Pada tegangan kerja yang rendah, saklar aktif (MOSFET) akan bekerja
menggantikan dioda sebagai saklar pasif sehingga susut daya pada saklar dapat dikurangi.
Jika buck konverter menggunakan dua saklar aktif, maka saklar ini akan bekerja secara
bergantian, dan hanya ada satu saklar yang setiap saat menutup. Nilai rata-rata tegangan
keluaran buck konverter sebanding dengan perbandingan antara waktu penutupan saklar
(ON) terhadap periode penyaklarannya. Terkadang nilai faktor daya ini tidak lebih kecil
dari 0.2, karena pengoperasian pada rasio tegangan yang lebih tinggi, saklar akan bekerja
dibawah keandalannya dan menyebabkan efisiensi konverter turun. Untuk rasio (Vd/Ed)
yang sangat tinggi, biasanya digunakan konverter DC-DC yang terisolasi atau topologi
yang dilengkapi dengan trafo.
Cara kerja rangkaian buck converter yakni Saat saklar aktif (MOSFET) dalam
keadaan hidup, arus mengalir ke beban melalui induktor L. Perilaku induktor menolak
terhadap perubahan aliran arus dan juga bertindak sebagai penyimpan energi pada medan
magnet yang ditimbulkan oleh arus yang melewatinya. Dalam hal ini keluaran saklar
MOSFET dicegah dari peningkatan yang signifikan ke nilai puncaknya karena induktor
menyimpan energi yang diambil dari keluaran yang nilainya meningkat; energi yang
tersimpan ini kemudian dilepaskan kembali ke rangkaian sebagai ggl balik karena arus dari
MOSFET dengan cepat dapat dimatikan.
Gambar 1.2 Rangkaian Buck Converter Periode ON
Ketika saklar aktif (MOSFET) dalam keadaan ON akan mensuplai ke beban dengan
arus. Arus mengalir ke beban dibatasi sebagai energi yang mana juga disimpan di induktor,
maka dari itu arus di beban dan muatan kapasitor terisi secara bertahap saat periode ON.
Selama periode ON akan terdapat tegangan positif yang bernilai besar pada katoda Diode
sehingga menjadi bias balik dan OFF
Ketika MOSFET dalam keadaan OFF energi yang tersimpan di medan magnet di
induktor dilepaskan kembali ke rangkaian. Tegangan di induktor ( ggl ) sekarang dalam
polaritas terbalik ke tegangan di induktor selama periode 'ON', dan energi yang tersimpan
cukup tersedia di medan magnet yang melemah untuk menjaga arus mengalir sselama
saklar MOSFET terbuka. Ggl kembali dari Induktor menyebabkan arus mengalir di sekitar
rangkaian melalui beban dan Diode yang sekarang menjadi bias maju. Setelah induktor
mengembalikan sebagian besar energi yang tersimpan ke rangkaian dan tegangan beban
nilainya turun, muatan yang tersimpan dalam kapasitor menjadi sumber utama arus,
menjaga arus tetap mengalir melalui beban sampai periode 'ON' berikutnya.
Proteus
Rangkaian A Beban Resistor
V. GAMBAR EKIVALEN
Proteus
Rangkaian Beban Resistor (Lampu Pijar)
Frekuensi switching : 40 kHz
Vin Is(sim) Duty Vo (sim) Vo (cal) Io (sim) Efisiensi % Error
(Volt) (A) Cycle (Volt) (Volt) (Volt) (% ) Vo
(%)
24 0,17 30 6,85 7,2 0,57 95,6 4,8
24 0,32 40 8,65 9,6 0,79 88,9 9,8
24 0,51 50 11,2 12 0,92 84,1 6,66
24 0,77 60 13,4 14,4 1,12 81,2 6,94
Vpulse
Volt/Div : 5 V/Div
VGS
Volt/Div : 5 V/Div
VDS
Volt/Div : 5 V/Div
V Sumber
Volt/Div : 10 V/Div
V Output
Volt/Div : 5 V/Div
Time/Div : 5 μs /Div
Duty Cycle 40%
Vpulse
Volt/Div : 5 V/Div
VGS
Volt/Div : 5 V/Div
VDS
Volt/Div : 5 V/Div
V Sumber
Volt/Div : 10 V/Div
V Output
Volt/Div : 5 V/Div
Time/Div : 5 μs /Div
Vpulse
Volt/Div : 5 V/Div
VGS
Volt/Div : 5 V/Div
VDS
Volt/Div : 5 V/Div
V Sumber
Volt/Div : 10 V/Div
V Output
Volt/Div : 5 V/Div
Time/Div : 5 μs /Div
Duty Cycle 60%
Vpulse
Volt/Div : 10 V/Div
VGS
Volt/Div : 10 V/Div
VDS
Volt/Div : 10 V/Div
V Sumber
Volt/Div : 10 V/Div
V Output
Volt/Div : 5 V/Div
Time/Div : 5 μs /Div
X. ANALISA DATA
Pada percobaan 1 yang berjudul Buck Converter bertujuan untuk memahami
prinsip dasar buck converter dan dapat menganalisa serta menyimpulkan hasil praktikum
yang telah dilakukan. Pada percobaan ini menggunakan MOSFET sebagai swichting
dengan frekuensi tinggi yang mana memiliki tiga buah kaki yakni Drain, Source dan Gate.
Untuk mengontrol gate MOSFET menggunakan rangkaian PWM IC NE555 dengan diatur
frekuensinya sebesar 40 kHz. Pada kaki trigger keluar menuju kaki non inverting LM 393.
Keluaran LM 393 diberi rangkaian totempole atau push pull yang terdiri dari transistor
NPN BD139 dan PNP BD140 yang mampu melewatkan arus hingga 1 A. Pada kaki
kolektor NPN 139 dipasang resistor sebesar 100 Ω. Pemasangan rangkaian totempole
bertujuan menjaga tegangan keluaran agar saat kondisi idle mempunyai logic satu. Kaki
inverting LM 393 juga tersambung dengan rangkaian pembangi tegangan yang berfungsi
untuk mengatur duty cycle pada gelombang PWM.
Pada rangkaian beban resistor menggunakan tegangan input sebesar 24 V dengan
nilai frekuensi switching sebesar 40 kHz yang berarti nilai periode nya bernilai 25 us.
Beban yang digunakan yakni resistor yang memiliki nilai resistansi 12 Ω dan duty cycle
diatur dari 30%-60% dengan mengatur potensio yang ada di rangkaian pembagi tegangan.
Dari percobaan dengan PSIM yang dilakukan ketika mengatur duty cycle 30% maka
tegangan outputnya sebesar 7,2 V sedangkan pada proteus tegangan output yang muncul
sebesar 6,85 V. Kemudian jika nlai duty cycle dinaikkan menjadi 30% maka nilai tegangan
output yang keluar sebesar 9,6 V untuk rangkaian PSIM dan 8,65 V untuk rangkaian
proteus dan begitu seterusnya. Disini terjadi perbedaan nilai Vout antara hasil simulasi
Psim dan proteus apabila ditinjau berdasarkan pada perhitungan teori maka simulasi Psim
memiliki nilai yang sama dengan nilai teori. Hal ini karena pada simulasi proteus
menggunakan komponen yang sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan dalam untuk
membuat rangkaian buck konverter dan simulasinya menyerupai dengan hasil praktikum
hardware berbeda dengan simulasi Psim yang komponen dan hasil simulasinya yang sudah
diatur dalam keadaan ideal yang merupakan penyebab nilai simulasi psim memiliki nilai
yang sama dengan perhitungan teori. Hal ini terlihat pada nilai persen error Vout simulasi
Psim semuanya bernilai 0. Jika data simulasi proteus dibandingkan dengan data percobaan
hardware maka masing-masing mempunyai nila data yang saling berdekatan satu sama
lain. Untuk perhitungan teori dari nilai Vout yakni:
Vo(dc) = Vs(in) x D
Dimana Vs adalah nilai tegangan sumber DC, D adalah nilai duty cycle. Dengan hal ini
maka semakin besar nilai duty cycle maka semakin besar juga nilai tegangan output.
Pengaturan nilai duty cycle mempengaruhi nilai Ton pada gelombang PWM yang mana
semakin besar nilai duty cycle maka nilai Ton juga semakin besar begitu juga sebalknya.
Untuk gambar gelombang yang dihasilkan yakni Vpulse, Vgs, Vds, Vs dan Vo. Pada
Vpulse, Vgs, Vds dan Vo bentuk gelombangnya kotak akan tetapi pada Vds bentuknya
berkebalikan dengan bentuk gelombang Vpulse dan Vgs.
XI. KESIMPULAN
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa nilai duty cycle mempengaruhi nilai
Vout nya semakin besar nilai duty cycle maka nila Voutnya semakin besar begitupun
sebaliknya. Nilai simulasi Psim sama dengan nilai perhitungan teori karena simulasi Psim
dalam kondisi ideal sedangkan pada simulasi proteus nilainya mendekati dengan nilai
percobaan hardware karena simulasi proteus disesuaikan dengan kondisi nyata. Bentuk
gelombang yang dihasilkan yakni Vpulse, Vgs, Vds, Vs dan Vo. Pada Vpulse, Vgs, Vds
dan Vo bentuk gelombangnya kotak akan tetapi pada Vds bentuknya berkebalikan dengan
bentuk gelombang Vpulse dan Vgs.
LAMPIRAN
LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN 1
BUCK CONVERTER
(STEP DOWN DC-DC CONVERTER)
I. IDENTITAS
Nama Dosen : Ir. Moh. Zaenal Efendi MT.
Nama : Bagus Afif Nasrudin (1310181023)
Ghodah Haifa Putri (1310181028)
Kelas : 3 D4 Elin A
Tanggal Percobaan : 21 September 2020
V. DATA PERCOBAAN
PSIM
Rangkaian Beban Resistor (Lampu Pijar)
Frekuensi switching : 40 kHz
Vin Is(sim) Duty Vo (sim) Vo (cal) Io (sim) Efisiensi % Error
(Volt) (A) Cycle (Volt) (Volt) (Volt) (% ) Vo
(%)
24 0,18 30 7,2 7,2 0,6 100 0
24 0,34 40 9,6 9,6 0,8 94,11 0
24 0,5 50 12,0 12 1,0 100 0
24 0,75 60 14,4 14,4 1,2 96 0
Proteus
Rangkaian Beban Resistor (Lampu Pijar)
Frekuensi switching : 40 kHz
Vin Is(sim) Duty Vo (sim) Vo (cal) Io (sim) Efisiensi % Error
(Volt) (A) Cycle (Volt) (Volt) (Volt) (% ) Vo
(%)
24 0,17 30 6,85 7,2 0,57 95,6 4,8
24 0,32 40 8,65 9,6 0,79 88,9 9,8
24 0,51 50 11,2 12 0,92 84,1 6,66
24 0,77 60 13,4 14,4 1,12 81,2 6,94
Vpulse
Volt/Div : 5 V/Div
VGS
Volt/Div : 5 V/Div
VDS
Volt/Div : 5 V/Div
V Sumber
Volt/Div : 10 V/Div
V Output
Volt/Div : 5 V/Div
Time/Div : 5 μs /Div
Duty Cycle 40%
Vpulse
Volt/Div : 5 V/Div
VGS
Volt/Div : 5 V/Div
VDS
Volt/Div : 5 V/Div
V Sumber
Volt/Div : 10 V/Div
V Output
Volt/Div : 5 V/Div
Time/Div : 5 μs /Div
Vpulse
Volt/Div : 5 V/Div
VGS
Volt/Div : 5 V/Div
VDS
Volt/Div : 5 V/Div
V Sumber
Volt/Div : 10 V/Div
V Output
Volt/Div : 5 V/Div
Time/Div : 5 μs /Div
Duty Cycle 60%
Vpulse
Volt/Div : 5 V/Div
VGS
Volt/Div : 5 V/Div
VDS
Volt/Div : 5 V/Div
V Sumber
Volt/Div : 10 V/Div
V Output
Volt/Div : 5 V/Div
Time/Div : 5 μs /Div