Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

PENGOLAHAN LIMBAH PADAT (TL-3206)


LIMBAH PADAT KAMPUS ITB - GANESHA

Nama :
1. Sabrina Farah Salsabila 15316046
2. Altair Boonraksa 15317001
3. Putri Shafa Kamila 15317054
4. Farhan Huda 15317075
5. Nabila Safitri 15317078

Tanggal Pengumpulan :
3 Februari 2020

Dosen :
Dr. Benno Rahardian

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pengolahan
sampah termasuk ke dalam upaya penanganan sampah yang tercantum dalam Pasal 19 huruf b.
Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa pengolahan sampah merupakan suatu proses
mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah. Tujuan utama pengolahan sampah
adalah mengurangi timbulan sampah yang dihasilkan serta mengambil nilai guna dari sampah
yang masih mengandung nilai manfaat. Sementara itu, pengolahan sampah yang dilakukan
bergantung pada karakteristik sampah dan sumber sampah.

Dalam pengolahan sampah, ada tiga metode yang paling umum digunakan, yaitu metode
pengolahan fisik, termal, dan biologis. Dalam metode pengolahan fisik, perubahan karakteristik
sampah dapat dilakukan dengan pemilahan sampah secara manual atau mekanis agar menjadikan
sampah yang heterogen menjadi lebih homogen, kompaksi yang bertujuan mengurangi volume
sampah dengan mengurangi kebutuhan ruang, dan mereduksi ukuran sampah dengan
pencacahan. Untuk metode pengolahan termal, limbah padat diubah bentuknya menjadi fase gas,
cair, maupun padatan terkonversi dengan melepaskan energi panas, dimana beberapa caranya
adalah dengan insinerasi menggunakan oksigen berlebih, pirolisis yang tidak menggunakan
oksigen, gasifikasi dengan menggunakan sedikit oksigen, serta hidrotermal yang menggunakan
uap air. Sementara untuk metode pengolahan biologis, proses dekomposisi limbah padat
bergantung pada aktivitas mikroorganisme sehingga membentuk material yang lebih stabil
seperti kompos. Dalam pengolahan biologis, ada proses pengolahan aerob dimana sistem
mendapat suplai oksigen dan memiliki produk berupa kompos, serta sistem anaerob tanpa
oksigen dimana yang dihasilkan berupa gas metana, gas karbon dioksida, serta gas-gas lain.

Pengolahan limbah padat secara biologis yang paling sering dilakukan adalah dengan
pengomposan. Pengomposan bertujuan untuk menghasilkan produk berupa kompos yang dapat
digunakan untuk memperbaiki sifat tanah. Dalam teknologi pengomposan, jaringan-jaringan pada
hewan dan tumbuhan akan didegradasi sedemikian rupa, namun material-material anorganik
tidak akan dapat diolah dengan menggunakan metode pengomposan.
Pengolahan limbah padat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu pengolahan skala individu, skala
kawasan, dan skala kota. Pada pengolahan limbah padat skala kawasan, proses pengolahan yang
biasanya dilakukan adalah pemilahan, pencacahan limbah padat organik, pengomposan,
penyaringan kompos, pengepakan kompos, dan pencacahan plastik untuk daur ulang. Dalam
pengolahan limbah padat skala kawasan, pengolahan dilakukan di suatu Tempat Pengolahan
Sampah Terpadu (TPST) yang mengolah sampah yang dihasilkan oleh suatu lingkungan atau
kawasan, salah satunya adalah kampus.

Pengolahan limbah padat oleh kampus merupakan salah satu ciri dari penerapan konsep kampus
hijau (green campus). Konsep kampus hijau ini sendiri merupakan turunan dari konsep kampus
berkelanjutan. Kampus hijau bertujuan untuk mengintegrasikan pengetahuan lingkungan ke
dalam kebijakan, manajemen, dan kegiatan tridarma perguruan tinggi dalam melestarikan dan
melindungi lingkungan hidup. Dengan adanya konsep kampus hijau ini, perguruan tinggi tidak
hanya dituntut untuk menciptakan pemikir-pemikir yang andal dalam bidang akademis, namun
juga peduli terhadap pengelolaan lingkungan, salah satunya dengan pengolahan limbah padat,
demi mewujudkan mimpi pembangunan berkelanjutan.

I.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari tugas ini adalah untuk menganalisis keterolahan limbah yang dihasilkan oleh
kampus dengan menggunakan pengolahan secara biologis. Sedangkan tujuan dari tugas ini
adalah sebagai berikut.

1. Menentukan karakteristik yang paling ideal untuk pengolahan suatu limbah padat kampus
secara biologis.
2. Menentukan karakteristik lain dari limbah padat kampus yang mungkin akan memengaruhi
kinerja dari pengolahan secara biologis.
3. Membandingkan karakteristik limbah padat kampus yang ideal dengan karakteristik limbah
padat kampus Institut Teknologi Bandung.
4. Menentukan teknologi pengolahan limbah padat secara biologis yang tepat untuk pengolahan
limbah padat kampus Institut Teknologi Bandung.
I.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup analisis keterolahan limbah padat secara biologis adalah pada kampus-kampus
pada umumnya dan di kampus Institut Teknologi Bandung pada khususnya.

I.4 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan yang dilakukan dalam penyusunan tugas ini terdiri dari:

1. Bab I Pendahuluan
Meliputi latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup, dan sistematika penulisan.
2. Bab II Tinjauan Pustaka
Menggambarkan secara umum lokasi pengolahan limbah padat dan mencakup identifikasi
penghasil serta karakteristik limbah padat yang dihasilkan di kampus.
3. Bab III Analisis dan Pembahasan
Meliputi pembahasan mengenai teknologi pengolahan limbah padat di kampus dan tinjauan
best practice dari suatu kampus yang telah menerapkan pengolahan limbah padat secara
biologis.
4. Bab IV Kesimpulan dan Saran
Berisi kesimpulan dari keseluruhan isi laporan ini yang menjawab semua tujuan, serta saran
untuk pengolahan limbah padat secara biologis di kampus.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Gambaran Umum Lokasi dan Identifikasi Penghasil Limbah Padat

Lingkungan kampus merupakan lingkungan yang terdiri atas beberapa gedung dan jalanan.
Menurut Damanhuri (2010), besar timbulan sampah berdasarkan sumbernya adalah sebagai
berikut.

Tabel II.1 Besar Timbulan Sampah Berdasarkan Sumber (sumber: Damanhuri, 2010)

Komponen Sumber
No Satuan Volume (liter) Berat (kg)
Sampah
1 Rumah permanen /orang/hari 2,25-2,50 0,350-0,400
2 Rumah semi permanen /orang/hari 2,00-2,25 0,300-0,350
3 Rumah nonpermanent /orang/hari 1,75-2,00 0,250-0,300
4 Kantor /pegawai/hari 0,50-0,75 0,025-0,100
5 Toko/ruko /petugas/hari 2,50-3,00 0,150-0,350
6 Sekolah /murid/hari 0,10-0,15 0,020-0,020
7 Jalan arteri sekunder /m/hari 0,10-0,15 0,020-0,100
8 Jalan kolektor sekunder /m/hari 0,10-0,15 0,010-0,050
9 Jalan lokal /m/hari 0,05-0,10 0,005-0,025
10 Pasar /m2/hari 0,20-0,60 0,100-0,300

Berdasarkan pendefinisian lingkungan kampus di atas, timbulan sampah kampus memiliki


rentang yang luas karena jumlah gedung begantung pada luas daerah kampus. Namun, jika
ditarik kesimpulan secara umum, tempat-tempat terjadinya timbulan sampah di lingkungan
kampus adalah sebagai berikut.

a. Gedung kuliah
Gedung kuliah dapat dikategorikan sebagai sekolah pada Tabel II.1 karena timbulan
sampah menyesuaikan dengan jumlah mahasiswa.
b. Kantor
Kantor berupa ruang dosen, rektorat, kantor fasilitas penunjang di kampus, dan tata
usaha.
c. Kantin
Kantin kampus dapat dikategorikan sebagai toko/ruko pada Tabel II.1 karena kantin
berperan dalam penjualan barang dan sangat berpotensi menimbulkan sampah.
d. Jalan lokal
Jalan di dalam lingkungan kampus dianggap jalan lokal karena tidak seramai jalan
umum di luar lingkungan kampus
Selain itu, jumlah pihak yang berpartisipasi dalam kehidupan kampus sangat memengaruhi
timbulan sampah per hari, seperti jumlah mahasiswa dan karyawan serta pengaruh cuaca.
Jumlah mahasiswa pada suatu universitas negeri umumnya berkisar 4000-8000 orang per
Angkatan, serta terdapat pula lebih dari 1000 orang tenaga didik. Pengaruh cuaca dan iklim
dalam timbulan sampah antara lain musim hujan akan memperbanyak sampah basah dan musim
meranggas akan memperbanyak sampah daun.

II.2 Identifikasi Karakter Limbah Padat di Kampus

Limbah padat yang diproduksi di kampus umumnya sampah organik sebab adanya kantin yang
memegang peran penting dalam produksi sampah, terutama sampah organik berupa sampah sisa
makanan dan sampah kebun. Sampah lain berupa sampah plastik, kertas, kaleng, kayu, dan kaca
serta sampah lainnya. Sampah plastik kebanyakan berasal dari sisa kemasan makanan, kertas
berupa sisa kertas ujian dan laporan, kaleng dari sampah kaleng minuman, dan kayu, kaca, serta
sampah lainnya dari berbagai sumber dalam porsi yang sedikit.

Menurut Davidson dan Owen (2011), pembagian jenis material yang dapat membantu
pemilahan sampah adalah sebagai berikut.

a. Serat  Kertas yang tercemar


 Kardus makanan
 Kertas putih  Sampah kebun dan
 Kertas lainnya pertanian
 Kertas campuran/komposit  Pupuk
b. Organik  Lemak dan minyak
 Makanan makanan
c. Plastik: wadah dan kontainer
1. Polyethylene terephthalate
2. High-density polyethylene 3. Cairan mudah terbakar
3. Poly (vinyl chloride) 4. Padatan mudah terbakar
4. Low-density polyethylene 5. Unsur pengoksidasi,
5. Polypropylene peroksida organic
6. Polystyrene 6. Bahan beracun dan
7. Kombinasi plastik nomor 1 infeksius
hingga 6 7. Bahan radioaktif
d. Kaca 8. Bahan korosif
 Wadah dan botol kaca yang 9. Produk dan unsur lainnya
dapat dikembalikan
 Wadah dan botol kaca yang h. Sampah universal
tidak dapat dikembalikan  Lampu fluorescent
 Kaca sisa/campuran  Cat
e. Logam  Cairan kendaraan dan
 Besi/baja peralatan
 Kaleng  Segala jenis baterai
 Alumunium  Limbah B3 rumah tangga
 Tembaga  Perabotan kecil
 Barang elektronik
i. Material lainnya/campuran
f. Sampah Konstruksi dan Demolisi
 Tekstil
 Beton
 Perabotan besar
 Aspal
 Sampah medis
 Perkayuan
 Gelas sekali pakai
 Gypsum
 Kemasan campuran
 Karpet
 Logam lainnya
 Batuan dan tanah
 Logam sisa/campuran
 Sampah campuran
 Kemasan plastik yang
g. Sampah B3
tercemar (makanan atau
1. Bahan peledak
produk lainnya)
2. Gas
 Produk yang tidak dapat
didaur ulang atau digunakan
kembali (end-of-life
products)
Berdasarkan pendataan dari Direktorat Jenderal Sarana dan Prasarana ITB (2019),
sampah yang dikoleksi dari salah satu gedung kuliah di ITB selama satu bulan didapat
402,4 kg sampah organik, 313 kg sampah daur ulang, dan 61,6 kg sampah lainnya. Usaha
untuk pemilahan jenis sampah pada tahap pengumpulan dapat berupa perbedaan jenis
tempat sampah untuk berbagai jenis sampah. Sebagai contoh, di kampus ITB telah
dilakukan pembagian tempat sampah berdasarkan jenisnya, yaitu sampah dapat
membusuk dan sampah tidak membusuk.
BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN

III.1 Teknologi Pengolahan Limbah Padat di Kampus

Berdasarkan identifikasi karakeristik yang telah dilakukan, teknologi pengolahan limbah


padat yang dapat digunakan di kampus akan dibahas berdasarkan jenis sampah yang
dapat diolahnya, yakni sampah organik, sampah daur ulang, dan sampah lainnya.

III.2 Teknologi Pengolahan Limbah Padat Organik

Limbah padat yang paling dominan yang ada di wilayah kampus yakni limbah padat
dengan jenis organik. Pada dasarnya, untuk mengolah limbah dengan jenis organik,
pengolahan yang paling tepat adalah pengolahan secara biologis. Menurut Damanhuri
(2010), komposisi sampah di Indonesia yang didominasi oleh sisa-sisa makanan akan
mudah membusuk dan terdegradasi oleh mikroorganisme di alam. Oleh karena itu,
teknologi yang paling mudah untuk diterapkan adalah pengomposan.

Pengomposan merupakan salah satu teknik pengolahan limbah organic (hayati) yang
mudah membusuk. Suatu kompos dikatakan memiliki kualitas yang baik jika memiliki
karakteristik sebagai humus, bebas dari bakteri pathogen, serta tidak lagi menimbulkan
bau. Pengertian dari proses pengomposan itu sendiri yakni sebuah proses dekomposisi
yang dilakukan oleh mikroorganisme terhadap bahan organik yang biodegradable atau
sebagai biomas. Tujuan dari pengomposan antara lain sebagai berikut.

1. Mengubah bahan organik yang biodegradable menjadi bahan yang bersifat lebih
stabil;
2. Membunuh bakteri pathogen, telur serangga, dan mikroorganisme lain yang tidak
tahan pada temperature tinggi; dan
3. Menghasilkan produk yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat tanah.

Berdasarkan prosesnya, terdapat dua jenis pengomposan, yakni aerob dan anaerob.
Adapun perbedaan dari kedua proses itu adalah sebagai berikut.
Tabel III. 1 Perbedaan kompos aerob dan anaerob

No. Karakteristik Proses Aerob Proses Anaerob


1 Reaksi pembentukannya Eksoterm Endoterm
2 Produk akhir Hukus, CO2, H2O Lumpur, CO2, CH4
3 Reduksi volume Lebih dari 50% Lebih dari 50%
4 Waktu proses 20-30 hari 20-40 hari
5 Tujuan utama Reduksi volume Produksi energi
6 Tujuan sampingan Produksi kompos Stabilisasi buangan
7 Estetika Tidak menimbulkan bau Menimbulkan bau

Adapun metode kompos yang sering digunakan adalah sebagai berikut.

1. Windrow Composting

Teknologi ini merupakan teknologi yang paling sederhana dengan penumpukan bahan
kompos secara tradisional (Damanhuri, 2010). Teknologi ini menggunakan suplai
oksigen dari udara bebas yang dimasukkan ke dalam tumpukan sampah bagian bawah
dengan dilengkapi drainase penyalur udara di bawahnya. Materi kompos kemudian
akan dibiarkan terdekomposisi secara alamiah oleh bakteri sambil menghasilkan
panas. Karena adanya panas, bakteri pathogen akan terbunuh. Namun, diperlukan pula
pembalikan kompos secara berkala agar panas tidak terperangkap di bawah. Waktu
yang dibutuhkan dalam penggunaan windrow composting adalah:

 2 – 3 minggu : Kompos setengah matang


 3 – 4 bulan : Kompos matang

2. Vermikultur

Merupakan kompos dengan penggunaan cacing yang dikembangbiakan.

3. Accelerated Composting

Proses pengomposan yang biasa dilakukan di negara industri.


Berdasarkan karakteristik limbah padat di kampus, sampah organik yang mendominasi
perlu diolah secara aerob. Hal ini karena tekniknya yang mudah dan tidak diperlukan
biaya maintenance yang tinggi, sehingga akan sangat berpengaruh pada kebutuhan
SDM. Petugas yang mengoperasikan kompos hanya bertanggung jawab untuk
membalikkan tanah agar panas tidak terperangkap. Jenis komposting yang dapat
digunakan pun yakni windrow composting, karena merupakan proses yang sederhana
dan dapat menghasilkan kompos yang baik, Hasil yang didapatkan pun dapat bernilai
ekonomis dengan menjual kompos yang sudah dihasilkan.

III.3 Teknologi Pengolahan Limbah Padat Lainnya

Pada sampah kampus, cukup banyak sampah-sampah lain yang tercampur yang
dikategorikan sebagai limbah padat lainnya. Hal ini karena jenisnya yang tidak terlalu
banyak untuk dipisah-pisah sesuai jenisnya, maka dikategorikan sebagai satu jenis, yakni
sampah lain.

Salah satu teknologi dalam pengolahan sampah jenis lain ini adalah teknologi insenerasi.
Insenerasi adalah teknologi yang mengonversi materi padat menjadi materi gas (gas
buang) dan materi padatan yang sulit terbakar (bottom ash dan fly ash). Sasaran dari
teknologi insenerasi adalah:

1. Mengurangi massa dan volume limbah padat dengan proses oksidasi


2. Mendestruksi komponen berbahaya, dan dapat pula digunakan untuk limbah non
padat, seperti sludge atau limbah cair

Secara prinsip, intereasi dilakukan dengan membakar sampah dengan suatu tungu
pembakaran yang panasnya dapat dimanfaatkan sebagai energi. Prinsip proses insenerasi
adalah sebagai berikut.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan teknologi insenerasi adalah sebagai
berikut.

1. Temperature (suhu), yakni temperatur yang ideal adalah tidak kurang dari 800 °C.
2. Time (waktu), yakni fasa gas harus terpapar dalam waktu yang telah ditentuan,
biasanya sekitar 2 detik.
3. Turbulence, yakni bagaimana limbah harus terkontak sempurna dengan oksigen.

Insenerasi pun dapat menghasilkan sumber enersi terbarukan, dengan membakar sampah-
sampah sisa makanan, kertas, kayu, dan bahan non-renewable lain seperti plastik dan
karet. Oleh karena itu, dalam skala kampus, insenerasi merupakan teknologi yang dapat
digunakan. Hal yang dapat menjadi tantangan adalah mekanisme untuk pengoperasian
dan pemeliharaannya, sehingga dibutuhkan adanya kelembagaan yang jelas untuk
mengatur hal tersebut.

III.4 Teknologi Pengolahan Limbah Padat Daur Ulang

Pada limbah padat di kampus, terdapat pula berbagai sampah dengan karakteristik dapat
di daur ulang, seperti sampah botol plastik, kantung plasitk, kaleng, dan kardus. Untuk
menerapkan sistem yang terintegrasi, diperlukan adanya pengolahan lebih lanjut untuk
masing-masing jenis. Namun, dalam skala kampus, biaya yang dibutuhkan untuk
membuat teknologi pengolahan yang spesifik untuk masing-masing jenis akan sangat
besar. Sehingga, untuk jenis daur ulang, sampah dapat diberikan ke pihak ke-3 yang
dapat memanfaatkannya lebih lanjut.

III.5 Penerapan Penggunaan Terbaik

University of California, Davis atau biasanya disebut UC Davis pada tahun 2009-2010,
67% limbah padatnya dialihkan langsung ke landfill daripada didaur ulang, digunakan
kembali atau dijadikan kompos. Kampus ini fokus untuk mengurangi limbah dimulai
dengan kampanye yang melibatkan seluruh elemen kampus, termasuk staff, mahasiswa,
pekerja magang, sukarelawan, dan lain-lain.

Pada tahun 2001, pengomposan bahan organik dari fasilitas makan atau kantin kampus
dimulai sebagai proyek percontohan dengan mengumpulkan seluruh sisa makanan dari
dapur dan kantin. Pada tahun 2009, semua proyek pengomposan ini sudah berlangsung
secara optimal karena seluruh sampah organik dari fasilitas dapur dan kantin kampus
dibuat menjadi kompos. Proyek lainnya yaitu dimulai dengan membuat tempat sampah
tersendiri untuk sampah yang mudah terurai secara biologi seperti sisa makanan dan
kertas sehingga seluruh elemen kampus dapat melakukan pemilahan limbah dengan baik.
Tempat sampah dengan berbagai kategori, dilengkapi dengan keterangan gambar dan
penjelasan apa saja yang dapat dibuang sesuai dengan kategori sampahnya. Beberapa
sampah organik yang dikumpulkan di kampus dikirim ke industri kompos terdekat
sebagai bahan pembuatan kompos untuk pertanian lokal, kemudian sisanya dikirim untuk
mendukung pengujian biodigester yang dikembangkan oleh kampus. Dalam seminggu,
ada beberapa sampah organik yang dipindahkan dari dapur kampus ke lahan pertanian
mahasiswa untuk mendukung kondisi tanah di sana dengan bantuan staff mahasiswa dan
sukarelawan.

Lebih dari satu dekade lalu, Ruihong Zhang, seorang profesor Teknik Biologi dan
Pertanian di UC Davis mulai melakukan penelitian mengenai sampah organik agar dapat
diubah secara optimal menjadi energi terbarukan. Pada tahun 2014, UC Davis
bekerjasama dengan CleanWorld meresmikan teknologi bernama READ UC Davis atau
Renewable Energy Anaerobic Digester UC Davis. Teknologi ini berupa suatu tangki
besar yang menampung sisa sampah organik dengan kondisi tertutup sehingga oksigen
yang ada dalam tangki sangat terbatas kemudian terurai secara biologi oleh bakteri
anaerob dan hasilnya dimanfaatkan sebagai energi bersih untuk listrik dalam kampus.
Anaerobic digester yang dilengkapi generator canggih ini dapat megubah 50 ton sampah
organik menjadi 12.000 kWh listrik bersih setiap hari. Lokasi teknologi ini di bekas
tempat pengurukan (landfill) dalam kampus, sehingga masih terdapat gas dari landfill
yang dapat dipadukan dengan biogas sehingga menghasilkan total 5,6 juta kWh listrik
bersih per tahun dan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 13.500 ton per tahun.

Saat ini UC Davis mengembangkan solusi untuk mengolah limbah organiknya sendiri
dengan microbial fuell cell dimana sampah organik diuraikan dengan bantuan mikroba
menjadi energi terbarukan sehingga sampah yang sebelumnya tidak bernilai menjadi
bernilai dan dapat dimanfaatkan kembali.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Kesimpulan

Dalam pengolahan limbah padat di kampus Ganesha didapat kesimpulan sebagai berikut.
Limbah padat organik memiliki cara terbaik untuk diolah menggunakan metode windrow
composting dikarenakan tingkat kemudahan dalam menjalani dan mengolahnya serta
komposisi bahan organic yang banyak di kampus membuat metode ini menjadi pilihan
yang baik untuk mengolah sampah organic. Jenis sampah lainnya memiliki cara terbaik
untuk diolah menggunakan incinerator dikarenakan sampah organic yang banyak
mengandung air telah disisihkan dan tersisa sampah yang dapat dibakar dan
dimanfaatkan kalornya. Oleh karena itu incinerator merupakan metode yang dipilih untuk
mengolah sampah selain organic. Sampah lainnya yang ada juga berupa sampah yang
dapat didaur ulang semacam plastic dengan ketentuan tertentu, kardus, dan kertas-kertas.
Untuk sampah jenis ini dapat diberlakukan pengumpulan lalu diberikan kepada pihak
ketiga untuk kemudian diolah kembali.

IV.2 Saran

Menurut kelompok kami, pemberlakuan sistem secara teoritis sudah memiliki analisis
yang tepat dan rencana yang baik namun dalam keberjalanannya terdapat banyak regulasi
yang membawa hasil pelaksanaannya menjadi jauh dari rancangan ideal. Pencerdasan
kepada elemen-elemen terkait serta arahan yang tepat dapat membuat keberjalanan suatu
sistem menjadi optimal. Selain itu, insinerasi yang terdapat di dekat kampus ITB Ganesha
memiliki masalah yang cukup berat yaitu tidak dapat beroperasi kembali dan juga adanya
gangguan yang dirasakan oleh masyarakat sekitar apabila alat tersebut dioperasikan.
Pemindahan tempat insinerasi atau perbaikan fasilitas insinerasi dapat dilakukan untuk
memperbaiki dan menjalankan sistem yang telah direncanakan.
DAFTAR PUSTAKA

Damanhuri, Enri. (2010): Diktat Pengelolaan Sampah, Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat.

Davidson dan Owen. (2011): Material Categorization Guide, Dalhousie University, Halifax,
Kanada.

Direktorat Jenderal Sarana dan Prasarana ITB. (2019): Hasil Pendataan Sampah di CCAR
Oktober 2019, Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat.

Fatmawati, Safrida. 2015. Penerapan Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan di Lingkungan


Kampus (Studi Perbandingan Antara Kampus Tembalang dan Kampus Tertre Universitas
Nantes). Semarang: Universitas Diponegoro.

Penyusun. 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang


Pengelolaan Sampah. Jakarta: Sekretariat Negara.

Penyusun. 2012. Pengolahan Sampah. Jakarta: Indonesian Institute for Infrastructure Studies.

Simangunsong, Tuani Lidiawati. 2017. Pengelolaan Sampah Kampus untuk Mewujudkan


Kampus Berkelanjutan (Sustainability Campus). Surabaya: Universitas Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai