DASAR ELEKTRONIKA
LAMPIRAN ........................................................................................................ 45
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Yang maha pengasih lagi maha penyayang Atas
kehadirat-Nya Yang telah melimpahkan rahmat, hidayah Dan inayah-Nya kepada
saya, sehingga saya dapat menyelesaikan “laporan praktikum Mata kuliah dasar
elektronika". Praktikum dasar elektronika merupakan penunjang Mata kuliah wajib
Dasar elektronika. Laporan ini dibuat ditengah-tengah maraknya virus Corona.
Sehingga kami melaksanakan kegiatan praktikum secara daring ditengah tengah
pandemi. Semoga masalah covid-19 ini cepat selesai agar bisa bergkegiatan kuliah
seperti biasanya. Selamat bulan ramadhan bagi yang menjalankan, dan harus tetap
semangat menjalankan aktifitas seperti biasanya.
Saya menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan laporan ini. Mohon maaf jika di dalam laporan ini
masih banyak kekurangan yang belum sempurna karena yang sempurna hanya milik
allah s.w.t. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
Abdul Kholik
ii
BAB 1
Salah satu kegunaan dioda adalah untuk penyearah, yaitu mengubah arus AC
(bolak-balik) menjadi arus DC (searah). Persamaan penyearah tegangan DC yang
dihasilkan oleh rangkaian penyearah dioda adalah:
1
1.3 Hasil Percobaan
1.3.1 Hasil Percobaan Karakteristik Dioda Junction Forward Bias dan Reverse
Bias
Gambar 1.1 adalah hasil dari percobaan Dioda Junction forward Bias. Pada
rangkaian itu memakai Dioda 1N4007. Gambar diatas salah satu hasil bercobaan
tegangan sumbernya 10 Volt dan menghasilkan arus dioda 9,30 mA, tegangan
resistor 9,30 Volt dan tegangan diode 0,70 Volts.
Tabel 1-1.
Data Hasil Percobaan Karakteristik Dioda Junction Forward Bias
2
6 2 1,37 mA 0,63 1,37 V
7 4 3,34 mA 0,66 3,34 V
8 6 5,32 mA 0,68 5,32 V
9 8 7,31 mA 0,69 7,31 V
10 10 9,30 mA 0,70 9,30 V
Gambar 1.2 adalah hasil dari percobaan Dioda Junction Reverse Bias. Pada
rangkaian itu memakai Dioda 1N4007. Gambar diatas salah satu hasil bercobaan
tegangan sumbernya 30 Volt dan menghasilkan arus dioda 0,30 µA, tegangan
resistor 3 mV dan tegangan diode 30 Volts.
Tabel 1-2.
Data Hasil Percobaan Karakteristik Dioda Junction Reverse Bias
3
5 20 0,20 20 2
6 30 0,30 30 3
4
1.3.2 Hasil Percobaan Karakteristik Dioda Zener Forward Bias dan Reverse
Bias
Gambar 1.3 adalah hasil dari percobaan Dioda Zener Forward Bias. Pada
rangkaian itu memakai Dioda 1N4750A. Gambar diatas salah satu hasil
bercobaan tegangan sumbernya 25 Volt dan menghasilkan arus dioda 24,5 mA,
tegangan resistor 24,5 Volts dan tegangan diode 0,50 Volts.
Tabel 1-3.
Data Hasil Percobaan Karakteristik Dioda Zener Forward Bias
No Tegangan Arus Dioda Id Tegangan Dioda Tegangan Resistor
Supply (mA) Vd (Volt) VR
(volt) (Volt)
1 0,2 0,01 0,19 0,01
2 0,4 0,15 0,25 0,15
3 0,6 0,33 0,27 0,33
4 0,8 0,52 0,28 0,52
5 1 0,71 0,29 0,71
6 5 4,64 0,36 4,64
7 10 9,59 0,40 9,59
8 15 14,6 0,44 14,6
5
9 20 19,5 0,47 19,5
10 25 24,5 0,50 24,5
Gambar di atas adalah hasil dari percobaan Dioda Zener Reverse Bias. Pada
rangkaian itu memakai Dioda 1N4750A. Gambar diatas salah satu hasil
bercobaan tegangan sumbernya 10 Volt dan menghasilkan arus dioda 0,11 µA,
tegangan resistor 0,11 mV dan tegangan diode 10 Volts.
Tabel 1-4.
Data Hasil Percobaan Karakteristik Dioda Zener Reverse Bias
6
8 14 0,14 14 0,14
9 16 0,16 16 0,16
10 18 0,18 18 0,18
7
1.3.3 Hasil Percobaan Penyearah ½ Gelombang tanpa kapasitor
8
1.3.4 Hasil Percobaan Penyearah ½ Gelombang dengan kapasitor filter
9
Observasi :
[1] Penyearah ½ Gelombang tanpa kapasitor filter
Tegangan Input AC (rms) Vrms= 12 x 0,707 = 8,484 Volt
Tegangan output DC VDC = 1,35 mV
Arus DC: IDC = 0.14 µA
Tegangan Output AC (Ripple voltage) Vr: Vr=0,5xIxT/C = 0,0014Volt
Ripple factor: (Vr/VDC) = 0,001037x103=1,037
10
Bentuk gelombang Output pada beban
11
Bentuk gelombang Output pada beban
Observasi :
[1] Penyearah Gelombang Penuh Diode Jembatan tanpa kapasitor filter
Tegangan Input AC (rms) Vrms= 12 x 0,707 = 8,484 Volt
Tegangan output DC VDC = 1,56 mV
Arus DC: IDC = 0,16 µA
Tegangan Output AC (Ripple voltage) Vr: Vr=0,5xIxT/C= 0,0016 Volt
Ripple factor: (Vr/VDC) = 0,001025x103=1,025
12
1.3.7 Hasil Percobaan Penyearah Gelombang penuh dengan transformator CT
tanpa kapasitor
13
1.3.8 Hasil Percobaan Penyearah Gelombang penuh dengan transformator CT
tanpa kapasitor
Observasi :
[1] Penyearah Gelombang Penuh Dengan tranformator CT tanpa kapasitor filter
14
Tegangan Input AC (rms) Vrms= 12 x 0,707 = 8,484 Volt
Tegangan output DC VDC = 2,91 mV
Arus DC: IDC = 0,29 µA
Tegangan Output AC (Ripple voltage) Vr: Vr= 0,5xIxT/C= 0,0029 Volt
Ripple factor: (Vr/VDC) = 0,000996x103= 0,996
[2] Penyearah Gelombang Penuh dengan Transformator CT, dan kapasitor filter
Tegangan Input AC (rms) Vrms= 12 x 0,707 = 8,484 Volt
Tegangan output DC VDC = 15,6 Volt
Arus DC: IDC = 1,56 mA
Tegangan Output AC (Ripple voltage) Vr: Vr= 0,5xIxT/C= 15,6 Volt
Ripple factor: (Vr/VDC) = 1
1.4 Analisa
1.4.1 Analisa Percobaan Diodan Junction Forward dan Reverse Bias
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan terlihat dioda berguna
menyearahkan arus pada satu arah karena pada sifat dioda yaitu
mengalirkan arus hanya dalam satu arah. Untuk arah yang searah tegangan
(arah maju), sedangkan pada arah berlawanan (arah mundur) arus yang di
lewatkan sangat keci.
Melihat dari salah satu contoh percobaan forward bias pada saat saya
beri tegangan 10 Volt menghasilkan tegangan pada diode sebesar 0,70 volt
dan arus yg di lalui diode sebesar 9,30 mA. Dari data yang ada di tabel 1-1
dapat kita lihat bahwa sumber tegangan yang akan semakin besar
mengakibatkan tegangan di diode jg semakin besar tetapi tegangan nya
menjadi kecil dari tegangan sumber. Sedangkan Reverse Bias melihat dari
salah satu contoh pada saat di beri tegngan sumber sebesar 10 volt
menghasilkan tegangan di diode sebesar 10 volt dan arus yg di lalui diode
sebesar 0,10µA. Dari data yang ada di tabel 1-2 dapat kita simpulkan bahwa
15
sumber tegangan sama dengan tegangan yang ada di diode tetapi arus yang di
lalui diode semakin kecil dari forward bias. Karakteristik nya jika melihat dari
kurva hubungan I-V dari data hasil percobaan dapat kita lihat. Bahwa semakin
besar sumber tegangan semakin besar juga arus yang akan di lalui diode.
16
terbentuk ini masih merupakan gelombang yang kasar. Untuk menghaluskan
gelombang keluaran tersebut maka dipasang kapasitor pada rangkaian.
Kapasitor akan menyaring gelombang keluaran sehingga akan terbentuk
gelombang riak yang halus.
Data dari hasil percobaan ½ gelombang tanpa kapasitor, mempunyai
bentuk gelombang input dan output seperti di atas dan juga menghasilkan
Idc= 0,14µA, Vdc=1,35mV, Vr=0,5xIxT/C=0,0014Volt, ripple factor=Vr/Vdc
= 0,0014/1,35 x 10-3 = 0,001037x103=1,037.
Sedangkan data dari hasil percobaan ½ gelombang dengan kapasitor ,
menghasilkan Idc = 1,63 mA, Vdc = 16,3 Volt, Vr = 0,5xIxT/C=16,3 Volt,
ripple factor = Vr/ Vdc = 16,3 /16,3 = 1.
17
Data dari hasil gelombang penuh jembatan tanpa kapasitor,
menghasilkan Vdc = 1.56 mV, Idc = 0,16 µA, Vr=0,5xIxT/C= 0,0016 Volt,
ripple factor = Vr/Vdc= 0,0016/1,56 x 10-3= 0,001025x103=1,025. Data dari
hasil gelombang penuh jembatan dengan kapasitor, menghasilkan Vdc = 15,6
Volt, Idc = 1,56 µA , Vr=0,5xIxT/C=0,0156, ripple factor =Vr/Vdc =
0,0156/15,6 = 0,001.
18
Penambahan nilai kapasitor yang dipararel dengan beban akan memberikan
efek peralatan pulsa DC yang lebih halus. Nilai kapasitor yang lebih besar
akan menyimpan muatan pada saat pengisian. Data dari hasil percobaan bisa
di lihat di Observasi.
1.5 Kesimpulan
Pada percobaan ini, intidari tujuan tersebut ialah mempelajari
hubungan perubahan tegangan dan kuat arus listrik sehingga semakin besar
tegangan dioda maka semakin besar pula arus diodanya namun dari grafik
terlihat hubungan antara tegangan dioda dan arus dioda tidaklah linear. Hal ini
disebabkan karena adanya potensial penghalang (potensial barrier). Ketika
tegangan dioda lebih kecil dari tegangan penghambat tersebut maka arus
dioda akan kecil, ketika tegangan dioda melebihi potensial penghalang arus
dioda akan naik secara cepat.
1. Semakin besar tegangan pada diode, maka akan semakin besar pula
nilai arus pada diode
2. Pada saat forward bias besar hambatan tergantung pada besar tegangan
dan arus yang melewati dioda.
3. Pada saat reverse bias hambatan pada dioda sangat besar sehingga arus
yang mengalir menjadi sangat kecil
4. dioda merupakan komponen elektronika yang berfungsi sebagai
penyearah arus listrik.
5. Pada saat dioda diberi prategangan maju (forward bias) ,maka dioda
dapat mengalirkan arus.
19
karena dioda berada dalam keadaan bias maju yang hanya melewatkan deretan
pulsa positif dan memotong deretan pulsa negatif pada gelombang masukan.
Akibatnya gelombang keluaran akan menjadi deretan pulsa positif setengah
gelombang. Namun, keluaran yang terbentuk ini masih merupakan gelombang
yang kasar. Untuk menghaluskan gelombang keluaran tersebut maka dipasang
kapasitor pada rangkaian. Kapasitor akan menyaring gelombang keluaran
sehingga akan terbentuk gelombang riak yang halus.
20
BAB 2
Daya disipasi maksimum dari transistor tersebut tidak boleh dilampaui karena hal
ini telah ditentukan oleh pabrik pembuat transistor tersebut yang dapat kita lihat
pada lembar data atau data sheet dari buku data tentang transistor.
21
Gambar 2.1 Karakteristik Ic-Vce Sebuah Transistor Bipolar
22
2.1.3 Titik Kerja
Garis beban akan memotong sekelompok kurva arus basis konstan IB. Dengan IB
tertentu (yang diatur rangkaian bias), garis beban akan memotong kurva IB
tersebut di Titik Q yang disebut Titik Kerja Transistor. Titik Kerja ini menjadi
kondisi awal dari pengoperasian transisitor kelak dimana transistor tersebut
mempunyai tiga daerah kerja yaitu aktif (active), jenuh (saturation), dan
tersumbat (cut-off). Gambar 3.2 berikut ini akan menjelaskan tentang titik kerja
dan garis beban dari suatu transistor bipolar.
Gambar 2.2 Garis Beban Dc & Titik Kerja Sebuah Transistor Bipolar
Titik dimana garis beban memotong kurva Ib=0 dikenal sebagai titik sumbat
(cut-off). Pada titik ini arus kolektor (Ic) sangat kecil (hanya arus bocor)
sehingga dapat diabaikan, di sini transistor kehilangan kerja
normalnya. Dapat dikatakan bahwa tegangan kolektor-
emitor sama dengan ujung dari garis beban tersebut.
Perpotongan garis beban dengan kurva IB=IB sat disebut jenuh (saturation). Pada
titik ini arus kolektor maksimum atau dapat dikatakan bahwa arus kolektor sama
dengan ujung dari garis beban
23
Jika arus basis IB lebih kecil dari IB (sat) maka transistor akan beroperasi pada
daerah aktif, yaitu titik kerjanya terletak disepanjang garis beban. Jadi dapat
disimpulkan bahwa transistor bipolar bekerja sebagai suatu sumber arus dimana
saja sepanjang garis beban, kecuali titik jenuh (saturation) atau titik sumbat (cut-
off) dimana transistor tidak lagi bekerja sebagai sumber arus melainkan sebagai
sakalar.
24
Kurva Karakteristik Keluaran IB, IC, VCE
25
Gambar 2.4 adalah salah satu contoh hasil rangkaian percobaan mencari Ib
yang menghasilkan 0 µA dan VCC = 0,8 V.
26
Gambar 2.7 Rangkaian Percobaan Ib = , VCC = 8V
Gambar 2.7 adalah salah satu contoh hasil rangkaian percobaan mencari Ib yang
menghasilkan 30 µA dan VCC = 8 V.
2.4 Analisa
Perinsip pada percobaan ini yang mana transistor sebagai penguat
(amplifier) adalah dengan cara membuat transistor bekerja pada wilayah aktif
yaitu wilayah yang bekerja antara titik jenuh (satuarsi) dan kodisi terbuka (cut
off), tetapi tidak pada kondisi keduanya. Transistor dikaitkan bekerja pada
daerah aktif apabila transistor selalu mengalirkan arus dari kolektor ke emitor
(operasi normal dari transistor). Transistor akan mengalami kodisi terbuka
apabila arus yang melalui basis sangat kecil sekali sehingga kolektor dan
emitor akan seperti kawat yang terbuka, dan transistor akan mengalami jenuh
apabila arus yang melalui basis terlalu besar sehingga antara kolektor dan
emitor Vce adalah 0 volt sampai kira-kira 0,2 volt.
27
Jenis transistor yang digunakan pada percobaan ini adalah jenis NPN
ditandai dengan anak panah mengarah kearah luar pada bagian emitor dan
arus mengalir dari kolektor ke emitor yang biasanya di hubungkan ke ground..
Konfigurasi ini ditandai dengan kaki emitor transistor yang di ground-kan dan
dipergunakan bersama untuk input dan output. Pada konfigurasi emitter,
sinyal input di masukan ke basis dan sinyal outputnya di peroleh dari kaki
kolektor . Maka dari itu arus yang mengalir pada emitter merupakan arus total
pada rangkaian transistor ( IE = IB+IC).
Prinsip kerja transistor yaitu muatan positif dari catu Vab dialirkan
melalui Rb masuk ke emitor yang terbuat dari semikonduktor jenis N. Oleh
karena adanya panjar maju antara emitor dan basis pembawa muatan dari
emitor akan tertarik masuk basis dan lalu tersapu ke kolektor dan masuk ke
hambatan Rc. Adanya arus Ic dan Rc akan membuat kolektor memiliki
tegangan positif terhadap basis sehingga sambungan PN antara basis dan
kolektor juga akan mendapat panjar maju.
Sebuah transistor memiliki empat daerah operasi transistor, yaitu
daerah aktif, cut-off saturasi dan break down. Daerah aktif merupakan semua
titik opeasi antara titik sumbat dan penjenuhan. Pada daerah aktif arus
kolektor sebanding dengan arus basis. Penguatan sinyal masukan menjadi
sinyal keluaran terjadi pada daerah ini. Sedangkan daerah saturasi (jenuh)
adalah daerah dengan Vce kurang dari tegangan Vk. Kondisi jenuh adalah
kondisi dimana pembawa mayoritas dari emitor, rekomendasi pembawa
minoritas ke arus basis. Daerah aktif ditandai dengan arus Ic konstan terhadap
berapapun nilai Vce, hal ini terjadi pada tegangan Vce 0,13 Volt sampai 0,53
Volt.
2.5 Kesimpulan
Kurva karakteristik transistor merupakan grafik yang menggambarkan
hubungan arus dan tegangan yang bekerja pada transistor. Dalam percobaan ini
28
diperoleh kurva karakteristik kolektor dengan garis lengkung dari kiri bawah ke
kanan atas. Hal ini menunjukkan bahwa Ic berbading lurus dengan Vce.
29
BAB 3
3.1.1 Analisa DC
Analisa ini digunakan untuk mancari titik kerja dari penguat yang akan di
analisa. Untuk menganalisa DC maka sumber AC di matikan dan semua kapasitor
di buat open circuit., sehingga rangkaian ekivalen seperti gambar 4.2 berikut ini:
30
Gambar 3.2 Rangkaian Ekuivalen Untuk Analisa Dc
Sehingga diperoleh :
Sehingga diperoleh:
Dengan mendistribusikan persamaan (2) ke persamaan (1) ,dan untuk harga Iceo =
0 , maka akan diperoleh:
31
dengan
32
setelah kita gambar rangkaian ekuivalen AC seperti di atas dan kita peroleh harga
rη dan gm , maka dapat kita cari AV1,AVS,ZI,A1,dan ap, serta zo sebagai berikut:
Maka:
Maka:
33
Untuk mencari Zo maka pada rangkaian dibuat open circuit Vo terlebih dahulu
sehingga diperoleh :
Dimana :
Dimana
Maka :
34
3.3.1 Hasil Percobaan Impedansi Masukan
Vs = 10 mVpp
Vin =1/2 Vs
Vin = 5 mV
RE = 4.7 ohm Re = 47 ohm
RX1 1104 Ohm 47 Ohm
35
3.3.2 Hasil Percobaan Impedansi Keluaran
RX2 tidak disambungkan,
Vo tanpa beban = 316 mV
Vo dengan beban = ½ x V Ketika RX2 tidak disambungkan
= ½ x Vo tanpa beban
= ½ x 316 mV
Vo dengan beban = 158mV
Maka untuk mendapatkan Vo = 158mV, diperlukan beban RX2 = 1K ohm
Vo Tanpa Beban ½ Vo Tanpa Beban
RX2 0 Ohm 1K Ohm
36
Gambar 3.7 Pemberian RX2 agar Vo menjadi ½ Vo tanpa beban.
37
Gambar 3.8 Grafik Input Output tanpa beban RX2
38
3.3.4 Hasil Percobaan Respon Frekuensi
Vout = 18.6 mV
Gambar 3.10 Bentuk Gelombang dari Vin = 10mV dan Frekuensi 100Hz
Tegangan input : 10 mV
Frekuensi Input Tegangan Keluaran Gain Gain dalam
No
Hz Vo A = Vo/Vi dB=20 log A
1 100 Hz 18,6 mV 1.86 5.29 dB
2 500 Hz 197 mV 19.7 25.88 dB
3 1 KHz 247 mV 24.7 27.85 dB
4 2 KHz 259 mV 25.9 28.26 dB
5 5 KHz 261 mV 26.1 28.33 dB
6 10 KHz 268 mV 26.8 28.56 dB
7 50 KHz 267 mV 26.7 28.53 dB
8 100 KHz 266 mV 26.6 28.49 dB
9 150 KHz 263 mV 26.3 28.39 dB
10 200 KHz 260 mV 26.0 28.29 dB
11 300 KHz 253 mV 25.3 28.06 dB
12 500 KHz 243 mV 24.3 27.71 dB
39
Gambar 3.11 Vout dan Bentuk Gelombang pada Frekuensi 5Khz
40
3.4 Analisa
Melihat dari hasil percobaan Impedansi masukan, mempunyai hasil
Rx-1= 1104 0hm dan gelombang nya sinusoidal. Vs = 10 mVpp dan
Vin =1/2 Vs, Vin = 5 mV.
RX2 tidak disambungkan,
Vo tanpa beban = 316 mV
Vo dengan beban = ½ x V Ketika RX2 tidak disambungkan
= ½ x Vo tanpa beban
= ½ x 316 mV
Vo dengan beban = 158mV
Maka untuk mendapatkan Vo = 158mV, diperlukan beban RX2 = 1K ohm.
3.5 Kesimpulan
Common Emitter adalah konfigurasi Transistor dimana kaki Emitor Transistor
di-ground-kan dan dipergunakan bersama untuk input dan output. Pada
Konfigurasi Common Emitter ini, sinyal input dimasukan ke Basis dan sinyal
output-nya diperoleh dari kaki Kolektor.
41
BAB 4
bawah ini.
42
Ada dua tipe MOSFET menurut tegangan kerjanya yaitu n-Channel MOSFET (n-
MOS) dan p-Channel MOSFET (p-MOS). Dimana n-MOS bekerja dengan
memberikan tegangan positif pada gate, dan sebaliknya, p-MOS bekerja dengan
memberikan tegangan negatif di gate.n-MOS berlaku sebagai switch dengan
membuatnya bekerja di sekitar daerah saturasinya. Daerah kerja dari n-MOS
dapat dilihat pada gambar berikut ini.
43
ubah daerah kerjanya antara cut-off dan saturasi.
44
LAMPIRAN
45