Anda di halaman 1dari 4

Ade Dwi R. R.

Sirfefa
1806265034

Flakiness Indeks

Tujuan :
Tujuan dari pengujian flakiness index adalah untuk menentukan persentase indeks
kepipihan suatu agregat yang dapat digunakan dalam campuran beraspal. Hasil pengujian ini
akan mengacu kepada standart yang dipakai untuk perkerasan jalan. Menurut British Standart
Institution (BSI) terdapat 6 katagori bentuk agregat yaitu bulat, tidak beraturan, bersudut, pipih,
lonjong, pipih dan lonjong. Suatu agregat dikatakan pipih apabila perbandingan antara diameter
terpendek dengan rata-rata diameter kurang dari 0.6.
Prosedur :
Persiapan sampel :
1. Melakukan proses saringan agregat. Agregat yang tertahan pada saringan nomor 37.5 mm
dan yang lolos saringan 12.5 mm dipisahkan dan dipindahkan ke wadah
2. Sampel kemudian di cuci dan dikeringkan hingga memiliki berat yang sama
3. Timbang sampel yang tertahan pada tiap saringan dan hitung persentasenya terhadap M1
(Berat awal)
4. Menghitung jumlah fraksi yang lebih besar atau sama dengan 5% dinyatakan sebagai M2.
Prosedur :
1. Uji kepipihan dimulai dengan melewatkan dengan tangan setiap butir agregat pada
lubang alat penguji kepipihan sesuai dengan ukurannya.
2. Pisahkan agregat yang lewat dengan yang tertahan pada alat kepipihan sesuai dengan
ukuran lubangnya.
3. Lakukan hal yang sama untuk saringan lainnya yang memilliki persantese berat tertahan
lebih dari 5%
4. Total jumlah agregat yang lewat dari setiap saringan dinyatakan sebagai M3F.
Output:
Dari pengujian didapatkan nilai M2 dan M3F, dari kedua nilai tersebut dapat ditentukan nilai
indeks kepipihan. Nilai indeks tersebut digunakan untuk mengambil keputusan terkait
penggunaan agregat. Berdasarkan SNI 03-4137-1996, untuk agregat pipih maksimal dalam
penggunaannya dibatasi yaitu 10%.
Ade Dwi R. R. Sirfefa
1806265034

Elongation Indeks

Tujuan :
Tujuan pengujian elongation index adalah untuk menilai secara kuantitatif distribusi
agregat yang berbentuk elongated (lonjong), yang dinyatakan dalam indeks kelonjongan. Suatu
material agregat dapat diklasifikasikan lonjong apabila memiliki panjang lebih dari 1.8 kali dari
rata-rata ukuran saringan.
Prosedur :
Prosedur elongation indeks :
1. Melakukan proses saringan agregat. Agregat yang tertahan pada saringan nomor 37.5 mm
dan yang lolos saringan 12.5 mm dipisahkan dan dipindahkan ke wadah
2. Sampel kemudian di cuci dan dikeringkan hingga memiliki berat yang sama
3. Timbang sampel yang tertahan pada tiap saringan dan hitung persentasenya terhadap M1
(Berat awal)
4. Menghitung jumlah fraksi yang lebih besar atau sama dengan 5% dinyatakan sebagai M2.
Prosedur pengujian kelonjongan :
1. Uji kelonjongan dimulai dengan menggunakan alat length gauge sketch. Ukuran gauge
yang diggunakan adalah 1.8 kali diameter rata-rata.
1. Pisahkan agregat yang lewat dengan yang tertahan pada alat kelonjongan sesuai dengan
ukuran lubangnya.
2. Lakukan hal yang sama untuk saringan lainnya yang memilliki persantese berat tertahan
lebih dari 5%
3. Total jumlah agregat yang lewat dari setiap saringan dinyatakan sebagai M3F.
Output:
Elongation index diperoleh dari perbandingan nilai M3F dan berat M2 dinyatakan
dalam persentase. Persentase elongation index perlu diperhatikan terutama dalam konstruksi
jalan. Untuk konstruksi jalan sendiri nilai elongation index yang disarankan harus kurang dari
15% sedangkan untuk pekerjaan perkereasan jalan standart yang digunakan adalah sebagai
berikut:

Tabel 1 Elongation Index untuk Pekerjaan Perkerasan


Ade Dwi R. R. Sirfefa
1806265034

Angularity Number

Tujuan:
Pengujian Angularity Number bertujuan untuk menenunjukkan seberapa besar sudut
yang dimiliki oleh material agregat. Sudut ini berdasarkan rongga dalam agregat setelah
pemadatan. Pengujian ini juga bertujuan untuk menentukan bentuk dari agregat dan
mengklasifikasikannya menjadi 4 bentuk yaitu rounded, flaky, elongated, ataupun angular. Nilai
angka angular yang umumnya digunakan untuk konstruksi jalan adalah 7-10. Jumlah sudut
setelah pemadatan ditentukan lebih dari 33. Dimana 33 adalah persentase volume rongga, dalam
agregat yang dibulatkan sempurna dan 67 adalah persentase volume zat padat dalam agregat
yang dibulatkan sempurna.
Prosedur Pelaksanaan:
Berdasarkan IS: 2368-1963 dan IS: 383-1970, peralatan yang digunakan dalam
pengujian angularity number adalah metal cylinder, tamping rod, spatula, brush, metal scoop,
dan saringan nomor 20, 16,12.5, 10, 6.3, dan 4.75 mm, serta sampel agregat yang telah
dikeringkan dalam oven dalam suhu 100-110 derajat celcius dan telah didiamkan selama 24 jam.
Prosedur pelaksanaanya adalah sebagai berikut:
1. Menyaring agregat dengan saringan yang telah ditentukan
2. Mengisi metal cylinder dengan air dan mencatat volumenya
3. Memadatkan agregat dalam tiga lapisan, setiap lapisan diberikan 100 pukulan
menggunakan standart tamping rod dengan kecepatan 2 pukulan/detik dengan
mengangkat tamping rod 5 cm diatas permukaan agregat. Pastikan pukulan yang
diberikan terdistribusi merata di permukaan agregat
4. Setelah memadatkan lapisan ketiga, isi silinder hingga penuh dan meratakan material
agregat berlebih
5. Kemudian menimbang berat air, agregat, dan silinder.
6. Buat 3 penentuan terpisah dan hitung berat rata-rata agregat dalam silinder.
Ade Dwi R. R. Sirfefa
1806265034

Output:
Dari pengujian angularity number akan didapatkan jumlah sudut dari agregat tersebut.
Dimana angka angularitas didefinisikan sebagai berikut:
 Agregat normal yang cocok untuk pembuatan beton dapat memiliki angka sudut antara 0
sampai 11.
 Angularitas angka 0 mewakili agregat bulat yang paling praktis
 Angularitas angka 11 menunjukkan agregat bersudut paling banyak yang dapat
digunakan untuk membuat beton.

Anda mungkin juga menyukai