh dari aktivitas warga lokal.
Kota benteng : kota dibangun dengan karakteristik berupa benteng dan struktur kota lainnya
yang befungsi untuk menjaga keamanan kota dari kekuatan asing.
Kota pada punggung bukit/gunung: kota dibangun di sepanjang fitur/elemen alam berbentuk
linear panjang mengikuti kondisi eksisting alam misalnya di sepanjang punggung perbukitan/
pegunungan atau di sepanjang pantai.
Kota puncak perbukitan (hilltop town).
Kota pada daerah landai (sloped terrain).
Gambar 2.8. Penerapan teknik metes and bounds pada satu kota bersejarah
Sumber: www.blm.gov
c) Synoecism
Sebuah istilah yang dikembangkan oleh Aristoteles, yaitu berarti living together (hidup bersama).
Kota organik dapat terjadi karena adanya sebuah pengaturan administratif kota yang
Gambar 2.9. Dimensi ruang jalan di kota-kota Islam di Arab berdasarkan pada aturan
yang ditetapkan oleh Nabi Muhammad SAW
Sumber: www.liveauctioneers.com
Manusia modern dituntut untuk mengejar EFESIENSI dan EFEKTIVITAS sehingga kota didesain
agar system aktivitas kota berlangsung secara cepat dan mudah. Perlu diatur terlebih dahulu
system jalan yang menghubungkan seluruh bagian kota yang bersifat langsung dan menerus.
Tidak hanya berlatar belakang efesiensi, pada beberapa kasus, kota berpola grid dibangun
dengan tujuan untuk menampilkan kota yang bermakna simbolis. Contoh: ibukota administratif
Cina pada awalnya merupakan sebuah areal permukiman kerajaan yang kuat di bawah kontrol
pemerintah Cina. Kota melambangkan hegemoni kekuasaan/kekuatan kaisar dan didesain untuk
melayani seluruh kebutuhan penguasa.
Gambar 2.11. Kota terlarang di Beijing Cina yang menerapkan pola kota gridion
Sumber: http://greatwallofchinabeij.ipage.com/
b) Blok Kawasan (yang dinilai) Penting sebagai distrik dominan kota dari aspek fungsi lahan.
Ukuran, pola dan orientasi blok kawasan merupakan hal paling penting dalam menentukan
komposisi ruang kota. Blok kawasan ditandai dengan satu fungsi tertentu (residential, office,
retail, industrial) dengan ketentuan ketinggian bangunan, jarak, GSB yang sesuai.
c) Bangunan Pembatas atau Pengarah
Umumnya memiliki bentuk khusus dan konfigurasinya linear yang dibentuk oleh deretan
massa bangunan yang didesain untuk menciptakan batas distrik, mendefinisikan garis sumbu
pandangan ataupun membingkai tempat atau bangunan penting kota.
Gambar 2.15. Tipe elemen void: ruang terbuka berupa area perotongan jalan utama
kota yang turut berfungsi sebagai gerbang kota
Sumber: Urban Design Compendium
BAB III
BERBAGAI FENOMENA SOSIAL DALAM KEHIDUPAN PERKOTAAN
Bagian III menjelaskan kepada mahasiswa mengenai pengertian, aspek dan contoh fenomena social
yang mempengaruhi perkembangan suatu kota maupun kawasan.
A. Latar Belakang
Mahasiswa Arsitektur diajak untuk mulai memahami bagaimana faktor non fisik termasuk berbagai
peristiwa budaya dan fenomena social mempengaruhi perkembangan kota selanjutnya. sebelumnya
telah dibahas secara rinci faktor fisik yang mempengaruhi pola pembangunan suatu kota, seperti:
1.
Faktor alam (potensi bencana kebakaran, banjir, gempa, gunung berapi, factor kesuburan tanah,
iklim, sumber daya alam) memegang peranan penting dalam menentukan lokasi pusat dan areal
permukiman sebelum terbentuknya kota atau menentukan bagaimana arah pembangunan kota di
masa yang akan datang.
Gambar 3.1 Kota Los Angeles yang kini pola pembangunannya harus menyesuaikan
dengan garis patahan gempa bumi San Andreas
Sumber: www.geomaps.wr.usgs.gov
2. Kondisi geografis alam suatu lingkungan permukiman akan mempengaruhi karakter umum
psikologis warganya. Secara general, karakteristik budaya masyarakat menurut lokasi huniannya
dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu: coastal community yang hidup di daerah perairan dan
hinterland community yang tinggal di daerah pedalaman. Coastal community umumnya terbuka
terhadap pengaruh budaya luar yang masuk melalui area pelabuhan sebagai gerbang-gerbang
kota perairan dan sebaliknyahinterlands community umumnya berbudaya tertutup.
Urbanisasi melahirkan sejumlah fenomena & isu sosial yang kemudian akan berdampak pada
perkembangan kota. Contoh berbagai fenomena sosial khususnya pada konteks kota-kota modern
akibat pengaruh globalisasi:
Kelas sosial masyarakat mengalami perubahan secara drastic (munculnya golongan ekonomi
menengah ke atas dalam jumlah besar)
Inovasi dalam bidang ekonomi yang begitu cepat di kota sehingga potensi membuka lapangan
kerja atau untuk memperolehnya semakin luas,
Imigrasi yang semakin deras dengan adanya arus pergerakan menuju pusat kota.
BAB IV
KOTA KLASIK (Athena)
Bagian IV menjelaskan kepada mahasiswa mengenai sejarah perkembangan kota klasik Athena sebagai
peninggalan peradaban bangsa Yunani pada sekitar abad ke-5 SM.
A. Latar Belakang
Bangsa Yunani dikenal sebagai bangsa yang memuja berbagai sosok dewa dan dewi (politheisme)
hingga memberikan pengaruh yang sangat besar bagi proses pembentukan dan perkembangan kota
Athena dan kota-kota jajahan Yunani. Secara geografis, Yunani memiliki batas-batas wilayah:
Utara
Selatan
Timur
Barat
: Macedonia
: Laut Mediterania
:Turki
: Laut Ionia
Gambar 4.1. Letak geografis Negara Yunani yang berbatasan langsung dengan Asia Minor
Sumber: www.travelswise.com diunduh 2012
Yunani memiliki keadaan alam yang unik, yaitu terdiri dari daerah pegunungan dengan udara
panas yang bercampur dengan udara dingin serta daerah lembah yang subur. Secara kultural,
terdapat dua suku besar bangsa Yunani, yaitu bangsa Dorian dengan karakter masyarakatnya
yang cenderung keras, kaku, temperamen dan suka membanggakan diri serta bangsa Ionians
yang sebaliknya berkarakter lembut, sederhana dan berpandangan terbuka. Dengan demikian,
terdapat dualisme budaya dalam system social dan ketatanegaraan di Yunani akibat perbedaan
karakter kedua suku bangsa tersebut. Meskipun memiliki cara pikir yang berbeda, namun kedua
suku bangsa tersebut relatif dapat hidup berdampingan karena sifat warga Yunani yang
umumnya moderat (dapat menerima perbedaan). Kekuatan tersebut menjadi modal penting
untuk melahirkan ideologi baru dalam sistem pemerintahan suatu kota atau Negara yang
kemudian dikenal sebagai sistem demokrasi.
Kota yang dianggap sebagai generator bagi perkembangan peradaban Yunani adalah kota Athena
yang dibangun sebagai pusat ritual bagi Dewi Athena. Menurut mitologi Yunani, Athena adalah puteri
kesayangan Dewa Zeus yang merupakan pimpinan tertinggi para dewa. Terdapat dua versi
pandangan terhadap sosok sang Dewi tersebut, yaitu:
1. Dewi Athena sebagai dewi kepintaran dan kebijaksanaan dewi seni dan sastra, dewi kota,
kerajinan dan pertanian. Athena disimbolkan memiliki kegemaran menanam pohon olive (zaitun)
dengan burung hantu sebagai teman terdekatnya.
2. Dewi Athena sebagai dewi yang kejam dan pemberani di medan perang yang digambarkan
sebagai sosok yang ditemani oleh burung hantu dan dilengkapi dengan pedang dan tameng.
Dapat dipahami jika cara pandang yang berbeda tersebut lahir karena adanya dua faktor, yaitu:
Perbedaan karakteristik psikologi kedua suku bangsa di Yunani, yaitu Dorians dan Ionians.
Karakteristik seseorang akan menentukan pandangannya terhadap satu hal/objek.
Merefleksikan kehidupan masyarakat Yunani secara umum yang cukup kompleks serta adanya
terror penahlukan oleh bangsa lain yang berambisi ingin menguasai kota Athena.
B. Kota Athena:
Aspek Fisik
Secara fisik, kondisi geografis Kota Athena dikelilingi oleh tiga laut, yaitu Laut Mediterania, Laut
Aegean dan Laut Hitam sehingga memiliki beberapa pelabuhan sebagai gerbang kota. Bangsa
Yunani dikenal sebagai bangsa yang memiliki kehandalan dalam navigasi kelautan maupun
militer/ketahanan perang. Laut tidak hanya menjadi jalur masuknya pengaruh budaya Yunani ke
daerah lain yang akan menjadi daerah jajahan, namun menjadi jalur-jalur perdagangan yang sibuk.
Pelabuhan dengan demikian, menjadi gerbang-gerbang utama kota yang mengakomodir masuknya
peradaban dan budaya asing ke Yunani dan sebaliknya.
Kehidupan warga Yunani yang umumnya dilakukan di luar ruangan antara lain disebabkan oleh
kondisi iklim Yunani yang hangat sehingga sangat mendukung aktivitas warga sehari-hari. Kondisi
tersebut sekaligus menciptakan karakter masyarakat Yunani yang unik, yaitu masyarakat yang gemar
menjalankan kegiatannya di luar ruangan. Dalam perkembangannya, kegemaran tersebut
mendorong lahirnya event pertandingan terutama dalam bidang atletik. Athena menjadi cikal bakal
lahirnya event olahraga atletik dan pertandingan olah raga di tingkat dunia, yaitu Olympiade.
Kegemaran melangsungkan aktivitas di luar ruangan turut mendorong tumbuhnya desain-desain
bangunan bersifat terbuka atau semi terbuka atau bangunan berwujud open-air. Contoh bagunan
open air Yunani adalah amphitheater, theater, gymnasium dan stoa.
Gambar 4.3. Patung Dewi Themis di atap gedung peradilan di Old Bailey, London
Sumber: www.pinterest.com diunduh 2012
Dari sudut pandang arsitektur, budaya akan mempengaruhi desain ruang huni atau permukimannya.
Paham demokrasi bangsa Yunani akan dicerminkan melalui desain ruang kota termasuk pada kota
Athena. Hippodamus yang hidup pada sekitar abad ke-5 SM menerapkan prinsip-prinsip dari paham
demokrasi ke dalam pengaturan ruang-ruang kota dengan menerapkan pola kota grid iron meskipun
pola tersebut tidak selamanya dan tidak sepenuhnya mutlak dapat diterapkan. Pada konteks kota
Athena misalnya, penerapan pola grid tidak secara jelas diterapkan, kecuali pada kota-kota jajahan
Yunani seperti Priene dan Miletos di wilayah Turki/Asia Minor.
Beberapa hal yang menjadi tujuan desain kota berpola gridion oleh Hippodamus, adalah:
1. Mengatur pola bangunan dan lahan secara rasional dengan mengikuti system jalan yang telah
terlebih dahulu terbentuk (ciri pola gridion). Sistem jalan menjadi system pembagi lahan kota.
2. Mengatur pola sirkulasi/pergerakan publik menuju ke pusat kota.
3. Mempermudah kontrol terhadap perkembangan kota selanjutnya dan aktivitas warganya.
4. Menerapkan prinsip keadilan dengan mengatur distribusi hak dan kewajiban warganya secara
adil/merata pada setiap lahan, mulai dari pusat kota hingga ke seluruh penjuru kota.
Dampak negative dari kehidupan berdemokrasi yang menganut prinsip kebebasan dalam
berbicara/berekspresi adalah potensi perpecahan antar kelompok yang dapat berujung pada
peperangan atau pertikaian antar sejumlah pihak. Kondisi tersebut secara umum terlihat pada
kehidupan politik kota Athena.
RELIGI
Selain terhadap Dewi Athena, warga Yunani mempercayai berbagai sosok dewa dan dewi dengan
sejumlah peran, kekuatan dan kekuasaannya masing-masing. Kepercayaan terhadap berbagai sosok
dewa dan dewi disebut dengan istilah polytheisme. Hal tersebut tercermin dari sejumlah bangunan
kuil dan atung dewa dewi yang ditujukan untuk kegiatan pemujaan.
Elemen kota berupa acropolis merupakan bukti konkrit keyakinan Yunani Athena terhadap sosok
dewa dewi tersebut khususnya terhadap Dewi Athena. Acropolis merupakan elemen terpenting yang
kuat membentuk identitas kota Athena karena merupakan lokasi dari kuil-kuil utama Dewa dan Dewi
Yunani. Pada sekitar abad ke 14 SM hingga abad ke-12 SM, acropolis merupakan pusat
pemerintahan masyarakat Neolitik dan bangsa Micanea yang dibuktikan dengan adanya peninggalan
berupa istana dan benteng pertahanan. Kondisi geografis wilayah yang relative tinggi, yaitu berada
pada ketinggian 70 m dari laut menjadikan wilayah tersebut sangat cocok untuk menjadi pusat
pertahanan dan pemerintahan, Wilayah tersebut memiliki garis panjang 300 m dan lebar 150 m serta
memiliki gua-gua alami. Sebagai benteng, dibangunlah dinding tembok setinggi 8 m oleh Raja
Micanea yang turut membangun istana dan sejumlah kuil. Peradaban Micanea menjadi penentu bagi
perkembangan budaya bangsa Yunani Athena dan dalam perkembangannya, wilayah tersebut
kemudian beralih fungsi menjadi areal pemujaan bagi Dewi Athena (kuil Parthenon) serta Dewa
pendampingnya bernama Erechteus. Acropolis berasal dari bahasa Yunani yang berarti kota yang
tinggi dan disebut pula dengan istilah sacred rock atau tebing yang suci. Acropolis menjadi tempat
pemujaan dewa-dewi Yunani dengan kuil-kuil besar seperti Parthenon, Erechtheion, Kuil Athena Nike
dan propylaea yang merupakan gerbang utama acropolis.
Gambar 4.6. Tiga elemen kota seperti gerbang Dyplon, jalur panathenaic , agora serta acropolis
Sumber: gallery.lineair.org diunduh 2012
SOSIAL
Warga Yunani menganggap manusia sebagai unsure yang berada di atas segala hal sehingga dalam
desain kotanya, jelas terlihat bagaimana kenyamanan masyarakat dalam pencapaian ke bangunanbangunan utama publik sangat diutamakan. Salah satu produk desain kota di Yunani yang menjadi
cerminan dari pandangan tersebut adalah adanya jalur pejalan kaki yang nyaman dan teratur.
Gambar 4.7. Wilayah pusat kota Athena yang terdiri dari elemen seperti gerbang Dyplon,
jalur panathenaic , agora serta acropolis
Sumber: http://plato-dialogues.org diunduh 2014
Jalan merupakan jalur pergerakan atau sebagai sebuah koridor/channel bagi pergerakan manusia
melalui sejumlah rute tertentu yang telah dilengkapi dengan titik-titik perhentian/area peristirahatan.
Panathenaic Way menjadi elemen penting kota Athena karena tidak pernah terlepas dari kehidupan
dan kegiatan sehari-hari warga Athena. Jalur tersebut memiliki sejumlah peran, yaitu sebagai jalur
yang menghubungkan tempat-tempat penting di Athena, sebagai jalur proses ritual yang dimulai dari
gerbang kota (Diyplon Gate), melewati agora dan berakhir di acropolis yang merupakan pusat kuilkuil utama Yunani Athena khususnya Parthenon, serta sebagai jalur perdagangan yang sibuk
khususnya di sekitar agora yang merupakan public market (pusat perdagangan umum). Pada jalur
panathenaic biasanya dilangsungkan sejumlah festival dan yang paling utama adalah event great
panathenea untuk merayakan kelahiran Dewi Athena.
BAB V
KOTA KLASIK JAJAHAN YUNANI (Priene, Miletus)
Bagian V menjelaskan kepada mahasiswa mengenai sejarah perkembangan kota klasikPriene dan
Miletus yang merupakan peninggalan peradaban bangsa Yunani antara abad ke-4 hingga ke-5 SM.
A. Latar Belakang
Terdapat dua kota peninggalan peradaban Yunani kuno yang secara geografis berada di wilayah
Asia Minor atau tepatnya di Negara Turki, yaitu kota Priene dan Miletus. Selain kedua kota tersebut,
kota Didyama sering pula diangkat sebagai referensi penting untuk mempelajari arsitektur
peninggalan bangsa Yunani. Tidak hanya sisa-sisa peradaban Yunani, peninggalan peradaban
Romawi dapat ditemukan pada kota Priene dan Miletus setelah ditakhlukkan oleh bangsa Romawi.
Gambar 5.1. Letak geografis ketiga kota peninggalan Yunani di Negara Turki, Asia Barat
Sumber: http://quartomese.com/ diunduh 2012
B. Miletus
Miletus merupakan kota kuno jajahan Yunani yang dibangun di pantai barat Anatolia (Anydin, Turki)
pada sekitar abad ke-5 SM. Sebagai kota perairan, pelabuhan menjadi elemen penting bagi kota
Miletus yang saat ini merupakan bagian dari Provinsi Anatolia di Turki. Pelabuhan utama kota kuno
Miletus adalah perabuhan Lion yang menjadi gerbang masuknya kapal-kapal asing termasuk Yunani.
Gambar 5.2. Letak pelabuhan Lion (kiri) dan rekonstruksi pelabuhan Lion (kanan)
Sumber: www.ntimages.net dan https://s-media-cache-ak0.pinimg.com diunduh 2012
Pelabuhan Miletus telah mengalami sendimentasi oleh tanah alliuvium /tanah liat yang dibawa oleh
sungai Meander selama berabad-abad sehingga mengakibatkan pembentukan delta yang menutupi
perairan di sekitar pelabuhan. Selain itu, pelabuhan kota yang hancur oleh serangan Romawi
mengakibatkan Miletus dalam perkembangannya mengarah ke kota daratan khususnya pada periode
awal Kristen. Keunikan kota Miletus adalah pada bagaimana topografi perbukitan & pegunungan
dapat berintegrasi dengan rencana kota dan pembangunan kuil-kuil Yunani Athena.
Gambar 5.3. Letak geografis ketiga kota peninggalan Yunani di Negara Turki, Asia Barat
Sumber: ovidsmetamorphoses.blogspot.com diunduh 2012
Gambar 5.4. Letak geografis ketiga kota peninggalan Yunani di Negara Turki, Asia Barat
Sumber: www.ginniseth6.wordpress.com/ diunduh 2012
ASPEK FISIK
Perencanaan Kota Miletus, dipengaruhi oleh perencana kota Yunani yang paling berpengaruh pada
abad itu Hippodamus. Hal-hal yang diatur oleh Hippodamus adalah:
1. Rencana kotamemperlihatkan bagaimana membangun bentuk-bentuk dengan kualitas yang
dinamis dapat berintegrasi/bertemu dengan pola grid iron yang kaku/keras.
Misalnya: bentuk semi sirkular theatre yang dinamis bertemu dengan pola grid kota yang
kaku/formal
2. Pengulangan modul-modul dari blok bentuk persegi empat yang terdiri dari kavling-kavling
hunian setempat menjadi dasar bagi pengaturan komposisional elemen-elemen kota lainnya
yang berfungsi publik. Bangunan publik tersebut adalah kuil-kuil, gymnasia, dan stoa yang
berhadapan langsung dengan agora dan pelabuhan.
Gambar 5.5. Letak geografis ketiga kota peninggalan Yunani di Negara Turki, Asia Barat
Sumber: www.hellenicaworld.com diunduh 2012
Perkembangan kota dibagi ke dalam tiga periode berdasarkan pengaruh peradaban dunia, yaitu:
1. Periode pengaruh budaya Yunani pada akhir abad ke-1 SM
2. Periode Hellenistic (Alexander the Great) pada abad pertengahan dari abad ke-2 M
3. Periode pengaruh Roma pada pertengahan abad ke-2 M
Setiap periode tentunya memperlihatkan satu bentuk kota yang senatiasa mengalami perubahan
tergantung pada faktor politik, budaya dan ekonomi yang mempengaruhi aktivitas kota.
PERIODE YUNANI
Pengaruh bangsa Yunani pada pembangunan kota Miletus adalah pengaturan artikulasi ruang-ruang
dalam kota dengan menata letak bangunan (solid) dan ruang terbuka (void) kota serta hubungan
antara keduanya. Misal sudah dipikirkan bagaimana hubungan antara agora dengan pelabuhan dan
sistem jalan yang tepat. Tujuan pengaturan ruang kota tersebut oleh Hippodamus adalah :
menyatukan sistem pergerakan antara ruang agora dengan pelabuhan
menciptakan sebuah komposisi kota yang kompak dan yang iramanya terbentuk oleh deretan
kolom-kolom yang langsung mengarah ke pelabuhan kota.
Gambar 5.6. Deret kolom dalam wujud bangunan kolonade di sepanjang koridor jalan menuju pelabuhan
Sumber: www.turkey.whereist.com/diunduh 2012
PERIODE HELENISTIK
1. Pembangunan kota yang dipengaruhi oleh budaya Helenistic yang jauh lebih ekstensif daripada
pengaruh bangsa Yunani oleh penguasa sebelum Alexander the Great.
2. Penekanan desain pada periode Helenistic adalah pada pengaturan arsitektur secara simetrikal
sehingga menciptakan karakter/kesan formal pada ruang terbuka publik. Kondisi tersebut
sekaligus menghasilkan bentuk bangunan berpola angular yang masing-masing memiliki arah
bukaan yang berbeda namun tetap memperlihatkan hubungan yang dinamis.
PERIODE ROMA
1. Seluruh bentuk massa bangunan yang diproyeksikan diintegrasikan dengan deretan kolom-kolom
sehingga batas fisik ruang terbuka semakin jelas
2. Ruang kota dibagi menjadi unit-unit yang saling terpisah,
a) Setiap unit berwujud persegi empat dan terkesan formal
b) Pola segiempat yang formal dan saling terpisah mencerminkan filosofi Romawi
c) Filosofi Romawi: Setiap kegiatan/kehidupan memiliki ritual dan cirinya masing-masing
sehingga setiap ruang sebaiknya memiliki ekspresi arsitektural dan hirarki ruang yang
berbeda (hirarki publik, privat).
C. Priene
Kota jajahan bangsa kolonial Yunani terletak di tepi pantai benua Asia Minor dan dikenal sebagai
kota jajahan Yunani yang dianggap paling berhasil dalam menerapkan ide demokrasi melalui bentukbentuk ruang ekspresif yang murni/sejati.
Pembangunan kota berdasarkan pada sistem pergerakan publik yang mengarah ke Agora. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa Agora menjadi elemen pembentuk identitas kota Priene yang
paling penting khususnya apabila dikaitkan dengan penerapan prinsip demokrasi ke dalam kota
tersebut. Agora merupakan ruang terbuka publik yang menyatukan seluruh warga Yunani dan
menjadi simbol demokrasi karena perannya sebagai wadah penyaluran aspirasi dan pendapat serta
aktualisasi kebebasan warga kota dalam berbicara. Agora pada konteks kota Priene memperlihatkan
adanya batas-batas fisik yang jelas dan berbentuk rectangular/geomterikal yang tegas.
Sistem jalan utama kota dirancang dengan menghubungkan gerbang-gerbang kota menuju agora
melalui sumbu-sumbu jalan yang relative lebar. Sistem jalan terbuat dari susunan batu atau sebagai
jalan tapak menuju agora dan tempat-tempat penting lainnya.
Gambar 5.7. Kota Priene yang dibangun di daerah berkontur dengan latar tebing (kiri) dan pusat kota (kanan)
Sumber: http://timerime.com/ dan http://studyblue.com/ diunduh 2012
Kuil Athena yang merupakan pusat ritual utama kota pada era Yunani dapat dicapai melalui sistem
jalan yang semakin tinggi menuju puncak bukit melalui jalan tapak yang sempit dan terjal.
Pengaturan desain ruang yang demikian bertujuan untuk untuk menjaga kesakralan kuil dari
pengaruh luar/lingkungan sekitar.
BAB VI
KOTA ABAD PERTENGAHAN/MEDIEVAL (Roma)
Bagian VI menjelaskan kepada mahasiswa mengenai sejarah perkembangan kota klasik Roma yang
sangat dipengaruhi oleh budaya dan peradaban Yunani.
A. Latar Belakang
Pengaruh bangsa Yunani mencapai Semenanjung Italia termasuk kota Roma. Bangsa Romawi
menarik manfaat dari masuknya kebudayaan Yunani sehingga terdpat kesamaan pada ciri budaya
dan arsitektur kedua bangsa tersebut. Misal: pemujan terhadap dewi Artemis yang digambarkan
dalam mitologi Yunani sebagai sosok dewi perburuan yang ditemani oleh kijang dan busur panah,
demikian halnya oleh keyakinan bangsa Romawi (sebelum penyebaran ajaran Kristen). Pada aspek
arsitektur, deret kolom Yunani ditransformasikan ke dalam arsitektur Roma dengan ciri yang identik.
Semua individu dari setiap lapisan sosial melebur menjadi satu dan menyatu dengan kota Roma
sehingga rakyat sangat bangga menjadi bagian dari Roma dan sangat menerima keadaannya.
Forum Romanum sebagai ruang terbuka kota dibangun dengan skala yang manusiawi untuk
menyatukan warga kota dengan pusat kota Roma. Secara umum, kehidupan warga Roma selalu
melekat dengan perayaan dan hiburan. Seluruh warga Roma dapat menikmati berbagai bentuk
hiburan umum yang disajikan, pertempuran di colosseum, sandiwara di teater atau pesta di forum
romanum. Salah satu festival yang terkenal di Roma adalah festival saturnalia yang bertujuan untuk
menanggalkan seluruh perbedaan antar warga yang berasal dari seluruh lapisan/kelas sosial dan
berlangsung di ruang-ruang publik kota.
Keharmonisan hidup kota Roma berubah saat rakyat mulai menyaksikan arogansi Kaisar Roma yang
antara lain ditandai dengan adanya:
1. Ambisi kaisar ingin menakhlukkan dunia sehingga kekayaan dari hasil penjarahan akan mengalir
masuk ke dalam kota.
2. Kaisar yang bersekongkol dengan pemimpin militer dan politik.
3. Berkuasanya para jenderal yang mulai mendominasi kehidupan kota.
4. Monumen yang dibangun sebagai simbol setiap kemenangan dalam setiap pertempuran. Contoh
monumen yang ditujukan untuk Kaisar Marcus Aerelius (abad ke-3 M) sebagai simbol
kemenangan melawan 3 kerajaan tua di Jerman.
5. Setiap kenaikan takhta Kaisar ditandai dengan perubahan pola membangun kota. Forum baru
yang berskala bombastis menyaingi forum romanum yang sebelumnya berskala manusiawi,
misal: Forum Agustus, Forum Vespasian, Forum Trajan, Istana Agustus dan Rumah Emas Nero.
Gambar 6.5. Forum Vesapian, tentara roma dan monument symbol kemenangan
Sumber: http://darkwing.uoregon.edu, wonderland1981.wordpress.com, farm3.staticflickr.com
7. Batas kota dan benteng semakin diperluas bahkan mencapai daerah pedesaan yang merupakan
permukiman penduduk, dan tembok kota diperkuat untuk perlindungan dari bahaya musuh.
Gambar 6.6. Kastil dengan dinding benteng sebagai inti dari kota feodal Gorizia
Sumber: http://www.wonderfulexpo2015.com/ diunduh 2015
8. Perpindahan penduduk ke kota-kota feodal karena pedesaan sudah menjadi bagian dari kota ,
perdagangan kembali hidup dan hal ini menguntungkan penguasa feodal. Penguasa lahan menarik
pajak dan sewa yang lebih tinggi sebagai imbalan perlindungan terhadap masyarakat jelata.
9. Adanya aturan-aturan baru yang ditetapkan oleh pemerintah kota feodal, misalnya pemberlakuan
piagam kebebasan bagi para budak yang berhak atas kewenangan dan hak tertentu.
10. Timbulnya aksi perlawanan terhadap sistem feodal melalui aturan yang disusun oleh perserikatan
para pedagang, pengukir, penenun, tukang daging, penjahit, pembuat gelas. Tujuannya adalah untuk
mengendalikan produksi, menjaga harga dan melindungi usaha penduduk kota.
Kota NORDLINGEN
Kota dibangun pertama kali pada tahun 898 (abad ke-9 M) dengan dinding tembok sehingga
dapat bertahan dari dua buah perang besar, yaitu perang 30 tahun dan pertempuran Noedlingen
(1634/abad ke-17 M).
KOTA MOUNTPAZIER
Dibangun pada tahun 1284 oleh Raja Edward I of England, dibantu oleh beberapa
bangsawan setempat. Pada tahun 1366 1380 (dibawah kekuasaan raja Charles V), kota ini
menjadi bagian dari Perancis. Pasar memiliki peran penting dalam kehidupan warga kota
sehingga diletakkan di tengah kota.
Salah satu kota perdagangan di Perancis berpola jalan grid dengan membagi 2 kota secara
simetris agar akses ke pasar dapat dicapai dari segala penjuru.
Benteng dibangun di sekeliling wilayah untuk melindungi kota.
7. Konstruksi rumah dengan batu dan kayu, atap terbuat dari jerami, namun dilarang oleh kota
karena sering menjadi sumber kebakaran.
8. Jalan dibangun dengan perkerasan dan pemeliharaannya menjadi tanggung jawab warga
setempat.
Gereja/biara dan perserikatan para pekerja bersama-sama membangun universitas untuk
memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan mengembangkan berbagai metode penelitian dan
pengajaran, baik di bidang hukum, kedokteran maupun kesenian. Gereja memegang pean penting
dalam membangun rumah sakit khususnya untuk orang yang tidak mampu serta memfasilitasi
kebutuhan akan hiburan melalui pertunjukan musik dan drama. Gereja merupakan suatu lembaga
yang mengajak keterlibatan semua orang untuk mengambil peran dalam kehidupan bermasyarakat,
memberi inspirasi sekaligus memberi unsur keindahan dan penghargaan pada keberadaan manusia
yang selama ini telah hilang/pudar. Dengan demikian, agama telah mengangkat harkat orang banyak
dari lembah kenistaan dan mendorong manusia untuk melakukan perbuatan yang mulia. Dalam
bidang perkotaan, kota-kota feodal mulai dibangun secara lebih humanis hingga menembus
lingkungan kota yang kumuh dan kotor/informal. Caranya adalah antara lain dengan membangun
ruang publik yang dapat menyatukan semua lapisan masyarakat seperti pasar, balai pertemuan dan
tentunya gereja serta membangun system utilitas kota guna memperbaiki kualitas hidup perkotaan.
Kondisi lingkungan sosial kota berangsur membaik ditambah dengan munculnya berbagai sarana
publik dan system jaringan kota yang lebih baik. Hal tersebut menarik para pendatang dari luar kota
masuk ke dalam kota feodal hingga mengakibatkan meningkatnya jumlah penduduk kota feodal.
Gambar 6.10. Gereja mengangkat nilai-nilai humanisme ke dalam kehidupan kota feodal
Sumber: http:// upload.wikimedia.org diunduh 2015
BAB VII
KOTA NEO KLASIK (Kota-kota di Eropa)
Bagian VII menjelaskan kepada mahasiswa mengenai sejarah perkembangan kota-kota di Eropa pada
periode neo-klasik pada pertengahan abad ke-18 M (antara tahun 1669 hingga tahun 1790) yang ditandai
dengan kebangkitan arsitektur Yunani dan Roma pada desain kota-kota utama di Eropa.
A. Latar Belakang
Arsitektur neo-klasik ditandai dengan bangkitnya sebuah gaya arsitektur baru pada pertengahan
abad ke-18 M. Pada periode tersebut, rumusan arsitektural dengan menggunakan prinsip-prinsip
arsitektur Yunani dan Roma kembali diterapkan pada desain arsitektur dan penataan ruang kota di
Eropa meskipun dengan ciri dan karakteristik yang relatif berbeda. Dalam konteks ruang kota, prinsip
arsitektur Yunani dan Romawi yang mengutamakan monumentalisme/kemegahan dan keteraturan
diterapkan melalui pola ruang kota berbentuk axial, radial atau konsentrik.
Gambar 7.1. Pantheon di Kota Paris (kiri) dan pola ruang kota radial konsentrik Washington DC (kanan) yang
mempresentasikan ciri arsitektur Yunani Romawi di Eropa pada periode neo-klasik
Sumber: www.studyblue.com dan http://www.rampartsofcivilization.com
mengatur perekonomian kota yang kini lebih dominan dikendalikan oleh para pengusaha/pemilik
pabrik dan buruh pekerja. Ksberhasilan para pengusaha dalam bidang perdagangan dan bisnis
melahirkan kelas/lapisan sosial baru yang hidup dalam kemakmuran/ketercukupan. Sedangkan
gereja sebagai pusat religi warga kota semakin berupaya memperluas jangkauan wilayah
kekuasaannya di seluruh bagian kota feodal.
Kondisi masyarakat umum kota feodal turut mengalami perubahan. Perbudakan semakin menghilang
dan persekutuan antar profesi yang sebelumnya didirikan untuk memproteksi usaha dan harga
produk, justru semakin kehilangan perannya akibat kemajuan yang dialami dalam bidang
perdagangan.
Dengan semakin bertambahnya kebutuhan warga kota, pembangunan pabrik-pabrik dan industri
yang mampu menghasilkan produk massal semakin tumbuh pesat khususnya di daerah pinggir kota
feodal dan sebagian di pusat kota. Proses pengolahan bahan-bahan mentah menjadi barang
konsumsi lebih banyak menghandalkan tenaga buruh sehingga mampu menyerap tenaga kerja
dalam jumlah yang cukup besar. Hal tersebut disebabkan oleh belum ditemukannya mesin yang
mampu menggerakkan alat-alat pabrik/industri dalam waktu yang relatif singkat.
Sedangkan kehidupan masyarakat petani masih sangat memperihatinkan. Petani diwajibakan untuk
membayar pajak yang cukup memberatkan kepada pemerintah kota feodal karena lahan pertanian
hanya berstatus sebagai lahan pertanian sewa. Dengan demikian, kehidupan warga kota feodal
dapat disimpulkan sangat dikendalikan oleh uang hingga mengakar ke hampir seluruh kehidupan
kota dan akhirnya mengancam moralitas manusia di kota feodal pada periode tersebut.
Gambar 7.2. Kehidupan para petani yang memprihatinkan karena adanya beban membayar pajak
yang sangat memberatkan pada pemerintah kota feodal
Sumber: www.spanglefish.com
Kualitas hidup perkotaan di kota-kota feodal sangat buruk karena tumbuhnya permukimanpermukiman padat yang kumuh di sekitar pusat kota dan areal pabrik/industri. Kualitas
permukiman yang buruk memiliki karakteristik/ciri:
Buruknya lingkungan permukiman di kota feodal mengakibatkan munculnya epidemi dan wabah
penyakit pes (black death). Penyakit black death telah menelan hampir 25 juta jiwa di seluruh daratan
Eropa hanya dalam kurun waktu 5 tahun, antara tahun 1347 hingga tahun 1352.
Gambar 7.3. Kondisi permukiman kumuh di kota feodal (kiri) dan wabah penyakit pess (kanan)
Sumber: http://41.media.tumblr.com dan http://i.dailymail.co.uk
Dalam bidang permukiman, rumah para bangsawan yang merupakan pengusaha atau pemilik pabrik
semakin megah dan besar sedangkan permukiman masyarakat jelata cenderung semakin
memprihatinkan. Secara umum, karakteristik permukiman masyarakat jelata yang hidup di daerah
pinggir kota/pedesaan adalah areal hunian yang semakin sempit dan pemanfaatan penutup atap
jerami yang mengancam keselamatan warga dari potensi kebakaran.
Persaingan antar kota feodal tetap berlangsung hingga mendorong kebutuhan untuk memperkuat
militer dan artileri perang. Sekitar abad ke-14 M, kota-kota feodal di Eropa mengimpor senjata dan
peralatan militer dari negeri Cina. Peralatan militer yang baru membutuhkan sejumlah tentara militer
yang handal dan terampil untuk mengoperasikan peralatan perang tersebut. Dengan demikian,
dibutuhkan sebuah pendidikan yang mengajarkan teknik dan startegi mempertahankan kota dari
serangan musuh termasuk melatih keterampilan menggunakan berbagai peralatan militer yang
semakin mutakhir melalui ilmu baru dalam bidang kemiliteran. Inovasi dalam bidang kemiliteran
mengubah bentuk kota feodal pada periode selanjutnya. Kota-kota feodal berupaya memperluas
daerah benteng untuk melindungi pusat kota dari serangan militer kota feodal lainnya. Alat pelontar
peluru yang mampu melumpuhkan pusat kota dari jarak jauh menciptakan kerisauan pada penguasa
kota feodal. Sistem benteng diperluas dalam radius beberapa kilometer dari pusat kota dan temboktebok benteng dipertebal atau ditambah dengan sistem benteng yang baru. Akibatnya muncul lahanlahan yang tidak bertuan pada daerah perluasan benteng yang kini menjadi bagian dari kota feodal.
Dalam bidang ekonomi, ketertarikan penduduk kota pada periode neoklasik trehadap profesi dalam
bidang kemiliteran semakin besar. Sebagian mengharapkan posisi untuk duduk sebagai pejabat
militer profesional selain adanya cita-cita menjadi pedagang.
Gambar 7.4. Desain ornamen (kiri) dan bangunan bergaya arsitektur renaissance (kanan)
Sumber: http://previews.123rf.com/ dan www.studyblue.compaularoundtheworld.wordpress.com
Dalam bidang seni, produk seni menjadi simbol status bagi para pedagang kaya, pendeta dan raja.
Profesi seniman memperoleh penghargaan di mata publik. Selain itu, muncul sistem magang bagi
para calon seniman/artis. Tumbuh trend ketika kaum raja, bangsawan dan paus menjadi pelanggan
setia para seniman ternama yang produknya dinilai dengan mahal sangat tinggi/mahal. Akibatnya,
sebagian besar warga kota tertarik untuk berprofesi menjadi seniman (artis) pada periode
renaissance.
Secara fisik, ciri kota renaissance adalah:
Plaza formal zaman rennaissance berskala monumental serta bentuk yang memiliki keantikan
klasik masa lalu.
Ruang luar dikelilingi dengan facade formal yang dirancang dengan ukiran/pahatan.
Muncul lapangan-lapangan formal, misal: Campodiglio di Bukit Capitoline di Roma karya Michael
Angelo dan plaza St.Peter karya Bernini.
Gambar 7.5. Basilika St. Peter di Vatican, salah satu bangunan arsitektur renaissance
Sumber: https://www.walksofitaly.com
Salah satu contoh perubahan ruang kota akibat inovasi dalam bidang kemiliteran adalah kota Vienna,
Austria. Pada sekitar abad XVIII hingga abad XIX, sistem tembok dan parit yang dibangun untuk
pertahanan kota semakin berkurang perannya karena digantikan oleh artileri jarak jauh. Temboktembok benteng dihancurkan dan parit ditimbun. Jalan raya dibangun pada area bekas tembok dan
parit. Dengan demikian, area bekas batas tembok benteng beralih fungsi menjadi jalur sirkulasi/jalan
utama kota yang berbentuk ring/cincin.
Gambar 7.6. Perubahan kota Vienna yang terjadi sebelum (kiri) dan sesudah tahun 1857 (kanan)
untuk melindungi inti kota dari artileri militer kota feodal lainnya
Sumber: Asal Mula Kota, UAJY
Gambar 7.7. Versailles dengan jalan memancar dari istana ke seluruh penjuru kota (kiri)
dan tiga plaza yang menyatu di kota Nancy (kanan)
Sumber: garethrussellcidevant.blogspot.com dan nancycity.com dan www.linternaute.com
Gambar 7.8. Apartemen Circus dan Royal Crescent (kiri) dan ruang terbuka komunal di tengah
kompleks apartemen (kanan)
Sumber: http://blog.alanreed.com dan www.bathintime.co.uk
Di kota London, Christopher Wren membangun kembali kota tersebut setelah terjadi kebakaran hebat
pada tahun 1666. Wren meletakkan bursa saham sebagai pusat simbolis kota menggantikan posisi
istana dan katedral. Hal tersebut merepresentasikan orientasi hidup warga London yang saat itu semakin
didominansi oleh kekuatan ekonomi dan perdagangan. Pola ruang kota didesain dengan komposisi ruang
bersifat radial konsentrik dan axia yang diberntuk oleh sistem jalan yang menghubungkan elemenelemen utama Kota London dengan bursa saham sebagai tiitk orientasi. Pola ruang kota tersebut
sekaligus menampilkan monumentalisme, keteraturan dan kemegahan arsitektur Yunani dan Romawi.
Gambar 7.9. Pola kota radial konsentrik London yang didesain ulang oleh Wren
setelah peristiwa kebakaran tahun 1666
Sumber: markslondonrambles.wordpress.com
BAB VIII
KOTA KOLONIAL & ERA PERALIHAN
Bagian VIII menjelaskan kepada mahasiswa mengenai sejarah perkembangan kota kolonial dan
perkembangan kota-kota di Eropa dan Amerika pada era transisi/peralihan yang ditandai dengan
munculnya sejumlah penemuan baru di berbagai bidang.
A. Latar Belakang
Secara umum, kualitas kehidupan di kota kota di Eropa mengalami penurunan sebagai akibat dari :
Tingkat kepadatan kota yang semakin bertambah sedangkan luasan ruang kota relatif tetap/tidak
bertambah.
Daya dukung kota yang semakin menurun, artinya sistem utilitas perkotaan tidak dapat
memenuhi standar yang layak atau memenuhi kebutuhan hidup.
Adanya kesenjangan yang sangat dalam antar lapisan sosial, yaitu semakin tumbuhnya daerah
kumuh yang dihuni oleh golongan penduduk kelas bawah termassuk daerah elit untuk golongan
penduduk menengah ke atas.
Kualitas hidup yang buruh di kota-kota di Eropa mendorong warga Eropa mencari lingkungan hunian
baru yang lebih baik. Pada abad ke-15 dan 16 M, para pelaut atau penjelajah dunia berupaya
memperluas jaringan kekuasaan kerajaan Eropa dengan menanamkan penjajahan di daerah baru di
seluruh penjuru bumi termasuk benua Amerika. Daerah jajahan diduduki oleh para perintis yang
memiliki keinginan besar untuk memperoleh kebebasan, menyebarkan ajaran agama atau dengan
motivasi lainnya. Di daerah jajahan, muncul permukiman awal bersifat sementara yang dilengkapi
dengan kubu-kubu pertahanan sederhana serta dengan mengembangkan sistem pertanian.
B. Kota Kolonial
Pada era kolonial, muncul kota-kota baru di benua Amerika sebagai daerah jajahan bangsa Eropa.
Kota-kota kolonial tersebut umumnya mengadopsi pola kota dari negara atau bangsa yang berkuasa.
Berikut dijelaskan kota-kota utama di Amerika yang merupakan bekas koloni/jajahan bangsa Eropa.
Manhattan
Ciri permukiman awal:
Struktur ruang tidak teratur
Manhattan tetap mempertahankan pola permukiman dari tahun 1600 sama halnya dengan Boston
yang mempertahankan sistem jalan berkelok-kelok.
Disebut juga dengan nama kota New Amsterdam karena penduduknya yang rata-rata adalah warga
negara Belanda hingga tata kotanya dirancang menyerupai kota-kota kanal di Belanda. Kanal adalah
tiruan dari kota-kota di Belanda.
Pola jalan tidak teratur.
Jalan-jalan yang dekat pelabuhan masih mempertahankan pola asli dan saat ini disebut sebagai kota
Manhattan.
Gambar 8.2.. Pola awal kota kolonial New Amsterdam, USA tahun 1660
Williamsburg, USA
Kota kolonial awal Inggris yang sederhana dan tenang serta yang direstorasi oleh Rockfeller Jr. pada
tahun 1926 dan menjadi ibukota Virginia Colony pada tahun 1699
Ciri permukiman awal:
Kota ditata dengan sumbu-sumbu formal yang diambil dari gaya aristokratik Eropa.
Jalan Duke of Gloucester sebagai jalan raya utama yang memanjang dari universitas ke gedung
kapitol,
Jalur hijau tegak lurus terhadap jalan dan berakhir di istana.
Philadelphia, USA
Ciri permukiman awal:
Rencana kota dibuat dari sebuah pola gridion yang kaku dan membentang antara dua sungai utama
kota.
Dua jalan utama Broad dan Market membelah kota pada masing masing arah dan berpotongan
pada lapangan umum di pusat kota.
Sebuah blok persegi ditempatkan sebagai sebuah taman di setiap kuadran. Kota terdiri dari
sekelompok bangunan yang menyatu dengan taman. Namun yang terjadi adalah bangunan rumah
yang memenuhi seluruh persil/kavling dan ruang terbuka tertutup oleh tembok-tembok yang
memagari jalan gridion sehingga terbentuk gang gang sempit yang menghubungkan antara
bangunan di dalam setiap blok.
Perancangan keseimbangan lapangan terbuka dalam pembagian blok 4 kuadran.
Savannah
Ciri permukiman awal:
Paternalisme aristokratik sebagai ciri permukiman awal jajahan di daerah selatan amerika yaitu di
kota Savannah, Georgia
Pola kota terdiri dari sistem jalan lurus yang serupa dengan gridion namun dipotong oleh lapanganlapangan sepanjang jalan raya utama
Jalan menghubungkan taman-taman di lapangan dan menciptakan kontinuitas ruang terbuka kota.
Kontinuitas ini pada saat sekarang hilang/rusak oleh pembangunan intensif pada blok-blok kawasan.
Perancangan keseimbangan lapangan terbuka dalam pembagian tiap 2 blok.
Gambar 8.5.. Pola awal kota kolonial Savannah, USA tahun 1733
Sumber: Asal Mula Kota, UAJY
Washington DC
Setelah melalui banyak pertimbangan mengenai lokasi ibukota, maka dihindari pusat-pusat kota yang
sudah ramai seperti New York dan Philadelphia. Pendiri kota Washington memilih wilayah ini yang
letaknya berada di sepanjang tepi sungai Potomac, jauh dari lingkungan perdagangan pusat kota.
LEnfant, seorang arsitek Perancis, menyusun rencana ibukota dengan latar belakang suasana barok di
Paris yang diperkaya dengan semangat dan inspirasi bangsa Amerika. Maka, dirancang sebuah kota
dengan skala besar dalam pola geometrik sehingga menarik selera para aristokrat Amerika seperti
Washington dan Thomas Jefferson yang akhirnya menyetujui rencana tersebut.
Gambar 8.6.. Pola awal kota kolonial Washington DC, USA berbentuk radial
Sumber: www.loc.gov
New York
Bagian dari Manhattan terdapat sebuah pulau yang dibeli oleh Peter Minuit dari orang Indian dengan
harga 24 dollar pada tahun 1626. Tahun 1811 saat tanah masih berupa lahan pertanian, dengan
bantuan seorang ekonom, pulau dipetak-petakkan seperti sebuah papan catur yang sangat besar. Biaya
untuk memecah topografi perbukitan dan aliran sungai dengan pola pembagian lahan yang sama besar
sangat tinggi sehingga rencaa terpaksa diabaikan. Tujuan pemetaan dalam pola catur adalah agar
mempermudah penjualan lahan dengan harga yang sama.Hanya 30% ruang terbuka yang disisakan
untuk pembangunan sistem jalan. Tahun 1956, pemerintah kota berencana membangun central park
namun harus membeli lahan tersebut seharga 5,5 juta dollar.
Tahun 1800, perencana kota bernama Joseph Mangin, mengusulkan rencana kota yang meluas ke arah
Utara dan membentuk axis jalan Utara Selatan dengan lapangan dan plaza-plaza di seluruh penjuru kota
serta usulan pembangunan areal pantai di sekitar pulau Manhattan. Namun rencana ini tidak disetujui.
Tahun 1811, sebuah panitia pemerintah mengusulkan sistem jalan gridion yang kaku tanpa
mempertimbangkan topografi dan garis pantai yang sangat luas. Hanya satu jalan sudut yang
dipertahankan yaitu jalan Broadway.
Pola gridion (harga tanah sama tingginya di semua penjuru pusat kota) dan masifnya pembangunan di
pusat kota mengakibatkan harga tanah menjadi luar biasa tinggi dan ruang terbuka yang semakin sedikit
semakin tidak terjangkau nilai belinya. Merencanakan kota dengan pertimbangan jual beli lahan melalui
praktik perjudian harga tanah, jual beli blok dan properti mengakibatkan bencana bagi pembangunan dan
pengembangan kota selanjutnya.
Gambar 8.7. Kota awal New York di USA pada periode kolonial
Sumber: www.pinterest.com
Sistem penyediaan air pertama dengan gaya gravitasi di Boston pada tahun 1652.
Sistem pompa umum dan metode pembuangan dan pnegolahan air kotor diperbaiki pada tahun
1820.
Perkerasan jalan memungkinkan pembersihan jalan lebih baik
Kualitas saluran drainase lebih baik
Sarana sanitasi dibangun dengan lebih baik.
NEGATIF
Terdapat beberapa kondisi negatif yang diakibatkan oleh revolusi industri dalam bidang pelayanan
umum kota. Luas daerah terbangun di pusat kota sangat padat sehingga mengurangi
pengaliran/penyerapan air secara alamiah oleh tanah kosong/ruang terbuka pada masa revolusi
industri. Pada tahun 1812 di Kota London, dibangun pertama kali penerangan jalan dengan
menggunakan gas buatan. Pada tahun 1882, Kota London menggunakan generator sentral pertama
sebagai penyalur listrik untuk dapat menerangi area jalan raya dan area jalan pada lingkungan
perumahan.
DAMPAK INDUSTRI TERHADAP LINGKUNGAN KOTA
Inggris
Eksploitasi terhadap kaum pekerja kelas bawah/buruh dan tumbuhnya permukiman kumuh di
daerah pusat kota.
Muncul perkampungan kumuh mekanis, yaitu sebutan khusus untuk hunian bagi para buruh
pabrik yang umumnya berwujud rumah susun yang kumuh.
USA
Pergeseran dari pertanian ke industri mendorong eksploitasi terhadap sumber-sumber alam lokal
dengan tujuan untuk menciptakan kehidupan perkotaan yang lebih layak.
Udara tercemar oleh asap dan debu dari cerobong pabrik-pabrik/industri.
Jalan rel kereta api menembus daerah pusat kota, banyaknya areal pantai yang hancur, abu dan
asap menutupi wilayah pedesaan dan pencemaran daerah sungai dan drainase kota oleh limbah
pabrik.
Tapak atau lansekap indah di pinggir danau dan sungai rusak akibat pembangunan
pabrik/industri, jalur kereta api maupun kapal.
Tingginya kegiatan perpindahan/imigrasi dari negara asing mengakibatkan bertambahnya
kebutuhan akan ruang huni/perumahan dan mendorong tumbuhnya rumah-rumah petak dengan
harga yang sangat murah.
Tumbuh perkampungan kumuh para pekerja pabrik yang hidupnya sangat tergantung pada belas
kasih para pengusaha pabrik. Para buruh bekerja terikat dengan sistem kontrak yang umumnya
memuat syarat-syarat yang memberatkan para pekerja.
Dengan demikian dapat disimpulkan karakteristik umum pembangunan kota pabrik atau kota
industri, yaitu:
Pengorbanan lingkungan kota ditujukan demi memenuhi kebutuhan produksi dan industri.
Pabrik, kereta api, kapal, pantai pelabuhan menjadi pusat yang menggerakkan urat nadi kota.
Kota-kota pelabuhan dan industri tumbuh semakin maju dan makmur.
Sistem transportasi dengan lokomotif uap memegang kendali penting dalam perrencanaan kota
selanjutnya, antara lain dengan memperluas jalur rel dari daerah sumber bahan baku ke daerah
pabrik yang dibangun di pusat kota.
BAB IX
KOTA ERA MODERN MOVEMENT I
Bagian IX menjelaskan kepada mahasiswa mengenai sejarah perkembangan kota klasik Athena sebagai
peninggalan peradaban bangsa Yunani pada sekitar abad ke-5 SM.
A. Latar Belakang
Suatu peristiwa yang menandai lahirnya arsitektur kota-kota modern dengan ditemukannya berbagai
penemuan revolusioner antara periode abad ke-17 sampai abad ke-18 M. Pembangunan kota
didominansi oleh bangunan prototype bercirikan mesin yang kaku dan monoton. Dalam bidang
perencanaan kota, bentuk kota diarahkan untuk mendukung kepentingan industri yang berpusat pada
aktivitas produksi hingga pola bentuk kota yang paling relevan adalah pola kota grid iron. Pad akota
grid, areal industri/pabrik-pabrik direncanakan di daerah pusat dan pinggir kota serta berbagai
infrastruktur khususnya sistem jalan direncanakan untuk memperlancar kegiatan produksi dan
distribusi barang. Pada masa revolusi industri, dimensi manusia dalam rencana kota mulai tersingkir
oleh besarnya peran mesin dan kepentingan industri.
Gambar 9.1. Kondisi kota era modern (kiri) dan pola grid iron pada kota Zion (kanan)
Sumber: suite.io dan urbanplanning.library.cornell.edu
Menanggapi fenomena sosial di kota-kota modern pada masa revolusi industri, bidang seni dan
arsitektur mengembangkan dua jenis aliran baru, yaitu renaissance dan art-nouveau. Aliran seni dan
arsitektur renaissance berlandaskan pada gagasan untuk mengembalikan peran manusia sebagai
pusat dari kehidupan kota dan penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan melalui pengetahuan
dan seni. Sedangkan art nouevau berupsa pada gagasan untuk mengembalikan peran alam dan
lingkungan hidup dengan menampilkan semangat romantis yang mengedepankan keindahan bentukbentuk alam seperti tanaman/flora yang senantiasa tumbuh dan bersifat organik. Era modern
movement yang brelangsung antara era abad ke-18 sampai dengan abad ke-20 merupakan periode
seni dan arsitektur modern yang sangat dipengaruhi oleh aliran renaissance dan art nouveau.
Gambar 9.2. Katedral La Sagrada Familia di Barcelona karya Gaudi yang bergaya art nouveau
Sumber: www.suitelife.com
Art Nouveau berasal dari Bahasa Perancis yang berarti seni baru. Dalam bahasa Jerman, gaya atau
aliran tersebut disebut dengan istilah Jugendstil (gaya orang muda) yang merupakan aliran seni dan
arsitektur internasional antara tahun 1890 hingga tahun 1910. Inspirasi desain berasal dari bentukbentuk struktur tanaman dan bukan hanya yang berwujud flora, namun termasuk bentuk-bentuk
organis dan dinamis seperti bentuk kurva/lengkung. Arsitek dengan aliran gaya tersebut berusaha
untuk harmonis dengan alam, sekaligus sebagai simbol protes terhadap gaya arsitektur yang
berkembang pada era revolusi industri yang didominansi oleh gaya arsitektur yang kaku dan dingin
seperti karakteristik mesin. Aliran atau gaya seni renaissance sangat memperhatikan proporsi, skala,
rasionalisme/realistis/kontekstualisme serta berupaya memasukkan cahaya alami sebagai unsur
utama yang memberikan kehidupan. Sedangkan aliran seni art nouveau menekankan daya
khayal/imajinas melalui desain-desain ornamental yang sangat ekspresif, dekoratif, sarat akan
imajinasi dan khayalan dan cenderung bersifat pop. Karya Antonio Gaudi seperti Sagrada Familia di
Spanyol adalah contoh aliran gaya art nouveau. Karya-karya Gaudi seolah-olah seperti pahatan
seniman yang tumbuh secara organis di tengah-tengah kota dan mengajak pengamatnya untuk
masuk ke dalam dunia khayal yang penuh dengan bentuk-bentuk yang menggoda dan sensual.
yang mengakibatkan munculnya dua kubu atau aliansi yang berlawanan. Kedua aliansi tersebut
adalah kubu Triple Entente yang terdiri dari negara Inggris, Perancis dan Rusia serta kubu Triple
Alliance yang terdiri dari negara Jerman, Austria-Hungaria dan Italia.
Terdapat tujuan dan ambisi setiap negara/kerajaan yang terlibat dalam PD I, yaitu:
a) Austro-Hungarian yang ingin menguasai daerah Balkan yang dikuasai oleh kerajaan Rusia.
b) Jerman menginginkan kekuasaan yang lebih besar dan memperoleh pengaruh internasional
yang lebih besar bersaing dengan Inggris.
c) Perancis yang dendam terhadap kerajaan Jerman setelah kekalahannya dalam peperangan
pada tahun 1871.
d) Rusia yang ingin memenangkan kembali statusnya sebagai negara super power setelah adanya
bencana kelaparan yang melanda negerinya.
Dalam bukunya, Lampugnani membagi periode modern movement ke dalam dua kategori
berdasarkan aliran dan gaya arsitektur yang berkembang pada setiap periode, yaitu:
a) Modern Movement I:
Early Rationalism, Expressionism, Organic, Rationalism, Traditionalism, Neo-Classicism.
b) Modern Movement II:
Late Rationalism, Neo Mannerism, Architecture Engineering, Regionalism, Empiricism, NeoExpressionism, Contemporary Movement.
C. Modern Movement I
Terdapat beberapa gaya atau aliran arsitektur yang berkembang pada periode modern movement I
yang masing-masiang dijelaskan sebagai berikut.
EARLY RATIONALISM
Latar belakang dari aliran tersebut adalah:
1. Dampak dari revolusi industri yang ditandai oleh munculnya inovasi baru dalam berbagai bidang
adalah mendorong tumbuhnya semangat kapitalisme yang semakin mengakar kuat dalam sistem
perekonomian kota. Pembangunan kota sepenuhnya dikendalikan oleh selera dan tujuan pribadi
para kaum elite kota.
2. Fenomena berkembangnya industri pada awal abad ke-20 ke seluruh penjuru Eropa dan Amerika
Serikat. Pusat-pusat kota dirancang sebagai pusat ekonomi dan perdagangan hingga menarik
para pendatang dari luar kota.
3. Bertambahnya jumlah penduduk di pusat-pusat kota mengakibatkan ketersediaan ruang terbuka
kota mengalami krisis. Ketersediaan lahan terbuka untuk permukiman/ perumahan baru semakin
minim sedangkan arus urbanisasi semakin meningkat sehingga menciptakan
berbagai
permasalahan kota, seperti tumbuhnya kampung-kampung kumuh.
4. Para Arsitek dan pemerintah kota menawarkan konsep perumahan yang formal dengan
menggunakan standar-standar desain yang dianggap dapat memenuhi persyaratan dasar serta
kebutuhan para pemukim. Kelemahan perencaaan pada periode tersebut adalah tanpa adanya
tahap melibatkan partisipasi para calon pengguna atau pemukim ke dalam proses desain.
5. Lansekap kota dihiasi oleh arsitektur hunian yang seragam (prototype hunian), karakteristik
bangunan kota didesain dalam komposisi geometrik, skala manusiawi sangat diperhitungkan
dengan penekanan pada detail desain, namun tidak mengakomodasi nilai-nilai tradisi lokal.
6. Seorang perencana kota bernama Patrick Geddes berupaya memperbaiki ketimpangan dalam
proses perencaanaan kota periode awal. Geddes berupaya melibatkan partisipasi seluruh warga
kota yang kemudian menjadi pondasi bagi perencanaan kota-kota rasionalis selanjutnya.
Gambar 9.4. Patrick Geddes (kiri) dan ilustrasi perencanaan yang perlu melibatkan warga kota (kanan)
Sumber: www.amirite.com dan www.thepolisblog.org
Gambar 9.5. Monier penemu tulangan baja dan beton (kiri) dan bangunan reservoir yang pertama kali
dibangun dengan tulangan baja dan beton (kanan)
Sumber: en.wikipedia.org
9. Konsep rencana kota early rasionalism terpengaruh oleh penemuan beton dan baja oleh Monier.
Seorang arsitek muda Perancis bernama Tony Garnier, memamerkan konsep kotanya dalam
sebuah eksibisi tahun 1904. Gagasannya diterbitkan dalam sebuah buku yang dipublikasikan
pada tahun 1917, dan mendapatkan respon positif dari arsitek modern. Karyanya tersebut
mempengaruhi arsitek aliran Rasionalis lainnya termasuk Le Corbusier.
Gambar 9.6.. Tony Garnier (kiri) dan konsep Cite Industrielle (kanan)
Sumber: www.britannica.com dan www.studyblue.com
Pada era tahun 1899 hingga tahun 1904, Tony Garnier mengusulkan gagasan Kota Industri (Cite
Industrielle) yang diyakininya sebagai model kota-kota abad XX. Garnier merancang kota untuk populasi
penduduk tidak lebih dari 35.000 jiwa, yang dilengkapi dengan fungsi lahan permukiman, pemerintahan
dan komersial, industri, stasiun kereta api dan fasilitas publik lainnya, namun tanpa dilengkapi oleh kantor
polisi, penjara atau gereja. Hal tersebut karena Garnier adalah seorang Arsitek berhaluan komunis yang
menolak campur tangan agama dalam mengatur kehidupan manusia serta visinya akan kota yang relatif
aman sehingga tidak membutuhkan peran polisi atau fasilitas pertahanan dan kemanan kota.
Terpengaruh oleh penemuan baja dan beton, Garnier merancang seluruh bangunan dalam konsep
kotanya dengan menggunakan material tersebut.
Hal lain yang menarik dari konsep kota Tony Garnier adalah kemampuan Garnier dalam menciptakan
sebuah konsep kota yang revolusioner, terdiri dari berbagai elemen penting kota yang rasional
termasuk pembedaan atau pemisahan yang jelas antara lahan permukiman, perkantoran dan
rekreasi. Selain itu, desain sistem jalan telah memperlihatkan pembedaan antara jalur-jalur untuk
pejalan kaki dengan kendaraan bermotor. Garnier turut memperlihatkan kemampuannya dalam
merancang kota secara detail melalui elemen-elemen arsitektur kota, konstruksi dan detail teknik
dengan bentuk yang kreatif. Karya Garnier disempurnakan secara teoritis oleh CIAM (Congres
International dArchitecture Moderne) pada tahun 1928. Meski dianggap sebagai rencana kota baru
yang revolusioner, tetapi konsep Garnier tidak pernah direalisasikan secara nyata.
EXPRESSIONISM
Latar belakang dari aliran tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Antara tahun 1910 1925 di Eropa terjadi erubahan sosial yang besar akibat peristiwa Perang
Dunia I.
2. Sebelum Perang Dunia I: terjadi transisi dari ideologi kapitalisme ke imperialisme. Berbagai
kekuatan utama Eropa bersatu untuk membangun kepentingan ekonomi bersama. Sedangkan
saat PD I berlangsung, terjadi konflik antar kepentingan sekaligus perubahan ideologi politik di
masing-masing negara khususnya setelah perang dunia serta diikuti dengan krisis ekonomi
pasca perang dunia.
3. Bidang politik dan ekonomi:
Setelah Perang Dunia I, kota-kota di Eropa khususnya Jerman didominasi oleh kota-kota miskin
serta kota industri yang jauh dari pembangunan. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, kota-kota
miskin mencoba menerapkan permukiman pedesaan dan kota-kota secara independen yang
berbasis pada pertanian
4. Bidang budaya:
Hubungan antara kaum intelektual dengan pemerintah kota terganggu pada medio abad ke-19
ketika pemerintah kota metropolitan lebih menekankan bagaimana merencanakan kota yang
didorong oleh kepentingan ekonomi kapitalis/imperealis daripada untuk melayani kebutuhan
masyarakat umum. Kota didesain sebagai tempat pertemuan bagi organisasi kapitalis dan
aktvitasnya, tidak lagi sebagai ruang ekspresif bagi kaum intelektual.
5. Secara psikologis dan kultural, terdapat reaksi ganda warga kota akibat teror Perang Dunia I.
Pada aspek psikologis, ketakutan akan perang dan trauma penderitaan yang dialami sesudah PD
I, mengakibatkan para seniman menarik diri menjadi sosok yang individual dan lebih berorientasi
pada diri sendiri/membangun dunia personalnya. Secara kultural, aliran seni ekspersionisme
tumbuh menggantikan aliran impressionisme sebagai upaya untuk mengungkapan perasaan
seniman yang paling dalam secara lebih ekspresif/terang-terangan.
6. Pengalaman menakutkan pasca Perang Dunia I turut mempengaruhi proses desain arsitektur
yang berkembang pada era tersebut, yaitu:
Adanya usaha untuk kembali pada sikap individualis secara ekstrim namun hal tersebut
dapat dipahami/ dimaklumkan.
Arsitektur lebih berkonsentrasi pada objek-objek individual dan mengabaikan hubungan antar
objek bangunan yang didesain dengan struktur ruang kota atau lingkungan sekitar site.
Dengan kata lain, konsep arsitektur yang sadar akan lingkungan sekitar atau pendekatan
desain secara kontekstual tidak mengilhami arsitek-arsitek aliran ini.
Aliran expressionisme tidak menghasilkan konsep kota yang revolusioner karena tekanan
politik, ekonomi dan sosial budaya yang dialami oleh warga kota.
ORGANIK
Latar belakang dari aliran tersebut adalah:
1. Di Eropa ketika masa Revolusi Industri, kehidupan kota-kotanya dicirikan dengan adanya
tatanan politik yang bertumpu pada satu kekuatan, adanya ekspansi kapitalis dan konstelasi
beberapa kekuatan ekonomi Eropa melalui kesepakatan /perjanjian.
2. Di Amerika, awalnya pembangunan ekonomi terinsipirasi oleh semangat awal para perintis
negara yaitu para pemukim pertama dan nilai-nilai idealisme mereka yang demokratis, namun
kemudian terpengaruh oleh Eropa. Amerika membangun aliansi/gabungan antar berbagai
kekuatan dengan semangat menjelajah (ideologi imperealisme).
3. Ekspansi kapital industri dan pengaruh imperealisme pada tahun 1873 sampai 1890 terutama di
Amerika Serikat mengakibatkan krisis ekonomi tahun 1893. Hal tersebut ditandai oleh
ketimpangan ekonomi dan sosial yang semakin lebar antar golongan atau lapisan sosial.
Gambar 9.7. Elite kota yang terdiri dari para pengusaha dan kapitalis
sebagai pengendali perekonomian kota
Sumber: wellexaminedlife.com
4. Efek Perang Dunia I semakin memperparah kehidupan kota-kota di Eropa dan Amerika, yaitu:
Inflasi di dalam negeri (harga barang tidak lagi terjangkau) sehingga diperlukan usaha
pemulihan ekonomi melalui penaklukan ke negara lainnya berdasarkan ideologi
imperealisme.
Krisis ekonomi yang semakin parah pada tahun 1929 akibat Perang Dunia I.
Tahun-tahun yang tidak aman/penuh dengan kerawanan dan bencana kelaparan.
5. Efek Perang Dunia I masih berlangjut hingga menjelang Perang Dunia II, yaitu:
Tahun-tahun rekonstruksi dan pemulihan ekonomi.
Keajaiban ekonomi.
Krisis energi.
6. Setelah PD II, muncul visi baru dari kehidupan demokratis yang lebih memungkinkan setiap
individu untuk berekspresi secara bebas dan menjadi bagian dari sebuah dinamika kota hingga
muncul sejumlah kelompok-kelompok perencana yang progresif, antara lain kelompok arsitek
beraliran organik. Arsitektur organik mengambil bagian dari impian kebebasan yang bersifat
pribadi namun berusaha untuk diwujudkan (tidak sekadar impian).
7. Selain perang Dunia I, aliran organik tumbuh dengan latar belakang peristiwa seperti:
Gambar 9.8. Einstein Tower karya Erich Mendelshon di Postdam Jerman beraliran organik
Sumber: www.voices.nationalgeographic.com
8. Tumbuh konsep-konsep kota yang ditawarkan oleh para Arsitek sebagai jawaban terhadap
permasalahan akibat dari urbanisasi dan industrialisasi. Permasalahan kota yang dimaksud
adalah pencemaran lingkungan hidup, permukiman kumuh dan kualitas hidup kota yang semakin
menurun. Secara umum, perkembangan aliran Arsitektur Organik sejak tahun 1889 tidak ditandai
oleh peristiwa penting dalam bidang sosial, teknologi dan budaya kecuali adanya kebebasan
para arsitek dalam berekspresi dengan mengambil ilham dari alam dan lingkungan sekitar.
Gambar 9.9. Howard (kiri) dan gagasannya mengenai kota taman (kanan)
Sumber: www.en.wikipedia.org dan https://s-media-cache-ak0.pinimg.com
Fungsi ruang terbuka hijau, lahan pertanian dan hunian penduduk yang nyaman di daerah pinggir
kota mendominasi konsep kota Garden City Howard. Konsep tersebut lahir sebagai respon atau
jawaban terhadap isu lingkungan yang diakibatkan oleh semangat industrialisasi.
Gambar 9.10. Konsep Kota Taman memperlihakan hubungan antar kota oleh jaringan kereta api.
Sumber: www.en.wikipedia.org
Visi bagi pusat kota maupun kota satelit yang berada di luar pusat kota adalah lingkungan kota
yang bebas dari permukiman kumuh, tetap memiliki kemampuan untuk menikmati kemajuan
yang sama diperoleh di pusat kota seperti peluang/kesempatan kerja, akses terhadap berbagai
sarana hiburan, sistem pengelolaan limbah yang baik serta alam kota yang mempertahankan
suasana pedesaan yang indah, memiliki udara segar dan biaya sewa lahan yang rendah.
Gambar 9.11. Konsep Kota Taman memperlihatkan distribusi ruang terbuka hijau pada setiap
gradasi dimulai dari taman kota yang besar di pusat kota hingga daerah pertanian
yang terdapat di daerah pinggir kota
Sumber: www.city-analysis.net
KONSEP LIVING CITY
Konsep Living City direncanakan oleh Frank Lloyd Wright pada tahun 1958 sebagai sebuah
proyek bagi pembangunan Kota Broadacre yang bersifat utopis dan personal. Konsep kota
tersebut sangat futuristik dan dinilai kurang realistis untuk menyelesaikan masalah urbanisasi dan
industri di Amerika. Rencana Kota Wright dilatarbelakangi oleh fenomena sosial yang terjadi di
Amerika pada dekade tahun 1950-an. Setiap warga Amerika sangat tergantung pada kepemilikan
kendaraan pribadi. Mobil dalam hal ini, seolah menjadi simbol kebebasan individu untuk
memperlihatkan status sosial dan ekonomi dan kemudian menjadi faktor yang menentukan
perkembangan kota-kota di Amerika Serikat selanjutnya yang semakin mengedepankan
pembangunan jalan secara ambisius. Ekspresi kota modern menurut pandangan Wright harus
mencerminkan semangat kebebasan/liberalisme. Lahan industri, ruang terbuka hijau dan
permukiman direncanakan tetap harmonis dengan mempertimbangkan efesiensi pergerakan
kota. Melalui konsep living city, Wright menunjukkan bahwa rencana lansekap kota horizontal
(horizontal city landscape) adalah yang paling ideal bagi kota industri. Namun secara kontradiktif,
Wright turut merancang utopian skycraper atau bangunan pencakar langit yang penuh daya
khayal. Wright sangat terinspirasi oleh penemuan tenaga atom yang dapat memberikan daya
untuk menggerakkan mesin-mesin dan elemen utilitas bangunan. Bangunan tersebut didesain
dengan ketinggian 1,7 kilometer atau sekitar 528 lantai untuk menampung sekitar 130,000
penghuni, didukung oleh 56 elevator yang didorong oleh tenaga atom serta sejumlah eskalator.
Gambar 9.12. Konsep Living City karya Wright memperlihatkan imajinasi akan kota masa depan
yang dianggap tidak realistis untuk memecahkan masalah kekumuhan dan kepadatan
Sumber: www.mediaarchitecture.at
RASIONALISME
Latar belakang dari aliran tersebut adalah:
1. Kebijakan Pemerintah Amerika Serikat sehubungan dengan Perang Dunia I adalah:
Meningkatkan pembangunan pabrik industri yang khusus menghasilkan peralatan perang
dan yang diarahkan untuk melayani kepentingan militer.
Memiliki tanggung jawab untuk menyediakan perumahan bagi para pekerja yang bekerja
di pabrik industri perang.
Perusahaan armada perang diwajibkan untuk mensubsidi pembangunan proyek industri
alat perang dan perumahan bagi para pekerja.
Sdetelah perang usai, lahan pabrik dan proyek perumahan harus dijual menurut aturan
pemerintah kota. Dengan demikian, lahan perumahan dibagi-bagi dengan pola petak/grid
untuk mempermudah penjualan setiap unit lahan.
Beberapa saat setelah PD I, terjadi kestabilan ekonomi khususnya di Rusia. Gerakan
sosialis yang didukung oleh bangsa Rusia telah menyatukan kekuatan dan memberikan
pengaruh kepada negara Eropa lainnya. Booming ekonomi yang dialami oleh Rusia
sejak tahun 1926 turut mempengaruhi perekonomian dan perdagangan negara-negara di
benua Eropa.
Pada dekade tahun 1920-an, kemajuan ekonomi di pusat kota mengakibatkan arus
urbanisasi meningkat sehingga isu permukiman padat dengan kualitas yang buruk serta
isu kemacetan semakin menyebar bahkan hingga ke pinggir kota. Ilmu kedokteran
berusaha menaikkan harapan hidup melalui inovasi dalam bidang medis karena angka
kematian yang semakin tinggi. Fenomena tersebut disebabkan oleh tingginya angka
kemiskinan, wabah penyakit menular dan bencana kelaparan akibat krisis ekonomi.
Dalam bidang perkotaan, lahan-lahan terbuka kota semakin berkurang hingga orientasi
pembangunan semakin diarahkan ke daerah pinggir kota yang relatif masih memiliki
lahan terbuka yang luas. Daerah pinggir kota yang sebelumnya didominasi oleh lahan
pertanian kini beralih fungsi menjadi areal permukiman baru.
Gambar 9.14. Daerah pinggir kota-kota industri sebagai cikal bakal kota baru berfungsi hunian
Sumber: www.snf.ch
Secara politik
Kebijakan kota yang mengatur agar area permukiman disatukan di daaerah pinggir kota
sehingga dekonsentrasi organisasi pekerja di pusat kota dapat dicegah. Pembentukan
permukiman di setiap pinggir kota besar atau di kota-kota kecil justru akan semakin
mempererat hubungan antar pekerja sehingga terbentuk komunitas masyarakat
tradisional
Secara teknik
Lahan kota diatur agar tidak terlalu padat dan di atasnya direncanakan bangunan hunian
dengan ketinggian 1 sampai 3 lantai sebagai dampak dari urbanisasi yang didorong oleh
industrialisasi.
Secara budaya
Adanya pengaruh dari ideologi individual para elite kota/ kaum borgeouis, produk yang
romantik dan memperlihatkan keterikatan dengan tradisi serta pengaruh dari ide bentuk
yang sederhana dalam semua aspek termasuk dalam menentukan bentuk permukiman
dan perumahan.
3. Aliran ekspresionisme sangat mempengaruhi perencanaan kota-kota tradisional termasuk
rencana Garden City yang diusulkan oleh Howard pada tahun 1898.
Gambar 9.17. Desain kota Staaken Garden City di Jerman antara tahun 1914
hingga tahun 1917 yang terinspirasi oleh Konsep Garden City Howard
Sumber: www.commons.wikimedia.org
NEO KLASIK
Latar belakang dari aliran tersebut adalah:
1. Hampir di seluruh Eropa pada periode tahun 1929 setelah PD I, ditandai oleh adanya
beberapa perubahan yang radikal dalam bidang politik.
2. Dengan berbagai dukungan politik, para nasionalis dan aliran totalitarian (yang menginginkan
perubahan total) berusaha memperoleh kekuasaan/ kekuatan yang lebih besar.
3. Pemberontakan oleh Hitler yang memimpin Nazi di Jerman sejak 1921 didukung oleh
pemerintahan Bavaria di Munich. Hitler berhasil meraih kekuasaan.
4. Perencanaan Kota Neo Klasik memiliki ciri:
Krisis ekonomi paska perang mengakibatkan kota menjadi tempat-tempat yang penuh
dengan penderitaan dan kelaparan, dimana kemungkinan memperoleh kebebasan
pribadi adalah hal yang langka.
Kebijakan permukiman pada awal tahun 1930an di Eropa dan USA, bersifat anti urban,
mengarah ke daerah pinggir kota.
Pemerintah totalitarian yaitu Rezim Nasional Sosialis di Jerman menyetujui kebijakan
desentralisasi dengan diijinkannya pembukaan lapangan pekerjaan baru sebagai pekerja
buruh pabrik di luar kota yang sekaligus juga bekerja di bidang pertanian di saat yang
bersamaan . Keuntungan yang didapat adalah mempermudah kontrol politik oleh pusat
kota terhadap bagian-bagian kota yang terisolir.
Kebangkitan kembali industri & ambisi kekuasaan rezim totalitarian mengakibatkan
evaluasi kembali terhadap struktur kota.
Dalam evaluasi tersebut, para kapitalis dan borgouise konservatif menuntut efisiensi
produk, pemusatan kekuatan ekonomi tetap di pusat kota serta kebutuhan akan
legitimasi sejarah (nilai-nilai sejarah lebih diakomodir dalam perencanaan kota).
Mengakibatkan bentuk-bentuk yang kontradiktif dalam perencanaan kota:Satu sisi ada
bagian kota yang berupa kawasan dengan gaya modern eklektik dan di sisi lain program
pembangunan kembali dalam skala masif/besar-besaran seperti di Roma dan Berlin
dalam gaya New Klasik yang bombastis.
Gambar 9.18. Lincoln Memorial di Washington DC, USA yang dibangun dengan deret kolom Doric
Sumber: www.davidpride.com
Gambar 9.19. Proyek kota Sabaudia yang menerapkan kembali prinsip pengaturan ruang menurut arsitektur Yunani
dan Romawi antara tahun 1933 hingga 1934, karya Arsitek Gino Lancellotti
Sumber: www.architetti.san.beniculturali.it
Gambar 9.20. Koridor de Champs Elysees Kota Paris yang mengembalikan monumentalisme
arsitektur Yunani dan Romawi pada desain kota Paris (neoklasik)
Sumber: www.nyhabitat.com
BAB X
KOTA ERA MODERN MOVEMENT II
Bagian IX menjelaskan kepada mahasiswa mengenai sejarah perkembangan kota klasik Athena sebagai
peninggalan peradaban bangsa Yunani pada sekitar abad ke-5 SM.
A. Latar Belakang
Ancaman perang akibat dominansi Nazi di Eropa Tengah, maka di Amerika Serikat industri dialihkan
pada produksi bahan perang dengan mendirikan: pabrik perang dan perumahan bagi pekerja pabrik
dalam skala besar termasuk fasilitas pendukung hunian di daerah pinggir kota. Terjadi urbanisasi
pekerja ke wilayah tersebut dalam jumlah besar untuk bekerja sebagai buruh pabrik.
Gambar 10.1.. Industri pesawat perang yang berkembang di Amerika (kiri) dan ajakan bela negara (kanan)
Sumber: www.musiciansearplugsreview.com dan www.allposters.com
Perang Dunia II berhasil dimenangkan oleh sekutu dan Amerika atas Nazi Jerman dan Jepang
sekitar tahun 1945. Setelah Perang Dunia II, Pemerintah kota di Amerika melalukan upaya
rekonstruksi/ pembangunan kembali ruang kota. Dalam bidang perumahan, Pemerintah Amerika
merencanakan pembangunan permukiman yang khusus ditujukan bagi para tentara perang yang
kembali ke Amerika serta hunian bagi para keluarga Amerika yang tidak mampu.
Gambar 10.2. Permukiman dengan unit tipikal pada rencana permukiman di Inggris paska PD II
Sumber: www.bbc.co.uk
Gambar 10.3. Shears towers di Amerika yang dibangun dengan teknologi modern
Sumber: www.pictureorama.com dan www.facadesconfidential.blogspot.com
Gambar 10.4. Green belt yang diterapkan di sekeliling pusat kota (kiri)
dan pembangunan high rise buildings di kota-kota modern (kanan)
Sumber: www. investmentcolombia.com dan www.indiatvnews.com
CONTEMPORARY MOVEMENT
Aliran kontemporer memiliki latar belakang, antara lain:
1. Mempunyai karakter untuk mencapai pembangunan model kota yang lebih radikal
2. Perwujudan dari prinsip rasionalisme dan late rationalism yang menerapkan pembagian
fungsi lahan secara rasional.
3. Gerakan atau aliran kontemporer didasarkan pada diskusi teoritis yang terkait dengan
permasalahan perencanaan kota
4. Lahirnya piagam Machu Picchu pada tahun 1977 di Lima dan Cuzco, Peru melengkapi dan
memperbaharui perencanaan kota-kota modern yang sebelumnya ditetapkan dalam piagam
Charte dAthenes.
5. Secara garis besar, piagam Machu Picchu mengatur:
Harus ada kesatuan yang dinamis antara pusat kota dengan pinggir kota.
Kontrol pertumbuhan perkotaan dalam hal ekologi, energy dan pangan.
Pengintegrasian antara fungsi-fungsi lahan kota.
Gambar 10.5. Impian akan kota masa depan yang menjaga keberlanjutan lingkungan
dan nilai-nilai budaya lokal
Sumber: www.emirates247.com
BAB XI
KOTA TRADISIONAL (Indonesia) Bagian I
Bagian XI menjelaskan kepada mahasiswa mengenai sejarah perkembangan kota-kota tradisional di
Idnonesia sejak era abad ke-6 sampai dengan abad ke-8 Masehi serta elemen-elemen pembentuk
identitas kota atau kerajaan awal di Indonesia di bawah pengaruh budaya Hindu Buddha dan Islam.
A. Latar Belakang
Menurut Mumford (1961), sebelum kota menjadi tempat bermukim yang tetap, tempat pada mulanya
adalah tempat pertemuan manusia yang akan selalu kembali lagi secara periodik.
Skema 11.1. Ilustrasi perjalanan sekelompok manusia yang mengarah ke satu wilayah secara periodik,
cikal bakal lahirnya permukiman dan kota yang permanen
Dalam konteks Indonesia, perkembangan kota-kota di Indonesia dibagi menjadi tiga periode yang
terdiri dari:
1. Early Indonesian town.
2. Indische town
3. Colonial town
4. Modern town.
Gambar 11.2. Kerajaan Majapahit menurut Mclain Pont (kiri) dan kota Trowulan
Sumber: www.kerajaannusantara.blogspot.com dan akucintanusantaraku.blogspot.com
Dalam buku Seni Bangunan dan Seni Bina Kota di Indonesia (Wiryomartono, 1995), dijelaskan
beberapa elemen pembentuk identitas kota-kota tradisional di Indonesia pada periode budaya dan
peradaban Hindu Buddha hingga Islam. Elemen-elemen tersebut adalah:
1. Tugu
Tugu adalah monumen peringatan atas peristiwa atau sebagai tetenger atau penanda lahirnya
suatu kekuatan atau kekuasaan Contoh : tugu prasasti Desa Canggal bertahun 732 Masehi yang
merupakan awal berdirinya wangsa Sanjaya.
2. Candi
Pada periode budaya Hindi Buddha, terjadi transisi dari monumen berupa tugu ke dalam rancang
bangun dalam wujud bangunan candi. Tujuan dari pembangunan candi adalah sebagai tempat
pemujaan terhadap roh leluhur sekaligus untuk memasyarakatkan suatu kultur kekuasaan
tertentu.Contoh: Candi Sukuh yang ditemukan di Desa Karang Pandan, Karang Anyar di kaki
Gunung Lawu. Candi dibangun pada tahun 1437 Masehi sebagai tempat pemujaan bagi pemeluk
agama Hindu dengan mengadopsi unsur-unsur budaya Jawa. Candi menurut budaya Hindu,
tidak hanya sebagai pemujaan, tetapi merupakan representasi sebuah kekuatan politik atau
kekuasaan sedangan candi dalam pandangan budaya Budha, lebih bermakna religius dan
ditujukan bagi para dewa.
Gambar 11.3. Candi Sukuh yang merupakan peninggalan peradaban Hindu di kaki gunung Lawu
Sumber: www.triptrus.com
Gambar 11.4. Pola ruang pada kompleks Candi Sukuh yang memperlihatkan hirarki ruang
dalam konsep Hindu mulai dari ruang profan hingga ruang sakral/inti
Sumber: Wiryomartono, 1995
Pedagang Islam memasuki wilayah Asia Tenggara pada sekitar abad ke-8 M. Islam mulai menguasai
kerajaan-kerajaan pesisir pantai Jawa pada sekitar abad ke-15 M sampai dengan abad ke-16 M.
3. Kraton
Dalam konsep kota kosmik dan kota spritual, kraton dianggap sebagai pusat kekuasaan yang
sekaligus menjadi generator bagi perkembangan pemukiman awal. Kosmologi adalah
serangkaian keyakinan dan pandangan universal yang tersusun secara sistematis mengenai
keberadaan manusia dan alam semesta atau secara umum mengenai keadaan atau wujud (I
Nyoman Gde Suardana, 2010). Kraton menjadi pusat orientasi yang mengorganisir struktur
wilayah sehingga mudah dipahami (wilayah permukiman Kraton Yogyakarta dibagi menjadi
beberapa dalem). Kraton didukung oleh fasilitas berupa lapangan terbuka dan pasar yang
semakin memperkuat posisi Kraton. Ciri kerajaan Mataram Hindu kuno di Kotagede
dilambangkan oleh adanya struktur tembok benteng di sekeliling kota. Setelah masuknya Islam,
wilayah Kotagede dilengkapi oleh Masjid yang berfungsi sebagai tempat ibadah dan dilengkapi
dengan kompleks makam para raja dan abdi dalem.
4. Masjid
Dalam kota tradisional, Masjid merupakan pusat kehidupan spritual yang melandasi kehidupan
warga kota. Masjid di Indonesia sejak periode Islam, menjadi bagian dari pusat kekuasaan
Kraton. Masjid menjadi bagian dari kekuasaan Islam dan berasimilasi dengan budaya lokal.
5. Makam dan Sarehan
Makam para anggota keluarga kerajaan ditempatkan di dalam kompleks Masjid dan umumnya
berada di bagian Barat atau Selatan Masjid. Berkaitan dengan hal tersebut, raja mempertegas
kekuasaannya melalui pembangunan kompleks makam di sekitar Masjid kerajaan.
Pembangunan kompleks makam di dalam area Masjid merupakan hasil asimilasi dengan budaya
lokal yang masih sangat dipengaruhi oleh budaya dan peradaban Hindu Buddha.
6. Peken atau pasar
Kegiatan komersial menjadi salah satu ciri berkembangnya suatu wilayah menjadi kota. Peken
atau pasar di desa-desa diselenggarakan dalam perhitungan hari dalam satu pekan sedangkan
peken kutha merupakan kegiatan rutin aktivitas sosial ekonomi. Peken juga diwarnai dengan
atraksi hingga kompetisi seperti adu ayam jago sehingga menjadi bagian penting dalam
kehidupan sosial masyarakat kota.
7. Alun-alun
Kegiatan religi kota-kota tradisional khususnya di Jawa, berpusat pula di alun-alun. Elemen
tersebut merupakan bagian dari struktur kota yang memberikan identitas pada kota-kota Islam
Jawa. Sebagai bagian dari struktur kota-kota Jawa kuno, alun-alun memegang peranan penting
dalam mempresentasikan pengaruh budaya Hindu Buddha. Bentuk persegi empat alun-alun
mengacu pada konsep mancapat yang merupakan pusat orientasi kehidupan orang Jawa.
Mancapat digambarkan sebagai 4 unsur kehidupan yang terdiri dari air ,bumi, udara, api. Alunalun dalam pengertian harafiah adalah tempat yang memiliki sifat telaga dengan riak tenang.
Fungsi alun-alunadalah sebagai ruang pertemuan sosial antara raja/penguasa dengan
masyarakat jelata. Hal ini berbeda dengan konsep town square di Eropa yang tidak mengandung
makna filosofis.
Berdasarkan kelas sosial, status sosial mengklasifikasikan rumah mulai dari omah, graha, puri
hingga kraton. Cikal bakal penamaan kampung di Jawa. Orientasi permukiman kota di Bali
mengacu pada aturan kosmologis dan disesuaikan dengan kondisi geografis setempat. Konsep
polaritas dualisme yang bermakna kosmologis dapat ditemukan di sebagian besar permukiman
awal di Indonesia. Dualisme pandangan antara dua hal yang kontradiktif menurut pandangan
Hindu adalah adanya ruang suci-kotor, sakral-profan, Utara-Selatan, gunung-laut, terbittenggelam atau bagian Timur-Barat.
Gambar 11.9. Tatanan pemukiman Hindu Bali yang berorientasi pada gunung
sebagai elemen bermakna sakral/suci
Sumber: gedemahaputra.wordpress.com
BAB XII
KOTA TRADISIONAL (Indonesia) Bagian II
Bagian XII menjelaskan kepada mahasiswa mengenai sejarah perkembangan kota-kota tradisional di
Indonesia sejak era abad ke-16 Masehi di bawah kolonialisme bangsa Belanda serta pengaruh
modernisasi dan globalisasi.
A. Indische Town
Masa kedatangan bangsa Eropa yang datang untuk mencari daerah baru yang dimulai sejak abad
ke-16 Masehi ketika bangsa Belanda menjejakkan kaki di pesisir pantai wilayah nusantara. Bangsa
Belanda mengembangkan kawasan perdagangan di daerah pesisir dan merupakan periode bangsa
Belanda mulai memberikan pengaruhnya ke dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat pribumi.
Contoh : perubahan nama Jayakarta menjadi Batavia.
B. Colonial Town
Merupakan periode kota-kota di Indonesia yang ditandai dengan adanya konsep liberal yang dibawa
oleh bangsa Belanda. Liberalisasi bersifat terbuka secara politik dan memberikan peluang sebesarbesarnya bagi investasi asing ke wilayah jajahan Belanda. Hal tersebut mengakibatkan perubahan
pada pola kota di Indonesia menjadi kota kolonial yang didominasi oleh kultur Barat (Eropa). Contoh:
Jakarta tahun 1650 yang mengadopsi pola kota Amsterdam yang berbentuk gridion dan memiliki
elemen utama berupa jaringan kanal, pelabuhan dan benteng. Secara arsitektural, bangunanbangunan publik di kota-kota di Indonesia yang dikuasai oleh bangsa Belanda memperlihatkan
adanya perpaduan antara arsitektur lokal dengan arsitektur kolonial Belanda/Eropa.
Sumber: www.rafflesandjavablog.wordpress.com
Contoh kota Makassar yang dibangun pada periode kolonial oleh bangsa Belanda di bawah pimpinan
Admiral Spellman setelah menaklukan kerajaan Gowa pada tahun 1667. Desa nelayan Makasar
ditata dengan Konsep Tiga Cincin Spasial yang terpusat pada benteng pertahanan dan pemukiman
orang Belanda, kawasan perdagangan dan perkampungan pribumi. Kebijakan bangsa Belanda
tersebut berdasarkan pada pemikiran untuk memisahkan permukiman menurut kelompok etnis dan
ditata menurut ciri khas dari masing-masing kelompok permukiman.
C. Modern Town
Sesudah perang meraih kemerdekaan dari bangsa Belanda dan Jepang, mulai terjalin hubungan kerjasama
antara Indonesia dengan dunia Internasional. Pada era kepemmpinan Ir. Soekarno, perencanaan kota-kota
besar di Jawa khususnya Jakarta sangat dipengaruhi oleh konsep pembangunan yang selama ini diterapkan di
Eropa dan Amerika.
Contoh: pembangunan kawasan Tugu Monas dengan konsep yang menyerupai taman Menara Eiffel di Kota
Paris, Perancis. Tugu Monas dibangun pada masa pemerintahan Ir. Soekarno dan proses pembangunannya
berlangsung antara tahun 1959 hingga tahun1961. Para Arsitek Tugu Monas terdiri dari Soedarsono, Frederich
Silaban dan Ir. Rooseno.
Gambar 12.4.. Peta kawasan Tugu Monas (kiri) dan pandangan menuju Tugu Monas (kanan)
Sumber: www.srimpet.wordpress.com
DAFTAR PUSTAKA
1. Bacon, E., 1969, Design of Cities, London, Thames and Hudson.
2. Gallion, AB; Eisner, 1986, The Urban Pattern : City Planning and Design, New York, Van Nostrand
Reinhold Company.
3. Kostof, Spiro, 1991, The City Shaped : Urban Pattern and Meanings Through History, Boston, Bulfinch
Press Book Little, Brown and Company.
4. Kostof, Spiro, 1992, The City Assembled: The Elements of Urban Through History, London: Thames
and Hudson Ltd.
5. Lampugnani V.M., 1980, Architecture and City Planning in The Twentieth Century, New York, Van
Nostrand Reinhold Company.
6. Trancik, Roger, 1986, Finding Lost Space: Theories Of Urban Design, Van Nostrand Reinhold
Company, New York.
7. Wiryomartono, A., 1995, Seni Bangunan dan Seni Bina Kota di Indonesia, Jakarta, PT.Gramedia.