Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM STATIKA

MODUL C
STRUKTUR AWAL JEMBATAN

KELOMPOK 24
Melvill M. Kadakolo 1806265204
Ruthmedy Jemima 1806202746
Luthfi Farhan Muhammad 1806149766
Azzim Muqimuddin 1806203162

Tanggal Praktikum : 7 Desember 2019


Asisten Praktikum : Salfa Zarfatina
Tanggal Disetujui :
Nilai :
Paraf Asisten :

LABORATORIUM STRUKTUR DAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2019
STRUKTUR AWAL JEMBATAN

I. TUJUAN
Alat didesain untuk memberikan pembacaan langsung dari reaksi vertikal
di tiap-tiap perletakan di mana terdapat alat baca. Dapat digunakan untuk
memperoleh garis pengaruh untuk tiap-tiap reaksi, dan untuk mempelajari
kegunaan dari garis pengaruh untuk beban bergerak.

II. TEORI
Definisi dari garis pengaruh adalah suatu grafik dari pengaruh di titik yang
dipilih pada struktur. Nilai numerik dari pengaruh tersebut diplot akibat
beban satu satuan.

III. PERALATAN
13. 1 – HST. 1801 Jembatan bagian kiri
14. 1 – HST. 1802 Jembatan bagian kanan
15. 1 – HST. 1803 Gantung di tengah
16. 2 – HST. 1804 Pilar pendukung ujung
17. 2 – HST. 1805 Pilar pendukung bagian dalam
18. 2 – HST. 1806 Alat baca
19. 1 – HST. 1807 Beban bergerak

IV. CARA KERJA


Persiapan alat:
a. Menyiapkan alat seperti yang ditunjukkan seperti diagram di atas.
Kemudian harus dihubungkan dengan kuat dan diratakan dengan
rangkanya
b. Mengatur kaki-kaki penyokongnya jika dibutuhkan dan
mengencangkan baut-bautnya. Pengaruh dari getaran disebabkan oleh
Gerakan di sekitar alat sebagai contoh, supaya dijaga agar minimum
c. Bagian jembatan didukung di atas pivot dan roller yang mengizinkan
Gerakan lateral akibat beban. Masing-masing perletakan dibuat
beryllium. Alat yang disediakan untuk mengatur masing-masing alat
baca secara horizontal (kalibrasi alat beban) dan vertikal (untuk tujuan
peng-nol-an), melihat pilar pengukur beban yang terpisah
d. Setelah yakin bahwa landasan dari masing-masing alat baca secara
pendekatan di garis tengah. Masing-masing pembagian dari alat baca
mewakili beban 0.1N
e. Menguji nilai kalibrasi dengan menggerakkan beban lebih besar melalui
jembatan, hentikan secara vertikal di atas masing-masing titik
perletakan untuk meyakinkan bahwa alat tepat satu putaran di bawah
pengaruh beban.
d. Garis Pengaruh
Dalam percobaan ini semua garis pengaruh akan disebabkan oleh reaksi
vertikal. Menguji dengan menekan ke bawah jembatan tersebut di
berbagai tempat dimana alat bacanya akan memberikan pembacaan
i. Mengambil beban bergerak (25N), menempatkan di ujung kiri
jembatan (titik reaksi pertama), membaca semua alat bacanya
yang berjumlah 6 buah
ii. Mengangkat beban itu ke titik reaksi berikutnya (diatas alat
baca), kemudian membaca keenam alat baca kemudian
mengulanginya ke semua titik awal
iii. Mengulangi percobaan sebelumnya tetapi mengganti bebannya
dengan 50N
e. Beban Bergerak
4. Menggabungkan beban besar dari kecil dengan kawat yang
disediakan dan menaruh di sisi kiri jembatna (diatas titik reaksi
pertama). Penempatan harus mengiuti kaidah garis pengaruh agar
reaksi perletakna mencapai maksimal, kemudian membaca reaksi
dari perletakan pertama

5. Mengulangi percobaan sebelumnya pada titik reaksi kedua dan


seterusnya
6. Khusus ketika beban diletakkan pada titik reaksi ketiga dan
keempat, pembacaan dilakukan pada titik reaksi masing-masing
kedua dan kelima
7. Menggunakan data itu untuk memplot ordinat akibat reaksi vertikal
terhadap posisi beban yang lebih besar di grafik
V. PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA
Meskipun struktur simetris, beban yang bergerak tidak menghasilkan akibat
yang simetris. Bagaimanapun, dalam desain jembatan yang normal dengan
2 jalur, beban dapat melewatinya dengan pimpinan beban yang lebih kecil
dari arah yang lainnya
Perhitungan garis pengaruh harus diuji dengan perhitungan teoritis. Data
tersebut kemudian harus digunakan untuk memperkirakan reaksi dari 2
hubungan dan perbandignan yang dibuat dengan akibat dari perocbaan yang
kedua. Pembedaan ini tergantung dari prinsip pengawasan. Nyatakan posisi
dari beban ganda yang memberikan nilai maksimum dari msaing-masing
reaksi
4. Data Pengamatan Percobaan Beban 25N

Vc Vd

Va Vb Ve Vf
25 cm 20 cm 25 cm 20 cm 25 cm

Table 7. Data Pengamatan Beban 25N

NO P(mm) V(A) V(B) V(C) V(D) V(E) V(F)


1 0 138.5 1.1 0.15 0 2.3 1.4
2 250 0 24 8.5 0.5 -0.7 -0.9
3 450 0 37 19.1 -0.8 -10.6 -3.5
4 700 0 4 2.7 11.1 52.7 -21.8
5 900 0 1.3 0.25 1.5 36.2 -1.9
6 1150 0 0.1 1.9 8.6 2.7 29.1

5. Data Pengamatan Percobaan Beban 50N


Table 8. Data Pengamataan Beban 50N

NO P(mm) V(A) V(B) V(C) V(D) V(E) V(F)


1 0 162.7 4.2 0.3 0.3 1 2.5
2 250 0 46.1 6.4 1.3 0 -2
3 450 0 73.7 31.3 -1 -0.5 -16.5
4 700 0 0.7 1 12.3 94 -35.5
5 900 0 4.6 0.2 -1.8 50.3 13.4
6 1150 0 -0.5 1.7 8.9 -1 41.6

6. Data Pengamatan Reaksi Perletakan Maksimum


Table 9. Data Pengamatan Reaksi Perletakan Maksimum

V(A) V(B) V(C) V(D) V(E) V(F)


V MAKS
177.7 97 51.7 38.4 107.8 53.4
P (MM) 0 250 450 700 900 1150

Pengolahan Data
Dari data-data yang telah diperoleh di atas, maka diolah sebagai berikut:
4. Beban 25N
a. AB (0<x<250)
Mb = 0
Va. 250 – P(250-x) = 0
P=1
250−𝑥
Va =
250

X= 0 Va = 1
X = 250 Va = 0
Ma = 0
P=1
-Vb. 250 + P(x) = 0
Vb = 𝑥
250

X=0 Vb = 0
X = 250 Vb = 1
b. BC (250<X<450)
Mb = 0
Va.250 + P.(x-250) = 0
P=1
(𝑥−250)
Va = −
250

X=250 Va = 0
X=450 Va = -0.8
Ma = 0
-Vb.250 +P(x) = 0
P=1
Vb = 𝑥
250

X = 250 Vb = 1
X = 450 Vb = 1.8

c. CD (0<X<250)
Mc = 0
-Vd.250 + P.(X) = 0
P=1
Vd = 𝑥
250

X=0 Vd = 0
X = 250 Vd = 1
Md = 0
Vc.250 – P (250-x) = 0
P=1
250−𝑥
Vc =
250

X=0 Vc = 1
X = 250 Vc = 0
Mb = 0
Va.250 + Vc.200 = 0
Va.250 + 250−𝑥 . 200 = 0
250
250−𝑥 200
Va = - .
250 250

X=0 Va = -0.8
X = 250 Va = 0
Ma = 0
-Vb.250 + Vc. 450 = 0
-Vb.250 + 250−𝑥 . 450 = 0
250
250−𝑥 450
Vb = .
250 250

X=0 Vb = 1.8
X=250 Vb = 0
Me = 0
-Vf.250 – Vd.200 = 0
-Vf.250 – 𝑥 . 200 = 0
250

𝑥 200
Vf = − .
250 250

X=0 Vf = 0
X = 250 Vf = -0.8
Mf = 0
Ve.250 – Vd.450 = 0
Ve.250 – 𝑥 . 450 = 0
250

450
Ve = 𝑥 .
250 250

X=0 Ve = 0
X=250 Ve = 1.8
d. DE (0<x<200)
Va = 0
Vb = 0
Vc = 0
Vd = 0
Me = 0
-P(200-x) – Vf.250 = 0
200−𝑥
Vf = -
250

X=0 Vf = -0.8
X=200 Vf = 0
Mf = 0
Ve.250 – P(250+200-x) = 0
250+200−𝑥
Ve =
250

X=0 Ve = 1.8
X=200 Ve = 1

e. EF (200<X<450)
Me = 0
P(x-200) – Vf.250 = 0
P=1
𝑥−200
Vf =
250

X = 200 Vf = 0
X= 450 Vf = 1
Mf = 0
-P(450-x) + Ve.250 = 0
P=1
450−𝑥
Ve =
250

X = 200 Ve = 1
X = 450 Ve = 0

Table 10. Tabel Reaksi Perletakan Teori

NO P(mm) V(A) V(B) V(C) V(D) V(E) V(F)


1 0 1 0 0 0 0 0
2 250 0 1 0 0 0 0
3 450 -0.8 1.8 1 0 0 0
4 700 0 0 0 1 1.8 -0.8
5 900 0 0 0 0 1 0
6 1150 0 0 0 0 0 1
Garis Pengaruh Va akibat beban 25N Garis Pengaruh Vd akibat beban 25N

Garis Pengaruh Vb akibat beban 25N Garis Pengaruh Ve akibat beban 25N

Garis Pengaruh Vc akibat beban 25N Garis Pengaruh Vf akibat beban 25N

Table 11. Tabel Reaksi Perletakan Beban 25N

NO P(mm) V(A) V(B) V(C) V(D) V(E) V(F)


1 0 25 0 0 0 0 0
2 250 0 25 0 0 0 0
3 450 -20 45 25 0 0 0
4 700 0 0 0 25 45 -20
5 900 0 0 0 0 25 0
6 1150 0 0 0 0 0 25

Table 12. Tabel Reaksi Perletakan Praktikum Beban 25 N


NO P(mm) V(A) V(B) V(C) V(D) V(E) V(F)
1 0 138.5 1.1 0.15 0 2.3 1.4
2 250 0 24 8.5 0.5 -0.7 -0.9
3 450 0 37 19.1 -0.8 -10.6 -3.5
4 700 0 4 2.7 11.1 52.7 -21.8
5 900 0 1.3 0.25 1.5 36.2 -1.9
6 1150 0 0.1 1.9 8.6 2.7 29.1

Table 13. Tabel Kesalahan Relatif Praktikum Reaksi Perletakan Beban 25N (%)

NO P(mm) V(A) V(B) V(C) V(D) V(E) V(F)


1 0 454 0 0 0 0 0
2 250 0 2 0 0 0 0
3 450 100 17.7 22.8 0 0 0
4 700 0 0 0 55.6 17.1. 180
5 900 0 0 0 0 40 0
6 1150 0 0 0 0 0 16.4

Garis Pengaruh Va akibat beban 25N Garis Pengaruh Vd akibat beban 25N

Garis Pengaruh Vb akibat beban 25N Garis Pengaruh Ve akibat beban 25N
Garis Pengaruh Vc akibat beban 25N Garis Pengaruh Vf akibat beban 25N

Kesalahan Relatif =
𝑀𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑀𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
| | x 100%
M𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

5. Beban 50N

Table 14. Tabel Reaksi Perletakan Teori

NO P(mm) V(A) V(B) V(C) V(D) V(E) V(F)


1 0 1 0 0 0 0 0
2 250 0 1 0 0 0 0
3 450 -0.8 1.8 1 0 0 0
4 700 0 0 0 1 1.8 -0.8
5 900 0 0 0 0 1 0
6 1150 0 0 0 0 0 1
Garis Pengaruh Va akibat beban 50N Garis Pengaruh Vd akibat beban 50 N

Garis Pengaruh Vb akibat beban 50N Garis Pengaruh Ve akibat beban 50N

Garis Pengaruh Vc akibat beban 50N Garis Pengaruh Vf akibat beban 50N

Table 15. Tabel Reaksi Perletakan Beban 50N

NO P(mm) V(A) V(B) V(C) V(D) V(E) V(F)


1 0 50 0 0 0 0 0
2 250 0 50 0 0 0 0
3 450 -40 90 50 0 0 0
4 700 0 0 0 50 90 -40
5 900 0 0 0 0 50 0
6 1150 0 0 0 0 0 50

Table 16. Tabel Reaksi Perletakan Praktikum Beban 50N


NO P(mm) V(A) V(B) V(C) V(D) V(E) V(F)
1 0 162.7 4.2 0.3 0.3 1 2.5
2 250 0 46.1 6.4 1.3 0 -2
3 450 0 73.7 31.3 -1 -0.5 -16.5
4 700 0 0.7 1 12.3 94 -35.5
5 900 0 4.6 0.2 -1.8 50.3 13.4
6 1150 0 -0.5 1.7 8.9 -1 41.6

Table 17. Tabel Kesalahan Relatif Reaksi Perletakan Beban 50N

NO P(mm) V(A) V(B) V(C) V(D) V(E) V(F)


1 0 225.4 0 0 0 0 0
2 250 0 7.8 0 0 0 0
3 450 100 18.1 37.4 0 0 0
4 700 0 0 0 75.4 4.44 11.25
5 900 0 0 0 0 0.6 0
6 1150 0 0 0 0 0 16.8

Garis pengaruh Va akibat beban 50N Garis pengaruh Vd akibat beban 50N

Garis Pengaruh Vb akibat beban 50N Garis Pengaruh Ve akibat beban 50N
Garis Pengaruh Vc akibat beban 50N Garis Pengaruh Vf akibat beban 50N

Kesalahan Relatif
Kesalahan Relatif =
𝑀𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑀𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
| | 𝑥100%
𝑀𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

4. Reaksi Perletakan Maksmimum Perhitungan reaksi maksimum


di tiap titik dengean beban
Reaksi Maksimum di titik A
Reaksi Maksimum di titik A dapat diperoleh dengan garis pengaruh
Va

𝑌𝑎 𝑉𝑎
=
150 250
𝑌𝑎 1
=
150 250
Ya = 0.6
Va maks = 50 + 25.Ya
Va maks = 50 + 15 = 65N (x = 0mm)

Kesalahan Relatif
Kesalahan Relatif =
𝑀𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑀𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
| | 𝑥100%
𝑀𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

4. Reaksi Perletakan Maksmimum Perhitungan reaksi


maksimum di tiap titik dengan beban

Reaksi Maksimum di titik A


Reaksi Maksimum di titik A dapat diperoleh dengan garis pengaruh
Va

𝑌𝑎 𝑉𝑎
=
150 250
𝑌𝑎 1
=
150 250
Ya = 0.6
Va maks = 50 + 25.Ya
Va maks = 50 + 15 = 65N (x = 0mm)
Kesalahan Relatif
Kesalahan Relatif =
𝑀𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑀𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
| | 𝑥100%
𝑀𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

Reaksi Maksimum di titik B

Reaksi Maksimum di titik B dapat diperoleh dengan garis pengaruh Vb

𝑌𝑏 𝑉𝑏
=
150 250
𝑌𝑏 1.8
=
350 450

Yb = 1.4

Vb maks = 50(1.8) + 25. Yb

Vb maks = 90 + 35 = 125N (x=450mm)

Reaksi Maksimum di titik C

Reaksi Maksimum di titik C dapat diperoleh dengan garis pengaruh Vc

𝑌𝑐 𝑉𝑐
=
150 250
𝑌𝑐 1
=
150 250

Yc = 0.6

Vc maks = 50 + 25. Yc

Vc maks = 50 + 15 = 65N (x=450 mm)


Reaksi Maksimum di titik D

Reaksi Maksimum di titik D dapat diperoleh dengan garis pengaruh Vd

𝑌𝑑 𝑉𝑑
=
150 250
𝑌𝑑 1
=
150 250

Yd = 0.6

Vd maks = 50 + 25. Yd

Vd maks = 65 N (x = 700 mm)


Reaksi Maksimum di titik E

Reaksi Maksimum di titik E dapat diperoleh dengan garis pengaruh Ve

𝑌𝑒 𝑉𝑒
=
350 450
𝑌𝑒 1.8
=
350 450

Ye = 1.4

Ve maks = 50(1.8) + 25. Ye

Ve maks = 90 + 35N = 125 N (x=700mm)

Reaksi Maksimum di titik F


Reaksi maksimum di titik F dapat diperoleh dengan garis pengaruh Vf
𝑌𝑓 𝑉𝑓
=
150 250
𝑌𝑓 1
=
150 250
Yf = 0.6
Vf maks = 50 +25. Yf
Vf maks = 50 + 15 = 65N (x = 1150mm)

Table 18. Tabel Reaksi Perletakan Maksimum Praktikum

V(A) V(B) V(C) V(D) V(E) V(F)


V MAKS
177.7 97 51.7 38.4 107.8 53.4
P (MM) 0 250 450 700 900 1150

Table 19. Tabel Reaksi Perletakan Maksimum Teori

V(A) V(B) V(C) V(D) V(E) V(F)


V
MAKS 65 125 65 65 125 65
P (MM) 0 250 450 700 900 1150

Table 20. Kesalahan Relatif Reaksi Perletakan Maksimum

V(A) V(B) V(C) V(D) V(E) V(F)


V
MAKS 173.3. 22.4 20.4. 40.9. 13.7 17.8.
P
(MM) 0 250 450 700 900 1150
Reaksi Maksimum di Titik A Reaksi Maksimum di Titik D

Reaksi Maksimum di Titik B Reaksi Maksimum di Titik E

Reaksi Maksimum di Titik C Reaksi Maksimum di Titik F

Kesalahan Relatif =
𝑀𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑀𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
| | 𝑥100%
𝑀𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

VI. ANALISA PRAKTIKUM


f. Analisa Percobaan
Pada kesempatan ini praktikan melakukan praktikum modul C
yang bertujuan untuk melakukan pembacaan langsung reaksi
vertikal di tiap perletakan. Praktikum ini dilakukan di
laboratorium struktur Departemen Teknik Sipil Universitas
Indonesia. Dalam melakukan percoban, praktikan membutuhkan
peralatan yang dibutuhkan pada praktikum ini antara lain, model
jembatan bagian kiri, bagian kanan, gantung ditengah, pilar
pendukung di kedua ujung, pilar pendukung bagian
dalam, alat baca, beban sebesar 25N, 50N, dan kawat
penghubung beban sepanjang 10cm. Praktikum modul C ini
dibagi menjadi dua percobaan. Percobaan pertama yaitu
garis pengaruh pada beban 25N dan 50N. Pada percobaan ini,
praktikan diminta untuk menentukan reaksi perletakan dari
titik A sampai ke titik F. Pada beban 25N praktikan, langkah
pertama yang harus dilakukan oleh praktikan adalah
melakukan kalibrasi alat baca di tiap titik perletakan dengan
memutar alat baca sampai jarum besar di posisi 0 dan
mencatat jarum kecil pada alat baca agar sebagai penanda
awal pembacaan. Setelah itu, praktikan melakukan
pembacaan pada alat baca di tiap titik (A, B, C, D, E, dan F)
dengan menjalankan beban. Praktikan melakukan
pembacaan dengan memperhatikan putaran jarum besar dan
jarum kecil ketika jembatan dibebani. Perubahan posisi
jarum kecil menandakan berapa putaran yang terjadi
kemudian di kali 100N dan di tambahkan dengan perubahan
putaran pada jarum besar. Praktikan juga perlu
memperhatikan arah putaran jarum, apakah searah jarum jam
atau tidak. Jika jarum berputar searah jarum jam berarti
angka yang dihasilkan bernilai positif. Sedangkan ketika
berlawanan jarum jam maka angka yang dihasilkan bernilai
negatif. Praktikan mendapatkan pembacaan angka yang
bervariasi oleh karena letak beban yang berbeda dari tiap
titik. Setelah melakukan percobaan dengan beban 25N,
praktikan mengulangi langkah- langkah di atas dengan
menggunakan beban 50N.
Percobaan yang kedua adalah menentukan reaksi maksimum
saat beban ganda berjalan., beban ganda adalah beban 50N
dan 25N dihubungkan dengan kawat sepanjang 10cm yang
bertujuan untuk memberikan jarak yang memungkinkan
untuk mencari reaksi perletakan maksimum yang
disesuaikan dengan jarak tiap bentang. Pada percobaan ini,
prakikan meletakkan beban yang lebih besar pada V
maksimum dari setiap perletakkan. Pada perletakkan A yaitu
sebagai acuan perletakkan, posisi beban 50N berada di titik
A sedangkan posisi beban 25N berada di sebelah kanan
beban 50N. Pada perletakan B, posisi beban 50 N berada
pada titik C dan beban 25 kN di sebelah kiri beban 50 N. Hal
ini karena V maksimum berada pada titik C dan pada titik
tersebut ada potongan balok induk dan balok anak.
Kemudian pada perletakan C, beban 50 N terletak pada titik
C dan beban 25 N pada sebelah kanan beban 50 N. Begitu
pula berlaku pada perletakan D, E, dan F. Pada perletakan D,
beban 50 N berada pada titik D. Kemudian pada perletakan
E, beban 50 N berada pada titik D. Lalu pada perletakan F,
beban 50 N berada pada titik F.
Perlu diperhatikan oleh praktikan ketika melakukan kedua
model percobaan bahwa alat baca vertikal perlu untuk
dikalibrasi terlebih dahulu setiap kali ingin meletakkan
beban ke dalam model jembatan. Alat baca dikalibrasi
dengan cara memutar sekrup hingga jarum menunjukkan
angka 0 pada bacaan. Pada saat pembacaan, searah jarum jam
menunjukkan reaksi vertikal positif dan perputaran jarum
berlawanan arah jarum jam menunjukkan reaksi vertikal
negatif.

g. Analisa Hasil

Data yang diperoleh pada percobaan pertama berupa


pembacaan menggunakan alat beban vertikal setiap kali
pemindahan beban sesuai dengan jarak yang telah
ditentukan. Pembacaan yang didapat yaitu gaya vertikal pada
setiap perletakan disimbolkan dengan V(A), V(B), V(C),
V(D), V(E), dan V(F). Praktikan kemudian mencari nilai
garis pengaruh secara teoritis terlebih dahulu. Nilai garis
pengaruh secara teoritis diperoleh dengan membagi model
jembatan menjadi interval pada setiap adanya reaksi
perletakan (5 interval). Kemudian menggunakan ∑Momen
perletakan = 0 sehingga mendapatkan V(A), V(B), V(C),
V(D), V(E), dan V(F) pada setiap interval. Diperoleh nilai
perletakan untuk beban berjalan 25 N dan 50 N adalah
sebagai berikut:
Beban berjalan 25 N
NO P(mm) V(A) V(B) V(C) V(D) V(E) V(F)
1 0 138.5 1.1 0.15 0 2.3 1.4
2 250 0 24 8.5 0.5 -0.7 -0.9
3 450 0 37 19.1 -0.8 -10.6 -3.5
4 700 0 4 2.7 11.1 52.7 -21.8
5 900 0 1.3 0.25 1.5 36.2 -1.9
6 1150 0 0.1 1.9 8.6 2.7 29.1

Beban berjalan 50 N
NO P(mm) V(A) V(B) V(C) V(D) V(E) V(F)
1 0 162.7 4.2 0.3 0.3 1 2.5
2 250 0 46.1 6.4 1.3 0 -2
3 450 0 73.7 31.3 -1 -0.5 -16.5
4 700 0 0.7 1 12.3 94 -35.5
5 900 0 4.6 0.2 -1.8 50.3 13.4
6 1150 0 -0.5 1.7 8.9 -1 41.6

Nilai secara teoritis dan praktikum dibandingkan sehingga


dalam percobaan kali ini diperoleh angka kesalahan relative
dalam range nilai 16-454 persen untuk beban berjalan 25N
dan 4-256 persen untuk beban berjalan 50 N.
Pada percobaan kedua tentang reaksi maksimum, praktikan
menggunakan rumus perbandingan antara jarak dengan garis
pengaruh. Dari perhitungan tersebut, praktikan mendapatkan
besar V dari tinggi segitiga 25 N. Untuk V maksimum teori,
praktikan mendapatkan hasil V maksimum pada perletakan
A sebesar 65 N, pada perletakan B sebesar 125 N, pada
perletakan C sebesar 65 N, pada perletakan D sebesar 65 N,
pada perletakan E sebesar 125 N, dan pada perletakan F
sebesar 65 N. Kemudian praktikan mencari kesalahan relatif
dari V maksimum praktikum dengan V teori dengan hasil
pada titik A sebesar 173,3%, pada titik B sebesar 22,4%,
pada titik C sebesar 20,4%, pada titik D sebesar 40,9%, pada
titik E sebesar 13,7%, dan pada titik F sebesar 17,8%.

h. Analisa Kesalahan

Ketidak sesuaian antara data praktikum dengan data literatur


atau teoritis mengakibatkan adanya angka kesalahan relatif
dalam percobaan kali ini. Angka kesalahan relatif ini
diakibatkan oleh:
A. Faktor pertama adalah kesalahan praktikan dalam
meletakkan beban pada model jembatan sehingga hasil
perhitungan tidak presisi.
B. Faktor kedua adalah kesalahan pembacaan alat. Sehingga
menyebabkan data yang didapatkan tidak akurat.
C. Faktor ketiga adalah sentuhan dan getaran pada model
jembatan mempengaruhi hasil pembacaan.
D. Faktor keempat adalah kesalahan praktikan dalam
melakukan pembulatan pada tahapan pengolahan data.
VII. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh pada praktikum modul C kali ini adalah:


A. Garis pengaruh adalah suatu grafik dari pengaruh di titik yang dipilih
dalam suatu struktur, Garis pengaruh dapat digunakan dalam
melakukan suatu analisis beban bergerak, menentukan reaksi
perletakan, reaksi perletakan maksimum, dan beban maksimum yang
dapat ditopang sebuah struktur
B. Balok gerber terdiri dari balok induk dan balok anak, dimana
perletakan pada balok anak menjadi beban pada balok induk.
C. Ketidaksesuaian antara data praktikum dan data teoritis atau literatur
mengakibatkan adanya angka kesalahan relatif.

VIII. REFRENSI
Pedoman Praktikum Statika, Laboratorium Struktur dan Material,
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Indonesia : Depok,
2019
IX. LAMPIRAN

Gambar.1 Percobaan dengan beban 25N

Gambar.2 Percobaan dengan beban 50N

Gambar.3 Percobaan dengan beban ganda

Anda mungkin juga menyukai