Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA LANJUTAN

PENENTUAN NILAI e/m ELEKTRON

Oleh:

Nama : Neha Oktaviani Astuti

NIM / Kelas : K2321051 / 2021 B

Asisten Praktikum : Velisa Nur’Aini

Hari, Tanggal Praktikum : Jumat, 14 April 2023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET

SURAKARTA

2023
A. Judul
Penentuan Nilai e/m Elektron

B. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh arus listrik dan tegangan terhadap jari-jari elektron.
2. Menentukan nilai e/m berdasarkan praktikum.

C. Dasar Teori
Elektron memiliki muatan negatif yang besarnya dinyatakan dengan simbol
e dan massa yang relatif kecil dibandingkan dengan massa atom, sehingga
untuk menentukan massa dan muatan elektron, diperlukan suatu metode
pengukuran khusus. Salah satu metode tersebut adalah dengan menggunakan
alat yang disebut tabung sinar katode (cathode ray tube). Tabung sinar katode
terdiri dari sebuah tabung hampa udara yang dilengkapi dengan katoda dan
anoda. Elektron yang dihasilkan dari katoda akan dipercepat dan diberi arah
oleh medan listrik yang diberikan antara katoda dan anoda. Elektron tersebut
akan membentuk sinar elektron (cathode ray) yang akan terlihat pada layar
fluoresen di ujung tabung.
Pada tahun 1898, Thomson memperkenalkan model struktur atom yang
pertama kali, yang terkenal karena keberhasilannya mencirikan elektron dan
mengukur nisbah (ratio) muatan terhadap massa (e/m) elektron. Model atom
Thomson dapat menjelaskan beberapa sifat atom, seperti ukuran, massa,
jumlah elektron, dan kenetralan muatan listrik. Dalam model ini, Thomson
mengusulkan bahwa atom adalah bola bermuatan positif yang mengandung
elektron, yang disebut juga dengan model kue kismis. Namun, model atom
Thomson mengalami kegagalan saat meninjau penyerapan radiasi oleh atom.
Dalam model ini, semua atom memancarkan radiasi dalam frekuensi getarnya,
dengan amplitudo yang menurun atau menyerap radiasi pada frekuensi yang
sama pula yang mengakibatkan amplitudo getarnya meningkat. Namun, dalam
kenyataannya, atom tidak selalu memancarkan dan menyerap radiasi pada
frekuensi yang sama. Kegagalan yang paling mencolok adalah hamburan
partikel bermuatan atom.
Nilai e/m elektron merupakan rasio muatan elektron terhadap massa
elektron yang sangat penting dalam fisika. Konstanta ini merupakan salah satu
konstanta fundamental dalam fisika, dan sering digunakan untuk menghitung
perilaku elektron dalam medan listrik dan magnetik. Dalam eksperimen untuk
mengukur nilai e/m, elektron biasanya dihasilkan dari suatu sumber seperti
tabung katode, dan kemudian diarahkan melalui medan magnetik dan/atau
medan listrik. Dengan mengukur defleksi lintasan elektron dalam medan
tersebut, nilai e/m dapat dihitung. Nilai e/m referensi, yaitu sebesar
1,76 𝑥 1011𝐶/𝑘𝑔.

D. Alat dan Bahan


Tabel 1. Alat dan Bahan
No. Nama Alat dan Jumlah Gambar
Bahan
1. Power Supply 1

2. Voltmeter 1
3. Amperemeter 1

4. Seperangkat 1
Alat Percobaan
Thomson

E. Prosedur Kerja
1. Percobaan 1
a. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan terlebih dahulu.
b. Alat percobaan Thomson dirangkai seperti pada Gambar 1.
c. Semua knop dipastikan pada posisi minimum (0).
d. Power supply dinyalakan dengan aliran listrik dan klik ON.
e. Tegangan pemercepat elektron diatur pada nilai tetap, minimal 220V
(hingga terlihat sinar biru berbentuk lintasan melingkar).
f. Nilai arus listrik diatur dan diamati jejari lintasan elektron, besar jejari
dihitung dengan melihat nilai skala yang ada di dalam tabung.
g. Pada arus dilakukan variasi (dengan mengatur medan magnet pada
kumparan helmholtz) hingga didapatkan 6 data pengamatan.
h. Arus dan jejari dicatat pada tabel pengamatan berikut:
Tabel 2. Tabel Hasil Pengamatan Percobaan 1
No Arus Listrik (A) Jejari Lintasan Elektron (m)

2. Percobaan 2
a. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan terlebih dahulu.
b. Alat percobaan Thomson dirangkai seperti pada Gambar 1.
c. Semua knop dipastikan pada posisi minimum.
d. Power supply dinyalakan dengan aliran listrik dan klik ON.
e. Nilai tegangan pemercepat electron diatur pada nilai 210 Volt.
f. Nilai arus listrik diatur pada nilai tetap. Jejari lintasan electron diamati,
besar jejari dihitung dengan melihat nilai skala yang ada di dalam
tabung.
g. Tegangan dilakukan variasi hingga didapatkan 6 data pengamatan.
h. Tegangan dan jejari dicatat pada tabel pengamatan berikut:
Tabel 3. Tabel Hasil Pengamatan Percobaan 2
No Tegangan (V) Jejari Lintasan Elektron (m)
F. Skema Alat

Gambar 1. Skema Alat

G. Data Pengamatan
1. Percobaan 1
Tegangan: 252 Volt
Tabel 4. Tabel Hasil Pengamatan Percobaan 1
No Arus Listrik (A) Jejari Lintasan Elektron (m)
1 29,50 𝑥 10−3 4,3 𝑥 10−3
2 29,75 𝑥 10−3 4,25 𝑥 10−3
3 30,00 𝑥 10−3 4,15 𝑥 10−3
4 30,25 𝑥 10−3 4,05 𝑥 10−3
5 30,50 𝑥 10−3 4,00 𝑥 10−3
6 30,75 𝑥 10−3 3,75 𝑥 10−3

2. Percobaan 2
Arus: 30,00 𝑥 10−3A
Tabel 5. Tabel Hasil Pengamatan Percobaan 1
No Tegangan (V) Jejari Lintasan Elektron (m)
1 220,7 4,15 𝑥 10−2
2 230,1 4,15 𝑥 10−2
3 240,7 4,25 𝑥 10−2
4 250,7 4,25 𝑥 10−2
5 260,7 4,25 𝑥 10−2
6 270,5 4,25 𝑥 10−2

H. Analisis
1. Analisis Kuantitatif
a. Grafik pengaruh arus listrik terhadap jejari lintasan elektron dan grafik
pengaruh tegangan terhadap jejari lintasan elektron.

Grafik Hubungan Antara Arus Listrik dengan Jejari


Lintasan Elektron
0,06
Jejari Lintasan Elektron (m)

y = -20,714x + 0,6925
0,05

0,04

0,03

0,02

0,01

0
0,0306 0,0308 0,031 0,0312 0,0314 0,0316 0,0318 0,032
Arus Listrik (A)

Grafik 1. Grafik Hubungan Antara Arus Listrik dengan Jejari Lintasan


Elektron
Grafik Hubungan Antara Tegangan dengan Jejari
Lintasan Elektron
0,054

Jejari Lintasan Elektron (m)


y = 0,0001x + 0,0253
0,053
0,052
0,051
0,05
0,049
0,048
0,047
0 50 100 150 200 250 300
Tegangan (V)

Grafik 2. Grafik Hubungan Antara Tegangan dengan Jejari Lintasan


Elektron

b. Grafik hasil regresi linear hubungan antara 𝑟2 dan 𝑉


𝐼2

1) Percobaan 1
Tabel 6. Data Tabel 𝑟2 dan 𝑉 pada Percobaan 1
𝐼2

𝑟2 𝑉 𝐼2 𝑉
𝐼2
0,003025 228 0,000949 240344,1
0,002500 228 0,000961 237252,9
0,002256 228 0,000973 234220,9
0,001600 228 0,000986 231246,7
0,001406 228 0,000999 228328,8
0,001225 228 0,001011 225465,8
Grafik Hubungan antara r^2 dan V/I^2 pada
Percobaan 1
242000
y = 8E+06x + 217239
240000
238000
236000
234000
V/I^2

232000
230000
228000
226000
224000
0 0,0005 0,001 0,0015 0,002 0,0025 0,003 0,0035
R^2

Grafik 3. Grafik Hubungan antara 𝑟2 dan 𝑉 pada Percobaan 1


𝐼2

Persamaan regresi linear percobaan 1, yaitu


𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐
𝑦 = 8 𝑥 106𝑥 + 21739
Nilai e/m dapat ditentukan dari nilai gradien persamaan garis.
Sehingga, persamaan untuk menentukan nilai e/m menjadi:
𝑒 1
𝑚= 𝑥 𝑥 (7,79 𝑥 10−4)2
𝑚 2
𝑒 2𝑚
=
𝑚 (7,79 𝑥 10−4)2
𝑒 2 𝑥 8 𝑥 106
=
𝑚 (7,79 𝑥 10−4)2
𝑒
= 2,6366 𝑥 1011 𝐶/𝐾𝑔
𝑚

2) Percobaan 2
Tabel 7. Data Tabel 𝑟2 dan 𝑉 pada Percobaan 2
𝐼2

𝑟2 𝑉 𝐼2 𝑉
𝐼2
0,002352 220 0,00093025 236495,6
0,002401 230 0,00093025 247245,4
0,002450 240 0,00093025 257995,2
0,002500 250 0,00093025 268744,9
0,002756 260 0,00093025 279494,8
0,002862 270 0,00093025 290244,6

Grafik Hubungan anttara r^2 dengan V/I^2 pada


Percobaan 2
350000,0
y = 9E +07x + 27955
300000,0
250000,0
200000,0
V/I^2

150000,0
100000,0
50000,0
0,0
0 0,0005 0,001 0,0015 0,002 0,0025 0,003 0,0035
r^2

Grafik 4. Grafik Hubungan antara 𝑟2 dan 𝑉 pada Percobaan 2


𝐼2

Persamaan regresi linear percobaan 2, yaitu


𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐
𝑦 = 9 𝑥 107𝑥 + 27955
Nilai e/m dapat ditentukan dari nilai gradien persamaan garis.
Sehingga, persamaan untuk menentukan nilai e/m menjadi:
𝑒 1
𝑚= 𝑥 𝑥 (7,79 𝑥 10−4)2
𝑚 2
𝑒 2𝑚
=
𝑚 (7,79 𝑥 10−4)2
𝑒 2 𝑥 9 𝑥 107
=
𝑚 (7,79 𝑥 10−4)2
𝑒
= 2,96618 𝑥 1011 𝐶/𝐾𝑔
𝑚
c. Perbandingan nilai e/m referensi dengan nilai e/m hitung serta nilai KR
dari perhitungan e/m
1) Percobaan 1
1,76 𝑥 1011𝐶/𝑘𝑔
= 0,6675
2,6366 𝑥 1011𝐶/𝑘𝑔
∆𝑥 2,6366 𝑥 1011−1,76 𝑥 1011
𝐾𝑅 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 49,81%
𝑥 1,76 𝑥 1011

2) Percobaan 2
1,76 𝑥 1011𝐶/𝑘𝑔
= 0,5934
2,96618 𝑥 1011𝐶/𝑘𝑔
∆𝑥 2,96618 𝑥 1011−1,76 𝑥 1011
𝐾𝑅 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 68,53%
𝑥 1,76 𝑥 1011

2. Analisis Kualitatif
Praktikum yang berjudul “Penentuan nilai e/m elektron” telah
dilaksanakan pada tanggal 14 April 2023 bertempat di laboratorium terpadu
Universitas Sebelas Maret. Dasar teori yang digunakan pada praktikum ini,
yaitu Elektron memiliki muatan negatif yang besarnya dinyatakan dengan
simbol e dan massa yang relatif kecil dibandingkan dengan massa atom,
sehingga untuk menentukan massa dan muatan elektron, diperlukan suatu
metode pengukuran khusus. Salah satu metode tersebut adalah dengan
menggunakan alat yang disebut tabung sinar katode (cathode ray tube).
Tabung sinar katode terdiri dari sebuah tabung hampa udara yang
dilengkapi dengan katoda dan anoda. Elektron yang dihasilkan dari katoda
akan dipercepat dan diberi arah oleh medan listrik yang diberikan antara
katoda dan anoda. Elektron tersebut akan membentuk sinar elektron
(cathode ray) yang akan terlihat pada layar fluoresen di ujung tabung.
Pada tahun 1898, Thomson memperkenalkan model struktur atom yang
pertama kali, yang terkenal karena keberhasilannya mencirikan elektron dan
mengukur nisbah (ratio) muatan terhadap massa (e/m) elektron. Model atom
Thomson dapat menjelaskan beberapa sifat atom, seperti ukuran, massa,
jumlah elektron, dan kenetralan muatan listrik. Dalam model ini, Thomson
mengusulkan bahwa atom adalah bola bermuatan positif yang mengandung
elektron, yang disebut juga dengan model kue kismis (Iswadi, 2013).
Namun, model atom Thomson mengalami kegagalan saat meninjau
penyerapan radiasi oleh atom. Dalam model ini, semua atom memancarkan
radiasi dalam frekuensi getarnya, dengan amplitudo yang menurun atau
menyerap radiasi pada frekuensi yang sama pula yang mengakibatkan
amplitudo getarnya meningkat. Namun, dalam kenyataannya, atom tidak
selalu memancarkan dan menyerap radiasi pada frekuensi yang sama.
Kegagalan yang paling mencolok adalah hamburan partikel bermuatan
atom.
Nilai e/m elektron merupakan rasio muatan elektron terhadap massa
elektron yang sangat penting dalam fisika. Konstanta ini merupakan salah
satu konstanta fundamental dalam fisika, dan sering digunakan untuk
menghitung perilaku elektron dalam medan listrik dan magnetik. Dalam
eksperimen untuk mengukur nilai e/m, elektron biasanya dihasilkan dari
suatu sumber seperti tabung katode, dan kemudian diarahkan melalui medan
magnetik dan/atau medan listrik. Dengan mengukur defleksi lintasan
elektron dalam medan tersebut, nilai e/m dapat dihitung. Nilai e/m referensi,
yaitu sebesar 1,76 𝑥 1011𝐶/𝑘𝑔.
Pada praktikum Penentuan nilai e/m elektron ini, memiliki alat dan
bahan, di antara adalah power supply, seperangkat alat percobaan
Thomson, Voltmeter, dan Amperemeter. Prosedur praktikum yang
dilakukan pada praktikum ini, yaitu pada percobaan 1 langkah pertamanya
adalah menyiapkan alat dan bahan, lalu memastikan semua knop pada
posisi minimum (0). Kemudian, menyalakan power supply dengan aliran
listrik dan klik ON. Langkah selanjutnya, yaitu mengatur tegangan
pemercepat elektron pada nilai tetap, minimal 220V (hingga terlihat sinar
biru berbentuk lintasan melingkar) dan mengatur nilai arus listrik dan
amati jejari lintasan elektron serta menghitung besar jejari dengan melihat
nilai skala yang ada di dalam tabung. Langkah terakhir, yaitu mencatat
arus dan jejari pada tabel pengamatan serta melakukan variasi arus
(dengan mengatur medan magnet pada kumparan helmholtz) hingga
mendapatkan 6 data pengamatan. Sedangkan pada perccobaan 2, prosedur
praktikum yang dilakukan, yaitu menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan, lalu merangkai alat percobaan thomson seperti pada Gambar
1. Kemudian, memastikan semua knop pada posisi minimum dan
menyalakan power supply dengan aliran listrik dan klik ON. Langkah
selanjutnya, yaitu mengatur nilai tegangan pemercepat elektron pada nilai
210 Volt dan mengatur nilai arus listrik pada nilai tetap. Lalu, mengamati
jejari lintasan electron serta menghitung besar jejari dengan melihat nilai
skala yang ada di dalam tabung. Langkah terakhir, yaitu mencatat
tegangan dan jejari pada tabel pengamatan serta melakukan variasi
tegangan hingga didapatkan 6 data pengamatan.
Berdasakan praktikum yang telah dilaksanakan, praktikum
dilakukan dengan dua kali percobaan. Pada percobaan pertama dengan
variabel tegangan listrik konstan dengan nilai sebesar 228 V. Pada
percobaan ini diambil 6 data dan didapatkan nilai arus listrik sebesar
0,0308 A; 0,0310 A; 0,0312 A; 0,0314 A; 0,00316 A; dan 0,0318 A.
Sedangkan, jejari lintasan electron yang didapatkan, yaitu 0,0550 m;
0,0500 m; 0,0475 m; 0,0400 m; 0,0375 m; dan 0,0350 m. Dari hasil yang
didapat terssebut, dibuat sebuah grafik hubungan antara arus listrik
dengan jejari lintasan electron. Grafik yang terbentuk memiliki persamaan
y = -20,714x + 0,6925. Pada percobaan pertama dengan variabel arus
listrik konstan dengan nilai sebesar 0,0305 A. Pada percobaan ini diambiil
6 data dan didapatkan nilai tegangan sebesar 220 V; 230 V; 240 V; 250 V;
260 V; dan 270 V. Sedangkan, jejari lintasan electron yang didapatkan,
yaitu 0,0485 m; 0,0490 m; 0,0495 m; 0,0500 m; 0,0525 m; dan 0,0535 m.
Dari hasil yang didapat terssebut, dibuat sebuah grafik hubungan antara
tegangan dengan jejari lintasan electron. Grafik yang terbentuk memiliki
persamaan y = 0,0001x + 0,0253.
Berdasarkan data praktikum yang sudah diperoleh, dilakukan
perhitungan nilai 𝑟2 dan 𝑉. Pada percobaan 1, masing-masing data
𝐼2
menghasilkan nilai 𝑟2 sebesar 0,003025; 0,002500; 0,002256; 0,001600;
0,001406; dan 0,001225. Sedangkan, pada masing-masing data yang
diperoleh menghasilkan nilai 𝑉
𝐼2
sebesar 240344,1; 237252,9; 234220;9;
231246,7; 228328,8; dan 225465,8. Dari hasil perhitungan tersebut,
dibuat sebuah grafik hubungan antara 𝑟2 dan 𝑉
pada percobaan 1 yang
𝐼2

mendapatkan hasil persamaan 𝑦 = 8 𝑥 106𝑥 + 21739. Persamaan


tersebut kemudian digunakan untuk menentukan nilai e/m dengan
𝑒 1
memasukkan nilai m ke dalam persamaan 𝑚 = 𝑥 𝑥 (7,79 𝑥 10−4)2.
𝑚 2

Sehingga nilai e/m dapat dicari dengan menggunakan persamaan 𝑒 =


𝑚
2𝑥𝑚
dan didapatkan hasil perhitungan e/m sebesar
(7,79 𝑥 10−4)2

2,6366 𝑥 1011 𝐶/𝐾𝑔. Pada percobaan 2, masing-masing data


menghasilkan nilai 𝑟2 sebesar 0,002352; 0,002401; 0,002450; 0,002500;
0,002756; dan 0,002862. Sedangkan, pada masing-masing data yang
diperoleh menghasilkan nilai 𝑉
𝐼2
sebesar 236495,6; 247245,4; 257995,2;
268744,9; 279494,8; dan 290244,6. Dari hasil perhitungan tersebut,
dibuat sebuah grafik hubungan antara 𝑟2 dan 𝑉
pada percobaan 1 yang
𝐼2

mendapatkan hasil persamaan 𝑦 = 9 𝑥 107𝑥 + 27955. Persamaan


tersebut kemudian digunakan untuk menentukan nilai e/m dengan
𝑒 1
memasukkan nilai m ke dalam persamaan 𝑚 = 𝑥 𝑥 (7,79 𝑥 10−4)2.
𝑚 2

Sehingga nilai e/m dapat dicari dengan menggunakan persamaan 𝑒 =


𝑚
2𝑥𝑚
dan didapatkan hasil perhitungan e/m sebesar
(7,79 𝑥 10−4)2

2,96618 𝑥 1011 𝐶/𝐾𝑔.


Berdasarkan hasil perhitungan nilai e/m pada masing-masing
percobaan, dilakukan perhitungan perbandingan antara nilai e/m referensi
dengan nilai e/m hitung dan dilakukan juga perhitungan kesalahan relatif
untuk masing-masing percobaan. Nilai dari e/m referensi, yaitu sebesar
1,76 𝑥 1011 𝐶/𝑘𝑔. Pada percobaan 1, perbandingan antara nilai e/m
referensi dengan nilai e/m hitung sebesar 0,6675. Kesalahan relatif pada
∆𝑥
percobaan ini dihitungan menggunakan persamaan 𝐾𝑅 = 𝑥 100% dan
𝑥

didapatkan hasil kesalahan relatif sebesar 49,81%. Pada percobaan 1,


perbandingan antara nilai e/m referensi dengan nilai e/m hitung sebesar
0,5934. Kesalahan relatif pada percobaan ini dihitungan menggunakan
∆𝑥
persamaan 𝐾𝑅 = 𝑥 100% dan didapatkan hasil kesalahan relatif
𝑥

sebesar 68,53%.
Meskipun penentuan nilai e/m secara langsung mungkin tidak
terlihat relevan dalam kehidupan sehari-hari, namun konstanta fisika ini
memiliki banyak manfaat dalam berbagai aplikasi teknologi yang kita
gunakan setiap hari, antara lain: Pada teknologi televisi, nilai e/m
digunakan untuk mengarahkan elektron ke layar untuk menghasilkan
gambar dan warna pada layar TV. Dalam bidang medis, teknologi MRI
menggunakan medan magnet untuk membantu dalam diagnosis penyakit
dan penentuan pengobatan. Pada teknologi ini, nilai e/m digunakan untuk
mengarahkan elektron dan memindahkan mereka ke area yang diinginkan
dalam tubuh pasien. Teknologi radar juga memanfaatkan prinsip nilai e/m
untuk mendeteksi keberadaan dan pergerakan benda-benda di udara dan
di permukaan bumi. Radar digunakan dalam navigasi pesawat dan kapal,
dan juga dalam pengawasan lalu lintas udara dan laut, daan masih banyak
lainnya.

I. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Hubungan antara besarnya arus listrik dengan jejari lintasan electron adalah
berbanding terbalik. Hal ini berarti bahwa semakin besar arus listriknya,
maka jejari lintasan elektronnya semakin kecil. Begitu pun sebaliknya,
Semakin kecil arus listriknya, maka jejari lintasan electron pun akan
semakin besar.
2. Hubungan antara besarnya tegangan dengan jejari lintasan electron adalah
berbanding lurus. Hal ini berarti bahwa semakin besar arus listriknya, maka
jejari lintasan elektronnya semakin besar. Begitu pun sebaliknya, Semakin
kecil arus listriknya, maka jejari lintasan electron pun akan semakin kecil.
3. Nilai e/m referensi, yaitu sebesar 1,76 𝑥 1011 𝐶/𝑘𝑔. Hasil perhitungan
nilai e/m pada percobaan pertama, yaitu 2,6366 𝑥 1011 𝐶/𝐾𝑔. Dari hasil
perhitungan nilai e/m ini dihasilkan nilai KR sebesar 49,81% dan nilai
perbandingan antara nilai e/m referensi dengan nilai e/m hitung sebesar
0,6675. Hasil perhitungan nilai e/m pada percobaan kedua, yaitu
2,96618 𝑥 1011 𝐶/𝐾𝑔. Dari hasil perhitungan nilai e/m ini dihasilkan nilai
KR sebesar 68,53% dan nilai perbandingan antara nilai e/m referensi
dengan nilai e/m hitung sebesar 0,5934.

J. Daftar Pustaka
Kusumawardani, S., & Sari, S. W. (2020). Penentuan Nilai e/m Elektron
Menggunakan Tabung CRT pada Praktikum Fisika Dasar II. Jurnal
Inovasi Pendidikan Fisika, 9(1), 1-8.
Nugroho, D., Wijaya, D. D., & Saputra, D. (2018). Penentuan Nilai e/m
Elektron dengan Metode Jangka Elektron pada Tabung CRT. Jurnal
Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Surakarta, 6(2), 67-74.
Serway, R.A., & Jewett Jr., J.W. (2018). Physics for Scientists and Engineers
with Modern Physics (10th ed.). Cengage Learning.
Setiawan, A., Sutrisno, & Kurniawan, I. (2019). Penentuan Nilai e/m Elektron
dengan Metode Jangka Elektron pada Tabung CRT. Jurnal Pendidikan
Fisika dan Teknologi, 5(1), 1-6.
K. Lampiran
Laporan Sementara

Anda mungkin juga menyukai