Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ahmad Rifqi Dimasyqi Santoso

NIM : 185060601111015
MK Morfologi Kota
Relevansi Analisa Morfologi Tradisional dan Analisa Spasial Dalam Identifikasi Morfologi
Kawasan Kampung Melayu Kota Semarang
I. Pendahuluan
Morfologi diambil dari kata “morphe” yang berarti bentuk, dan “logy” berarti ilmu. Maka
dari itu jika disatukan morfologi merupakan ilmu bentuk (Susanti, Ikaputra, & Swasto, 2021).
Morfologi dapat diartikan sebagai pendekatan dalam memahami bentuk logis sebuah kota
sebagai produk perubahan sosial spatial. Maka dari itu morfologi kota dapat diartikan sebagai
ilmu yang didalamnya mempelajari produk – produk bentuk fisik kota secara logis. Arti luas dari
morfologi kota juga dapat diartikan sebagai ilmut erapan yang mempelajari tentang sejarah
terbentuknya pola ruang suatu kota dan mempelajari tentang perkembangan suatu kota mulai
awal terbentuknya kota tersebut hingga muncul daerah – daerah ekspansi suatu kota. Dalam
menganalisis morfologi kota hal yang perlu di identifikasi yaitu terkait perubahan pola
penggunaan lahan, dimana secara fisik semakin bertambahnya daerah terbangun maka
semakin meluasnya perkembangan kota (Sinaga, Mastutie, & Tarore, 2017).
II. Pembahasan
Pendekatan analisis morfologi tradisional bertujuan untuk memaparkan dan
mengklasifikasikan kondisi fisik permukiman menurut beberapa komponen fisik lingkungan yang
akan menghasilkan tipologi permukiman atau lingkungan binaan. Pendekatan tradisional terdiri
dari 2 macam yaitu English school dan Italian school. English school merupakan pendekatan
dengan menemukan pola morfologi kawasan permukiman atau kawasan perkotaan, mengkaji
pola pertumbuhan kawasan dalam kurun waktu tertentu. Untuk Italian school pendekatan yang
digunakan menggunakan typo-morphological analysis yang berarti melibatkan analisa arsitektur
kota dan layout kota. Namun seiring berjalannya waktu, analisis morfologi tradisional menjadi
semakin kompleks akibat meningkatnya IPTEK dan kompleksitas permukiman. Maka dari itu
dalam melakukan identifikasi terhadap perkembangan suatu kota dilakukan analisa spasial
yang juga termasuk ke dalam 4 (empat) pendekatan utama dalam analisis morfologi.
Analisis spasial merupakan kombinasi dari beberapa pendekatan yang biasanya untuk
mengukur performa kawasan perkotaan. Dalam mengukur performa kawasan perkotaan juga
perlu mempertimbangkan pendekatan tradisional yang di bahas sebelumnya, seperti
mengidentifikasi terlebih dahulu guna lahan eksisting, jaringan jalan, dan tata bangunan,
sehingga adanya hubungan antara pendekatan morfologi tradisional dengan analisa spasial
yang digunakan dalam perencanaan wilayah dan kota. Contoh kecil dari hubungan analisa
spasial dengan analisa morfologi tradisional yaitu dalam merencanakan jaringan jalan untuk
pola jaringan jalan dapat dilihat dari pola pendekatan English school dan untuk mengetahui
kapasitas dari jalan menggunakan analisa spasial yang salah satu nya analisa LOS (Level of
Service). Persamaan dari analisa spasial dengan analisa morfologi tradisional yaitu keduanya
mengkaji perkembangan dari suatu kota, mengidentifikasi komponen dalam perkotaan seperti
guna lahan, pola perkotaan, jaringan jalan, dan tata bangunan. Namun kedua analisa ini juga
memiliki perbedaan yaitu apabila analisa morfologi tradisional membahas mengenai bentuk dari
suatu kota, sedangkan untuk analisa spasial membahas mengenai struktur dan pola keruangan.
Perkembangan kota ditandai dengan bertambahnya jumlah penduduk yang tinggal di
suatu kota. Perkembangan kota akan mempengaruhi kontinuitas pada komponen fisik suatu
perkotaan dan maka morfologi perkotaan juga akan berubah mengikuti perkembangan kota.
Kampung Melayu merupakan kampung kuno dengan nilai kesejarahan yang tinggi seta memiliki
arti penting dalam pembentukan kota Semarang. Perkembangan kota Semarang yang
disebabkan banyaknya pendatang dari berbagai etnis khusus nya Kampung Melayu dan
menetap untuk tinggal menyebabkan permukiman menjadi padat dan mempengaruhi dari
struktur dan pola Kampung Melayu. Pendekatan analisis yang digunakan yaitu analisis figure
ground, linkage, place, dan pola jalan.
a. Analisis Figure Ground
Pada analisis figure ground diperlihatkan peta warna hitam yang menunjukkan kawasan
yang dibangun dan untuk semua ruang diluar massa itu ditunjukkan dengan warna putih.

Gambar 2. Figure Ground Kampung Melayu


Sumber: Wahjoerini & Ridho, 2021
Berdasarkan analisa morfologi tradisional dapat diketahui bahwa Kampung Melayu
memiliki pola permukiman yang tidak teratur dikarenakan adanya perbedaan antara figure
ground yang berada pada sisi pinggir jalan dan di dalam kampung. Berdasarkan analisa spasial
diketahui bahwa pola figure ground di jalan raya lebih teratur dikarenakan adanya tarikan dari
sarana perdagangan dan jasa di sekitar jalan yang menjadikan kapasitas jalan di jalan tersebut
juga tinggi.
b. Sistem Linkage Kawasan
Pada analisis ini akan menggambarkan pola hubungan pergerakan yang ada di Kampung
Melayu. Elemen linkage terdiri dari line yang digunakan untuk pergerakan sehari – hari ,
corridor untuk penghubung antar kelurahan dan merupakan jalan utama di Kampung Melayu,
dan axis merupakan sumbu dari Kampung Melayu yang menyebabkan adanya bangkitan dari
kawasan sekitarnya. Pada sistem linkage kawasan ini pendekatan yang digunakan dalam
analisa spasial yaitu menentukan hierarki jalan dan fungsi jalan, sedangkan analisa morfologi
tradisional untuk menentukan elemen linkage yang digunakan di setiap kawasan Kampung
Melayu.

Gambar 3. Elemen Garis (Line)


Sumber: Wahjoerini & Ridho, 2021

Gambar 4. Elemen Koridor (Corridor)


Sumber: Wahjoerini & Ridho, 2021

Gambar 5. Elemen Sumbu (Axis)


Sumber: Wahjoerini & Ridho, 2021
c. Analisis Place
Analisis place yaitu pengamatan adanya ruang atau space yang ada di kawasan
Kampung Melayu sebagai place yang memiliki makna kehidupan bagi penduduk yang tinggal di
dalamnya. Dari analisis morfologi tradisional diketahui bahwa terdapat landmark masjid Menara
layur yang mengidentifikasikan orang – orang disekitarnya sebagai kampung religi, selain itu
kampung melayu juga terdapat orang – orang Cina yang beragama islam. Analisa morfologi
tradisional menjelaskan bahwa eksistensi Kawasan Melayu semakin dikenal masyarakat luar
dikarenakan adanya landmark yang dilestarikan turun menurun dan kini menjadi ciri khas dari
Kampung Melayu. Kedua pendekatan tersebut dapat digunakan sebagai pedoman pelestarian
cagar budaya perkotaan.
d. Analisa Pola Jalan
Analisa pola jalan berdasarkan pendekatan morfologi tradisional menjelaskan bahwa pola
jalan di pinggiran Kampung Melayu lebih berkembang teratur dibandingkan dengan di dalam
kampung dikarenakan bangunan yang berisikan pertokoan yang menjadi penggerak
perekonomian masyarakat. Pada pendekatan analisa spasial diketahui bahwa guna lahan
perdagangan dan jasa akan berpengaruh terhadap kinerja jalan dikarenakan perdagangan dan
jasa memicu adanya tarikan dari luar untuk datang ke Kawasan Kampung Melayu. Kedua
pendekatan tersebut dapat digunakan untuk perencanaan jaringan jalan di kawasan sekitar.

Gambar 6. Pola Jalan Pada Kampung Melayu


Sumber: Wahjoerini & Ridho, 2021
DAFTAR PUSTAKA
Lestanto, F. (2018). Analisis Spasial Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Wilayah Kerja Kabupaten Bantul. Thesis,
Yogyakarta.
Sinaga, P. M., Mastutie, F., & Tarore, R. C. (2017). MORFOLOGI RUANG PUSAT KOTA
TERNATE. Vol.4, No.2.
Susanti, A. D., Ikaputra, & Swasto, D. F. (2021). ANALISIS BIBLIOMETRIK PADA
MORFOLOGI PERMUKIMAN KOTA. Arcade, Vol 5, No.2.
Wahjoerini, & Ridho, R. (2021). Identifikasi Morfologi Kawasan Kampung Melayu Kota
Semarang. Jurnal Planologi, Vol. 18, No.1.

Anda mungkin juga menyukai