Anda di halaman 1dari 34

STUDI PENERAPAN SISTEM PENCAHAYAAN DAN KELEMBABAN PADA

DESAIN INTERIOR APARTEMEN

DISUSUN OLEH:

NAMA: Hidayah Dwi Nabila (22120007)

DOSEN : Rian Saputra S.Km.,M.Kes

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KADER BANGSA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini
dengan judul “Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Kejadian Tuberculosis Paru Di
Berbagai Negara"Makalah ilmiah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.Terlepas dari itu semua, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka penulisan menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat
dilakukan perbaikan pada makalah.

PALEMBANG 14 DESEMBER 2022

HIDAYAH DWI NABILA

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...........................................................................................................................................


i
Daftar Isi.....................................................................................................................................................
ii
BAB I. PENDAHULUAN..........................................................................................................................
1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................................
2
1.2.Rumusan Masalah ................................................................................................................................
2.................................................................................................................................
1.3 Tujuan Permasalah................................................................................................................................
2
1.4. Manfaat Penelitian ..............................................................................................................................
3
BAB II. PEMBAHASAN ..........................................................................................................................
5
2.1 Definisi Pencahayaan ..........................................................................................................................
5
2.2 Definis Kelembaban.............................................................................................................................
8
2.3 Jenis Jenis Pencahayaan dan Kelambaban pada Desain Interior Apartemen.......................................
10
2.4 Pengaruh Pencahayaan dan Kelembaban pada Desain Interior Apartemen.........................................
10
2.5 Dampak Pencahayaan Terhadap Kesehatan Pekerja............................................................................
11
2.6 Pengaruh pencahayaan intensitas rendah .............................................................................................
12
2.7 Gangguan yang diakibatkan oleh Pencahayaan Tingkat Tinggi ..........................................................
12
2.8 Parameter pencahayaan di desain interior apartemen...........................................................................
13
2.9.Mekanisme Pencahayaan......................................................................................................................
14
ii
BAB III.KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS.................................................................................
15
3.1 Kerangka Konsep..................................................................................................................................
15
3.2 Hipotesis .............................................................................................................................................
15
BAB IV METODE PENELITIAN.............................................................................................................
17
Metode Penelitian.......................................................................................................................................
17....................................................................................................................................
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................................................
18
5.1.Jenis Pencahayaan.................................................................................................................................
25
5.2 Pengehematan energi pencahayaan......................................................................................................
25
5.3 Menghitung kapasitas cahaya dalam desain interior apartemen...........................................................
25
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................................................
27
6.1 Kesimpulan ..........................................................................................................................................
27
6.2 Saran.....................................................................................................................................................
27

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................
28

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penerapan sistem pencahayaan pada interior Apartemen merupakan suatu keharusan agar
dapat melakukan aktivitas dengan baik serta untuk menciptakan kenyamanan visual didalam
ruang. Bahkan sampai saat ini, sebagian besar kebutuhan apartement akan pencahayaan
sebenarnya dapat dipenuhi oleh pencahayaan alami jika bangunan apartement dirancang
dengan tepat. Namun, pencahayaan buatan dengan listrik tidak dapat dihindari pada saat
cahaya alami tidak tersedia di bangunan apartement, atau pada interior ruangan apartement
tanpa akses ke pencahayaan alami. Desain sistem pencahayaan yang cermat, perlengkapan
yang efisien dan kontrol yang baik memiliki potensi untuk menghemat energi pencahayaan
serta sekaligus meningkatkan kenyamanan visual pada desain interior apartement. Tatanan
interior di dalam ruangan apartement pun sangat bergantung dengan sistem pencahayaan
alami dan buatan yang digunakan. Secermat apapun menata ruangan apartement, kesatuan
perancangan desain interior secara matang belum bisa tampil utuh tanpa adanya sistem
pencahayaan alami dan buatan yang baik dan optimal. Metode penelitian yang digunakan
dalam mengungkapkan kajian penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dan temuan
yang didapatkan pada kajian ini adalah tercukupinya kebutuhan cahaya pencahayaan alami
melalui bukaan jendela dan efisensi daya lampu dan jumlah titik lampu pada pencahayaan
buatan yang digunakan di unit apatement tersebut berdasarkan perhitngan yang
direkomendasikan Panduan Peraturan Pemerintah dan SNI yang ditetapkan. Hasil yang yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah terpublikasikannya hasil penelitian dan
pengembangan melalui Jurnal Nasional terakreditasi sinta 3 serta menyampaikan hasil riset
kepada Pusat Penelitian Universitas Mercu Buana. Kata Kunci: Pencahayaan, Alami, Buatan,
Interior, Apartemen.

Menurut Corie (2005) berbagai faktor mempengaruhi udara ruang antara lain, bahan
bangunan (misal; asbes), struktur bangunan (misal; ventilasi), bahan pelapis untuk furniture
serta interior (pada pelarut organiknya), kepadatan hunian, kualitas udara luar, radiasi dari
radon, formaldehid, debu, dan juga kelembaban yang berlebihan.

Material yang megalir dan menumpuk di dalam ruangan termasuk partikulat seperti skin
scales binatang dan manusia, bakteri dan dermatophyte teralirkan dari permukaan yang subur,
serangga dan arachnid fragments. Jamur mycotoxin dapat bertambah banyak di dalam
1
ruangan dari pertumbuhan mikroorganisme di permukaan interior. Faktor yang pasti dari
semua jenis pencemaran ruangan adalah kelembaban. Pada kasus yang sama, kelembaban
relatif tinggi antara 25%-75% langsung mempengaruhi tingkat spora jamur, dan terjadi pula
kemungkinan peningkatan pertumbuhan pada permukaan penyerapan air. Skin Scaler (seperti
fabrice, leathers, dan wood materials) menyerap air dari udara untuk membentuk
pertumbuhan jamur. Terjadinya kebocoran di suatu atap atau pipa air meskipun kecil dapat
membantu pertumbuhan jamur yang berlebihan, disamping itu keberadaan tandon air, bak air
di kamar mandi dapat menjadi sumber kelembaban.

1.2 Rumusan Masalah


-apa dampak pengaruh pencahayaan buatan?
- distribusi cahaya apa yang dilakukan?
- tingkat penerangan apa yang digumakan?
-warna pencahayaan apa yang dipakai?
-Kelembaban: Kelembahan merupakan faktor penting dalam desain interior, terutama untuk
ruangan yang berfungsi sebagai tempat tinggal. Kelembahan yang tepat dapat mempengaruhi
kenyamanan, keselamatan, dan estetika ruangan

1.3 Tujuan Permasalahan


Permasalahan desain interior pencahayaan melibatkan penggunaan cahaya alam dan cahaya
buatan untuk membuat suasana yang nyaman dan estetis dalam ruanganBeberapa tujuan dari
pencahayaan dalam desain interior meliputi:
1.Membuat suasana yang nyaman: Pencahayaan mempengaruhi suasana hati penghuni dalam
sebuah ruangan, yang dapat mempengaruhi kenyamanan dan kesediaan para pengguna
2.Mengubah bentuk dan ukuran ruangan: Pencahayaan dapat mengubah bentuk dan ukuran
ruangan, sehingga menyesuaikan spasi yang ada dengan kebutuhan fungsional dan estetis.
3.Menyampaikan pesan: Pencahayaan buatan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan
atau menginformasikan pengguna tentang tujuan ruangan tersebut
4.Memenuhi kebutuhan suasana: Sistem pencahayaan yang cenderung fungsional dapat
memenuhi kebutuhan suasana dan estetis dalam ruangan
5.Mengatasi masalah dalam desain interior: Pencahayaan dapat mengatasi masalah seperti
ruang sempit, pencahayaan tanpa nuansa, dinding tak bernyawa, dan tidak adanya komposisi.

2
Dalam melakukan pencahayaan, perlu memperhatikan pengaruh cahaya alam dan cahaya
buatan, seperti jenis lampu, CRI (color rendering index), dan arah lampu serta detail objek
yang diteliti Selain itu, pencahayaan dapat menggunakan metode suci dan Tannenbaum
dalam Sanoff untuk mengukur kualitas pencahayaan secara objektif.
Dalam desain interior apartemen, permasalahan kelembagaan dapat mencakup berbagai
aspek, seperti regulasi, kebijakan, dan standar yang memengaruhi tata ruang, fungsionalitas,
dan estetika hunian vertikal.

1.4 Manfaat Penelitian


perhatian dalam penelitian pencahayaan interior. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
pencahayaan buatan, yaitu jenis lampu, CRI (color rendering index), dan arah lampu serta
detail objek yang diteliti, seperti karya tiga dimensi kelebihan dan kekurangan penggunaan
jenis s lampu pada aspek fungsional dan estetika karya tiga
1.Pengaruh pencahayaan buatan: Penelitian ini menspesifikasi pada beberapa permasalahan,
seperti pengaruh jenis lampu, CRI, dan arah lampu serta detail objek yang diteliti
2.Penggunaan media dua dimensi: Penelitian ini mengevaluasi penggunaan media dua
dimensi sebagai "kanvas" dalam menyampaikan pesan. Namun, sistem pencahayaan yang
cenderung fungsional dari pada estetis dalam memenuhi kebutuhan suasana
3.Komunikasi visual: Sistem pencahayaan yang dihasilkan harus mendukung komunikasi
visual yang inovatif namun tetap menjaga keetapan estetika.
Dari hasil penelitian ini, perancang dapat mengetahui kualitas pencahayaan yang ada dan
menyesuaikan pencahayaan dengan kebutuhan fungsional dan estetika karya tiga dimensi hal
ini menunjukkan pentingnya pencahayaan pada desain interior dan bagaimana perancang
harus memperhatikan berbagai faktor untuk menciptakan lingkungan yang harmoni dan
menarik.
Penelitian kelembaban pada desain interior apartemen merupakan keharusan untuk menjaga
kenyamanan dan efisiensi dalam ruangan. Beberapa manfaat penelitian ini meliputi:
1.Mengurangi penggunaan energi: Desain sistem pencahayaan yang cermat, perlengkapan
yang efisien, dan kontrol yang baik memiliki potensi untuk menghemat energi pencahayaan
2.Meningkatkan kualitas hidup: Kesimpulan dari penelitian yang menanamkan teknologi
pintar dalam desain interior memiliki banyak dampak positif terhadap aspek kesehatan dan
kehidupan masyarakat
3.Meningkatkan daya tarik visual: Penggunaan warna kayu muda dan warna kuning dapat
membuat ruangan apartemen tampil lebih cerah dan nyaman
3
4.Mengoptimalkan penggunaan ruang: Desain interior yang baik dapat memaksimalkan
penggunaan ruang dan sirkulasi dalam ruangan apartemen, sehingga meningkatkan
kenyamanan pengguna
5.Meningkatkan nilai jual: Penggunaan teknologi dan desain yang menarik dapat
meningkatkan nilai jual dari apartemen
6.Mengurangi waktu penyelesaian proyek: Perencanaan proyek desain interior dengan
metode PERT dapat membuat sistem desain interior lebih efisien dan mengurangi waktu
penyelesaian proyek.
Secara keseluruhan, penelitian kelembaban pada desain interior apartemen dapat memberikan
manfaat yang signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup, mengoptimalkan penggunaan
ruang, dan meningkatkan nilai jual dari apartemen. Selain itu, penelitian ini juga dapat
membantu mengurangi penggunaan energi dan mengurangi waktu penyelesaian proyek.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pencahayaan


Menurut para ahli, pencahayaan dapat didefinisikan sebagai proses atau cara untuk
memberikan cahaya pada suatu ruangan atau area dengan menggunakan sumber cahaya
buatan manusia, seperti lampu atau luminer. Pencahayaan ini dapat dikelompokkan menjadi
beberapa sistem, yaitu pencahayaan merata, setempat, dan gabungan. Selain itu, pencahayaan
juga dapat berasal dari cahaya alami, seperti cahaya matahari, yang memiliki peran penting
dalam lingkungan, kesehatan manusia, dan arsitektur. Faktor-faktor yang memengaruhi
pencahayaan antara lain kondisi ruang, jenis lampu, arah sinar, dan distribusi cahaya.
Pencahayaan juga memiliki dampak pada kesehatan tubuh, kenyamanan, dan faktor
psikologis manusia. Oleh karena itu, akses terhadap cahaya alami, seperti sinar matahari,
dianggap penting untuk kesejahteraan manusia.
Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No 5 Tahun 2018,
pencahayaan atau penerangan adalah sesuatu yang memberikan terang (sinar) atau yang
menerangi.
Pencahayaan meliputi pencahayaan alami dan buatan. Intensitas cahaya adalah jumlah rata–
rata cahaya yang diterima pekerja setiap waktu pengamatan pada setiap titik dan dinyatakan
dalam satuan lux.
Pencahayaan atau penerangan merupakan salah satu komponen agar pekerja dapat bekerja
atau mengamati benda yang sedang dikerjakan secara jelas, cepat, nyaman dan aman. Sebuah
benda akan terlihat bila benda tersebut memantulkan cahaya, baik yang berasal dari benda itu
sendiri maupun berupa pantulan yang berasal dari sumber cahaya lain, dengan demikian
maksud dari pencahayaan dalam lingkungan kerja adalah agar benda terlihat jelas (Subaris
and Haryono, 2011).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 70 Tahun 2016 tentang
Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri dan
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, untuk intensitas cahaya atau pencahayaan ruang kerja
umum sebesar 100 lux.
Dampak angka pencahayaan (lux) yang terlalu rendah akan berpengaruh terhadap proses
akomodasi mata yang terlalu tinggi, sehingga akan berakibat terhadap kerusakan retina pada
mata.
5
Pencahayaan adalah proses mengatur cahaya dalam suatu ruang untuk membantu tugas visual
dan estetika. Ada tiga sistem pencahayaan menurut SNI 03-6575-2001:
1.1.Sistem Pencahayaan Merata: Memberikan tingkat pencahayaan yang merata di seluruh
ruangan. Digunakan ketika tugas visual di seluruh tempat dalam ruangan memerlukan tingkat
pencahayaan yang sama
1.2.Sistem Pencahayaan Setempat: Memberikan tingkat pencahayaan pada bi dan g kerja
yang tidak merata, d i tempat yang diperlukan untuk melakukan tugas visual yang
memerlukan tingkat pencahayaan yang diberikan cahaya yang lebih banyak dibandingkan
dengan sekitarnya. Hal ini diperoleh dengan mengkonsentrasikan penempatan armatur pada
langit - langit di atas tempat tersebut
1.3.Sistem Pencahayaan Gabungan Merata dan Setempat: Menggabungkan kedua sistem di
atas untuk menciptakan pencahayaan yang sesuai dengan kebutuhan ruangan
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari, tetapi
penerangan buatan juga dapat dirancang sedemikian rupa untuk menciptakan suasana dan
atmosfer yang diinginkan.fungsi utama penerangan buatan adalah memberikan cahaya yang
menggantikan sinar matahari, serta dapat dirancang untuk menciptakan suasana dan atmosfer
yang diinginkan.Pencahayaan dalam bangunan juga penting dalam pembentukan desain
arsitektur dan estetika. Pencahayaan alami pada bangunan bekerja sama dengan pencahayaan
buatan untuk menciptakan suasana yang nyaman dan estetis
Terdapat beberapa sistem pencahayaan yang masing-masingnya menghasilkan efek dan
intensitas pencahayaan yang berbeda, seperti ambient, task lighting, dan accent lighting
(Widiyantoro et al., 2017). Untuk membangun suasana ruang, ketiga sistem pencahayaan ini
biasanya digunakan secara berlapis dalam satu ruangan. Selain menghadirkan efek suasana
tertentu, ketiga jenis pencahayaan juga menyajikan fungsi berbeda dalam mendukung
aktivitas pengguna ruang. Ambient lighting memberikan penerangan sentral untuk
keseluruhan ruangan (Yupardhi & Kerdiati, 2021). Sementara, task lighting menghasilkan
penerangan yang lebih fokus ke salah satu area atau spot di dalam ruangan (Annisa & Lestari,
2021). Sama halnya dengan menciptakan mood, kedua jenis pencahayaan ini tidak bisa
digunakan terpisah untuk menghasilkan sistem pencahayaan yang optimal.
dibangunnya gedung-gedung bertingkat berupa apartemen untuk menunjang aktifitas
masyarakat dalam satu bangunan. Konsep pencahayaan yang digunakan pada gedung tinggi
dan bertingkat dilakukan dengan menggunakan sistem elektrikal (Putro & D.Kambey, 2016).
Sistem elektrikal dalam suatu gedung meliputi pengubahan tegangan menegah PLN menjadi
tegangan rendah, dan persediaan sarana distribusi listrik tegangan rendah hingga ke
6
bebanbeban peralatan listrik (AlFaruq et al., 2018; Aribowo et al., 2021). Sistem elektrikal
harus dapat melindungi gedung dari bahaya terjadinya kebakaran karena hubung singkat
(Sinaga, 2019). Sistem kelistrikan mengikuti persyaratan umum instalasi listrik (PUIL)
(Tanjung et al., 2021). Sistem elektrikal ini akan membantu untuk memenuhi kebutuhan
cahaya akan suatu gedung. Pencahayaan memainkan peranan yang sangat penting dalam
arsitektur, baik dalam menunjang fungsi ruang dan berlangsungnya berbagai kegiatan di
dalam ruang, membentuk citra visual estetis, maupun menciptakan kenyamanan dan
keamanan bagi para pengguna ruang (Averina & Putri, 2019; Mappalotteng & Syahrul,
2015). Dalam merencanakan suatu bangunan gedung, desain pencahayaan merupakan hal
yang perlu diperhatikan, oleh karena aktifitas pengguna ruang berpengaruh terhadap
distribusi cahaya dalam ruang. Pada dasarnya dalam mendesain pencahayaan ruang, seorang
Arsitek akan mengacu pada rekomendasi standard iluminasi (Jamala et al., 2015). lighting
memang dapat menerangi seluruh ruang, namun ia lebih berfungsi sebagai dasar pencahayaan
yang membutuhkan dukungan dari task dan accent lighting (Jamala et al., 2015).
Kesehatan mata pengguna ruang dipengaruhi kualitas penerangan yang dihasilkan oleh sistem
pencahayaan. Sistem pencahayaan yang kurang optimal dapat berdampak pada gangguan
kesehatan mata yang mengakibatkan iritasi, pengurangan jarak pandang (rabun jauh), dan
mata silindris (Nurkihsan et al., 2021). Selain itu, sistem pencahayaan juga memberikan
pengaruh terhadap kualitas hunian (Perkasa & Soemardiono, 2020). Kualitas penerangan
yang baik adalah yang mampu menjaga tingkat kelembapan ideal, sehingga mencegah
munculnya bakteri dan menjaga furnitur dan elemen bangunan lain dari kerusakan akibat
ruangan yang terlalu lembab (Karyanta et al., 2015). Selain berasal dari cahaya lampu,
pencahayaan ruangan juga berasal dari cahaya alami yang didapatkan dari sinar matahari
secara langsung dari awal matahari terbit hingga terbenam. Pencahayaan menjadi salah satu
proses lengkap dalam mendesain bangunan untuk memanfaatkan cahaya alami secara
maksimal. Desain Pencahayaan meliputi beberapa aspek yaitu mengorientasikan bangunan
untuk memperoleh cahaya matahari secara optimal, pembentukan massa bangunan,
menampilkan permukaan bangunan yang secara optimum menghadap ke arah matahari,
memilih bukaan bangunan yang memungkinkan jumlah cahaya yang cukup masuk ke dalam
bangunan, dengan memperhitungkan siklus matahari, musim, dan cuaca, menambahkan
peralatan pelindung yang tepat dan dapat diatur, seperti kerai atau tirai, untuk memungkinkan
penghuni bangunan untuk mengontrol cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan
(Arista & Dwita, 2020; Dora et al., 2011; Setiawan, 2013). Cahaya yang masuk ke dalam
ruangan ada dua macam, yaitu cahaya alami dan cahaya buatan. Cahaya alami adalah cahaya
7
yang ditimbulkan oleh matahari atau kubah langit. Cahaya matahari yang mengandung
radiasi panas itu apabila masuk ke dalam ruangan akan menyebabkan kenaikan suhu ruangan.
Namun pada pelaksanaannya dalam melakukan penataan ruang, sistem pencahayaan menjadi
salah satu aspek yang kerap diabaikan. Padahal tanpa adanya sistem pencahayaan yang
optimal, sebuah ruangan belum tentu dapat berfungsi dengan baik. Kualitas penerangan yang
dihasilkan dari sistem pencahayaan sangat menentukan kenyamanan pengguna ruang.
Apabila kualitas penerangan buruk, jelas akan menghambat aktivitas pengguna ruang. Fungsi
utama pencahayaan adalah sebagai penerang ruang untuk mendukung kegiatan yang
berlangsung dalam ruang tersebut. Selain itu, pencahayaan juga dapat memberikan nilai lebih
dalam suatu ruang, antara lain dapat membangun suasana ruang interior, efek fisik dan
psikologis adalah satu kesatuan yang saling mempengaruhi dalam pencahayaa. Berdasarkan
paparan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah peneliti ingin
mengungkapkan dengan metode deskriptif kualitatif terhadap sistem pencahayaan desain
interior di apartemen “No Name” yang ada di Jakarta Barat. Adapun fokus penelitiannya
tentang penerapan cahaya alami dan cahaya buatan di unit yang ada di apartemen tersebut
terhadap dampak, efisiensi dan manfaatnya yang meliputi daya listrik suplai PLN pada
hunian apartemen, daya listrik peralatan utilitas, total daya apartemen dan susut tegangan.

2.2 Definisi Kelembaban


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 261 tahun 1998 kelembaban yang ideal
berada berkisar antara 40-60 % sedangkan dari hasil pengukuran yang sudah dilakukan di
apartemen ditemukan hasil pengukurannya di atas 60 % dan kelembaban akan naik diwaktu
pagi hari menuju sore kemudian akan turun kelembaban pada malam hari hingga pagi
sehingga apa bila di suatu apartemen ditemukan hasil di atas 60 % dapat menyebabkan
potensial untuk tempat pertumbuhan mikroorganisme dan partikulat sehingga dapat
menyebabkan kualitas udara memburuk sehingga berdasarkan hasil analisis jika kelembaban
naik 1% maka konsentrasi PM2.5 akan bertambah sebesar 0.577 µg/m3 dan untuk PM10
bertambah sebesar 0.780 µg/m3 . dapat dilihat terdapat 55% yang berada di atas baku mutu
dan terjadi peningkatan yang cukup tinggi pada pagi hari pukul 06.00 hingga pukul 10.00
dimana berdasarkan hasil kuisioner penghuni rata-rata waktu bukaan jendela pada pagi hari
pada sore hari terjadi peningkatan karena memasak pada sore hari namun grafik hampir rata-
rata ada di atas baku mutu dikarenakan kelembaban yang di atas 40% juga berpengaruh di
dalam tingginya.

8
Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasanya dinyatakan
dengan persentase. Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udara, dan
secara bersama–sama antara temperatur. Suatu keadaan dengan temperatur udara sangat
panas dari tubuh secara besar–besaran, karena sistem penguapan. Pengaruh lain adalah
semakin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen, dan tubuh selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antara panas
tubuh dengan suhu sekitarnya (Riyadi, 2018).
Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 5 Tahun 2018
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, persyaratan untuk kelembaban ruang yang
nyaman adalah 40%-60%. Keembaban yang relatif rendah yaitu kurang dari 20% dapat
menyebabkan kekeringan selaput lendir membran, sedangkan kelembaban yang tinggi akan
meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme (Mukono, 2014). Dampak angka kelembaban
ruangan yang terlalu tinggi maupun rendah dapat menyebabkan suburnya pertumbuhan
mikroorganisme yang dapat menimbulkan bibit penyakit, seperti
ISPA, TBC, dan lainnya.
2.1Kelembaban Pada Ruangan
Secara umum berarti temperatur dry-bulb, dan mengindikasi panas dan dingin. Derajat
temperatur harian adalah cara yang digunakan untuk membantu mengindikasikan panas atau
dingin yang diperlukan untuk setiap harinya. Di Indonesia terdapat standar umum yang
digunakan untuk menentukan temperatur yang nyaman, yang digunakan dalam suatu
ruangan. Di Indonesia standar ini dikeluarkan oleh SNI (Standar Nasional Indonesia) yaitu
temperatur sebesar 25ºC±1ºC dengan kelembapan relative 60%±10%².
aktivitas dalam ruangan, frekuensi keluar masuk ruangan yang tinggi sehingga
memungkinkan masuknya polutan dari luar kedalam ruangan, penggunaan pengharum
ruangan, asap rokok, penggunaan petisida dan pembersih ruangan, mesin fotokopi, sirkulasi
udara yang kurang lancar, suhu dan kelembaban udara yang tidak nyaman.
Menurut Laila (2008) Sumber penyebab polusi udara dalam ruangan antara lain yang
berhubungan dengan bangunan itu sendiri, perlengkapan dalam bangunan (AC, Sofa dan
sebagainya), kondisi bangunan, suhu, dan kelembaban, pertukaran udara, dan hal-hal yang
berhubungan dengan perilaku orang-orang yang berada di dalam ruangan, misalnya merokok.
●Kelembapan (Humidity)
Menggambarkan rasi kelembapan yaitu istilah yang digunakan menunjukan presentasi kadar
uap air di udara. Kelembapan udara ini bergantung pada temperatur udara. Udara yang panas
atau hangat mengandung uap air lebih banyak dari pada udara dingin. Kelembapan udara
9
mempengaruhi rata-rata penguapan dari tubuh manusia. Kelembapan relatif (Relative
Humidity ratio) atau perbandingan dari jumlah uap air diudara denga jumlah uap air yang
paling baik pada temperature sama. Kelembapan relative dimana manusia merasa nyaman
adalah 40%-60%³ dari jumlah total uap air di udara.
Kualitas udara dalam ruang yang baik didefinisikian sebagai udara bebas pencemar penyebab
iritasi, ketidaknyamanan atau terganggunya kesehatan penghuni. Suhu udara ambien dan
kelembaban relatif juga mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan. Kenyamanan suatu
ruangan ditentukan oleh konsentrasi pencemar udara dalam ruang juga tergantung pada
kebisingan, suhu dan kelembaban, bau serta penataan segala suatu yang terdapat dalam
ruang.

2.3 Jenis Jenis Pencahayaan dan Kelambaban pada Desain Interior Apartemen
Dalam desain interior apartemen, terdapat beberapa jenis pencahayaan yang dapat digunakan,
yaitu general lighting, task lighting, dan accent lighting
3.1.General Lighting: Merupakan sumber penerangan utama untuk ruangan dan biasanya
ditempatkan di central atau tengah ruangan. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan sumber
cahaya dengan terang dan merata
3.2.Task Lighting: Sistem ini difokuskan pada suatu area dan berfungsi untuk menyediakan
cahaya yang tepat untuk berbagai kegiatan, seperti membaca atau bekerja.
3.3.Accent Lighting: Digunakan untuk menyoroti atau menonjolkan area tertentu dalam
ruangan, seperti dekorasi dinding atau objek seni Selain pencahayaan, kelembaban juga
penting dalam desain interior.
Namun, informasi spesifik mengenai kelembaban dalam desain interior apartemen tidak
ditemukan dalam sumber yang tersedia. Kelembaban yang nyaman biasanya berkisar antara
30% hingga 50%. Pastikan untuk mempertimbangkan kelembaban yang sesuai untuk
menciptakan lingkungan yang nyaman di dalam apartemen.

2.4 Pengaruh Pencahayaan dan Kelembaban pada Desain Interior Apartemen


Pengaruh pencahayaan dan kelembaban pada desain interior apartemen mempengaruhi
kenyamanan, fungsionalitas, dan efisiensi ruang. Berikut ini beberapa dampak yang
dihasilkan dari pencahayaan dan kelembahan dalam desain interior apartemen:
4.1.Kenyamanan: Pencahayaan alami dan buatan membantu menciptakan suasana yang
nyaman dan bebas kesetimbanganDengan menggunakan sistem pencahayaan yang tepat,

10
Anda dapat menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan kenyaman untuk berada di
dalam ruangan apartement
4.2.Fungsionalitas: Pencahayaan yang baik memainkan peran penting dalam mendukung
berbagai kegiatan sehari-hari, seperti membaca, bekerja, atau menontonCahaya yang sesuai
dengan kebutuhan dan preferensi pengguna memungkinkan mereka untuk melakukan
aktivitas dengan lebih efisien dan nyaman
4.3.Efisiensi: Penggunaan cahaya alami dapat menghemat energi pencahayaan, karena cahaya
alami dapat membantu mengurangi penggunaan cahaya buatanSelain itu, penggunaan sistem
pencahayaan yang efisien dan kontrol dapat menghemat energi pencahayaan
4.4.Kelembaban: Kelembaban yang tepat pada ruangan apartement sangat penting untuk
mencegah kembungan molder, lendir, dan penggangguan kebauan yang tidak
dibutuhkanDengan mengatur kelembahan dengan baik, Anda dapat memastikan suasana yang
kenyaman dan kesehatan di dalam ruangan apartement.
4.5.Interaksi pengguna: Desain interior yang memperhatikan pengaruh pencahayaan dan
kelembahan dapat meningkatkan interaksi pengguna dengan ruangan apartement
Hal ini penting karena suasana yang nyaman dan kenyaman dapat mempengaruhi kepuasan
dan kesadaran pengguna terhadap ruangan mereka.
Untuk mencapai kesejahteraan dalam desain interior apartemen, penting untuk
mempertimbangkan pengaruh pencahayaan dan kelembahan secara berkesan dan
menyesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi pengguna.

2.5 Dampak Pencahayaan Terhadap Kesehatan Pekerja


Faktor pencahayaan merupakan salah satu faktor Lingkungan kerja yang termasuk
kelompok faktor resiko, Jika intensitas pencahayaan tidak memadai maka dapat
Menyebabkan produktivitas tenaga kerja menurun. Pencahayaan juga berpengaruh terhadap
kesehatan mata Dan secara tidak langsung mempengaruhi tingkat Konsentrasi terhadap
pekerjaan. Kondisi pencahayaan Tempat kerja yang redup umumnya menyebabkan tenaga
Kerja berupaya untuk dapat melihat pekerjaan dengan Sebaik-baiknya dengan cara melihat
secara terus Menerus. Sehingga dapat terjadi ketegangan mata (eye Strain), terjadi
ketegangan otot dan saraf sehingga Menimbulkan kelelahan mata, otot saraf dan kelelahan
Mental, sakit kepala, konsentrasi dan kecepatan berpikir Menurun, demikian juga
kemampuan intelektualnya Juga mengalami penurunan (Tarwaka, 2004).
Kondisi pencahayaan di area kerja scroll cut dari Berbagai titik mendapatkan nilai
ratarata di bawah nilai Standar pencahayaan yaitu 132,6 lux sedangkan untuk Standar
11
pencahayaan yaitu sebesar 200 – 500 lux. Dengan tingkat pencahayaan yang kurang dari
Nilai Ambang Batas operator scroll cut mengalami pusing Dan tidak dapat fokus terhadap
pekerjaannya dalam Waktu yang lama.

2.6 Pengaruh pencahayaan intensitas rendah


Algoritma pengenalan objek gerak Seringkali mengalami kegagalan karena Perubahan
intensitas cahaya lingkungan. Kegagalan ini disebabkan oleh adanya Perbedaan referensi
tingkat pencahayaan Pada sistem dan lingkungan .
Banyak sekali penelitian dan Pengembangan yang dilakukan untuk Dapat mengoptimalkan
pendeteksian objek Gerak yang menggunakan sistem computer Vision secara dinamis, baik
dari sisi Practical maupun intelegent serta realtime. Namun demikian, tingkat keakuratan Dari
berbagai macam algoritma berada di Bawah 16% dari 22.000 objek penelitian. Dengan
tingkat akurasi ini, praktis sistem Computer vision tidak stabil dan tidak Handal .
Identifikasi objek gerak menjadi salah Satu topik yang sangat penting dalam Aplikasi
dan pengembangan ilmu computer Vision. Objek yang menjadi target harus Bisa
diidentifikasi secara real-time dalam Lingkungan yang dinamis. Proses Pengenalan objek
pada lingkungan yang Dinamis masih merupakan tantangan yang Besar karena banyak sekali
variasi yang Ada pada gambar lingkungan terbuka. Dalam lingkungan yang dinamis,
Informasi tentang objek yang akan Diidentifikasi bisa berubah bergantung Pada kondisi
pencahayaan. Partikel, Perubahan sudut pandang, perbedaan Tingkat pencahayaan, dan latar
belakang Yang bervariasi adalah faktor-faktor yang Membuat identifikasi objek sulit
dilakukan .

2.7 Gangguan yang diakibatkan oleh Pencahayaan Tingkat Tinggi


Satu faktor yang Mempengaruhi kualitas lingkungan fisik Kerja seorang operator adalah
intensitas Pencahayaan . Fungsi dari pencahayaan Di area keja yaitu memberikan pencahayan
Kepada benda-benda yang menjadi objek Kerja operator tersebut. Pencahayaan yang Cukup
dan baik meupakan salah satu faktor Untuk mendapatkan keadaan lingkungan Kerja yang
nyaman dan aman.
Pencahayaan diperlukan manusia Untuk mengenal obyek secara visual dimana Organ
tubuh yang mempengaruhi Penglihatan adalah mata, syaraf dan pusat syaraf penglihatan di
otak. Mata sebagai Alat visual merupakan pintu gerbang utama Masuknya gambaran dari
dunia luar kita, Dan menguasai sekitar 90% aktivitas kerja Kita, terutama untuk pekerjaan
yang Membutuhkan ketajaman visual. Ketika Manusia melakukan pekerjaan, maka secara
12
Langsung mata akan melakukan interaksi Dengan lingkungan kerjanya, untuk melihat Objek
pekerjaan. Kemampuan mata untuk Melihat objek dengan jelas, cepat dan tanpa Kesalahan
akan sangat dipengaruhi oleh Pencahayaan yang ada di lingkungan kerja. Pencahayaan yang
memadai mendukung Kesehatan kerja, keamanan, serta Kenyamanan kerja bagi manusia saat
Bekerja, sehingga memungkinkan manusia Mendapat kesan pemandangan yang lebih Baik
dan lingkungan yang menyegarkan. Pencahayaan yang kurang menyebabkan Mata pekerja
menjadi cepat lelah karena Mata akan berusaha untuk melihat dengan Cara membuka lebar–
lebar. Kelelahan mata Ini akan mengakibatkan pula kelelahan Mental dan lebih jauh lagi
dapat Menimbulkan kerusakan pada mata.
Kelelahan mata adalah ketegangan Pada mata yang Disebabkan oleh Penggunaan indera
penglihatan dalam Bekerja yang memerlukan kemampuan Untuk melihat dalam jangka waktu
yang Lama dan biasanya disertai dengan kondisi pandangan yang tidak nyaman.

2.8 Parameter pencahayaan di desain interior apartemen


pertimbangkanlah beberapa hal seperti sumber cahaya alami, penempatan jendela, pemilihan
perabotan yang tidak menghalangi aliran cahaya, dan penerapan pencahayaan buatan yang
sesuai. Sumber cahaya alami dapat ditingkatkan melalui pemilihan jendela yang besar dan
transparan, serta penggunaan cermin untuk memantulkan cahaya. Selain itu, perabotan seperti
rak dan lemari sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa agar tidak menghalangi aliran cahaya.
Untuk pencahayaan buatan, pertimbangkanlah penggunaan lampu dengan tingkat kecerahan
yang dapat disesuaikan, serta penerapan pencahayaan latar (ambient), tugas, dan sorot
(accent) untuk menciptakan suasana yang nyaman dan fungsional.
Menurut sumber yang relevan, desain parameter pencahayaan di dalam apartemen melibatkan
pemikiran tentang sumber cahaya alami, penempatan jendela, penggunaan cermin, penataan
perabotan, dan penerapan pencahayaan buatan yang sesuai. Sumber cahaya alami dapat
ditingkatkan melalui pemilihan jendela yang besar dan transparan, serta penggunaan cermin
untuk memantulkan cahaya. Selain itu, perabotan seperti rak dan lemari sebaiknya
ditempatkan sedemikian rupa agar tidak menghalangi aliran cahaya. Untuk pencahayaan
buatan, pertimbangkanlah penggunaan lampu dengan tingkat kecerahan yang dapat
disesuaikan, serta penerapan pencahayaan latar (ambient), tugas, dan sorot (accent) untuk
menciptakan suasana yang nyaman dan fungsional.

13
2.9 Mekanisme Pencahayaan
Ada beberapa jenis pencahayaan yang umum digunakan, antara lain:
•Pencahayaan Alami. Pencahayaan yang berasal dari sumber cahaya alami, seperti sinar
matahari
Pencahayaan yang berasal dari sumber cahaya alami, seperti sinar matahari. Pencahayaan
alami memiliki spektrum cahaya yang luas dan dapat memberikan nuansa yang berbeda
tergantung pada waktu, cuaca, dan arah datangnya cahaya.
•Pencahayaan Buatan
Pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya buatan, seperti lampu listrik atau lampu
neon. Jenis pencahayaan ini umumnya digunakan di dalam ruangan untuk memberikan
pencahayaan yang cukup saat kondisi cahaya alami terbatas atau tidak ada.
•Pencahayaan Umum
Pencahayaan yang dirancang untuk memberikan pencahayaan secara merata di seluruh
ruangan atau area. Jenis pencahayaan ini biasanya terdiri dari lampu langit-langit atau lampu
sorot yang tersebar secara strategis untuk mencakup area yang luas.
•Pencahayaan Tugas
Pencahayaan yang difokuskan pada area kerja atau aktivitas tertentu, seperti meja kerja,
dapur, atau ruang baca. Pencahayaan tugas biasanya lebih terang dan ditujukan untuk
membantu dalam melihat dengan jelas dan melakukan tugas-tugas yang membutuhkan
konsentrasi visual.
•Pencahayaan Dekoratif
Pencahayaan yang digunakan untuk tujuan estetika atau mendukung elemen dekoratif dalam
desain interior atau eksterior. Jenis pencahayaan ini mencakup lampu hias, lampu tambahan
yang menyoroti objek tertentu, atau penggunaan efek pencahayaan untuk menciptakan
suasana tertentu.
•Pencahayaan Sentral
Sistem pencahayaan yang dirancang untuk mengendalikan pencahayaan di seluruh bangunan
atau area dengan pengaturan sentral.
•Pencahayaan Berwarna.
Pencahayaan yang menggunakan lampu dengan kemampuan menghasilkan cahaya berwarna.
Pencahayaan ini sering digunakan dalam dekorasi, pameran, atau pertunjukan untuk
menciptakan efek visual yang menarik.

14
BAB lll
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

1.Kenyamanan
1.Sistem Pencahayaan Merat 2.Fungsionalitas
2.Sistem Pencahayaan Setempa 3.Efisiensi
3.Sistem Pencahayaan Gabungan 4.Kelembaban
Merata dan Setempat
5.Interaksi pengguna

1.General Lighting

2.Task Lighting

3.Accent Lighting

3.2 Hipoetesis
Hipotesis pada kelembaban dan pencahayaan desain interior apartemen dengan pemanfaatan
ruang minimal dan mengoptimalkan keleluasan ruang. Dalam konteks desain interior
apartemen, beberapa hipotesis yang dapat diperiksa meliputi:
Kelembaban ruang: Menjumlahkan kelembaban ruang dapat mempengaruhi suasana dan
kenyamanan dalam apartemen. Hipotesis ini mencoba mengidentifikasi titik yang tepat untuk
mengelola kelembahan ruang agar tidak menyebabkan ketidaknyamanan
Pencahayaan: Pencahayaan dapat digunakan untuk menciptakan ruangan yang lebih spasif
dan menyenangkan. Hipotesis ini mencoba mengidentifikasi warna dan tones yang sesuai
untuk menciptakan suasana yang lebih menyenangkan dan tetap
15
Desain perabot: Desain perabot yang efisien dan menyeluruhkan dapat membantu
mengoptimalkan keleluasan ruang dalam apartemen. Hipotesis ini mencoba mengidentifikasi
layout dan desain perabot yang sesuai untuk menciptakan ruangan yang praktis dan
menyeluruhkan
Kelebihan ruang: Menggunakan konsep space-saving, desain interior dapat menciptakan
kelebihan ruang yang lebih besar dengan mengoptimalkan pemanfaatan ruang yang ada
Analisis penerapan: Melakukan analisis penerapan hipotesis ini dapat membantu
mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan dan mengoptimalkan desain interior untuk
meningkatkan kenyamanan dan kehidupan di apartemen
Dalam proses desain interior apartemen, pengujian hipotesis dapat digunakan untuk
mengevaluasi apakah suatu perubahan desain atau intervensi memiliki dampak yang
diinginkan Dengan mengkaji hipotesis ini, desain interior dapat menciptakan ruangan yang
lebih spasif, menyenangkan, dan efisien untuk kehidupan sehari-hari.

16
BAB IV
METODE PENELITIAN

Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi PM2.5 mempunyai nilai yang melebihi baku mutu
sebesar 73 % sedangkan konsentrasi PM10 mempunyai nilai yang melebihi baku mutu
sebesar 55 % sehingga dari hasil analisis ini menujukkan bahwa PM dipengaruhi oleh
aktivitas penghuni. Aktivitas penghuni yang berpengaruh secara signifikan berdasarkan uji
statistik yaitu kelembaban, suhu, jumlah ac, jumlah exhaust fan, waktu membersihkan, waktu
bukaan jendela, penggunaan ac, memasak, penggunaan kipas, perilaku merokok. Aktivitas
yang tidak berpengaruh secara signifikan berdasarkan uji statistik yaitu jumlah kipas.
Pendekatan Penelitian dalam kajian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Pada penelitian ini data yang diperoleh bersumber dari hasil pengukuran dan pengamatan
secara langsung pada objek penelitian. Data hasil pengukuran yang didapat akan disesuaikan
dengan standar pencahayaan yang direkomendasikan SNI. Pengukuran dilakukan dengan dua
kondisi. Pertama Perhitungan pengukuran dilakukan dengan memasukan intensitas cahaya
alami saja melalui bukaan jendela yang ada di masing-masing unit apartement, dan kedua
pengukuran dilakukan dengan perhitungan pada jumlah titik lampu dan besaran lumen yang
digunakan di unit-unit apartement, apakah sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan atau
direkomendasikan SNI No. 03-6575-2001.Pada penelitian ini, dibuat suatu pendekatan
dengan merancang suatu gambaran yang kompleks, meneliti katakata, laporan terinci dari
pandangan responden dan melakukan studi pada situasi yang alam. Tahapan alur penelitian
dapat dilihat pada gambar 1.

17
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari observasi yang dilakukan didapatkan data faktual lapangan yang akan menjadi dasar
dalam menganalisis permasalahan. Berdasarkan hasil wawancara, pencarian dokumentasi di
lapangan, serta observasi didapatkan beberapa temuan dalam penelitian, diantarana adalah:
temuan pertama, menunjukkan bahwa desain pencahayaan alami mencakup perancangan
selubung bangunan dan tata letak yang dirancang sedemikian rupa sehingga sebagian besar
ruang dalam memiliki akses ke cahaya alami yang dibutuhkan (Masruchin & Mufidah, 2019).
Cahaya yang berasal dari luar dapat masuk ke dalam rumah karena adanya media yang dilalui
seperti jendela (Widiyantoro et al., 2017). Adapun dimensi bukaan jendela di unit-unit
apartement sebagai berikut:
-Type 27= 800 mm x 800 mm, 500 mm x 800 mm
-Type 30= 1.100 mm x 800 mm, 500 mm x 800 mm,
-Type 46= 1.400 mm x 800 mm x (2), 800 mm x 800 mm, 500 mm x 800 mm Analisa
Perhitungan Kebutuhan Cahaya Alami sebagai berikut:
Type 27
-Ruang tidur ukuran 3.5x3 M dan mempunyai jendela di sisi kanannya dengan
-ukuran 800 mm x 800 mm, 500 mm x 800 mm
-Luas jendela: 0.8x0.8 = 0.64, 0.5x0.8 = 0.4, total 1.04 M2
-Luas ruangan: 3.5x3 = 10.5 M²
-Nilai perbandingan (luas jendela/luas ruangan) = 1.04/10.5 = 0,11
-Kebutuhan cahaya 0,11 x 1500 lux = 165 lux
-Kebutuhan cahaya minimal adalah 125 lux. Dengan demikian, ruang tidur
-tersebut cahayanya sudah tercukupi dengan adanya jendela berukuran
-800 mm x 800 mm dan 500 mm x 800 mm
Type 30
-Ruang ukuran 3x2.5 M dan 2x2.5 M dan mempunyai bukaan jendela dengan ukuran
1.100 mm x 800 mm, 500 mm x 800 mm,
-Luas jendela: 1.1x0.8 = 0.88, 0.5x0.8 = 0.4, total 1.28 M2
-Luas ruangan: 3x2.5 = 7.5 M² dan 2.x2.5 = 5 M² total luas 12.5 M²
-Nilai perbandingan (luas jendela/luas ruangan) = 1.28/12.5 = 0,1
-Kebutuhan cahaya 0,1 x 1500 lux = 150 lux

18
-Kebutuhan cahaya minimal adalah 125 lux. Dengan demikian, ruang tersebut cahayanya
sudah tercukupi dengan adanya jendela berukuran 0.8 Mx 0.8 M dan 0.5 M x 0.8 M Type 46
-Ruang ukuran 3.5x3 M dan 2.5x3 M dan mempunyai bukaan jendela dengan ukuran 1.400
mm x 800 mm x ( 2), 800 mm x 800 mm, 500 mm x 800 mm
-Luas jendela: 1.4x0.8x2= 2.24, 0.8x0.8= 0.64, 0.5x0.8 = 0.4, total 3.28 M2
-Luas ruangan: 3.5x3 = 10.5 M² dan 2.5x3 = 7.5 M² total luas 18 M²
-Nilai perbandingan (luas jendela/luas ruangan) = 3.28/18 = 0, 182
-Kebutuhan cahaya 0,182 x 1500 lux = 273 lux
-Kebutuhan cahaya minimal adalah 125 lux. Dengan demikian, ruang tersebut cahayanya
sudah tercukupi dengan adanya jendela berukuran 0.8 Mx 0.8 M dan 0.5 M x 0.8 M, 1.4 M x
0.8 M x (2)
Berdarkan analisa perhitungan kebutuhan cahaya alami, didapatkan hasil bahwa meskipun
pada bangunan telah menggunakan sistem peneduh dan lightshelves, dimensi jendela tidak
mampu secara maksimal memasukkan cahaya alami yang cukup pada beberapa unit yang
berseberangan dengan arah matahari, sehingga cahaya alami yang masuk sangat minimal dan
hal tersebut memungkinkan untuk menyalakan lampu hampir sepanjang hari. Kurangnya
pasokan cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan dapat menyebabkan ruangan
menjadi lembab dan kurang sehat bagi penghuni, sehingga perlu diupayakan adanya
perbaikan ruang yang dapat memaksimalkan masuknya cahaya matahari (Wijayanti &
Hassan, 2018). Masuknya cahaya matahari ke dalam ruangan akan menyebabkan kenaikan
suhu pada ruangan tersebut, sehingga mampu membunuh bakteri dan memberikan kesan
nyaman saat berada dalam ruangan (Furqoni & Prianto, 2021). Temuan kedua, mengenai
banyaknya titik lampu dan daya titik lampu yang dibutuhkan pencahayaan buatan untuk
memberikan tingkat cahaya. Standar yang direkomendasikan berdasarkan SNI. No. 03-
65752001 Tentang tata cara system pencahayaan buatan pada bangunan Gedung (Alfiana et
al., 2020; Isnaeni et al., 2019). Sedangkan data lapangan menunjukkan bahwa:
Type 27
-Luas ruang type 27= 27 M2, watt per meter yang disarankan 7 W, daya pencahayaan yang
diperbolehkan adalah 27 x 7 = 189 W
-Fakta di unit type 27 menggunakan daya 125 W
-LED 11 W x 6 bh = 66 W,
-TKO 14 W x 3 bh = 42 W
-TKO LED 14 W x 1 = 14 W
-LED 3 W x 1 bh = 3 W
19
-Jadi daya pencahayaan yang dirancang masih dalam standar SNI. No. 03-2396 yang
ditetapkan dan tidak melebihi daya yang disyaratkan. ada selisih 64 W
Type 30
-Luas ruang type 30= 30 M2, watt per meter yang disarankan 7 W, daya pencahayaan yang
diperbolehkan adalah 30 x 7 = 210 W
-Fakta di unit type 30 menggunakan daya 185 W
-LED 11 W x 8 bh = 66 W,
-TKO 14 W x 4 bh = 56 W
-Wstfel 18 W x 1 bh = 18 W
-TKO LED 14 W x 1 = 14 W
-Louvre LED 14 W x 2 bh = 28 W
-LED 3 W x 1 bh = 3W
-Jadi daya pencahayaan yang dirancang masih dalam standar SNI. No. 03-2396 yang
ditetapkan dan tidak melebihi daya yang disyaratkan, ada selisih 25 W.
Type 46
-Luas ruang type 46= 46 M2, watt per meter yang disarankan 7 W, daya pencahayaan yang
diperbolehkan adalah 46 x 7 = 322 W
-Fakta di unit type 30 menggunakan daya 246 W
-LED 11 W x 13 bh = 143 W,
-TKO 14 W x 5 bh = 70 W
-Wstfel 18 W x 1 bh = 18 W
-TKO LED 14 W x 1 = 14 W
-Louvre LED 14 W x 2 bh = 28 W
--LED 3 W x 1 bh = 3W
-Jadi daya pencahayaan yang dirancang masih dalam standar SNI. No. 03-2396 yang
ditetapkan dan tidak melebihi daya yang disyaratkan, ada selisih 76 W.
Berdasarkan standar yang direkomendasikan, maka titik lampu dan daya titik lampu
pencahayaan buatan yang dipasang untuk memberikan tingkat cahaya yang dibutuhkan telah
memenuhi kriteria yang ditetapkan. Dari ketiga unit apartement untuk daya pencahayaan
pada titik lampu yang dirancang masih bisa dimaksimalkan karena masih ada kelebihan daya
di masing-masing unit. Temuan ketiga, mengenai efisiensi lampu dan rumah lampu dalam
mengkonversi listrik menjadi cahaya yang dapat digunakan di dalam ruangan. Standar yang
direkomendasikan berdasarkan SNI. No. 03-2396-2001. Langkah penting dalam
mengoptimalkan penggunaan energi pencahayaan adalah memilih lampu dan rumah lampu
20
yang tepat. Berikut karakteristik beberapa jenis lampu:
Lampu pijar 95% : 5%,
CFL 85% : 15%,
TL 65% : 35%,
LED 30% : 80 %

Lampu yang biasanya menghamburkan 72% dari energi yang digunakan sebagai panas.
Disamping itu, 28% dari energi pendinginan digunakan hanya untuk menghilangkan panas
dari lampu. Dalam menentukan cahaya ini, salah satu pedoman yang bisa digunakan adalah
tabel SNI- 03-6197-2000 dimana terdapat standar lux yang dibutuhkan setiap ruangannya.
Data lapangan sebagai berikut:
-Luas unit type 27 = 27 M2, dengan luas ruang keluarga 6.25 M2
-Luas unit type 30 = 30 M2, dengan luas ruang keluarga 10.5 M2
-Luas unit type 46 = 46 M2, dengan luas ruang keluarga 15.6 M2 Berikut Analisanya :
Menentukan cahaya yang dibutuhkan pada ruang keluarga:
Type 27
-Ruang keluarga ukuran 2.50 x 2.50 cm = 6.25 M2,
-Rekomendasi dari table tingkat pencahayan yang cocok tertera 120-250 lux, - maka Total =
200 lux x 6.25 M2 = 1.250 lumen.
-LED yg digunakan 11 W = 1.230 lumen.
-Dari perhitungan menunjukkan bahwa sebuah ruang keluarga dengan luas 6.25 M2 hanya
memerlukan 1 titik lampu dengan jenis LED.
Type 30
-Ruang keluarga ukuran 3.00 x 3.50 cm = 10.5 M2,
-Rekomendasi dari table tingkat pencahayan yang cocok tertera 120-250 lux, - maka Total =
250 lux x 10.5M2 = 2.625 lumen.
-LED yg digunakan 11 W = 1230 lumen.
21
-Dari perhitungan menunjukkan bahwa sebuah ruang keluarga dengan luas 15.6 M2 hanya
memerlukan 2 titik lampu dengan jenis LED.
Type 46
-Ruang keluarga ukuran 2.60 x 6.00 cm = 15.6 M2,
-Rekomendasi dari table tingkat pencahayan yang cocok tertera 120-250 lux, - maka Total =
250 lux x 15.6 M2 = 3.900 lumen.
-LED yg digunakan 11 W = 1230 lumen.
-Dari perhitungan menunjukkan bahwa sebuah ruang keluarga dengan luas 15.6 M2 hanya
memerlukan 3 titik lampu dengan jenis LED.
Temuan keempat, mengenai teknik yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan
pencahayaan alami pada interior apartemen. Standar yang direkomendasikan berdasarkan
Panduang Pengguna Bangunan Gedung Hijau Jakarta, Sistem Pencahayaan vol.3 Peraturan
Gubernur No. 38/2012, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Sebuah cara efektif untuk
mendistribusikan cahaya alami adalah menempatkan jendela tinggi di dalam ruangan dan
memantulkannya ke langit-langit (Panjaitan & Pangestu, 2018).

22
Data Lapangan mengenai kondisi perletakan bukaan jendela sebagai sumber cahaya alami di
unit apartemen type 27, 30 dan 46 sebagai berikut:

Berikut analisanya:
-Gambar bukaan jendela yang didasarkan pada prinsip membagi jendela menjadi dua bagian
secara vertikal, dengan menggunakan kosen jendela atau lightshelves.
-Bagian atas jendela (untuk pencahayaan alami) menggunakan kaca dengan transmisi cahaya
yang lebih tinggi (A),
-Sedangkan bagian bawah jendela untuk “vision” menggunakan kaca dengan transmisi
cahaya (VT) dan koefisien perolehan panas matahari (SHGC) yang lebih rendah.
Masing-masing jendela dengan fungsi yang berbeda tersebut dapat dipasang tirai secara
terpisah. Ketika diperlukan kontrol terhadap silau dan sinar matahari langsung maka tirai
pada jendela bawah bisa ditutup dan yang atas dibiarkan terbuka. Berdasarkan beberapa
temuan diatas didapatkan informasi bahwa ruangan yang ada di apartement belum tentu dapat
berfungsi dengan baik, tanpa perancangan sistem pencahayaan yang baik pula. Kualitas
penerangan yang dihasilkan dari sistem pencahayaan sangat menentukan kenyamanan
23
pengguna ruang (Ashadi et al., 2016). Apabila kualitas penerangan buruk, jelas akan
menghambat aktivitas pengguna ruang (Widiyantoro et al., 2017). Penataan cahaya sebagai
unsur artisitik bermanfaat untuk membentuk dan mendukung suasana (Amin, 2011).
Pencahayaan alami maupun buatan di apartement yang ditata secara unik akan mencipta
suasana tertentu dalam ruangan dan dapat membangun estetika pada ruangan secara optimal
(AlFaruq et al., 2018). Disamping itu pencahayaan alami maupun buatan, sama-sama dapat
mendatangkan ilusi ruang lapang tersebut (Fleta, 2021). Jendela kaca atau skylight dapat
menjadi sumber pencahayaan sentral yang efektif membagi cahaya ke setiap sisi ruangan
sempit. Menempatkan lampu meja atau lampu dinding di sudut ruangan juga dapat membantu
menambah kesan luas ruangan di apartement tersebut. Selain berfungsi untuk menerangi
ruangan, ternyata pencahayaan dapat membuat suasana yang nyaman sesuai dengan
keinginan.
Hasil dan pembahasan kelembaban pada desain interior apartemen sering digunakan untuk
meningkatkan kualitas hidup dan estetika dalam ruangan tamu. Berikut adalah beberapa
contoh desain interior apartemen yang menggunakan kelembahan:
Desain minimalis: Desain interior modern minimalis menggunakan pengaplikasian furniture
yang didominasi oleh bentuk persegi dan warna putih-hitam. Hal ini membuat ruangan tamu
tampak lebih luas dan spasial.
Penggunaan warna: Warna putih dominan pada unit apartemen tipe studio yang hampir sama
dengan desain unit Apartemen Puncak Kertajaya. Warna ini membuat ruangan tamu tampak
lebih cerah dan nyaman.
Penggunaan kayu muda: Dalam desain interior apartemen tipe studio Puncak Kertajaya,
warna kayu muda digunakan untuk menciptakan ruangan yang terasa lebih sedan.
Kompakti dan mewadahi: Desain interior apartemen tipe studio sering menggunakan furnitur
compact yang dapat mendukung aktifitas lain dan menghemat ruang.
Hal ini membuat ruangan tamu menjadi lebih spasial dan efisien.
Pemanfaatan ruang secara maksimal: Dalam perancangan walk-in closet di apartemen tipe
studio, pemanfaatan ruang secara maksimal memungkinkan untuk mengoptimalkan
kelembahan.
Dalam mengembangkan desain interior apartemen, penggunaan kelembahan dapat membantu
menciptakan lingkungan yang lebih spasial, estetis, dan fungsional. Hal ini akan memperkuati
kebutuhan berpenampilan dan membantu meningkatkan kualitas hidup pada ruangan tamu.

24
5.1.Jenis Pencahayaan
Pencahayaan alami: Memanfaatkan cahaya matahari untuk menerangi ruangan. Hal ini dapat
dilakukan melalui jendela besar, penggunaan kaca cermin untuk memantulkan cahaya, dan
penempatan ruang terbuka di sekitar sumber cahaya alami.
Pencahayaan buatan: Diperlukan ketika cahaya alami tidak mencukupi. Desain sistem
pencahayaan buatan yang cermat, perlengkapan yang efisien, dan kontrol yang baik dapat
membantu menghemat energi pencahayaan serta menciptakan nuansa yang nyaman di dalam
apartemen.

5.2 Pengehematan energi pencahayaan


Menggunakan pencahayaan alami: Mengharapkan cahaya matahari untuk menerangi ruangan
dengan jendela besar dan kaca cermin yang memantulkan cahaya
Menggunakan pencahayaan buatan: Menggunakan sistem pencahayaan buatan yang efisien
dan memiliki kontrol yang baik untuk menghemat energi pencahayaan
Menjaga perlengkapan pencahayaan: Menjaga perlengkapan pencahayaan yang sesuai
dengan kebutuhan ruangan, sehingga menghemat energi pencahayaan
Menggunakan teknologi hemat energi: Menggunakan teknologi hemat energi, seperti LED,
untuk menjimat energi pencahayaan
Mengoptimalkan penataan ventilasi: Menjadikan penataan ventilasi sebagai solusi dalam
kecerahan pada ruangan, sehingga mengurangi penggunaan pencahayaan.
Penggunaan pencahayaan alami: Memanfaatkan cahaya matahari seoptimal mungkin dengan
desain jendela besar dan penggunaan yang pas.

5.3 Menghitung kapasitas cahaya dalam desain interior apartemen


Anda perlu memperhatikan beberapa faktor seperti luas ruangan, orientasi bangunan, jumlah
dan ukuran jendela, serta jenis pencahayaan yang akan digunakan. Salah satu metode yang
umum digunakan adalah perhitungan lux, yang mengukur intensitas cahaya yang diterima di
suatu area. Rumus umum untuk menghitung lux adalah:
E=f x n x LLF/A

Di mana:
E = illuminance (lux)
F = jumlah lampu
n = faktor utilitas
25
LLF = light loss factor
A = luas area (m^2)
Anda juga dapat menggunakan perangkat lunak desain interior yang memiliki fitur
perhitungan cahaya untuk membantu dalam proses ini. Pastikan untuk mempertimbangkan
standar kebutuhan pencahayaan dalam desain interior untuk mencapai kenyamanan visual
dan fungsionalitas yang optimal.

26
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan
Berdasar perhitungan jumlah titik lampu dan daya pencahayaan buatan yang dipasang
ditemukan kesalahan dalam penerapannya, sehingga menimbulkan dampak kelebihan daya
yang dipasangkan di tiap-tiap unit apartemen tersebut mengakibatkan gangguan pada system
jaringannya. Untuk ruang pada tiap-tiap unit apartement tersebut kebutuhan cahaya alaminya
sudah tercukupi dengan adanya besaran bukaan jendela yang ada di unit apartemen tersebut.
Saran yang dapat diberikan yakni dalam melakukan penataan ruang, sistem pencahayaan
menjadi salah satu aspek yang kerap diabaikan. Padahal tanpa adanya sistem pencahayaan
yang optimal, sebuah ruangan belum tentu dapat berfungsi dengan baik. Untuk itu pentingnya
sistem pencahayaan alami maupun buatan perlu diperhatikan dalam proses perancangan
desain interior apartement dan desain interior lainnya, agar keamanan, kenyamanan, dan
estetika dapat tercapai. Tatanan desain interior apartement sangat bergantung dengan sistem
pencahayaan alami dan buatan yang digunakan. Untuk itu penggunaan energi dalam system
pencahayaan dapat disesuaikan sesuai rekomendari SNI agar tercipta efisiensi dalam
penggunaan daya listrik serta mengurangi pembuangan energi listrik yang digunakan secara
tidak berguna.

6.2.Saran
gunakan pencahayaan alami sebanyak mungkin dengan memaksimalkan penggunaan jendela
dan pintu kaca. Kedua, gunakan lampu-lampu yang dapat diatur intensitas cahayanya untuk
menciptakan suasana yang berbeda-beda. Ketiga, gunakan lampu-lampu yang dapat
diarahkan untuk menyoroti area tertentu, seperti lukisan atau dekorasi dinding. Keempat,
gunakan lampu-lampu yang dapat dipasang di bawah rak atau lemari untuk memberikan efek
cahaya yang indah. Kelima, gunakan warna-warna cerah pada dinding dan plafon untuk
memantulkan cahaya dengan baik.

27
DAFTAR PUSTAKA

AlFaruq, U. A., Santoso, B., & B Apribowo, C. H. (2018). Perencanaan Sistem Elektrikal
pada Apartemen Menara One Surakarta. Mekanika: Majalah Ilmiah Mekanika, 17(1).
Alfiana, M. E., Alfares, M. A., Nurwidyaningrum, D., & Wulandari, L. S. (2020).
Pencahayaan Kombinasi Pada Laboratorium Teknik Elektro Politeknik Negeri
Jakarta. Construction and Material Journal, 2(3).
Amin, N. (2011). Optimasi Sistem Pencahayaan Dengan Memanfaatkan Cahaya Alami (Studi
Kasus Lab. Elektronika Dan Mikroprosessor Untad). Jurnal Ilmiah Foristek, 1(1), 43– 50.
Annisa, D. A. N., & Lestari, K. K. (2021). Pengaruh Pemilihan Jenis Dan Warna
Pencahayaan Pada Suasanaruang Serta Kesan Pengunjung Kafe. Jurnal Arsitektur, 18(1),
Aribowo, D., Desmira, Ekawati, R., & Jatnika, A. (2021). Analisa Sistem Elektrikal Pada
Gedung Control Building Sudirman Central Business District Jakarta. Jurnal Inovasi
Penelitian, 2(1), 59–68
. Arista, & Dwita, C. (2020). Pengaruh desain dan orientasi jendela terhadap intensitas dan
kualitas pencahayaan alami pada unit standar Apartemen Parahyangan Residences Bandung.
Ashadi, Nelfiyanti, & Anisa. (2016). Pencahayaan dan ruang gerak efektif sebagai indikator
kenyamanan pada rumah sederhana sehat yang ergonomis. Jurnal Arsitektur NALARs, 15(2),
35–44.
Averina, G., & Putri, O. T. (2019). Analisis Pemilihan Material, Pencahayaan, Dan
Penghawaan Pada Apartemen Trillium Surabaya. Seminar Nasional Infrastruktur
Berkelanjutan Era Revolusi Industri 4.0, 11–18.
Dora, Esa, P., & Nilasari, P. F. (2011). Pemanfaatan Pencahayaan Alami Pada Rumah
Tinggal Tipe Townhouse Di Surabaya.
Fleta, A. (2021). Analisis pencahayaan alami dan buatan pada ruang kantor terhadap
kenyamanan visual pengguna. Jurnal Patra, 3(1), 33–42.
Furqoni, A., & Prianto, E. (2021). Kajian Aspek Kenyamanan Visual Pada Rumah
Tinggalberdasarkan Pencahayaan Alami. Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Kepada
Masyarakat UNSIQ, 8(2), 118–124.
Isnaeni, L., Santoso, H. H., & Wati, E. K. (2019). Optimasi Sistem Pencahayaan Buatan Pada
Gedung Olahraga Hoki Di Kota Administrasi Jakarta Selatan. Jurnal Ilmiah GIGA, 22(1),
33–42.
Jamala, N., Asmal, I., Latif, S., & Syam, S. (2015). Analisis Pencahayaan Bangunan Hemat
Energi ( Studi Kasus : Gedung Wisma Kalla di Makassar ). Jurnal Arsitektur, 15(2), 62–70.
28
Karyanta, E., Santoso, B., & Tukiman. (2015). Perancangan Sistem Penerangan Bangunan
Iradiator Gamma Kapasitas 200 kCi . Jurnal Prima, 12(1), 38–44. Mappalotteng, A. M., &
Syahrul. (2015). Analisis Penerangan Pada Ruangan Di Gedung Program Pascasarjana UNM
Makassar. Jurnal SCIENTIFIC PINISI, 1(1), 87–96.
Masruchin, F. R., & Mufidah. (2019). Optimasi Pencahayaan Alami Pada Studio Arsitektur
Di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Jurnal Hasil Penelitian, 04(02). Nurkihsan, R.,
Putra, G., Nugraha, A. E., & Herwanto, D. (2021). Analisis Pengaruh Intensitas Pencahayaan
Terhadap Kelelahan Mata Pekerja. JURNAL TEKNIKA, 15(1), 81–97.
Panjaitan, D. M., & Pangestu, I. M. D. (2018). The Impact Of Daylight Apertures And
Reflective Surfaces On The Effectiveness Of Natural Lighting Atthe Rumah Kindah Office
In Jakarta. Jurnal RISA (Riset Arsitektur), 02(01), 70–88.
Perkasa, A. R. B., & Soemardiono, B. (2020). Konsep Ruang Hijau Pada Permukiman
Vertikal Surabaya Dengan Pendekatan Terhadap Kesehatan Mental Penghuni. Jurnal Sains
Dan Seni ITS, 10(1), 82–87. Putri, F., & Faqih, M. (2018). Harvesting pada Apartemen untuk
Mengurangi Fenomena Urban Heat Island di Jakarta. Jurnal Sains Dan Seni ITS, 7(2), 86–90.
Putro, M. D., & D.Kambey, F. (2016). Sistem Pengaturan Pencahayaan Ruangan Berbasis
Android Pada Rumah Pintar. 3.
Setiawan, A. (2013). Optimasi distribusi pencahayaan alami terhadap kenyamanan visual
pada toko “Oen” di kota malang. Jurnal Intra, 1(2), 1–10.
Sinaga, J. (2019). Perancangan Instalasi Listrik Pada Rumah Toko Tiga Lantai Dengan Daya
12 Kw. Jurnal Teknologi Energi Uda, 8(2), 102–112.
Tanjung, A., Setiawan, D., & Hamzah. (2021). Penerapan Persyaratan Umum Instalasi Listrik
dan Standarisasi Kelistrikan di Kelurahan Maharani Kecamatan Rumbai. Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat, 2(1), 32–38Widiyantoro, H., Muladi, E., & Vidiyanti, C. (2017).
Analisis Pencahayaan Terhadap Kenyamanan Visual Pada Pengguna Kantor. Jurnal
Arsitektur, Bangunan, &Lingkungan, 6(2), 65–70.
Wijayanti, S., & Hassan, S. M. (2018). Simulasi Desain Fasad Optimal Terhadap
Pencahayaan Alami Pada Gedung Prodi Arsitektur Universitas Malikussaleh.
Indonesian Journal of Architecture, 4(1).
Yupardhi, T. H., & Kerdiati, N. L. K. R. (2021). Perancangan Interior Laboratorium Material
Dan Sistem Pencahayaan Di PS / Jurusan Desain Interior ISI Denpasar. Jurnal Penelitian
Seni, 9(1),1-4

29
30

Anda mungkin juga menyukai