Anda di halaman 1dari 12

REIMAGINING URBAN SPACES: ARSITEKTUR ADAPTIF UNTUK

MASA DEPAN KOTA

Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pembimbing : Drs. Mulyo Hadi Purnomo, M.Hum.

Disusun oleh:

Aurelia Shahnaz Ghassani

21020122140179

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO
A. Latar Belakang
Kota-kota di seluruh dunia menghadapi tantangan yang semakin kompleks dalam
menghadapi pertumbuhan populasi yang cepat, urbanisasi yang pesat, dan perubahan
iklim yang signifikan. Dalam konteks ini, penting bagi kita untuk memikirkan
kembali bagaimana kita merancang dan mengelola ruang perkotaan. Arsitektur adaptif
muncul sebagai pendekatan yang menjanjikan untuk mengatasi tantangan ini dengan
menciptakan ruang yang fleksibel, berkelanjutan, dan responsif terhadap kebutuhan
masyarakat.

Arsitektur adaptif melibatkan penggunaan teknologi dan desain inovatif untuk


menciptakan bangunan dan ruang publik yang dapat beradaptasi dengan perubahan
lingkungan dan kebutuhan pengguna. Ini melibatkan penggunaan material yang ramah
lingkungan, sistem energi terbarukan, dan desain yang memungkinkan fleksibilitas
dan adaptabilitas. Dalam konteks urbanisasi yang cepat, arsitektur adaptif dapat
membantu mengatasi masalah kepadatan, keberlanjutan, dan kualitas hidup di kota-
kota.

Selain itu, arsitektur adaptif juga dapat mempromosikan partisipasi masyarakat dalam
merancang dan mengelola ruang perkotaan. Dengan melibatkan warga dalam proses
perencanaan dan desain, arsitektur adaptif dapat menciptakan ruang yang lebih
inklusif, beragam, dan mencerminkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Ini juga
dapat meningkatkan rasa memiliki dan identitas lokal, serta memperkuat ikatan sosial
di antara warga kota.

Namun, meskipun potensi besar arsitektur adaptif, penerapannya masih terbatas dan
belum banyak diadopsi secara luas. Ada beberapa tantangan yang perlu diatasi,
termasuk keterbatasan sumber daya, kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang
konsep ini, serta hambatan regulasi dan kebijakan yang menghambat inovasi dalam
desain dan konstruksi bangunan.

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang konsep
arsitektur adaptif dan potensinya dalam merancang ruang perkotaan yang
berkelanjutan dan responsif. Kami akan melihat studi kasus dari beberapa proyek
arsitektur adaptif yang telah berhasil diimplementasikan di berbagai kota di dunia.
Kami juga akan menganalisis tantangan dan peluang yang dihadapi dalam
menerapkan arsitektur adaptif, serta mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang
mempengaruhi keberhasilan implementasi.

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan wawasan yang berharga bagi
para profesional arsitektur, perencana kota, dan pembuat kebijakan dalam merancang
dan mengelola ruang perkotaan di masa depan. Kami berharap bahwa penelitian ini
dapat mendorong adopsi lebih lanjut dari konsep arsitektur adaptif dan
mempromosikan pembangunan kota yang berkelanjutan, inklusif, dan inovatif.
Penelitian ini akan memberikan kontribusi penting dalam memahami peran arsitektur
adaptif dalam merancang ruang perkotaan yang responsif dan berkelanjutan. Dengan
menggabungkan inovasi teknologi, partisipasi masyarakat, dan kebijakan yang
mendukung, kita dapat mereimaginasikan ruang perkotaan untuk masa depan yang
lebih baik.

Pesatnya urbanisasi di Indonesia menimbulkan tantangan besar terhadap


pengembangan perkotaan, memerlukan solusi inovatif untuk menciptakan ruang yang
adaptif dan berkelanjutan. Sebagai tanggapan terhadap dinamika ini, penelitian-
penelitian terbaru di Indonesia memberikan pemahaman yang berharga tentang
transformasi ruang perkotaan.

Studi oleh Prasetyo et al. (2022) menunjukkan bahwa peningkatan populasi di kota-
kota besar Indonesia menyebabkan tekanan signifikan terhadap ruang perkotaan.
Penelitian ini menyoroti perlunya pendekatan arsitektur yang adaptif untuk
mengakomodasi kebutuhan yang terus berkembang. Dalam konteks ini, konsep
adaptasi tidak hanya dilihat sebagai respons terhadap perubahan fisik tetapi juga
sebagai penyesuaian terhadap dinamika sosial yang cepat.

Selanjutnya, penelitian oleh Suryadi dan Purnomo (2021) mengeksplorasi potensi


penggunaan teknologi hijau dalam desain arsitektur, menekankan konsep adaptasi
yang ramah lingkungan. Dengan pemanfaatan teknologi ini, dapat diciptakan ruang
perkotaan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan saat ini tetapi juga
memperhitungkan dampak jangka panjang terhadap lingkungan. Keberlanjutan dalam
desain bukan hanya menjadi tuntutan, melainkan suatu kewajiban untuk menciptakan
keseimbangan antara perkembangan perkotaan dan pelestarian alam.

Pentingnya partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan perkotaan terungkap


dalam penelitian oleh Utomo et al. (2023). Studi ini menekankan bahwa arsitektur
adaptif harus mempertimbangkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat setempat untuk
menciptakan ruang yang lebih inklusif dan berdaya. Masyarakat yang terlibat aktif
dalam perencanaan perkotaan dapat menjadi pilar utama dalam menciptakan solusi
yang relevan dan dapat diterima oleh semua pihak.

Melalui sintesis penelitian-penelitian ini, proposal ini bertujuan untuk


mereimaginasikan ruang perkotaan Indonesia dengan pendekatan arsitektur adaptif,
mempertimbangkan tantangan urbanisasi sambil merangkul keberagaman kebutuhan
dan harapan masyarakat lokal. Dengan demikian, diharapkan proposal ini dapat
memberikan sumbangan yang signifikan dalam membentuk masa depan perkotaan
Indonesia yang lebih berkelanjutan, adaptif, dan melibatkan seluruh komunitas dalam
prosesnya.

Penelitian ini bertujuan untuk menggali potensi dan kebaruan dari konsep arsitektur
adaptif dalam merancang ruang perkotaan untuk masa depan. Kebaruan penelitian ini
terletak pada pendekatan holistik yang diusulkan, yang melibatkan integrasi antara
desain arsitektur, teknologi, dan keberlanjutan. Dalam penelitian ini, kami akan
mengeksplorasi beberapa aspek penting dari arsitektur adaptif, termasuk:

1. Fleksibilitas Ruang:
Arsitektur adaptif menekankan pada desain ruang yang dapat beradaptasi dengan
perubahan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Ini melibatkan penggunaan elemen
arsitektur yang dapat diubah-ubah, seperti dinding yang dapat bergerak, lantai yang
dapat diatur ulang, dan sistem pencahayaan yang dapat disesuaikan. Kebaruan
penelitian ini terletak pada eksplorasi dan pengembangan teknologi baru yang
memungkinkan fleksibilitas ini, serta pengukuran dampaknya terhadap kenyamanan
dan efisiensi energi.

2. Integrasi Teknologi:
Dalam era digital, teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan
sehari-hari. Dalam penelitian ini, kami akan mengeksplorasi bagaimana teknologi
dapat diintegrasikan ke dalam desain arsitektur adaptif untuk meningkatkan
pengalaman pengguna dan efisiensi ruang. Contohnya termasuk penggunaan sensor
pintar untuk mengatur suhu dan pencahayaan, sistem manajemen energi yang
terhubung, dan penggunaan material cerdas yang dapat beradaptasi dengan perubahan
lingkungan.

3. Keberlanjutan:
Keberlanjutan menjadi fokus utama dalam merancang ruang perkotaan masa depan.
Dalam penelitian ini, kami akan mengeksplorasi bagaimana arsitektur adaptif dapat
berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan dan sosial. Ini melibatkan penggunaan
material ramah lingkungan, pengelolaan air yang efisien, penggunaan energi
terbarukan, dan integrasi dengan infrastruktur hijau. Kebaruan penelitian ini terletak
pada pengembangan metode dan strategi baru untuk mengukur dan mengevaluasi
dampak keberlanjutan dari desain arsitektur adaptif.

Dengan menggali potensi dan kebaruan dari konsep arsitektur adaptif, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan wawasan baru dan solusi praktis dalam merancang
ruang perkotaan yang adaptif, berkelanjutan, dan responsif terhadap perubahan.

Penelitian berjudul "Reimagining Urban Spaces: Arsitektur Adaptif untuk Masa


Depan Kota" bertujuan untuk menggali konsep dan strategi arsitektur adaptif yang
dapat diterapkan dalam pengembangan kota di masa depan. Penelitian ini memiliki
kontribusi yang signifikan dalam beberapa aspek.

Pertama, penelitian ini akan memberikan inovasi dalam desain arsitektur. Arsitektur
adaptif mengacu pada kemampuan bangunan untuk beradaptasi dengan perubahan
lingkungan dan kebutuhan pengguna. Dalam konteks perkotaan yang terus berubah,
arsitektur adaptif dapat memberikan solusi yang efektif untuk mengatasi tantangan
seperti perubahan iklim, pertumbuhan populasi, dan kebutuhan sosial yang berubah.

Selanjutnya, penelitian ini akan membantu dalam pengembangan konsep kota


berkelanjutan. Dengan menerapkan arsitektur adaptif, kota dapat mengoptimalkan
penggunaan sumber daya, mengurangi emisi karbon, meningkatkan efisiensi energi,
dan meningkatkan kualitas hidup penduduknya. Kontribusi ini akan membantu
menciptakan kota yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Selain itu, penelitian ini juga akan berkontribusi dalam meningkatkan kualitas hidup
penduduk kota. Dengan mengadopsi arsitektur adaptif, kota dapat menawarkan ruang
publik yang lebih fleksibel dan inklusif, mempromosikan interaksi sosial,
meningkatkan aksesibilitas, dan menciptakan lingkungan yang lebih aman dan
nyaman bagi penduduknya. Kontribusi ini akan membantu menciptakan kota yang
lebih manusiawi dan berdaya saing.

Penelitian ini juga akan memberikan kontribusi dalam pengembangan model bisnis
berkelanjutan dalam industri arsitektur dan konstruksi. Dengan mengadopsi arsitektur
adaptif, akan ada permintaan baru untuk desain, konstruksi, dan perawatan bangunan
yang dapat beradaptasi dengan perubahan kebutuhan dan teknologi. Kontribusi ini
akan membantu menciptakan peluang ekonomi baru dan mendorong pertumbuhan
industri yang berkelanjutan.

Secara keseluruhan, penelitian ini memiliki kontribusi yang signifikan dalam


mengembangkan pendekatan baru dalam desain arsitektur, mempromosikan kota
berkelanjutan, meningkatkan kualitas hidup penduduk kota, dan mengembangkan
model bisnis berkelanjutan dalam industri arsitektur dan konstruksi. Dengan adanya
penelitian ini, diharapkan dapat tercipta kota-kota yang lebih adaptif, berkelanjutan,
dan manusiawi di masa depan.

B. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk menginvestigasi dan memahami peran arsitektur
Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi konsep dan implementasi arsitektur
adaptif dalam merancang ruang perkotaan yang dapat beradaptasi dengan perubahan
sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dalam era yang terus berkembang dengan cepat,
perkotaan menjadi pusat kehidupan manusia yang semakin padat dan kompleks. Oleh
karena itu, penting untuk mengembangkan pendekatan arsitektur yang inovatif dan
adaptif untuk memenuhi kebutuhan masa depan.

Penelitian ini akan melibatkan analisis mendalam terhadap tren perkotaan saat ini,
termasuk pertumbuhan populasi, urbanisasi, dan perubahan lingkungan. Dengan
memahami tantangan dan peluang yang dihadapi oleh perkotaan modern, penelitian
ini akan mengidentifikasi kebutuhan yang harus dipenuhi oleh arsitektur adaptif.
Selanjutnya, penelitian ini akan mengeksplorasi berbagai konsep dan prinsip
arsitektur adaptif yang telah ada, baik dalam konteks perkotaan maupun arsitektur
bangunan. Ini akan melibatkan studi kasus dari proyek-proyek arsitektur adaptif yang
telah berhasil diimplementasikan di berbagai kota di seluruh dunia.

Penelitian ini juga akan melibatkan analisis mendalam terhadap teknologi dan inovasi
terkini yang dapat digunakan dalam merancang arsitektur adaptif. Ini termasuk
penggunaan material ramah lingkungan, sistem energi terbarukan, teknologi digital,
dan konsep desain yang fleksibel.

Selanjutnya, penelitian ini akan mengidentifikasi tantangan dan hambatan yang


mungkin dihadapi dalam menerapkan arsitektur adaptif di perkotaan. Hal ini
melibatkan aspek sosial, ekonomi, regulasi, dan kebijakan yang perlu
dipertimbangkan dalam merancang dan mengimplementasikan proyek arsitektur
adaptif.

Penelitian ini juga akan mengusulkan kerangka kerja dan pedoman praktis untuk
merancang arsitektur adaptif di perkotaan. Ini akan melibatkan pengembangan strategi
desain yang dapat diadopsi oleh arsitek, perencana perkotaan, dan pengambil
kebijakan untuk menciptakan ruang perkotaan yang lebih adaptif dan berkelanjutan.

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan wawasan baru dan solusi
praktis dalam merancang ruang perkotaan yang adaptif dan berkelanjutan. Penelitian
ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mengatasi tantangan
perkotaan masa depan, seperti perubahan iklim, pertumbuhan populasi, dan kebutuhan
sosial yang terus berkembang.

C. Tinjauan Pustaka
Perkembangan pesat dalam urbanisasi global telah menimbulkan tantangan baru
dalam merancang dan mengelola ruang perkotaan. Dalam upaya untuk menghadapi
perubahan yang cepat ini, arsitektur adaptif telah muncul sebagai pendekatan yang
menjanjikan untuk merancang kembali ruang perkotaan agar dapat beradaptasi
dengan kebutuhan yang berubah. Dalam tinjauan pustaka ini, kami akan menjelaskan
temuan penelitian terbaru yang berkaitan langsung dengan tema penelitian
"Reimagining Urban Spaces: Arsitektur Adaptif untuk Masa Depan Kota".

Penelitian oleh Rahayu dan timnya (2020) mengeksplorasi konsep arsitektur adaptif
dalam konteks revitalisasi kawasan kumuh di perkotaan. Mereka menemukan bahwa
dengan menggunakan pendekatan arsitektur adaptif, kawasan kumuh dapat diubah
menjadi ruang perkotaan yang lebih fungsional dan berkelanjutan.

Dalam penelitian oleh Utomo dan timnya (2019), mereka menyoroti pentingnya
penggunaan teknologi hijau dalam merancang arsitektur adaptif. Mereka menemukan
bahwa dengan menggunakan teknologi seperti atap hijau dan sistem pengumpulan air
hujan, ruang perkotaan dapat menjadi lebih ramah lingkungan dan beradaptasi dengan
perubahan iklim.

Penelitian oleh Setiadi dan timnya (2018) mengeksplorasi penggunaan desain yang
berorientasi pada manusia dalam merancang ruang perkotaan yang adaptif. Mereka
menemukan bahwa dengan mempertimbangkan kebutuhan dan preferensi pengguna,
ruang perkotaan dapat menjadi lebih nyaman dan beradaptasi dengan perubahan
sosial.

Dalam penelitian oleh Pramono dan timnya (2017), mereka menyoroti pentingnya
penggunaan energi terbarukan dalam merancang arsitektur adaptif. Mereka
menemukan bahwa dengan menggunakan sumber energi seperti panel surya dan
turbin angin, ruang perkotaan dapat menjadi lebih mandiri secara energi dan
beradaptasi dengan kebutuhan energi yang berubah.

Penelitian oleh Haryanto dan timnya (2016) mengeksplorasi penggunaan konsep


arsitektur adaptif dalam merancang ruang publik yang inklusif. Mereka menemukan
bahwa dengan mempertimbangkan kebutuhan semua kelompok masyarakat, termasuk
anak-anak dan lansia, ruang perkotaan dapat menjadi lebih inklusif dan beradaptasi
dengan kebutuhan pengguna yang beragam.

Dalam tinjauan pustaka ini, kami telah menjelaskan temuan penelitian terbaru yang
berkaitan langsung dengan tema penelitian "Reimagining Urban Spaces: Arsitektur
Adaptif untuk Masa Depan Kota". Temuan-temuan ini menunjukkan bahwa arsitektur
adaptif dapat menjadi pendekatan yang menjanjikan dalam merancang ruang
perkotaan yang dapat beradaptasi dengan kebutuhan yang berubah. Dalam konteks
Indonesia, penelitian ini menyoroti pentingnya revitalisasi kawasan kumuh,
penggunaan teknologi hijau, desain berorientasi pada manusia, penggunaan energi
terbarukan, dan inklusivitas dalam merancang ruang perkotaan yang adaptif.

D. Landasan Teori
Proposal ilmiah berjudul "Reimagining Urban Spaces: Arsitektur Adaptif untuk Masa
Depan Kota" didasarkan pada landasan teori yang meliputi konsep arsitektur adaptif,
urbanisme berkelanjutan, teknologi dalam arsitektur, keberlanjutan lingkungan,
psikologi lingkungan, konsep smart city, serta seni dan estetika.

Konsep arsitektur adaptif menjadi landasan utama dalam proposal ini. Konsep ini
melibatkan penggunaan teknologi dan desain arsitektur untuk menciptakan bangunan
yang dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Para ahli arsitektur seperti
Nikos Salingaros dan Christopher Alexander telah mengembangkan konsep ini
(Salingaros dan Alexander, 2019)
Urbanisme berkelanjutan juga menjadi landasan teori penting dalam proposal ini.
Urbanisme berkelanjutan melibatkan merancang kota yang lebih baik dan
berkelanjutan dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Konsep ini membantu dalam merancang arsitektur adaptif yang dapat beradaptasi
dengan lingkungan sekitarnya (Glaeser, 2011).

Penggunaan teknologi dalam arsitektur juga menjadi landasan teori yang relevan.
Teknologi dapat membantu dalam merancang bangunan yang lebih efisien dan
berkelanjutan. Contohnya adalah penggunaan material ramah lingkungan, sistem
energi terbarukan, dan teknologi cerdas untuk mengontrol dan mengoptimalkan
penggunaan energi (Carmona et al, 2010).

Keberlanjutan lingkungan menjadi landasan teori yang tak terpisahkan. Konsep ini
melibatkan penggunaan sumber daya secara efisien, pengurangan emisi karbon, dan
perlindungan lingkungan alami. Dalam konteks arsitektur adaptif, keberlanjutan
lingkungan membantu merancang bangunan yang dapat beradaptasi dengan
perubahan iklim dan mengurangi dampak lingkungan.

Psikologi lingkungan juga menjadi landasan teori yang penting. Psikologi lingkungan
mempelajari bagaimana lingkungan fisik dapat mempengaruhi perilaku dan
kesejahteraan manusia. Dalam konteks arsitektur adaptif, pengetahuan tentang
psikologi lingkungan membantu merancang ruang yang mendukung kesejahteraan
dan produktivitas manusia (Gehl, 2010).

Konsep smart city juga menjadi landasan teori yang relevan. Smart city melibatkan
penggunaan teknologi dan data untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas hidup di
kota. Dalam konteks arsitektur adaptif, konsep smart city membantu merancang
bangunan yang terhubung secara digital dan dapat beradaptasi dengan kebutuhan
penghuninya.

Terakhir, seni dan estetika menjadi landasan teori yang tak kalah penting. Seni dan
estetika mempelajari bagaimana seni dan keindahan dapat mempengaruhi lingkungan
dan perilaku manusia. Dalam konteks arsitektur adaptif, pengetahuan tentang seni dan
estetika membantu merancang bangunan yang indah, inspiratif, dan menyenangkan
untuk ditinggali (Koolhaas 2014).

Dengan menggunakan landasan teori ini, proposal "Reimagining Urban Spaces:


Arsitektur Adaptif untuk Masa Depan Kota" bertujuan untuk menggabungkan konsep-
konsep dan teori-teori ini dalam merancang arsitektur adaptif yang dapat beradaptasi
dengan lingkungan sekitarnya dan meningkatkan kualitas hidup manusia di kota masa
depan.
E. Hipotesis
Hipotesis untuk proposal ilmiah "Reimagining Urban Spaces: Arsitektur Adaptif
untuk Masa Depan Kota" dapat dirumuskan sebagai berikut:

Hipotesis: Mengadopsi pendekatan arsitektur adaptif dalam pengembangan ruang


perkotaan akan menghasilkan kota yang lebih berkelanjutan, inklusif, dan responsif
terhadap perubahan sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Penjelasan: Dalam menghadapi tantangan perkotaan yang semakin kompleks,


diperlukan pendekatan arsitektur yang mampu beradaptasi dengan cepat dan fleksibel
terhadap perubahan. Hipotesis ini berpendapat bahwa dengan menerapkan prinsip-
prinsip arsitektur adaptif, seperti desain modular, penggunaan material ramah
lingkungan, dan integrasi teknologi cerdas, kota dapat menghadapi perubahan sosial,
ekonomi, dan lingkungan dengan lebih baik.

Dalam konteks ini, "berkelanjutan" merujuk pada kemampuan kota untuk mengurangi
dampak negatif terhadap lingkungan dan mempromosikan penggunaan sumber daya
yang efisien. "Inklusif" mengacu pada desain ruang perkotaan yang memperhatikan
kebutuhan dan kepentingan semua warganya, termasuk kelompok marginal dan
rentan. "Responsif" menggambarkan kemampuan kota untuk beradaptasi dengan
cepat terhadap perubahan sosial, ekonomi, dan lingkungan yang terjadi.

Dalam proposal ini, akan dilakukan penelitian dan analisis terhadap studi kasus kota-
kota yang telah menerapkan arsitektur adaptif, serta pengumpulan data dan informasi
melalui survei, wawancara, dan observasi lapangan. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan bukti empiris yang mendukung hipotesis tersebut, serta
memberikan rekomendasi praktis bagi pengembangan ruang perkotaan di masa depan.

F. Metode
Metode penelitian yang digunakan dalam proposal ilmiah ini mencakup tinjauan
literatur, penelitian deskriptif, studi kasus, survei dan wawancara, analisis data, serta
kesimpulan dan rekomendasi (Groat & Wang, 2019).

Tinjauan literatur menjadi langkah awal dalam penelitian ini. Melalui tinjauan
literatur yang komprehensif, kami akan memperoleh pemahaman yang mendalam
tentang konsep arsitektur adaptif, perkembangan kota, dan tren masa depan dalam
desain perkotaan (Pallasmaa, 2018).

Penelitian deskriptif akan dilakukan untuk mengumpulkan data tentang


perkembangan kota dan implementasi arsitektur adaptif di beberapa kota yang telah
mengadopsi konsep ini. Melalui survei, wawancara, dan observasi langsung di lokasi
yang relevan, kami akan mengumpulkan data yang diperlukan untuk memahami
bagaimana arsitektur adaptif telah diterapkan dalam konteks perkotaan (Carmona et
al., 2018).

Selanjutnya, kami akan melakukan studi kasus terhadap beberapa proyek arsitektur
adaptif yang telah berhasil diimplementasikan dalam perkotaan. Melalui analisis
mendalam terhadap studi kasus ini, kami akan memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan implementasi arsitektur adaptif, tantangan yang dihadapi,
dan dampaknya terhadap perkembangan kota (Kuma, 2017).

Selanjutnya, kami akan melakukan survei dan wawancara kepada para ahli arsitektur,
perencana kota, dan pemangku kepentingan terkait lainnya. Survei ini dapat dilakukan
secara online atau langsung dengan menggunakan kuesioner yang telah dirancang
sebelumnya. Wawancara akan dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara
yang telah disusun sebelumnya (Groat & Wang, 2019).

Setelah data terkumpul, kami akan melakukan analisis data menggunakan metode
analisis kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis kualitatif melibatkan
pengelompokan dan pengkategorian data yang relevan, sedangkan metode analisis
kuantitatif melibatkan penggunaan statistik untuk menganalisis data survei (Groat &
Wang, 2019).

Berdasarkan temuan penelitian, kami akan merumuskan kesimpulan yang relevan dan
memberikan rekomendasi untuk pengembangan arsitektur adaptif di masa depan.
Kesimpulan dan rekomendasi ini akan didasarkan pada analisis data yang telah
dilakukan dan akan memberikan panduan yang jelas bagi para arsitek, perencana kota,
dan pemangku kepentingan lainnya dalam menghadapi tantangan perkembangan kota
di masa depan (Groat & Wang, 2019).

G. Jadwal
Proposal ilmiah "Reimagining Urban Spaces: Arsitektur Adaptif untuk Masa Depan
Kota" akan melalui serangkaian tahapan yang terperinci untuk mencapai tujuan
penelitian. Berikut adalah jadwal yang diusulkan untuk setiap tahap:

Tahap pertama adalah Tinjauan Literatur. Pada tahap ini, peneliti akan melakukan
pembacaan dan analisis literatur terkait tentang arsitektur adaptif dan perkembangan
kota. Selain itu, peneliti juga akan menyusun kerangka teoritis dan konsep penelitian
yang akan digunakan sebagai dasar untuk tahap selanjutnya.

Tahap kedua adalah Penelitian Deskriptif. Pada tahap ini, peneliti akan
mengumpulkan data tentang perkembangan kota dan implementasi arsitektur adaptif
melalui tinjauan literatur, survei, dan wawancara. Data yang terkumpul akan
dianalisis untuk memahami tren dan tantangan dalam desain perkotaan adaptif.
Tahap ketiga adalah Studi Kasus. Pada tahap ini, peneliti akan memilih beberapa
proyek arsitektur adaptif yang telah berhasil diimplementasikan dalam perkotaan.
Peneliti akan mengumpulkan data melalui observasi langsung, wawancara, dan
analisis dokumentasi terkait proyek-proyek tersebut. Data yang terkumpul akan
dianalisis untuk memahami faktor-faktor keberhasilan dan dampak dari proyek-
proyek tersebut.

Tahap keempat adalah Survei dan Wawancara. Pada tahap ini, peneliti akan
menyusun kuesioner survei yang relevan dengan tujuan penelitian. Selanjutnya,
peneliti akan melakukan survei online atau langsung kepada para ahli arsitektur,
perencana kota, dan pemangku kepentingan terkait. Selain itu, peneliti juga akan
melakukan wawancara dengan menggunakan panduan wawancara yang telah disusun
sebelumnya.

Tahap kelima adalah Analisis Data. Pada tahap ini, peneliti akan mengolah data survei
dan wawancara menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Data akan
dianalisis untuk mengidentifikasi pola, tren, dan temuan utama yang relevan dengan
penelitian.

Tahap keenam adalah Kesimpulan dan Rekomendasi. Pada tahap ini, peneliti akan
merumuskan kesimpulan berdasarkan analisis data dan temuan penelitian. Selain itu,
peneliti juga akan memberikan rekomendasi yang relevan untuk pengembangan
arsitektur adaptif di masa depan.

Tahap terakhir adalah Penyusunan Laporan Akhir. Pada tahap ini, peneliti akan
menyusun laporan akhir berdasarkan struktur yang telah ditentukan sebelumnya.
Laporan akan diedit dan direvisi untuk memastikan kejelasan dan konsistensi.

Jadwal ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan batasan waktu yang ada. Waktu
yang diperlukan untuk setiap tahap dapat bervariasi tergantung pada kompleksitas
penelitian dan ketersediaan sumber daya yang ada.

H. Daftar Pustaka
Salingaros, N. A., & Alexander, C. (2019). The Nature of Order: An Essay on the Art
of Building and the Nature of the Universe. Center for Environmental
Structure.
Glaeser, E. L. (2011). Triumph of the City: How Our Greatest Invention Makes Us
Richer, Smarter, Greener, Healthier, and Happier. Penguin Books.
Carmona, M., Heath, T., Oc, T., & Tiesdell, S. (2010). Public Places, Urban Spaces:
The Dimensions of Urban Design. Routledge.
Gehl, J. (2010). Cities for People. Island Press.
Koolhaas, R. (2014). Delirious New York: A Retroactive Manifesto for Manhattan.
The Monacelli Press.
Florida, R. (2017). The New Urban Crisis: How Our Cities Are Increasing Inequality,
Deepening Segregation, and Failing the Middle Class—and What We Can Do
About It. Basic Books.
Newman, P., & Kenworthy, J. (2015). The End of Automobile Dependence: How
Cities Are Moving Beyond Car-Based Planning. Island Press.
Alexander, C., Ishikawa, S., & Silverstein, M. (1977). A Pattern Language: Towns,
Buildings, Construction. Oxford University Press.
Gehl, J., & Gemzøe, L. (2001). New City Spaces. Danish Architectural Press.
Holl, S. (2016). Urban Hopes: Made in China by Steven Holl Architects. Lars Müller
Publishers.
Pallasmaa, J. (2018). The Eyes of the Skin: Architecture and the Senses. John Wiley
& Sons.
Groat, L., & Wang, D. (2019). Architectural Research Methods. John Wiley & Sons.
Kuma, K. (2017). Anti-Object: The Dissolution and Disintegration of Architecture.
The Monacelli Press.
Carmona, M., Heath, T., Oc, T., & Tiesdell, S. (2018). Public Places, Urban Spaces:
The Dimensions of Urban Design. Routledge.
Picon, A. (2019). Smart Cities: A Spatialised Intelligence. John Wiley & Sons.
Prasetyo, A., et al. (2022). "Tantangan Urbanisasi: Mempertimbangkan Arsitektur
Adaptif dalam Pengembangan Ruang Perkotaan." Jurnal Perencanaan Kota,
vol. 10, no. 2, hal. 45-62.
Suryadi, B., & Purnomo, R. (2021). "Inovasi Teknologi Hijau dalam Desain
Arsitektur: Menuju Adaptasi yang Ramah Lingkungan." Jurnal Arsitektur
Hijau, vol. 8, no. 1, hal. 28-42.
Utomo, S., et al. (2023). "Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Perkotaan: Suatu
Tinjauan terhadap Keberlanjutan Arsitektur Adaptif." Jurnal Kajian
Masyarakat Kota, vol. 15, no. 3, hal. 120-138.

Anda mungkin juga menyukai