Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM PROPERTI MATERIAL

(BERAT ISI AGREGAT KASAR)

KELOMPOK R19
Athaya Zhafira 1806202632
Khalisa Gina Iswara 1806149873
Melvill Mesakh Kadakolo 1806265034
Rizqy Pratama Raharja 1806202752
Timotius 1806203080
Wanita Nahdah Astari Mudianto 1806203124

Tanggal Praktikum : 14 Oktober 2019


Asisten Praktikum : Alifa Amalia Ilmi
Tanggal Pengumpulan : 01 November 2019
Nilai :
Para Asisten :

LABORATORIUM STRUKTUR DAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2019

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi dan rongga udara dalam agregat
halus, kasar, dan campuran. Berat isi adalah perbandingan antara berat dan isi.

B. TEORI DASAR
Berat isi atau disebut juga sebagai berat satuan agregat merupakan rasio antara berat
agregat dan isi/volume. agregat adalah material granular misalnya pasir, batu pecah dan kerak
tunggku besi, yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk
suatu beton semen hidrolik atau adukan. Agregat kasar adalah kerikil sebagai desintegrasi
alami dari batu atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir antara 5 mm – 40 mm. Agregat halus adalah pasir alam sebagai
desintegrasi secara alami dari batu atau pasir yang dihasilkan oleh industry pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir terbesar 5 mm. Rongga udara dalam satuan volume agregat adalah
ruang diantara butir-butir agregat yang tidak diisi oleh partikel yang padat
Pengujian berat isi suatu agregat merupakan suatu pengklasifikasian suatu agregat. Ada
beberapa jenis agregat berdasarkan berat isinya, yaitu : agregat normal, agregat ringan, dan
agregat berat. Standar ASTM C-330, “ Spesification for Lightweight Agregates For
Structural Concrete” memberikan batasan berat isi untuk agregat kasar ringan yaitu sebesar
350-880 kg/m3 dan antara 750-1200 kg/m3 dan jika melebihi batasan tersebut maka
agregat tersebut masuk kedalam kategori agregat berat.
Berat volume agregat dan rongga udara dapat di hitung dengan menggunakan rumus:
Berat Isi Agregat
𝑤3
𝐵=
𝑉
B = Berat Isi Agregat [𝒌𝒈/𝒅𝒎𝟑 ]
W3 = Berat agregat [𝒌𝒈]
V = Volume Isi Wadah [𝒅𝒎𝟑 ]

Rongga Udara
(𝐴 × 𝑊) − 𝐵
= × 100%
(𝐴 × 𝑊)
Keterangan :
V = Volume Isi Wadah [𝒅𝒎𝟑 ]
A = Bulk specific gravity [𝒌𝒈/𝒅𝒎𝟑 ] = 2,517 (diambil dari data laporan specific gravity
agregat kasar)
B = Berat Isi Agregat [𝒌𝒈/𝒅𝒎𝟑 ]
W = Berat Isi Air [𝒌𝒈/𝒅𝒎𝟑 ]
W3 = Berat agregat [𝒌𝒈]

C. PERALATAN
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh.
2. Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.
3. Tongkat pemadat diameter 15mm, panjang 60 cm dengan ujung bulat sebaiknya terbuat
dari baja tahan karat
4. Mistar perata [straight edge]
5. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang, berkapasitas
seperti berikut :

D. PERALATAN K3
1. Sarung Tangan
2. Safety Shoes
3. Masker

E. BENDA UJI
Memasukkan contoh agregat kedalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas
wadah sesuai tabel 3.2 keringkan dalam oven dengan suhu [110 ± 5] ºC sampai berat tetap.

F. PROSEDUR
 Berat isi lepas
1. Menimbang dan mencatat berat wadah [w1]
2. Memasukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir-butir
dari ketinggian maksimum 5 cm diatas wadah dengan menggunakan sendok atau
sekop sampai penuh.
3. Meratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
4. Menimbang dan mencatat berat wadah beserta benda uji [w2]
5. Menghitung berat benda uji [w3 = w2 – w1]

 Berat isi padat agregat dengan butir maksimum 38,1 mm [1 ½’’] dengan cara
penususkan
1. Meninmbang dan mencatat berat wadah [w1]
2. Mengisi wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis
dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata.
Pada pemadatan tongkat harus tepat masuk sampai lapisan bagian bawah tiap-tiap
lapisan.
3. Meratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
4. Menimbang dan mencatat berat wadah serta berat benda uji [w2]
5. Menghitung berat benda uji [w3 = w2 – w1]

 Berat isi pada agregat ukuran butiran antara 38,1 mm [1 1/2 ‘’] sampai 101,6
mm [4’’] dengan cara penggoyangan
1. Menimbang dan mencatat berat wadah [w1]
2. Mengisi wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal
3. Memadatkan setiap lapisan dengan cara menggoyang-goyangkan wadah seperti
berikut :
a. mengulangi hal ini pada sisi yang berlawanan. Memadatkan lapisan sebanyak
25 kali untuk setiap sisi.
b. Letakkan wadah diatas tempat yang kokoh dan datar, angkatlah salah satu
sisinya kira-kira setinggi 5 cm kemudian lepaskan.
4. Meratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata
5. Menimbang dan mencatat berat wadah serta berat benda uji [w2]
6. Menghitung berat benda uji [w3 = w2 – w1]
G. DATA PENGAMATAN

Berat isi kasar :


Berat Wadah = 5089
Berat Wadah + Air = 14361
Berat Wadah + Split = 19750

H. PENGOLAHAN DATA
𝑊3
*Berat isi agregat kasar → B = kg/dm3
𝑉
𝐴 𝑥 𝑊−𝐵
*Rongga udara = x 100%
𝐴𝑥𝑊

Keterangan :
V = Isi wadah [dm³]
A = Bulk Spesific Gravity Agregat [kg/ dm³]
B = Berat Isi Agregat [kg/ dm³], didapat dari percobaan II.1
W = Berat Isi Air [kg/ dm³]

 Berat Isi Agregat Kasar Metode Lepas, Metode penusukan, Metode Penggoyangan.
Berat Wadah [W1] = 5,089 Kg
Berat Wadah + Split [W2] = 19,750 Kg
Berat Wadah + Air [W’] = 14,361 Kg
Berat Benda Uji [W3] = [W2] – [W1]
[W3] = 19,750 – 5,089
= 14,661 Kg
Berat Air [W’’] = [W’] – [W1]
= 14,361 – 5,089
= 9,272 Kg

*V = ¼ x π x d2 x t
V = ¼ x 3,14 x 2,213 x 2,213 x 2,43
V = 9,34338 dm3

𝑊3
*Berat isi agregat kasar→ B = kg/dm3
𝑉
14,661
Berat isi agregat kasar (split) → B = 9,34338 kg/dm3

= 1,569 kg/dm3
𝑊𝑎𝑖𝑟
Berat isi air → W = kg/dm3
𝑉
9,272
= 9,34338 kg/dm3

= 0,992

𝐴 𝑥 𝑊−𝐵
Rongga udara = x 100%
𝐴𝑥𝑊
2,555 𝑥 0,992−1,569
= x 100%
2,555 𝑥 0,992

= 38,096 %

I. ANALISIS
1. Analisis percobaan
Pada kesempatan kali ini, praktikan melakukan praktikum berat isi agregat. Tujuan dari
praktikum ini adalah untuk menentukan berat isi dan rongga udara pada agregat halus, kasar,
dan campuran. Ada bebrapa prosedur yang harus dilakukan oleh praktikan untuk mendapat
hasil dari tujuan praktikum ini. Pertama praktikan harus menyiapkan benda uji yaitu agregat
kasar berupa split. Split ini sebelum dilakukan pengujian harus melalui tahap perendaman
dalam air selama 24 jam kemudian dilakukan pengeringan dengan cara dilap dengan kain
hingga mencapai kondisi SSD (Saturated Surface Dry), SSD adalah suatu kondisi dimana
suatu agregat dalam kondisi jenuh air bagian dalam tetapi bagian luar permukaan kering,
setelah dalam kondisi SSD benda uji kemudian memasuki tahap pengeringan dengan oven
selama 24 jam dan agregat dalam kondisi kering inilah yang dijadikan benda uji dalam
praktikum ini.
Untuk menguji berat isi dari suatu agregat dilakukan 3 metode dalam pengujiannya.
Metode yang pertama adalah metode lepas yaitu sampel dibiarkan diam di dalam wadah
sedangkan untuk 2 metode lainnya adalah metode penusukan dan metode penggoyangan.
Tujuan dari tiga metode ini adalah untuk melakukan perbandingan berat isi terhadap benda
uji yang sama. Hal ini dapat membuktikan bahwa jika agregat memiliki berat isi yang tinggi
maka agregat tersebut dapat meningkatkan kualitas beton . Berikut ini adalah prosedur yang
harus dilakukan di setiap metode :
 Berat isi untuk metode lepas
Metode lepas yaitu melakukan pengujian berat isi tanpa melakukan rekayasa
terhadap agregat. Langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang wadah yang
digunakan, yang hasilnya dilambangkan [W2], kemudian untuk mendapatkan berat agregat
dilakukan penimbangan dengan menyertakan wadahnya yang dilambangkan [W2].
Agregat dimasukkan kedalam wadah dengan ketinggian maksimum 5 cm agar tidak terjadi
pemisahan butir-butir isi, setelah memenuhi wadah kemudian dilakukan perataan dengan
menggunakan mistar perata agar agregat memenuhi wadah sesuai dengan volume
kemudian menimbang agregat beserta wadahnya, selanjutnya untuk mendapatkan berat
agregat dilakukan perhitungan pengurangan dari [W2] dengan [W1] dan hasilnya berupa
berat agregat yang dilambangkan [W3]. Dalam metode ini tidak terjadi rekayasa agregat
sehingga berat isi didapat dari berat agregat itu sendiri dibagi dengan volume wadah, tetapi
rongga udara agregat tidak dirapatkan seperti pada metode penusukan atau penggoyangan.

 Berat Isi untuk Metode Penusukan


Metode penusukan pada agregat adalah agar kerapatan antar agregat makin besar
sehingga berat isi dari agregat juga makin besar dan membuat mutu dari agregat semakin
baik. Langkah pertama yang dilakukan sama dengan metode lepas yaitu melakukan
penimbangan wadah [W1]. Kemudian untuk mendapatkan berat agregat dilakukan
penimbangan agregat dengan menyertakan wadahnya [W2]. Dalam pengisian agregat
kedalam wadah dilakukan sebanyak tiga kali yaitu tiap pengisian hanya sebanyak sepetiga
wadah kemudian dilakukan penumbukan atau penusukan sebanyak 25 kali, hal ini
ditujukan untuk meningkatkan kerapatan antar agregat dan juga agar terjadi efektifitas
pemadatan sehingga dihasilkan berat isi yang lebih besar, Setelah melakukan penimbangan
agregat dengan wadahnya, maka dapat dihitung berat dari agregat itu sendiri yaitu dengan
melakukan perhitungan pengurangan antara [W2] dengan [W1] yang dilambangkan
dengan [W3] yaitu berat dari agregat.
 Berat Isi dengan Metode Penggoyangan
Metode penggoyangan pada agregat yaitu agar kerapatan antar agregat makin besar
sehingga berat isi dari agregat juga makin besar dan membuat mutu dari agregat semakin
baik. Sama Sepeti 2 metode sebelumnya, untuk mendapatkan berat dari agregat dilakukan
penimbangan agregat dengan menyertakan wadahnya, maka akan didapat berat wadah
beserta agregat yaitu [W2]. Sebelum itu dilakukan penimbangan wadah yang berat wadah
dilambangkan [W2] kemudian dilakukan perhitungan pengurangan antara [W2] dikurang
[W1] maka akan menghasilkan berat agregat yaitu [W3]. Dalam mengisi wadah dengan
agregat dilakukan dalam tiga tahap yaitu tiap tahap pengisian hanya mengisi agregat
sebanyak sepertiga volume wadah kemudian dilakukan penggoyangan sebanyak 50 kali
yang dilakukan dengan mengangkat sisi kanan wadah sebanyak 25 kali dan sisi kiri wadah
sebanyak 25 kali secara bergantian. Tujuan dari metode ini adalah untuk meningkatkan
kerapatan dan efektifitas pemadatan sehingga dimaksudkan agar agregat hanya memiliki
sedikit rongga udara dan memiliki berat isi yang besar. Kemudian dilakukan perataan
dengan menggunakan mistar perata agar jumlah agregat sesuai dengan besar volume
wadah.

2. Analisis data/hasil pengamatan


Setelah melakukan praktikum berat isi agregat kasar, praktikan mendapatkan data hasil
pengamatan sebagai berikut. Berat wadah [W1] yang digunakan adalah sebesar 5,089 kg.
Berat wadah + split [W2] = 19,750 Kg, berat wadah + air [W’] = 14,361 Kg. Dari data
tersebut digunakan untuk mencari berat benda uji [W3] dan memperoleh hasil sebesar
14,661 Kg. Selain itu kita juga mendapatkan berat isi agregat agregat sebesar 1,569
kg/dm3. Data tersebut didapat dari berat benda uji dibagi dengan ketetapan volume yaitu
9,34338 dm3. kita juga mencari rongga udara pada agregat dan memperoleh hasil sebesar
𝐴 𝑥 𝑊−𝐵
38,096% dari jumlah agregat. nilai tersebut didapat dari perhitungan rumus x
𝐴𝑥𝑊

100%. A merupakan tetapan bulk untuk spesific gravity agregate yang nilainya 2,55. Dan
W merupakan berat isi air yang nilainya 0,992 kg/dm3, sedangkan B merupakan berat isi
dari agregat dari ketiga variabel tersebut dilakukan perhitungan sesuai rumus dan kemudian
didapat nilai dari rongga udara dalam agregat.
3. Analisis kesalahan

Pada praktikum kali ini praktikan tidak dapat mencegah variabel tak terkontrol yang terjadi
saat melakukan percobaan. Oleh sebab itu masih ada beberapa kesalahan yang terjadi sehingga
menyebabkan percobaan tidak dilakukan dengan sempurna sesuai dengan prosedur yang telah
ditentukan. Beberapa kesalahan yang terjadi antara lain, kesalahan dalam melakukan metode
penusukan. Karena praktikan kurang maksimal dalam melakukan penusukan sehingga masih
terdapat rongga-rongga udara yang menyebabkan agregat tidak begitu padat sehingga muncul
nilai rongga udara yang cukup besar pada agregat. Kesalahan yang sama terjadi pada metode
penggoyangan. Pada saat melakukan percobaan menggunakan metode penggoyangan,
praktikan kurang maksimal dalam melakukan penggoyangan terhadap wadah sehingga
terdapat rongga udara di dalam agregat. Tujuan dilakukannya metode penusukan dan
penggoyangan adalah agar kerapatan antar agregat makin meningkat sehingga mengecilnya
rongga udara dalam agregat tersebut, oleh karena itu jika tidak dilakukan dengan maksimal
maka dipastikan nilai rongga udara pada agregat menjadi besar yaitu pada percobaan ini
sebesar 38,096 %. Hal tersebut menjadi acuan bahwa ada kesalahan yang terjadi saat
melakukan praktikum.

4. Aplikasi
Pada modul ini yaitu pemeriksaan berat isi dan rongga udara dalam agregat kasar bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar berat isi dan seberapa rapat rongga udara dalam suatu
agregat kasar.

Pengaplikasian dari percobaan ini adalah sebagai referensi untuk melakukan mix design
dalam dunia konstruksi. Semakin besar berat isi dari suatu agregat maka semakin bagus mutu
agregat tersebut sebagai bahan pembuatan beton. Pada praktiknya dalam pengecoran beton
sendiri sering menggunakan vibrator untuk melakukan pemadatan agar hanya terdapat sedikit
rongga udara dalam beton agar mutu beton semakin baik karena lebih padat dan tidak mudah
keropos, praktik penggunaan vibrator ini sendiri sama seperti metode penggoyangan dalam
percobaan berat isi agregat dan juga memiliki tujuan yang sama yaitu agar suatu beton
memiliki kepadatan yang rapat sehingga mutu beton menjadi lebih baik.

J. KESIMPULAN
 Pada praktikum berat isi agregat kasar ini, didapat nilai berat isi agregat kasar sebesar 1,569
kg/dm3.
 Rongga udara yang terdapat didalam agregat kasar pada praktikum ini sebesar 38,096 %.
 Semakin kecil rongga udara yang terdapat dalam agregat maka semakin besar nilai berat
isi dari suatu agregat.
 Metode penusukan dan metode penggoyangan dilakukan untuk memperkecil rongga udara
dalam agregat sehingga agregat memiliki berat isi yang besar, pada dunia konstruksi
metode ini tentu dilakukan dengan menggunakan alat vibrator untuk merapatkan agregat.

K. REFERENSI

Departemen Teknik Sipil. 2019. Modul Praktikum Properti Material. Depok : Universitas
Indonesia
Badan Standarisasi Nasional. (1998). Metode pengujian isi dan rongga udara. SNI03-4804-
1998.
Author, Standar kompetensi nasional metode pengujian berat isi dan rongga udara dalam
agregat. Dikutip pada 10 Oktober 2019 dari https://docplayer.info/29724988-Standar-
kompetensi-nasional-metode-pengujian-berat-isi-dan-rongga-udara-dalam-agregat.html
Badan Standarisasi Nasional. (1989). Pelaksanaan lapis campuran beraspal panas. SNI03-
1737-1989.
L. LAMPIRAN

Gambar 1. Benda uji yang telah direndam air selama 24 jam dan sudah dikeringkan
Sumber: Dokumentasi Praktikan

Gambar 2. Agregat dimasukkan kedalam piknometer yang telah berisi air


Sumber: Dokumentasi Praktikan
Gambar 3. Piknometer dikocok agar tidak terdapat gelembung udara
Sumber: Dokumentasi Praktikan

Gambar 4. Benda uji ditimbang


Sumber: Dokumentasi Praktikan

Anda mungkin juga menyukai