ABSTRAK
Gerakan pelestarian merupakan salah satu elemen penting dalam menjaga keunikan dan
kelestarian kawasan dan kota pusaka. Dalam konteks kota pusaka, pembangunan perkotaan
sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pelestarian ruang kota. Penelitian ini
mengeksplorasi hubungan antara gerakan pelestarian dengan karakter pola ruang Kota
Lasem. Tujuan penelitian adalah menemukan keterkaitan antara pola ruang dengan gerakan
pelestarian pusaka. Metode penelitian menggunakan historis-interpretatif melalui data
sekunder dikombinasikan dengan observasi lapangan. Variabel penelitian terdiri dari aktor
dan kegiatan pelestarian serta perkembangan ruang kota. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa aktor pelestarian terdiri dari pemilik bangunan, pengelola, dan komunitas pelestarian.
Kegiatan pelestarian yang dilakukan banyak terkait pelaksanaan seni budaya dan
mempertahankan fisik bangunan bersejarah. Serta adanya pengaruh gerakan pelestarian
terhadap adaptasi fungsi bangunan pusaka di Kota Lasem.
Kata kunci : Lasem, gerakan pelestarian pusaka, konservasi, adaptasi, bangunan pusaka
ABSTRACT
The heritage movement is one of the important elements in maintaining the uniqueness and
sustainability of historic cities. In the context of heritage cities, urban development is very
influential on the development of urban space. This study explores the relationship between
the conservation movement and the spatial pattern of Lasem City. The aim of the research is
to find the relationship between spatial patterns and the heritage conservation movement.
The historical-interpretive method is used through secondary data combined with
observations. The research variables consist of conservation actors, activities, and urban
spatial development. The results showed that conservation actors consist of building owners,
managers, and conservation communities. Many of the preservation activities carried out are
related to the implementation of cultural arts as well as building conservation. It is proven
that there is the influence of the preservation movement on heritage buildings function
adaptation in Lasem City.
183
Agora: Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Arsitektur Usakti ,
Volume 20, Nomor 2, Desember 2022
sebagai kota pusaka. Gerakan pelestarian dengan adaptasi bangunan pusaka dapat
merupakan salah satu hal penting dalam digunakan untuk melihat kecenderungan
menjaga keunikan sekaligus keberlanjutan di masalah serupa di kawasan lain sekaligus
kawasan dan kota pusaka/ bersejarah. memperlihatkan faktor penyebabnya.
Gerakan tersebut umumnya mengacu pada
kebijakan pelestarian di skala nasional namun B. STUDI PUSTAKA
penerapannya bisa berbeda antar dinas dan B.1. Gerakan Pelestarian
level pemerintahan (Anggraenie & Setyono, Gerakan pelestarian merupakan salah satu hal
2020). Perbedaan penerapan tersebut dapat penting dalam menjaga keunikan sekaligus
mempengaruhi bentuk fisik kawasan pusaka keberlanjutan di kawasan dan kota pusaka.
yang akhirnya dapat merubah karakter ruang Merujuk Zeater dkk (2018), titik tolak gerakan
kota. Perkembangan pembangunan kota pelestarian diawali dari revolusi Prancis 1789,
memang tidak dapat dielakkan, namun harus Perang Dunia Pertama 1914, Perang Dunia
tetap memperhatikan pelestarian aset pusaka Kedua 1945, Runtuhnya blok sosialis 1989,
di kota tersebut. Kondisi ini menyebabkan dan awal Era Globalisasi.
pentingnya identifikasi aktor, kegiatan Peran penting gerakan pelestarian terutama
pelestarian, dan perkembangan ruang kota. yang dilakukan oleh komunitas menjadi salah
Hal serupa berlangsung di Kota Lasem yang satu strategi pelestarian yang dikeluarkan oleh
saat ini sedang berproses untuk ditetapkan UNESCO di tahun 2007 (Labadi dkk, 2021)
sebagai kota pusaka. Beberapa riset mengenai dan ditegaskan lagi oleh Bienstman dkk
karakter kota maupun gerakan pelestarian (2020). Di Indonesia, berbagai kebijakan
pusaka di Kota Lasem telah dilakukan oleh terkait cagar budaya mengacu ke UU No. 10
peneliti-peneliti terdahulu. Penelitian terkait Tahun 2011 tentang Cagar Budaya, meskipun
karakter kota yang telah dilakukan antara lain terdapat ragam penerapan kebijakan terutama
mengenai karakter pecinan (Wulanningrum, di level daerah dan dinas (Anggraenie &
2017; Sudarwani dkk, 2019, Rachmayanti Setyono, 2020). Melalui UU tersebut, peran
dkk, 2017), adaptive reuse (Kwanda, 2020), masyarakat ditingkatkan untuk terlibat dalam
dan arkeologi (Riyanto dkk, 2020). Penelitian upaya pelestarian. Kebijakan tersebut tertulis
mengenai gerakan pelestarian pusaka antara pula di Pasal 63 Permen No.19 Tahun 2021
lain berhubungan dengan wisata budaya tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan
(Wulandari dkk, 2020). Sampai saat ini, Bangunan Gedung Cagar Budaya Yang
belum ada penelitian mengenai keterkaitan Dilestarikan. Peraturan tersebut menyebutkan
antara gerakan pelestarian pusaka dengan pola bahwa komunitas dapat melakukan edukasi,
ruang di Kota Lasem. Kondisi ini promosi, maupun pengawasan terhadap
menyebabkan pentingnya penelusuran lebih bangunan pusaka. Perbedaan penerapan
lanjut tentang keterkaitan antara gerakan kebijakan tersebut mempengaruhi bentuk fisik
pelestarian pusaka dengan pola ruang di Kota kawasan pusaka. Dalam ranah kota pusaka,
Lasem. Penelitian ini bertujuan menemukan keterkaitan antara pelaku, gerakan pelestarian,
peran gerakan pelestarian terhadap dan adaptasi bangunan menjadi sangat penting
perkembangan pola ruang di Kota Lasem. untuk diidentifikasi.
Keterkaitan antara gerakan pelestarian pusaka
184
Maria Immaculata Ririk Winandari: Pengaruh Gerakan Pelestarian Pusaka Terhadap Adaptasi Bangunan
Bersejarah Di Kota Lasem (183-191)
185
Agora: Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Arsitektur Usakti ,
Volume 20, Nomor 2, Desember 2022
186
Maria Immaculata Ririk Winandari: Pengaruh Gerakan Pelestarian Pusaka Terhadap Adaptasi Bangunan
Bersejarah Di Kota Lasem (183-191)
187
Agora: Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Arsitektur Usakti ,
Volume 20, Nomor 2, Desember 2022
1) Rumah Merah
Gambar 3.
Komunitas ‘Kesengsem Lasem” memberi
Perkembangan Kota Lasem sejak 2002-2022
saran kepada pemilik rumah di jalan
Sumber: google earth
Karangturi Gang 4 di tahun 2018. Mulanya,
rencana pemilik merobohkan bangunan
D.3 Faktor Gerakan Pelestarian yang
rumahnya. Rencana berubah menjadi
Mempengaruhi Adaptasi Bangunan di
memperbaiki dan melestarikan bangunan
Lasem
tersebut dan memanfaatkannya menjadi toko
Kecenderungan perkembangan Kota Lasem
suvenir, kado, dan kerajinan batik.
yang statis setelah tahun 2002 serta tahun
Bangunan tersebut saat ini menjadi salah
munculnya gerakan pelestarian di Kota Lasem
satu daya tarik wisatawan di kompleks
memperlihatkan keterkaitan antara gerakan
penginapan wisata ini. Halaman rumah
pelestarian dan adaptasi bangunan pusaka.
bangunan diubah menjadi innercourt yang
Komunitas pelestari pusaka di Kota Lasem
berfungsi sebagai ruang penerima sebelum
memiliki kecenderungan kegiatan pelestarian
menuju bangunan Rumah Merah (gambar 4).
sesuai perhatian pendiri dan anggotanya.
Hal ini memperkuat pernyataan Santoso dkk
Komunitas memiliki perhatian pada aset fisik
(2020) akan besarnya peran masyarakat
pusaka dalam melestarikan bangunan dan
setempat dan komunitas Tionghoa dalam
lingkungan bersejarah khususnya rumah
kegiatan pelestarian secara fisik.
tinggal berlanggam arsitektur Tionghoa di
kawasan Pecinan.
Para pemilik bangunan melakukan
konsultasi rancangan melalui jaringan
komunitas tersebut, sebelum melakukan
perbaikan atau renovasi rumahnya. Yayasan
Lasem Heritage juga melakukan pengawasan
Gambar 4.
terhadap pembangunan terhadap proses
Rumah Merah Heritage Lasem di kawasan
pembangunan yang dilakukan pemerintahm di
Pecinan.
kawasan Lasem, khususnya ketika
pelaksanaannya tidak megindahkan temuan
2) Museum, Guesthouse & Creative Space
artefak penting dari masa lalu, yang
Nyah Lasem
seharusnya dilindungi. Informasi melalui
Jejak penting kontribusi gerakan
media sosial menjadi strategi komunitas
komunitas pelestarian lainnya, adalah
heritage Lasem untuk membangun kesadaran
kehadiran Museum, Guesthouse &
warga tentang pentingnya menjaga kota,
188
Maria Immaculata Ririk Winandari: Pengaruh Gerakan Pelestarian Pusaka Terhadap Adaptasi Bangunan
Bersejarah Di Kota Lasem (183-191)
Creative Space Nyah Lasem di Gang V arsip, peralatan rumah tangga dan benda-
Karangturi, Lasem. Diawali dengan dialog benda lain peninggalan keluarga Tionghoa di
antara Baskoro BD - yang lebih dikenal Lasem, seperti: Kwitansi pembayaran pajak,
sebagai Mas Pop, pendiri Rembang listrik, air bersih dan arsip penting lainnya dari
masa lalu. Juga benda-benda yang ada di
Heritage Society (2011), dengan guru
setiap rumah: Peralatan memasak, kipas angin
filatelinya, Afnan Soesantio. Soesantio
dan lain sebagainya.
memiliki sebuah bangunan yang dimiliki
Tempat berkumpul dan berkegiatan,
keluarga besar-nya sejak 1850 dan seperti pameran tentang hal-hal terkait
difungsikan sebagai museum milik heritage dan kebudayaan tentu sangat penting
keluarga. bagi komunitas pelestarian Lasem.
Sejak dikontrak oleh tetangganya, Keberadaan bangunan Museum, Guesthouse
rumah ini belum juga diserahkan kembali, & Creative Space Nyah Lasem ini menjadi
tanpa ada kejelasan. Saat Soesantio wujud pembuktian keseriusan upaya,
mengetahui kegiatan Mas Pop dalam integritas dan komitmen komunitas pelestari
komunitas heritage, langsung Lasem, khususnya untuk Yayasan Lasem
Heritage, Rembang Heritage society dan
memutuskan untuk mengajaknya
Kesengsem Lasem.
menyelesaikan masalah tersebut dan
memanfaatkan bangunan ini. Jadilah
KESIMPULAN
Museum, Guesthouse & Creative Space Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
Nyah Lasem ini pada sekitar tahun 2016. gerakan pelestarian yang dilakukan di Lasem
Saat ini Museum dikelola oleh Yayasan sejak 2010 hingga 2022 berpengaruh terhadap
Lasem Heritage (Gambar 5) . kelestarian bangunan pusaka di Kota Lasem.
Gerakan pelestarian tersebut dilakukan oleh
pemilik, pengelola, dan komunitas
pelestarian. Kegiatan pelestarian yang
berpengaruh terhadap bangunan pusaka di
Lasem adalah pelestarian secara adaptasi atau
adaptive reuse. Hal ini diperlihatkan dengan
perubahan guna bangunan rumah tinggal.
Gambar 5. Sebelum gerakan pelestarian muncul, rumah
Museum Nyah Lasem. terbengkelai dan akan dibongkar. Saat
gerakan pelestarian muncul, bangunan
Rumah kuno yang dulunya berfungsi sebagai dimanfaatkan untuk fungsi baru.
rumah tinggal, saat ini sudah dilengkapi
dengan fungsi warung, pameran dan
penginapan. Area pameran temporer, area DAFTAR RUJUKAN
warung, ruang duduk di teras museum, dan Bienstman, H. Chapagain, NK. Imon, SS.
ruang utama museum berada di lokasi yang Kim, I. Leitao, L. Unakul, M. 2020.
sama. Bangunan utama dijadikan area Competence Framework For Cultural
pameran tetap Museum. Memamerkan tipikal
189
Agora: Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Arsitektur Usakti ,
Volume 20, Nomor 2, Desember 2022
190
Maria Immaculata Ririk Winandari: Pengaruh Gerakan Pelestarian Pusaka Terhadap Adaptasi Bangunan
Bersejarah Di Kota Lasem (183-191)
191