Anda di halaman 1dari 23

RUMAH SEHAT

MAKALAH GAMBAR KONSTRUKSI

KELOMPOK 06

Andrea s 1806202992

Melvill Kadakolo 1806265204

Rizka Harastuti O. 1806149980

FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
DEPOK
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
izin, kehendak, dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Gambar Konstruksi tentang rumah sehat. Kami juga berterimakasih kepada Ibu Ir.
Siti Murniningsih MS. dan Titi Sari Nurul Rachmawati S.T., M.Sc. selaku dosen
mata kuliah Gambar Konstruksi serta Adrian Wasistoadi sebagai asisten yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan tugas ini, serta keluarga kami yang selalu
mendukung jalannya tugas ini. Makalah ini berisi tentang survei rumah sehat dan
kriteria rumah sehat, serta usulan rumah sehat berdasarkan rumahyang telah kami
survei.
Penulis berharap agar makalah ini dapat berguna dalam menambah
pengetahuan pembaca serta memahami mengenai syarat serta kriteria rumah sehat
melalui survey perbandingan antara rumah tidak sehat dengan rumah sehat melalui
analisis keduanya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis berharap
adanya kritik, saran, dan usulan yang membangun agar penulis dapat
memperbaikinya di masa yang akan datang.
Penulis meminta maaf jika ada kesalahan atau terdapat kata-kata yang
kurang berkenan baik disengaja maupun tidak disengaja. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri maupun orang yang membacanya.

Depok, November 2019

Penulis

2
ABSTRAK

Rumah merupakan suatu kebutuhan primer dari setiap manusia. Selain


sebagai tempat untuk berlindung dari cuaca, rumah juga berfungsi sebagai tempat
beristirahat, menjaga harta, hingga sebagai tempat pendidikan bagi keluarga.
Rumah memiliki keterkaitan dengan masalah kesehatan dan problematika sosial
yang terjadi di dalam masyarakat. Agar tidak timbul masalah kesehatan dan sosial,
dibutuhkan rumah sehat yang memenuhi standar rumah sehat sederhana sesuai
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 403 Tahun 2002.
Makalah ini akan membahas tentang survei rumah yang berada ALAMAT
RUMAH ,Beji Depok. Kami mengusulkan rumah ini untuk ditingkatkan
kualitasnya baik karena faktor pencahayaan, penghawaan, konstruksi, sanitasi dan
lain-lain. Untuk itu kami mengusulkan untuk menambahkan beberapa jendela dan
aspek lainnya terkait dengan rumah sehat.

3
DAFTAR ISI

Judul Halaman…………………………….…………………………………..1
Kata Pengantar……………………….………………………………….........2
Abstrak………………………….....….…………………………………….....3
Daftar Isi……………………………………………………………………...4
Daftar Gambar……………….……....………………………………………..6
Daftar Tabel…………………………………………………………………..7
Daftar Lampiran………………………...…………………………………....8

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………….9


I.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 9
I.2 Pokok Permasalahan ............................................................................... 10
I.3 Tujuan Penulisan .................................................................................... 10
I.3.1 Tujuan Umum ................................................................................ 10
I.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................... 10
I.4 Batasan Masalah ..................................................................................... 10
I.5 Manfaat Kajian ....................................................................................... 11
1.6 Sistematika Penulisan..............................................................................11

BAB II RUMAH SEHAT……..............................................................................13


II.1 Definisi ................................................................................................... 13
II.2 Syarat-syarat dan Kriteria ....................................................................... 14
II.3 Standar dan Peraturan Rumah Sehat ...................................................... 16
II.4 Bangunan Tahan Gempa untuk Rumah Tinggal .................................... 19

BAB III HASIL PENGAMATAN........................................................................


III.1 Kondisi Rumah Tidak Sehat.......................................................................
III.2 Perbandingan Rumah Sehat........................................................................

BAB IV. ANALISA DAN USULAN PERBAIKAN ….......................................

4
IV.1 Analisa Rumah ...........................................................................................
IV.1.1 Aspek Ekseternal .................................................................................
IV.1.2 Aspek Internal dan Fisik .....................................................................
IV.1.3 Aspek Teknik ......................................................................................
IV.1.4 Aspek Ruang .......................................................................................
IV.2 Usulan Perbaikan Rumah ...........................................................................
IV.2.1 Aspek Eksternal ..................................................................................
IV.2.2 Aspek Internal dan Fisik .....................................................................
IV.2.3 Aspek Teknik ......................................................................................
IV.2.4 Aspek Ruang .......................................................................................
IV.2.5 Denah Usulan/Perbaikan...................................................................
IV.2.6 Tampak Usulan/Perbaikan..............................................................
BAB V PENUTUP .................................................................
V.1 Kesimpulan.......................................................................................
V.2 Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................
LAMPIRAN...................................................................................................

5
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1...............................................

6
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kebutuhan Luas Minimum Bangunan dan Lahan Untuk Rumah Sederhana
Sehat ............................ 19
Tabel 2. Perbandingan Rumah Survei dengan Rumah Sehat. ......................

7
DAFTAR LAMPIRAN

Gambar A1 ....................................................................................................
a) Denah Situasi (Site Layout) Rumah Eksisting skala; 1:200
b) Denah, Tampak Depan, Tampak Belakang, Tampak Samping Rumah
Eksisting skala; 1:50
c) Denah, Tampak Depan, Belakang, Samping Rumah Usulan skala; 1:50
d) Potongan Bangunan 1 Memanjang dan 2 Melintang, salah satu memotong
kamar mandi Perbaikan skala; 1:50
e) Denah Pondasi skala; 1:50 dan Potongan Dalam-Dalam, Dalam Luar,
Dalam Kamar Mandi Perbaikan skala; 1;10
f) Rencana Plafond dan Rencana Atap Perbaikan skala; 1:50
g) Detail Kuda-Kuda (1/2 bentang) Perbaikan skala;1:10
h) Denah Pintu, Jendela dan Ventilasi skala; 1:50 dan Detail (Pintu dan Jendela
Utama, Pintu dan Jendela Kamar Mandi, Pintu dan Jendela di Kamar)
Perbaikan skala; 1:20
i) Denah Instalasi Listrik dan Denah Instalasi Air Bersih dan Air Kotor
Perbaikan skala; 1:50
j) Detail Septic Tank dan Detail Sumur Resapan Perbaikan skala; 1:20

Foto-Foto...........................................................................................................

8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Rumah merupakan salah satu dari tiga kebutuhan pokok dalam kehidupan
manusia. Rumah secara umum berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat
berlindung dari panas maupun hujan serta tempat tumbuh kembang komunitas
terkecil manusia, yaitu keluarga.
Untuk membangun sebuah rumah diperlukan beberapa syarat terlebih dahulu
sehingga rumah yang akan dihuni memiliki kriteria rumah sehat. Menurut Winslow,
rumah sehat adalah rumah yang dapat memenuhi kebutuhan fisiologis dan
psikologis. Namun, bangunan-bangunan rumah yang ada pada saat ini khususnya
bangunan rumah sederhana sebagian besar tidak memenuhi kriteria rumah sehat.
Secara fisiologis, rumah yang tidak sehat dapat menyebabkan mudahnya terjadinya
penularan penyakit, sedangkan secara psikologis rumah yang tidak sehat dapat
meningkatkan resik stres. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan dan pengetahuan
seputar rumah sehat yang memadai
Menurut Kementrian Pekerjaan Umum, rumah yang sehat memiliki beberapa
aspek, yaitu pencahayaan, penghawaan, serta suhu udara dan kelembaban dalam
ruangan yang sesuai dengan keadaan ruangan atau rumah. Rumah yang sehat akan
mendukung penghuninya agar dapat beraktivitas lebih produktif.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan berbagai manfaat dapat
dirasakan dengan membangun rumah sehat, kami tergerak untuk mencari tahu lebih
lanjut tentang rumah sehat dan bagaimana cara membuat rumah tersebut termasuk
dalam kondisi rumah sehat dengan dana seminimal mungkin
Untuk memberikan wawasan khusus mengenai rumah sehat dan
mengembangkan keingintahuan kami, maka kami menyurvei salah satu rumah di
kawasan Beji, Depok.

1.2 POKOK PERMASALAHAN


Minimnya pengetahuan tentang rumah sehat dan rendahnya kesadaran akan

9
lingkungan yang sehat dari pemilik rumah sehingga rumah yang dimiliki tidak
sesuai dengan kriteria rumah sehat.
Untuk memahami bagaimana rumah sehat dan implementasinya untuk rumah
hasil survey, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :
 Apa itu rumah sehat?
 Bagaimana kriteria, syarat dan rumah sehat?
 Bagaimana perbandingan rumah yang di survey dengan rumah sehat?
 Bagaimana usulan rumah sehat untuk rumah survey berdasarkan standar
rumah sehat?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1.3.1 Tujuan Umum

Laporan observasi ini dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Gambar Konstruksi agar mahasiswa memahami lebih dalam tentang rumah sehat.
1.3.2 Tujuan Khusus

a. Dapat memahami definisi, syarat, kriteria rumah sehat serta standar dan
peraturan yang digunakan dalam membangun rumah sehat.
b. Mengasah kemampuan mahasiswa dalam menganalisa kondisi rumah
berdasarkan hasil pengukuran dan visualisasi bangunan, aspek eksternal
(lingkungan dan infrastruktur), aspek internal dan fisik (organisasi ruangan,
kualitas, utilitas bangunan), aspek teknik (material, denah eksisting, tampak
bangunan), dan aspek ruangan/hubungan fungsi kegiatan (sirkulasi,
penghawaan, pencahayaan).
c. Memberikan solusi terhadap masalah yang ada terhadap rumah survey serta
menambah kemampuan mahasiswa dalam mendesain rumah sehat.

1.4 BATASAN MASALAH

Dalam penyusunan makalah rumah sehat ini, ada beberapa batasan yang
dibuat :
1. Usulan rumah sehat dilakukan untuk rumah yang telah disurvey (yaitu rumah
bu Mila) oleh penyusun dan usulan rumah sehat dibuat berdasarkan standard
dan ketentuan rumah sehat.

10
2. Kriteria rumah sehat, Analisa survey dan solusi terhadap masalah yang
terjadi pada rumah yang di survey.

1.5 MANFAAT KAJIAN


Manfaat kajian merupakan dampak dari tercapainya tujuan penulisan dan
terjawabnya rumusan masalah secara tepat. Adapun manfaat dari kajian mengenai
rumah sehat dapat berdampak ke berbagai pihak yaitu:
1. Bagi Penulis

Penulis dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang rumah sehat dan
dapat mengaplikasikan pengetahuan yang didapat selama survey ke kehidupan
didalam maupun diluar perkuliahan.
2. Bagi Pemilik Rumah

Pemilik rumah dapat menerima usulan yang dibuat dalam makalah ini yang
nantinya dapat digunakan untuk membuat rumahnya menjadi rumah yang sehat.
3. Bagi Universitas Indonesia

Dengan adanya kajian tentang rumah sehat seperti ini diharapkan Universitas
Indonesia dapat lebih peduli dengan kondisi area sekitarnya dan mencoba untuk
membantu warga sekitar mengenai rumah yang tidak sehat tersebut.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

- MEMBUAT COVER
- KATA PENGANTAR
- ABSTRAK
- DAFTAR ISI
- DAFTAR GAMBAR
- DAFTAR TABEL
- BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, mengenai mengapa mempelajari dan
mengidentifikasi rumah yang sehat dan tidak sehat itu penting. Pokok masalah,
tujuan penulisan makalah, batasan masalah, manfaat kajian dan sistematika

11
penulisan juga masuk dalam bab ini.
- BAB II RUMAH SEHAT
Dalam bab ini berisikan uraian definisi rumah, syarat-syarat dan kriteria,
standar dan peraturan dari rumah sehat. Pada bab ini juga dijelaskan tentang
standar-standar yang harus dipenuhi untuk bangunan tahan gempa untuk rumah
tinggal.
- BAB III HASIL PENGAMATAN
Bab ini berisikan kondisi rumah tidak sehat, dilihat dari lingkungan dan
kondisi fisik rumah tersebut. Lalu dibuat perbandingan rumah sehat dengan rumah
yang sudah disurvey dengan faktor pembanding.
- BAB IV ANALISA DAN USULAN PERBAIKAN
Pada bab ini analisa rumah yang sudah disurvey diuraikan, dari aspek
eksternal, internal, bidang teknik dan ruang. Usulan perbaikan rumah juga
dicantumkan berdasarkan aspek yang sama.
- BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan mengenai rumah yang terkait dan usulan-usulan
yang sudah diberikan.
- DAFTAR PUSTAKA
- LAMPIRAN

12
2 BAB II

RUMAH SEHAT

2.1 DEFINISI

Menurut WHO rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat
berlindung dimana lingkungannya berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani
serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu.
Rumah disamping merupakan lingkungan fisik manusia sebagai tempat
tinggal, juga dapat merupakan tempat yang menyebabkan penyakit, hal ini akan
terjadi bila kriteria rumah sehat belum terpenuhi. Untuk mewujudkan rumah dengan
fungsi di atas, rumah tidak harus mewah atau besar tetapi rumah yang sederhanapun
dapat dibentuk menjadi rumah yang layak huni.
Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat
pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik,
kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah
(Depkes RI, 2003).
Menurut WHO, sehat yang dimaksud adalah suatu keadaan yang sempurna
baik fisik, mental, maupun sosial budaya, bukan hanya keadaan yang bebas dari
penyakit dan kelemahan (kecacatan), sehingga dapat disimpulkan bahwa rumah
sehat adalah tempat berlindung atau bernaung dan tempat untuk beristirahat
sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani, maupun
sosial budaya.

2.2 SYARAT DAN KRITERIA RUMAH SEHAT

Syarat-syarat dari rumah sehat terdiri dari berbagai aspek. Diantaranya adalah
kebutuhan minimal masa dan ruang, kebutuhan kesehatan dan kenyamanan serta
kebutuhan minimal keamanan dan keselamatan. Rumah sehat secara sederhana
adalah rumah yang memiliki ruangan terpisah untuk keperluan hidup sehari-hari
dengan ukuran yang memadai, antara lain:

13
1. kamar tidur
2. ruang makan / keluarga
3. dapur
4. kamar mandi dan atau WC
5. tempat cuci pakaian

Syarat rumah sehat:


1. Bahan bangunan tidak terbuat dari bahan yang berbahaya bagi kesehatan.
2. Lantai sebaiknya yang kedap air, dinding kuat dan tidak lembab serta
berwarna cerah.
3. Memiliki ruang-ruangan yang tertentu.
4. Pencahayaan alam atau buatan harus cukup.
5. Suhu antara 18o – 30o C.
6. Memiliki ventilasi.

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam lingkungan rumah apabila menghendaki
suatu lingkungan yang baik dan sehat, yaitu :
1. Sampah – sampah di tempat tinggal dapat ditanggulangi dengan cara
dibuang dilokasi pembuangan sampah (yang jauh dari lingkungan tempat
tinggal), atau dg pembuatan lubang sampah, dg menimbun atau dikelolah
untuk dibuat pupuk kandang.
2. Genangan air, air tidak boleh tergenang lebih dari seminggu, karena dapat
dijadikan tempat berkembang biaknya nyamuk, masalah ini dapat diatasi
dengan pembuatan parit – parit atau selokan agar air dapat mengalir.
3. Sumber Air (sumur), konstruksinya baik dan memenuhi syarat, perlu
diperhatikan saat membuat sumur, jarak minimal dari sumber air kotor
(septick tank, sumur resapan, saluran air kotor yg tidak kedap air) adalah 7
meter, agar sumur tidak tercemar.
4. Tanaman disekitar rumah, pepohonan yang rindang akan mengakibatkan
lingkungan yang gelap dan lembab, diusahakan agar sinar matahari pagi
dapat menyinari rumah, tanpa terhalang oleh pepohonan.
5. Kadang hewan (biasanya untuk rumah di pedesaan), letaknya diusahakan
agar tidak terlalu dekat dengan rumah terutama pembuangan kotoran, dapat
dibuatkan tempat – tempat tertentu dan dapat dimanfaatkan sebagai

14
Dari segi konstruksi bangunan, kriteria rumah sehat antara lain :
1. Konstruksi bambu
Apabila usuk menggunakan bambu, harus diperhatikan dalam pemotongan
bambu, diusahakan pemotongannya tepat pada ruas, bila tidak pada ujung
bambu, agar tidak lembab dan menjadi sarang tikus.
2. Lantai rumah
Harus selalu kering, maka tinggi lantai harus disesuaikan dengan kondisi
setempat, lantai harus lebih tinggi dari muka tanah.
3. Penempatan langit-langit
Dibuat sedemikian rupa, sehingga masih ada ruang antara, adanya ruang
tersebut antara atap dan langit-langit, agar orang dapat masuk kedalamnya
untuk membersihkan ruang dan perbaikan.
4. Dinding rumah
Apabila dibuat dinding rangkap tidak boleh ada ruang antara, karna akan
menjadi sarang tikus, dan bila terbuat dari bata atau sejenisnya diusahakan
menggunakan komposisi campuran yg benar dapat dilihat disini.
5. Sudut kemiringan atap
Kemiringang atap disesuaikan dengan bahan yang akan dipakai, agar air
hujan dapat mengalir dengan baik.
 Atap dari bahan alam = 30 derajat
 Atap genteng = 25 derajat
 Atap asbes,seng = 15 derajat.

Kebutuhan udara atau penghawaan juga perlu diperhatikan, antara lain :


1. Pada daerah tropis, setiap orang membutuhkan hawa udara 500 lt/jam
sampai dengan 1500 lt/jam.
2. Kecepatan angin atau udara yang melalui ventelasi pada ketinggian 2 meter
dari muka tanah rata-rata sekitar 0,01 – 0,5 m/dt. Pada rumah sehat
kebutuhan udara tersebut dapat dipenuhi dengan memperhatikan lubang
ventilasi pada rumah tersebut, dengan cara perhitungan sebagai berikut:
Q = K.A
Q = Volume udara dalam ruangan
A = Luas lubang ventelasi

15
K = Koefisien (0,6 – 0,8 untuk arah angin ventilasi), (0,3- 0,4 untuk arah
angin datang bersudut 45°).
Sedangkan untuk kebutuhan cahaya yang memenuhi kriteria rumah sehat adalah :
 Ruang gambar = 300 lux
 Ruang Sekolah= 150 lux
 Ruang kediaman= 125 lux

Perbandingan luas jendela dengan luas lantai.


1. Ruang kerja , luas jendela 1/5 a 1/3 luas lantai
2. Ruang sekolah, luas jendela 1/6 a 1/3 luas lantai
3. Ruang kediaman, luas jendela 1/8 a 1/6 luas lantai
4. Ruang orang sakit, luas jendela 1/5 a ¼ luas lantai
5. Sudut datang lebih besar atau sama denga 27 derajat.
6. Sudut lihat lebih besar 5 derajat.

2.3 STANDAR DAN PERATURAN RUMAH SEHAT


Dalam membangun sebuah bangunan terdapat banyak guidelines atau
peraturan yang harus dipatuhi oleh penghuni yang membangunnya. Ditinjau dari
banyak aspek, mulai dari luas bangunan hingga jarak dengan jalan raya. Seluruh
standar dan peraturan dalam membangun tercakup dalam beberapa rules, yaitu:

a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)


KDB merupakan total maksimal luas lantai dasar bangunan yang boleh dibuat
dibandingkan dengan luas tanah yang dimilikinya. KDB ditandai dengan
presentase. Berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 7 Tahun 1991 Pasal 86
tentang Bangunan dalam Wilayah DKI Jakarta, perhitungan KDB maupun KLB
ditentukan dengan pertimbangan sebagai berikut:
a) Luas lantai ruangan beratap yang sisi-sisinya dibatasi oleh dinding yang
tingginya lebih dari 1,20 m di atas lantai ruangan tersebut dihitung penuh
100 %
b) Luas lantai ruangan beratap yang bersifat terbuka atau yang sisisisinya
dibatasi oleh dinding tidak lebih dari 1,20 m di atas lantai ruangan dihitung
50 %, selama tidak melebihi 10 % dari luas denah yang diperhitungkan sesuai

16
dengan KDB yang ditetapkan
c) Overstek atap yang melebihi lebar 1,50 m maka luas mendatar kelebihannya
tersebut dianggap sebagai luas lantai denah.
d) Teras tidak beratap yang mempunyai tinggi dinding tidak lebih dari 1,20 m
di atas lantai teras tidak diperhitungkan sebagai luas lantai
e) Luas lantai bangunan yang diperhitungkan untuk parkir tidak diperhitungkan
dalam perhitungan KLB, asal tidak melebihi 50 % dari KLB yang ditetapkan,
selebihnya diperhitungkan 50 % terhadap KLB
f) Ram dan tangga terbuka dihitung 50 %, selama tidak melebihi 10 % dari luas
lantai dasar yang diperkenankan.
Sebagai contoh, apabila luas tanah tersebut 200 m2 dan besar KDB untuk area
tersebut 60%, maka maksimal luas khusus untuk lantai dasar bangunan tersebut
adalah 60% x 200 m2, yaitu seluas 120 m2.
b. Koefisien Luas Bangunan (KLB)
KLB merupakan total maksimal luas bangunan yang boleh dibangun
dibandingkan dengan luas tanah yang dimilikinya. Berbeda dengan KDB, KLB
ditandai dengan angka. Sebagai contoh, apabila luas tanah tersebut 200 m2 dan
besar KLB untuk area tersebut 2x, maka maksimal total luas bangunan di lantai
dasar dan lantai-lantai diatasnya yang boleh dibangun adalah 200 m2 x 2, yaitu 400
m2 .
c. Garis Sempadan Bangunan (GSB)
Garis sempadan bangunan adalah garis yang tidak boleh dilampaui oleh denah
bangunan kearah garus sempadan jalan (GSJ) yang ditetapkan dalam rencana kota.
Ditulis dalam Pasal 13 Undang-undang No. 28 Th. 2002 arti dari garis sempadan
bangunan merupakan garis yang membataskan jarak bebas minimum dari sisi
terluar sebuah massa bangunan terhadap batas lahan yang dikuasai. Untuk
mengukur luas GSB adalah melihat garis tengah jalan, tepi pantai, tepi sungai, rel
kereta api dan/atau jaringan tegangan tinggi. Jika sebuah rumah berada di pinggir
sebuah jalan maka garis sempadannya diukur dari garis tengah jalan tersebut sampai
sisi terluar dari bangunan di tanah yang dikuasai pemilik rumah. Untuk daerah
pemukiman biasanya GSB yang digunakan sebesar 3 – 5 m, tetapi GSB tetap
bergantung pada fungsi serta kelas jalan.

17
d. Garis Sempadan Jalan
Garis Sempadan Jalan (GSJ) merupakan garis rencana jalan yang ditetapkan
dalam rencana kota yang disetujui terlebih dahulu oleh Gubernur Kepala Daerah.
GSJ terdapat jalur untuk instalasi air, listrik, gas, serta saluran-saluran pembuangan.
Pada GSJ tidak boleh didirikan bangunan, kecuali jika GSJ berimpit dengan garis
sempadan bangunan (GSB). Garis sempadan jalan merupakan batas yang akan
diambil untuk digunakan sebagai jalan raya apabila dikemudian hari diputuskan
untuk pelebaran jalan. Misalkan, GSJ 1m maka apabila pelebaran jalan akan
dilakukan sebesar 1m halaman dari bangunan tersebut dipergunakan sebagai
jalanan.
e. Garis Jarak Bebas Samping (GJBS)
GJBS adalah garis yang membatasi bagian samping dinding bangunan dengan
bagian samping pekarangan. Garis ini berfungsi untuk memastikan cahaya matahari
serta sirkulasi udara yang masuk. GJBS juga memastikan bahwa bangunan yang
dibangun menjadi rapi. Menurut putusan menteri PU No 441 Tahun 1998 mengenai
persyaratan teknis bangunan, untuk bangunan hunian rumah tinggal yang rapat
tidak ada jarak untuk bebas samping.
f. Garis Jarak Bebas Belakang (GJBB)
Garis ini membatasi bagian belakang dinding bangunan dengan batas belakang
tanah yang dikuasai. Menurut putusan menteri PU No 441 Tahun 1998, jarak bebas
belakang minimal ½ dari panjang GSB muka.
g. Rasio / Perbandingan Luas Bangunan dengan Penghuni
Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia di
dalam rumah. Contoh aktivitas yang dimaksud adalah tidur, makan, kerja, mandi,
cuci, masak, serta ruang gerak lainnya. Dari data yang di dapat dari Keputusan
Menteri 403 Tahun 2002, kebutuhan ruang per orang adalah 9 m2 dengan
perhitungan rata-rata langit-langit adalah 2.80 m2. Kebutuhan minimum ruangan
pada rumah sederhana sehat perlu memperhatikan beberapa ketentuan sebagai
berikut:
a. kebutuhan luas per jiwa
b. kebutuhan luas per Kepala Keluarga (KK)
c. kebutuhan luas bangunan per kepala Keluarga (KK)

18
d. kebutuhan luas lahan per unit bangunan

Tabel 1. Kebutuhan Luas Minimum Bangunan dan Lahan Untuk Rumah Sederhana Sehat
Sumber : Keputusan Menteri No. 403 Tahun 2002.

Gambar 1. Garis Sempadan Jalan dan Bangunan Gambar 2. GSB, GSJ, GJBS, GJBB

2.4 BANGUNAN TAHAN GEMPA UNTUK RUMAH TINGGAL

Gempa Rencana dan kategori gedung menentukan pengaruh Gempa Rencana


yang harus ditinjau dalam perencanaan struktur gedung serta berbagai bagian dan
peralatannya secara umum. Akibat pengaruh Gempa Rencana, struktur gedung
secara keseluruhan harus masih berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi di
ambang keruntuhan. Secara sederhana, yang dimaksud dengan bangunan tahan

19
gempa adalah bangun-an dengan konstruksi yang dapat meredam getaran, sehingga
bangunan tetap ber-diri kokoh setelah terjadi gempa. Untuk membuat bangunan
untuk rumah tinggal yang tahan terhadap gempa, perlu memperhatikan beberapa
aspek, seperti:
a. Denah Bangunan

Denah bangunan sebaiknya dibuat sederhana, simetris dan tidak terlalu panjang.
Bentuk-bentuk sederhana contohnya adalah bentuk persegi atau persegi panjang.
Namun, bentuk denah persegi panjang yang terlalu panjang juga tidak
menjadikannya baik, walaupun sederhana dan simetris.

b. Atap Bangunan.

Atap bangunan sebaiknya dibuat dengan konstruksi yang menggunakan bahan


yang ringan dan bentuk yang sederhana. Hal ini dimaksudkan agar ketika terjadi
gempa, dinding-dinding dapat tetap menahan beban atap selagi menahan getaran
dari gempa.

c. Pondasi
- Tanah untuk meletakkan pondasi sebaiknya adalah tanah yang kering, padat
dan merata kekerasannya. Untuk dasar pondasi sebaiknya lebih dalam dari 45
cm.
- Pondasi sebaiknya dibuat terus menerus keliling bangunan tanpa terputus.
Pondasi dinding penyekat juga dibuat menerus. Bila pondasi terdiri dari
batukali maka perlu dipasang balok sloof sepanjang pondasi tersebut.
- Pondasi setempat perlu diikat kuat satu sama lain dengan memakai balok
pondasi.
d. Lokasi bangunan

Untuk menjamin keamanan bangunan gedung dan rumah terhadap gempa, maka
dalam memilih lokasi dimana bangunan akan didirikan harus memperhatikan :
- Bila bangunan gedung dan rumah akan dibangun pada lahan perbukitan, maka
lereng bukit harus dipilih yang stabil agar tidak longsor pada saat gempa bumi
terjadi.

20
- Bila bangunan gedung dan rumah akan dibangun di lahan dataran, maka
bangunan tidak diperkenankan dibangun di lokasi yang memiliki jenis tanah
yang sangat halus dan tanah liat yang sensitif (tanah mengembang).
e. Desain Struktur

Struktur bangunan gedung dan rumah tinggal harus didesain sedemikian sehingga
memiliki: daktilitas yang baik (baik pada material maupun strukturnya); kelenturan
pada strukturnya; dan memiliki daya tahan terhadap kerusakan.

Taraf keamanan minimum untuk bangunan gedung dan rumah tinggal yang masuk
dalam kategori bangunan tahan gempa, yaitu yang memenuhi berikut ini:
a) Bila terkena gempa bumi yang lemah, bangunan tersebut tidak mengalami
kerusakan sama sekali.
b) Bila terkena gempa bumi sedang, bangunan tersebut boleh rusak pada
elemen-elemen non-struktural, tetapi tidak boleh rusak pada elemen-elemen
struktur.
c) Bila terkena gempa bumi yang sangat kuat: bangunan tersebut tidak boleh
runtuh baik sebagian maupun seluruhnya; bangunan tersebut tidak boleh
mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki; bangunan tersebut boleh
mengalami kerusakan tetapi kerusakan yang terjadi harus dapat diperbaiki
dengan cepat sehingga dapat berfungsi kembali.

Tabel 2. Faktor Keutamaan I untuk Berbagai Kategori Gedung dan Bangunan.


Sumber: SNI-1726-2002

21
BAB III
HASIL PENGAMATAN
3.1 Kondisi Rumah Tidak Sehat
 Alamat rumah survey
Jl. Palakali No.2 A RT.1/RW.8, Kukusan, Kecamatan Beji, Kota Depok,
Jawa Barat 16425
 Luas tanah
100 m2
 Luas bangunan
52 m2
 Jumlah ruangan
Pada rumah yang kami survey terdapat delapan ruangan antara lain, satu
ruang tamu, satu ruang keluarga, dua kamar tidur, satu ruang makan, satu
dapur, satu ruang cuci pakaian, dan satu kamar mandi.
 Jumlah penghuni
Jumlah penghuni pada rumah ini berjumlah 4 orang antara lain, satu
kepala keluarga, satu ibu rumah tangga, dan dua orang anak.
 Denah lokasi

 Denah rumah eksisting


 Tampak depan & tampak samping rumah eksisting
3.2 Perbandingan dengan Rumah Sehat

Komponen Pengamatan Standar Rumah Keterangan

Luas bangunan :
Luas bangunan dan 52 m2 (35 %) Luas bangunan : 40%
Sesuai
luas lahan Luas lahan : Luas lahan : 60%
100 m2 (65%)

Tidak tersedia Disediakan tempat


Tempat pembuangan
tempat sampah sederhana di Tidak sesuai
sampah
pembuangan luar rumah

22
sampah di luar
rumah

Dinding dapur Dinding dapur harus


Dinding pada dapur hanya dilapisi dilapisi dengan bahan Tidak sesuai
semen tahan api

23

Anda mungkin juga menyukai