Anda di halaman 1dari 41

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM

1 PERKOTAAN

-Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar, MS-


1.1 Umum

Sumber air baku SPAM perkotaan berasal dari sumber air tanah (akifer
dangkal & dalam) dam air permukaan( mata air, air sungai & waduk ) merupakan
komponen dari siklus Hidrologi. Hidrologi adalah ilmu yang memperlajari pergerakan
air di muka bumi baik kualitas dan kwantitas dalam ruang dan waktu. Hal ini
mengantar kita menelaah Sumber air dan Pengembangan Infrastruktur Sumber Daya
Air.
Sumber air adalah sumber daya alam yang dapat diperbaharui melalui siklus
hidrologi, dipengaruhui oleh iklim (kering,normal & basah) , tergantung faktor
kosmik,regional dan lokal membentuk rezim hidrologi,dimana
komponennyaberkarakter acak dan stokhastik, dan pengaliran air ke laut pada
morfologi landai merupakan fenomena deterministik. (Gamb 1. dan Gamb 2)

IKLIM DAN POLA HUJAN WILAYAH INDONESIA


Posisi Geografis Indonesia
 Antara 608’ LU - 1115’ LS dan 9445’ BT-14105’BT  Berada pada zona konvergens
antartropik (InterTropical Convergence Zone-ITCZ )
i
 Antara dua benua Asia dan Australia

Musim hujan yang dipengaruhi oleh posisi ITCZ dengan posisi geografis Indonesia menghasilka
tiga tipe hujan dominan berdasarkan pola hujan : MOONSON-EQUATORIAL- LOKAL (Tjasyono
n
dan Bannu, 2003)
Monsoon dan pergerakan ITCZ berkaitan dengan variasi curah hujan tahunan dan semi tahunan
di Indonesia (seasonal) , [Aldrian, 2003].
 Antara dua Samodera Indonesia dan Lautan Pasifik
o Fenomena ENSO
o Fenomena Dipole Mode
Fenomena El-Nino dan Dipole Mode berkaitan dengan variasi curah hujan antar-tahunan di
Indonesia (interannual), [Visa, 2007].
10

Gambar 1 Iklim Hujan Wilayah Indonesia(Diah 2010)

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 1
1.2 Pembagian Ruang Hidrologi

Pembagian fungsi ruang hidrologi menjadi 2(dua) kawasan utama yaitu


kawasan konservasi dan kawasan kerja dalamupaya (rangka)menjamin kelangsungan
sumber-sumber air serta mengendalikan limpasan air permukaan terhadap ancaman
banjir dikawasan hilir seperti Kawasan konservasi air & tanah Bopuncur (Keppres
Bopunjur No 114 /1999Pasal (3).
Berdasarkan karakteristik hidrologis kawasan konservasi air merupakan
pemasok sumber air utama daerah bawahnya, dicirikan: Curah hujan relatif tinggi,
batuan relatif muda, morfologi bergelombang kasar, rentan terhadap erosi dan longsor
sehingga ditetapkan sebagai kawasan konservasi air dan tanah seperti halnya Kawasan
Bopuncur (Keppres No.114 tahun 1999)
Pengaruh pemanasan global dan faktor regional seperti perubahan temperatur di
Samudera Pasifik dan faktor lokal seperti perambahan hutan/ konversi lahan terbangun
berpengaruh terhadap komponen-komponen hidrologi seperti hujan(P), debit air (Q)
dan tinggi muka laut. Pengaruh-pengaruh tersebut tercatat melalui pos-pos pengamatan
komponen siklus hidrologi dan pos observasi muka laut. Dari arsip data hidrologi
sebagai input, dapat dianalisa fenomena degradasi rezim hidrologi dengan pendekatan
model hidrologi statistik dan deterministik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2

HYDROLOGY MODEL

DAS HULU (Watershed Model)

DAS HILIR ,aliran permukaan


Kawasan Hulu
bebas (Deterministik
Persamaan Model)
Saint Venant :
Q h
 B  b
x t
Q
1 Q 2 h
Boundary Hulu
Q  h 
  gBh  Sf   0
Boundary Hilir t B x  x 

Gambar 1 Model Hidrologi

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 2
1.3 Fungsi Hidrologi Lahan

1.3.1 Indikator Konversi Lahan


Massa air adalah tetap dalam Ruang hidrologi dimana Curah hujan jatuh
dipermukaan tanahterdistribusimenjadi : P = I+ R dimana berturut –turut P adalah
curah hujan , I adalah fraksi air hujan tertahan dibawah permukaan tanah dan R adalah
fraksi air hujan menjadi limpasan air permukaan . Perubahan tutupan lahan alami
(lihat Gambar 3 ), dari hutan berturut-turut menjadi budidaya , permukiman pedesaan
dan urban berdampak semakin besar R pada musim hujan dan sebaliknya I dalam
tanah semakin kecil (input ) sehingga penyimpanan air tanah (S ) semakin kecil .
Hal ini berpengaruh pada besaran aliran air tanah (output) terutama limpasan aliran
tanah menyentuh permukaan bebas (B**) seperti : mata air dan aliran dasar sungai
( lihat Gambar .2)
Dari hukum kekekalan masa air , ketersediaansumber air sangat tergantung
sejauh mana massa air hujan tersimpan menjadi cadangan air tanah (I= P-R), sehingga
persamaan ketersediaan air , dapat dituliskan sebagai berikut:

S = I – E – B* - B**

Ketersediaan air alamiah bertahan apabila jumlah air hujan tertahan di


permukaan tanah (I) , lebih besar daripada evapotrapirasi potensial (E) : I > E sehingga
pengendalian konversi tutupan lahan perlu lebih dicermati dimasa depan
Hujan yang jatuh dipermukaan bumi relatif konstan dan tunduk pada hukum
kekekalan massa air bila keseimbangan massa P = I+R dibuat non dimensi maka
persamaan massa air menjadi IK + C= 1 dimana IK adalah fraksi massa air hujan
tertahan dalam tanah selanjut disebut indeks konservasi sedangkan C= fraksi masa
air hujan menjadi limpasan air permukaan selanjut disebut C = Koefisien limpasan air.
Melalui ekosistem alam dari masa ke masa tutupan lahan yang bertahan
terhadap alam (iklim) adalah tanaman keras (hutan) kemudian oleh sentuhan
peradaban manusia tutupan lahan mengalami konversi lahan secara suksesif menjadi
lahan budidaya, permukiman dan urban diekspresikan I kC ( indeks konservasi
aktual ) . Prambahan hutan alam ( IkA) menjadi budidaya pertanian,permukiman dan
urban Metropolitan ( IKc ) menimbulkan degradasi penyimpanan air ( tersimpan air
hujan ) dibawah permukaan tanah seperti diperlihatkan pada tabel 1. Selanjutnaya IK

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 3
digunakan sebagai instrumen pengendalian konversi lahan di kawasan konservasi air .
(Keppres No 114 Kawasan konservasi Bopuncur)
Tabel 1 Indeks Konservasi tutupan lahan
No Kualitas tutupan Indeks Konservasi
lahan (IKAIKc)
1 Hutan 0,8-0,9
2 Budidaya 0,4-0,5
3 Pemukiman pedesaan 0.5-0,6
4 Urban Metropolitan 0,0-01

1.3.2 Indeks Konservasi


Indeks Konservasi Alami (IKA) digunakan sebagai indikantor konversi lahan ,
yaitu suatu koefisien yang menunjukkan kemampuan yang alami pada suatu wilayah
untuk menyerap air hujan yang jatuh ke permukaan tanah sebelum ada sentuhan
peradaban manusia. Sedangkan Indeks Konservasi Aktual (IK C), yaitu suatu koefisien
yang menunjukkan kemampuan lahan yang terkonversi oleh kegiatan manusia (aktual)
pada suatu wilayah untuk menyerap air hujan yang jatuh ke permukaan tanah
( Keppres 114/99).
Indeks Konservasi pada persamaan tersebut ,dibedakan menjadi IKA dan
IKC,yaitu :
IK A  F (Y A )
IK C  F (YC )

dimana :YA = f (curah hujan, jenis batuan, jenis tanah, morfologi & topografi)
YC = f (curah hujan,jenis batuan, jenis tanah, morfologi&topografi,tutupan lahan)

Y A  aX 1  bX 2  cX 3  dX 4  E

a =  (12, 13, 14, 23, 24, 34)


b =  (12, 13, 14, 23, 24, 34)
c =  (12, 13, 14, 23, 24, 34)
d =  (12, 13, 14, 23, 24, 34)
R = 1-E

dimana : YA = variabel besaran konservasi alami


X1 = variabel hujan
X2 = variabel batuan

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 4
X3 = variabel jenis tanah
X4 = variabel morfologi dan topografi
a,b,c,d = koefisien partial ketergantungan korelasi antar variabel
12 = koefisien korelasi antar variabel
E = faktor koreksi
R = koefisien determinasi (0,5 < R <1)
Evaluasi kondisi pemanfaatan ruang dalam suatu kawasan dapat dilihat dari
perbandingan nilai IKC dan nilai IKAyang dapat dibedakan seperti pada tabel 2 digunakan
sebagai pedoman dalam pengendalian pemanfaatan ruang maka dilakukan proses
diskretisasi variabel –variabel yang mempengaruhi dari indeks konservasi ,dapat
dibagi 3(tiga) klas atau 5(lima) klas . Apabila dalam evaluasi suatu kawasan ternyata
terdapat pemanfaatan lahan yang tidak sesuai (IKC < IKA) maka terdapat beberapa upaya
untuk merehabilitasi fungsi konservasi agar (IKC +Ik )  IKA, upaya memperbaiki
dengan Ik yaitu dapat dilakukan dengan pendekatan vegetatif dan non vegetatif
(rekayasa teknologi ).

Tabel 2 Penilaian kondisi kawasan terbangun dengan Indeks Konservasi


Perbandingan Indeks Penilaian kondisi kawasan
Konservasi
IKC + Ik > IKA Baik
IKC = IKA Normal
IKC< IKA Kritis

Keberhasilan pengendalian air keberlanjutan air di DAS tercapai apabila I kC


+ k > IkA dengan demikian win-win solution dapat tercapai antara kepentingan
kawasan Hulu dan kawasan Hilir.
Sedangkan pengendalian kawasan lahan terbangun, dapat dilaksanakan dengan
pengendalian fungsi hidrologi lahan ( IK): antara lain Pengendalian luas bangunan
terbangun (BCR) dan dengan vegetatif dan non vegetative(rekayasa engineering).
Upaya rekayasa engineering , antara lain : Sumur resapan , waduk resapan dan
implementasi pengembangan sistim drainase lingkungan . Ide paling sederhana dalam
konservasi di lahan terbangun disebut zero limpasan. Zero limpasan adalah suatu
upaya konservasi di lahan terbangun dengan mengendalikan limpasan air hujan dalam
suatu persil atau kawasan supaya tidak ada air hujan yang melimpas keluar

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 5
1.4 Adaptasi dan Mitigasi

Pengembangan InfrastrukturSumber Daya Air untuk mengendalikan banjir&


kekeringan dilakukan pendekatan Konsep Debit Rencana sesuai Kriteria Perencanaan
Infrastruktur SDA yang Lazim digunakan di lingkungan jajaran teknis Kementrian
Pekerjaan Umum.
Utilitas Infrastruktur sumber Air direncanakan berfungsinya sesuai rencana
dari masa ke masa, hal ini dimungkinkan bila dilakukan mitigasi/pengendalian air
dalam ruang dan waktu secara terus-menerus baik kwantitas dan kualitas. Untuk
mengetahui pengaruh Perubahan iklim terhadaprezim hidrologi tercatat berturut-turut
melalui pos hujan, pos duga debit air, dan pos observasi elevasi muka laut.
Dari data time series debit sumber air dari pos duga air Q DAS tsb diatas:
menunjukkan kejadian besaran debit air tidak menentu dalam berjalannya waktu(t).
Ketidakpastian besaran debit air proses waktu, dalam ilmu statistik karakter tersebut
disebut Variabel acak (Lihat Gambar 3 ).

600

500
Debit (m3/det)

400

300

200

100

0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
Time Series

Debit Harian

Gambar 2 Fluktuasi debit sumber air Sungai (1994-2006)

Sensibilitas debit air merupakan turunan dari fluktuasi curah hujan di Zona
Iklim Monsoon, menunjukkan terdapat 2 (dua) fase pengaruh iklim Monsoon yaitu
monsoon barat (musim penghujan)dan monsoon timur (musim kemarau) dimana curah
hujan dibawah 100 mm/bulan. Sehingga konsekuensi pengaruh siklus Hidrologi pada
Zona iklim monsoon pada musim kemarau debit air didominasi aliran dasar,
merupakan limpasan air darai akifer yang morfologinya terpotong (mata air dan
limpasan air tanah di kiri–kanan sungai) sedangkan musim penghujan, debit air

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 6
didominasi oleh limpasan air permukaan & aliran dasar relatif kecil, tidak signifikan
(lihat Gambar 3).
Dari Model Fisik Hidrologi zona monsoon, besaran debit air pada musim
kemarau debit air-lebih dependent: cadangan akifer maksimal pada akhir musim
penghujan/awal musim kemarau dstnya pada periode musim kemarau tidak terjadi
pengisian akifer, cadangan air tanah menurun seiring menurunnya muka air di akifer
menuju akhir musim kemarau/awal musim penghujan) seperti diketahui aliran
limpasan air tanah ke badan air sungai dalam proses waktu berkarakter dependent
sedangkan pada musim penghujan debit air lebih independent. Ditemukan karakter
sumber air, berturut-turut dari independent – dependent adalah air hujan, air permukaan
air tanah, dan mata air. Sehingga pada musim penghujan besaran kejadian debit air
didominasi pergaruh limpasan air hujan (independent) sedangkan pada musim kemarau
didominasi limpasan air tanah.(dependent)
Perubahan iklim/cuaca mempengaruhi variabelsiklus Hidrologi: terutama Curah
Hujan (P), setelah sampai dipermukaan tanah, hujan terdistribusi fungsi tutupan lahan
terinfiltrasi dalam tanah setelah jenuh terjadi limpasan air permukaan. Seiring dampak
perubahan iklim terhadap keberlanjutan sumber air (Water Sustainable), respon
dilakukan dengan dua langkah utama, yaitu adaptasi dan mitigasi.
Adaptasi , Ketidakpastian besaran debit air dalam proses waktu mengantar para
ahli Hidrolologi dan Manajemen sumber air melakukan proses penyesuaian dengan
memperhatikan efektitas fungsi Infarstruktur Sumber Air, dengan menggunakan konsep
debit rencana banjir/kekeringan
Mitigasi adalahupaya mempertahan keberlanjutan sumber air di daerah Aliran
Sungai, bentuk konkrit upaya mitigasi secara undirect: penerbitan peraturan/UU
pengendalian limpasan/pencemaran air dan direct : Insentif & dissentif, sbb:
Upaya ini dapat dilakukan dengan perencanaan tata ruang: Keppres No.114
1999 Kawasan Konservasi Bopuncur), reboisasi, artificial recharge, pengendalian
pencemaran, sbb:
1. Direct( langsung ): penerbitan UU dan Peraturan terkait pengendalian lingkungan
air.
• UUD fasal 33 ayat 3: Air tanah dikuasai negara ....untuk kepetingan orang
banyak
• UU no 26 th. 2007 tentang Penataan ruang

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 7
• UU no 7 th 2004 tentang Sumber daya air
• UU Kehutanan No.41 Tahun 1999 Pasal 18 Ayat 2 yang menyatakan bahwa:
‘…..luas hutan suatu DAS minimal 30% dengan sebaran yang proporsional’.
• UU Lingkungan hidup / PP Amdal
• PP 82 tahun 2001 tentang Kualitas air : Klas 1 untuk sumber air baku
• PP No. 16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
Ps 8 ayat 2 pemerintah menjamim ketersediaan air baku memenuhi baku mutu
air
• PP No 37 tahun 2010 tentang Bendungan. Ps 44 pola operasi waduk terdiri
tahun kering, normal dan basah& ps 45 ayat 5 pola operasi waduk harus
ditinjau kembali dan dievaluasi paling sedikit 1(satu) Sungai dalam5 (lima)
tahun
• Permen No 18 /PRT/M/2007 ttg penyelenggaraan Pengembangan SPAM
• Keppres 114 th 1999 Kawasan Konservasi air dan tanah Bopunjur
2. un Direct (tak Langsung ) : Insentif ( keringanan pajak, bantuan kredit IPAL
Industri) dan Dissentif ( denda ,hukuman )

1.5 Debit Rencana Infrastruktur Sumber Daya Air

Komponen siklus Hidrologi berkarakter acak (Variabel acak) adalah suatu


kejadian dimana besarannya tidak menentu dalam proses ruang dan waktu.
Ketidakpastian komponen utama Hidrologi (P,Q) terukur melalui pengamatan (pos
hujan atau pos duga air), hal ini mengantar para ahli meneliti perilaku debit air
historikal untuk dapat mengetahui ambang batas besaran kejadian debit air masa depan.
Pengendalian banjir dan kekeringan di masa depan, ditempuh langkah
“adaptasi”dengan pendekatankonsep debit rencana. Hubungan Keandalan keberhasilan
dan periode ulang diekspresikan, sbb: (1-P )= 1/R, dimana: P= keandalan /keberhasilan
komponen Hidrologi ( %) dan R= periode Ulang kejadian.
Misalnya: Suplai sumber air untuk memenuhi sektor irigasi: keandalan/
keberhasilan P= 80 % maka ekivalen dengan periode Ulang (R = 100/20 = 5 thn),
berartidalam selang 100 (seratus) tahun terjadi 20 Sungai dan setiap 5(tahun) terjadi
1(satu) Sungai nilai ambang batas dilampaui.
Pengendalian banjir& kekeringan :
 Drainase mikro ( Drainase permukiman perkotaan) : QR= 2-15 tahun

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 8
 Drainase makro ( Drainase alamiah –sungai ) : QR =20-50 thn
 Drainase Rel Kereta api/ Jalan TOL :QR=50 thn
 Drainase Bandara udara : Q R= 50 -100 tahun
 Spill way waduk QR =50 -100 thn
 Intake air baku untuk sektor irigasi : QR =5 thn
 Intake air baku untuk sektor DMI (Domestik,Municipallity, industri): Q R= 10-20
thn.

1.6 Pengembangan Infrastruktur Air Minum Perkotaan

1.6.1 Sumber air baku Permukaan


Sistem Penyediaan Air Minum(SPAM) perkotaan terbagi dalam 3(tiga)
Komponen yaitu berturut-turut komponen sumber air, komponen pengolahan air dan
komponen pelayanan air (lihat Gambar 4.4). Pada tingkat komponen pelayanan air,
kepuasaan konsumen harus memenuhi standart: kualitas air, kuantitas air, kontinuitas
air dan harga jual air yang kompetitif. Keberhasilanpelayanan air bersih sangat
tergantung pada keandalan sumber air baku baik kualitas air maupun kontinuitas
sumber air .

KAWASAN PELAYANAN RESPON TEKNOLOGI SUMBER AIR BAKU


(Kepuasan Konsumen ) PENGOLAHAN AIR
 Fresh water (Gol A/B)
 Kualitas Air Bersih  Respon Teknologi Air Bersih  Randow variabel
 Kwantitas Air Bersih  Biaya Operasi  Keandalan Sumber Air( Kuantitas &
 Kontinuitas Air Kualitas Air )
 Harga jual kompetitif

Gambar 4 Pengembangan Infrastruktur Air Minum Perkotaan

1.6.2 Kriteria Desain Air baku Permukaan

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 9
Menurut UU No. 7 tahun 2004 pasal 34 ,ayat (1): pengembangan sumber daya
air ditujukan untuk kemanfaatan sumber daya air memenuhi kebutuhan air baku untuk
rumah tangga(domestik), pertanian(irigasi),industri dstnya dan untuk berbagai
keperluan lainnya. Pengembangan sumber air bakudari sungai, perlu dibangun suatu
kriteria disain air baku terutama untuk air baku domestik, irigasi dan Industri. Sebagai
pedoman dapat digunakan kriteria disain air baku permukaan yang digunakan pada
Metropolitan Bandung Urban Development Program MBUDP, 2004 (lihat Tabel.3).
Dari data pengamatan debit air sungai disusun debit minimum suksesif dengan
durasi (1,2 ,7,15 dan 30) hari yang terjadi pada periode musim–musim kering, masing-
masing rangkaian data dengan durasi (1,2,7,15 dan 30) hari dilakukan tes kecocokan
distribusi teoritis dengan tes goodness–of-fit. Setelah mengetahui distribusi teoris yang
cocok,dilakukan perhitungan debit air rencana sesuai periode ulang 5,10,15 dan 20
tahun dan selanjutnya dibuat kurva debit keandalan debit air pada musim-musim
kemarau, menggunakan kriteria air baku Bandung Metropolitan Area (1994). Kisaran
debit rencana untuk sumber air baku domestik berkisar debit air rencana kering periode
ulang 20 tahun dengan durasi 1 hari sampai debit air rencana kering periode ulang 10
tahun dengan durasi 15 hari .

Tabel 2 Kriteria Desain Air Baku Permukaan


Sumber Air Sungai Desain Sumber Air Baku
Domestik,Municipality &
Industri Irigasi
Debit Air Suksesif Kering 1-30 hari 10-20 tahun 15-30 hari 5 tahun
Sumber: Tamin Modifikasi Kriteria Disain Air Baku MBUDP-CK 1994

Proses penentuan debit rencana air baku / keandalan sumber air sungai untuk
SPAM Perkotaan sebagai berikut:
1. Data
Data debit harian yang digunakan dalam penelitian adalah data debit harian
minimum dan memiliki panjang pengamatan minimal 10 tahun. Sedangkan untuk
perhitungan volume waduk diperlukan lebih 50 tahun, tetapi jika data debit tidak
lengkap, maka dapat dilengkapi dengan korelasi spartial variabel debit air dan curah
hujan.

2.Pengolahan awal data debit harian

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 10
Sebelum data debit harian diuji dengan uji goodness-of-fit, terlebih dahulu
dilakukan pengolahan data awal dengan langkah-langkah berikut:
- Pengolahan data debit harian minimum untuk setiap pos pengamatan debit yang
dianalisis
- Pengurutan data debit harian minimum hasil pengelompokkan dari yang terkecil
sampai yang terbesar untuk setiap durasi.
- Penentuan berbagai parameter data sample
3. Penentuan distribusi terpilih
Untuk masing-masing uji statistik, dicari untuk distribusi normal, log-normal,
gumbel dan log-pearson III.
- Uji Kosmogorov Smirnov
- Uji χ2
4. Penentuan Debit Andalan
Debit andalan dihitung dengan durasi 1,2,7,15,30 dan 60 hari dan Periode Ulang
5, 10, 20, 50 tahun.Dari data historikal Pos Duga air, berpedoman penentuan
keandalan air baku SPAM didapat ambang batas debit rencana kering untuk
sumber air di pos duga Air diperlihatkan Tabel 6. selanjutnya dilakukan tes
keandalan air baku SPAM pada musim–musim kemarau historikal diperlihatkan
Gambar 5.

1.6.3 Keandalan Debit Mata air


Hasil pengukurandebit mata air 1996 s/d 2004 dapat di ekspresikan pada
Gamb. 4 . dan debit mata air rata-rata Q = 772 L/det

Gambar 5 Debit Mata Air terukur SPAM

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 11
950

900

850

Debit (lt/det) 800

750

700

650

600

550

500
Januari Maret Mei Juli September November
Bulan

Tahun 1996 Tahun 1997 Tahun 1998 Tahun 1999 Tahun 2000
Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004

Gambar 5. Fluktuasi suplai Sumber Air Cipaniis (1996-2004)

Dari data Mata air terukur (1996-2004) seri data observasi suksesif debit
mata air minimum harian musim kering 1,2,7, 15 ,30 dan 60 hari , dilakukan tes
statistik distribusi teoritis , diperoleh hasil tes distribusi teoritis didominasi oleh
Distribusi ekstrim tipe III (Weibull atau Gumbel tipe III).

Tabel 4 Debit rencana kering Mata Air SPAM (Lps )


Periode Ulang (tahun)
Durasi
2 5 10 20 50
1 652.7994 442.2399 310.1465 189.0791 39.1467
2 661.9494 450.4728 318.7062 198.5778 50.6913
7 672.2851 441.5734 307.6979 192.2036 58.5503
15 676.8207 449.9796 321.4623 212.6239 89.2522
30 681.9049 464.6931 344.074 243.4942 131.439
60 743.1 659.238596 615.415085 579.2225832 538.4773774

Perhitungan Keandalan Debit mata air dimanfaatkan SPAM dengan debit


rencana kering 2,5 ,10,20 dan 50 tahun di Gamb. .

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 12
800

700

600

500

Debit (L/det) 400

300

200

100

0
0 10 20 30 40 50 60
Durasi (hari)

TR 2 thn TR 5 thn TR 10 thn TR 20 thn TR 50 thn

Gambar 6. Kurva Keandalan Debit Mata Air

Kejadian besaran debit air baku dari cipaniis , menunjukkanKeandalan


debit mata air baku lineair antara 1 s/d 30 hari, sehingga dapat disimpulkan
besaran debit mata air baku lebih dependent dibandingkan dengan kejadian
sumber air sungai.
Bila berpedoman pada Kriteria Teknis Alokasi Air Baku (BMA Cipta
Karya 1994 ) maka Keandalan debitmata air yang diperkenankan aman adalah
Q=344 L/det dengan periode pengoperasian 10 (sepuluh) tahun terdapat resiko
satu kali debit rencana kering tidak dapat dipenuhi selama pengopersian SPAM
selama sebulan
4.6.4.Keandalan Debit Air Sungai
600

500

400
Q (m3/s)

300

200

100

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
Time Series

Debit Harian Qdomestik

Gambar 7 Keandalan Sumber air baku permukaan (1993-2006)

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 13
Tabel 3 Debit rencana air baku sungai untuk Pengembangan SPAM
Durasi 2 Tahun 5 Tahun 10 Tahun 20 Tahun 50 Tahun Distribusi
1 12.19 7.98 6.43 5.4 4.45 Log Pearson
2 12.47 8.41 6.95 5.99 5.1 Log Pearson
3 12.77 8.65 7.23 6.31 5.48 Log Pearson
7 14.5 10.09 8.58 7.61 6.74 Log Pearson
10 15 10.63 9.16 8.22 7.39 Log Pearson
15 15.54 11.31 9.9 9 8.21 Log Pearson
30 18 13.18 11.39 10.19 9.07 Log Pearson
60 20 14.23 12.03 10.53 9.11 Log Pearson

4.6.5.Pedoman Alokasi Air Sungai untuk Irigasi dan Domestik

Pasal 69 PP No 42 tahun 2008 tentang pengelolaan sumber daya air:


mengutamakan penyediaan air untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan
irigasi bagi pertanian rakyat pada sistem irigasi yang sudah ada, menjaga kelangsungan
penyediaan air untuk pemakaian air lain yang sudah ada dan memperhatikan
penyediaan air untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari bagi penduduk yang
berdomisili di dekat sumber air dan/atau sekitar jaringan pembawa air.
Sumber air sungai terbatas sedangkan laju kebutuhan air irigasi dan domestik
seiring dengam permintaan dan kemajuan permukiman perkotaan. Kebutuhan air baku
untuk domestik dan irigasi merupakan kebutuhan pokok sehingga sangat logis dan adil
bila kebutuhan air lebih dari satu (domestik dan irigasi) perlu berbagai sumber air yang
terbatas sehingga perlu dibuat pedoman alokasi air berdasarkan ketentuan baku Dep.
PU Dirjen SDA dan Dirjen Cipta Karya seperti diperlihatkan pada Gambar 4.6.
diagram alir pedoman alokasi air sungai untuk Irigasi dan Domestik.

250.00

200.00
Q (m3/s)

150.00

100.00

50.00

0.00
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Time series

Q Q80% Qirigasi Qdomestik


Gambar 8 Pedoman alokasi sumber air sungai untuk irigasi &domestic

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 14
Gambar 9 Diagram alir pedoman alokasi air sungai untuk irigasi & domestik

4.6.6. Waduk Air

4.6.6.1.Utilitas Waduk
Waduk atau reservoir adalah bangunan penghalang (barrier) yang dibangun
pada penampang melintang aliran sungai dalam bentuk Dam dan berfungsi untuk
menampung air.Air yang tertampung di dalam reservoir dapat digunakan untuk
berbagai keperluan. Reservoir dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsi sebagai
berikut:
1. Reservoir Konservasi (Storage or Conservation Reservoir)
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih perkotaan, irigasi, atau pusat
pembangkit listrik tenaga air, dilakukan pengambilan air secara langsung dari
aliran sungai.Pada kondisi aliran sungai yang rendah terdapat potensi kegagalan
dalam memenuhi kebutuhan tersebut, sebaliknya pada kondisi aliran sungai yang
besar terjadi potensi masalah banjir.Untuk mengatasi kondisi tersebut, maka
dibangun reservoir konservasi yang berfungsi untuk menampung kelebihan air saat
kondisi aliran puncak dan memanfaatkan kembali saat terjadi aliran sungai yang
rendah atau saat meningkatnya kebutuhan air.Reservoir konservasi dapat sekaligus
berfungsi untuk mengurangi resiko banjir pada daerah yang terletak di hilir
reservoir.

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 15
2. Reservoir Pengendali Banjir (Flood Control Reservoirs)
Reservoir pengendali banjir berfungsi untuk mereduksi aliran puncak banjir
sehingga dapat mencegah banjir dibagian hilir.Aliran air yang memasuki reservoir
pengendali banjir, ditampung dan dikeluarkan secara bertahap sehingga outflow
dapat ditampung oleh penampang saluran/sungai dibagian hilir dan mencegah
banjir.

3. Reservoir Distribusi (Distribution Reservoirs)


Reservoir distribusi adalah reservoir kecil yang dibangun untuk memenuhi
kebutuhan air minum perkotaan. Reservoir ini memperoleh pasokan air dengan
memompakan air pada debit tertentu.

4. Reservoir Tunggal (Sigle Reservoirs)


Reservoir tunggal adalah reservoir yang dibangun untuk memenuhi fungsi
tertentu,menampung debit air pada musim penghujan untuk memenuhi kebutuhan
sumber iar ( misalnya: air minum, irigasi, industri, pembangkit listrik )

5. Reservoir Multiguna (Multipurpose Reservoirs)


Reservoir multiguna adalah reservoir yang dibangun untuk memenuhi
berbagai fungsi secara bersamaan.Reservoir multiguna berfungsi untuk melindungi
daerah dibagian hilir aliran sungai dari kemungkinan banjir, dan/atau menjadi
tampungan air untuk memenuhi kebutuhan air minum, irigasi, industri, serta
pembangkit listrik.

4.6.6.2. Vol Waduk Optimal Fenomena Hurst


Pada panjang data yang biasanya diperoleh, sebenarnya tidak mungkin untuk
mengidentifikasi setiap keadaan kelangsungan jangka panjang yang sesungguhnya.
Ukuran sekaligus atas frekuensi-frekuensi rendah dengan waktu tak tentu berupa
koefisien hurst, yang dapat dihitung bila datanya cukup panjang, misalnya sekitar 50
tahun. Pada saat menelaah kebutuhan jangka panjang di sungai Nil, Hurst mendapatkan
bahwa :
h
n
Rn   n  
2

Dimana
σn = Deviasi standar
n = Panjang rangkaian data

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 16
Rn = Selisih antara kelebihan kumulatif terbesar di atas nilai rata-rata dan kekurangan
kumulatif terbesar di bawah nilai rata-rata aliran air
h = Koefisien Hurst
Sebuah persamaan non-linear geometrik dapat diperoleh dari persamaan diatas
yaitu sebagai berikut :
  K T n
Dimana
 = Kapasitas waduk untuk berbagai periode pengisian
K = Konstanta
T = Periode tahun pengisian
n = Koefisien Hurst
Konstanta dan koefisien Hurst dicari dari hubungan V yang merupakan
kapasitas reservoir pada kondisi maksimum dan minimum untuk T periode pengisian.
Koefisien Hurst dapat berfungsi sebagai parameter pengukur kestabilan aliran dan
penunjuk gejala kekeringan. Secara umum nilai Hurst berada pada skala nilai 0≤h
≤ 1 . Berikut beberapa penjelasan mengenai nilai-nilai Hurst :
1. Independent (n = 0,5), fenomena acak tanpa koreksi. Pada kondisi ini debit air
sungai merupakan variabel acak/random variabel, selain itu debit airnya tidak dapat
ditebak berdasarkan debit air sungai sebelumnya, karena mempunyai tingkat korelasi
yang rendah. Nilai n=0,5 juga menandakan terjadinya tahun basah.
2. Dependent (n = 1), korelasi sempurna. Pada kondisi ini debit air sungai dapat
diprediksi dari debit air sungai sebelumnya. Nilai n=1 menunjukkan tahun kering
karena sifat aliran/debit sangat stabil (base flow).
3. Anti persistence (0 ≤ n ≤ 0,5). Pada kondisi ini kejadian pada tahun sebelumnya
tidak dapat terjadi lagi sehingga tidak dapat digunakan untuk prediksi kondisi air di
masa yang akan datang. Selain itu, data yang ada belum mewakili setiap kondisi
ekstrim yang akan terjadi. Koefisien hurst yang mendekati 0,5 terjadi pada volume
maksimum pada tahun-tahun basah, menunjukkan bahwa sifat DAS di sekitar waduk
belum mengalami pengaturan terhadap aliran sungainya. Pada kondisi tersebut hujan
berfluktuasi atau debit sungai yang terjadi bersifat sangat acak.
4. Persistence (0,5 ≤ n ≤1), kejadian dulu akan berulang lagi. Pada kondisi ini terjadi
pada tahun-tahun kering. Hal ini disebabkan pada masa itu kondisi aliran yang
terjadi berupa aliran dasar (base flow) yang lebih stabil, menandakan bahwa

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 17
pengaruh variabel acak hujan terhadap aliran dasar sungai dan akhirnya pada waduk
hampir tidak ada. Kondisi ini terjadi apabila hujan yang jatuh sudah menguap
terlebih dahulu sebelum sempat berinfiltrasi ke dalam tanah.

4.6.6.3.Waduk Optimal
Semakin ekstrimya debit air menyebabkan krisis ketersedian sumber air baku
pada musim kemaraudan banjir pada musim penghujan. Seiring dengan
berkembangnya perkotaan di kawasan kerja menjadi kota Jasa dan Industri sehingga
laju permintaan air meningkat pesat, pengendalian banjir dan kecendrungan semakin
penting pembangkit energi listrik dari sumber dapat diperbaharui sehingga perlu
dilakukan pemberdayaan sumber air membalik ancaman banjir dan kekringan menjadi
bermanfaat denganoptimasi pemanfaatan sumber daya air dengan pembangunan waduk
multiguna (Sumber air baku, banjir, PLTA) dengan menggunakan metode Fenomena
Hurs diuraikan sebagai berikut:
optimum = k T n
dimana : olume tampungan
T = tahun-tahun air ( T = 1,2,5,10,20,30 dan 60 tahun)
n = koefisien Hurst ( 0,5 <n < 1) n= 0,5...... indenpendent
Keseimbangan air waduk : t+1t + Qin – QT
dimana:  Variabel determinan
t = Langkah waktu
Qin = Variabel acak
QT = Variabel keluaran (variabel di komandokan)
Optimalisasi pemanfaatan sumber daya air terjadi apabilakita dapat
memprediksi debit air dengan ketidakpastian masa yang akan datang yang tepat sesuai
dengan kondisi data komponen Hidrologi tersedia (Qin adalah variable acak besaran
tidak menentu proses waktu tergantung iklim) sehingga dapat melakukan pengelolaan
air waduk optimalmenjamin kebutuhan air di hilir (PLTA, irigasi dan Sumber air baku).
Telah mengembangkan metode Prakiraan debit air input waduk disebut metode kontinu
parakiraan debit air(Arwin, Disertasi 1992), didasarkan pada korelasi spartial
komponen utama siklus hidrologi hujan dan debit air.

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 18
4.6.6.4.Pola Pengusahaan Waduk
Pengusahaan Waduk terbagi 3 (tiga) :

- Lingkungan Ekonomi Waduk


- Pengusahaan short time ( Avenir connu ) : Deterministik
, Intuitif
- Pengusuhaan long time (Avenir Aleatoire ) :
Pengoperasian optimal Waduk dengan debit air
ketidakpastian masa depan)

Pola Pengusahaan Waduk


PP 37 Tahun 2010 tentang Bendungan ps 44 :
Pola operasi waduk terdiri atas pola operasi :
a. tahun kering;
b. tahun normal; dan
c. tahun basah.
Overshooting
Sistem pengelolaan waduk
900 deterministik (data historikal 1986-
800
700
2008)
Volume (M m 3)

600
500
400
300 Kering
Normal
Untuk mempelajari memoar
200
100
Basah stokastik pengaruh iklim terhadap
0
Distribusi teoritis tahun basah-kering-normal
Jan Feb Mar Apr May Jun
Sumber : Hasil analisis, 2011
Bulan
Jul Aug Sep Oct Nov Dec
dilakukan dengan metode Markov.

Debit outflow melalui fungsi utilitas


(turbin) /tidak ada debit outflow yang
terbuang melalui spillway
69

Gambar 10 Pola Pengusahaan Waduk

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 19
DETERMINISTIK • Gestion Avenir Connu
Menentukan • Pengoperasian waduk dengan debit
lintasan pedoman rencana

OPTIMAL • Gestion Avenir Aleatoire


Mengoptimalkan • Pengoperasian waduk dengan
lintasan dengan ketidakpastian debit inflow
menerapkan model •model kontinu
prakiraan debit •model diskrit Markov
Perubahan Iklim

Pedoman
Operasi Waduk Kering Normal Basah Lintasan
Deterministik
Matrik
Stokastik
Operasi Waduk Metode diskrit Markov
Optimal Markov

Metode ARIMA Perkiraan Debit


Masa depan
Kalibrasi Metoda Kontinu

Metoda diskrit Markov

Gambar 11 Pengelolaan Waduk

4.6.7. Model Prakiraan Debit Ketidakpastian Masa Depan


A) Model Kontinu Prakiraan Debit Air
PengembanganModel Prakiraan debit air satu langkah kedepan, memanfaatkan
pengaruh iklim terhadap siklus Hidrologi, membentuk suatu Rezim Hidrologi tercatat
melalui pengamatan Pos-pos Hidrologi.Dengan meneliti suatu periode Rezim
Hidrologi tercatat pada pos–pos utama Hidrologi (P & Q) membuat matriks Ketautan
komponen-komponen Utama Siklus Hidrologis dalam ruang & waktu, dapat dibangun
suatu Model disebut Model Kontinu Prakiraan debit air sehingga pengelolaan
bendung Irigasi/ waduk tunggal /multiguna dapat dioptimalkan untuk memenuhi
suplai air di down stream untuk sektor air irigasi, sektor Air domestik dan
Pembangkit Tenaga Air ( Arwin ,Proseding Satgas PSDA ITB,1993).

B) Matriks Ketautan Spartial Komponen Utama Hidrologi


Pengembanganmodel kontinu debit air masa depan yang tidak menentu dalam
proses waktu (Variabel acak siklus Hidrologi), terdapat 3 (tiga) model, yaitu: Model
Biner, Model Terner, dan Model Kuaterner. Model Kontinudikembangkandari

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 20
ketautan spartial dan waktu dari Komponen utama (P,Q) siklus Hidrologi. Ketautan
variabel utama siklus Hidrologi dalam ruang dan waktu F(x,y,z,t) di presetansikan
dalam bentuk matrik ketautan spartial Komponen Utama Hidrologi (lihat Tabel 4.3 ).

Tabel 4 Matriks Ketautan Komponen utama Siklus Hidrologi


Nilai P1 P2 P3 Qt Q t+1 Q t-1

P1 1

P2 ρ P2P1 1

P3 ρ P3 P1 ρ P3 P2 1

Qt ρ Qt P1 ρ Qt P2 ρ Qt P3 1

Q t+1 ρ Qt+1 P1 ρ Qt+1 P2 ρ Qt+1 P3 ρ Qt+1 Qt 1

Q t-1 ρ Qt-1 P1 ρ Qt-1 P2 ρ Qt-1 P3 ρ Qt-1 Qt ρ Qt-1 Qt+1 1

Matriks Ketautan Sparsial komponen utama siklus Hidrologi dalam ruang dan
waktu F(x,y,z,t) didasarkan ketautan 2(dua) variabel acak, menggunakan pendekatan
matematis Koefisen ketautan,sbb:

Koefisien Ketautan 2(dua) Variabel Siklus Hidrologi F(x,y,z,t) :

( X i  X )(Yi  Y )
i 0
 xy 
n x y

 = Koefisien korelasi 2 variabel xy

xy
= nilai Variabel X atau Yke–i
Xi Yi

 x , y
= Simpangan baku variabelX dan Y

n = Jumlah populasi ,bilan<10 maka (n-1)

C)ModelKontinu Biner (ketautan dua variabel acak)

Model Kontinu Biner terdiri dari 2(dua) Variabel utama Siklus Hidrologi
dapat dikembangkan untuk Prakiraan debit air masa depan yang tidak menentu
(variabel acak) dapat digunakan untuk operasi pengelolaan bangunan air (Bendungan

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 21
air dan waduk). Model Kontinu Biner terdiri dari dari dua variabel (stasiun) yaitu satu
stasiun penjelas (X2) untuk dapat menjelaskan satu stasiun lainnya (X1). Skema
korelasi antara kedua stasiun tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :

X2
ρ12
X1

Gambar 12 Tipe Ketautan Biner

Persamaan regresi linier dari korelasi biner yang dituliskan dengan variabel
yang disederhanakan, sebagai berikut :
x1 = r2x2 + ε (5)

Koefisien determinasi dari korelasi kedua variabel tersebut dituliskan


dinyatakan sebagai berikut :

R = ρ12=r2 dan ε2 = 1 – R2

Terdapat dua tipe model biner yaitu Model Biner tipe Curah Hujan-Debit
P(Q1) dan Model Biner tipe Debit-Debit Q(Q1).

D) Model Kontinu Terner (Ketautanspartial tiga variabel acak)

Model kontinu Terner terdiri dari 3(tiga) variabel siklus Hidrologi tipe
ketautan model terner terdiri dari dua stasiun penjelas(x 2 dan x3) untuk menjelaskan
satu stasiun yang dijelaskan(x1). Secara skematis bentuk tipe ketautan Terner
dipresentasikan Gambar 4.11:
X2

ρ12
ρ23

X1 ρ13 X3

Gambar 13 Tipe Ketautan Terner

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 22
Persamaan Model Kontinu Ketautan Terner dapat dituliskan sebagai berikut :
x1 = r2x2 + r3x3 + ε (6)
dimana :
Xi  X
x1  ................... i = 1,2 dan 3

Koefisien ketautan parsiil ( r2 dan r3) diekspresikan sebagai berikut :
12  13  23 13  12  23 (7)
r2  2 dan r3  2
1   23 1   23
Koefisien determinasi ketautan Terner ( R) dapat dituliskan sebagai berikut :
2 2
  13  2 12 13  23 (8)
R  12
2
dan ε2 = 1 – R2
1   23
2

Model Kontinu Terner dapat digunakan untuk pengelolaan bangunan air


(bendung atau waduk air) dengan ketidakpastian debit air masa yang akan datang.
Model Ketautan Terner terdiri dari tiga tipe yaitu Model Terner PP(Q1), tipe PQ(Q1),
dan tipe QQ(Q1).

E) Model Kontinu Kuaterner (Ketautan empat variabel acak)

Model Kuaterner terdiri dari empat stasiun hidrologi yaitu tiga stasiun penjelas
(X2, X3, dan X4, ) dan satu stasiun yang akan dijelaskan(X1 ). Skema ketautan Model
Terner dalam F(x,y,z,t) dapat digambarkan ,sebagai berikut :
X2 ρ23 X3

ρ13
ρ12 ρ34
ρ24

X1 ρ14 X4

Gambar 4-14 Tipe Ketautan Kuaterner

Persamaan Ketautan model kuaterner dipresentasikan sebagai berikut :


x1 = r2x2 + r3x3 + r4x4 + ε (9)

dengan :  x1 x j  r2  x2 x j  r3  x3 x j  r4  x4 x j dan asumsi E(εxj) = 0


untuk j = 2,3, dan 4. Nilai ri dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Yule
Walker sebagai berikut :

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 23
1 12  24 r2 12
 23 1 34 r3 = 13
 24 34 1 r4 14

Koefisien determinasiR dan kesalahan relatif εdihitung dengan persamaan


sebagai berikut :
ε = 1 + r22 + r32 + r42 – 2(r2ρ12 + r3ρ13 + r4ρ14) + (r2r3ρ23 + (10)
r2r4ρ24 + r3r4ρ34)
dan R2 = 1 – ε2

Koefisien ketautan parsiil dituliskan :


2   (11)
r2  , r3  3 , r4  4
  
dengan :
Δ = 1 – (ρ232 + ρ242 + ρ342) + 2ρ23ρ24ρ34
Δ2 = ρ12(1- ρ342) – ρ13(ρ23 – ρ24 ρ34) –ρ14(ρ24 - ρ23 ρ34)
Δ3 = ρ13(1- ρ242) – ρ12(ρ23 – ρ24 ρ34) –ρ14(ρ34 - ρ23 ρ24)
Δ4 = ρ14(1- ρ232) – ρ12(ρ24 – ρ23 ρ34) –ρ13(ρ34 - ρ23 ρ24)

Model Kontinu Karterner dapat dalam bentuk tipe (Q1) PPP , (Q1)QPP , (Q1)
QQP dan formula ketautan Model Katerner , dapat dipresentasikan sebagai berikut :
q1  r2 q2  r3 p3  r4 p4   (12)

q2 
Q 2  Q2   P  P3  , p   P4  P4 
, p3  3 4
2 3 4
dengan :
q1 = prakiraan debit air pada waktu t+1
q2 = debit air pengamatan pada waktu t
p3 = pengamatan stasiun hujan 1 pada waktu t
p4 = pengamatan stasiun hujan 2 pada waktu t
Aplikasi Model Kontinu Katener studi akademik pada pengelolan bendung
irigasi Sungaibawang – Sungai Progo, dapat diperlihatkan pada Gambar 4.10, sebagi
berikut:

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 24
250.00

200.00
Q (m3/s)

150.00

100.00

50.00

0.00
Jan-93 Oct-95 Jul-98 Apr-01 Jan-04 Oct-06 Jul-09
Durasi (Bulan)
Qhistorik Qsintetik

Gambar 4-15 Kalibrasi Model Kontinu debit air sungai dengan debit Terukur

Sedangkan Model Ketautan Kartenerdari Prakiraan debit air di badan air


Sungai Progo dipresentasikan ,sebagai berikut:

Tabel 4-5 Model Peramalan Kontinu debit air Sungai


Bulan Jenis Korelasi Koefisien Persamaan
Januari PPPQ 0.848 Qt = 56.8 + 0.256P3(t) -
0.094P1(t) - 0.044P7(t)
Februari PPQ'Q 0.695 Qt = 23.006 + 0.499Q(t-1) -
0.033P4(t) - 0.141P5(t)
Maret PPQ'Q 0.819 Qt = (-7.812) + 0.677Q(t-1)
- 0.085P4(t) + 0.164P5(t)
April PPQ'Q 0.586 Qt = (-5.125) + 0.435Q(t-1)
+ 0.066P4(t) + 0.125P5(t)
Mei PPPQ 0.431 Qt = 52.442 + 0.101X2(t) +
0.09P4(t) - 0.147P5(t)
Juni PPQ'Q 0.957 Qt = (-1.506) + 0.596Q(t-1)
+ 0.131P3(t) + 0.186P8(t)
Juli PPQ'Q 0.888 Qt = 1.419 + 0.638Q(t-1) +
0.066P3(t) + 0.011P7(t)
Agustus PPQ'Q 0.852 Qt = 5.442 + 0.577Q(t-1) +
0.259P2(t) - 0.296P3(t)
September PPQ'Q 0.948 Qt = 2.633 + 0.761Q(t-1) +
0.019P1(t) - 0.009P7(t)
Oktober PPQ'Q 0.945 Qt = 9.969 + 0.26Q(t-1) +
0.03P4(t) + 0.054P5(t)
November PPQ'Q 0.906 Qt = 1.017 + 0.913Q(t-1) -
0.023P3(t) + 0.09P4(t)
Desember PPQ'Q 0.748 Qt = (-9.959) + 0.761Q(t-1)
+ 0.102P3(t) + 0.072P6(t)

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 25
c) ModelDiskrit Chain Markov
Seorang ahli matematika Rusia A.A. Markov (1856-1922) memperkenalkan
sebuah asumsi bahwa hasil/output dari suatu percobaan (trial) bergantung hanya pada
hasil/output percobaan sebelumnya. Asumsi ini mengantarkan kita pada sebuah
formulasi dari konsep klasik proses stokhastik yang dikenal dengan Proses Markov
atau Chain Markov.
Pada proses markov, probabilitas pada suatu waktu tertentu
bergantung/ditentukan hanya dari kejadian waktu sebelumnya. Konsep CHAIN
MARKOV sendiri adalah sebagai berikut :
 Probabilitas kejadian pada suatu waktu tertentu bergantung/ditentukan hanya dari
kejadian waktu sebelumnya.
 Jika t0 < t1 < … < tn , (n = 0,1,2…) > titik-titik waktu, maka kumpulan variabel
acak {X(tn)} merupakan Proses Markov jika memenuhi kondisi sbb :
Pij = P{X(tn) = j / X(tn-1) = i} > Probabilitas transisi peluang kejadian j
terjadi jika diketahui kejadian i terjadi.

- Jika t0< t1 < … < tn , (n = 0,1,2…) menyatakan titik-titik


waktu, maka kumpulan variabel acak [X(tn)] adalah suatu
Proses Markov yang memenuhi kondisi sebagai berikut :
P{X(tn) = XnIX(tn-1) = Xn-1 ,…,X(t0) = X0}

Untuk seluruh harga X(t0), X(t1),…, X(tn)


Probabilitas PXn-1,Xn = P{X(tn) = XnIX(tn-1) = Xn-1} atau Pij = P{X(tn) = j/X(tn-1)=i}
disebut sebagai probabilitas transisi yang menyatakan probabilitas bersyarat
(conditonal probability) dari sistem pada kondisi (j) pada saat tn jika diketahui bahwa
sistem ini tetap sepanjang waktu. Dengan kata lain peluang kejadian j terjadi jika
diketahui kejadian i terjadi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model diskrit Markov merupakan
model diskrit stokastik dalam pengambilan keputusan, dimana keputusan yang
diambil pada waktu t akan mempengaruhi keputusan yang diambil pada waktu yang
akan dating (t+1). Model markov terdiri atas dua tarikan.Tarikan pertama adalah
menentukan kondisinya (state-nya) dan tarikan kedua adalah menentukan besarannya

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 26
(nilainya). Model markov ini akan menjadi model kontinu apabila Dt dibuat sekecil
mungkin.
Jika proses markov dengan n-kejadian probalilitas transisi dari kondisi i pada
Xn-1 ke kondisi j pada Xn dan diasumsikan probabilitas ini tetap sepanjang waktu,
maka transisi tersebut akan lebih mudah disusun dalam bentuk matrik. Sebuah matrik
transisi P berukuran ukuran N x N, dengan N = n m dimana n merupakan jumlah kelas
dan m adalah ketergantungan Chain Markov dalam m selang waktu. Bentuk matrik P
adalah sebagai berikut :

Tabel 4-6 Matrik Transisi Orde Satu

 p00 p01 p02 p03 ...  Kondisi Debit Kondisi Debit Waktu tn
 
 p10 p11 p12 p13 ...  Waktu tn-1 0 1 2 … N
P   p20 p21 p22 p23 ...  atau 0 P00 P01 P02 … P0N
  1 P10 P11 P12 … P1N
 p30 p31 p32 p33 ... 
 ...  2 P20 P21 P22 … P2N
 ... ... ...  … … … … … …
Tabel.1 N PN0 PN1 PN2 … PNN

Kedua matrik P diatas disebut matrik transisi homogen atau matriks stokhastik
karena semua transisi probabilitas Pij adalah tetap dan independen terhadap waktu.
Probabilitas Pij harus memenuhi kondisi :
 Pij  1 untuk seluruh nilai i ;
j

Pij ≥ 0 untuk seluruh nilai i dan j

Gambar 6 dan Gambar 7 menunjukkan contoh matrik transisi untuk model


diskrit Markov tiga kelas.Untuk membuat matrik transisi (Gambar 6), maka
perludilakukan hal-hal sebagai berikut: 1) Mengurutkan data dari kecil ke besar; 2)
Menghitung nilai probabilitas setiap data menggunakan metode weibull dimana
probabilitas setiap urutan data (Pi) ditentukan dengan persamaan Pi = mi/(N+1); dan
3) Menentukan probabilitas kumulatif untuk rangkaian data (series data) setiap bulan
dan membaginya menjadi tiga kelas (Gambar 4.1). Tiga kelas tersebut masing-masing
dengan interval sebagai berikut :
 Kelas 0 = kering à P= 0 – 1/3
 Kelas 1 = normal à P = 1/3– 2/3
 Kelas 2 = basah à P = 2/3 – 1

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 27
Gambar 4-16 Matrik transisi tiga kelas orde satu

Gambar 4-17 Kurva distribusi kumulatif

Pada setiap interval kelas ditentukan debit rata-rata yang mewakili kelas
tersebut dengan persamaan sebagai berikut :

n
Q ij
Q rj  i 1
n
Dimana QR0, QR1, dan QR2 masing-masing adalah debit rata-rata pada kelas
debit kering, normal dan basah.

4.6.8.Transformasi Pengusahaan Waduk Tunggal ke Multisektor


Studi Kasus Waduk PLTA Saguling
- Lingkungan Ekonomi
- Waduk Eksisting dan
- Perubahan Alokasi Air (Laju Permintaan Air Regional
Bandung-MDGs 2015)
Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 28
-

Gambar 4-18 Skenario Pengoperasian Waduk

Pengoperasian waduk dengan menggunakan teknik optimasi (fungsi utilitas) dengan


memperhatikan beberapa konstrains yang ada di Waduk Saguling

Konstrains waduk:
 Teori Kesetimbangan Massa
S(t+1) = St + Qin – Qout
 Batasan tampungan air (stock)
Smin=29,59 Mm3 ≤St ≤ Smax =611 juta m3 (Efektif : 560,34 Mm3)
 Elevasi muka air waduk : Hmin = 625 m< H(t) < Hmax = 643 m
 Batasan kapasitas turbin (Tmax) 4 unit, masing-masing dengan kapasitas 56
m3/dt
Objektif Pengusahaan yang optimal (Benefit) :
 Fungsi utilitas: Harga listrik konstan atau berubah terhadap waktu
 Konstan lintasan waduk ditentukan dengan menggunakan prinsip
keseimbangan massa
 Berubah lintasan waduk ditentukan dengan menggunakan metode Bellman
 Batasan iklim (Aleatoire) : Ketidakpastian debit inflow masa depan
 Model kontinu
Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 29
 Model diskrit Markov

Kurva Perbandingan Debit Historis dan Debit Prakiraan Menggunakan


Metoda Kontinu dengan data debit tahun 1986-2008

Q Historis Q Model
300

250
Debit (m3/dt)

200

150

100

50

0
1
7

37

61
67
73
79
85
91
97
13
19
25
31

43
49
55

103
109
115
121
127
133
139
145
151
157
163
169
175
181
187
193
199
205
211
217
223
229
235
241
247
253
259
265
271
Waktu (Bulan ke-)

Regression Statistics ANOVA


Multiple R 0.98 df SS MS F Significance F
R Square 0.97 Regression 1 1131841.57 1131841.57 8206.77 0.00
Adjusted R Square 0.97 Residual 273 37650.96 137.92
Standard Error 11.74
Observations 275
73

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 30
Metode Kontinu Prakiraan debit air Keterangan :
P1 =Stasiun hujan Cihampelas
P2 =Stasiun hujan Sukawana
P3 =Stasiun hujan Saguling
Bulan Persamaan P4 =Stasiun hujan Cililin
Jan Q2 = 0.007P1 + 0.074P6 - 0.072P11 + 1.346Q1 - 11.71 P5 =Stasiun hujan Montaya
Feb Q2 = 0.027P1 + 0.04P10 - 0.021P11 + 1.047Q1 + 16.15 P6 =Stasiun hujan Cisondari-1
Mar Q2 = 0.087P1 + 0.182P2 - 0.060P3 + 0.756Q1 + 11.93 P7 =Stasiun hujan Chincona
Apr Q2 = 0.027P1 - 0.007P7 - 0.026P8 + 1.248Q1 + 3.67 P8 =Stasiun hujan Paseh
May Q2 = 0.037P1 + 0.023P7 + 0.005P8 + 1.116Q1 + 1.71 P9 =Stasiun hujan Cicalengka
Jun Q2 = -0.027P1 + 0.005P10 - 0.013P11 + 1.316Q1 - 0.39 P10 =Stasiun hujan Uj.Berung
Jul Q2 = 0.05P6 - 0.049P8 - 0.032P11 + 1.366Q1 - 1.69 P11 =Stasiun hujan Ciparay
Aug Q2 = 0.032P1 + 0.012P3 + 0.006P5 + 1.153Q1 - 0.48 Q1 =Stasiun Debit Nanjung
Sep Q2 = 0.008P1 - 0.001P7 + 0.019P8 + 1.215Q1 - 0.15 Q2 =Stasiun Debit Saguling
Oct Q2 = 0.038P1 + 0.002P8 - 0.022P11 + 1.189Q1 - 0.49
Nov Q2 = 0.031P1 - 0.032P7 + 0.04P8 + 1.160Q1 - 3.56
Dec Q2 = 0.044P1 - 0.045P2 - 0.016P3 + 1.311Q1 - 0.95

Catatan : Adjusted R Square > 0,8 untuk bln Januari-Desember

65

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 31
Kurva Perbandingan Debit Historis dan Debit Prakiraan Menggunakan
Metoda Markov dengan data debit tahun 1986-2008

Q Historis Q Markov
300

250
Debit (m3/dt)

200

150

100

50

0
1
9
17
25
33
41
49
57
65
73
81
89
97
105
113
121
129
137
145
153
161
169
177
185
193
201
209
217
225
233
241
249
257
265
273
WAKTU (bulan ke-)

Regression Statistics ANOVA


Multiple R 0.79 df SS MS F Significance F
R Square 0.62 Regression 1 690087.06 690087.06 458.626 2.664E-61
Adjusted R Square 0.62 Residual 285 428834.85 1504.6837
Standard Error 38.79 Total 286 1118921.9
Observations 287

75

Pengelolaan waduk OPTIMAL

Acak

o Prakiraan debit (Model kontinu & Diskrit Markov)


o Penggunaan lintasan pedoman berdasarkan prediksi tahun musim (Diskrit
Markov 3 kls: kering-normal-basah)  Mempertahankan lintasan pedoman
o Simulasi dilakukan dengan metode KONTINU, DISKRIT, HYBRID  r >>>

648
646 St pedoman kering
643 St pedoman normal
641 St pedoman basah
TMA (m dpl)

638
St aktual
636
633 St max
631 Qin model
628 Qin aktual
626
623 Qout-optimal

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 32
Simulasi Gestion Avenir Aleatoire Skenario 1 dan 2
St Aktual St pedoman St maksimum
800
Volume air (Mm3)

700
600
500
400
300
200
100
0
11

26
31

41
46
51

61
66
71

81
86

101
106

121
126

141
146

161
166

176
181
186

196
201
206

216
221
226

236
241
246

256

276
1
6

16
21

36

56

76

91
96

111
116

131
136

151
156

171

191

211

231

251

261
266
271
Bulan ke-
800
Volume air (Mm3)

700
600
500
400
300
200
100
0
Jul

Jul

Jul

Jul

Jul

Jul

Jul

Jul

Jul

Jul

Jul

Jul

Jul

Jul

Jul

Jul

Jul

Jul

Jul

Jul

Jul

Jul

Jul
Jan

Jan

Jan

Jan

Jan

Jan

Jan

Jan

Jan

Jan

Jan

Jan

Jan

Jan

Jan

Jan

Jan

Jan

Jan

Jan

Jan

Jan

Jan
1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Tahun

Pedoman Aktual Q Turbin Smax Tmax

Kebijakan terhadap konstrain waduk :


 Prioritas pertama adalah mempertahankan volume ketersediaan air di waduk.
 Operasi waduk menyesuaikan kondisi ketersediaan air di waduk, apabila air cukup maka satu turbin
dapat dijalankan. Stmin = pada TMA +625 m dpl dan Tmin = 73 Mm3 (28 m3/dt) untuk satu mesin

1.7 Alat Ukur Debit Air

Secara umum pengukuran debit dipermukaan bebas dilakukan untuk


mengetahui berapa debit aktual yang ada untuk pemanfaatan atau pengendalian aliran
suatu badan air. Pengukuran debit umumnya dilakukan pada waktu-waktu tertentu dan
sering Sungai berkaitan dengan usaha untuk mendapatkan rating curve. Semakin
banyak pengukuran dilakukan akan semakin teliti analisa data. Untuk menentukan
jumlah pengukuran yang dilakukan tergantung kepada :
 Tujuan pengukuran
 Kepekaan aliran permukaaan bebas
 Ketelitian yang ingin dicapai
Terdapat 2(dua) metoda pengukuran debit aliran permukaan bebas , yaitu :
1. Pengukuran tidak langsung
2. Pengukuran langsung

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 33
1.7.1 Pengukuran Tidak Langsung
Pengukuran tidak langsung secara umum dilakukan dengan menghitung
kecepatan air (V) berdasarkan rumus-rumus tertentu (termasuk rumus hidrolika) yang
memerlukan hasil-hasil pengamatan dengan suatu alat sebagai datanya, maka debit
aliran (Q) dapat diperoleh, dengan rumus beriktut :
Q=VxF
dimana :
F = Luas basah saluran
V = Kecepatan rata-rata yang dihitung berdasarkan pengamatan suatu alat.
Terdapat beberapa cara pengukuran secara tidak langsung, sebagai berikut,
 Metoda Pengapung
Cara ini dipakai untuk menaksir kecepatan aliran secara kasar, karena alat ini
diamati di permukaan air. Untuk keperluan ini dibutuhkan alat pencatat waktu (stop
watch), pelampung dan pengukuran jarak 2 titik yang akan ditempuh oleh pelampung
sehingga :
D
V 
T
D = Jarak 2 titik yang dilalui
T = Waktu yang dibutuhkan untuk melalui D

 Current Meter
Kecepatan air V didapatkan dari pengukuran Current Meter ( Propeller atau tipe
“Price) dinyatakan sebagai berikut :
V = a + b.N
N = banyaknya perputaran propeller atau kerucut kecil (baling-baling) per-detik.
a = kecepatan awal yang diperlukan untuk mengatasi gesekan mekanis
a&b = merupakan konstanta yang didapat dari Kalibrasi alat
Alat ini dilengkapi dengan alat-alat elektronik dengan kounter yang
menunjukkan jumlah perputaran baling-baling.
Alat ini sering dipakai, karena mudah dipakai untuk mengukur pada aliran
permukaan bebas yang dalam (dapat diturunkan dengan kabel atau batang/Rod).

1.7.2 Pengukuran Debit Langsung


Terdapat 2 cara pengukuran debit langsung sbb,

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 34
A) Metoda volumetrik
Pengukuran dengan metoda ini dilakukan pada aliran-aliran yang kecil dengan
menggunakan bejana dengan volume tertentu (v), kemudian diukur waktu yang
diperlukan untuk mengisi penuh bejana tersebut (t)
v
Q
t
v = volume bejana
t = waktu
B) Alat Ukur Ambang Tajam
Alat ukur ambang umumnya yang digunakan ambang tajam untuk menghitung
debit alir suatu aliran dari mata air yang mengalir pada suatu seluran atau untuk
pambagi air dalam sistem irigasi dan pengukuran debit air di Instalasi Air Minum
1 . Penempatan Alat Ukur Ambang Tajam
Terdapat beberapa syarat, untuk pemasangan alat ukur ambang tajam, yaitu :
a) Pemasangan dilakukan pada ruas aliran permukaan relatif lurus dan pada
aliran langgeng (steady flow).
b) Alat ukur yang dipilih, disesuaikan dengan penampang geometrik saluran yang
diukur.
c) Alat ukur ambang Tajam dipasang simetris dan dapat mengukur fluktuasi
debit maksimum dan minimum
d) Alat ukur yang dipasang sedemikan rupa berdiri kokoh, dapat mengukur
fluktuasi debit air.
e) Perembesan melalui dasar atau sisi-sisi ambang harus dihindari
f) Harus bebas dari kotoran dan benda-benda yang hanyut (pasir, kerikil, dan
benda padat lainnya).
Ambang ukur ini didisain sedemikian rupa sehingga diperoleh hubungan
antara debit (Q) dengan tinggi muka air (h). Terdapat 2 jenis ambang ukur
yang biasa digunakan yaitu :

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 35
Gambar 4.18. : Alat Ukur Ambang Tajam V-Notch dan Cipoletti

Gambar 4- 19 Alat Ukur Ambang Tajam

2. Alat ukur Thompson


Alat ukur Thompson atau V-Notch secara sederhana dapat dilihat pada gambar
2 Rumus umum yang menghubungkan ketinggian muka air (h) dan debit (Q)
untuk alat ukur Thompson atau V-Notch adalah sebagai berikut :
8  ( 1)
Q Cd . tan .h5 / 2 2.g
15 2
dimana :
Q = debit air ( m3/det)
Cd = koefisien Kontraksi ( 0,5-0,6)
h = tinggi muka air(m)
θ = sudut ambang tajam
g = gravitasi ( g= 9,8 m/det2)

Untuk ambang dengan sudut 90o, dalam mencari hubungan ketinggian muka
air dan debit dapat juga digunakan rumus debit bendung segitiga siki-
siku(hidrologi untuk Pengairan, Ir. Suyono Sosrodarsono & Kensaku Takeda ,1980
), sebagai berikut;

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 36
Q  K .h 5 / 2 (2 )
0.24 12 h
K  81.2   (8.4  )(  0.09) 2
h D B

h = tinggi air (m)


K = koefisien debit
B = Lebar saluran (m )
D = tinggi dari dasar saluran ket titik terendah dari bendung (m )
Q = debit air ( m3/menit)

Dengan menghitung K =f(h,D,B) maka dengan proses iterasi nilai Cd untuk


alat ukur Thompson terpasang dapat diperoleh dengan membandingkan hasilnya
kurva debit air perhitungan Metode K dan metode Cd

Pelimpah Cipoletti Pelimpah V-Notch

h
h

Gambar 4-20 Alat Ukur Ambang Tajam V-Notch dan Cipoletti

3. Alat Ukur Cipoletti


Bangunan Ambang Cipoletti secara sederhana dapat dilihat pada
gambar.Rumus umum yang menghubungkan ketinggian muka air ( h ) dan debit (Q)
untuk alat ukur ambang Cipoletti adalah sebagai berikut :
2 (3)
Q .C .b.h 3 / 2 2.g
3 d
dimana :
Q = debit air (m3/det)
Cd = koefisien drag
b = lebar ambang ( m)
h = tinggi muka air(m)
g = gravitasi ( g= 9,8 m/det2)

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 37
Aliran air permukaan bebas terjadi kontraksi aliran di muka ambang tajam
sehingga Cd = 0,63 maka persamaan alat ukur Cipoletti menjadi( pers 4 ) :
Q  0,42.b.h 2g h (4)
Q  1,86.b.h 3/ 2

B . DIMENSI ALAT UKUR & KURVA DEBIT AIR


Tabel 4-1 Iterasi untuk mendapatkan nilai Cd alat ukur Thompson terpasang
Hasil dengan persamaan faktor K Rumus dengan persamaan faktor Cd
B D h(m) T T' K Q90(lt/dt) Cd g T T' h (m) Q90(lt/dt)
0.8 0.35 0.4 90 1.57 86.62173 145.975 0.6 10 90 1.57 0.4 144.700
0.8 0.35 0.38 90 1.57 86.08322 127.609 0.6 10 90 1.57 0.38 127.285
0.8 0.35 0.36 90 1.57 85.58407 110.829 0.6 10 90 1.57 0.36 111.192
0.8 0.35 0.34 90 1.57 85.12491 95.556 0.6 10 90 1.57 0.34 96.387
0.8 0.35 0.32 90 1.57 84.7065 81.714 0.6 10 90 1.57 0.32 82.831
0.8 0.35 0.315 90 1.57 84.60838 78.468 0.6 10 90 1.57 0.315 79.633
0.8 0.35 0.31 90 1.57 84.51288 75.306 0.6 10 90 1.57 0.31 76.511
0.8 0.35 0.26 90 1.57 83.70713 48.051 0.6 10 90 1.57 0.26 49.289
0.8 0.35 0.24 90 1.57 83.46495 39.222 0.6 10 90 1.57 0.24 40.350
0.8 0.35 0.22 90 1.57 83.27261 31.482 0.6 10 90 1.57 0.22 32.462
0.8 0.35 0.2 90 1.57 83.1343 24.766 0.6 10 90 1.57 0.2 25.580
0.8 0.35 0.18 90 1.57 83.05609 19.013 0.6 10 90 1.57 0.18 19.656
0.8 0.35 0.16 90 1.57 83.04707 14.162 0.6 10 90 1.57 0.16 14.643
0.8 0.35 0.14 90 1.57 83.12153 10.152 0.6 10 90 1.57 0.14 10.487
0.8 0.35 0.12 90 1.57 83.30326 6.920 0.6 10 90 1.57 0.12 7.133
0.8 0.35 0.1 90 1.57 83.63514 4.404 0.6 10 90 1.57 0.1 4.522
0.8 0.35 0.06 90 1.57 85.20645 1.251 0.6 10 90 1.57 0.06 1.261
0.8 0.35 0.04 90 1.57 87.24589 0.465 0.6 10 90 1.57 0.04 0.458
0.8 0.35 0.02 90 1.57 93.32119 0.088 0.6 10 90 1.57 0.02 0.081
0.8 0.35 0.01 90 1.57 105.3723 0.018 0.6 10 90 1.57 0.01 0.014

160 Kurva Debit Alat Ukur Thompson-Cigorowong Seda

140 450

120 400

100 350
Q(lt/dt)

80 300
Debit (Lt/dt)

250
60
200
40
150
20
100
0
0.38
0.36
0.34
0.32

0.28
0.26
0.24
0.22

0.18
0.16
0.14
0.12

0.08
0.06
0.04
0.02
0.4

0.3

0.2

0.1

50

h (m) 0
60 58 56 54 52 50 48 46 44 42 40 38 36 34 32 30 28 26 24 22 20 18 16 14 12 10 6 4 2 1
faktor K faktor Cd h (m)

Gambar 4-21 Perbandingan Hasil Perhitungan dengan menggunakan faktor K (Koefisien


debit) dan menggunakan faktor Cd.

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 38
30
4

90

45

200

Gambar 4-22 Contoh Dimensi Alat Ukur Cipoletti Irigasi

Tabel B.2.: Kurva debit air alat ukur Cipoletti – Irigasi Seda di Cigorowong
m b (m) h (m) g Q (m3/dt)
0.42 0.9 0.24 10 0.19876
0.42 0.9 0.22 10 0.17444
0.42 0.9 0.20 10 0.15120
0.42 0.9 0.19 10 0.14000
0.42 0.9 0.18 10 0.12910
0.42 0.9 0.16 10 0.10819
0.42 0.9 0.14 10 0.08855
0.42 0.9 0.12 10 0.07027
0.42 0.9 0.1 10 0.05346
0.42 0.9 0.08 10 0.03825
0.42 0.9 0.06 10 0.02484
0.42 0.9 0.04 10 0.01352
0.42 0.9 0.02 10 0.00478
0.42 0.9 0.01 10 0.00169
0.42 0.9 0.009 10 0.00144
0.42 0.9 0.008 10 0.00121
0.42 0.9 0.007 10 0.00099
0.42 0.9 0.006 10 0.00079
0.42 0.9 0.005 10 0.00060
Gambar 0.42 0.9 0.004 10 0.00043 4-23
0.42 0.9 0.003 10 0.00028
Perbandingan Hasil Perhitungan dengan menggunakan faktor K (Koefisien debit) dan
menggunakan faktor Cd.

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 39
Daftar Pustaka

Arwin, Penerapan Analisa statistik Terhadap ketidakpastian Debit Air Sungai Dalam rangka
Peningkatan Pelayanan Air Bersih Perkotaan , MAPAM IX, Seminar Teknik PERPAMSI,
Jakarta, Agustus 2001.

Arwin,Kajian Ekstremitas debit air dan Pelestarian Air di Kawasan Konservasi. Kasus Keppres
114/99 Bopuncur. Proceeding Seminar Nasional Perkembangan dan aplikasi teknologi
lingkungan dalam menghadapi Era Global, ITS Surabaya, 1-2 Oktober 2003

Arwin, Strategi Peningkatan Pengolahan Air Gambut Sebagai Sumber Air Bersih Perkotaan di
Propinsi Riau. Prosiding Seminar “ Percepatan penyediaan infrastruktur jalan TOL dan Air
Minum melalui Peran Swasta di Riau ”. Magister Teknik Studi Pembangunan ITB-
Universitas Riau, Batam 10-11 Okt 2003.

Arwin,Kajian Aspek Hidrologi, Tata Guna Lahan dan konservasi Sumber daya air di kawasan
Bopuncur. Lokakarya Nasional Pengelolaan Kawasan Jabopuncur untuk Pemberdayaan
sumber daya Air .LIPI –Jakarta, 30-31 Maret 2004.

Arwin.Numerical Model Simulation of Single Canal Surface Water Flow in Case of Down
Stream Boundary Condition Change. Internasional Symposium on Ecohydrology and the
13th Regional Steering Committee Meeting for Unesco –IHP Southeastasia and the Pasific
in Bali,Indonesia on 21-25 Nov. 2005

Arwin, Perubahan Iklim,Konversi Lahan dan Ancaman banjir & Kekeringan vs


Pembangunan Berkelanjutan Kasus kota Jasa Jakarta DAS Ciliwung –Bopunjur. Expert
Group Discustion Reformulasi Strategy Pengendalian Konversi Lahan di Indonesia ,
Ruang Rapat SG 1-5,Bappenas RI. Kamis 6 November 2008

Arwin, Iklim, Konversi Lahan dan Ancaman Banjir & Kekeringan di Kawasan Terbangun di
Indonesia.Pidato Guru Besar Majelis GB –ITB , 27 Febuari 2009

Arwin,Tren Global Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air yang Berkelanjutan. Dalam
rangka Diskusi Pakar Perumusan Kebijakan Eco-Efficient Water Infrastructure Indonesia.
Direktorat Pengairan dan Irigasi – Bappenas RI, 17 Desember 2009.

Arwin, Kajian Degradasi Rezim hidrologi terhadap Fenomena Banjir dan Intrusi air Laut di
pesisir Terbangun Jakarta – DAS Ciliwung .Organized by Institut Teknologi
Bandung(ITB),Kyoto University (KU) and Kyoto University Global Coe. Bandung,October
4-5,2010

Arwin,Study on the Effect of hydrological Regime Degradation to the Inundation of Coastal


Reclaimed Area in Jakarta –Ciliwung Watershed . Workshop on Urban Water Management
and climate change adaptation. Bandung Institute Of Tecnology - Danish Water Forun
Denmark Kampus centre Timur, Bandung 3 Maret 2011

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 40
Arwin, Dampak Degradasi Rezim Hidrologi di Kawasan Andalan terhadap Kinerja PLTA,
Infrastruktur Air Minum dan Sanitasi.Seminar Apresiasi air & Sanitasi di kawasan Budidaya
Kerma ITB–Ditjen Cipta KaryaPUPerkotaan Dalam Rangka Peringatan Hari Air Dunia KE
XVIII Tahun 2008

Arwin, Perubahan Iklim,Manajemen Air dan degradasi Infrastruktur Sumber Daya Air
Perkotaan di Zona Monsoon Indonesia. Ihwal Pantura Metropolitan Jakarta .Seminar
Pengelolaan Sungai di Perkotaan Dalam Rangka Peringkatan Hari Air Dunia KE XIX Tahun
2011Sekretariat : Kementrian PU Gedung Ditjen SDA Lantai 8 Jl. Pattimura no 20 Jakarta
Selatan Jakarta , 19 April 2011

Arwin, Kajian Keandalan Air Sungai Cisadane Memenuhi Laju Permintaan Air Baku PDAM
Kota Bogor, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota . Vol.17, No.2 Agustus 2006,
Akreditasi No.26/DIKTI/Kep/2005, ISSN : 0853 -9847.

Arwin, Kajian Keandalan Sumber Mata Air Cipaniis Memenuhi Kebutuhan Air Domestik Kota
Cirebon. Jurnal Purifikasi ITS Vol 7 No.2 Edisi bulan Desember 2006, Akreditasi

2 Bibliography

Sumber Air dan Konsep Pengembangan SPAM - Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar 41

Anda mungkin juga menyukai