Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ELEKTRONIKA

Dosen pengampu : Ir. Lela Nurpulaela, M.T

Nama : Abdul Kholik


NPM : 1810631160097

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
BAB 1 Karakteristik Dioda, Penyearah, & Filter ........................................... 1
1.1 Dasar Teori .......................................................................................... 1
1.2 Alat Dan Bahan ................................................................................... 1
1.3 Hasil Percobaan .................................................................................. 2
1.4 Analisa ................................................................................................. 15
1.5 Kesimpulan .......................................................................................... 19
BAB 2 Karakteristik Transistor Bipolar ......................................................... 21
2.1 Dasar Teori .......................................................................................... 21
2.2 Alat Dan Bahan ................................................................................... 24
2.3 Hasil Percobaan .................................................................................. 24
2.4 Analisa ................................................................................................. 27
2.5 Kesimpulan .......................................................................................... 28
BAB 3 Dasar Penguat Dan Penguatan ............................................................. 30
3.1 Dasar Teori .......................................................................................... 30
3.2 Alat Dan Bahan ................................................................................... 34
3.3 Hasil Percobaan .................................................................................. 34
3.4 Analisa ................................................................................................. 41
3.5 Kesimpulan .......................................................................................... 41
BAB 4 Transistor Sebagai Switch ..................................................................... 42
4.1 Dasar Teori .......................................................................................... 42

LAMPIRAN ........................................................................................................ 45

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Yang maha pengasih lagi maha penyayang Atas
kehadirat-Nya Yang telah melimpahkan rahmat, hidayah Dan inayah-Nya kepada
saya, sehingga saya dapat menyelesaikan “laporan praktikum Mata kuliah dasar
elektronika". Praktikum dasar elektronika merupakan penunjang Mata kuliah wajib
Dasar elektronika. Laporan ini dibuat ditengah-tengah maraknya virus Corona.
Sehingga kami melaksanakan kegiatan praktikum secara daring ditengah tengah
pandemi. Semoga masalah covid-19 ini cepat selesai agar bisa bergkegiatan kuliah
seperti biasanya. Selamat bulan ramadhan bagi yang menjalankan, dan harus tetap
semangat menjalankan aktifitas seperti biasanya.
Saya menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan laporan ini. Mohon maaf jika di dalam laporan ini
masih banyak kekurangan yang belum sempurna karena yang sempurna hanya milik
allah s.w.t. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan bagi kita semua.

Penulis

Abdul Kholik

ii
BAB 1

Karakteristik Dioda, Penyearah, & Filter


1.1 Dasar Teori

Salah satu kegunaan dioda adalah untuk penyearah, yaitu mengubah arus AC
(bolak-balik) menjadi arus DC (searah). Persamaan penyearah tegangan DC yang
dihasilkan oleh rangkaian penyearah dioda adalah:

dimana Vm adalah tegangan puncak (maksimum) AC (Volt), f adalah fekuensi


dari sinyal AC [Hz], dan C adalah besarnya kapasitor yang terpasang dan
berfungsi sebagai filter dikeluaran penyearah [F, farad]. Proses penyearah
menghasilkan tegangan DC yang masih mengandung riak atau ripel (ripple),
yaitu tegangan AC yang masih menumpang di atas sinyal DC. Sebuah sumber
tegangan DC ideal memiliki resistansi keluaran Ro=0. Dari persamaan di atas,
kondisi ini dapat didekati dengan nilai C sebesar mungkin. Dengan C besar,
diharapkan mendekati kondisi sumber tegangan DC ideal : Ro mendekati 0,
menekan ripel serendah mungkin (filter), dan berfungsi sebagai regulator
(penyetabil) tegangan DC yang keluar.

1.2 Alat dan Bahan


 Laptop / PC
 Software Proteus 8.0

1
1.3 Hasil Percobaan
1.3.1 Hasil Percobaan Karakteristik Dioda Junction Forward Bias dan Reverse
Bias

Gambar 1.1 Hasil Percobaan Dioda Junction Forward Bias

Gambar 1.1 adalah hasil dari percobaan Dioda Junction forward Bias. Pada
rangkaian itu memakai Dioda 1N4007. Gambar diatas salah satu hasil bercobaan
tegangan sumbernya 10 Volt dan menghasilkan arus dioda 9,30 mA, tegangan
resistor 9,30 Volt dan tegangan diode 0,70 Volts.

Tabel 1-1.
Data Hasil Percobaan Karakteristik Dioda Junction Forward Bias

No Tegangan Arus Dioda Id Tegangan Dioda Tegangan Resistor VR


Supply Vd (Volt)
(volt)
1 0,2 0,01 µA 0,20 0,01 mV
2 0,4 3,04 µA 0,40 3,04 mV
3 0,6 0,08 mA 0,52 0,08 V
4 0,8 0,24 mA 0,56 0,24 V
5 1 0,42 mA 0,58 0,42 V

2
6 2 1,37 mA 0,63 1,37 V
7 4 3,34 mA 0,66 3,34 V
8 6 5,32 mA 0,68 5,32 V
9 8 7,31 mA 0,69 7,31 V
10 10 9,30 mA 0,70 9,30 V

Gambar 1.2 Hasil Percobaan Dioda Junction Reverse Bias

Gambar 1.2 adalah hasil dari percobaan Dioda Junction Reverse Bias. Pada
rangkaian itu memakai Dioda 1N4007. Gambar diatas salah satu hasil bercobaan
tegangan sumbernya 30 Volt dan menghasilkan arus dioda 0,30 µA, tegangan
resistor 3 mV dan tegangan diode 30 Volts.

Tabel 1-2.
Data Hasil Percobaan Karakteristik Dioda Junction Reverse Bias

No Tegangan Arus Dioda Id Tegangan Dioda Tegangan Resistor VR


Supply (µA) Vd (Volt) (mV=miliVolt)
(volt)
1 2 0,02 2 0,20
2 5 0,05 5 0,50
3 10 0,10 10 1,00
4 15 0,15 15 1,5

3
5 20 0,20 20 2
6 30 0,30 30 3

Gambar Kurva Karakteristik V-I Dioda junction

4
1.3.2 Hasil Percobaan Karakteristik Dioda Zener Forward Bias dan Reverse
Bias

Gambar 1.3 Hasil Percobaan Dioda Zener Forward Bias

Gambar 1.3 adalah hasil dari percobaan Dioda Zener Forward Bias. Pada
rangkaian itu memakai Dioda 1N4750A. Gambar diatas salah satu hasil
bercobaan tegangan sumbernya 25 Volt dan menghasilkan arus dioda 24,5 mA,
tegangan resistor 24,5 Volts dan tegangan diode 0,50 Volts.

Tabel 1-3.
Data Hasil Percobaan Karakteristik Dioda Zener Forward Bias
No Tegangan Arus Dioda Id Tegangan Dioda Tegangan Resistor
Supply (mA) Vd (Volt) VR
(volt) (Volt)
1 0,2 0,01 0,19 0,01
2 0,4 0,15 0,25 0,15
3 0,6 0,33 0,27 0,33
4 0,8 0,52 0,28 0,52
5 1 0,71 0,29 0,71
6 5 4,64 0,36 4,64
7 10 9,59 0,40 9,59
8 15 14,6 0,44 14,6

5
9 20 19,5 0,47 19,5
10 25 24,5 0,50 24,5

Gambar 1.4 Hasil Percobaan Dioda Zener Reverse Bias

Gambar di atas adalah hasil dari percobaan Dioda Zener Reverse Bias. Pada
rangkaian itu memakai Dioda 1N4750A. Gambar diatas salah satu hasil
bercobaan tegangan sumbernya 10 Volt dan menghasilkan arus dioda 0,11 µA,
tegangan resistor 0,11 mV dan tegangan diode 10 Volts.

Tabel 1-4.
Data Hasil Percobaan Karakteristik Dioda Zener Reverse Bias

Tegangan Arus Dioda IZ Tegangan Dioda Tegangan Resistor VR


Supply (µA) VZ (Volt) (mV=miliVolt)
(volt)
1 1 0,02 1 0,02
2 2 0,03 2 0,03
3 4 0,05 4 0,05
4 6 0,07 6 0,07
8 0,09 8 0,09
6 10 0,11 10 0,11
7 12 0,12 12 0,12

6
8 14 0,14 14 0,14
9 16 0,16 16 0,16
10 18 0,18 18 0,18

Gambar Kurva Karakteristik V-I Dioda Zener

7
1.3.3 Hasil Percobaan Penyearah ½ Gelombang tanpa kapasitor

Bentuk gelombang input pada sekunder transformator

Bentuk gelombang Output pada beban

8
1.3.4 Hasil Percobaan Penyearah ½ Gelombang dengan kapasitor filter

Bentuk gelombang input pada sekunder transformator

Bentuk gelombang Output pada beban

9
Observasi :
[1] Penyearah ½ Gelombang tanpa kapasitor filter
Tegangan Input AC (rms) Vrms= 12 x 0,707 = 8,484 Volt
Tegangan output DC VDC = 1,35 mV
Arus DC: IDC = 0.14 µA
Tegangan Output AC (Ripple voltage) Vr: Vr=0,5xIxT/C = 0,0014Volt
Ripple factor: (Vr/VDC) = 0,001037x103=1,037

[2] Penyearah ½ Gelombang dengan kapasitor filter


Tegangan Input AC (rms) Vrms= 12 x 0,707 = 8,484 Volt
Tegangan output DC VDC = 16.3 Volt
Arus DC: IDC = 1,63 mA
Tegangan Output AC (Ripple voltage) Vr: Vr=0,5xIxT/C=16,3 Volt
Ripple factor: (Vr/VDC) = 1

1.3.5 Hasil Percobaan Penyearah Gelombang Penuh diode jembatan tanpa


kapasitor
Bentuk gelombang input pada sekunder transformator

10
Bentuk gelombang Output pada beban

1.3.6 Hasil Percobaan Penyearah Gelombang penuh diode jembatan dengan


kapasitor filter

Bentuk gelombang input pada sekunder transformator

11
Bentuk gelombang Output pada beban

Observasi :
[1] Penyearah Gelombang Penuh Diode Jembatan tanpa kapasitor filter
Tegangan Input AC (rms) Vrms= 12 x 0,707 = 8,484 Volt
Tegangan output DC VDC = 1,56 mV
Arus DC: IDC = 0,16 µA
Tegangan Output AC (Ripple voltage) Vr: Vr=0,5xIxT/C= 0,0016 Volt
Ripple factor: (Vr/VDC) = 0,001025x103=1,025

[2] Penyearah Gelombang Penuh Diode Jembatan dengan kapasitor filter


Tegangan Input AC (rms) Vrms= 12 x 0,707 = 8,484 Volt
Tegangan output DC VDC = 15,6 Volt
Arus DC: IDC = 1,56 µA
Tegangan Output AC (Ripple voltage) Vr: Vr=0,5xIxT/C=0,0156
Ripple factor: (Vr/VDC) = 0,001

12
1.3.7 Hasil Percobaan Penyearah Gelombang penuh dengan transformator CT
tanpa kapasitor

Bentuk gelombang input pada sekunder transformator

Bentuk gelombang Output pada beban

13
1.3.8 Hasil Percobaan Penyearah Gelombang penuh dengan transformator CT
tanpa kapasitor

Bentuk gelombang input pada sekunder transformator

Bentuk gelombang Output pada beban

Observasi :
[1] Penyearah Gelombang Penuh Dengan tranformator CT tanpa kapasitor filter

14
Tegangan Input AC (rms) Vrms= 12 x 0,707 = 8,484 Volt
Tegangan output DC VDC = 2,91 mV
Arus DC: IDC = 0,29 µA
Tegangan Output AC (Ripple voltage) Vr: Vr= 0,5xIxT/C= 0,0029 Volt
Ripple factor: (Vr/VDC) = 0,000996x103= 0,996

[2] Penyearah Gelombang Penuh dengan Transformator CT, dan kapasitor filter
Tegangan Input AC (rms) Vrms= 12 x 0,707 = 8,484 Volt
Tegangan output DC VDC = 15,6 Volt
Arus DC: IDC = 1,56 mA
Tegangan Output AC (Ripple voltage) Vr: Vr= 0,5xIxT/C= 15,6 Volt
Ripple factor: (Vr/VDC) = 1

1.4 Analisa
1.4.1 Analisa Percobaan Diodan Junction Forward dan Reverse Bias
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan terlihat dioda berguna
menyearahkan arus pada satu arah karena pada sifat dioda yaitu
mengalirkan arus hanya dalam satu arah. Untuk arah yang searah tegangan
(arah maju), sedangkan pada arah berlawanan (arah mundur) arus yang di
lewatkan sangat keci.
Melihat dari salah satu contoh percobaan forward bias pada saat saya
beri tegangan 10 Volt menghasilkan tegangan pada diode sebesar 0,70 volt
dan arus yg di lalui diode sebesar 9,30 mA. Dari data yang ada di tabel 1-1
dapat kita lihat bahwa sumber tegangan yang akan semakin besar
mengakibatkan tegangan di diode jg semakin besar tetapi tegangan nya
menjadi kecil dari tegangan sumber. Sedangkan Reverse Bias melihat dari
salah satu contoh pada saat di beri tegngan sumber sebesar 10 volt
menghasilkan tegangan di diode sebesar 10 volt dan arus yg di lalui diode
sebesar 0,10µA. Dari data yang ada di tabel 1-2 dapat kita simpulkan bahwa

15
sumber tegangan sama dengan tegangan yang ada di diode tetapi arus yang di
lalui diode semakin kecil dari forward bias. Karakteristik nya jika melihat dari
kurva hubungan I-V dari data hasil percobaan dapat kita lihat. Bahwa semakin
besar sumber tegangan semakin besar juga arus yang akan di lalui diode.

1.4.2 Analisa Percobaan Dioda Zener Forward dan Reverse Bias


Fungsi dari dioda zener adalah sebagai penstabil tegangan. Selain
itu dioda zener juga dapat dipakai sebagai pembatas tegangan pada level
tertentu untuk keamanan rangkaian. Karena kemampuan arusnya yang kecil
maka pada penggunaan dioda zener sebagai penstabil tegangan untuk arus
besar diperlukan sebuah buffer arus. Dioda zener dibias mundur (reverse).
Pada rangkaian diatas saya menggunakan diode zener 1N4750A. Dari
data yang ada pada tabel 1-3 dan 1-4 hasil percobaan diode zener forward
bias dan reverse bias bahwa jika sumber tegangan semakin besar maka arus
ang dilalui diode semakin juga besar, tetapi perbedaan di forward bias arus
nya kebaca di mA sedangakan di reverse bias kebaca di µA. Pada reverse bias
bahwa sumber tegangan akan sama dengan tegangan di diode. Melihat
karakteristiknya pada kurva di atas. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar
sumber tegangan yang di berikan makan semakin besar pula arus yang akan
dilalui diode.

1.4.3 Analisa Percobaan ½ Gelombang tanpa Kapasitor dan dengan Kapasitor


Penyearah Setengah Gelombang Berdasarkan hasil percobaan yang
telah dilakukan, bentuk gelombang input yang terbentuk adalah gelombang
sinusoidal. Gelombang ini merupakan gelombang arus bolak – balik yang
senantiasa berubah terhadap waktu. Namun, setelah melalui komponen dioda,
bentuk gelombang menjadi setengah dari gelombang input. Ini menunjukkan
bahwa pada saat gelombang input melewati komponen diode maka
gelombang tersebut akan disearahkan oleh diode. Namun, keluaran yang

16
terbentuk ini masih merupakan gelombang yang kasar. Untuk menghaluskan
gelombang keluaran tersebut maka dipasang kapasitor pada rangkaian.
Kapasitor akan menyaring gelombang keluaran sehingga akan terbentuk
gelombang riak yang halus.
Data dari hasil percobaan ½ gelombang tanpa kapasitor, mempunyai
bentuk gelombang input dan output seperti di atas dan juga menghasilkan
Idc= 0,14µA, Vdc=1,35mV, Vr=0,5xIxT/C=0,0014Volt, ripple factor=Vr/Vdc
= 0,0014/1,35 x 10-3 = 0,001037x103=1,037.
Sedangkan data dari hasil percobaan ½ gelombang dengan kapasitor ,
menghasilkan Idc = 1,63 mA, Vdc = 16,3 Volt, Vr = 0,5xIxT/C=16,3 Volt,
ripple factor = Vr/ Vdc = 16,3 /16,3 = 1.

1.4.4 Analisa Percobaan Gelombang Penuh Dioda Jembatan tanpa Kapasitor


dan dengan Kapasitor
Melihat dari hasil gelombang penuh yang ada di atas cara kerja
rangkaian penyearah gelombang penuh menggunakan jembatan adalah pada
awalnya kapasitor tidak bertenaga selama putaran seperempat pertama dioda
adalah bias maju. Kapasitor di charger dengan tegangan sama dengan sumber
tegangan. Pengisian kapasitor berlanjut sampai masukan mencapai nilai
maksimum. Pada saat itu tegangan kapasitor sama dengan Vp. Setelah
tegangan mencapai puncak, ia mulai menurun. Tegangan masukan kurang dari
Vp. Di antara puncak, dioda mati, kapasitor discharged melalui resistor beban.
Dengan kata lain, kapasitor menyediakan arus beban. Karena kapasitor
discharged di antara puncak, riak dari puncak ke puncak sangat kecil. Ketika
puncak berikutnya datang, dioda menghantar kembali dan mencharger
kapasitor kembali. Hal ini ditunjukkan dengan gelombang yang lurus pada
percobaan berikutnya. Artinya semakin besar nilai hambatan dan nilai
kapasitor maka tegangan keluaran yang dihasilkan semakin baik.

17
Data dari hasil gelombang penuh jembatan tanpa kapasitor,
menghasilkan Vdc = 1.56 mV, Idc = 0,16 µA, Vr=0,5xIxT/C= 0,0016 Volt,
ripple factor = Vr/Vdc= 0,0016/1,56 x 10-3= 0,001025x103=1,025. Data dari
hasil gelombang penuh jembatan dengan kapasitor, menghasilkan Vdc = 15,6
Volt, Idc = 1,56 µA , Vr=0,5xIxT/C=0,0156, ripple factor =Vr/Vdc =
0,0156/15,6 = 0,001.

1.4.5 Analisa Percobaan Gelombang Penuh dengan transformator CT tanpa


kapasitor dan dengan kapasitor
Mekanisme terjadinya konduksi pada masing-masing dioda tergantung
pada polaritas tegangan yang terjadi pada masukan. Keadaan positif atau
negatif dari masukan didasarkan pada referensi CT. Misalnya, V1 berharga
positif dan V2 berharga negatif, ini menyebabkan D1 berkonduksi (berpanjar
maju) dan D2 tidak berkonduksi (berpanjar mundur). Pada setengah periode
ini arus iD1 mengalir dan menghasilkan keluaran yang akan nampak pada
hambatan beban. Pada setengah periode berikutnya, V2 berharga positif dan
V1 berharga negatif, menyebabkan D2 berkonduksi dan D1 tidak berkonduksi.
Pada setengah periode ini mengalir arus iD2 dan menghasilkan keluaran yang
akan nampak pada hambatan beban. Dengan demikian selama satu periode
penuh hambatan beban akan dilewati aris iD1 dan iD2 secara bergantian dan
menghasilkan tegangan keluaran DC.
Terlihat dengan jelas bahwa rangkaian penyearah gelombang
penuh ini merupakan gabungan dua buah penyearah setengah gelombang
yang hidupnya bergantian setiap setengah siklus. Filter kapasitor adalah
bagian yang terdiri dari kapasitor atau kondensator yang berfungsi sebagai
penapis atau meratakan tegangan listrik yang berasal dari rectifier. Secara
umum peralatan elektronik membutuhkan sumber arus searah yang halus atau
lebih rata. Guna menghilangkan sisa gelombang bolak-balik yang berasal dari
rectifier tersebut sering digunakan kondensator elektrolit sebagai tapis perata.

18
Penambahan nilai kapasitor yang dipararel dengan beban akan memberikan
efek peralatan pulsa DC yang lebih halus. Nilai kapasitor yang lebih besar
akan menyimpan muatan pada saat pengisian. Data dari hasil percobaan bisa
di lihat di Observasi.

1.5 Kesimpulan
Pada percobaan ini, intidari tujuan tersebut ialah mempelajari
hubungan perubahan tegangan dan kuat arus listrik sehingga semakin besar
tegangan dioda maka semakin besar pula arus diodanya namun dari grafik
terlihat hubungan antara tegangan dioda dan arus dioda tidaklah linear. Hal ini
disebabkan karena adanya potensial penghalang (potensial barrier). Ketika
tegangan dioda lebih kecil dari tegangan penghambat tersebut maka arus
dioda akan kecil, ketika tegangan dioda melebihi potensial penghalang arus
dioda akan naik secara cepat.
1. Semakin besar tegangan pada diode, maka akan semakin besar pula
nilai arus pada diode
2. Pada saat forward bias besar hambatan tergantung pada besar tegangan
dan arus yang melewati dioda.
3. Pada saat reverse bias hambatan pada dioda sangat besar sehingga arus
yang mengalir menjadi sangat kecil
4. dioda merupakan komponen elektronika yang berfungsi sebagai
penyearah arus listrik.
5. Pada saat dioda diberi prategangan maju (forward bias) ,maka dioda
dapat mengalirkan arus.

Prinsip kerja penyearah setengah gelombang Pada penyearah setengah


gelombang, dioda akan berlaku sebagai penghantar selama putaran setengah
Positif dan tidak berlaku sebagai penghantar pada setengah siklus negatif,
sehingga dinamakan sebagai Sinyal setengah Gelombang. Hal ini terjadi

19
karena dioda berada dalam keadaan bias maju yang hanya melewatkan deretan
pulsa positif dan memotong deretan pulsa negatif pada gelombang masukan.
Akibatnya gelombang keluaran akan menjadi deretan pulsa positif setengah
gelombang. Namun, keluaran yang terbentuk ini masih merupakan gelombang
yang kasar. Untuk menghaluskan gelombang keluaran tersebut maka dipasang
kapasitor pada rangkaian. Kapasitor akan menyaring gelombang keluaran
sehingga akan terbentuk gelombang riak yang halus.

20
BAB 2

Karakteristik Transistor Bipolar


2.1 Dasar Teori

Transistor merupakan sebuah komponen semikonduktor yang banyak


dipergunakan pada berbagai rangkaian elektronik sebagai penguat, saklar, dan
lain-lain. Asas kerja dari dari transistor adalah akan ada arus di antara terminal
terminal kolektor-emitor (Ic) hanya apabila ada arus yang mengalir diantara
terminal basis-emitor (IB). Jadi transistor harus dioperasikan didaerah linier agar
diperoleh sinyal keluaran yang tidak cacat (distorsi). Untuk dapat
mengoperasikannya secara tepat maka pengertian tentang karakteristik, titik
kerja, disipasi daya transistor dan rangkaian bias (ada yang menyebutnya dengan
prategangan, tegangan kerja awal) amatlah penting dan harus dipahami dan
dimengerti secara benar.

2.1.1 Disipasi Kolektor


Pada gambar 3.1 di bawah ini ditunjukkan karakteristik besar arus yang mengalir
di kolektor pada sebuah transistor bipolar yang disebut IC, terhadap perubahan
tegangan kolektor-emitor (VCE). Karakteristik ini disebut dengan karakteristik
keluaran IC-VCE dimana transistor akan bekerja dengan aman di daerah sebelah
kiri bawah dari kurva disipasi daya kolektor. Besar daya yang didisipasikan di
kolektor transistor tersebut merupakan hasil kali tegangan kolektor-emitor
dengan arus kolektor.

Daya disipasi maksimum dari transistor tersebut tidak boleh dilampaui karena hal
ini telah ditentukan oleh pabrik pembuat transistor tersebut yang dapat kita lihat
pada lembar data atau data sheet dari buku data tentang transistor.

21
Gambar 2.1 Karakteristik Ic-Vce Sebuah Transistor Bipolar

2.1.2 Garis Beban


Perilaku penguat transistor dapat dianalisa secara grafis dimana dengan bantuan
karakteristik IC-VCE di atas dan sebuah garis beban yang kita tarik di kurva
tersebut dapat kita tentukan besar sinyal masukan Vi yang dapat diberikan ke
transistor. Garis beban dapat digambar melalui persamaan garis beban.
Persamaan garis tersebut diperoleh dari hukum persamaan Kirchoff.

Dari persamaan (1) maka tempat kedudukan dapat ditentukan dengan


menghitung sepasang koordinat (IC, VCE) yang dengan mudah diperoleh dengan
memasukkan nilai istimewa, yaitu IC=0 dan VCE=0 diperoleh koordinat (VCE, IC)
yang pertama = (VCC, 0) dan koordinat yang kedua = (0, Vcc/Rc).
Kedua titik tersebut merupakan titik potong garis beban dengan sumbu datar VCE
dan sumbu tegak IC. Garis beban kemudian dapat kita pakai untuk menentukan
besar sinyal masukan Vi ke transistor. Besar simpangan maksismum Vi
bergantung kepada faktor kemiringan garis beban = - 1/RL . Kemiringan garis
beban dapat diatur dengan mengubah tegangan sumber VCC dan nilai resistor
kolektor RC.

22
2.1.3 Titik Kerja
Garis beban akan memotong sekelompok kurva arus basis konstan IB. Dengan IB
tertentu (yang diatur rangkaian bias), garis beban akan memotong kurva IB
tersebut di Titik Q yang disebut Titik Kerja Transistor. Titik Kerja ini menjadi
kondisi awal dari pengoperasian transisitor kelak dimana transistor tersebut
mempunyai tiga daerah kerja yaitu aktif (active), jenuh (saturation), dan
tersumbat (cut-off). Gambar 3.2 berikut ini akan menjelaskan tentang titik kerja
dan garis beban dari suatu transistor bipolar.

Gambar 2.2 Garis Beban Dc & Titik Kerja Sebuah Transistor Bipolar

Titik dimana garis beban memotong kurva Ib=0 dikenal sebagai titik sumbat
(cut-off). Pada titik ini arus kolektor (Ic) sangat kecil (hanya arus bocor)
sehingga dapat diabaikan, di sini transistor kehilangan kerja
normalnya. Dapat dikatakan bahwa tegangan kolektor-
emitor sama dengan ujung dari garis beban tersebut.
Perpotongan garis beban dengan kurva IB=IB sat disebut jenuh (saturation). Pada
titik ini arus kolektor maksimum atau dapat dikatakan bahwa arus kolektor sama
dengan ujung dari garis beban

23
Jika arus basis IB lebih kecil dari IB (sat) maka transistor akan beroperasi pada
daerah aktif, yaitu titik kerjanya terletak disepanjang garis beban. Jadi dapat
disimpulkan bahwa transistor bipolar bekerja sebagai suatu sumber arus dimana
saja sepanjang garis beban, kecuali titik jenuh (saturation) atau titik sumbat (cut-
off) dimana transistor tidak lagi bekerja sebagai sumber arus melainkan sebagai
sakalar.

2.2 Alat dan Bahan


 Laptop / PC
 Aplikasi Proteus

2.3 Hasil Percobaan


Tabel 2.1 Data Hasil Percobaan
No Vcc Ib = 0 Ib = 10A Ib = 20A Ib = 30A

Vce Ic Vce Ic Vce Ic Vce Ic

1 0 0V 0mA 0V 0mA 0V 0mA 0V 0mA

2 0,3 0.30 V 0mA 0.07V 0.22mA 0.06V 0.24mA 0.05V 0.25


mA
3 0,5 0.50 V 0mA 0.09V 0.40mA 0.07V 0.42mA 0.06V 0.43
mA
4 0,8 0.80 V 0mA 0.12V 0.68mA 0.09V 0.70mA 0.08V 0.72
mA
5 1 1.00 V 0mA 0.14V 0.86mA 0.11V 0.89mA 0.09V 0.91
mA
6 2 2.00 V 0mA 0.81V 1.19mA 0.16V 1.84mA 0.13V 1.87
mA
7 4 4.00 V 0mA 2.79V 1.21mA 1.63V 2.37mA 0.53V 3.47
mA
8 8 8.00 V 0mA 6.79V 1.25mA 5.54V 2.46mA 4.39V 3.61
mA
9 10 10.00V 0mA 8.72V 1.28mA 7.49V 2.51mA 6.32V 3.67
mA
10 15 15.00V 0mA 13.7V 1.34mA 12.4V 2.62mA 11.2V 3.84
mA
11 20 20.00V 0mA 18.6V 1.40mA 17.3V 2.74mA 16.0V 4.01
mA

24
Kurva Karakteristik Keluaran IB, IC, VCE

Gambar 2.3 Kurva Karakteristik Ic, Ib, dan Vce


Gambar 2.3 adalah kurva karakteristik Ic, Ib, dann Vce yang di dapat dari
hasil percobaan menggunakan proteus, data yang di dapat ada di tabel 2.1.

Gambar 2.4 Rangkain Percobaan Ib = , VCC = 0.8 V

25
Gambar 2.4 adalah salah satu contoh hasil rangkaian percobaan mencari Ib
yang menghasilkan 0 µA dan VCC = 0,8 V.

Gambar 2.5 Rangkaian Percobaan Ib = , VCC = 8V


Gambar 2.5 adalah salah satu contoh hasil rangkaian percobaan mencari Ib
yang menghasilkan 10 µA dan VCC = 8 V.

Gambar 2.6 Rangkaian Percobaan Ib = 20 , VCC = 8V


Gambar 2.6 adalah salah satu contoh hasil rangkaian percobaan mencari Ib
yang menghasilkan 20 µA dan VCC = 8 V.

26
Gambar 2.7 Rangkaian Percobaan Ib = , VCC = 8V
Gambar 2.7 adalah salah satu contoh hasil rangkaian percobaan mencari Ib yang
menghasilkan 30 µA dan VCC = 8 V.

2.4 Analisa
Perinsip pada percobaan ini yang mana transistor sebagai penguat
(amplifier) adalah dengan cara membuat transistor bekerja pada wilayah aktif
yaitu wilayah yang bekerja antara titik jenuh (satuarsi) dan kodisi terbuka (cut
off), tetapi tidak pada kondisi keduanya. Transistor dikaitkan bekerja pada
daerah aktif apabila transistor selalu mengalirkan arus dari kolektor ke emitor
(operasi normal dari transistor). Transistor akan mengalami kodisi terbuka
apabila arus yang melalui basis sangat kecil sekali sehingga kolektor dan
emitor akan seperti kawat yang terbuka, dan transistor akan mengalami jenuh
apabila arus yang melalui basis terlalu besar sehingga antara kolektor dan
emitor Vce adalah 0 volt sampai kira-kira 0,2 volt.

27
Jenis transistor yang digunakan pada percobaan ini adalah jenis NPN
ditandai dengan anak panah mengarah kearah luar pada bagian emitor dan
arus mengalir dari kolektor ke emitor yang biasanya di hubungkan ke ground..
Konfigurasi ini ditandai dengan kaki emitor transistor yang di ground-kan dan
dipergunakan bersama untuk input dan output. Pada konfigurasi emitter,
sinyal input di masukan ke basis dan sinyal outputnya di peroleh dari kaki
kolektor . Maka dari itu arus yang mengalir pada emitter merupakan arus total
pada rangkaian transistor ( IE = IB+IC).
Prinsip kerja transistor yaitu muatan positif dari catu Vab dialirkan
melalui Rb masuk ke emitor yang terbuat dari semikonduktor jenis N. Oleh
karena adanya panjar maju antara emitor dan basis pembawa muatan dari
emitor akan tertarik masuk basis dan lalu tersapu ke kolektor dan masuk ke
hambatan Rc. Adanya arus Ic dan Rc akan membuat kolektor memiliki
tegangan positif terhadap basis sehingga sambungan PN antara basis dan
kolektor juga akan mendapat panjar maju.
Sebuah transistor memiliki empat daerah operasi transistor, yaitu
daerah aktif, cut-off saturasi dan break down. Daerah aktif merupakan semua
titik opeasi antara titik sumbat dan penjenuhan. Pada daerah aktif arus
kolektor sebanding dengan arus basis. Penguatan sinyal masukan menjadi
sinyal keluaran terjadi pada daerah ini. Sedangkan daerah saturasi (jenuh)
adalah daerah dengan Vce kurang dari tegangan Vk. Kondisi jenuh adalah
kondisi dimana pembawa mayoritas dari emitor, rekomendasi pembawa
minoritas ke arus basis. Daerah aktif ditandai dengan arus Ic konstan terhadap
berapapun nilai Vce, hal ini terjadi pada tegangan Vce 0,13 Volt sampai 0,53
Volt.
2.5 Kesimpulan
Kurva karakteristik transistor merupakan grafik yang menggambarkan
hubungan arus dan tegangan yang bekerja pada transistor. Dalam percobaan ini

28
diperoleh kurva karakteristik kolektor dengan garis lengkung dari kiri bawah ke
kanan atas. Hal ini menunjukkan bahwa Ic berbading lurus dengan Vce.

29
BAB 3

Dasar Penguat Dan Penguatan

3.1 Dasar Teori


Sebuah rangkaian penguat transistor bipolar dengan menggunakan konfigurasi
CE (Common-Emitter) diperlihatkan pada ganbar dibawah ini:

Gambar 3.1 Rangkaian Penguat Common Emitter


Untuk menganalisa rangkaian di atas maka dapat digunakan dua analisa yaitu
analisa DC dan analisa AC.

3.1.1 Analisa DC
Analisa ini digunakan untuk mancari titik kerja dari penguat yang akan di
analisa. Untuk menganalisa DC maka sumber AC di matikan dan semua kapasitor
di buat open circuit., sehingga rangkaian ekivalen seperti gambar 4.2 berikut ini:

30
Gambar 3.2 Rangkaian Ekuivalen Untuk Analisa Dc

Sehingga diperoleh :

Dari loop antara Basis dan Emitor kita peroleh persamaan:

Arus kolektor merupakan penjumlahan dari dua arus, yaitu:

Sehingga diperoleh:

Dengan mendistribusikan persamaan (2) ke persamaan (1) ,dan untuk harga Iceo =
0 , maka akan diperoleh:

Dari loop antara kolektor –emitor kita peroleh:

31
dengan

3.1.2 Analisa AC Untuk Frekwensi Menengah


Dengan mematikan sumber tegangan DC dan membuat short-circuit semua
kapasitor maka akan diperoleh rangkaian ekuivalen seperti gambar 4.3 di bawah
ini:

Gambar 3.3 Rangkaian Ekuivalen Analisa Ac Pada Frekwensi Menengah

untuk η=1,T=25ºC, kita peroleh:


gm = 38,9 [ IC ]

32
setelah kita gambar rangkaian ekuivalen AC seperti di atas dan kita peroleh harga
rη dan gm , maka dapat kita cari AV1,AVS,ZI,A1,dan ap, serta zo sebagai berikut:

dari rangkaian ekuivalen di atas,kita lihat V=V1,maka diperoleh:

Untuk mencari Avsdapat kita gunakan persamaan berikut:

Maka:

Impedansi masukan dapat kita peroleh dengan persamaan:

Maka:

Penguatan arus dapat kita peroleh dengan persamaan:

Penguatan daya dapat diperoleh dengan persamaan:

33
Untuk mencari Zo maka pada rangkaian dibuat open circuit Vo terlebih dahulu
sehingga diperoleh :

Dimana :

Kemudian dibuat short circuit Io sehingga diperoleh :

Dimana

Maka :

3.2 Alat dan Bahan


 Laptop / PC
 Software Proteus 8.0

3.3 Hasil Percobaan

Komponen yang digunakan pada percobaan mencari faktor penguatan


RE1 = 4,7 Ohm CE = 1uF / 25 Volt

RE2 = 47 Ohm C1 = 1uF / 25 Volt


R1 = 470 KOhm C2 = 1uF / 25 Volt
R2 = 56 KOhm Q = 2 N 3055
R3 = 10 KOhm RX1 = 1104 Ohm (RE = 4,7 Ohm), 2950
Ohm ( RE = 47 Ohm)
Rc = 1 KOhm RX2 = 1K Ohm

34
3.3.1 Hasil Percobaan Impedansi Masukan
Vs = 10 mVpp
Vin =1/2 Vs
Vin = 5 mV
RE = 4.7 ohm Re = 47 ohm
RX1 1104 Ohm 47 Ohm

Gambar 3.4 Rangkaian Percobaan 1 RE = 4.7 Ohm

Gambar 3.5 Rangkaian Percobaan 1 RE = 47 Ohm

35
3.3.2 Hasil Percobaan Impedansi Keluaran
RX2 tidak disambungkan,
Vo tanpa beban = 316 mV
Vo dengan beban = ½ x V Ketika RX2 tidak disambungkan
= ½ x Vo tanpa beban
= ½ x 316 mV
Vo dengan beban = 158mV
Maka untuk mendapatkan Vo = 158mV, diperlukan beban RX2 = 1K ohm
Vo Tanpa Beban ½ Vo Tanpa Beban
RX2 0 Ohm 1K Ohm

Gambar 3.6 Vo Ketika RX2 tidak tersambung.

36
Gambar 3.7 Pemberian RX2 agar Vo menjadi ½ Vo tanpa beban.

3.3.3 Hasil Percobaan Mencari Faktor Penguatan

RE1 = 4,7 Ohm CE = 1uF / 25 Volt

RE2 = 47 Ohm C1 = 1uF / 25 Volt


R1 = 470 KOhm C2 = 1uF / 25 Volt
R2 = 56 KOhm Q = 2 N 3055
R3 = 10 KOhm RX1 = 1104 Ohm (RE = 4,7 Ohm), 2950
Ohm ( RE = 47 Ohm)
Rc = 1 KOhm RX2 = 1K Ohm

37
Gambar 3.8 Grafik Input Output tanpa beban RX2

Gambar 3.9 Grafik Input Output dengan beban RX2

38
3.3.4 Hasil Percobaan Respon Frekuensi

Vout = 18.6 mV

Gambar 3.10 Bentuk Gelombang dari Vin = 10mV dan Frekuensi 100Hz

Tegangan input : 10 mV
Frekuensi Input Tegangan Keluaran Gain Gain dalam
No
Hz Vo A = Vo/Vi dB=20 log A
1 100 Hz 18,6 mV 1.86 5.29 dB
2 500 Hz 197 mV 19.7 25.88 dB
3 1 KHz 247 mV 24.7 27.85 dB
4 2 KHz 259 mV 25.9 28.26 dB
5 5 KHz 261 mV 26.1 28.33 dB
6 10 KHz 268 mV 26.8 28.56 dB
7 50 KHz 267 mV 26.7 28.53 dB
8 100 KHz 266 mV 26.6 28.49 dB
9 150 KHz 263 mV 26.3 28.39 dB
10 200 KHz 260 mV 26.0 28.29 dB
11 300 KHz 253 mV 25.3 28.06 dB
12 500 KHz 243 mV 24.3 27.71 dB

39
Gambar 3.11 Vout dan Bentuk Gelombang pada Frekuensi 5Khz

Gambar 3.12 Vout dan Bentuk Gelombang Pada Frekuensi 50KHz

40
3.4 Analisa
Melihat dari hasil percobaan Impedansi masukan, mempunyai hasil
Rx-1= 1104 0hm dan gelombang nya sinusoidal. Vs = 10 mVpp dan
Vin =1/2 Vs, Vin = 5 mV.
RX2 tidak disambungkan,
Vo tanpa beban = 316 mV
Vo dengan beban = ½ x V Ketika RX2 tidak disambungkan
= ½ x Vo tanpa beban
= ½ x 316 mV
Vo dengan beban = 158mV
Maka untuk mendapatkan Vo = 158mV, diperlukan beban RX2 = 1K ohm.

3.5 Kesimpulan
Common Emitter adalah konfigurasi Transistor dimana kaki Emitor Transistor
di-ground-kan dan dipergunakan bersama untuk input dan output. Pada
Konfigurasi Common Emitter ini, sinyal input dimasukan ke Basis dan sinyal
output-nya diperoleh dari kaki Kolektor.

Penguat common emitter mempunyai penguat tegangan maupun penguatan


arus. Penguat jenis ini mempunyai impedansi masukan yang relatif rendah dan
impedansi keluaran yang relatif tinggi, hal inilah yang menyebabkan sinyal input
(channel 1) lebih kecil tegangannya dibandingkan dengan sinyal outpup.

Karakteristik dasar transistor yaitu : emitter (berfungsi mengemisikan atau


menginjeksikan elektron kedalam basis, basis (Berfungsi melakukan sebagian
besar elektron yang diinjeksikan emiiter kedalamnya menuju kolektor), kolektor
(Merupakan bagian terbesar dari emitter dan basis, berfungsi menghamburkan
lebih banyak panas daripada emitter atau basis). Konfigurasi pada transistor yaitu
common base, common emitter,dan common collector

41
BAB 4

Transistor Sebagai Switch


4.1 Dasar Teori

4.1.1 Switch Ideal


Sebuah switch ideal harus mempunyai karakteristik pada keadaan “off” ia
tidak dapat dilalui arus sama sekali dan pada keadaan “on” ia tidak mempunyai
tegangan drop

4.1.2 Transistor BJT Sebagai Switch

Komponen transistor dapat berfungsi sebagai switch, walaupun bukan sebagai


switch ideal. Untuk dapat berfungsi sebagai switch, maka titik kerja transistor
harus dapat berpindah-pindah dari daerah saturasi (switch dalam keadaan “on”)
ke daerah cut-off (switch dalam keadaan “off”). Untuk jelasnya lihat gambar di

bawah ini.

4.1.2 MOSFET Sebagai Switch


Selain BJT, MOSFET juga dapat berfungsi sebagai switch. Dibandingkan
dengan BJT, sifat switch dari MOSFET juga lebih unggul karena membutuhkan
arus yang sangat kecil untuk operasinya.

42
Ada dua tipe MOSFET menurut tegangan kerjanya yaitu n-Channel MOSFET (n-
MOS) dan p-Channel MOSFET (p-MOS). Dimana n-MOS bekerja dengan
memberikan tegangan positif pada gate, dan sebaliknya, p-MOS bekerja dengan
memberikan tegangan negatif di gate.n-MOS berlaku sebagai switch dengan
membuatnya bekerja di sekitar daerah saturasinya. Daerah kerja dari n-MOS
dapat dilihat pada gambar berikut ini.

4.1.4 Rangkaian CMOS


Jika n-MOS dan p-MOS digabungkan, akan dihasilkan rangkaian CMOS
(Complementary MOS) yang ditunjukkan oleh gambar berikut ini.Untuk
memperlakukan CMOS supaya bekerja sebagai switch, kita harus mengubah-

43
ubah daerah kerjanya antara cut-off dan saturasi.

Transistor BJT Sebagai Switch

44
LAMPIRAN

Tanggal : 20 April 2020


Nama Ketua Kelompok : Abdul Kholik (1810631160097)
Nama Anggota Kelompok : 1. Alghi Sawaludin (1810631160105)
2. Moh. Hanif Assubhi (1810631160122)
3. Bella Nofrianti (1810631160115)
4. Ridwan Satrio Hadikusuma
(1810631160117)

Nama Asisten Praktikum : 1. Fikri Ika Purnianto (1610631160060)


2. Chika Zahwa Eka Pratama
(1610631160039)

45

Anda mungkin juga menyukai