Anda di halaman 1dari 17

PERHITUNGAN

1. Perhitungan Daya
Daya yang dibutuhkan oleh mesin untuk proses pengeringan daun kelor
didapatkan dengan rumus sebagai berikut :
Data yang diketahui :
I = 1,5A
V = 220V
P=IxV (Sularso,2004)

P = 1,5A x 220V
P = 330watt

2. Sabuk dan Puli


Data yang diketahui :
- Daya yang dibutuhkan = 330watt
- Daya motor = 135watt
- Putaran motor (n1) = 2900rpm
- Putaran poros (n2) = 500rpm
- Diameter puli kecil (dp1) = 50mm
- Diameter puli besar (dp2) = 100mm
- Faktor koreksi (fC) = 1,0 (didapatkan pada lampiran dengan
pertimbangan jam kerja 3-5jam per hari)

3. Daya dan Momen


- Kebutuhan Daya
Daya perencanaan diketahui dari rumus dibawah ini :
Pd = fC x P (Sularso,2004)

= 1,0 x 0,33kW
= 0,33kW
- Momen torsi
Sedangkan besar momen torsi belt (T) diketahui dari data daya
perencanaan (Pd) dengan rumus sebagai berikut :
𝑃𝑑
𝜏1 = 9,74x105 (Sularso,2004)
𝑛1
0,33𝑘𝑊
= 9, 74x105 2900𝑟𝑝𝑚

= 110,83kgf.mm
𝑃𝑑
𝜏2 = 9,74x105 (Sularso,2004)
𝑛2
0,33𝑘𝑊
= 9,74x105 500𝑟𝑝𝑚

= 642,84kgf.mm

Sehingga didapatkan, 𝜏1 =110,83kgf.mm dan 𝜏2 = 642,84kgf.mm

4. Pemilihan Tipe Sabuk


Belt dipilih berdasarkan besar daya perencanaan (Pd) dan putaran puli kecil
(n1) dengan menggunakan tabel pada lampiran diagram pemilihan V-belt.
Data yang diketahui:
Pd = 0,33kW
n1 = 2900rpm

Dari lampiran, tipe sabuk yang digunakan adalah tipe A. pada lampiran
didapatkan dimensi sabuk V pada tipe A, yaitu: b = 13mm, h = 8mm, A =
0,81mm2. Dimensi sabuk-V tipe A dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Dimensi Sabuk-V Tipe A


(Sularso,2004)
5. Kecepatan sabuk V
Besar kecepatan sabuk V dapat diketahui dengan rumus:
𝜋 𝑥 𝑑𝑝2 𝑥 𝑛1
v= (Sularso,2004)
60 𝑥 1000
3,14 𝑥 100𝑚𝑚 𝑥 2900𝑟𝑝𝑚
v= 60 𝑥 1000

v = 15,18m/s

6. Panjang Sabuk (L) dan Jarak Kedua Poros (C)


Panjang sabuk (L) dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:

𝜋 1
L = 2C + 2 (dp1 + dp2) + 4𝐶 (dp2 – dp1)2 (Sularso,2004)

3,14 1
L = 2 (220mm) + (50mm + 100mm) + 4 𝑥 220𝑚𝑚 (100mm – 50mm)2
2

L = 678,34mm

Dari lampiran dimensi sabuk V, panjang sabuk hasil perhitungan yang


mendekati adalah 700mm. karena ukuran umum yang tersedia memakai satuan
inch, maka menggunakan lampiran panjang sabuk-V standar nomor 27 dengan
panjang 686mm. Kemudian, dilakukan pengecekan kembali besar jarak antar
poros. Kedua poros (C) yang seharusnya adalah sebagai berikut:

𝑏 + √𝑏2 − 8 (𝑑𝑝2 − 𝑑𝑝1 )2


C= (Sularso,2004)
8

Dimana:

b = 2L - 𝜋 (dp2 + dp1)
b = 2 x 678,34mm – 3,14 (100mm + 50mm)
b = 885,68mm

Maka:

𝑏 + √𝑏2 − 8 (𝑑𝑝2 − 𝑑𝑝1 )2


C=
8
885,68𝑚𝑚 + √885,68𝑚𝑚2 − 8 (100𝑚𝑚− 50𝑚𝑚)2
C= 8

C = 220mm

Jadi, jarak antar kedua poros sebenarnya yang sesuai dengan panjang sabuk
yang ada adalah 220mm.

7. Sudut Kontak
Besarnya sudut kontak sabuk dengan puli dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut:
𝑟2 − 𝑟1
Sin 𝛼 = (Sularso,2004)
𝑋
100𝑚𝑚− 50𝑚𝑚
Sin 𝛼 = = 0,23
220𝑚𝑚

𝛼 = arc sin (0,23) = 13,3o


𝜋
𝜃 = (180 – 2.𝛼) .
180𝑜
3,14
𝜃 = (180 – 2.13,3o) .
180𝑜

= 2,8rad
Besar sudut kontak dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Besar Sudut Kontak


(Sularso,2004)

8. Gaya Efektif Pada Sabuk


Sabuk yang berputar memiliki 2 gaya Tarik, yaitu gaya Tarik pada sisi
kencang dan gaya Tarik pada sisi kendor. Untuk mencari nilai gaya tarik efektif
(Fe) biasanya diketahui terlebih dahulu dengan menggunakan rumus:

𝜏1 = Fe x r (Sularso,2004)

Data yang diketahui :


𝜏2 = 110,83kgf.mm
r = 26,5mm
𝑇1 110,83𝑘𝑔𝑓.𝑚𝑚
Fe = = = 4,2kgf
𝑟 26,5𝑚𝑚

Setelah gaya tarik efektif diketahui, maka besar gaya Tarik pada bagian
kencang dan kendor dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
𝐹1
= 𝑒 𝜇.𝛼 (Persamaan 1)
𝐹2

Data yang diketahui:


𝛼 = 2,8rad
𝜇 = 0,3
𝑒 = 2,72

Maka:
𝐹1
= 2,720,3.2,8 (Sularso,2004)
𝐹2

𝐹1
= 3,2
𝐹2

𝐹 1 = 3,2 F2

Fe = F1 – F2 (Persamaan 2)
4,2kgf = 3,2 F2 – F2
3,2F2 = 1,3kgf
Untuk mengetahui nilai F1, maka persamaan I disubtusikan dengan persamaan 2.
F1 = 3,2 . F2 (Sularso,2004)

= 3,2 x 1,3 kgf


= 4,2kgf

9. Tegangan Maksimum
Besar tegangan maksimum pada sabuk dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut:

𝐹𝑒 𝛾.𝑣 2 ℎ
𝜎𝑚𝑎𝑥 = 𝜎0 + + + Eb (Dobrovolsky,1985)
2.𝐴 10.𝑔 𝑑𝑝
Data yang diketahui:
𝜎0 = tegangan awal = 12kg/cm2
Fe = Gaya efektif pada sabuk = 1,3kgf
A = Luas penampang sabuk tipe A = 0,81cm2
h = Ketebalan sabuk V tipe A = 8mm = 0,8cm
v = Kecepatan sabuk V = 7,6m/s = 760cm/s
𝛾 = Berat jenis sabuk V = 1,25 kgf/dm3 = 0,00125kgf/cm3
Eb = Modulus elastisitas bahan sabuk V = 800kg/cm2
g = Percepatan gravitasi = 9,81m/s2 = 981cm/s2
dp = Diameter puli kecil = 50mm = 5cm
Maka:
4,2𝑘𝑔𝑓 0,00125 𝑥 760𝑐𝑚/𝑠2 0,8𝑐𝑚
𝜎𝑚𝑎𝑥 = 12kg/cm2 + 2 𝑥 0,81𝑐𝑚2 + + 800𝑘𝑔/𝑐𝑚3
10 𝑥 981𝑐𝑚/𝑠2 50𝑐𝑚

= 27,4kgf/cm2

10. Analisa Gaya


Sebelum mencari besar gaya yang bekerja, terlebih dahulu yang harus
diketahui adalah kecepatan sudut (𝜔) dengan rumus:

2𝜋.𝑛2
𝜔= (Hibeller, 2010)
60
2 𝑥 3,14 𝑥 500𝑟𝑝𝑚
𝜔= = 52,33rad/s
60

Setelah besar kecepatan sudut diketahui, selanjutnya mencari nilai percepatan


sudutnya dengan rumus:
𝜔1 + 𝜔0
𝛼𝑠 = (Hibeller, 2010)
∆𝑡
Dimana ∆𝑡 diketahui dari percobaan dengan nilai 2 detik.
𝜔1 + 𝜔0
𝛼𝑠 =
∆𝑡
52,33𝑟𝑎𝑑
+0
𝑠
𝛼𝑠 = = 26,16rad/s2
2𝑠
Untuk mencari besar percepatan resultan yang terjadi pada daun kelor yang
diputar pada tabung silinder, maka dihitung terlebih dahulu nilai percepatan
tangensial dan perceparan normal dengan rumus sebagai berikut:
- Percepatan tangensial
𝛼𝑡 = 𝛼𝑟 (Hibeller, 2010)
𝛼𝑡 = 26,16rad/s2 x 0,15m = 3,92m/s2
- Percepatan normal
𝛼𝑛 = 𝜔2 𝑟 (Hibeller, 2010)

𝛼𝑛 = (52,33rad/s)2 x 0,15m = 410,76m/s2

Percepatan pada tabung dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Percepatan Pada Tabung


(Hibeller, 2010)

Selanjutnya menggunakan persamaan berikut untuk mencari besar percepatan


resultanya.

𝛼 = √𝛼𝑡2 + 𝛼𝑛2 (Hibeller, 2010)

3,92𝑚 2 410,76𝑚 2 2
𝛼 = √( 𝑠 )2 + ( 𝑠 ) = 410,78m/s2

Selanjutnya mencari besar gaya yang bekerja pada tabung silinder dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Fs = m.α (Hibeller, 2010)

Fs = 0,5kg x 410, 78m/s2


Fs = 205,39N
Fs = 20,94kgf
11. Diagram Benda Bebas
Gambar diagram benda bebas dan detail gaya pada sabuk-V dari alat
pengering daun kelor dapat dilihat pada Gambar 9 dan Gambar 10.
Gambar 9. Diagram Benda Bebas
(Sularso,2004)

Gambar 10. Detail Gaya Pada Puli Sabuk-V


(Sularso,2004)

Data yang diketahui:


F1 = 4,2kgf
F2 = 1,3kgf
180− 𝛼
∅ = 6,82o didapatkan dari ( )
2

Gaya yang bekerja pada titik Arah X dan Arah Y dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus berikut :

- Arah X
F1 + F2 = F1 sin ∅ + F2 sin ∅
= 4,2 sin 6,82 + 1,3 sin 6,82
= 0,65kgf
- Arah Y
F1+F2 = F1 cos + F2 cos
= 4,2 cos 6,82 + 1,3 cos 6,82
= 5,5kgf

12. Reaksi Tumpuan


Reaksi tumpuan yang akan dibahas yaitu reaksi tumpuan pada bidang
horisontal dan bidang vetikal. Tinjauan terhadap bidang horizontal dapat dilihat
pada Gambar 11.
- Bidang Horizontal
Data yang diketahui:
(F1 + F2)x = 0,65kgf
(F1 + F2)y = 5,5kgf
X1 = 70mm
X2 = 50mm
X3 = 200mm
Gambar 11. Tinjauan Terhadap Bidang Horizontal
(Deustchmant, 1975)

∑ 𝐹𝑦 = 0
- (F1 + F2)y + By + Cy – Fs = 0
By + Cy = (F1+F2)y + Fs
By + Cy = 5,5kgf + 20,94kgf
By + Cy = 26,44kgf

+ ∑ 𝑀𝑐𝑦 = 0
(F1 + F2)y (70) + By (50) – Fs (250) = 0
By (50) = - (F1 + F2) (70) + Fs (250)
By (50) = -5,5kgf (70) + 20,94kgf (250)
−385𝑘𝑔𝑓+5235𝑘𝑔𝑓
By = = 97kgf
50

Kemudian mensubtitusikan persamaan diatas:

By + Cy = 26,44kgf
97kgf + Cy = 26,44kgf

Cy = 26,44kgf - 97kgf
= -70,56kgf

Potongan 1-1
∑ Fy = 0
– (F1+F2)y + V1 = 0
V1 = 5,5kgf
∑M1 = 0
M1 + (F1+F2)y (x1) = 0
M1 = – 5,5kgf . (x1)
0 ≤ X1 ≤ 70
X1 = 35mm ; M1 = – 192,5kgf.mm
X1 = 70mm ; M1 = – 385kgf.mm

Potongan 2-2
∑ Fy = 0
– (F1+F2)y + Cy + V2 = 0
V2 = 5,5kgf – (–70,56kgf)
V2 = 76,06kgf
∑M2 = 0
M2 + (F1+F2)y (70+X2) – Cy (X2 ) = 0
M2 = Cy (X2) – (F1 + F2) (70 + X2)
M2 = – 70,56kgf (X2) – 5,5kgf (70 +X2)
M2 = – 70,56kgf (X2) – 385kgf.mm
0 ≤ X2 ≤ 50
X2 = 25mm ; M2 = – 2149kgf.mm
X2 = 50mm ; M2 = – 3913kgf.mm

Potongan 3-3
∑ Fy = 0
– (F1+F2)y + By + Cy + V3 = 0
V3 = (F1+F2)y – By – Cy
V3 = 5,5kgf – 97kgf – (-70,56kgf)
V3 = – 20,94kgf
∑M3 = 0
M3 – By (X3) – Cy (X3+50) + (F1+F2)y (X3+120) = 0
M3 = By (X3) + Cy (X3+50) – (F1+F2)y (X3+120)
M3 = 97kgf (X3) + (–70,56kgf) (X3+50) – 5,5kgf (X3+120)
M3 = 20,94(X3)kgf.mm – 4188kgf.mm
0 ≤ X3 ≤ 200
X3 = 100 mm ; M3 = – 2094kgf.mm
X3 = 200 mm ; M3 = 0kgf.mm

- Bidang Vertikal
+ ∑ Fz = 0
Bz + Cz – (Wtabung putar + Wporos + Wpulley) = 0
Bz + Cz = (Wtabung putar + Wporos + Wpulley+Wbeban)
Bz + Cz = (2,5kgf + 1,5kgf + 0,3kgf + 0,5kgf)
= 4,8kgf

Asumsi:
Beban aksial yang transmisikan oleh bantalan diasumsikan sama, sehingga :
Bz = Cz
2 Bz = Wtotal
= 4,8 kgf
Bz = 2,4kgf

13. Mencari Momen Gabungan


Untuk mencari momen gabungan pada poros dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut:
Karena momen vertikal (Mv) = 0, maka:

M = √(− 3913kgf. mm)2 + 0 (Deustchmant, 1975)

= 3913kgf.mm
14. Diameter Poros
Untuk mencari diameter poros menggunakan persamaan sebagai berikut:

3 16 𝑁
D = √0,5 .𝑆 √𝑀2 + 𝜏2 2 (Deustchmant, 1975)
𝑦𝑝. 𝜋

Data yang diketahui:


- M (Momen gabungan pada poros) = 3913kgf.mm
- 𝜏1 (Momen torsi) = 110,83kgf.mm
- 𝜏2 (Momen torsi) = 642,84kgf.mm
- N (angka keamanan) = 2

Dimana bahan poros yang digunakan adalah stainless steel 304 (SS304). Pada
tabel Mechanical Porpeties of Stainless Steel pada lampiran memiliki kekuatan
tarik (Syp) = 53kgf/mm2.

16 𝑥 2
D = 3√ 53𝑘𝑔 √(3913𝑘𝑔𝑓. 𝑚𝑚)2 + (642,84𝑘𝑔𝑓. 𝑚𝑚)2
0,5 . 𝑥 3,14
𝑚𝑚2

= 11,5mm

Dari perhitungan diatas, diameter minimum poros yang disarankan 11,5mm.


Sedangkan panjang pasak yang digunakan adalah 20mm.

15. Perencanaan Pasak


Data yang diketahui:
- W (Lebar pasak) = 5mm
- Dp (Diameter poros) = 20mm
Bahan pasak yang akan digunakan harus lebih kecil kekuatannya
dibandingkan dengan bahan poros yang digunakan agar ketika terjadi kerusakan
tidak perlu mengganti poros, tapi cukup mengganti pasaknya. Bahan yang dipilih
untuk penggunaan pasak yaitu S40C yang memiliki dengan kekuatan tarik Syp =
35kgf/mm2

16. Tinjauan Terhadap Tegangan Geser


Gaya geser yang bekerja pada penampanng mendatar WxL oleh gaya F. Untuk
mencari panjang (L) pasak terhadap tegangan geser menggunakan rumus sebagai
berikut:
2.𝑇.𝑁
L≥ (Deustchmant, 1975)
𝑊.𝐷.0,58.𝑆𝑦𝑝

2.𝑥 642,84𝑘𝑔𝑓.𝑚𝑚2 𝑥 1,5


L ≥ 5𝑚𝑚 𝑥 20𝑚𝑚 𝑥 0,58 𝑥 35𝑘𝑔𝑓.𝑚𝑚2

L ≥ 0,95mm

Dari perhitungan diatas, panjang pasak minimal terhadap tegangan geser yang
digunakan 0,95mm. Panjang pasak yang digunakan 20mm.

17. Tinjauan Terhadap Tegangan Kompresi


Tegangan kompresi pada pasak segi empat terjadi pada setengah dari tinggi
pasak yang masuk kedalam poros dan setengahnya lagi masuk kedalam “hub”.
Untuk mencari panjang pasak aman digunakan terhadap tegangan kompresi
menggunakan rumus sebagai berikut:
𝐹𝑁
L ≥ 0,5.𝐻.𝑆 (Sumber : Deustchmant, 1975)
𝑦𝑝

𝐹𝑁
L ≥ 0,5.𝐻.𝑆
𝑦𝑝

2.𝑥 642,84𝑔𝑓.𝑚𝑚2 𝑥 1,5


L ≥ 0,5 𝑥 5𝑚𝑚 𝑥 20𝑚𝑚 𝑥 35𝑘𝑔𝑓.𝑚𝑚2

L ≥ 1,1mm

Dari perhitungan diatas, panjang pasak minimal yang digunakan 1,1mm


terhadap tegangan kompresi. Panjang pasak yang digunakan 20mm.

18. Perencanaan Bantalan


Bantalan yang digunakan untuk mesin ini berjenis “single ball-bearing”.
Bearing yang digunakan berjenis UCF dengan tipe 204. Pada tabel lampiran
ukuran pillow block UCF didapatkan nilai sebagai berikut:
a = 76mm
e = 54mm
d = 20mm
i = 25,5mm
Bi = 31mm
g = 11mm
Data lain yang diketahui dalam perencanaan bearing sebagai berikut:
C = 2750 C0 = 1750
b = konstanta untuk ball bearing, b = 3
i = jumlah deret bearing, i = 2
fs = konstanta kondisi beban, fs = 1,5
v = faktor putaran (konstan), v = 1,0 (untuk ring dalam berputar)
f = koefisien gesek, f = 0,015
n = kecepatan putar poros, n = 500rpm

Gaya-gaya yang terdapat pada bearing antara lain:


Fa = 2,4kgf = 5,29lbf
Fr = 97kgf = 213,85lbf
Untuk mendapatkan besar gaya radial (Fr) adalah menggunakan rumus sebagai
berikut:

2 2
Fr = √𝐹𝑏𝑦 + 𝐹𝑏𝑧 (Deustchmant, 1975)

Fr = √(97𝑘𝑔𝑓)2 + (2,4𝑘𝑔𝑓)2
Fr = 97kgf

21. Daya Kerugian pada Bearing (fHP)


Daya keruagian pada bearing diketahui dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:

𝑓.Fr.d.𝑛2
fHP = (Deustchmant, 1975)
126,05
0,0015 𝑥 213,85f x 0,78inch x 500rpm
fHP = 126,05

fHP = 0,99hp

22. Beban Ekivalen


Untuk mencari nilai beban ekivalen menggunakan persamaan dibawah ini:
P = Fs(V.X.Fr + Y.Fa) (Deustchmant, 1975)

Untuk mengetahui nilai X dan Y dengan langkah-langkah berikut ini:


- Diketahui harga C0 dan C
C = 2750
C0 = 1750
𝑖.𝐹𝑎
- Setelah didapatkan nilai C0 dan C, maka mencari harga adalah sebagai
𝐶0

berikut:
𝑖.𝐹𝑎 2 𝑥 5,29𝑘𝑔𝑓
= = 0,006 (Deustchmant, 1975)
𝐶0 1750

- Setelah itu, dari tabel “Factor X dan Y for Ball Bearing” dengan nilai 0,006
𝐹𝑎
pada lampiran didapatkan nilai e = 0,19. Setelah itu mencari harga
𝑉.𝐹𝑟
𝐹𝑎 5,29𝑘𝑔𝑓
= 1,0 𝑥 213,85𝑘𝑔𝑓 = 0,025 (Deustchmant, 1975)
𝑉.𝐹𝑟
𝐹𝑎 𝑖.𝐹𝑎
- Kemudian dibandingkan nilai dengan nilai e, maka mencari harga
𝑉.𝐹𝑟 𝐶0

adalah sebagai berikut:


𝐹𝑎
< e, maka 0,025 < 0.19
𝑉.𝐹𝑟

Dari perbandingan diatas, didapatkan nilai X (kontanta radial) dan nilai Y


(konstanta aksial):

X (Konstan radial) = 1
Y (Konstan aksial) = 0
Maka:
P = Fs (V.X.Fr + Y.Fa)
P = 1,0 ((1,0 x 1 x 213,85) + (0 x 5,29lbf))
P = 213,85

23. Umur Bantalan


Untuk menghitung umur bantalan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut:

106 𝐶 10
L10 = ( 60.𝑛 ) . ( 𝑃 ) 3 (Deustchmant, 1975)
10
106 2750
L10 = ( 60.500𝑟𝑝𝑚 ) . ( 213,85 ) 3

L10 = 166069,63Jam kerja


Dimana:
L10 = Umur bantalan dalam jutaan revolusi pada 10% kegagalan (Jam kerja)
C = Diperoleh dari tabel bantalan sesuai dengan diameter dalam bantalan
yang diketahui (lb)
P = Beban ekivalen (lb)
b = 3, untuk bantalan dengan bola
10/3 untuk bantalan roll
n = Putaran poros (rpm)

24. Kapasitas Mesin


Dalam satu kali proses kerja, alat pengering daun kelor selama 40menit dan
loading and unloading 15menit. Pada proses tersebut, massa daun kelor yang
dimasukkan ke dalam tabung putar 1kg. untuk mengetahui kapasitas mesin
kapasitas alat dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:
𝑘𝑢𝑎𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠
Kapasitas = (Deustchmant, 1975)
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
1𝑘𝑔 60𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 40𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡+15𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 x 𝑗𝑎𝑚

= 1kg/jam

Anda mungkin juga menyukai