Anda di halaman 1dari 29

PERANCANGAN ANTENNA ARRAY KOLINIER

PADA FREKUENSI 915 MHZ

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK ANTENA DAN PROPAGASI

DISUSUN OLEH :
FARRA ANINDYA (191331042)
HANIF MAHFUZALFI (191331047)
RAIHANA AQILA (191331060)
SINTIA HERLINA (191331062)

TANGGAL PRAKTIKUM : 27 APRIL 2021


TANGGAL PENGUMPULAN : 5 MEI 2021

INSTRUKTUR :
ASEP BARNAS SIMANJUNTAK, BSEE., MT.
HANNY MADIAWATI, S.ST., MT.

PROGRAM STUDI D3TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2021
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat membuat dan merancang antenna array kolinear dengan
frekuensi kerja 915 MHz
2. Mahasiswa dapat mensimulasikan antenna array kolinear pada frekuensi 915
MHz
3. Mahasiswa dapat mengukur return loss, VSWR, pola radiasi dan gain pada
antenna array kolinear
4. Mahasiswa dapat mengoptimasi hasil rancangan antenna array koliniear

II. LANDASAN TEORI

Antena Array
Umumnya antena mikrostrip dengan patch elemen tunggal memiliki pola radiasi
yang sangat lebar, dan menghasilkan keterarahan dan perolehan (gain) yang tinggi. Untuk
memenuhi kebutuhan karakteristik tersebut, maka antena mikrostrip disusun dengan
berbagai konfigurasi. Antena array adalah susunan dari beberapa antena yang bertujuan
mengatur keterarahan dan meningkatkan gain. Dalam antena mikrostrip patch, yang
disusun secara array adalah bagian patch. Medan total dari antena array ditentukan oleh
penjumlahan vektor dari medan yang diradiasikan oleh elemen tunggal. Membentuk pola
yang memiliki keterarahan tertentu, diperlukan medan dari setiap elemen array
berinterferensi secara konstruktif pada arah yang diinginkan dan berinterferensi secara
destruktif pada arah yang lain[1]. Tujuan membuat antena array antara lain untuk
meningkatkan gain antena, meningkatkan directivity antena, mengarahkan daya pancar
menuju sektor sudut yang diinginkan, menentukan arah kedatangan sinyal, dan
memaksimalkan SNR (Signal to Interference Plus Noise Ratio) . Jumlah elemen,
pengaturan geometris, amplitudo relatif dan fase relative dari antena yang akan di-
array bergantung pada pola sudut yang harus dicapai. Jika antena array telah dirancang
untuk fokus kearah tertentu, maka akan mudah untuk mengarahkan ke beberapa arah
lain dengan mengubah fase relative dari elemen array, proses ini disebut steering
atau scanning[2].
Gambar 1. Desain Antena

III. ALAT DAN KOMPONEN

1. Perangkat lunak aplikasi CST Studio Suite


2. PC atau laptop

IV. LANGKAH PERCOBAAN

1. Hitung atau Cari terlebih dahulu ukuran dari tiap bagian antenna (ground, substrat,
patch, dan feedline) yang akan dibuat.
2. Buka aplikasi CST.
3. Pilih New Project, lalu pilih MW&RF&Optical, Antennas, lalu klik next.
4. Pilih workflow ‘Planar’, ‘Time Domain’, klik next. Pilih unit dimensi, frekuensi,
waktu, dan lain-lain sesuai kebutuhan. Karena pada praktikum ini dibuat menggunakan
frekuensi 915 MHz, maka pada pilihan frequency, pilih MHz.
5. Masukkan rentang nilai frekuensi minimal dan maksimal (- MHz) lalu ceklis E-Field,
H-Field, dan Farfield.
6. Klik selesai.
V. HASIL PERHITUNGAN & DATA HASIL PRAKTIKUM

 Hasil Perhitungan
Diketahui parameter
εr = 4.3
h = 1.6 mm
t = 0.035 mm
Lf = 10 mm
Wf = 1.5 mm

Maka:
 Panjang Gelombang
𝐶 3 × 108
λ= = = 0.3278 𝑚𝑚 = 327.8 𝑚𝑚
𝐹 0.915 × 109
 Panjang Setengah Gelombang
1 327.8
λ= = 163.9 𝑚𝑚
2 2

 Lebar Patch
𝐶 2 3×108 2
𝑊 = 2𝑓 √𝜀𝑟+1 = 2(0.915×109 ) √4.3+1 = 0.1007 𝑚 = 100 𝑚𝑚
 Konstanta Dielektrik
1
εr+1 εr−1 12ℎ −1/2 4.3+1 4.3−1 12×1.6 𝑚𝑚 −2
εreff = + [(1 + ) ]= + [(1 + ) ] = 4.16 𝑚𝑚
2 2 𝑤 2 2 111.8 𝑚𝑚

 Pertambahan Panjang
w
(εreff + 0.3) ( + 0.264)
∆𝐿 = 0.412ℎ h
w
(εreff − 0.258) ( + 0.813)
h
100 𝑚𝑚
(4.16 𝑚𝑚 + 0.3) (
= 0.412(1.6 𝑚𝑚) 1.6 𝑚𝑚 + 0.264)
100 𝑚𝑚
(4.16 𝑚𝑚 − 0.258) (
1.6𝑚𝑚 + 0.813)
(4.46)(62.764)
= 0.6592 = 0.74
(3,902)(63.313)
 Panjang Patch
𝐶 3 × 108
𝐿= − 2∆𝐿 = − 2(0.74 × 10−3 ) = 0.0788
2𝑓√εreff 2(0.915 × 109 ) √4.16 𝑚𝑚
= 78.8 𝑚𝑚
 Lebar Ground
Wg = 6h+w = 6 (1.6 mm) + 100 mm = 109.6 mm
 Panjang Ground
Lg = 3h + L + Lf = 3 (1.6 mm) + 78.8 mm + 10 mm = 93.6 mm
 Inset Feed
𝐶 3 × 108
λo = = = 0.327 𝑚 = 327 𝑚𝑚
𝐹 0.915 × 109
λo 327
λg = = = 160.32 𝑚𝑚
√𝜀𝑟𝑒𝑓𝑓 √4.16
1 𝑤 2
1 ( ) , 𝑤 ≪ λo
𝑍𝐴 = 𝑅𝑖𝑛 (𝑦 = 0) = → 𝐺1 = { 90 λo 2
2𝐺1 1 𝑤
( ) , 𝑤 ≫ λo
120 λo
1 𝑤 2 1 100 2
𝐺1 = ( ) = ( ) = 0.001039
90 λo 90 327
1 1
𝑍𝐴 = = = 481.23 𝑜ℎ𝑚
2𝐺1 2(0.001039)
1 𝜋
𝑍𝐵 = 𝑐𝑜𝑠 2 ( 𝑦𝑜)
2𝐺1 𝐿
𝜋
100 = 481.23 𝑐𝑜𝑠 2 ( 𝑦𝑜)
78.8
√0.207 = cos(0.039 𝑦𝑜)
0.039 𝑦𝑜 = 𝑐𝑜𝑠 −1 √0.207
0.033 𝑦𝑜 = 1.09
1.09
𝑦𝑜 = = 27.94 𝑚𝑚
0.033

 Data Tabel Hasil Praktikum

Parameter Sebelum Optimasi Setelah Optimasi


Antena W = 100 mm W = 97.95 mm W = 96.4 mm
L = 78.8 mm L = 77.18 mm L = 75.97 mm
Wf = 1.5 mm Wf = 1.46 mm Wf = 1.44 mm
Lf = 10 mm Lf = 9.79 mm Lf = 9.64 mm
Wg = 109.6 mm Wg = 107.35 mm Wg = 105.66 mm
Lg = 93.6 mm Lg = 91.68 mm Lg = 90.23 mm
h=1.6 mm h = 1.56 mm h = 1.54 mm
t=0.035 mm t = 3.42 mm t = 3.3 mm
yo=27.94 mm yo=27.94 mm yo=27.94 mm
Return Loss -0.08 dB 0.30073997dB
0.4521937dB
VSWR 200.1 dB 57.769224 dB 38.425353 dB
Directivity 4.722 dBi 3.786 dBi 3.946 dBi
Gain -2.909 dB 2.352dB 2.291dB
VI. ANALISIS
Pada praktikum ini melanjutkan dari praktikum sebelumnya yaitu membuat antenna mikrostrip
kolinier dengan array (susun) dengan menggunakan pengaturan tambahan bagian antenna yaitu
berupa saluran vertical dan saluran horizontal.
1. Pembuatan Saluran Vertikal 1
Pada pembuatan saluran vertikal 1 ini pemberian radius yang digunakan yaitu
Xmin= -Wf/2 dan Xmax= Wf/2, lalu Ymin = -Lf dan Ymax = 0, parameter ukuran terakhir
yaitu Zmin = t+h dan Zmax = t+h+t dengan material berupa copper.

Gambar 6.1 Hasil Pemberian Radius Vertikal 1


2. Penggabungan Vertikal 1 dengan Feed
`Karena pada bagian feed dan saluran vertikal1 belum menyatu, maka perlu
menggabungkan keduanya. Untuk menggabungkan antara Feed dan vertical 1 yaitu dengan
cara mengklik component pilih Feed, kemudian pada tampilan Modeling pilih Boolean dan
klik vertical 1 kemudian Enter (FeedBooleanvertikal1Enter).

Gambar 6.2 Penggabungan Vertikal 1 dengan Feed


3. Pembuatan Saluran Horizontal
Pada pembuatan saluran horizontal ini pemberian radius yang digunakan yaitu
Xmin= Lf/15 dan Xmax= -Wg, lalu Ymin = -6.6*Wf dan Ymax = -5.5*Wf, lalu Zmin =
t+h dan Zmax = t+h+t dengan material berupa copper.

Gambar 6.3 Pemberian Radius Pada Saluran Horizontal


4. Penggabungan Saluran Horizontal dengan Feed
Bagian feed dan saluran horizontal belum menyatu, maka perlu menggabungkan
keduanya. Untuk menggabungkan antara Feed dan saluran horizontal, pada component
pilih Feed, kemudian pada tampilan Modeling pilih Boolean dan klik horizontal kemudian
Enter (FeedBooleanHorizontalEnter).

Gambar 6.4 Hasil Penggabungan Feed dengan Saluran Horizontal


5. Pembentukan Kolinier (Array)/ Proses penyalinan Antenna Microstrip
Untuk membentuk antenna microstrip kolinier (susun) atau menyalin antenna
microstrip agar menjadi dua yaitu pada bagian Modeling di menu Tools, pilihlah Transform
kemudian centang perintah Copy lalu apply dan klik OK.

Gambar 6.5 Penyalinan Antena dengan Susunan Kolinier

Gambar 6.6 Hasil Penyalinan Antena dengan Susunan Kolinier


6. Pembuatan Saluran Vertikal 2
Pada pembuatan saluran vertikal 2 ini pemberian radius yang digunakan yaitu
Xmin= -Wg dan Xmax= -108, lalu Ymin = -119 dan Ymax = -9, parameter ukuran terakhir
yaitu Zmin = t+h dan Zmax = t+h+t dengan material berupa copper.

Gambar 6.7 Pemberian Radius pada Vertikal 2

Gambar 6.8 Hasil Pemberian Radius pada Vertikal 2


7. Penggabungan Saluran Vertikal 2 Dengan Feed
Kemudian untuk menggabungkan saluran vertikal 2 dengan Feed yaitu pada
Component pilih Feed, lalu pada menu Tools pilih Boolean dan klik vertical 2 tekan Enter
(Feed Boolean vertikal2Enter). Setelah itu, untuk menggabungkan dengan Feed_1
pada Component pilih Feed_1, lalu pada menu Tools pilih Boolean dan klik vertical 2 tekan
Enter (Feed_1BooleanFeedEnter).
Gambar 6.9 Hasil Gabungan Saluran Vertikal
8. Pelebaran Substrat
Pada bagian substrat ini diperlukan pelebaran, dengan cara mengatur radiusnya
yaitu dengan Xmin= -Wg*1.08 dan Xmax= Wg/2, lalu Ymin = -Lg/4 dan Ymax = Lg,
parameter ukuran terakhir yaitu Zmin = t dan Zmax = t+h dengan material masih sama
yaitu FR-4 (lossy).

Gambar 6.10 Pemberian Penamabahan Radius Pada Substrat


Gambar 6.11 Hasil Pemberian Radius Pada Penambahan Substrat
9. Penggabungan Substrat Antena Array Kolinear
Untuk menggabungkan dua buah substrat yang masih terpisah diantara kedua
antenna tersebut maka dengan memilih pada komponen yaitu bagian substrat kemudian
pada tampilan Modeling pilih Boolean dan klik Substrat_1 kemudian Enter.
(SubstratBooleanSubstrat_1)

Gambar 6.12Tampilan Hasil Penggabungan Substrat Kolinier


10. Pembuatan Saluran Horizontal 2
Pada pembuatan saluran horizontal 2 ini pemberian radius yang digunakan yaitu
Xmin= -118.5 dan Xmax= -108.5, lalu Ymin = -66.5 dan Ymax = -65, lalu Zmin = t+h dan
Zmax = t+h+t dengan material berupa copper.
Gambar 6.13 Pemberian Radius Pada Horizontal 2

Gambar 6.14 Hasil Pemberian Radius Pada Horizontal 2


11. Penggabungan Saluran Feed dengan Horizontal 2
Untuk menggabungkan saluran feed degan horizontal 2 maka dengan memilih pada
komponen yaitu bagian feed kemudian pada tampilan Modeling pilih Boolean dan klik
horizontal 2 kemudian Enter. (FeedBooleanHorizontal 2).

Gambar 6.15 Tampilan Gabungan Feed Dengan Horizontal 2


Gambar 6.16 Tampilan Layar Penuh Antena Kolinier Tanpa Inset Feed
12. Pembentukan Bagian Inset
Untuk membuat bagian inset yaitu dengan cara mengatur radiusnya dengan Xmin=
-Wf/2 dan Xmax= Wf/2+h, lalu Ymin = Lf dan Ymax = Lf/2+yo, parameter ukuran terakhir
yaitu Zmin = t+h dan Zmax = t+h+t dengan material copper.

Gambar 6.17 Pemberian Radius Inset Feed 1 Pada Antena

Gambar 6.18 Hasil Pemberian Radius Inset Feed 1 Pada Antena


13. Pembuatan Inset Feed 2
Untuk membuat inset feed 2 yaitu dengan mengatur Xmin= -Wf/2+h dan Xmax=
Wf/2, lalu Ymin = Lf dan Ymax = Lf/2+yo, parameter ukuran terakhir yaitu Zmin = t+h
dan Zmax = t+h+t dengan material copper.

Gambar 6.19 Pemberian Radius Inset Feed 2 Pada Antena

Gambar 6.20 Hasil Pemberian Radius Inset Feed 2 Pada Antena


Parameter Antena Array Kolinier
 Sebelum Optimasi
1. Return Loss
Sebelum melakukan optimasi, return loss yang didapat yaitu 0.08681189 dB pada
frekuensi 915 MHz. Sementara return loss yang didapat yaitu pada frekuensi 1100 MHz
sebesar -0.09 dB.

Gambar 6.21 Return Loss pada frekuensi 915MHz sebelum optimasi

Gambar 6.22 Return Loss pada frekuensi 1100MHz sebelum optimasi


2. VSWR
Sebelum melakukan optimasi, VSWR yang didapat yaitu 200.1 dB pada frekuensi 915
MHz. Sementara VSWR yang didapat yaitu pada frekuensi 1100 MHz sebesar 177.76
dB.
Gambar 6.23 VSWR pada frekuensi 915Mhz sebelum optimasi

Gambar 6.24 VSWR pada frekuensi 1100MHz sebelum optimasi


Sebelum melakukan optimasi, dapat dilihat bahwa antena belum mengalami return loss
dan begitupun pada VSWR.

3. Pola Radiasi
Gambar 6.25 Tampilan Pola Radiasi sebelum optimasi
Untuk tampilan pola radiasi pada farfield didapat gain sebesar -2.909dB. Hal ini menunjukan pola
radiasi yang digunakan pada 2 antena mikrostrip belum menyatu dikarenakan belum melakukan
optimasi.

Gambar 6.26 Tampilan farfield sebelum optimasi

Gambar 6.27 H-Plane


Gambar 6.28 E-Plane
Merupakan gambar pola radiasi antena dengan tampilan E-plane dan terlihat bahwa radiasi
tidak menunjukkan sudut pada pola radiasi dan begitupun pada tampilan H-plane.
 Setelah Optimasi
Optimasi ke-1

Gambar 6.29 Parameter list optimasi pertama


Untuk mendapati return loss yang diinginkan maka melakukan optimasi dengan
membuat parameter list baru dari perhitungan yang telah dilakukan. Pada optimasi pertama
ini dapat dilihat besarnya parameter list pada gambar diatas.

1. Return Loss
Gambar di bawah merupakan return loss yang sudah tepat tetapi pada frekuensi kerja
900.57 MHz sebesar -0.374 dB

Gambar 6.30 Return Loss pada frekuensi 900.57MHz setelah optimasi pertama
Gambar 6.31 Return Loss pada frekuensi 915MHz setelah optimasi pertama
Karena nilai Return Loss dan VSWR berada bukan di titik kerjanya, maka di lakukan
optimasi untuk mencari nilai yang tepat agar return loss dan VSWR nya di titik kerja yaitu
915MHz. Parameter yang mempengaruhi Return loss dan VSWR adalah variabel L, W, Wg, Lg,
Wf, Lf, h dan t. Pada gambar setelah di lakukan optimasi pertama maka return loss pada frekuensi
kerja 915MHz adalah -0.30073997 dB.
2. VSWR

Gambar 6.32 VSWR pada frekuensi 900.57MHz setelah optimasi pertama


Setelah optimasi nilai VSWR yang di dapat pada frekuensi kerja 900.57MHz adalah
46.364545 dB.
Gambar 6.33 VSWR pada frekuensi 915MHz setelah optimasi pertama
Pada frekuensi kerja 915MHz, VSWR masih belom tepat, nilai yang didapt yaitu 57.769224 dB
3. Pola Radiasi

Gambar 6.34 Pola radiasi setelah optimasi pertama


Hasil optimasi pertama, gain yang didapat adalah 2.352dB dengan directivity 3.786 dBi
Gambar 6.35 Tampilan polar setelah optimasi pertama
Pada tampilan farfield terlihat arah radiasi terpusat pada sudut 30 berbeda dengan
sebelum optimasi yang tidak menunjukkan arah satupun.

Gambar 6.36 H-Plane setelah optimasi pertama


Pada tampilan pola radiasi H plane dari antena , dimana telihat arah radiasi terpusat di 2
titik yaitu di sudut 30 derajat dan 150 derajat.

Gambar 6.37 E-Plane setelah optimasi pertama


Gambar pola radiasi antena dengan tampilan E-plane dan terlihat bahwa radiasi lebih
mengarah ke 1 sudut yaitu ke arah sudut 30
Optimasi ke-2
Kemudian melakukan pengoptimasian kembali pada variable W, L, Wg, Lg, Wf, Lf, h dan t agar
didapatkan besar parameter antena yang dihasilkan pada titik kerja frekuensi 915 MHz.

Gambar 6.38 Parameter list optimasi kedua


1. Return Loss

Gambar 6.39 Return Loss pada frekuens 915MHz optimasi kedua


Pada optimasi kedua ini didapat return loss yang tepat pada frekuensi kerja 915MHz
dengan nilai return losss yaitu 0.4521937 dB.
2. VSWR

Gambar 6.40 VSWR pada frekuensi 915MHz optimasi kedua


Begitupun pada VSWR didapat nilai yang cocok pada frekuensi 915MHz dengan nilai VSWR
yaitu 38.42535 dB.
3. Pola Radiasi
Dari hasil optimasi yang kedua didapat gain sebesar 2.291 dB dengan directivity 3.946
dBi.
Gambar 6.41 Pola radiasi Optimasi kedua

Gambar 6.42 Tampilan polar Optimasi kedua

Gambar 6.43 H-Plane (3D) Optimasi kedua

Gambar 6.44 H-Plane Optimasi kedua


Gambar 6.45 E-Plane (3D) Optimasi kedua

Gambar 6.45 E-Plane Optimasi kedua


Sehingga, pada tahap pengoptimasian yang dilakukan pada W (lebar substrat), L (panjang
substrat), Wf (Lebar feed), Lf (panjang feed), Wg (lebar ground), Lg (panjang ground), h, dan t,
besarnya gain dan directivity meningkat.
VII. KESIMPULAN
 Pada praktikum ini menggunakan antena mikrostrip array yang disusun secara
kolinier, sehingga terdapat penggabungan dua buah antena mikrosrip dengan
penambahan lebar substrat yang disesuaikan dengan ukuran antena array. Adanya
penggabungan dua antena ini, maka berpengaruh pada nilai yo, sebab impedansi
ZB menjadi 100 Ω.
 Hasil dari rancangan antena array ini berpengaruh pada besarnya parameter
antenna yang dihasilkan, diantaranya return loss, VSWR, pola radiasi, gain dan
directivity. Selain itu, pola radiasi pada E-plane dan H-plane pun berbeda.
 Pola radiasi yang dihasilkan pada simulasi antena mikrostrip yaitu omnidirectional
yang arah pancarnya diarahkan pada satu tempat saja, dengan menghasilkan pola
E-plane dan H-plane.
 Konsep perancangan susunan antena array ini bertujuan untuk meningkatkan
parameter antena, terutama gain dan directivity. Hal ini dapat dibuktikan pada data
hasil praktikum. Yaitu pada tahap sebelum adanya optimasi, untuk frekuensi 915
MHz, gain berada pada nilai minus yaitu -2.9 dB dengan directivity 4.722 dBi,
sehingga gain yang dihasilkan belum sesuai dengan spesifikasi. Namun setelah
adanya optimasi yang menyebabkan pergeseran frekuensi, besarnya gain dan
directivity bertambah. Dilakukan dua kali tahap optimasi pada antena array, dan
didapat hasil akhir gain sebesar 2.292 dB dengan directivity 3.946 dBi.
 Sementara untuk parameter antena array yang lain seperti VSWR dan Return Loss,
pada frekuensi 915 MHz hasil yang didapat belum sesuai dengan spesifikasi. Pada
tahap sebelum pengoptimasian didapat return loss sebesar -0.086 dB dengan
VSWR sebesar 200.10 dB. Sementara setelah tahap optimasi, besarnya return loss
masih berada pada -0.45 dB dengan VSWR 38.42 dB.
REFERENSI

[1] N. P. Kartika, "PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENA MIKROSTRIP 4 LARIK


DIPOLE PADA FREKUENSI 2.1 GHZ UNTUK APLIKASI LTE," e-Proceeding of
Applied Science, vol. 3, p. 1031, 2017.

[2] S. Alam, "PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY 2X2 FREKUENSI 2,4


GHZ UNTUK KOMUNIKASI IoT," Jurnal Kajian Teknik Elektro , vol. 3, pp. 1-78, 2018.

Anda mungkin juga menyukai