Abstract: Semarang Chinatown is a special district in Semarang City known with its chineese
culture, where chineese citizen of Semarang have been living for centuries. The sustained chineese
culture in this area makes Semarang Chinatwon as an urban heritage and cultural artefact
in Semarang City. The aims for this paper are to investigate the factors shaping Chinatown
Semarang, the development of Chinatown Semarang from time to time, the urban form elements
in Semarang Chinatown, and the correlation between morphological components of Semarang
Chinatown. This writing use some review methods, first theoritical overview to get secondary data
about physical or non-physical factors forming city, second observation area, such as collecting
photos and interviewing to get primary data. Data review analysis use qualitative data analysis
which is configured with the problems and aims that have been chosen.
Abstrak: Kawasan Pecinan Semarang adalah sebuah kawasan di Kota Semarang yang sangat
kental dengan budaya Tionghoa. Di sinilah warga keturunan Tionghoa sejak berabad-abad silam
menetap di Semarang. Adanya budaya Tionghoa yang masih sangat terjaga menjadikan Kawasan
Pecinan Semarang ini sebagai kawasan urban heritage dan artefact budaya di Kota Semarang.
Tujuan penulisan adalah untuk menemukan faktor pembentuk Kawasan Pecinan Semarang,
mengetahui perkembangan Kawasan Pecinan Semarang dari masa ke masa, mengetahui pola
bentuk dan elemen kawasan pada Kawasan Pecinan Semarang, serta mengetahui kaitan antara
faktor pembentuk kawasan terhadap perkembangan Kawasan Pecinan Semarang. Penulisan ini
menggunakan metode kajian berupa tinjauan teori untuk memperoleh data sekunder mengenai
faktor-faktor pembentuk kota, baik secara fisik maupun non fisik, serta observasi lapangan
berupa pengumpulan foto yang dilengkapi dengan wawancara untuk memperoleh data primer.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis data kualitatif yang disesuaikan dengan
permasalahan dan tujuan yang telah ditetapkan.
Kata kunci: elemen kawasan, faktor pembentuk kawasan, perkembangan sejarah Kawasan
Pecinan Semarang
1 Monica Latu Melati adalah mahasiswi S1 Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya
Yogyakarta
2 Ariadne Kristia Nataya adalah mahasiswi S1 Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya
Yogyakarta
3 Alfonsus Arianto Wibowo adalah mahasiswa S1 Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya
Yogyakarta
4 Catharina Dwi Astuti Depari adalah staf pengajar Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya
Yogyakarta
361
Melati, M.L., Nataya, A.K., Wibowo, A.A. & Depari, C.D.A., Perkembangan Kawasan Pecinan Semarang
kehadiran budaya modern masuk, seperti figure ground adalah alat penting untuk
terlihat pada masuknya beberapa bangunan mengidentifikasi tekstur dan pola dari bentuk
berarsitektur modern dan tipologi-tipologi urban, bukan hanya mengatasi problem dari
bangunan komersial modern seperti bank. order spatial tetapi juga konsep ruang dua
dimensi.
Keistimewaan Kawasa n Pecinan
Semarang secara tidak langsung dapat dilihat Setiap lingkungan urban akan memiliki
dari faktor sejarah pembentukan kawasan pola dari solid (figure) dan void (ground) yang
pecinan tersebut. Bermula dengan adanya terbentuk oleh bangunan-bangunan sebagai
pemberontakan pada VOC oleh warga dinding ruang luar tersebut yang berupa internal
Tionghoa di Samongan, dan kedatangan warga void dan eksternal void. Pendekatan figure
Tionghoa dari Batavia yang juga tidak pro pada ground dalam desain spatial mencoba untuk
VOC. Warga Tionghoa tersebut mengisolasi memanipulasi hubungan solid-void dengan
wilayah pecinan yang mereka tinggali dengan menambah, mengurangi, atau mengubah pola
mendirikan benteng yang hingga saat ini bekas geometri secara fisik.
benteng tersebut menjadi batasan kawasan, dan
tidak ada perkembangan kawasan keluar dari Linkage Theory
wilayah bekas benteng tersebut. Keberadaan Linkage system merupakan suatu
Kali Semarang juga sangat berperan penting pendekatan yang dinamis dari sistem sirkulasi
dalam perkembangan kawasan pecinan pada dan menjadi motor penggerak dari bentukan
periode awal sebagai pusat perdagangan dan kota. Dalam linkage theory, sirkulasi adalah
batasan kawasan. penekanan pada hubungan dan pergerakan yang
merupakan kontribusi yang tepat. Kekuatan
Masyarakat saat ini mungkin sudah tidak landmark pada simpul dan akhir jalur merupakan
terlalu peduli dengan sejarah tersebut. Namun, klimaks dalam linkage system, dengan linear
dapat terlihat dengan adanya perpaduan linkage tersebut maka organisasi morfologi
kebudayaan budaya Cina dengan budaya lokal kota dapat terbentuk secara struktural.
dan tergambar jelas pada tampilan arsitekturnya,
baik pada rumah toko maupun rumah tinggal, Linkage secara sederhana merupakan
seperti penggunaan atap berkarakter arsitektur perekat, yaitu suatu kegiatan yang menyatukan
Cina dan terdapat keberagaman arsitektur yang seluruh aktivitas dan menghasilkan bentuk fisik
mempengaruhi detail-detail facade. dalam kota.
362
Melati, M.L., Nataya, A.K., Wibowo, A.A. & Depari, C.D.A., Perkembangan Kawasan Pecinan Semarang
space yang telah berintegrasi dengan karakter dengan permasalahan dan tujuan yang telah
budaya dan manusia, yang juga mempunyai ditetapkan, serta mencari esensi dengan
pemahaman karakteristik nilai-nilai sosial mendudukkan kembali hasil kajiannya pada
budaya, menambahkan komponen kebutuhan tinjauan teorinya.
manusia, konteks budaya, sejarah, serta alam.
Analisis ini dilakukan dengan mengkaji
Teori place menekankan bahwa integrasi aspek fisik dan non fisik dari Kawasan Pecinan
kota tidak hanya terletak pada konfigurasi fisik untuk mendapatkan pola bentuk, elemen
morfologi, tetapi integrasi antara aspek fisik kawasan, faktor pembentuk kawasan, dan
morfologi ruang dengan masyarakat yang pengaruhnya terhadap Kawasan Pecinan
merupakan suatu tujuan yang paling utama Semarang, dengan memperhatikan sejarah
karena pada hakikatnya urban design adalah perkembangan Kawasan Pecinan Semarang
bertujuan memberi wadah kehidupan yang dari masa ke masa.
lebih baik bagi penggunaan ruang kota secara
private atau publik. Jenis Data dan Cara Pengumpulan
Data yang digunakan berupa data primer
Tipe bentuk kota terdiri dari dua bentuk serta data sekunder. Data Primer berupa data
yaitu kota organik dan inorganik. Kota organik lapangan, yang merupakan hasil observasi
terdiri dari kota organik terencana dan kota mengenai keberadaan klenteng, sungai, dan
organik tidak terencana. Kota terencana bangunan-bangunan lain sebagai elemen
dalam pola organik adalah kota yang sengaja kawasan. Selain itu, wawancara dengan
dibangun, dirancang, dan ditetapkan oleh para pengelola klenteng juga dilakukan untuk
pemegang kekuasaan atau otoritas setempat dan mendapatkan data yang mendalam yang
dengan seiring waktu yang senantiasa berjalan, semuanya akan mendukung hasil kajian.
kota dalam bentuk ini akan berkembang
menjadi kota yang lebih geometrik dan teratur Data Sekunder berupa kepustakaan,
atau berbentuk pola grid. yang merupakan hasil penelitian kepustakaan
untuk mendapatkan landasan teori yang relevan
KERANGKA KONSEPTUAL UNTUK dengan kenyataan di lapangan (Kawasan
PENELUSURAN Pecinan Semarang) dan topik kajian mengenai
pola bentuk, elemen kawasan, faktor pembentuk
Kerangka konseptual penelusuran kawasan, dan pengaruhnya terhadap Kawasan
membahas mengenai keseluruhan proses Pecinan Semarang. Pustaka yang diambil untuk
dan prosedur observasi dan dinilai untuk penulisan ini antara lain, teori mengenai pola
melengkapi tujuan dan sasaran studi ini. bentuk dan elemen kota oleh Roger Trancik
tahun 1986, faktor dominan dan non dominan
Tujuan studi adalah untuk menemukan yang mempengaruhi bentuk kota oleh Spiro
faktor pembentuk Kawasan Pecinan Semarang, Kostof tahun 1991.
mengetahui perkembangan Kawasan Pecinan
Semarang dari masa ke masa, mengetahui pola KONDISI UMUM WILAYAH
bentuk dan elemen kawasan pada Kawasan PENELITIAN
Pecinan Semarang, serta mengetahui kaitan
antara faktor pembentuk kawasan terhadap Sejarah Kota
perkembangan Kawasan Pecinan Semarang. Proses perkembangan Kawasan Pecinan
tidak lepas dari proses perkembangan Kota
Sasaran studi adalah untuk memberikan Semarang. Semarang berdiri sejak masa sekitar
rekomendasi mengenai upaya pemeliharaan abad XVl, dimana Ki Ageng Pandanaran
Kawasan Pecinan Semarang. mula-mula meletakkan dasar pemerintahan
Kota Semarang yang pertama, dimulai dari
Metode Analisis kawasan kecil di daerah Bubakan, Jurnatan,
Analisis data kajian dengan menggunakan dan Kanjengan yang seterusnya berkembang
analisis data kualitatif yang disesuaikan menjadi kota Semarang sekarang.
363
Melati, M.L., Nataya, A.K., Wibowo, A.A. & Depari, C.D.A., Perkembangan Kawasan Pecinan Semarang
364
Melati, M.L., Nataya, A.K., Wibowo, A.A. & Depari, C.D.A., Perkembangan Kawasan Pecinan Semarang
365
Melati, M.L., Nataya, A.K., Wibowo, A.A. & Depari, C.D.A., Perkembangan Kawasan Pecinan Semarang
Kulon, daerah yang paling rawan terhadap Urban Solid di Kawasan Pecinan Semarang
serangan dari luar (kini daerah ini bernama Urban Solid di Kawasan Pecinan
Beteng). Tahun itu juga beteng rubuh dan Semarang terdiri atas dua tipe, yaitu public
Kapten Kwee tertangkap VOC. monuments dan urban blocks.
Pecinan pada Masa Semarang sebagai Kota Public monument berupa kelenteng
Modernistik sampai Semarang Saat Ini disebabkan bentuknya yang khas,
Pada masa revolusi setelah kemerdekaan penempatannya pada lokasi-lokasi strategis,
Republik Indonesia, Kota Semarang terus fungsinya sebagai pusat aktivitas sosial-
bergolak menjadi perjuangan pemuda dan budaya-keagamaan masyarakat, dan didirikan
rakyat dalam melawan penjajah. Hal ini sebagai simbol ucapan syukur masyarakat atas
berakibat pada porak porandanya kehidupan kemajuan perekonomian.
kota dan masyarakatnya.
366
Melati, M.L., Nataya, A.K., Wibowo, A.A. & Depari, C.D.A., Perkembangan Kawasan Pecinan Semarang
Gambar 7. Inner block void di Kompleks Menurut Trancik (1986), figure ground
Klenteng Tay Kak Sie theory merupakan hubungan antara ruang
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2014 solid (massa bangunan) dan ruang void (ruang
367
Melati, M.L., Nataya, A.K., Wibowo, A.A. & Depari, C.D.A., Perkembangan Kawasan Pecinan Semarang
void
Gambar 10. Peta Pecinan Semarang menurut Gambar 12. Pola jalur sirkulasi di Kawasan
figure ground theory sebelum tahun 1740 Pecinan Semarang sebelum tahun 1740
Sumber: Rosiana, 2002 diolah kembali oleh Sumber: Rosiana, 2002 diolah kembali oleh
penulis, 2014 penulis, 2014
368
Melati, M.L., Nataya, A.K., Wibowo, A.A. & Depari, C.D.A., Perkembangan Kawasan Pecinan Semarang
369
Melati, M.L., Nataya, A.K., Wibowo, A.A. & Depari, C.D.A., Perkembangan Kawasan Pecinan Semarang
370
Melati, M.L., Nataya, A.K., Wibowo, A.A. & Depari, C.D.A., Perkembangan Kawasan Pecinan Semarang
Hukum dan aturan menjadi faktor dari beberapa teori dan serangkaian analisis
dominan pembentuk kawasan karena adanya tersusun dari aspek dominan, yaitu non fisik,
kedekatan Etnis Tionghoa yang berasal dari dan aspek non-dominan, yaitu fisik.
wilayah Simongan yang menyingkir ke
Kawasan Pecinan akibat tidak pro terhadap Teori Roger Trancik:
VOC dan terisolir dari Belanda dengan
kedatangan Etnis Tionghoa yang melarikan Figure Ground Theory
diri dari Batavia, dikarenakan terjadi Teori ini membahas hubungan antara
pembantaian besar di Batavia oleh VOC. ruang solid (massa bangunan) dan ruang
Hal ini mengakibatkan volume penduduk di void (ruang terbuka). Urban solid-void yang
Kawasan Pecinan Semarang yang terisolir terdapat di Kawasan Pecinan Semarang terbagi
itupun semakin tinggi. atas tipe-tipe sebagai berikut:
Kawasan Pecinan Semarang menjadi pusat a. Urban Solid di Kawasan Pecinan Semarang
perdagangan tidak dapat dipisahkan dari peran terdiri atas dua tipe, yaitu:
Kali Semarang yang menjadi faktor non dominan • Public monuments berupa kelenteng
pembentuk kawasan (Riverine settlement). Kali • Urban blocks berupa blok bangunan
Semarang sangat penting dan menjadi urat berupa perumahan war ga dan
nadi dalam transportasi dan unsur penunjang pertokoan
perdagangan yang penting bagi Kawasan
Pecinan Semarang. Kali Semarang selain b. Urban Void di Kawasan Pecinan Semarang
sebagai penunjang transportasi dan perdagangan terdiri dari empat tipe, yaitu:
juga berpengaruh penting pada pembentukan • Entry foyer space berupa jalan masuk
wilayah kawasan, dimana keberadaan Kali menuju kompleks bangunan.
Semarang menjadi batas sisi Timur dan Selatan • I nne r Bl oc k Void / Ruan g dala m
dari Kawasan Pecinan Semarang pada periode Bangunan merupakan void yang berada
awal hingga sekarang. di kompleks bangunan. Bangunan
yang memiliki inner block void adalah
Selain keberadaan Kali Semarang yang Klenteng Tay Kak Sie
menjadi faktor non dominan pembentuk • Streets/jalan yang terdapat di Kawasan
kawasan, faktor non dominan lain ialah Pecinan Semarang.
keberadaan benteng pada periode awal • Linear open-space system/ sistem
pembentukan kawasan (Defensive Site). ruang terbuka linear berupa jalan
Keberadaan benteng tersebut yang pada inspeksi dan sungai (Kali Semarang)
awalnya sebagai aspek pertahanan kawasan yang mengelilingi kawasan.
berkembang menjadi elemen pembentuk
Kawasan Pecinan Semarang. Benteng semi Linkage Theory
permanen tersebut dalam perkembangannya Teori ini berkaitan erat dengan faktor
menjadi batas sisi Barat dari Kawasan Pecinan fungsi dan membahas jalur sirkulasi/jalan
Semarang pada periode awal. Saat ini, walaupun dalam suatu kawasan sebagai penghubung
benteng sudah tidak lagi berdiri, tetapi area antar bagian dalam sebuah kawasan. Secara
bekas benteng tersebut tetap menjadi batas sisi umum jalur sirkulasi pada Kawasan Pecinan
barat kawasan. Semarang menggunakan pola modified grid,
dibentuk oleh dua atau lebih jalan-jalan sejajar
KESIMPULAN yang saling berpotongan pada jarak yang sama
dan menciptakan kawasan-kawasan dengan
Berdasarkan hasil pencarian data dan ruang berbentuk segiempat. Bentuk grid
pembahasan yang telah dilakukan, maka pada jalur sirkulasi (jalan-jalan) menciptakan
diperoleh kesimpulan sebagai berikut: efisiensi yang lebih efektif dan mudah dalam
pencapaian sehingga fungsi Pecinan Semarang
Pola bentuk dan elemen kawasan, sebagai kawasan perdagangan terfasilitasi
serta faktor pembentuk kawasan bila ditinjau dengan baik.
371
Melati, M.L., Nataya, A.K., Wibowo, A.A. & Depari, C.D.A., Perkembangan Kawasan Pecinan Semarang
372
Melati, M.L., Nataya, A.K., Wibowo, A.A. & Depari, C.D.A., Perkembangan Kawasan Pecinan Semarang
373
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 10, Nomor 6, Oktober 2014
374