REV : 00
Percobaan No. 1
Pengukuran Karakteristik Directional Coupler
Oleh:
Kelompok 4/Kelas 3B
Ghania Yuntafa Putri (191331045)
Hafidah Alda Febyanty (191331046)
Hanif Mahfuzzalfi (191331047)
4. Teori Pendahuluan
Coupler adalah komponen optik yang dapat berfungsi sebagai pemecah
berkas cahaya (splitter), optical switching, devais WDM dan pembagi daya
(power divider). Secara sederhana devais coupler dapat buat dari serat optik
multimode yaitu dengan cara memadukan atau menggabungkan dua buah serat
optik multimode dengan panjang interaksi tertentu dengan teknik FBT (Fused
Biconical Taper).
Parameter-parameter pokok dalam devais coupler optik dapat dijelaskan
sebagai berikut. Dari gambar di atas tampak bahwa berkas cahaya masuk melalui
port-1 atau port-2 akan menghasilkan keluaran pada port 3 dan port 4. Daya optik
P1 yang disalurkan melalui port 1 mengalami penyebaran dan distribusi moda-
moda terpandu menyesuaikan struktur pandu. Ketika moda terpandu mencapai
daerah tapered, moda terpandu mengalami pengurangan tingkap numerik efektif.
Akibatnya, sebagian moda-moda orde tinggi tidak terpandu dalam inti (core)
tetapi terhambur mencapai cladding dengan distribusi secara spatial dan
bergabung secara uniform. Hal ini terjadi karena daya dari salur masukan coupler
serat optik akan terdistribusi di antara saluran keluaran akibat rugi sisipan
(insertion loss), yang dinyatakan sebagai
Vin
Insertion Loss=20 log
Vout
Direktivitas (direcitivity) dari coupler optik diukur antar port-port masukan,
sebagai contoh dalam coupler pada Gambar 3., jika daya disalurkan melalui port-
1 adalah Pi dan daya yang tersalur pada port-2 adalah Rk, maka directivity
dinyatakan dengan persamaan
Directivity=−20 log |ρ|
Vreff
ρ=
Vinc
Coupling Factor merupakan parameter utama dari sebuah directional
coupler. Faktor coupling dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
Vin
Coupling Factor (dB)=20 log
Vinc
6. Metode Percobaan
a. Insertion Loss
Memasukkan Vin sumber dari Sweep Oscillator ke Port IN Directional
Coupler. Melakukan Terminasi Port CPL Directional Coupler dengan
Terminator 50 Ω yang kemudian menghubungkan Port OUT Directional
Coupler dengan Detector untuk merubah sinyal RF menjadi DC. Setelah itu,
menghubungkan Port OUT Directional Coupler yang telah terhubung dengan
Detector ke Oscilloscop. Lalu melakukan pengukuran Insertion Loss pada
Oscilloscop serta amati dan catat Nilai Output pada Oscilloscope di Tabel
yang sudah disediakan.
b. Coupling Factor
Memasukkan Vin sumber dari Sweep Oscillator ke Port IN Directional
Coupler. Melakukan Terminasi Port CPL Directional Coupler dengan
Terminator 50 Ω yang kemudian menghubungkan Port CPL Directional
Coupler dengan Detector untuk merubah sinyal RF menjadi DC. Lalu
menghubungkan Port CPL Directional Coupler yang telah terhubung dengan
Detector ke Oscilloscop. Kemudian melakukan pengukuran Coupling Factor
pada Oscilloscop serta amati dan catat Nilai Output pada Oscilloscope di
Tabel yang sudah disediakan.
c. Directivity
Menghubungkan Port OUT Directional Coupler dengan input dari
Sweep Oscillator. Melakukan Terminasi Port IN Directional Coupler dengan
Terminator 50 Ω. Menghubungkan Port CPL Directional Coupler dengan
Detector untuk merubah sinyal RF menjadi DC. Lalu menghubungkan Port
CPL Directional Coupler yang telah terhubung dengan Detector ke
Oscilloscop. Kemudian melakukan pengukuran Coupling Factor pada
Oscilloscop serta amati dan catat Nilai Output pada Oscilloscope di Tabel
yang sudah disediakan.
7. Setup Pengukuran
3.52 3.52
3.5 3.3 3.3
2.5
2
0 100 200 300 400 500 600 700
Frekuensi (MHz)
Analisis:
Dapat dilihat jobsheet, mainline loss atau Insertion Loss (IL) yang terukur
memiliki grafik yang tidak stabil, namun cenderung naik untuk frekuensi 100
Vin
sampai 600 MHz. Rumus untuk mencari Insertion Loss adalah IL=20 log .
Vout
Jika dibandingkan dengan hasil perngukuran Insertion Loss yang didapat
memiliki grafik yang sama seperti pada jobsheet untuk frekuensi 100 sampai 600
MHz. Namun pada job sheet nilai Insertion loss yang didapat berkisaran pada 1 –
1.4 dB sedangkan pada hasil pengukuran nilai insertion loss berkisar 3 – 4 dB.
Hal ini menandakan saluran yang digunakan atau coupler yang digunakan
memiliki loss atau rugi-rugi yang cukup besar. Menandakan kualitas coupler
kurang baik.
23.4
23.2 23.1 23.1 23.1 23.1
23
22.8
22.6
22.4
22.2
22
0 100 200 300 400 500 600 700
Fekuensi (MHz)
Gambar 8.2 Grafik Respon Coupling Factor (CF) pada Jobsheet
Analisis:
Pada jobsheet dapat dilihat bahwa Coupling Factor (CF) memiliki grafik yang
stabil membentuk garis lurus yang berkisar pada 10.76 – 10.92 dB yang dilakukan
di frekuensi 100 sampai 600 MHz. Rumus untuk mencari Coupling Factor adalah
Vin
CF =20 log . Lalu jika dilihat pada grafik hasil pengukurannya, nilai
Vinc
Coupling Factor cenderung stabil membentuk garis lurus pada frekuensi 100
sampai 200 MHz dengan nilai 23.52 dB dan turun pada frekuensi 300 sampai 600
MHz dengan nilai 23.1 dB. Adanya selisih nilai Coupling Factor hingga 10 dB
antara jobsheet dan hasil pengukuran ini dikarenakan keadaan directional coupler
yang kurang baik.
Tabel 3. Directivity
Frekuensi (MHz) Vinc (mV) Vreff (mV) Directivity (dB)
100 20 6,1 10,45
200 20 6,1 10,45
300 21 6,2 10,59
400 21 6,2 10,59
500 21 6 10,73
600 21 6 10,73
Grafik 3. Directivity (Dir.)
12
11.5
11
Directivity (dB)
10.5
10
9.5
9
0 100 200 300 400 500 600 700
Frekuensi (MHz)
Vreff
Directivity adalah Directivity=−20 log . Dan jika dibandingkan dengan
Vinc
hasil praktikum diperoleh nilai directivity yang berkisar 10 – 11 dB, dengan
grafik yang menurun menyerupai bentuk dari grafik jobsheet. Namun jika dilihat
dari nilai directivity antara jobsheet dengan hasil praktikum memiliki selisih 20
dB sehingga dapat diartikan alat coupler yang digunakan saat praktikum memiliki
kemampuan mengarahkan sinyal yang kurang baik.
9. Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa nilai hasil pengukuran dari
Insertion Loss, Coupling Factor, dan Directivity mendekati nilai jobsheet atau
teorinya. Dimana grafik pada insertion loss cenderung naik tetapi kurang stabil,
lalu grafik pada Coupling Factor cenderung stabil membentuk garis lurus, dan
grafik pada Directivity cenderung menurun ketika frekuensi diberikan semakin
besar. Selain itu, adanya perbedaan nilai yang cukup besar antara hasil
pengukuran dan jobsheet dikarenakan keadaan directional coupler yang kurang
atau alat coupler yang digunakan saat praktikum memiliki kemampuan
mengarahkan sinyal yang kurang baik.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/290342332/1-Pengukuran-Directional-Coupler
https://www.researchgate.net/publication/301901177_Fabrikasi_Dan_Karakterisasi_D
irectional_Coupler_Sebagai_Devais_Pembagi_Daya