Anda di halaman 1dari 6

CRITICAL REVIEW

Eksplorasi Green Urbanisme Melalui Desain Paralel terhadap


Sosial Ekonomi Kota yang Terfragmentasi
(Nuryahya Abdullah/PWL/A156140021)

Kata Kunci : Green city dan Urban Planning

Mukaddimah
Perencanaan konvensional telah gagal dalam mengarahkan pertumbuhan secara
berkelanjutan. Munculnya kota baru pada kenyataannya sebagai upaya pemanfaatan
ruang menghilangkan hirarki dan fungsi penataan ruang karena tidak adanya
pengendalian pemanfaatan ruang itu sendiri, yang mendorong miring dan hanya melayani
bagian yang makmur. Aspek politis selalu merupakan faktor penentu dalam setiap
pengambilan keputusan dari pengembangan suatu kota sehingga setiap kali ide green-
urbanisme dikembangkan hanya menjadi wacana dan menghilangkan tujuan perencanaan
yakni “mengembalikan publik dari keterasingan” itu menjadi angan-angan.
Tujuan : Untuk Mengetahui sejauh mana tingkat keadilan, kenyamanan dan kesejahteraan
kaum urban terhadap pengembangan kota baru
Klasifikasi Jurnal:

Deskripsi
Konsep Green-Urbanism merupakan suatu model tiga dimensi yang mempunyai
bentuk, dan rupa yakni nol emisi (zero emition) serta nol limbah (zero waste), dimana
ide-ide desain kreatif bagi pembaruan perkotaan dan keberlanjutan lingkungan.
Pengembangan atau merekayasa ulang kota dengan memperhatikan aspek sosial dan
lingkungan yang berkelanjutan pada kabupaten kota. Dalam jurnal ini mengasumsikan
bahwa setiap pembangunan kota baru mengabaikan tiga aspek fokus dalam rencana
pembangunan kota yakni green-Urbanisme, ruang publik, dan model berkelanjutan untuk
tujuan jangka panjang. Setelah melihat dinamika sosial ekonomi yang terjadi pada
perubahan kota baru, penulis mengajukan sebuah pertanyaan bahwa apakah suatu
perencanaan kota baru memberikan rasa keadilan dan kenyamanan terhadap kaum urban
secara komprehensif, baik berupa keunikan identitas, nilai budaya, diversiti, dan karakter
autentik dari setiap individu yang bersifat dinamis secara berkelanjutan. Grafis
representasi dari model menunjukkan pelaku, skala dan analisis bidang, juga memetakan
hirarki dari pengguna kepada pemerintah. Jurnal ini lebih menonjolkan model urban
desain secara menyeluruh dengan melakukan pendekatan karakteristik yakni pelaku,
skala, dan analisis urban desain.

Analisis Kritk

Perencanaan kota baru yang masih bertumpu pada pertumbuhan morfologi kota
sehingga melahirkan sebuah perencanaan yang bersifat memihak pada yang makmur dan
memunculkan ketimpangan terhadap aspek karakteristik tiap budaya di setiap kawasan.
Perencanaan yang bersifat konvensional, berhirarki tidak memberikan fungsi
sebagaimana mestinya dikarenakan adanya variabel manusia didalamnya yang bersifat
dinamis.
Penelitian yang dilakukan oleh Usama Nassar, seorang asisten Professor di
Departemen Arsitektur Fakultas Teknik di Universitas Suez Canal. Penelitian ini
dilakukan untuk melihat lebih jauh tentang pentingnya membangun sebuah Green
Urbanism dalam perencanaan yang bersifat terpadu sehingga aspek kenyamanan,
keamanan,dan keadilan itu tercapai di kota Kairo, Mesir. Dalam Jurnal ini menggunakan
pendekatan yang bersifat holistik sehingga proses desainnya bersifat berkesinambungan
dan kotinyu. Setelah saya membaca dan memahami jurnal ini terdapat beberapa kelebihan
dan kekurangan. Kelebihan yang saya temukan adalah sebagai berikut: Pertama, Isi topik
jurnal ini sangat relevan dengan membangun sebuah konsep green urbanisme yang
berkelanjutan sehingga bisa menjadi bahan pertimbangan dalam membangun sebuah kota
baru. Kedua, Pendekatan yang dilakukan dalam jurnal ini sangat bersifat terbarukan,
dimana manusia sebagai aktor yang bersifat dinamis sedangkan kelemahan yang saya
temukan dalam jurnal ini adalah kurang sistematisnya metodologi yang digunakannya.
Sejalan dengan itu, Martina Artmann yang merupakan peneliti dari Departemen
Geografi and Geologi, Universitas Paris Lodron Salzburg, Hellbrunnerstraße,
mengembangkan suatu peneletian dengan tujuan untuk mengetahui peran politis
pemerintah dan kaum urban terhadap penyegelan tanah pada penegembangan kota baru.
Dalam jurnalnya menggunakan analisis yang dilakukan di Jerman. Manajemen
penyegelan tidak memiliki spasial strategis gambaran serta pertimbangan
layanan yang diberikan oleh tanah subur. Tulisan ini menimbulkan pertanyaan (1) strategi
apa yang dapat dianggap sehingga dapat mengefisienkan manajemen ekologis
berkelanjutan terhadap penyegelan tanah perkotaan dan (2) siapa yang memiliki
kompetensi dan harus bertanggung jawab untuk mengarahkan penyegelan tanah. Setelah
mendalami jurnal Artmann, maka saya menemukan kelebihan dari metode dan temuan
dari jurnal ini yakni pendekatan yang dilakukan sangat relevan dengan dinamika yang
terjadi dalam proses perencanaan suatu kota. Metode yang digunakan juga sangat
sistematis, dihubungkan dengan hal diatas, kelemahan dari jurnal yang dibangun oleh
Artmann yakni tidak memberikan kejelasan akan asumsi yang dibangun berdasarkan hasil
yang diperoleh.
Balooni et, al. Mengungkapkan bahwa ruang hijau perkotaan relatif langka di
negara-negara berkembang, dan negara-negara seperti menghadapi tantangan terkait
dengan keberlanjutan perkotaan mengingat urbanisasi yang cepat di era pasca-ekonomi
liberalisme. Mereka mempelajari tentang perubahan dalam pekarangan (bentuk ruang
hijau pribadi dengan vegetasi bertingkat yang berlimpah di daerah tropis) di kota
Kozhikode, Kerala, India. Menilai dinamika pekarangan 2000-2010 berdasarkan
karakteristik sosial ekonomi rumah tangga. Peneliti mengungkapkan penurunan dari
11,5% budidaya tanaman pekarangan, ini mencerminkan hilangnya keberlanjutan
perkotaan. Struktur flora pemilik lahan kecil telah berubah ke arah makanan kontribusi
pekarangan dalam melengkapi keberlanjutan mata pencaharian. Setelah memeriksa
mekanisme kebijakan yang ada dan memungkinkan, mereka mengusulkan lokal
partisipasi masyarakat di bawah naungan pemerintahan yang terdesentralisasi, yang kini
telah berkembang sebagai alat kebijakan utama untuk mencapai kelestarian lingkungan di
negara-negara berkembang, untuk promosi dan konservasi ruang hijau privat. Jurnal ini
mendukung konsep green-urbanisme sebagai dasar pengembangan suatu kota baru.
Dalam penyusunan metodologi Balooni et, al. Pada jurnalnya masih tidak sistematis,
sedangkan konsep yang disajikan lebih ditonjolkan melalui kesimpulan yang ditampilkan.
Seiring dengan dinamika pengembangan ilmu Barau et, al. Meneliti kota Kano
yakni kota terbesar Nigeria utara dengan mengeksplorasi potensi CHANS framework.
Peneliti menggambarkan adat perkotaan dan analisis dari abad ke-19, ke-20 dan, abad ke-
21 sehingga menemukan perubahan signifikan kota tradisional yakni bangunan, gaya
atap, bentuk jalan, distribusi kolam, dan ruang terbuka hijau. Penduduk pada lahan
perkotaan juga menjadi kekuatan pendorong utama di balik perubahan. Salah satu hasil
bencana dari perubahan ini yakni banjir bandang. Dalam menarik perhatian pelajaran
yang lebih luas untuk perencana kota dalam konteks negara berkembang lainnya, penulis
menekankan kebutuhan untuk menganalisis acara spasial dan non-spasial terkenal di
kota-kota dalam kaitannya mengubah dinamika morfologi perkotaan. Dengan pendekatan
morfologi perkotaan, penulis menonjolkan konsep yang dijadikan topik, dimana
perubahan dinamika morfologi perkotaan menyebabkan bencana.
Sejalan dengan konsep Green Urbanisme, Dempsey et, al. melihat bahwa
kepadatan hunian yang tinggi merupakan elemen penting dari konsep kota terpadu yakni
penggunaan lahan campuran, baik di daerah perkotaan, dan jaringan transportasi umum
yang mudah diakses sebagai masalah sehingga dengan adanya sedikit konsensus tentang
bagaimana pembangunan rumah yang padat harus melihat dampak lingkungan perkotaan
terhadap warga. Penulis mencoba mengatasi kesenjangan ini dalam pengetahuan dengan
mengeksplorasi konsep kepadatan dalam konteks keberlanjutan, menyerukan pada bukti
empiris yang dilakukan di Inggris oleh proyek penelitian CityForm. Peneliti menguji
hubungan antara unsur-unsur bentuk perkotaan termasuk density dan keberlanjutan.
Makalah ini secara khusus mengacu pada hubungan antara kepadatan dan aspek sosial
keberlanjutan, keadilan sosial khusus misalnya akses ke layanan dan fasilitas, ekuitas
lingkungan yaitu akses, penggunaan ruang terbuka hijau dan keberlanjutan masyarakat
termasuk persepsi keamanan, interaksi sosial dan stabilitas masyarakat. Mereka
melaporkan temuan penelitian empiris yang meneliti sejauh mana kepadatan memiliki
pengaruh pada kecenderungan warga untuk terlibat dalam kegiatan sosial yang
berkelanjutan yang menjadikan kelebihan dari jurnal mereka.
Gangopadhyay e, al. menginvestigasi kerugian besar yang diakibatkan kaum
swasta dan didefinisikan dalam hal nilai tambah ekonomi pekarangan secara empiris
bahwa kerugian dari waktu ke waktu, terkait negatif dengan infus teknologi di tingkat
rumah tangga, yang di ukur dengan menilai peningkatan jumlah komputer pribadi yang
dimiliki oleh rumah tangga. Penulis menyediakan kerangka kerja ekonomi untuk
membahas implikasi dari proposisi yang menjadikan metodologi dari konsep mereka
lebih jelas.Sifat eksternalitas positif yang terkait dengan pribadi, ruang hijau perkotaan
menuntut intervensi kebijakan oleh Negara.
Georgescu et, al. menyadari bahwa efek rumah kaca memiliki potensi bencana
dimasa yang akan datang. Mereka menggambarkan hasil pemodelan beberapa ekspansi
perkotaan yang berbeda berjangka untuk Amerika Serikat pada tahun 2100. Setiap desain
perkotaan adaptif, ekspansi megapolitan, sendirian dan terpisah dari gas rumah kaca gas
dapat diharapkan untuk meningkatkan suhu mendekati permukaan 1-2 ° C bukan hanya
pada skala kota. Dengan mendukung konsep green urbanisme mencoba mengukur
seberapa pilihan bijaksana dalam perencanaan kota dan mengasumsikan desain tidak bisa
menangkal dampak iklim dari ekspansi perkotaan itu sendiri. Kelebihan dari hasil
penelitian juga mengungkapkan pengorbanan diantara pilihan adaptasi yang berbeda
untuk beberapa daerah, menunjukkan perlunya geografis yang tepat strategi daripada satu
ukuran cocok untuk semua solusi.
Haeseong Jae memperkenalkan konsep keberlanjutan untuk mengusulkan sebuah
kota hijau pertumbuhan gaya Korea di mana manusia bisa hidup berdampingan dengan
lingkungan. Kota yang berkelanjutan membutuhkan model pendekatan baru sebagai
pengembangan pinggiran kota-kabupaten Model, seperti taman kota, dianggap ramah
lingkungan. Dengan demikian model baru untuk pertumbuhan hijau ala Korea melalui
konsep-konsep yang terintegrasi dari kota kompak, pertumbuhan pintar, dan
keberlanjutan. Kota Korea-hijau pertumbuhan dapat menjadi solusi untuk masalah
perubahan iklim, berkat keseimbangan bilateral antara pembangunan kota dan
perlindungan lingkungan. Kota ini dapat dikembangkan menjadi bangsa pendorong
pertumbuhan baru melalui budidaya industri hijau, dan diyakini memiliki potensi untuk
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat kota melalui pembangunan masyarakat
daerah yang berkelanjutan di bidang econo-enviro budaya. Ide topik dari penulis
diituangkan melalui konsep desain keberlanjutan.
Kekosongan lahan merupakan fenomena yang terus-menerus dalam lanskap
perkotaan di Amerika Serikat, namun sedikit yang diketahui tentang cara-cara banyak
kosong yang digunakan dalam praktek dan fungsi mereka melayani di masyarakat
setempat. Kremer et, al. menawarkan wawasan ke dalam komposisi, kegunaan dan
lingkungan konteks lahan kosong di New York City. Menggunakan ArcGIS dan Google
Earth, Peneliti melakukan survei visual 5% dari lahan kosong di setiap New York City
borough, mengumpulkan tutupan lahan dan data penggunaan aktual. Lingkungan
pendapatan dan banyak vegetasi secara signifikan berhubungan dengan sebagian besar
cara-cara yang banyak kosong yang digunakan dalam praktek. Secara khusus, banyak
yang sebenarnya tidak terpakai (33%) cenderung berada di lingkungan dengan kepadatan
penduduk yang relatif tinggi dan tingkat pendapatan rumah tangga rata-rata rendah.
Kevalidasian data dari pengembangan model yang digambarkan oleh peneliti masih
kurang sehingga dalam penelitiannya seharusnya melakukan survey langsung walaupun
hanya untuk menguji coba beberapa titik sampel. Akan tetapi, Penelitian ini bersifat
terbarukan berdasarkan ide dari topik penulis.
Larondelle et, al. menyajikan analisis pertama dari keragaman mengatur jasa
ekosistem (ESS) –Key variabel untuk kelestarian lingkungan global dan perubahan di era-
di perkotaan secara global bagian penting dari dunia urban, Eropa perkotaan. Peneliti
memetakan pola pan-Eropa pertama dan mengatur jasa ekosistem di daerah inti perkotaan
dan pedalaman terkait dan membahas data yang melawan latar belakang sejarah dan
perencanaan pembangunan lahan budaya masing-masing kota. Peliti menunjukkan bahwa
distribusi heterogen mengatur jasa ekosistem di seluruh kota-kota Eropa, dan menemukan
perbedaan yang cukup besar antara penyediaan kota inti dan pedalaman, pengelompokan
wilayah Eropa sesuai dengan potensi mereka untuk perkotaan ekosistem layanan
provisioning serta pasokan jasa ekosistem peringkat untuk kota-kota Eropa. Kelebihan
dari jurnal inimembuktikan bhwa gambaran keseluruhan pertama layanan di perkotaan
Uni Eropa mengatur dan menyediakan informasi keputusan pada aspek-aspek kunci dari
kebijakan Eropa di masa depan dan strategi yang melibatkan alam perkotaan, hijau spasi
dan kesehatan.
Kota kontemporer terancam oleh pembangunan perkotaan mengurangi qualityand
lingkungan secara keseluruhan memecah-belah pemandangan alam dan pertanian.
Sebagai hasil dari fragmentasi ini jumlah Non Urbanisasi Wilayah (NUAs) hadir dalam
konteks perkotaan makin menurun. Daerah ini tanah includecultivated, Lahan pertanian
terbengkalai, Grassland, Woods dan Semak yang sering berada di kota-kota pinggiran
kota 'pinggiran. Ini yang menjadi alasan La Rosa, et, al. menyajikan sebuah metode untuk
karakterisasi NUAs segi fisik, ecologicaland fitur sosial. Daerah ini dianalisis dengan
kriteria yang berbeda dan indikator terkait structuredaccording ke Multi Kriteria berbasis
GIS Kesesuaian Model. Jurnal ini hanya lebih menonjolkan bagaimana model yang
digunakan, tanpa mempertimbangkan bagaimana aspek keterkaitan antara variabel.
Sebaiknya, Model yang digunakan bukan hanya menjadi “tools” atau alat tetapi bisa
dikembangkan di aplikasikan terhadap dinamika yang terjadi pada setiap perencanaan
kota.
Tischa A. Munoz Erickson yang merupakan peneliti di USDA Forest Service,
International Institute of Tropical Forestry, Jardı´n Bota´ nico Sur, 1201 Calle Ceiba, Rı´o
Piedras menggambarkan bagaimana sistem pengetahuan tindakan jaringan aktor yang
terlibat dalam produksi, berbagi dan penggunaan pengetahuan yang relevan dengan
kebijakan pekerjaan dalam proses mengembangkan strategi berkelanjutan untuk kota-
kota. Penulis mengembangkan kerangka interdisipliner yang analisis sistem
pengetahuan tindakan (KASA) framework yang mengintegrasikan konsep produksi
bersama tersebut pengetahuan dan tatanan sosial dengan alat analisis jaringan sosial
untuk menganalisis konfigurasi sistem pengetahuan-tindakan yang ada di kota San Juan,
Puerto Rico, dan bagaimana ini membentuk kedua apa yang kita ketahui dan bagaimana
kita membayangkan masa depan kota. aku diterapkan KASA dalam konteks penggunaan
lahan dan wilayah pemerintahan hijau dan menemukan bahwa jaringan yang beragam
aktor berkontribusi jenis pengetahuan yang beragam, sehingga menunjukkan potensi
inovasi dalam tata kelola. Potensi ini dikondisikan, namun oleh berbagai faktor politik
dan budaya. Penulis menunjukkan bahwa mengembangkan kapasitas adaptif dan inovatif
untuk keberlanjutan bukan semata-mata soal memanfaatkan ilmu yang lebih, tapi tentang
mengelola politik pengetahuan dan visi yang muncul dari sistem pemerintahan yang
kompleks. Menurut saya, Jurnal ini sangat sistematis dan menarik menjadi bahan
perhatian dikarenakan dalam pengembangan ide, penulis menonjolkan ide yang bersifat
terbarukan dan aspek yang dibahas sangat realistis dalam penentuan suatu projek
perencanaan. Namun metodologi yang dibangun masih belum bersifat komunikatif.
Ruang terbuka hijau, seperti taman, hutan, atap hijau, sungai, dan kebun
masyarakat, menyediakan kritis jasa ekosistem. RTH juga mempromosikan aktivitas
fisik, psikologis, dan kesehatan masyarakat umum penduduk perkotaan. Wolch, et al.
membahas tentang sastra Anglo-Amerika di perkotaan ruang hijau, terutama taman, dan
membandingkan AS dan kota-kota Cina. Kebanyakan penelitian mengungkapkan bahwa
distribusi ruang seperti manfaat sering tidak proporsional didominasi putih dan lebih
masyarakat makmur. Akses ke ruang hijau ini semakin diakui sebagai lingkungan
masalah keadilan. Banyak kota di AS telah menerapkan strategi untuk meningkatkan
pasokan ruang terbuka hijau, terutama di lingkungan taman-miskin. Strategi meliputi
penghijauan lahan perkotaan sisa dan penggunaan kembali infrastruktur transportasi
usang atau kurang dimanfaatkan. Strategi yang sama sedang bekerja di Cina kota di mana
ada kontrol negara lebih dari pasokan lahan tetapi insentif pasar yang sama untuk
penghijauan perkotaan. Dalam kedua konteks, bagaimanapun, strategi ruang terbuka hijau
mungkin paradoks: sementara penciptaan ruang hijau baru untuk mengatasi masalah
keadilan lingkungan dapat membuat lingkungan lebih sehat dan lebih estetis menarik,
juga dapat meningkatkan biaya perumahan dan nilai properti. Pada akhirnya, hal ini dapat
menyebabkan gentrifikasi dan perpindahan sangat warga strategi ruang hijau yang
dirancang untuk menguntungkan. Perencana kota, desainer, dan ekologi, oleh karena itu,
perlu fokus pada strategi ruang terbuka hijau yang “cukup hijau” dan secara eksplisit
melindungi sosial serta keberlanjutan ekologis. Jurnal ini membenarkan konsep yang
menjadi bahan dalam kritikal review saya karena menilai konsep Green Urbanisme dalam
sebuah kota menjadi hal yang sangat penting.
Perencana sebagaimana mestinya bisa memberikan pilihan-pilihan terhadap kaum urban
yang bersifat dinamis dengan asas berkelanjutan, kenyamanan, keamanan dan tentunya
berkeadilan bisa di wujudkan didalam transformasi kota. Transformasi lebih dari sekedar
menambal ulang, atau mengulang tambalan. Transformasi merupakan tingkatan, bukan
sekedar peningkatan.Keberhasilan tidak dihitung dengan persentase, tapi langsung
mengubah angka, indikator, asumsi, dan proposisi awalnya. Dengan mengusung konsep
Green-Urbanisme dalam setiap pengembangan kota baru setidaknya bisa mengobati dan
sekaligus mengembalikan publik dari keterasingan. Beberapa jurnal diatas merupakan
beberapa model pendukung dari kota hijau.
Daftar Pustaka

Rustiadi, E,. et, al. 2011, Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Jakarta, Crestpent
Press dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Anda mungkin juga menyukai