Kemudian MOSFET dalam keadaan ON, maka jalur arus berubah menuju ke MOSFET
dan pada jalur menuju ke beban menjadi terisolir karena dioda dalam keadaan terbuka.
Dalam kondisi tersebut induktor akan menyimpan energi dalam bentuk arus Sedangkan pada
sisi beban, kapasitor akan membuang muatannya menuju ke beban dengan nilai Vin +VL
yakni sesuai dengan nila muatan saat melakukan pengisian sehingga tegangan output
menjadi tetap stabil.
Secara teoritis Vout DC ditentukan oleh tegangan input (Vin ) dibagi dengan 1 dikurangi
duty cycle (D) oleh karena itu dapat ditentukan menggunakan rumus berikut:
Contoh:
Apabila switching gelombang persegi memiliki periode 20μs, tegangan input 12V dan ON
setengah dari waktu periodik, yaitu 15μs, maka tegangan output menjadi:
12
Vout =
(1−0,75)
12
= = 48 V
(0,25)
Maka tegangan yang di suplai ke beban berkisar 48 V karena belum dikurangi tegangan
forward bias yang mana tegangan bias bergantung pada spesifikasi pada data sheet. Karena
tegangan keluaran bergantung pada siklus kerja dari rangkaian, maka akan menjadi penting
penting untuk dikontrol secara akurat.
III. PERALATAN & KOMPONEN
1. Modul Boost Converter 1 buah
2. Power Supply DC 1 buah
3. AM-meter analog (Arus Output) 1 buah
4. Voltmeter digital (Tegangan Input & Output) 1 buah
5. Osiloskop 1 buah
6. Beban Lampu Pijar 100W; 100V-120V 1 buah
7. Thermometer infrared 1 buah
Gambar 2.7 Rangkaian Ekivalen On State dan Off State Boost Converter
Proteus
Frekuensi switching : 40 kHz
Vin Is(sim) Duty Vo (sim) Vo (cal) Io (sim) Efisiensi % Error
(Volt) (A) Cycle (Volt) (Volt) (Volt) (% ) Vo
(%)
12 1,01 30 16,7 17,14 0,83 87,4 2,5
12 1,31 40 19,1 20 0,95 85,7 4,5
12 1,85 50 22,8 24 1,14 85,4 5
12 2,89 60 27,7 30 1,39 90 7,6
Perbandingan Data Hardware dan Simulasi PSIM dengan menyamakan Nilai Io
Frekuensi switching : 40 kHz
Vin Duty Is (sim) Io (sim) Vo (cal) Vo Vo %
(Volt) Cycle PSIM & PSIM & Volt (sim) (Hardware Error Vo
(%) Hardware Hardware PSIM ) Hardware
(A) (A) (Volt) (Volt) dengan
PSIM
11,96 30 0,48 0,33 17,07 17,07 16,64 2,5
11,85 40 0,57 0,35 19,75 19,75 17,78 9,9
11,85 50 0,72 0,38 23,7 23,68 21,46 9,37
11,85 60 0,95 0,4 29,6 29,58 25,93 12,33
VGS
Volt/Div : 5 V/Div
VDS
Volt/Div : 5 V/Div
V Sumber
Volt/Div : 5 V/Div
V Output
Volt/Div : 5 V/Div
Time/Div : 5 μs /Div
Vpulse
Volt/Div : 5 V/Div
VGS
Volt/Div : 5 V/Div
VDS
Volt/Div : 5 V/Div
V Sumber
Volt/Div : 5 V/Div
V Output
Volt/Div : 5 V/Div
Time/Div : 5 μs /Div
Duty Cycle 50%
Vpulse
Volt/Div : 5 V/Div
VGS
Volt/Div : 5 V/Div
VDS
Volt/Div : 5 V/Div
V Sumber
Volt/Div : 10 V/Div
V Output
Volt/Div : 10 V/Div
Time/Div : 5 μs /Div
Vpulse
Volt/Div : 5 V/Div
VGS
Volt/Div : 5 V/Div
VDS
Volt/Div : 10 V/Div
V Sumber
Volt/Div : 5 V/Div
V Output
Volt/Div : 10 V/Div
Time/Div : 5 μs /Div
X. ANALISA DATA
Pada percobaan 2 yang berjudul Boost Converter bertujuan untuk memahami prinsip
dasar boost converter dan dapat menganalisa serta menyimpulkan hasil praktikum yang telah
dilakukan. Pada percobaan ini menggunakan MOSFET sebagai swichting dengan frekuensi
tinggi yang mana memiliki tiga buah kaki yakni Drain, Source dan Gate. Untuk mengontrol
gate MOSFET menggunakan rangkaian PWM IC NE555 dengan diatur frekuensinya sebesar
40 kHz. Pada kaki trigger keluar menuju kaki non inverting LM 393. Keluaran LM 393 diberi
rangkaian totempole atau push pull yang terdiri dari transistor NPN BD139 dan PNP BD140
yang mampu melewatkan arus hingga 1 A. Pada kaki kolektor NPN 139 dipasang resistor
sebesar 100 Ω. Pemasangan rangkaian totempole bertujuan menjaga tegangan keluaran agar
saat kondisi idle mempunyai logic satu. Kaki inverting LM 393 juga tersambung dengan
rangkaian pembangi tegangan yang berfungsi untuk mengatur duty cycle pada gelombang
PWM.
Pada rangkaian beban resistor menggunakan tegangan input sebesar 12 V dengan nilai
frekuensi switching sebesar 40 kHz yang berarti nilai periode nya bernilai 25 us. Beban yang
digunakan yakni resistor yang memiliki nilai resistansi 20 Ω dan duty cycle diatur dari 30%-
60% dengan mengatur potensio yang ada di rangkaian pembagi tegangan. Dari percobaan
dengan PSIM yang dilakukan ketika mengatur duty cycle 30% maka tegangan outputnya
sebesar 17,14 V sedangkan pada proteus tegangan output yang muncul sebesar 16,7 V.
Kemudian jika nilai duty cycle dinaikkan menjadi 40% maka nilai tegangan output yang
keluar sebesar 20 V untuk rangkaian PSIM dan 19,1 V untuk rangkaian proteus dan begitu
seterusnya. Disini terjadi perbedaan nilai Vout antara hasil simulasi Psim dan proteus apabila
ditinjau berdasarkan pada perhitungan teori maka simulasi Psim memiliki nilai yang sama
dengan nilai teori. Hal ini karena pada simulasi proteus menggunakan komponen yang sesuai
dengan spesifikasi yang dibutuhkan dalam untuk membuat rangkaian boost konverter dan
simulasinya menyerupai dengan hasil praktikum hardware berbeda dengan simulasi Psim
yang komponen dan hasil simulasinya yang sudah diatur dalam keadaan ideal yang
merupakan penyebab nilai simulasi psim memiliki nilai yang sama dengan perhitungan teori.
Hal ini terlihat pada nilai persen error Vout simulasi Psim semuanya bernilai 0. Jika data
simulasi proteus dibandingkan dengan data percobaan hardware maka masing-masing
mempunyai nila data yang saling berdekatan satu sama lain. Untuk perhitungan teori dari nilai
Vout yakni:
𝑉𝑠
Vo(dc) =
(1−𝐷)
Dimana Vs adalah nilai tegangan sumber DC, D adalah nilai duty cycle. Dengan hal ini maka
semakin kecl nilai duty cycle maka semakin besar juga nilai tegangan output. Untuk gambar
gelombang yang dihasilkan yakni Vpulse, Vgs, Vds, Vs dan Vo. Pada Vpulse, Vgs, Vds dan
Vo bentuk gelombangnya kotak akan tetapi pada Vds bentuknya berkebalikan dengan bentuk
gelombang Vpulse dan Vgs.
XI. KESIMPULAN
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa nilai duty cycle mempengaruhi nilai Vout
nya semakin kecil nilai duty cycle maka nilai Voutnya semakin besar begitupun sebaliknya.
Nilai simulasi Psim sama dengan nilai perhitungan teori karena simulasi Psim dalam kondisi
ideal sedangkan pada simulasi proteus nilainya mendekati dengan nilai percobaan hardware
karena simulasi proteus disesuaikan dengan kondisi nyata.
LAMPIRAN
LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN 2
BOOST CONVERTER
(STEP UP DC-DC CONVERTER)
I. IDENTITAS
Nama Dosen : Ir. Moh. Zaenal Efendi MT.
Nama : Bagus Afif Nasrudin (1310181023)
Ghodah Haifa Putri (1310181028)
Kelas : 3 D4 Elin A
Tanggal Percobaan : 05 Oktober 2020
Proteus
Rangkaian Beban Resistor
Gambar 2.3 Rangkaian Ekivalen On State dan Off State Boost Converter
V. DATA PERCOBAAN
PSIM
Frekuensi switching : 40 kHz
Vin Is(sim) Duty Vo (sim) Vo (cal) Io (sim) Efisiensi % Error
(Volt) (A) Cycle (Volt) (Volt) (A) (% ) Vo
(%)
12 1,22 30 17,14 17,14 0,85 100 0
12 1,66 40 20 20 1 99,6 0
12 2,4 50 24 24 1,19 100 0
12 3,7 60 30 30 1,5 98,6 0
Proteus
Frekuensi switching : 40 kHz
Vin Is(sim) Duty Vo (sim) Vo (cal) Io (sim) Efisiensi % Error
(Volt) (A) Cycle (Volt) (Volt) (Volt) (% ) Vo
(%)
12 1,01 30 16,7 17,14 0,83 87,4 2,5
12 1,31 40 19,1 20 0,95 85,7 4,5
12 1,85 50 22,8 24 1,14 85,4 5
12 2,89 60 27,7 30 1,39 90 7,6
Proteus
Rangkaian A Beban Resistor ( Frekuensi switching : 40 kHz )
Duty Cycle 30%
Vpulse
Volt/Div : 5 V/Div
VGS
Volt/Div : 5 V/Div
VDS
Volt/Div : 5 V/Div
V Sumber
Volt/Div : 5 V/Div
V Output
Volt/Div : 5 V/Div
Time/Div : 5 μs /Div
Duty Cycle 40%
Vpulse
Volt/Div : 5 V/Div
VGS
Volt/Div : 5 V/Div
VDS
Volt/Div : 5 V/Div
V Sumber
Volt/Div : 5 V/Div
V Output
Volt/Div : 5 V/Div
Time/Div : 5 μs /Div
Vpulse
Volt/Div : 5 V/Div
VGS
Volt/Div : 5 V/Div
VDS
Volt/Div : 5 V/Div
V Sumber
Volt/Div : 10 V/Div
V Output
Volt/Div : 10 V/Div
Time/Div : 5 μs /Div
Duty Cycle 60%
Vpulse
Volt/Div : 5 V/Div
VGS
Volt/Div : 5 V/Div
VDS
Volt/Div : 10 V/Div
V Sumber
Volt/Div : 5 V/Div
V Output
Volt/Div : 10 V/Div
Time/Div : 5 μs /Div