LAPORAN PRAKTIKUM II ELEKTRONIKA TERAPAN

PRAKTIKUM III
FILTER AKTIF HIGH PASS ORDE 2

Dosen Pengampu :

Vita Nurdinawati, S.T, M.T

Oleh:

Daniel Tanjung (P22030122016)

Kahlil Ubaid (P2203012025)

Khairil Atallah (P22030122028)

Muhammad Zaidan Haqqurrazaan (P22030122041)

Vania Salsabila Widyandari (P22030122053)

PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK ELEKTROMEDIK

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA JAKARTA II
 PRAKTIKUM III
FILTER AKTIF HIGH PASS ORDE 2

1.1. Tujuan Praktikum

a) Agar mahasiswa mengetahui rangkaian High Pass Filter Aktif orde 2.
b) Agar Mahasiswa memahami prinsip dari rangkaian High Pass Filter Aktif orde 2.
c) Agar mahasiswa dapat merancang dan merangkai rangkaian High Pass Filter Aktif
orde 2 berdasarkan pada prinsip rangkaian High Pass Filter Aktif orde 2.
d) Agar mahasiswa dapat mensimulasikan rangkaian High Pass Filter Aktif orde 2
pada software Proteus.
e) Agar mahasiswa dapat menganalisa rangkaian High Pass Filter Aktif orde 2 dari
hasil praktikum dan hasil simulasi Proteus.

1.2. Desain Rangkaian

Merancang Rangkaian High Pass Filter Aktif orde 2 sesuai rangkaian dibawah:

2
 dengan:
opamp 741
frekuensi cutoff (𝑓𝑐 ) = 1.1 kHz.
𝐶1 = 𝐶2 = 0.01 𝜇𝐹

𝑅1 = 𝑅𝑓
1
𝑅2 = 𝑅
2 1
Nilai 𝑉𝐶𝐶 = 12 𝑉, dan 𝑉𝐸𝐸 = −12 𝑉
Hitung nilai 𝑹𝟏
√2
𝑓𝑐 =
2𝜋𝑅1 𝐶
√2 √2
𝑅1 = = = 20461 Ω
2𝜋𝑓𝑐 𝐶 2𝜋 × 1100 × 10−8
Nilai R1 dibulatkan menjadi 20kΩ.

1.3. Alat dan Bahan (Komponen yang diperlukan pada simulasi)

1) Osiloskop
2) IC LM741 1 buah
3) Resistor 10 kΩ 2 buah
4) Kapasitor 10 nF (2A103J) 1 buah
5) Function Generator 1 buah
6) Project board 1 buah
7) Kabel jumper
8) Kabel probe
9) PSU (supply +12 V dan -12 V)
10) AVO
11) Kabel PSU

1.4. Prosedur Paktikum

1) Buat desain rangkaian lengkap beserta nilai komponen didalamnya menggunakan
software Proteus.

3
2) Gunakan Generator Sine. Klik pada tombol “FREQ” lalu atur frekuensinya mulai
dari 𝑓𝑐 . Selanjutnya klik pada tombol “AMPL” lalu atur nilainya menjadi 10 V.
3) Pada menu Graph Mode, pilih Frequency, klik kanan dan atur Reference pada input,
frekuensi mulai 10 Hz dan kenaikan setiap 10 Hz (10, 100, 1000 dst)
4) Kemudian pada Add Phasor Trace, isi Probe 1 (P1) dengan nama input anda, dan
Probe 2 (P2) dengan output anda dan bagian Expression dengan P2/P1.
5) Simulasikan dan simpan hasil dari Grafik Respon Frekuensinya.
6) Hubungkan CH A Osiloskop pada input rangkaian dan CH B Osiloskop pada output
rangkaian.
7) Perhatikan hasil sinyal yang terdapat pada osiloskop dan simpan hasilnya.
8) Siapkan alat dan bahan sesuai dengan desain rangkaian yang telah disimulasikan.
9) Rangkai komponen-komponen pada project board sesuai dengan desain rangkaian
yang telah dibuat.
10) Nyalakan power supply lalu ukur dengan AVOMETER. Pastikan bahwa nilai yang
tertera pada Avometer adalah +12 V dan -12 V.
11) Sambungkan kabel power supply +12 V pada kaki IC LM 741 kaki 7 dan kabel
power supply -12 V pada kaki IC LM 741 kaki 4.
12) Gunakan function generator. Klik pada tombol “FREQ” lalu atur frekuensinya
mulai dari 𝑓𝑐 . Selanjutnya klik pada tombol “AMPL” lalu atur nilainya menjadi Vp
= 5volt (Vpp =10 V).
13) Nyalakan osiloskop. Letakkan kabel probe 1 (CH1) pada input rangkaian dan kabel
probe 2 (CH2) pada output rangkaian.
14) Perhatikan hasil sinyal yang terdapat pada osiloskop. Jika hasil yang keluar sesuai
dengan hasil sinyal pada simulasi Proteus, maka berarti rangkaian sudah benar. Jika
tidak sesuai, lakukan troubleshooting pada rangkaian hingga hasilnya sesuai
dengan simulasi.
15) Hitung nilai penguatannya secara perhitungan dari tegangan input dan output yang
diperoleh.
1 1
16) Ubah nilai frekuensi pada function generator menjadi 2 𝑓𝑐 , 3 𝑓𝑐 , 4 𝑓𝑐 , 5 𝑓𝑐 , 2 𝑓𝑐 , 3 𝑓𝑐 ,
1 1
𝑓 dan 5 𝑓𝑐 dan ulangi langkah 11.
4 𝑐

4
 17) Lihat dan catat perubahan yang terjadi pada sinyal input maupun output.
18) Bandingkan nilai hasil simulasi dengan hasil praktikum.
19) Buat analisa dan Kesimpulan.

1.5. Gambar Rangkaian Hasil Simulasi Proteus:

1.6. Hasil Praktikum:

Rangkaian Filter Aktif High-Pass Orde 2

1. saat 𝑓𝑖 = 𝑓𝑐 =1100 Hz

5
Vin = 10,2 V
Vout = 7 V
𝑉𝑜𝑢𝑡 7𝑉
Gain (A) = = 10,2 𝑉 = 0,69 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖𝑛

T = 909 μs
T1 – T2 = 20 μs - 250 μs = -230 μs
T2 – T1 = 250 μs - 20 μs = 230 μs
𝑇2−𝑇1 230
Θ= × 360° = 909 × 360° = 91,09°
𝑇

6
 1
2. saat 𝑓𝑖 = . 𝑓𝑐 =220 Hz
5

Vin = 10 V
Vout = 430 mV
𝑉𝑜𝑢𝑡 0,43 𝑉
Gain (A) = = = 0,043 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖𝑛 10 𝑉

T = 4545 μs
T1 – T2 = -840 μs - 1200 μs = -2040 μs
T2 – T1 = 1200 μs – (-840) μs = 2040 μs
𝑇2−𝑇1 2040
Θ= × 360° = 4545 × 360° = 161,58°
𝑇

7
 1
3. saat 𝑓𝑖 = . 𝑓𝑐 =275 Hz
4

Vin = 10 V
Vout = 640 mV
𝑉𝑜𝑢𝑡 0,64 𝑉
Gain (A) = = = 0,064 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖𝑛 10 𝑉

T = 3636 μs
T1 – T2 = -640 μs - 1000 μs = -1640 μs
T2 – T1 = 1000 μs – (-640) μs = 1640 μs
𝑇2−𝑇1 1640
Θ= × 360° = 3636 × 360° = 162,38°
𝑇

8
 1
4. saat 𝑓𝑖 = . 𝑓𝑐 = 366,67 Hz
3

Vin = 10,1 V
Vout = 1,11 V
𝑉𝑜𝑢𝑡 1,11 𝑉
Gain (A) = = 10,1 𝑉 = 0,11 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖𝑛

T = 2727 μs
T1 – T2 = -440 μs - 720 μs = -1160 μs
T2 – T1 = 720 μs – (-440) μs = 1160 μs
𝑇2−𝑇1 1160
Θ= × 360° = 2727 × 360° = 153,14°
𝑇

9
 1
5. saat 𝑓𝑖 = . 𝑓𝑐 = 550 Hz
2

Vin = 10 V
Vout = 2,4 V
𝑉𝑜𝑢𝑡 2,4 𝑉
Gain (A) = = = 0,24 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖𝑛 10 𝑉

T = 1818 μs
T1 – T2 = -220 μs - 460 μs = -680 μs
T2 – T1 = 460 μs – (-220) μs = 680 μs
𝑇2−𝑇1 680
Θ= × 360° = 1818 × 360° = 134,65°
𝑇

10
6. saat 𝑓𝑖 = 2. 𝑓𝑐 = 2200 Hz

Vin = 10,3 V
Vout = 9,7 V
𝑉𝑜𝑢𝑡 9,7 𝑉
Gain (A) = = 10,3 𝑉 = 0,94 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖𝑛

T = 455 μs
T1 – T2 = 56 μs - 112 μs = -56 μs
T2 – T1 = 112 μs - 56 μs = 56 μs
𝑇2−𝑇1 56
Θ= × 360° = 455 × 360° = 44,35°
𝑇

11
7. saat 𝑓𝑖 = 3. 𝑓𝑐 = 3300 Hz

Vin = 10,4 V
Vout = 9,9 V
𝑉𝑜𝑢𝑡 9,7 𝑉
Gain (A) = = 10,3 𝑉 = 0,95 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖𝑛

T = 303 μs
T1 – T2 = 52 μs - 76 μs = -24 μs
T2 – T1 = 76 μs - 52 μs = 24 μs
𝑇2−𝑇1 24
Θ= × 360° = 303 × 360° = 28,51°
𝑇

12
8. saat 𝑓𝑖 = 4. 𝑓𝑐 = 4400 Hz

Vin = 10,4 V
Vout = 11,4 V
𝑉𝑜𝑢𝑡 11,4 𝑉
Gain (A) = = 10,4 𝑉 = 1,1 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖𝑛

T = 227 μs
T1 – T2 = 44 μs - 56 μs = -12 μs
T2 – T1 = 56 μs - 44 μs = 12 μs
𝑇2−𝑇1 12
Θ= × 360° = 227 × 360° = 19,03°
𝑇

13
9. saat 𝑓𝑖 = 5. 𝑓𝑐 = 5500 Hz

Vin = 10,3 V
Vout = 11,2 V
𝑉𝑜𝑢𝑡 11,2 𝑉
Gain (A) = = 10,3 𝑉 = 1,09 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖𝑛

T = 182 μs
T1 – T2 = 35 μs - 43 μs = -8 μs
T2 – T1 = 43 μs - 35 μs = 8 μs
𝑇2−𝑇1 8
Θ= × 360° = 182 × 360° = 15,82°
𝑇

14
10. saat 𝑓𝑖 = 6. 𝑓𝑐 = 6600 Hz

Vin = 10,4 V
Vout = 11,2 V
𝑉𝑜𝑢𝑡 11,2 𝑉
Gain (A) = = 10,4 𝑉 = 1,08 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖𝑛

T = 152 μs
T1 – T2 = 33 μs - 38 μs = -5 μs
T2 – T1 = 38 μs - 33 μs = 5 μs
𝑇2−𝑇1 5
Θ= × 360° = 152 × 360° = 11,84°
𝑇

15
11. saat 𝑓𝑖 = 8. 𝑓𝑐 = 8800 Hz

Vin = 10,4 V
Vout = 11 V
𝑉𝑜𝑢𝑡 11 𝑉
Gain (A) = = 10,4 𝑉 = 1,06 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖𝑛

T = 114 μs
T1 – T2 = 26 μs - 29 μs = -3 μs
T2 – T1 = 29 μs - 26 μs = 3 μs
𝑇2−𝑇1 3
Θ= × 360° = 114 × 360° = 9,47°
𝑇

16
12. saat 𝑓𝑖 = 10. 𝑓𝑐 = 11000 Hz

Vin = 10,4 V
Vout = 10,4 V
𝑉𝑜𝑢𝑡 10,4 𝑉
Gain (A) = = 10,4 𝑉 = 1 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖𝑛

T = 91 μs
T1 – T2 = 24 μs - 23 μs = 1 μs
T2 – T1 = 23 μs - 24 μs = -1 μs
𝑇2−𝑇1 −1
Θ= × 360° = × 360° = −3,96°
𝑇 91

17
1.7. Grafik Penguatan terhadap frekuensi

1.8. Grafik Sudut fasa terhadap frekuensi

18
 1.9. Kesimpulan
High Pass Filter ordo 2 adalah sebuah jenis filter elektronik yang dirancang untuk melewatkan
sinyal dengan frekuensi tinggi sementara meredam sinyal dengan frekuensi rendah. Filter ini
memiliki ordo 2, yang berarti filter tersebut memiliki dua elemen dalam rangkaian filternya. Ini
memungkinkan filter untuk lebih efektif memisahkan sinyal berdasarkan frekuensi daripada filter
ordo yang lebih rendah. Filter ini memberikan kelandaian sebesar 40 dB/dekade.
Filter ini tidak dirancang untuk mempertahankan sudut fasa yang tetap pada frekuensi cutoff-nya.
Sebuah filter high-pass dasar 20dB/dekade memiliki sudut fasa sebesar 45° pada fc. Filter berordo
2 memiliki sudut fasa 90° pada fc.
Filter ordo 2 sering digunakan dalam aplikasi seperti pemrosesan audio dan komunikasi untuk
menghilangkan komponen frekuensi rendah yang tidak diinginkan dalam sinyal.

19
20
21
22