Anda di halaman 1dari 76

LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN

Kelompok 08
BAGIAN
PENENTUAN PARAMETER
1 UNSUR PEMBENTUK ADUKAN

A. PEMERIKSAAN BERAT ISI

A.1 TUJUAN PERCOBAAN


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan berat isi agregat yang didefinisikan
sebagai perbandingan antara berat material kering dengan volumenya.

A.2 PERALATAN
a) Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh.
b) Oven dengan pengatur suhu sampai pemanasan (110  5)C.
c) Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm, yang ujungnya bulat, terbuat dari baja tahan
karat.
d) Mistar perata.
e) Sekop.
f) Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang, berkapasitas sebagai
berikut :
Tebal wadah Ukuran butir
Kapasitas Diameter minimum (mm)
Tinggi (mm) maksimum agregat
(liter) (mm)
dasar sisi (mm)
2,832 152,4  2,5 154,9  2,5 5,08 2,54 12,70
9,435 203,2  2,5 292,4  2,5 5,08 2,54 25,40
14,158 254,0  2,5 279,4  2,5 5,08 3,00 38,10
28,316 355,6  2,5 284,4  2,5 5,08 3,00 101,60
Tabel 1.A.1: Kapasitas Wadah Baja

Gambar 1.A.1: Aparatus pemeriksaan berat volume agregat

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 1


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
A.3 BAHAN
Bahan yang digunakan adalah agregat kasar dan agregat halus.

A.4 PROSEDUR PRAKTIKUM


Masukkan agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas wadah sesuai tabel
di atas; keringkan dengan oven dengan suhu (110  5)C sampai berat menjadi tetap, untuk
digunakan sebagai benda uji.
a. Berat isi lepas :
 Timbang dan catatlah berat wadah (W1).
 Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir-butir, dari
ketinggian 5 cm di atas wadah dengan menggunakan sendok atau sekop sampai penuh.
 Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
 Timbang dan catatlah berat wadah + benda uji (W2).
 Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1).
b. Berat isi agregat ukuran butir maksimum 38,1 mm (1 ½”) dengan cara penusukan :
 Timbang dan catatlah berat wadah (W1)
 Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis dipadatkan
dengan tongkat pemadat yang ditusukkan sebanyak 25 kali secara merata.
 Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
 Timbang dan catatlah berat wadah + benda uji (W2).
 Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1).
c. Berat isi agregat ukuran butir antara 38,1 mm (1 ½”) sampai 101,1 mm (4”) dengan cara
penggoyangan :
 Timbang dan catatlah berat wadah (W1)
 Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal.
 Padatkan setiap lapis dengan cara menggoyang-goyangkan wadah dengan prosedur
sebagai berikut :
- Letakkan wadah di atas tempat yang kokoh dan datar, angkatlah salah satu sisinya
kira-kira setinggi 5 cm kemudian lepaskan.
- Ulangi hal ini pada sisi yang berlawanan. Padatkan lapisan sebanyak 25 kali untuk
setiap sisi.
 Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
 Timbang dan catatlah berat wadah + benda uji (W2).
 Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1).

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 2


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
A.5 PERHITUNGAN
1. Contoh Perhitungan BERAT ISI SEMEN

 Lepas / Gembur Diketahui :

Berat Benda Uji I = 3890 𝑔𝑟


Isi Tempat I = 3000 𝑐𝑚3
3890
Berat isi benda uji I = 3000 = 1,297 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
1,297+1,197+1,177
Berat Isi rata-rata = = 1,224 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
3

 Padat Diketahui :
Berat Benda Uji I = 3890 𝑔𝑟
Isi Tempat I = 3000 𝑐𝑚3
3980
Berat isi benda uji I = 3000 = 1,327 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
1,327+1,357+1,340
Berat Isi rata-rata = = 1,341 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
3
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama, dan hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
LEPAS / GEMBUR I II III
A. Berat tempat + Benda uji (gr) 7450 7150 7090
B. Berat tempat (gr) 3560 3560 3560
C. Berat benda uji (gr) 3890 3590 3530
D. Isi tempat (cm3) 3000 3000 3000
E. Berat isi benda uji (gr/cm3) 1.297 1.197 1.177
F. Berat isi benda uji rata-rata (gr/cm3) 1.224

PADAT I II III
A. Berat tempat + Benda uji (gr) 7540 7630 7580
B. Berat tempat (gr) 3560 3560 3560
C. Berat benda uji (gr) 3980 4070 4020
D. Isi tempat (cm3) 3000 3000 3000
E. Berat isi benda uji (gr/cm3) 1.327 1.357 1.340
F. Berat isi benda uji rata-rata (gr/cm3) 1.341

Tabel 1.A.1 Berat Isi Semen

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 3


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

2. Contoh Perhitungan BERAT ISI AGREGAT HALUS

 Lepas / Gembur Diketahui :


Berat Benda Uji I = 5050 𝑔𝑟
Isi Tempat I = 3000 𝑐𝑚3
5000
Berat isi benda uji I = 3000 = 1,683 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
1,683 +1,737+1,710
Berat Isi rata-rata = = 1,710 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
3

 Padat Diketahui :
Berat Benda Uji I = 5480 𝑔𝑟
Isi Tempat I = 3000 𝑐𝑚3
5480
Berat isi benda uji I = 3000 = 1,827 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
1,827+1,827+1,830
Berat Isi rata-rata = = 1,828 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
3
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama, dan hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
LEPAS / GEMBUR I II III
A. Berat tempat + Benda uji (gr) 8610 8770 8690
B. Berat tempat (gr) 3560 3560 3560
C. Berat benda uji (gr) 5050 5210 5130
D. Isi tempat (cm3) 3000 3000 3000
E. Berat isi benda uji (gr/cm3) 1.683 1.737 1.710
F. Berat isi benda uji rata-rata (gr/cm3) 1.710

PADAT I II III
A. Berat tempat + Benda uji (gr) 9040 9040 9050
B. Berat tempat (gr) 3560 3560 3560
C. Berat benda uji (gr) 5480 5480 5490
D. Isi tempat (cm3) 3000 3000 3000
E. Berat isi benda uji (gr/cm3) 1.827 1.827 1.830
F. Berat isi benda uji rata-rata (gr/cm3) 1.828

Tabel 1.A.2 : Berat Isi Agregat Halus

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 4


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

3. Contoh Perhitungan BERAT ISI AGREGAT KASAR

 Lepas / Gembur Diketahui :


Berat Benda Uji I = 13110 𝑔𝑟
Isi Tempat I = 10000 𝑐𝑚3
13110
Berat isi benda uji I = 10000 = 1,311 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
1,311+1,291+1,281
Berat Isi rata-rata = = 1,294 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
3

 Padat Diketahui :
Berat Benda Uji I = 14790 𝑔𝑟
Isi Tempat I = 10000 𝑐𝑚3
14790
Berat isi benda uji I = 10000 = 1,479 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
3
Berat Isi rata-rata = 1,479+1,479+1,528
3
= 1,495 𝑔𝑟/𝑐𝑚
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama, dan hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
LEPAS / GEMBUR I II III
A. Berat tempat + Benda uji (gr) 21010 20810 20710
B. Berat tempat (gr) 7900 7900 7900
C. Berat benda uji (gr) 13110 12910 12810
D. Isi tempat (cm3) 10000 10000 10000
E. Berat isi benda uji (gr/cm3) 1.311 1.291 1.281
F. Berat isi benda uji rata-rata (gr/cm3) 1.294

PADAT I II III
A. Berat tempat + Benda uji (gr) 22690 22690 23180
B. Berat tempat (gr) 7900 7900 7900
C. Berat benda uji (gr) 14790 14790 15280
D. Isi tempat (cm3) 10000 10000 10000
E. Berat isi benda uji (gr/cm3) 1.479 1.479 1.528
F. Berat isi benda uji rata-rata (gr/cm3) 1.495

Tabel 1.A.3: Berat Isi Agregat Kasar

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 5


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
A.6 CATATAN
Wadah sebelum digunakan harus dikalibrasi dengan cara :
a) Isilah wadah dengan air sampai penuh pada suhu kamar, sehingga waktu ditutup dengan plat kaca
tidak terlihat gelembung udara.
b) Timbang dan catatlah berat wadah beserta air.
c) Hitunglah berat air ((berat wadah + air) – berat wadah).
d) Berat air adalah sama dengan volume wadah dalam dm3 (liter).

A.7 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan di dapat :
a. Berat Isi agregat adalah perbandingan antara berat agregat dengan isi berdasarkan percobaan :

 Berat isi semen :


Lepas /Gembur : 1,224𝑔𝑟/𝑐𝑚3
Padat : 1,341 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

 Berat isi agregat halus :


Lepas /Gembur : 1,710 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
Padat : 1,828 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

 Berat isi agregat kasar :


Lepas /Gembur : 1,294 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
Padat : 1,495 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

b. Dari hasil tersebut akan digunakan sebagai berikut :

 Hasil agregat halus digunakan untuk menentukan proporsi campuran agregat yang
diperuntukkan dalam perencanaan adukan beton di lapangan.
 Hasil agregat halus digunakan untuk menentukan berat volume setelah dicetak.

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 6


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

B. ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR DAN HALUS

B.1 TUJUAN PERCOBAAN


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat. Data
distribusi butiran pada agregat diperlukan dalam perencanaan adukan beton. Pelaksanaan
penentuan gradasi ini dilakukan pada agregat halus dan agregat kasar. Alat yang digunakan adalah
seperangkat saringan dengan ukuran lubang (jaring-jaring) tertentu.

B.2 PERALATAN
1) Timbangan dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji.
2) Oven dengan pengatur suhu sampai pemanasan (110  5)C.
3) Alat pemisah contoh (sample splitter).
4) Alat penggetar saringan (shieve shaker).
5) Talam-talam.
6) Kuas, sikat kuningan, sendok
7) Seperangkat saringan dengan ukuran :

 UNTUK AGREGAT KASAR :


Ukuran lubang
Nomor saringan Keterangan
mm inchi
- 76,20 3
Perangkat saringan untuk agregat
- 63,50 2,5
kasar ukuran # 2 (diameter agregat
- 50,80 2
antara ukuran 100 mm – 19 mm)
- 37,50 1,5
Berat minimum contoh 35 kg
- 25,00 1

- 50,00 2
- 37,50 1,5 Perangkat saringan untuk agregat
- 25,00 1 kasar ukuran # 467 (diameter
- 19,10 3/4 agregat antara ukuran 50 mm – 4,76
- 12,50 1/2 mm)
- 9,50 3/8 Berat minimum contoh 20 kg
- 4,76 -

- 25,00 1
- 19,10 3/4 Perangkat saringan untuk agregat
- 12,50 1/2 kasar ukuran # 67 (diameter agregat
- 9,50 3/8 antara ukuran 25 mm – 2,38 mm)
No. 4 4,76 - Berat minimum contoh 10 kg
No. 8 2,38 -

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 7


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

- 12,50 1/2
Perangkat saringan untuk agregat
- 9,50 3/8
kasar ukuran # 8 (diameter agregat
No. 4 4,76 -
antara ukuran 12,5 mm – 1,19 mm)
No. 8 2,38 -
Berat minimum contoh 2,5 kg
No. 16 1,19 -

 UNTUK AGREGAT HALUS :


Ukuran lubang
Nomor saringan Keterangan
mm inchi
- 9,50 3/8
No. 4 4,76 -
No. 8 2,38 - Berat
No. 16 1,19 - minimum
No. 30 0,59 - contoh
No. 50 0,297 - 500 gram
No. 100 0,149 -
No. 200 0,075 -

Gambar 1.B.1 : Aparatus untuk analisis saringan agregat kasar dan halus

B.3 BAHAN
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempatan. Berat dari contoh
disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter agregat kasar yang digunakan, seperti diuraikan
pada tabel perangkat saringan.

B.4 PROSEDUR PRAKTIKUM


a) Benda uji dikeringkan di dalam oven pada suhu (110  5)C hingga mencapai berat tetap.

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 8


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
b) Contoh dicurahkan pada perangkat saringan. Susunan saringan dimulai dari saringan paling
besar di atas. Perangkat saringan diguncang-guncang dengan tangan atau alat penggetar
saringan, selama 15 menit.

B.5 PERHITUNGAN
 Contoh perhitungan untuk agegat halus :

Diketahui :
Berat total benda uji = 1980,2 gr
Ukuran saringan = 4,75 mm (No.4)
Berat tertahan = 34,700 gr

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛
Proses tertahan = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖

34,700
= 𝑥 100% = 1,752 %
1980,2
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama, dan hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut :

Berat contoh
kering : 1980.2 gr
Prosen Kumulatif
Ukuran saringan Berat tertahan
tertahan tertahan lewat
76.2 mm (3") 0.000 0.000 0.000 100.000
38.1 mm (1 1/2") 0.000 0.000 0.000 100.000
19.1 mm (3/4") 0.000 0.000 0.000 100.000
9.6 mm (3/8") 0.000 0.000 0.000 100.000
4.75 mm (No. 4) 34.700 1.752 1.752 98.248
2.36 mm (No. 8) 62.600 3.161 4.914 95.086
1.18 mm (No. 16) 146.800 7.413 12.327 87.673
0.6 mm (No. 30) 458.300 23.144 35.471 64.529
0.3 mm (No. 50) 286.900 14.488 49.960 50.040
0.15 mm (No. 100) 699.500 35.325 85.284 14.716
0.075 mm (No. 200) 220.500 11.135 96.420 3.580
pan 70.900 3.580 100.000 0.000

Tabel 1.B.1: Analisa saringan agregat kasar

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 9


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

100
90 ZONE 1
80
70
60
Prosen Lewat

50
40
30
20
10
0
No. 200 No. 100 No. 50 No. 30 No. 16 No. 8 No. 4 3/8" 3/4" 1 1/2" 3"
Ukuran saringan

100
90
ZONE 2
80
70
Prosen Lewat

60
50
40
30
20
10
0
No. 200No. 100 No. 50 No. 30 No. 16 No. 8 No. 4 3/8" 3/4" 1 1/2" 3"

Ukuran saringan

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 10


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

100
90
ZONE 3
80
70
Prosen Lewat

60
50
40
30
20
10
0
No. 200No. 100 No. 50 No. 30 No. 16 No. 8 No. 4 3/8" 3/4" 1 1/2" 3"

Ukuran saringan

100
90
ZONE 4
80
70
Prosen Lewat

60
50
40
30
20
10
0
No. 200No. 100 No. 50 No. 30 No. 16 No. 8 No. 4 3/8" 3/4" 1 1/2" 3"

Ukuran saringan

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 11


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
 Contoh perhitungan untuk agegat kasar :

Diketahui :
Berat total benda uji = 19879,2 gr
Ukuran saringan = 19,1 mm (3/4”)
Berat tertahan = 8070 gr

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛
Proses tertahan = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖

8070
= 𝑥 100% = 40,595 %
19879,2

Untuk perhitungan selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama, dan hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut :

Berat contoh
kering : 19879.2 gr
Prosen Kumulatif
Ukuran saringan Berat tertahan
tertahan tertahan lewat
76.2 mm (3") 0.000 0.000 0.000 100.000
38.1 mm (1 1/2") 0.000 0.000 0.000 100.000
19.1 mm (3/4") 8070.000 40.595 40.595 59.405
9.6 mm (3/8") 9690.000 48.744 89.340 10.660
4.75 mm (No. 4) 1405.900 7.072 96.412 3.588
2.36 mm (No. 8) 178.600 0.898 97.310 2.690
1.18 mm (No. 16) 26.900 0.135 97.446 2.554
0.6 mm (No. 30) 32.700 0.164 97.610 2.390
0.3 mm (No. 50) 36.700 0.185 97.795 2.205
0.15 mm (No. 100) 178.200 0.896 98.691 1.309
0.075 mm (No. 200) 134.000 0.674 99.365 0.635
pan 126.200 0.635 100.000 0.000

Tabel 1.B.2: Analisa saringan agregat kasar

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 12


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

100
90
80 AGREGAT KASAR
70 f 4,8 - 9,6 mm
Prosen Lewat

60
50
40
30
20
10
0
No. 200 No. 100 No. 50 No. 30 No. 16 No. 8 No. 4 3/8" 3/4" 1 1/2" 3"

Ukuran saringan

100
90
80 AGREGAT KASAR
f 4,8 - 19 mm
70
Prosen Lewat

60
50
40
30
20
10
0
No. 200 No. 100 No. 50 No. 30 No. 16 No. 8 No. 4 3/8" 3/4" 1 1/2" 3"

Ukuran saringan

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 13


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

100
90
80 AGREGAT KASAR
70 f 4,8 - 38 mm
Prosen Lewat

60
50
40
30
20
10
0
No. 200 No. 100 No. 50 No. 30 No. 16 No. 8 No. 4 3/8" 3/4" 1 1/2" 3"

Ukuran saringan

a) KESIMPULAN
Dari data percobaan didapat :

 Untuk agregat halus masuk dalam grafis zona III, yang akan di gunakan data
perencanaan campuran beton karena banyak titik hitungan yang masuk pada
kurva zona III.
 Agregat kasar yang dipakai memiliki diameter maksimum 38 mm karena
banyak titik hitungan yang masuk pada kurva diameter 4,8 – 38 mm.

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 14


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

C. PEMERIKSAAN BAHAN LEWAT SARINGAN NO. 200

C.1 TUJUAN PERCOBAAN


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan jumlah bahan yang terdapat dalam
agregat yang lolos saringan No. 200 dengan cara pencucian.

C.2 PERALATAN
a. Saringan No. 16 dan No. 200.
b. Wadah pencuci benda uji dengan kapasitas yang cukup besar sehingga pada waktu
diguncang-guncangkan benda uji / air pencuci tidak tumpah.
c. Oven dengan pengatur suhu sampai pemanasan (110  5)C.
d. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat benda uji.
e. Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.
f. Sekop.

Gambar 1.C.1 : Aparatus pemeriksaan bahan lolos saringan No. 200

C.3 BAHAN
Berat minimum contoh agregat tergantung pada ukuran maksimum, dengan batasan sebagai
berikut :
Ukuran maksimum Berat minimum
2,36 mm No. 8 100 gram
1,18 mm No. 4 500 gram
9,50 mm 3/8 “ 2000 gram
19,10 mm 3/4 “ 2500 gram
38,10 mm 1½“ 5000 gram

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 15


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

C.4 PROSEDUR PRAKTIKUM


a) Masukkan contoh agregat yang beratnya 1,25 kali berat minimum benda uji ke dalam talam.
Keringkan di dalam oven pada suhu (110  5)C hingga mencapai berat tetap.
b) Masukkan benda uji agregat ke dalam wadah, dan diberi air pencuci secukupnya sehingga
benda uji terendam.
c) Guncang-guncangkan wadah dan tuangkan air cucian ke dalam susunan saringan No. 16 dan
No. 200.
d) Masukkan air pencuci baru, dan ulangilah pekerjaan di atas sampai air pencuci jernih.
e) Masukkan kembali semua bahan yang tertahan saringan No. 16 dan No. 200 dalam wadah;
kemudian masukkan seluruh bahan tersebut ke dalam talam yang telah diketahui beratnya
(W2). Keringkan dalam oven, dengan suhu (110  5)C hingga mencapai berat tetap.
f) Setelah kering timbang dan catatlah beratnya (W3).
g) Hitunglah berat bahan kering tersebut (W4 = W3 – W2).

C.5 PERHITUNGAN
W1  W4
Jumlah bahan lewat saringan No. 200 = x 100 %
W1
Dimana :
W1 = berat benda uji semula (gram)
W4 = berat benda uji tertahan saringan No. 200 (gram).

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 16


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

D. PEMERIKSAAN KOTORAN ORGANIK

D.1 TUJUAN PERCOBAAN


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan adanya kandungan bahan organik dalam
agregat halus. Kandungan bahan organik yang berlebihan dapat mempengaruhi kualitas hasil
penggunaan pasir untuk campuran, misalnya beton.

D.2 PERALATAN
a. Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet atau gabus atau bahan lainnya yang tidak
bereaksi terhadap NaOH. Volume gelas = 350 ml.
b. Standar warna (organics plate).
c. Larutan NaOH 3%.

D.3 BAHAN
Contoh pasir dengan volume 115 ml (1/3 volume botol)

D.4 PROSEDUR PRAKTIKUM


1. Contoh benda uji dimasukkan ke dalam botol.
2. Tambahkan senyawa NaOH 3%. Setelah dikocok, total volume menjadi kira-kira ¾ volume
botol
3. Botol ditutup erat-erat, dan botol dikocok kembali. Diamkan botol selama 24 jam
4. Setelah 24 jam, bandingkan warna cairan yang terlihat dengan warna standar No. 3 (apakah
lebih tua atau lebih muda).

D.5 LAPORAN
Analisis kotoran organik berdasarkan observasi warna contoh terhadap warna standar No. 3.

D.6 CATATAN
a. Larutan NaOH 3% diperoleh dari campuran 3 bagian larutan berat NaOH dalam 97 bagian
berat air suling.
b. Bila warna cairan contoh lebih tua dari warna standar No. 3, berarti kandungan bahan organik
melebihi toleransi (pasir terlalu kotor).

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 17


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

E. PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR DALAM AGREGAT HALUS

E.1 TUJUAN PERCOBAAN


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan persentase kadar lumpur dalam agregat
halus. Kandungan lumpur < 5% merupakan ketentuan dalam peraturan bagi penggunaan agregat
halus untuk pembuatan beton.

E.2 PERALATAN
Gelas ukur

E.3 BAHAN
Contoh pasir secukupnya (kondisi lapangan) dengan bahan pelarut air biasa.

E.4 PROSEDUR PRAKTIKUM


a. Contoh benda uji dimasukkan ke dalam gelas ukur.
b. Tambahkan air pada gelas ukur guna melarutkan lumpur.
c. Gelas dikocok untuk mencuci pasir dari lumpur.
d. Simpan gelas pada tempat yang datar dan biarkan lumpur mengendap setelah 24 jam.
e. Ukur tinggi pasir (V1) dan tinggi lumpur (V2) dalam ml.

E.5 PERHITUNGAN
V2
Kadar Lumpur = x 100 %
V1  V2
Dimana :
V1 = tinggi pasir
V2 = tinggi lumpur

Pemeriksaan kadar lumpur ini merupakan cara lain untuk melakukan pemeriksaan kadar
lumpur dengan penyaringan bahan lewat saringan no. 200.

Dari percobaan yang dilaksanakan didapatkan : V1 = 490 ml V2 = 2 ml


V2
Kadar lumpur = x 100%
V1  V2 air
2 lumpur
= x 100%
490  2 pasir
= 0,406 %

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 18


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
C.6 PKESIMPULAN
Sesuai dengan hasil perhitungan didapat kadar lumpur yang ada = 0,406 % < 5 % berarti
kandungan lupurya sangat rendah, sehigga dapat langsung digunakan dalam pembuatan beton tanpa
harus di cuci terlebih dahulu.
KADAR ZAT ORGANIK AGREGAT HALUS

Warna cairan NaOH 3% setelah gelas ukur + pasir


didiamkan selama 24 jam = Bening

Warna Penurunan kekuatan


Cairan
Bening 0%
NaOH 3%
kuning muda 0-5%
kuning tua 5 - 10 %
coklat muda 10 - 15 %
pasir coklat tua 15 - 20 %
coklat merah 20 - 25 %
Hitam 25 - 30 %

KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS


Dari percobaan yang dilaksanakan didapatkan :
V1 = tinggi pasir
V2 = tinggi lumpur
air V2
Kadar lumpur = x 100%
lumpur V1  V2

pasir = 0,406 %

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 19


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

F. PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT

F.1 TUJUAN PERCOBAAN


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar air agregat dengan cara
pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam
agregat dengan berat agregat dalam keadaan kering.

F.2 PERALATAN
a. Timbangan.
b. Oven dengan pengatur suhu sampai pemanasan (110  5)C.
c. Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tempat pengeringan contoh benda uji.

Gambar 1.F.1 : Aparatus untuk pemeriksaan kadar air agregat

F.3 BAHAN
Berat minimum contoh agregat tergantung pada ukuran maksimum, dengan batasan sebagai
berikut :

Berat Berat
Ukuran maksimum Ukuran maksimum
minimum minimum
6,30 mm (1/4 “) 0,50 kg 50,80 mm (2 “) 8,00 kg
9,50 mm (3/8 “) 1,50 kg 63,50 mm (2 ½ “) 10,00 kg
12,70 mm (1/2 “) 2,00 kg 76,20 mm (3 “) 13,00 kg
19,10 mm (3/4 “) 3,00 kg 88,90 mm (3 ½ “) 16,00 kg
25,40 mm (1 “) 4,00 kg 101,60 mm (4 “) 25,00 kg
38,00 mm (1 ½ “) 6,00 kg 152,40 mm (6 “) 50,00 kg

Tabel 1.F.1:Batasan ukuran maksimum agregat

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 20


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
F.4 PROSEDUR PRAKTIKUM
a. Timbang dan catatlah berat talam (W1).
b. Masukkan benda uji ke dalam talam, kemudian timbang dan catatlah berat talam + benda uji
(W2).
c. Hitung berat benda uji (W3 = W2 – W1).
d. Keringkan benda uji bersama talam dalam oven pada suhu (110  5)C hingga mencapai berat
tetap.
e. Setelah kering, timbang dan catatlah berat talam + benda uji kering (W4).
f. Hitung berat benda uji kering (W5 = W4 – W1).

F.5 PERHITUNGAN
W3  W5
Kadar air agregat = x 100 %
W3
Dimana :
W3 = berat contoh semula (gram)
W5 = berat contoh kering (gram)

Contoh perhitungan kadar air agregat kasar asli

Berat tempat ( gr ) : I = 2360 II = 2420


Berat tempat + contoh ( gr ) : I = 23650 II = 24380
Berat tempat + contoh kering oven ( gr ) : I = 22380 II = 23100
23650  22380
Kadar air agregat ( % ) : I= x100%  6.34%
22380  2360
24380  23100
II= x100%  6.19%
23100  2420
Kadar air rata-rata (%) : = (6.34+6.19) / 2
= 6.267 %
Contoh perhitungan kadar air agregat kasar SSD
Berat tempat ( gr ) : I = 114.2 II = 88.4
Berat tempat + contoh ( gr ) : I = 1315.7 II = 1221.8
Berat tempat + contoh kering oven ( gr ) : I = 1246.7 II = 1157.1
1315.7  1246.7
Kadar air agregat ( % ) : I= x100%  6.09%
1246.7  114.2
1221.8  1157.1
II= x100%  6.05%
1157.1  88.4
Kadar air rata-rata (%) : = (6.09+6.05) / 2

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 21


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
= 6.073 %
Contoh Perhitungan Kadar Air Agregat Halus Asli
Berat tempat ( gr ) : I = 2370 II = 2480
Berat tempat + contoh ( gr ) : I = 21320 II = 21230
Berat tempat + contoh kering oven ( gr ) : I = 19270 II = 19300
21320  19270
Kadar air agregat ( % ) : I= x100%  12.130%
19270  2370
21230  19300
II= x100%  11.474%
19300  2480
Kadar air rata-rata (%) : = (12.130+11.474) / 2
= 11.802 %

Contoh perhitungan kadar air agregat Halus SSD

Berat tempat ( gr ) : I = 102.9 II = 92


Berat tempat + contoh ( gr ) : I = 578.5 II = 649.3
Berat tempat + contoh kering oven ( gr ) : I = 576.1 II = 646.2
578.5  576.1
Kadar air agregat ( % ) : I= x100%  0.507%
576.1  102.9
649.3  646.2
II= x100%  0.559%
646.2  92
Kadar air rata-rata (%) : = (0.507+0.559) / 2
= 0.533 %
Perhitngan selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama, dan hasil perhitunganya dapat
dilihat pada tabel berikut :
ASLI SSD
Nomor test C E I II
A. Berat tempat (gr) 2360 2420 114.2 88.4
B. Berat tempat + contoh (gr) 23650 24380 1315.7 1221.8
C. Berat tempat + contoh kering oven (gr) 22380 23100 1246.7 1157.1
D. Kadar air = (%) 6.34 6.19 6.09 6.05
E. Kadar air rata-rata (%) 6.267 6.073

Tabel 1.F.2 :Kadar Air Agregat Kasar

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 22


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

ASLI SSD

Nomor test A B I II

A. Berat tempat (gr) 2370 2480 102.9 92

B. Berat tempat + contoh (gr) 21320 21230 578.5 649.3

C. Berat tempat + contoh kering oven(gr) 19270 19300 576.1 646.2


BC
D. Kadar air = x 100 % (%) 12.130 11.474 0.507 0.559
CA
E. Kadar air rata-rata (%) 11.802 0.533

Tabel 1.F.3: Kadar air agregat halus

F.6 KESIMPULAN

Perbedaan kondisi asli dan SSD :


Kondisi asli :
Ambil pasir sebanyak 500 gr timbang berat tempat dan contoh kemudian pasir dioven
selama 24 jam setelah itu timbang berat tempat + contoh kering oven.
Kondisi SSD :
Ambil agregat timbang berat tempat dan contoh kemudian pasir di oven selama 24
jam setelah itu timbang berat tempat + contoh kering oven.
Dari hasil percobaan serta perhitungan diatas didapat :
1. KADAR AIR UNTUK AGREGAT KASAR BERUPA KERIKIL :
 Kadar air asli = 6.267 %
 Kadar air SSD = 6.073 %
2. KADAR AIR UNTUK AGREGAT HALUS BERUPA PASIR :
 Kadar air asli = 11.802 %
 Kadar air SSD = 0.533%

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 23


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
G. PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR

G.1 TUJUAN PERCOBAAN


Menentukan “bulk dan apparent” specific gravity dan penyerapan (absorbsi) agregat kasar
menurut prosedur ASTM C-127. Nilai ini diperlukan untuk menetapkan besarnya komposisi
volume agregat dalam adukan beton.

G.2 PERALATAN
1) Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram yang mempunyai kapasitas 5 kg.
2) Keranjang besi diameter 203,2 mm (8”) dan tinggi 63,5 mm (2,5 “).
3) Oven dengan pengatur suhu sampai pemanasan (110  5)C.
4) Handuk
5) Talam logam tahan karat untuk tempat pengeringan benda uji absorbsi.

G.3 BAHAN
Berat contoh agregat disiapkan sebanyak 11 liter dalam keadaan kering muka (SSD =
Saturated Surface Dry). Contoh diperoleh dari bahan yang diproses melalui alat pemisah atau cara
perempatan. Butiran agregat yang lolos saringan No. 4 tidak dapat digunakan sebagai benda uji.

G.4 PROSEDUR PRAKTIKUM


1) Benda uji direndam selama 24 jam.
2) Benda uji di-kering muka-kan (kondisi SSD) dengan mengelapkan handuk pada butiran
agregat.
3) Timbang contoh kondisi SSD (Bj).
4) Contoh benda uji dimasukkan ke dalam keranjang dan direndam kembali di dalam air.
5) Temperaur air dijaga (73,4  3) Fahrenheit, dan kemudian ditimbang setelah keranjang
6) digoyang-goyangkan dalam air untuk melepaskan udara yang terperangkap. Hitung berat contoh
kondisi jenuh (Ba).
7) Contoh dikeringkan pada temperatur (212  130) Fahrenheit. Setelah didinginkan, contoh
ditimbang (Bk).

G.5 PERHITUNGAN
Bk
 Berat Jenis (bulk)
Bj  Ba
Bj
 Berat jenis kering permukaan jenuh
Bj  Ba
Bk
 Berat jenis semu (apparent)
Bk  Ba
Bj - Bk
 Penyerapan (absorbsi) x 100 %
Bk

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 24


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
Dimana :
Bj = berat contoh kering permukaan jenuh = 5000 gram
Bk = berat contoh kering oven
Ba = berat contoh di dalam air
Contoh perhitungan :
4682.4
 Berat jenis (Bulk) :  2.298
5000  2962.2
5000
 Berat jenis kering permukaan jenuh :  2.454
5000  2962.2
4682.4
 Berat jenis semua :  2.722
4682.4  2962.2
5000  4682.4
 Penyerapan (absorsi) : x100%  6.783%
4682.2
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dihitung ndengan cara yang sama , dana hasil
perhitunganya dapat dilihat pada tabel berikut :

I II Rata-rata

Berat contoh kering oven Bk 4682.4 4674.6 4678.5


Berat contoh kering permukaan
Bj 5000 5000 5000
jenuh
Berat contoh di dalam air Ba 2962.2 2949.2 2955.7

Bk
Berat Jenis (bulk) 2.298 2.279 2.289
B j B a
Bj
Berat jenis kering permukaan jenuh 2.454 2.438 2.446
B j B a

Berat jenis semu (apparent)


Bk 2.722 2.709 2.716
BkBa
Penyerapan (absorbsi) B j - Bk 6.783 6.961 6.872
x100%
Bk

Tabel 1.G.1 : Berat jenis dan penyerapan agregat kasar

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 25


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

G.6 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dan analisa, maka dapat disimpulkan keadaan agregat kasar yang
dipakai adalah :
 Agregat kasar memiliki berat jenis (Bulk) rata-rata adalah = 2.289 gr
 Berat jenis permukaan jenuh rata-rata = 2.446 gr
 Berat jenis semua (Apparent) rata-rata = 2.716 gr
 Penyerapan (Abbsorsi) rata-rata = 6.872 %
Nilai yang didapatkan untuk menetapkan kasarnya komposisi volume agregat dalam
adukan beton adalah berat jenis beton kering permukaan jenuh (SSD) sebesar 2.446 gr dan
penyerapan sebesar 6.872 %.

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 26


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
H. PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS

H.1 TUJUAN PERCOBAAN


Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan “bulk dan apparent” specific gravity dan
penyerapan agregat halus menurut prosedur ASTM C-128.

H.2 PERALATAN
a. Timbangan dengan ketelitian 0,5 gr dengan kapasitas minimum 1000 gram.
b. Oven dengan pengatur suhu sampai pemanasan (110  5)C.
c. Piknometer dengan kapasitas 500 gram.
d. Cetakan kerucut pasir (metal sand cone) dan tongkat pemadat dari logam.

Gambar 1.H.1. : Aparatus untuk analisis specific gravity dan absorbsi agregat halus

H.3 BAHAN
Berat contoh agregat disiapkan sebanyak 1000 gram. Contoh diperoleh dari bahan yang
diproses melalui alat pemisah atau cara perempatan.

H.4 PROSEDUR PRAKTIKUM


a. Agregat halus yang jenuh air dikeringkan sampai diperoleh kondisi dengan indikasi contoh
tercurah dengan baik.
b. Sebagian dari contoh dimasukkan pada “metal sand cone mold”. Benda uji dipadatkan dengan
tongkat pemadat (tamper). Jumlah tumbukan adalah 25 kali. Kondisi SSD (Saturated Surface
Dry) contoh diperoleh jika cetakan diangkat, butiran-butiran pasir longsor/runtuh.
c. Contoh agregat halus seberat 500 gram dimasukkan ke dalam piknometer. Isilah piknometer
tadi dengan air sampai 90% penuh. Bebaskan gelembung-gelembung udara dengan cara
menggoyang-goyangkan piknometer tadi. Rendamlah piknometer dengan suhu air (73,4  3)
Fahrenheit selama 24 jam.
d. Pisahkan contoh benda uji dengan piknometer dan keringkan pada suhu (213  230) Fahrenheit.
Langkah ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam.
e. Timbanglah berat piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas kalibrasi pada temperatur (73,4
 4) Fahrenheit, dengan ketelitian 0,1 gram.

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 27


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
H.5 PERHITUNGAN
Bk
 Berat Jenis (bulk)
(B  Bj  Bt )
Bj
 Berat jenis kering permukaan jenuh
(B  Bj  Bt )
Bk
 Berat jenis semu (apparent)
(B  Bk  Bt )
Bj - Bk
 Penyerapan (absorbsi) x 100 %
Bk
Dimana :
Bj = berat contoh kering permukaan jenuh = 500 gram
Bk = berat contoh kering oven
B = berat piknometer diisi air pada 25C
Bt = berat piknometer + contoh SSD + air (25C)
Contoh perhitungan :
496.40
 Berat Jenis (bulk)  2.789
(666.60  500  988.60)
500
 Berat jenis kering permukaan jenuh  2.809
(666.60  500  988.60)
496.40
 Berat jenis semu  2.846
(666.60  496.40  988.60)
500  496.40
 Penyerapan (absorsi) x100%  0.725%
496.40

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 28


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
Perhitungan selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama, dan hasil perhitunganya
dapat dilihat pada tabel berikut :

I II Rata-rata

Berat contoh kering oven Bk 496.40 496.70 496.55


Berat contoh kering permukaan jenuh Bj 500.00 500.00 500.00
Berat piknometer diisi air pada 25oC B 666.60 665.90 666.25
Berat piknometer + contoh + air (25oC) Bt 988.60 984.60 986.60

Berat Jenis (bulk) Bk 2.789 2.740 2.764


(B  B j  B t)
Bj
Berat jenis kering permukaan jenuh 2.809 2.758 2.783
(B  B j  B t)
Bk
Berat jenis semu (apparent) 2.846 2.790 2.818
(B  Bk  Bt)

Penyerapan (absorbsi) Bj- Bk 0.725 0.664 0.695


x100%
Bk
Tabel 1.H.1 : Berat jenis dan penyerapan agregat halus

H.6 KESIMPULAN

Dari hasil percobaan dan analisa, maka dapat disimpulkan keadaan agregat halus yang
dipakai adalah :
 Agregat kasar memiliki berat jenis (bulk) rata-rata = 2.764
 Berat Jenis kering permukaan jenuh rata-rata = 2.783
 Berat jenis semu(apparent) rata-rata = 2.818
 Penyerapan (absorsi) rata-rata = 0.695%
Nilai yang dipakai untuk menetapkan besranya komposisi volume agregat dalam
adukan beton adalah berat jenis beton kering permukaan jenuh (SSD) sebesar 2.783 dan
penyerapan sebesar 0.695%

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 29


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

I. PENGUJIAN
KEAUSAN AGREGAT (ABRASI TEST) DENGAN
MENGGUNAKAN ALAT LOS ANGELES

I.1 TUJUAN PERCOBAAN


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan ketahanan agregat kasar yang lebih kecil
dari 37,5 mm (1 ½”) terhadap keausan menggunakan alat Los Angeles.

I.2 PERALATAN
1) Mesin Abrasi Los Angeles, yaitu mesin yang terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua
sisinya dengan diameter 71 cm (28”) dan panjang 50 cm (20”). Silinder ini bertumpu pada dua
poros pendek tidak menerus yang berputar pada poros mendatar. Silinder mempunyai lubang
untuk memasukkan benda uji. Penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam
silinder tidak terganggu. Di bagian dalam silinder terdapat bilah baja melintang penuh setinggi
8,9 cm (3,56”).
2) Bola-bola baja mempunyai diameter rata-rata 4,68 cm (1 7/8”) dan berat masing-masing antara
400 gram sampai 440 gram.
3) Saringan mulai ukuran 37,5 mm (1 ½”) sampai 2,38 mm (N0. 8).
4) Timbangan dengan kapasitas 5000 gram dan dengan ketelitian 1 gram.
5) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu, memanasi sampai (110 5)C.

I.3 BAHAN
Benda uji harus bersih. Bila benda uji masih mengandung kotoran, debu, bahan organik atau
terselimuti oleh bahan lain, maka benda uji harus dicuci dahulu sampai bersih kemudian
dikeringkan dalam suhu (110 5)C.
Pisahkan benda uji ke dalam masing-masing fraksi kemudian digabungkan sesuai dengan
daftar berikut.

Ukuran saringan Berat dan gradasi benda uji (gram)


Lewat (mm) Tertahan (mm) A B C D
37,5 (1 ½”) 25,0 (1”) 1250  25 - - -
25,0 (1”) 19,0 (3/4”) 1250  25 - - -
19,0 (3/4”) 12,5 (1/2”) 1250  25 2500  25 - -
12,5 (1/2”) 9,5 (3/8”) 1250  25 2500  25 - -
9,5 (3/8”) 6,3 (1/4”) - - 2500  25 -
6,3 (1/4”) 4,75 (No.4) - - 2500  25 -
4,75 (No.4) 2,36 (No. 8) - - - 5000  10
Total 5000  10 5000  10 5000  10 5000  10
Jumlah bola 12 11 8 6
Berat bola (gram) 5000  25 4584  25 3330  25 2500  25

Tabel 1.I.1 : Berat jenis dan penyerapan agregat halus

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 30


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

I.4 ROSEDUR PRAKTIKUM


1) Benda uji dan bola baja dimasukkan ke dalam mesin Los Angeles dan mesin diputar dengan
kecepatan 30 sampai 33 rpm sebanyak 5001 putaran.
2) Setelah selesai putaran, benda uji dikeluarkan, disaring dengan saringan 4,75 mm (No. 4) dan
1,7 (No. 12). Butiran yang lebih besar dari 1,7 mm (tertahan di kedua saringan tersebut) dicuci
bersih, dikeringkan dalam oven dengan suhu (110 5)C sampai berat menjadi tetap.
Kemudian timbang dengan ketelitian 5 gram.

I.5 PERHITUNGAN
a -b
Nilai keausan Los Angeles = x 100 %
a
Dimana :
a = Berat benda uji semula (gram)
b = Berat benda uji tertahan di saringan No. 12 (dan No. 4) (gram)

Contoh perhitungan :
Dimana :
a. = Berat benda uji semula (gram) = 5000 gr
b. = Berat benda uji tertahan di saringan No. 12 dan No. 4 = 2675.60 gr

a -b
Nilai keausan los engeles = x 100 %
a
5000 - 2675.60
= x 100 %
5000
= 46.488 %

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 31


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

Gradasi pemeriksaan B (fraksi 10 - 20 mm)


Saringan I II
Berat Berat Berat Berat
Lolos tertahan
sebelum sesudah sebelum sesudah
76,20 (3") 63,50 (2,5")
mm mm
63,50 (2,5") 50,80 (2")
mm mm
50,80 (2") 37,50 (1,5")
mm mm
37,50 (1,5") 25,40 (1")
mm mm
25,40 (1")
mm 19,00 mm (3/4")

19,00 mm (3/4") 12,50 mm (1/2") 2500

12,50 mm (1/2") 9,50 mm (3/8") 2500

9,50 mm (3/8") 6,30 mm (1/4")

6,30 mm (1/4") 4,75 mm (No.4) 1770.8

4,75 mm (No.4) 2,38 mm (No.8)


Berat tertahan saringan no 12 --- 904.80
Jumlah berat 2675.60
.
I II
a Berat benda uji semula 5000,00 gram
Berat benda uji tertahan saringan No.12 (&
b 2675.60 gram
No.4)
Keausan a-b
x 10 0 % 46.488 %
: a

Tabel 1.I.2.: Pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi los angeles (500 putaran ) AASHTO
T 96-77

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 32


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
KESIMPULAN
Dalam pengujian keausan ageregat di dapat prosentase hasil perhitungan adalah 46.488%
(terdapat pada prasaratan agregat pasal 5.3 SNI 03-2847-2002 tentang mutu dan cara uji agregat
beton. Sii 0052-80 ) berarti agregat yang diuji layak untuk dijadikan bahan konstruksi.

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 33


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
J. PEMERIKSAAN BERAT JENIS SEMEN
J.1 TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis semen Portland. Berat jenis
semen adalah perbandingan antara berat isi kering semen pada suhu kamar dengan berat isi kering
air suling pada 4 C yang isinya sama dengan isi semen.

J.2 PERALATAN
1) Botol Le Chatelier.
2) Kerosin bebas air atau naptha dengan berat jenis 62 API.

Gambar 1.J.1 : Bahan dan alat percobaan berat jenis semen

J.3 BAHAN
Contoh semen portland sebanyak 64 gram
J.4 PROSEDUR PRAKTIKUM
1) Isi botol Le Chatelier dengan kerosin atau naptha sampai antara skala 0 dan 1; bagian dalam
botol di atas permukaan cairan dikeringkan.
2) Masukkan botol ke dalam bak air dengan suhu konstan dalam waktu yang cukup untuk
menghindarkan variasi suhu botol lebih dari 0,2 C.
3) Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol, baca skala pada botol (V1).
4) Masukkan benda uji sedikit demi sedikit ke dalam botol; jangan sampai terjadi ada semen yang
menempel pada dinding dalam botol di atas cairan.
5) Setelah semua benda uji dimasukkan, putar botol dengan posisi miring secara perlahan-lahan
sampai gelembung-gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan cairan.
6) Masukkan botol ke dalam bak air dalam waktu yang cukup untuk menghindarkan variasi suhu.
7) Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol, baca skala pada botol (V2).

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 34


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
J.5 PERHITUNGAN
Berat jenis = Berat semen x d
V2  V1
Lamp. Lap. :No
Dimana : Dihitung :
Pekerjaan : Dikerjakan :
V1 = pembacaan pertama pada skala botol. Tanggal :
V2 = pembacaan kedua pada skala botol.
D = berat isi air pada suhu 4 C (= 1 gram/cm3).
(V2-V1) =isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan berat tertentu.
BERAT JENIS SEMEN PORTLAND

I II Rata-rata
Berat semen (gr)
Pembacaan pertama pada skala botol V1
Pembacaan kedua pada skala botol V2
Isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan berat tertentu V2 - V1
Berat isi air pada 4oC d (gr/cm3) 1.00 1.00 1.00
Berat semen
Berat jenis semen xd
( V 2  V1 )
B

Berat jenis rata-rata

Tabel 1.J.1 : Bahan dan alat percobaan berat jenis semen

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 35


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

K. PEMERIKSAAN KONSISTENSI NORMAL SEMEN HIDROLIS

K.1 TUJUAN PERCOBAAN


Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan konsistensi normal dari semen hidrolis untuk
keperluan penentuan waktu pengikatan semen.

K.2 PERALATAN
1) Mesin aduk (mixer) dengan daun-daun pengaduk dari baja tahan karat serta mangkuk yang
dapat dilepas.
2) Alat vicat (dengan menggunakan ujung C seperti pada gambar).
3) Timbangan dengan ketelitian sampai 1,0 gram.
4) Alat pengorek (scrapper) dibuat dari karet yang agak kaku.
5) Gelas ukur dengan kapasitas 150 atau 200 ml.
6) Sendok perata (trowel).
7) Sarung tangan karet.

Gambar 1.K.1 : Alat ficat

K.3 BAHAN
a) Semen portland  3,5 kg (untuk  6 percobaan).
b) Air bersih (dengan suhu kamar).

K.4 PROSEDUR PRAKTIKUM


a. Pasang daun pengaduk serta mangkuk pada alat pengaduk.
b. Masukkan bahan untuk percobaan dalam mangkuk dan campurlah sebagai berikut :
 Tuangkan air ( 155 – 125 cc untuk semen tipe I dan  130 – 140 cc untuk semen tipe
III).

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 36


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
 Masukkan 500 gram semen ke dalam air dan biarkan untuk penyerapan selama 30
detik.
c. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan rendah (140  5 ppm) dan aduklah selama 30
detik.
d. Hentikan mesin pengaduk untuk 15 detik dan sapulah bahan (pasta) dari dinding sisi mangkuk.
e. Jalankan mesin aduk dengan kecepatan sedang (285  ppm) dan aduklah untuk 1 menit.
f. Segeralah ambil pasta dari mangkuk dan bentuklah sebagai bola. Lemparkan bola pasta
tersebut dari tangan yang satu ke tangan yang lain (dengan jarak  15 cm) beberapa kali.
Kemudian tempatkan pada alat vicat. Tekankan ke dalam cincin konis (G) sehingga memenuhi
cincin tersebut.
g. Tempatkan cincin tersebut pada pelat gelas (H) dan tuangkan kelebihan pasta semen dari kedua sisi
cincin. Ratakan bagian atas dari pasta semen dengan sendok adukan sedemikian rupa sehingga
tidak menekan adukan.
h. Pusatkan cincin berisi pasta tersebut di bawah batang (B) dan sentuhkan dan kemudian kuncilah
(putar kunci K) jarum C pada permukaan pasta. Tempatkan indikator (F) tepat pada angka nol
yang atas. Lepaskan batang (B) bersamaan jarum (C) dengan memutar kunci K. Jarum C akan
masuk ke dalam pasta.
Bila dalam waktu 30 detik kedalaman masuk C ke dalam pasta besarnya 10  1 mm dari
permukaan, maka konsistensi pasta semen tersebut adalah normal (konsistensi normal
sudah tercapai).
i. Bila konsistensi normal belum tercapai, ulangilah langkah-langkah di atas sampai maksimal 6 kali
percobaan, sehingga tercapai.

K.5 LAPORAN

Grafik Konsistensi Normal


26
penambahan 24
berat Penetrasi 22
No. air 20
Penetrasi (mm)

18
semen ml % (mm) 16
14
1 500 105 21 3 12
10
8
6
2 500 115 23 4 4
2 23.86
0
3 500 125 25 10 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Kadar Air (%)
4 500 135 27 25 y = 3.6x - 75.9

Tabel 1.K.1. : Konsistensi normal

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 37


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
K.6 KESIMPULAN
Dari hasil praktikum, pemeriksaan konsistensi semen hidrolis diperoleh kedalaman penetrasi
jarum sebesar 10 mm ( mendekati semen ) dengan penambahan air sebanyak 23,86 % atau 23,86 %
x 500 gr = 119.3 gr

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 38


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

L. PENENTUAN WAKTU PENGIKATAN SEMEN HIDROLIS

L.1 TUJUAN PERCOBAAN


Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan waktu pengikatan semen hidrolis (dalam
keadaan konsistensi normal) dengan alat vicat dan alat gillmore.

L.2 PERALATAN
1) Mesin aduk (mixer) dengan daun-daun pengaduk dari baja tahan karat serta mangkuk yang
dapat dilepas.
2) Alat vicat (dengan memakai jarum D seperti pada gambar).
3) Alat gillmore dengan jarum tekanan rendah (diameter 1/12 inch ¼ lb) dan jarum tekanan tinggi
(diameter 1/24 inchi 1 lb).
4) Timbangan dengan ketelitian sampai 1,0 gram.
5) Alat pengorek (scrapper) dibuat dari karet yang agak kaku.
6) Gelas ukur dengan kapasitas 150 atau 200 ml.
7) Sendok perata (trowel).
8) Sarung tangan karet.
9) Ruang lembab yang mampu memberikan kelembaban relatif minimum 90%.

L.3 BAHAN
a. Semen portland.
b. Air bersih (dengan suhu kamar).

L.4 PROSEDUR PRAKTIKUM


a. Dalam test vicat, waktu pengikatan terjadi apabila jarum vicat kecil (jarum D), membuat
penetrasi sedalam 25 mm ke dalam pasta setelah mapan selama 30 detik.
b. Dalam test Gillmore, waktu pengikatan awal terjadi apabila jarum rekanan rendah tidak
memberikan bekas yang tampak (jelas) pada pasta, sedang waktu pengikatan akhir terjadi
apabila jarum tekanan tinggi tidak memberikan bekas yang tampak (jelas) pada pasta.

Alat Vicat :
1) Tempatkan sudu serta mangkuk (kering) pada posisi mengaduk pada alat aduk.
2) Tempatkan bahan-bahan untuk satu “BATCH” ke dalam mangkuk dengan cara sebagai berikut
:
 Masukkan semua air pencampur yang jumlahnya telah ditetapkan sebelumnya dalam
pembuatan pasta semen dengan konsistensi normal untuk semen 500 gram.
 Tambahkan 500 gram semen pada air tersebut dan biarkan menyerap untuk 30 detik.
3) Jalankan alat aduk dengan kecepatan rendah (140  5 rpm) selama 30 detik.
4) Hentikan alat aduk selama 15 detik dan koreklah semua pasta dari sisi mangkuk.
5) Jalankan alat aduk dengan kecepatan sedang (248  10 rpm) dan aduklah selama 1 menit.
6) Segera ambil pasta semen dari mangkuk dan bentuklah sebagai bola, dan tekankan ke dalam
cincin konis sesuai cara dalam penentuan konsistensi normal.

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 39


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
7) Segera masukkan benda coba tersebut ke dalam ruang lembab dan biarkan di sana terus kecuali
bila mau dipakai untuk percobaan.
8) Setelah 30 menit di dalam ruang lembab, tempatkan benda coba pada alat vicat. Turunkan
jarum D sehingga menyentuh permukaan pasta semen. Keraskan sekrup E dan geser jarum
penunjuk F pada bagian atas dari skala dan lakukan pembacaan awal.
9) Lepaskan batang B dengan memutar sekrup E dan biarkan jarum mapan pada permukaan pasta
untuk 30 detik. Adakan pembacaan untuk menetapkan dalamnya penetrasi. Apabila pasta
ternyata terlalu lembek, lambatkan penurunan batang B untuk mencegah melengkungnya
jarum.
10) Jarak antara setiap penetrasi pada pasta tidak boleh lebih kecil dari 6 mm, untuk semen tipe I,
percobaan dilakukan dengan segera setelah diambil dari ruang lembab dan setiap 15 menit
sesudahnya sampai tercapai penetrasi sebesar 25 mm atau kurang. Untuk semen tipe III,
percobaan dilakukan segera setelah diambil dari ruang lembab dan setiap 10 menit sesudahnya
sampai tercapai penetrasi sebesar 25 mm atau kurang.
11) dalam suat grafik, besarnya penetrasi jarum vicat sebagai fungsi dari waktu untuk semen-
semen tipe I atau III.
12) Catat semua hasil percobaan penetrasi. Tentukan waktu tercapainya penetrasi sebesar 25 mm.
Inilah waktu ikat.

Alat Gillmore :
a) Sama dengan langkah (a) sampai (d) di atas, kemudian dilanjutkan dengan :
b) Bentuklah suatu lingkaran pipih dari pasta dengan diameter 75 mm dan tebal 12 mm. Ditengah-
tengah lingkaran pipih tersebut datar ditengah dan menipis ke arah pinggir.
c) Pembuatan lingkaran pipih tersebut dilakukan pada kaca datar bersih berukuran 10 x 10 cm.
d) Tempatkan benda coba (beserta kacanya) ke dalam ruang lembab, dan biarkan di sana terus,
kecuali bila akan dilakukan percobaan.
e) Peganglah jarum-jarum ke dalam posisi vertikal dan letakkan ujung-ujungnya pelan-pelan pada
permukaan pasta.
f) Bila jarum tekanan rendah tidak memberi bekas pada pasta, maka pasta telah mencapai waktu
ikat mula. Bila jarum tekanan tinggi tidak memberi bekas pada pasta, maka pasta telah
mencapai waktu ikat akhir.
g) Catatlah waktu-waktu ikat awal dan ikat akhir.
h) Buatlah tabel yang menunjukkan perbedaan-perbedaan dalam waktu semen tipe I dan III.

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 40


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

L.5 LAPORAN

Awal
Grafik Waktu Ikat
No. Waktu (menit) Penetrasi (mm) 50

1 30 40 45

2 45 40 40
35
3 60 40

penetrasi ( mm )
30
4 75 40
25
5 90 37
20
6 105 27
15
7 120 19
10
8 135 BEKAS 5
BEKAS 109.31
9 150 0
10 165 BEKAS 70 75 80 85 90 95 100105110115120125
11 180 BEKAS waktu (menit)

12 195 TIDAK BEKAS y = -0.4867x + 78.2

Tabel 1.L.1. Waktu Pengikat Semen Hidrolis

L.6 KESIMPULAN

Dari pemeriksaan waktu ikat semen ini, semen memilik waktu ikat awal 109.31 menit dan
memiliki waktu ikat akhir 195 menit. Maka semen dapat dipakai dalam konstruksi.

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 41


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
M. KEKUATAN TEKAN, TARIK AKSIAL DAN TARIK LENTUR MORTAR

M.1 MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan :
a) kekuatan tekan mortar semen portland dengan contoh benda uji berbentuk kubus berukuran
(5 x 5 x 5) cm.
b) Kekuatan tarik aksial mortar semen portland dengan contoh benda uji Briquette
c) Kekuatan lentur tarik mortar semen portland dengan benda uji (40 x 40 x 160) mm

M.2 PERALATAN
a) Neraca, kapasitas 2000 gram dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh.
b) Gelas ukur, dengan ketelitian 2 ml. Alat pengaduk, (ASTM C.305-65). Gambar no. 2 PA –
0103-76.
c) Stop watch, sendok perata, dan pengukur leleh.
d) Meja leleh (flow table, ASTM C.230-68).
e) Cetakan kubus (5 x 5 x 5) cm, dan alat pemadat.
f) Mesin tekan, dengan ketelitian pembacaan 1%
g) Pasir Ottawa.
h) Air suling  500 cm3.
i) Cetakan Briquette
j) Cetakan (4 x 4 x 16) cm

Gambar 1.M.1 : Aparatus pemeriksaan mortar semen

M.3 BENDA UJI


o Kubus mortar berukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm.
o Briquette mortar
o Balok mortar (4 x 4 x 16) cm

M.4 CARA MELAKUKAN


a) Masukkan air pencampur berupa air suling sebanyak 30 % dari berat semen ke dalam mangkok
alat pengaduk.
CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 42
LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
b) Timbanglah 500 gram semen dan masukkan ke dalam mangkok.
c) Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (145  5) putaran per menit (rpm) selama 30 detik.
d) Masukkan pasir Ottawa sebanyak 1375 gram perlahan-lahan sambil pengaduk dijalankan
dengan kecepatan (145  5) putaran per menit (rpm) selama 30 detik.
e) Hentikan mesin pengaduk, naikkan kecepatan putaran menjadi (285  10) rpm dan jalankan
selama 30 detik.
f) Hentikan mesin pengaduk, segera bersihkan mortar yang menempel pada pinggir mangkok
selama 15 detik. Kemudian biarkan mortar selama 75 detik.
g) Aduk lagi mortar dengan kecepatan pengaduk (285  10) rpm selama 1 menit.
h) Lakukan percobaan leleh dengan mengisikan mortar ke dalam cincin yang terletak di atas meja
leleh, cincin diisi dalam 2 lapis, setiap lapis dipadatkan dengan menumbuk sebanyak 20 kali.
Ratakan permukaan mortar dengan sendok perata, angkatlah cincin dan getarkan meja leleh
sebanyak 25 kali selama 15 detik.
i) Ukurlah diameter leleh, sekurang-kurangnya pada 4 tempat dan ambil harga rata-rata.
(diameter leleh harus antara 100 – 115% dari diameter semula).
j) Apabila diameter leleh yang disyaratkan belum didapat, ulanglah pekerjaan dari a sampai i
dengan mengubah kadar air.
k) Setelah diameter leleh yang disyaratkan didapat, mortar dimasukkan ke dalam mangkok dan
diaduk dengan kecepatan pengaduk (285  10) putaran per menit (rpm) selama 15 detik.
l) 30 detik setelah selesai pengadukan, cetaklah mortar dengan cetakan kubus 5 x 5 x 5 cm;
cetakan diisi dalam 2 lapisan dimana setiap lapisan dipadatkan dengan penumbuk sebanyak 32
kali dalam 4 putaran . Keseluruhan waktu yang digunakan untuk mencetak tidak boleh lebih
dari 2 menit.
m) Ratakan permukaan mortar dengan sendok perata kemudian simpan di atas “moist cabinet”
selama 24 jam.
n) Bukalah cetakan dan rendamlah mortar dalam air bersih kemudian periksalah kekuatan tekan
mortar pada Mesin Tekan sesuai dengan umur yang diinginkan, biasanya pada umur 3, 7, dan
28 hari. Demikian juga kekuatan tarik aksial dan tarik lentur diperiksa dengan menggunakan
mesin Flexure – Tensile Testing.

M.5 PERHITUNGAN

 Kekuatan tekan mortar

Diketahui :
Panjang (L) = 5.00 cm
Lebar (b) = 5.00 cm
Tiggi (h) = 5.00 cm

 Volume = S3
= 53
= 125 cm3

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 43


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

 Luas permukaan benda uji =pxl


= 5.00 x 5.00
= 25.00 cm
Berat
 Berat isi =
volume
306.50
=
125.00
= 2.45 gr/cm3
tekanan
 Beban maksimum = x1000
grafitasi
450
= x1000
10
= 45000 N
Beban maksimum
 Kuat tekan mortar =
Luas permukaan benda uji
45000
=
25.00
= 18 N/mm2
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama, dan hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tanggal Tanggal Umur Berat Berat isi Luas permukaan Beban Kuat tekan mortar
No.
buat test (hari) (gram) (gr/cm3) mm
2 (N) (N/mm )
2

1 10/02/2015 17/02/2015 7 306.50 2.45 2500 45000 18

2 10/02/2015 17/02/2015 7 293.40 2.35 2500 60000 24

3 10/02/2015 17/02/2015 7 309.60 2.48 2500 50000 20

4 10/02/2015 24/02/2015 14 296.30 2.37 2500 65000 26

5 10/02/2015 24/02/2015 14 302.70 2.42 2500 75000 30

6 10/02/2015 24/02/2015 14 308.10 2.46 2500 60000 24

7 10/02/2015 1O/03/2015 28 297.60 2.38 2500 80000 32

8 10/02/2015 1O/03/2015 28 302.30 2.42 2500 75000 30

9 10/02/2015 1O/03/2015 28 287.80 2.30 2500 70000 28

Tabel 1.M.1 :Pemeriksaan kekuatan tekan Mortar semen portland

 Kekuatan tarik aksial mortar:

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 44


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

Volume = 75 cm3
 Luas penampang patah = p x l
= 2.50 x 2.05
= 5.13 cm2
Berat
 Berat isi =
volume
139.200
=
75
= 1.856 gr/cm3
tekanan
 Gaya aksial = x1000
grafitasi
8
= x1000
10
= 800 N

gaya aksial
 Kuat tarik aksial mortar =
Luas penampang patah
800
=
513
= 1.559 N/mm2

Untuk perhitungan selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama, dan hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tanggal Tanggal Umur Berat Berat isi Luas penampang Beban Kuat tarik mortar
No.
buat test (hari) (gram) 3
(gr/cm ) patah (mm )
2 (N) (N/mm )
2

1 10/02/2015 17/02/2015 7 139.200 1.856 513.000 800 1.559

2 10/02/2015 24/02/2015 14 142.800 1.904 529.000 1150 2.174

3 10/02/2015 10/03/2015 28 139.700 1.863 715.000 1850 2.587

Tabel 1.M.2.: Pemeriksaan kekuatan tarik aksial mortar semen portland

 Kekuatan tarik lentur mortar

diketahui :

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 45


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
Panjang ( L) = 16.00 cm
Lebar (b) = 4.00 cm
Tinggi ( h) = 4.00 cm

 Volume =pxlxt
= 16.00 x 4.00 x 4.00
= 256.00 cm3
Berat
 Berat isi =
volume
569.40
=
256.00
= 2.224 gr/cm3
tekanan
 Beban maksimum = x1000
grafitasi
14.5
= x1000
10
= 1450 N
1
 Momen maksimum = x beban maksimum x 12
4
1
= x 1450 x 12
4
= 43500 N.mm
1
 Momen tahanan = x b x h2
6
1
= x 4 x 16 x 1000
6
=10666.667 mm3

Momen maksimum
 Kuat tarik lentur mortar =
Momen taha nan
43500
=
10666.667
= 4.078 N/mm2

Untuk perhitungan selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama, dan hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut:

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 46


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

Tanggal Tanggal Umur Berat Berat isi Momen Momen Beban Kuat lentur tarik
No.
buat test (hari) (gram) (gr/cm ) maks (Nmm) Tahanan (mm ) (N)
3 3
mortar (N/mm )
2

1 10/02/2015 17/02/2015 7 569.40 2.224 43500.000 10666.667 1450 4.078

2 10/02/2015 24/02/2015 14 564.90 2.207 39000.000 10666.667 1300 3.656

3 10/02/2015 10/03/2015 28 566.60 2.213 55500.000 10666.667 1850 5.203

Tabel 1.M.3. : Pemeriksaan Kekuatan Lentur Tarik Mortar Semen Portland

M.6 KESIMPULAN

Dari percobaan di dapat kesimpulan bahwa


a) Semakin lama waktu perendaman morta, maka akan didapat hasil akhir yang semakin besar,
baik untuk kuat tekan mortar, kuat tarik mortar , maupun kuat tarik lentur mortar . hal ini
disebabkan karena adanya penigkatan pada mortar selama perendaman di air.
b) Peningkatan kekuatan juga berpengaruh oleh pemakaian jenis semen, dimana pada morta ini
menggunakan semen hidrolis, yang dapat meningkat ketika berada di dalam air.
c) Peningkatan kuat tekan mortar, kuat tarik mortar naik secara significant pada hari ke – 14
sampai 28.

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 47


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
BAGIAN

2 PENETAPAN VARIABEL PERENCANAAN &


PERHITUNGAN KOMPOSISI UNSUR BETON

Setelah melakukan praktikum untuk bagian I, hasil yang diperoleh merupakan variabel
perencanaan adukan beton. Bagian 2 & 3 ini merupakan prosedur perencanaan campuran beton
dengan menggunakan metode DOE. Praktikan menetapkan nilai parameter bagi rencana campuran,
berdasarkan ketentuan dalam metode perancangan campuran beton.

A. PERENCANAAN CAMPURAN BETON

A.1 TUJUAN
Menentukan komposisi komponen/unsur beton basah dengan ketentuan kekuatan tekan
karakteristik dan slump rencana.

A.2 PERALATAN
a) Timbangan.
b) Peralatan untuk membuat adukan : wadah, sendok semen, peralatan pengukur slump, dan
peralatan pengukur berat volume.

A.3 BAHAN
Unsur beton (air, semen, agregat halus, dan agregat kasar) yang telah memenuhi persyaratan.

A.4 PROSEDUR PRAKTIKUM


Tabel-tabel berikut ini dapat digunakan bagi nilai parameter yang perlu dalam perancangan
campuran beton.

B. PEMERIKSAAN MUTU BETON DAN MUTU PELAKSANAAN


Selama masa pelaksanaan pekerjaan beton, mutu beton dan kualitas pekerjaan harus diperiksa
secara berkesinambungan dari hasil-hasil pemeriksaan benda uji. Untuk setiap m3 beton harus
dibuat satu benda uji pada permulaan pelaksanaan konstruksi. Setelah terkumpul sejumlah benda
uji, maka pada umur 28 hari dilakukan pemeriksaan kekuatan tekan beton.
Isi pekerjaan Deviasi standar S (MPa)

Sebutan Jumlah beton (m3) Baik sekali baik Dapat diterima

Kecil < 1000 4,5 < S < 5,5 5,5 < S < 6,5 6,5 < S < 8,5

Sedang 1000 – 3000 3,5 < S < 4,5 4,5 < S < 5,5 5,5 < S < 7,5

Besar > 3000 2,5 < S < 3,5 3,5 < S < 4,5 4,5 < S < 6,5

Tabel 2.A.1 : Deviasi Standar Berdasarkan Isi Pekerjaan


CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 48
LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
C. PERANCANGAN CAMPURAN BETON DENGAN METODE DOE
(LIHAT CATATAN KULIAH)

Seperti perancangan dengan metode-metode yang telah diuraikan, hal pertama yang harus
diperhatikan adalah bahwa semua prasyarat yang ditentukan haruslah dipenuhi sebelum melangkah
ke proses perhitungan untuk menentukan komposisi campurannya.
Pada metode DOE persyaratan yang menyangkut gradasi agregat yang harus dipenuhi yang
ditunjukkan oleh besarnya prosentase barat lolos kumulatif saringan tertentu untuk beberapa
ukuran diameter maksimum butiran tercantum dalam BS 882 : 1983 sebagai standar mengenai
agregat dari sumber alam untuk beton yang disahkan kembali pada tahun berikutnya, seperti
terlihat pada tabel berikut :

Ukuran saringan Prosentase berat lolos ukuran saringan


(mm) 40 mm 20 mm 10 mm 5 mm
50,0 100 - - -
37,5 95 – 100 100 - -
20,0 45 – 80 95 – 100 - -
14,0 - - 100 -
10,0 - - 95 – 100 -
5,0 25 – 50 35 – 55 30 – 65 70 - 100
2,36 - - 20 – 50 25 - 70
1,18 - - 15 – 40 15 - 45
0,60 8 – 30 10 – 35 10 – 60 5 - 25
0,30 - - 5 – 15 3 - 20
0,15 0–8* 0–8* 0–8* 0 - 15
Tabel 2A.2 : Persyaratan gradasi agregat gabungan menurut BS 882 1983

Catatan : *Dapat ditingkatkan hingga 10 prosen untuk butiran halus dipecah.


Guna menentukan komposisi campuran untuk setiap unit volume beton juga diperlukan data
mengenai tingkat kemudahan pelaksanaan bagi jenis struktur yang bersangkutan dan ditunjukkan
oleh besarnya nilai slump rencana. Pada metode DOE, besarnya slump rencana untuk berbagai tipe
struktur dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.
Tingkat kemudahan Slump
Penggunaan beton cocok untuk
pelaksanaan (mm)
Jalan yang digetar dengan mesin penggetar otomatis,
Sangat rendah 0 – 25 dalam kasus tertentu dapat pula digunakan mesin
penggetar tangan
Jalan yang digetar dengan mesin penggetar tangan,
Rendah 25 – 50 dalam kasus umum beton dapat dipadatkan secara
manual baik memakai agregat bulat atau tak beraturan

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 49


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
Pelat lantai yang dipadatkan dengan menggunakan
agregat batu pecah. Beton bertulang normal yang
Sedang 25 - 100
dipadatkan secara manual dan penampang beton
bertulang yang digetar
Tinggi 100 - 175 Penampang beton dengan tulangan rapat

Tabel 2.A.3 : Nilai Slump yang disyaratkan sesuai dengan penggunaan beton

Berbeda dengan metode sebelumnya, pada metode DOE ini penentuan besarnyasemen yang
diperlukan untuk 1 m3 beton didasarkan atas perbandingan berat air terhadap berat semen sebesar
0,5 sehubungan dengan kuat tekan kubus beton bersisi 150 mm untuk umur, tipe semen dan agregat
kasar yang digunakan pada proses perancangan campuran. Dengan kata lain, penentuan faktor air-
semen sangat tergantung pada jenis agregat kasar yang digunakan, tipe semen serta umur beton
dimana kekuatan tekannya akan ditinjau.
Untuk lebih jelasnya, maka besarnya perkiraan kekuatan tekan beton bagi faktor air semen
sebesar 0,5 seperti terlihat pada tabel berikut telah disusun guna membantu dalam menentukan
faktor air-semen untuk kekuatan tekan yang direncanakan.
Jenis agregat Kekuatan tekan (MPa) pada umur (hari)
Tipe semen
kasar 3 7 28 91
Tipe I Tidak dipecah 22 31 43 50
Tipe V Dipecah 27 36 48 55
Tidak dipecah 29 37 49 55
Tipe III
Dipecah 34 43 54 60
Tabel 2.A.4 : Perkiraan kekuatan tekan beton dengan faktor air semen (W/C) = 0,5
Penentuan faktor air semen (W/C) untuk kekuatan tekan rencana tertentu ditetapkan dengan
langkah sebagai berikut :
a) Tentukan kadar kuat tekan rencana, tipe semen, jenis agregat kasar yang digunakan, serta umur
kubus beton dimana kekuatan tekan rencananya akan ditinjau.
b) Dari tabel 4, maka perkiraan kekuatan tekan kubus beton untuk W/C = 0,5 dapat ditetapkan.
c) Dengan menggunakan kurva hubungan antara kekuatan tekan dan W/C pada gambar 9, tarik
garis vertikal ke atas dari W/C = 0,5 sehingga memotong kekuatan tekannya (pada langkah b).
d) Dari perpotongan antara W/C = 0,5 dan perkiraan kekuatan tekan menurut tabel 4, gambarkan
kurva mengikuti kurva di sebelahnya pada kurva hubungan kekuatan tekan dengan W/C seperti
pada gambar 9.
e) Nilai W/C untuk kekuatan tekan yang direncanakan dapat dicari dengan menarik garis dari
kekuatan tekan rencana hingga memotong kurva yang telah digambar pada langkah d,
kemudian dari titik potong tersebut ditarik garis vertikal ke bawah hingga memotong nilai
W/C. Nilai W/C inilah yang dijadikan dasar untuk perhitungan jumlah semen.

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 50


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

100
90
80
Kekuatan Tekan (MPa)

70
60
50
40
30
20
10
0
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9

W/C

Gambar 2.A.1 : Kurva hubungan kekuatan tekan dengan W/C


Dengan telah ditetapkannya nilai W/C, maka kuantitas semen yang dibutuhkan dalam
perencanaan dapat dihitung dengan menggunakan data banyaknya air bebas yang diperlukan untuk
setiap kubikasi beton, seperti tercantum pada tabel 5 berikut :
Ukuran Jumlah air (kg/m3) untuk
maksimum Jenis Agregat Slump (mm)
agregat (mm) 0 - 10 10 - 30 30 - 60 60 - 180
Tidak dipecah 150 180 205 225
10
Dipecah 180 205 230 250
Tidak dipecah 135 160 180 195
20
Dipecah 170 190 210 225
Tidak dipecah 115 140 160 175
40
Dipecah 155 175 190 205
Tabel 2.A.5 : Perkiraan jumlah air bebas yang diperlukan untuk memberikan tingkat workability tertentu
Besarnya jumlah semen yang dihitung atas dasar jumlah air bebas dan W/C yang sebelumnya
telah ditetapkan, tidak boleh kurang dari jumlah semen minimum yang disyaratkan pada kondisi
“exposure” tertentu untuk menjamin ketahanan pada kondisi yang disyaratkan seperti tabel berikut
:
Kondisi Ekspos Selimut beton (mm)
Ringan 25 20 20 20 20
Sedang - 35 30 25 20
Buruk - - 40 30 25
Sangat buruk - - 50 40 30
Ekstrim - - - 60 50
W/C maksimum 0,65 0,60 0,55 0,50 0,45
Jumlah semen minimum (kg/m3) 275 300 325 350 400
Kekuatan minimum (MPa) 30 35 40 45 50
Tabel 2.A. 6 : jumlah semen minimum untuk kondisi terekspos

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 51


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
Langkah selanjutnya dari perancangan beton dengan metode DOE ini adalah memperkirakan
berat jenis beton segar dengan memanfaatkan data jumlah air bebas dan specific gravity agregat
gabungannya. Untuk memperkirakan besarnya berat jenis beton segar, guna menentukan jumlah
masing-masing agregat untuk 1 m3 beton, terlebih dahulu dibutuhkan prosentase masing-masing
agregat sehingga langkah untuk memperkirakan berat jenis beton segar dapat dilakukan.
Perkiraan prosentase masing-masing agregat dalam satu unit beton dapat ditempuh dengan
memanfaatkan grafik hubungan antara besarnya faktor air semen (W/C) dengan prosentase agregat
halus untuk beberapa ilai slump dan ukuran maksimum agregat yang dipakai yang dapat dilihat
pada gambar 10a, 10b, dan 10c berikut :

80 80
slump 0 - 10 mm slump 10 - 30 mm
70 70
Prosentase agregat halus / m3 beton

Prosentase agregat halus / m3 beton

60 60

15 1
50 1 50
40
60
40 40 2
2 80
100
30 30 3
3
4
4
20 20

10 10

0 0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
W/C W/C

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 52


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

80 80
slump 30 - 60 mm slump 60 - 180 mm
Prosentase agregat halus / m3 beton

Prosentase agregat halus / m3 beton


70 70 1

60 1 60 15
15
40 2
50 50
40 2
60 3
60
40 80 3 40 80
100 4
100
4
30 30

20 20

10 10

0 0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
W/C W/C

Gambar 2.A.2 : Penentuan Prosentase agregat halus untuk diameter maksimum 10 mm

80 80
slump 0 - 10 mm slump 10 - 30 mm
Prosentase agregat halus / m3 beton

Prosentase agregat halus / m3 beton

70 70

60 60

50 50
1
1
40 40 15
15 2
2
40
30 40 30 3
60 3 60
80
80 4
4 100
20 100 20

10 10

0 0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
W/C W/C

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 53


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

70 80
slump 30 - 60 mm slump 60 - 180 mm
60 70
Prosentase agregat halus / m3 beton

Prosentase agregat halus / m3 beton


1 60
50 1

15 2 50
15 2
40
40
40
60 3 40 3
80 60
30 4 80 4
30 100
100
20
20

10 10

0 0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
W/C W/C

Gambar 2.A.3 : Penentuan Prosentase agregat halus untuk diameter maksimum 20 mm

80 80
slump 0 - 10 mm slump 10 - 30 mm
Prosentase agregat halus / m3 beton

Prosentase agregat halus / m3 beton

70 70

60 60

50 50

1
40 1 40

2 15 2
30 30 40
15 3 3
40 60
60 4 80 4
20 20 100
80
100
10 10

0 0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
W/C W/C

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 54


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

80 80
slump 30 - 60 mm slump 60 - 180 mm
Prosentase agregat halus / m3 beton

Prosentase agregat halus / m3 beton


70 70

60 60

50 50

15
40 40
15
40
30 40 30 60
60 80
80 100
20 100 20
1

10 1 10
2

0 2
0 3
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 3 0.8 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 4 0.8
W/C 4 W/C

Gambar 2.A.4: Penentuan Prosentase agregat halus untuk diameter maksimum 40 mm

Angka-angka di sebelah kiri garis pada gambar 10a, 10b, 10c menunjukkan prosentase agregat
halus lolos saringan 0,60 mm.
Dengan telah ditentukannya prosentase agregat halus, maka prosentase agregat kasar adalah
100 % - prosentase agregat halus, sehingga besarnya specific gravity agregat gabungan merupakan
jumlah hasil perkalian antara masing-masing prosentase agregat dengan specific gravity-nya.
Perkiraan berat jenis beton segar dapat dihitung dengan menggunakan bantuan grafik
hubungan antara jumlah air bebas dengan specific gravity gravity gabungan seperti pada gambar 11
berikut :

2700 Berat Jenis Agregat


Gabungan Kondisi SSD
Berat jenis beton segar (kg/m3)

2600

2500

2,9
2400
2,8
2,7
2300
2,6
2200 2,5
2,4
2100
95 110 125 140 155 170 185 200 215 230 245 260

Kadar air bebas (kg/m3)

Gambar 2.A.5: Grafik perkiraan berat jenis beton segar

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 55


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
Berat keseluruhan agregat yang diperlukan untuk setiap m3 beton merupakan hasil
pengurangan jumlah semen dan air dari berat jenis beton segar yang diperkirakan menurut gambar
11 di atas.

LANGKAH-LANGKAH MERANCANG CAMPURAN BETON METODE DOE


(LIHAT CATATAN KULIAH)
1. Menentukan kuat tekan rata-rata :
f’cr = f’c + 1,34 S
Diambil yang terbesar
f’cr = f’c + 2,33 S – 3,5
2. Menentukan faktor air semen (f.a.s) lihat gambar 9.
3. Menentukan kadar air bebas, gunakan tabel 5 yang dibuat untuk agregat gabungan alami
(tidak dipecah) dengan agregat yang dipecah. Untuk agregat gabungan yang berupa
campuran antara pasir alami dan kerikil (batu pecah) maka kadar air bebas diperhitungkan
dengan rumus :
2 1
Wf + Wc
3 3
dimana : Wf = perkiraan jumlah air untuk agregat kasar dipecah
Wc = perkiraan jumlah air untuk agregat kasar tidak dipecah
4. Menentukan Jumlah Semen
Jumlah Semen PC = jumlah air bebas / faktor air semen = W / f.a.s
Karena W/C yang diperoleh dari kurva pada gambar 9 lebih kecil dari nilai W/C menurut tabel 6,
maka yang diambil adalah nilai yang terkecil, dan jumlah semen harus memenuhi persyaratan
jumlah semen minimum menurut tabel 6.
5. Menentukan Persentase Agregat Halus
Gunakan grafik no. 14a, 14b, 14c yang didasarkan atas zone pasir, f.a.s ; nilai slump dan diameter
agregat maksimum, dan hasil akhir dari penggunaan grafik ini a dalah persentase pasir.

6. Menentukan Berat Jenis Beton Segar


Gunakan gambar 11. Dari jumlah air bebas W dan specific gravity gabungan Gs gab, perkirakan
berat jenis beton segar sebesar D.
7. Menentukan Jumlah Agregat kondisi SSD
Jumlah total agregat = berat jenis beton segar – jumlah semen – jumlah air bebas
Jumlah agregat halus = % agregat halus dikalikan berat total agregat
Jumlah agregat kasar = % agregat kasar dikalikan berat total agregat
8. Menentukan Komposisi campuran kondisi lapangan
Semua agregat pada poin (7) dikonversi dari keadaan SSD ke keadaan Asli (lapangan)
Inspeksi secara visual untuk evaluasi konsistensi pasta adukan dan integritas unsur-unsur beton
dapat dilakukan dengan membandingkan catatan inspeksi (gambar dokumentasi) dengan

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 56


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
dokumentasi gambar dari contoh-contoh trial mix berindikasi sifat pasta/adukan tertentu. Hal ini
adalah salah satu usaha dalam merencanakan kembali adukan pasta beton yang mudah dikerjakan.

LAPORAN PERHITUNGAN MERANCANG CAMPURAN BETON


METODE DOE
1. Menentukan kuat tekan rata-rata :
F’cr = f’c + 1,34 . S
= 30 + 1,34 . 6
= 38,04 Mpa yang diambil yang terbesar 40,48 mpa
F’cr = f’c + 2,33 . S – 3,5
= 30 + 2,33 . 6
= 40,48 Mpa
9. Menentukan faktor air semen (f.a.s) lihat gambar 9.

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9

Dari tabel 4, menggunakan jenis agregat kasar dipecah, dengan kekuatan (Mpa) pada umur
28 hari, mendapatkan angka 40,48. Kemudian dimasukkan ke dalam gambar 9 dengan
mengikuti garis lengkung. Masukkan F’cr yang telah dihitung pada no. 1 yaitu 40,48 , tarik
garis horizontal sampai memotong garis lengkung yang telah dibuat. Tarik garis kebawah dan
baca. Hasilnya mendapatkan F.a.s = 0,565
10. Menentukan kadar air bebas, gunakan tabel 5 yang dibuat untuk agregat gabungan alami
(tidak dipecah) dengan agregat yang dipecah. Sesuai tabel 5, dengan menggunakan ukuran
maksimum agregat 40, dengan nilai slump 60-180, didapatkan Wf=205, dan Wc=175
Untuk agregat gabungan yang berupa campuran antara pasir alami dan kerikil (batu pecah)
maka kadar air bebas diperhitungkan dengan rumus :
2 1 2 1
Wf + Wc = 205 + 175
3 3 3 3
CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 57
LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
= 195 kg/m3

11. Menentukan Jumlah Semen


Jumlah Semen PC = jumlah air bebas / faktor air semen = W / f.a.s= 195/0,565= 345,133 kg/m3
12. Menentukan Persentase Agregat Halus
Dengan menggunakan grafik no14c yang didasarkan atas zone pasir, f.a.s ; nilai slump dan
diameter agregat maksimum, dan hasil akhir dari penggunaan grafik ini a dalah persentase pasir.
Diketahui:
 Zone 2
 W/C = 0,57
 Batas atas zone 2 = 29,5
 Batas bawah zone 2 = 34
 Sehingga : 29,5 + 34 = 31,75 %
2
 Presentase agregat halus= 31,75 %
 Presentase agregat kasar= 100 - 31,75 % = 68,25 %

13. Menentukan Berat Jenis Beton Segar


Gunakan gambar 11. Dari jumlah air bebas W dan specific gravity gabungan Gs gab,
perkirakan berat jenis beton segar sebesar D.
Diketahui:
Berat jenis halus = (31,75 x 2,759) + (68,25 x 2,445) = 2,545
2
Hasil berat jenis halus = 2,545 dimasukkan kedalam grafik 11. Tarik garis mengikuti
kurva. Masukkan hasil kadar air bebas yaitu 195 lalu tarik garis vertical sampai
memotong garis kurva yang dibuat tadi. Kemudian tarik garis horizontal kekiri lalu baca
hasilnya yaitu 2320 kg/m3.
14. Menentukan Jumlah Agregat kondisi SSD
a. Total Agregat = BJ beton segar – jumlah semen – W
= 2320 – 345,133 – 195
= 1779,867 kg/m3
b. Jumlah Agregat Halus = presentase agregat halus x total agregat
= 31,75% x 1779,867
= 565,108 kg/m3
c. Agregat Kasar = presentase agregat kasar x total agregat
= 68,25 % x 1779,867

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 58


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
= 1214,759 kg/m3

15. Menentukan komposisi campuran kondisi dilapangan


a) Semen = 345,133 kg/m3
100 +𝑤𝑐 𝑎𝑠𝑙𝑖
b) Agregat kasar ( Asli ) = x agregat kasar kondisi SSD
100+𝑊𝑐 𝑆𝑆𝐷
= 100 + 6,266 x 1214,759
100 + 6,073
= 1216 ,969 kg/m3

100 +𝑤𝑐 𝑎𝑠𝑙𝑖


c) Agregat halus ( Asli ) = x agregat halus kondisi SSD
100+𝑊𝑐 𝑆𝑆𝐷
= 100 + 11,802 x 668,58
100 + 0,530
= 628,471 kg/m3

d) Kebutuhan air lapangan


Air = W + Kelebihan air agregat halus + Kelebihan air agregat kasar
 Kelebihan Air Agregat Halus
= Berat agregat halus SSD – Berat agregat halus asli
= 565,108 – 628,471
= -63,363 kg/m3
 Kelebihan Air Agregat Kasar
= Berat agregat kasar SSD – Berat agreat kasar asli
= 1214,759 – 1216,969
= -2,21 kg/m3

Air = W + (Wc SSD halus – Wc asli halus) + (Wc SSD kasar – Wc asli kasar)
= 195 + (-63,363 ) + (-2,21)
= 129,427 kg/m3

16. Menghitung kebutuhan cor


 silinder
 Volume silinder = ԓ .r2 . t
= 3,14 . 0,0752 . 0,3

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 59


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
= 0,00529 875 m3 ………….(untuk 1 silinder)
 8 silinder = 0,00529 x 8
= 0,04239 m3
*Factor kehilangan = 1,1
Kebutuhan untuk silinder :
a) Semen = 0,04239 x 345,133 x 1,1
= 14,630 kg
b) Pasir = 0,04239 x 628,471 x 1,1
= 29,305 kg
c) Kerikil = 0,04239 x 1216,969 x 1,1
= 56,746 kg
d) Air = 0,04239 x 129,427 x 1,1
= 6,035 kg
 Balok

 Volume balok = P x L x T
= 0,15 x 0,15 x 0,6
= 0,0135 m3 …………(untuk 1 balok)
 2 balok = 0,0135 x 2
= 0,027 m3

*Factor kehilangan = 1,1


Kebutuhan untuk balok :
a) Semen = 0,027 x 345,133 x 1,1
= 10,250 kg
b) Pasir = 0,027 x 628,471 x 1,1
= 18,666 kg
c) Kerikil = 0,027 x 1216,969 x 1,1
= 36,144 kg
d) Air = 0,027 x 129,427 x 1,1
=3,844 kg

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 60


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

BAGIAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM CAMPURAN,

3 PERAWATAN BENDA UJI &


PEMERIKSAAN KEKUATAN BETON

A. PELAKSANAAN CAMPURAN BETON


Prosedur praktikum untuk pelaksanaan campuran, setelah ditetapkan unsur-unsur campuran sebagai
berikut :
1) Persiapkan bahan campuran sesuai dengan rencana berat pada wadah yang terpisah.
2) Persiapkan wadah yang cukup menampung volume beton basah rencana.
3) Masukkan agregat kasar dan agregat halus ke dalam wadah.
4) Dengan menggunakan sekop atau alat pengaduk, lakukan pencampuran agregat.
5) Tambahkan semen pada agregat campuran, dan ulangi proses pencampuran sehingga
diperoleh adukan kering agregat dan semen yang merata.
6) Tuangkan sebanyak 1/3 jumlah air ke dalam wadah dan lakukan pencampuran sampai terlihat
konsistensi adukan yang merata.
7) Tambahkan 1/3 jumlah air ke dalam wadah dan ulangi proses untuk mendapatkan konsistensi
adukan.
8) Lakukan pemeriksaan slump.
9) Apabila nilai slump sudah mencapai nilai rencana, lakukan pembuatan benda uji silinder
beton.
10) Lakukan perhitungan berat jenis beton.
11) Buatlah benda uji silinder atau kubus sesuai dengan petunjuk jumlah benda uji ditetapkan
berdasarkan volume adukan.
12) Lakukan pencatatan hal-hal yang menyimpang dari perencanaan terutama jumlah pemakaian
air dan nilai slump

B. PERCOBAAN SLUMP BETON

B.1 TUJUAN
Penentuan ukuran derajat kemudahan pengecoran adukan beton segar.

B.2 PERALATAN
1) Cetakan berupa kerucut terpancung dengan diameter bagian bawah 20 cm, bagian atas 10 cm
dan tinggi 30 cm. Bagian atas dan bawah cetakan terbuka.
2) Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm. Ujung dibulatkan dan sebaiknya
terbuat dari baja tahan karat.
3) Pelat logam dengan permukaan rata dan kedap air.
4) Sendok cekung.

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 61


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
B.3 PROSEDUR PRAKTIKUM
1) Cetakan dan pelat dibasahi dengan kain basah.
2) Letakkan cetakan di atas pelat.
3) Isilah cetakan sampai penuh dengan beton segar dalam 3 lapis. Tiap lapis kira-kira 1/3 isi
cetakan. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara
merata. Tongkat pemadat harus masuk tepat sampai bagian bawah tiap-tiap lapisan. Pada
lapisan pertama, penusukan bagian tepi dilakukan dengan tongkat dimiringkan sesuai dengan
kemiringan dinding cetakan.
4) Setelah selesai pemadatan, ratakan permukaan benda uji dengan tongkat; tunggu selama
setengah menit, dan dalam jangka waktu ini semua kelebihan beton segar di sekitar cetakan
harus dibersihkan.
5) Cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus ke atas.
6) Balikkan cetakan dan letakkan di samping benda uji.
7) Ukurlah slump yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi cetakan dengan tinggi rata-
rata dari benda uji.

Gambar 3.B.1 : Aparatus pemeriksaan slump

B.4 PERHITUNGAN
Nilai slump = tinggi cetakan – tinggi rata-rata benda uji
Dari percobaan didapat nilai sebagai berikut :
 Tinggi slump = 30 cm, diameter atas = 11,2 cm, diameter bawah = 22,5 cm
 Tinggi penurunan 1 = 24 cm dan tinggi penurunan 2 = 24cm
 Batas tinggi penurunan slump = 20 cm
 Perhitungan
Percobaan 1 = 30-24= 6 cm
Percobaan 2 = 30-24= 6 cm

B.5 KESIMPULAN
Dari pecobaan didapat nilai tinggi penurunan pada percobaan 1 sebesar 6 cm dan percobaan 2
sebesar 6 cm dan sudah sesuai dengan syarat yang ditentukan sebesar 2,5-10 cm sehingga dapat
diterima

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 62


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
C. PEMERIKSAAN BERAT ISI BETON

C.1 TUJUAN
Menentukan berat isi beton. Berat isi beton adalah berat beton per satuan isi.

C.2 PERALATAN
a) Timbangan dengan ketelitian 0,3 % dari berat contoh.
b) Tongkat pemadat, dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm. Ujung dibulatkan dan sebaiknya
terbuat dari baja tahan karat.
c) Alat perata.
d) Takaran dengan kapasitas penggunaan :
Kapasitas (liter) Ukuran Maksimum Agregat (mm)
6 25,00
10 37,50
14 50,00
28 75,00

C.3 BAHAN
Contoh beton segar sebanyak-banyaknya dengan kapasitas takaran.

C.3 PROSEDUR PRAKTIKUM


a) Timbang dan catat berat takaran (W1)
b) Isilah takaran dengan benda uji dalam tiga lapis.
c) Tiap-tiap lapis dipadatkan dengan 25 kali tusukan secara merata. Pada pemadatan lapis
pertama, tongkat tidak boleh mengenai dasar takaran. Pemadatan lapisan kedua dan ketiga,
tusukan tongkat kira-kira sampai 2,5 cm di bawah lapisan sebelumnya.
d) Setelah selesai pemadatan, ketuklah sisi takaran perlahan-lahan sampai tidak tampak
gelembung-gelembung udara pada permukaan serta rongga-rongga bekas tusukan tertutup.
e) Ratakan permukaan pada benda uji dan tentukan beratnya (W2)

C.4 PERHITUNGAN
W2 - W1
Berat isi beton = D 
V
dimana :
W1 = berat takaran
W2 = berat takaran + beton
V = volume takaran (liter).

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 63


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

D. PEMBUATAN DAN PERSIAPAN BENDA UJI

D.1 TUJUAN
Membuat benda uji untuk memeriksa kekuatan beton

D.2 PERALATAN
a) Cetakan silinder, diameter 10 cm dan tinggi 20 cm (digunakan untuk pengujian tekan).
b) Cetakan silinder, diameter 15 cm dan tinggi 30 cm (digunakan untuk pengujian tarik belah)
c) Cetakan balok (15 x 15 x 60) cm (digunakan untuk pengujian lentur)
d) Tongkat pemadat baja tahan karat, diameter 16 mm, panjang 60 cm, dengan ujung dibulatkan
e) Bak pengaduk beton kedap air atau mesin pengaduk (molen / mixer)
f) Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh
g) Mesin uji tekan dengan kapasitas sesuai kebutuhan
h) Mesin uji lentur balok beton
i) Satu set alat pelapis (capping)
j) Peralatan tambahan : ember, sekop, sendok perata dan talam.

D.3 PROSEDUR PENCETAKAN


a) Benda uji (silinder atau balok) harus dibuat dengan cetakan yang sesuai dengan bentuk benda
uji. Cetakan disapu sebelumnya dengan vaselin/lemak/minyak agar mudah nanti dilepaskan
dari beton hasil cetakan.
b) Adukan beton diambil langsung dari wadah adukan beton dengan menggunakan ember atau
alat lainnya yang tidak menyerap air. Bila dirasakan perlu bagi konsistensi adukan, lakukan
pengadukan ulang sebelum dimasukkan ke dalam cetakan.
c) Padatkan adukan dalam cetakan, sampai permukaan adukan beton mengkilap.
d) Isilah cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis, tiap-tiap lapis dipadatkan dengan 25 kali
tusukan secara merata. Pada saat melakukan pemadatan lapisan pertama, tongkat pemadat
tidak boleh mengenai dasar cetakan. Pada saat pemadatan lapisan kedua serta ketiga pemadat
boleh masuk antara 25,4 mm ke dalam lapisan di bawahnya. Setelah selesai melakukan
pemadatan, ketuklah sisi cetakan perlahan-lahan sampai rongga bekas tusukan tertutup.
Ratakan permukaan beton dan tutuplah segera dengan bahan yang kedap air dan tahan karat.
Kemudian biarkan beton dalam cetakan selama 24 jam dan tempatkan di tempat yang bebas
dari getaran.
e) Setelah 24 jam, bukalah cetakan dan keluarkan benda uji.
f) Rendamlah benda uji dalam bak perendam berisi air yang telah memenuhi persyaratan untuk
perawatan (curing), selama waktu yang dikehendaki.

D.4 PERSIAPAN PENGUJIAN


a) Ambillah benda uji yang akan ditentukan kekuatannya dari bak perendam, kemudian
bersihkan dari kotoran yang menempel dengan kain lembab.
b) Tentukan berat dan ukuran benda uji.

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 64


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
c) Untuk benda uji silinder (10 x 20) cm, lapislah permukaan atas dan bawah benda uji dengan
mortar belerang dengan cara sebagai berikut :
 Lelehkan mortar belerang di dalam pot peleleh (melting pot) sampai suhu kira-kira
130C.
 Tuangkan belerang cair ke dalam cetakan pelapis (capping plate) yang dinding
dalamnya telah dilapisi gemuk tipis-tipis. Diamkan sampai mortar belerang mengeras.
 Dengan cara yang sama lakukan pelapisan pada permukaan yang lainnya.

D.5 CATATAN
a) Pemeriksaan kekuatan beton biasanya dilakukan pada umur 3, 7, 14 dan 28 hari.
b) Minimum 2 buah benda uji untuk setiap pemeriksaan.

E. PEMERIKSAAN KEKUATAN TEKAN HANCUR, TEKAN-BELAH DAN LENTUR


BETON

E.1 TUJUAN
Menentukan kekuatan tekan, tekan-belah dan lentur beton yang dibuat dan dirawat (cured) di
laboratorium.

E.2 PERALATAN
a) Timbangan
b) Mesin penguji tekan
c) Mesin penguji lentur

Gambar 3.E.1 : Mesin uji tekan

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 65


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

Head of testing machine Optional positions for one steel


rod and one steel ball

1 in.min 1 in.min
Load –applying
and support
D = 1/3 Speciment blocks

Steel rod Steel ball

Bed of testing 1/3 1/3 1/3 Rigid loading structure


machine or, if it is a loading
Span of length accessories, steel plate
or channel
Gambar 3.E.2 : Skema pengujian lentur

E.3 PENGUJIAN
a) Kekuatan Tekan :
o Ambillah benda uji dari tempat perawatan
o Timbang dan catatlah berat benda uji
o Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris
o Jalankan mesin uji tekan. Tekanan harus dinaikkan berangsur-angsur dengan kenaikan
berkisar antara 4 kg/cm2 s/d 6 kg/cm2 per detik.
o Lakukan pembebanan sampai benda uji hancur dan catatlah beban maksimum hancur yang
terjadi selama pemeriksaan benda uji.
o Lakukan langkah-langkah di atas sesuai dengan jumlah benda uji yang akan ditentukan
kekuatan tekan karakteristiknya.

b) Kekuatan Tekan-Belah :
a. Ambillah benda uji dari tempat perawatan
b. Timbang dan catatlah berat benda uji
c. Pasang benda uji pada pemegang benda uji belah secara secara sentris, kemudian letakkan
benda uji beserta pemegangnya pada mesin tekan secara sentris.
d. Jalankan mesin uji tekan. Tekanan harus dinaikkan berangsur-angsur dengan kenaikan
berkisar antara 4 kg/cm2 s/d 6 kg/cm2 per detik.
e. Lakukan pembebanan sampai benda uji terbelah dan catatlah beban maksimum yang terjadi
pada saat benda uji terbelah.
f. Lakukan langkah-langkah di atas sesuai dengan jumlah benda uji yang akan diperiksa.

c) Kekuatan Lentur :
a. Ambillah benda uji dari tempat perawatan
CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 66
LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
b. Timbang dan catatlah berat benda uji
c. Letakkan benda uji pada mesin lentur secara sentris
d. Jalankan mesin uji lentur.
e. Lakukan pembebanan sampai benda uji patah dan catatlah beban maksimum yang terjadi
pada saat benda uji patah.
f. Lakukan langkah-langkah di atas sesuai dengan jumlah benda uji yang akan diperiksa.

E.4 PERHITUNGAN

P x Faktor bentuk
 Kuat tekan beton = f’ci =
A x Fu

Dimana : P = beban maksimum (N)


A = Luas penampang benda uji
Fu = Faktor umur

 D2  2P
 Kuat tekan belah beton = σc  σt.  1 dengan σt 
 r (D - r)   .L.D
Dimana : P = beban maksimum (N)
L = Panjang / tinggi silinder
D = Diameter silinder (cm)
r = Jarak elemen dari puncak silinder (cm) = jari-jari

PL
 Kuat tekan belah beton = R 
bd 2
Dimana : P = jumlah beban maksimal yang diberikan
L = panjang bentangan
b = lebar benda uji
d = tinggi benda uji

Contoh perhitungan tegangan hancur rill


𝑃
Tegangan hancur beton 28 hari = 𝐴

Dimana : P = beban maksimum (N)


A = luas penampang benda uji

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 67


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
Teg.
Tanggal Tanggal Bentuk
Umur Berat Tekanan Hancur Teg. Hancur
No.
(hari) (kg) hancur riil (Mpa) 28 hari (Mpa)
buat test benda uji
(N)
1 10/02/2015 17/02/2015 7 Silinder 15 x 30 12.50 200000 11.323 17.421
2 10/02/2015 17/02/2015 7 Silinder 15 x 30 12.53 220000 12.456 19.163
3 10/02/2015 24/02/2015 14 Silinder 15 x 30 12.73 230000 13.022 14.798
4 10/02/2015 24/02/2015 14 Silinder 15 x 30 12.54 245000 13.871 15.763
5 10/02/2015 10/3/2015 28 Silinder 15 x 30 12.18 270000 15.287 15.287
6 10/02/2015 10/3/2015 28 Silinder 15 x 30 12.11 330000 18.684 18.684

Tabel : 3.E.1. :Pengujian kuat tekan silinder beton


Untuk perhitungan kuat tekan beton (f’ci)
P x Faktor bentuk
 Kuat tekan beton : f’ci =
A x Fu
Dimana : P = beban maksimum (N)
A = Luas penampang benda uji
Fu = Faktor umur
 Untuk silinder 15 x 30
1
A = x ‫ח‬x D2
4
1
= x 3,14 x 1502
4
= 17662,5 mm2
 Untuk factor umur 7 hari
200000 𝑥 1,0
F’ci = = 17.421 MPa
17662,5 𝑥 0,65
220000 𝑥 1,0
F’ci = = 19.163 MPa
17662,5 𝑥 0,65

 Untuk factor umur 14 hari


230000 𝑥 1,0
F’ci = = 14.798 MPa
17662,5 𝑥 0,880
245000 𝑥 1,0
F’ci = = 15.763 MPa
17662,5 𝑥 0,880

 Untuk factor umur 28 hari


270000 𝑥 1,0
F’ci = = 15.287 MPa
17662,5 𝑥 1,00

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 68


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
330000 𝑥 1,0
F’ci = = 18.684 MPa
17662,5 𝑥 1,00

Teg.
Tanggal Tanggal Umur Bentuk Berat Tekanan
Hancur (f’ci –
No.
hancur f'ci f’cr)2
buat test (hari) benda uji (kg)
(N) (N/mm2)
1 10/02/2015 17/02/2015 7 Silinder 15 x 30 12.50 200000 17.421 0.323
2 10/02/2015 17/02/2015 7 Silinder 15 x 30 12.53 220000 19.163 5.338
3 10/02/2015 24/02/2015 14 Silinder 15 x 30 12.73 230000 14.798 4.222
4 10/02/2015 24/02/2015 14 Silinder 15 x 30 12.54 245000 15.763 1.187
5 10/02/2015 10/3/2015 28 Silinder 15 x 30 12.18 270000 15.287 2.451
6 10/02/2015 10/3/2015 28 Silinder 15 x 30 12.11 330000 18.684 3.354
f'cr 16.852 16.875

Tabel : 3.E.2 : kuat tekan beton silinder


Standar defisiasi :
n

(f ' ci  f ' cr)


1
2

S =
n -1
16.875
=
6 -1
= 1,837 MPa

Kuat tekan beton


fc’r = fc’i + 1.34.S
fc’r = fc’i - 1.34.S
= 16,852 – 1,34. 1,837
= 14,390 MPa diambil yang terkecil 14,390 MPa

fc’r = fc’i - 2.33.S + 3,5


= 16,852 - 2.33. 1,837 + 3,5
= 16,072 MPa

 PENGUJIAN KUAT TEKAN BELAH


2P  D2 
Rumus : 1. t  2. c  t.  1
 .L.D  r(D  r) 
Keterangan :
P = Gaya tekan yang bekerja ; L = Panjang / tinggi silinder
D = Diameter silinder ( cm ) ; R = Jari-jari
CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 69
LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
Tanggal Tanggal Umur Bentuk Berat Tekanan Tek. Vertikal
No.
buat test (hari) benda uji (kg) P (N) f'ct (Mpa)
1 06/10/2014 11/3/2014 28 Silinder 15 x 30 12.63 185000 2.6185
2 06/10/2014 11/3/2014 28 Silinder 15 x 30 12.56 180000 2.5478

Tabel : 3.E.3. : Pengujian kuat Tekan Belah silinder


Contoh Perhitungan:
2 x 185000
t   261,854kg / cm 3
 .30.15
P.L
 Rumus : fr 
b.d 2
Keterangan : fr = Kuat tarik lentur ( kg/cm2) ; P = Beban Maksimum
L = Panjang benda uji ( cm ) ; b = Lebar benda uji ( cm )
d = Tinggi benda uji ( cm )

Tanggal Tanggal Umur Bentuk Berat Tekanan Kuat Tarik Lentur


No.
buat test (hari) benda uji (kg) P (N) fr (Mpa)
1 30/9/2014 28/10/2014 28 Balok 15 x 15 x 60 cm 33.69 23000 4.09
2 30/9/2014 28/10/2014 28 Balok 15 x 15 x 60 cm 34.67 24000 4.27

Tabel : 3.E.4. : Pengujian kuat tarik lentur balok beton

23000.60
fr  2
 408,8kg / cm 2
15.15

E.6 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dan pengamatan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
semakin lama umur beton (dimulai dari pelepasan dari cetakan ) semakin kuat tekanan
betonnya, maka pada umur 28 hari, kuat beton menjadi konstan.

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 70


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
BAGIAN

4
ANALISIS
KEKUATAN TEKAN BETON KARAKTERISTIK (f’c)

Dari hasil pengumpulan data kekuatan tekan hancur beton, dilakukan penentuan tegangan tekan
karakteristik beton. Tegangan tekan beton karakteristik ini diperoleh dengan menggunakan rumus
statistik sebagai berikut :
a. Menetapkan nilai deviasi standar benda uji :
n

(f ' ci  f ' cr)


1
2

S=
n -1
Dimana :
S = deviasi standar
f’cr = kekuatan tekan beton rata-rata (kg/cm2), menurut rumus :
n

 f ' ci
1
f’cr =
n
Dimana :
fc’i = kuat tekan beton benda uji ke i
n = jumlah seluruh nilai hasil pemeriksaan.
b. Menghitung nilai kekuatan tekan beton karakteristik dengan 5% kemungkinan adanya kekuatan
yang tidak memenuhi syarat :
f’c = f’cr – 1,34 . S
f’c = f’cr – 2,33 . S – 3,5
Nilai kekuatan tekan beton karakteristik yang diperoleh pada langkah (b) dibandingkan dengan
kuat tekan rencana. Disebut benda uji memenuhi persyaratan mutu kekuatan apabila nilai ada lebih
besar dari nilai rencana. Benda uji tidak memenuhi syarat, apabila mutu kekuatan ada kurang dari nilai
rencana. Untuk hal ini, perlu dilakukan koreksi pada perencanaan.

A. HASIL PERCOBAAN
Teg.
Tanggal Tanggal Umur Bentuk Berat Tekanan
Hancur (f’ci –
No.
hancur f'ci f’cr)2
buat test (hari) benda uji (kg)
(N) (N/mm2)
1 06/10/2014 13/10/2014 7 Silinder 15 x 30 12.31 230000 20.034 1.589
2 06/10/2014 13/10/2014 7 Silinder 15 x 30 12.14 165000 14.372 19.372
3 06/10/2014 10/20/2014 14 Silinder 15 x 30 12.59 265000 17.049 2.972
4 06/10/2014 10/20/2014 14 Silinder 15 x 30 12.79 335000 21.553 7.727
5 06/10/2014 11/3/2014 28 Silinder 15 x 30 12.80 350000 19.816 1.087
6 06/10/2014 11/3/2014 28 Silinder 15 x 30 12.80 350000 19.816 1.087
f'cr 18.773 33.833
Tabel : 4.A.1 : Pengujian kuat tekan silinder beton

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 71


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
Contoh Perhitungan : ( f’ci – f’cr )
= 20,034 – 18,773
= 1,261 MPa
Contoh Perhitungan : ( f’ci – f’cr)2
= (20,034 – 18,773)2
= 1,59 MPa

Menetapkan nilai Standar deviasi :


n

(f ' ci  f ' cr)


1
2

S =
n -1
16,875
=
6 -1
= 1,837

Menghitung Nilai Kekuatan tekan beton karakteristik dengan 5 % kemungkinan adanya


kekuatan yang tidak memenuhi syarat
Fc’r = fc’ + 1.34.S
Fc’ = Fc’r - 1.34.S = 18.773 – 1.34 . 1,837
= 14,39 MPa diambil yang terkecil 14,39 MPa

Fc’ = Fc’r - 2.33.S + 3,5


= 18.773 - 2.33. 1,837 + 3,5 = 16,07 MPa

Jadi kuat tekan beton dari hasil pengujian yaitu 14,39 Mpa

Perbandingan kekuatan tekan beton karakteristik dengan kekuatan tekan beton karakteristik
rencana :
- Batas atas = 30 + ( 5 % x 30 ) = 31,5 MPa
- Batas bawah = 30 – ( 5 % x 30 ) = 28,5 MPa
Syarat Mutu : 28,5 < f’c < 31,5

KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan didapat nilai S = 1,837
Nilai yang didadpat dari perhitungan adalah 14,39 MPa berada dibawah kekuatan tekan beton
yang direncanakan batas atas= 31,5 MPa dan batas bawah 28,5 MPa. Maka tidak memenuhi

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 72


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
syarat. Untuk itu perlu ada koreksi pada perencanaan dan ketelitian pada saat pengerjaan
pengecoran serta perhitungan pada saat pembacaan uji tekan beton.

BAGIAN

5
LAPORAN, KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Secara umum hasil pekerjaan praktikum ditulis dalam bentuk laporan. Dokumentasi laporan ditulis
sesuai dengan logika urutan pekerjaan yang dilakukan. Kesimpulan dan rekomendasi merupakan
bagian akhir dari isi laporan.

A. KESIMPULAN HASIL PRAKTIKUM


 BERAT ISI
Berat isi agregat adalah perbandingan antara berat agregat dengan isi berdasarkan
percobaan.
 Berat isi agregat halus :
Lepas / gembur : 1,894 gr/cm3
Padat : 1,970 gr/cm3
 Berat Isi Agregat Kasar :
Lepas / gembur : 1,411 gr/cm3
Padat : 1,568 gr/cm3
 Berat Isi Semen :
Lepas / gembur : 1,166 gr/cm3
Padat : 1,276 gr/cm3
o Hasil agregat halus digunakan untuk menetukan proporsi campuran agregat yang
diperuntukan dalam perencanaan adukan beton dilapangan.
o Hasil agregat halus digunakan untuk menetukan berat volume setelah dicetak.
 ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR DAN HALUS
Dari data percobaan didapat :
o Untuk agregat halus masuk dalam grafik zona 3, yang akan digunakan data
perencanaan campuran beton, karena pada zona 3 yang paling mendekati kurva,
sebab terletak didalam pembatas kurva sedang.

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 73


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
o Untuk agregat kasar pada ø (4,8 – 38 mm ) adalah yang digunakan dalam
perencanaan campuran adukan beton karena pada diameter tersebut hasil analisa
saringan terletak diantara pembatas kurva sedang.

 PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR DALAM AGREGAT HALUS


Pengujian kuat tekan beton silinder :
a) Perhitungan nilai S (standart devisiasi ) = 1,837
b) Nilai kuat tekan rata – rata = 18,773 MPa
c) Nilai yang didapat dari perhitungan f’c adalah = 33,833 MPa
Nilai yang didapat dari perhitungan kekuatan beton adalah 33,833 MPa , nilai kuat beton
ini tidak sesuai dengan yang direncanakan. maka Untuk hal ini, perlu dilakukan koreksi pada
perencanaan.

Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Mutu Beton Tidak Memenuhi Syarat :


1. Ukuran agregat kasar yang kurang memenuhi syarat terlihat pada Analisa Saringan
Agregat Kasar yang terlalu memaksakan. Terlalu banyak agregat kasar yang tertahan
dalam saringan sehingga prosen lewat kurang tinggi.
2. Pada saat pengerjaannya dilakukan secara berkelompok dan saat pencetakan benda uji,
bergantian tiap anggota kelompok yang mengakibatkan kualitas benda uji yang
berfariasi.
3. Pada saat pegambilan bahan beton yang telah di aduk didalam mixer (molen) tidak
diaduk kembali yang mengakibatkan bahan-bahan tidak tercampur sempurna
sehingga komposisi bahan beton yang dicetak tidak terbagi rata antara satu sama
lainnya.
4. Selisih f’ci (terkecil) dan f’ci (terbesar) terlalu besar dan mengakibatkan Standart
Deviasi (S) terlalu tinggi sehingga mutu beton tidak memenuhi syarat.

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 74


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08
Cara Memperbaiki Agar Mutu Beton Memenuhi Syarat :
1. Perlu ditambahkan agregat kasar yang berdiameter lebih kecil agar prosentase lewat
pada Analisa Saringan Agregat Kasar (Ø4,8 – 38) lebih tinggi dan memenuhi syarat
yang lebih sempurna.
2. Pada saat pengambilan bahan didalam mixer (molen) harus diaduk kembali agar
bahan-bahan tercampur sempurna.
3. Sebaiknya dalam proses pencetakan beton satu orang saja, agar dalam penumbukan
dan komposisi bahan yang dimasukkan tiap-tiap cetakan setidaknya hampir sama
sehingga kualitas tiap benda uji hampir sama, dan nilai f’ci yang didapatpun tidak
berselisih banyak sehingga nilai Standar Deviasi mengecil.

B. SARAN
a) Lebih teliti dalam melakukan praktikum
b) Ikut prosedur dan petunjuk dengan baik
c) Lebih mempelajari materi yang ada
d) Materi ang dipakai seharusnya adalah materi yang sudah di uji pada percobaan
sebelumya agar didapatkan mutu yang sesuai dengan rencana

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 75


LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAN
Kelompok 08

TABEL FAKTOR UMUR


Umur Faktor umur Umur Faktor umur Umur Faktor umur Umur Faktor umur Umur Faktor umur
3 0.400 43 1.048 83 1.177 123 1.218 163 1.240
4 0.463 44 1.052 84 1.181 124 1.219 164 1.240
5 0.525 45 1.055 85 1.184 125 1.219 165 1.241
6 0.588 46 1.058 86 1.187 126 1.220 166 1.241
7 0.650 47 1.061 87 1.190 127 1.220 167 1.242
8 0.683 48 1.065 88 1.194 128 1.221 168 1.243
9 0.716 49 1.068 89 1.197 129 1.221 169 1.243
10 0.749 50 1.071 90 1.200 130 1.222 170 1.244
11 0.781 51 1.074 91 1.201 131 1.222 171 1.244
12 0.814 52 1.077 92 1.201 132 1.223 172 1.245
13 0.847 53 1.081 93 1.202 133 1.223 173 1.245
14 0.880 54 1.084 94 1.202 134 1.224 174 1.246
15 0.890 55 1.087 95 1.203 135 1.225 175 1.246
16 0.900 56 1.090 96 1.203 136 1.225 176 1.247
17 0.910 57 1.094 97 1.204 137 1.226 177 1.247
18 0.920 58 1.097 98 1.204 138 1.226 178 1.248
19 0.930 59 1.100 99 1.205 139 1.227 179 1.249
20 0.940 60 1.103 100 1.205 140 1.227 180 1.249
21 0.950 61 1.106 101 1.206 141 1.228 181 1.250
22 0.957 62 1.110 102 1.207 142 1.228 182 1.250
23 0.964 63 1.113 103 1.207 143 1.229 183 1.251
24 0.971 64 1.116 104 1.208 144 1.229 184 1.251
25 0.979 65 1.119 105 1.208 145 1.230 185 1.252
26 0.986 66 1.123 106 1.209 146 1.231 186 1.252
27 0.993 67 1.126 107 1.209 147 1.231 187 1.253
28 1.000 68 1.129 108 1.210 148 1.232 188 1.253
29 1.003 69 1.132 109 1.210 149 1.232 189 1.254
30 1.006 70 1.135 110 1.211 150 1.233 190 1.255
31 1.010 71 1.139 111 1.211 151 1.233 191 1.255
32 1.013 72 1.142 112 1.212 152 1.234 192 1.256
33 1.016 73 1.145 113 1.213 153 1.234 193 1.256
34 1.019 74 1.148 114 1.213 154 1.235 194 1.257
35 1.023 75 1.152 115 1.214 155 1.235 195 1.257
36 1.026 76 1.155 116 1.214 156 1.236 196 1.258
37 1.029 77 1.158 117 1.215 157 1.237 197 1.258
38 1.032 78 1.161 118 1.215 158 1.237 198 1.259
39 1.035 79 1.165 119 1.216 159 1.238 199 1.259
40 1.039 80 1.168 120 1.216 160 1.238 200 1.26
41 1.042 81 1.171 121 1.217 161 1.239
42 1.045 82 1.174 122 1.217 162 1.239

CIVIL ENGINEERING S-1, INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 76

Anda mungkin juga menyukai