Anda di halaman 1dari 22

Laboratorium Teknik Sipil

Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer


Universitas Bakrie

Nama Praktikan :1. Calvin Joefanda Putra


2. Kiki Sundari
3. Muhammad Alde
4. Muhammad Fiqri
5. Siti Aiysah Tuida R
6. Siti Nabila Ekawati
Kelompok : 2
Tanggal Praktikum : 10 September 2018
Judul Praktikum : Pemeriksaan Ketahanan Aus Agregat Dengan Mesin Los
Angeles
Asisten : Mutia Mauliddini
Paraf Nilai :

1. PENDAHULUAN
a) Maksud Dan Tujuan
Maksud
Maskud dari praktikum ini adalah untuk menentukan tingkat keausan
agregat dengan menggunakan mesin los angeles.
Tujuan
Tujuan Umum
• Dapat menentukan tingkat keausan agregat dengan
menggunakan mesin los angeles.
Tujuan Khusus
• Dapat memahami prosedur pelaksanaan pengujian keausan
agregat dengan mesin los angeles dengan baik dan benar.
• Dapat mengenal dan menggunakan peralatan pengujian
dalam pengujian keausan agregat dengan mesin los angeles
dengan baik dan benar.
• Dapat mengamati dan mencatat data hasil pengujian yang
dilakukan dengan cermat dan teliti.

Pemeriksaan Ketahanan Aus Agregat Dengan Mesin Los Angeles 1


Laboratorium Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Bakrie

• Dapat menganalisa dan menyimpulkan hasil pengujian yang


didapat dengan mengacu kepada standart yang dipakai.

b) Alat Dan Bahan


Alat
• Mesin abrasi Los Angeles. Mesin ini terdiri dari silinder baja
yang tertutup pada kedua sisinya, dengan diameter 71 cm,
panjang 50 cm. Silinder bertumpu pada sumbu horizontal tempat
silinder itu berputar. Terdapat lubang untuk memasukkan benda
uji, dengan tutupnya terpasang rapat sedemikian rupa sehingga
permukaan bagian dalam silinder tidak terganggu. Di bagian
dalam silinder tersebut terdapat bilah baja melintang penuh
setinggi 8,9 cm.
• Timbangan dengan ketelitian 5 gram.
• Bola - bola baja 11 buah.
• Wadah tempat agregat kasar atau krikil (loyang).
Bahan
• Agregat kasar gradasi D sebanyak 5000 gr.

c) Dasar Teori
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
ketahanan aus kerikil/batu pecah dengan menggunakan alat mesin
Los Angeles. Pengujian ketahanan aus kerikil dengan cara ini
memberikan gambaran yang berhubungan dengan kekerasan dan
kekuatan kerikil, serta kemungkinan terjadinya pecah butir-butir
kerikil selama penumpukan, pemindahan maupun selama
pengangkutan. Kekerasan kerikil berhubungan pula dengan kekuatan
beton yang dibuat. Pada umumnya agregat kasar diisyaratkan bagian
yang hancur tidak boleh lebih dari 10 persen setelah putaran yang
ke-100, dan tidak boleh lebih dari 40 persen setelah putaran ke-500.
Keausan yang diperoleh berupa perbandingan antara berat bahan

Pemeriksaan Ketahanan Aus Agregat Dengan Mesin Los Angeles 2


Laboratorium Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Bakrie

yang aus (lewat lubang ayakan nomor 12) dan berat semula, dalam
persen.
Mesin yang digunakan untuk pengujian keausan adalah
mesin los angeles. Mesin ini berbentuk slinder dengan diameter 170
cm yang terbuat dari baja. Dalam pengujian ini menggunakan bola-
bola baja yang berukuran 4 – 6 cm sebagai nilai bantu untuk
menghancurkan agregat. Jumlah bola yang digunakan tergantung
dari tipe gradasi dan agregat yang diuji. Yang dimaksud dengan
keausan merupakan perbandingan antara berat bahan aus lewat
saringan no 8 dan tertahan di saringan no 16 terhadap berat semula
dalam persen. Untuk menguji kekuatan agregat kasar dapat
mengguankan bejana Rudolf ataupun dengan alat uji los angeles test.
Di dalam mesin los angeles terdapat sirip yang berfungsi
sebagai pembalik material yang diuji dan lama pengujian tergantung
dari jumlah berat material.

Berdasarkan SK SNI 2417 – 1991, keausan agregat tergolong


sebagai berikut :
• Apabila nilai keausan yang diperoleh > 40%, maka agregat
yang diuji tidak baik digunakan dalam bahan perkerasan
jalan.
• Apabila nilai keausan agregat yang diperoleh < 40%, maka
agregat yang diuji baik digunakan dalam bahan perkerasan
jalan.

Rumus untuk menentukan keausan agregat adalah :


Keausan = (A – B)/A x 100%
Dimana :
A : Berat awal agregat
B : Berat akhir agregat yang lolos saringan no 8 dan tertahan di no
16

Pemeriksaan Ketahanan Aus Agregat Dengan Mesin Los Angeles 3


Laboratorium Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Bakrie

d) Langkah Kerja
• Persiapan
Mempersiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan
dalam pengujian keausan agregat dengan mesin los angeles.
• Jalannya praktikum
o Memasukan benda uji dan bola – bola baja kedalam
mesin Los Angeles.
o Memutar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm,
sebanyak 500 putaran untuk gradasi A,B,C dan D,
sedangkan untuk gradasi E,F dan G sebanyak 100
putaran.
o Mengeluarkan benda uji dari dalam mesin.
o Memasukkan butiran agregat kasar kedalam mesin Los
Angeles dan putar mesin sebanyak 400 kali ( jadi dengan
putaran yang pertama berjumlah 500 kali ).
o Mengeluarkan benda uji dari mesin Los Angeles.

Pemeriksaan Ketahanan Aus Agregat Dengan Mesin Los Angeles 4


Laboratorium Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Bakrie

II ISI

a) Data Pengamataan

Putaran Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Kel 6

100 x 4,85 3,60 3,78 4,59 4,75 4,20

500 x 3,60 3,20 3,60 4,20 4,10 4,00


Tabel 1 – Data berat agregat yang tertahan pada ayakan no.12 setelah 100 dan 500 kali
putaran.

• Perhitungan
o 100x pemutaran

Keterangan :
A = Berat benda uji semula (gram)
B = Berat benda uji setelah 100 kali pemutaran (gram)

o 500x pemutaran

Keterangan :
A = Berat benda uji semula (gram)
C = Berat benda uji setelah 500 kali pemutaran (gram)

Pemeriksaan Ketahanan Aus Agregat Dengan Mesin Los Angeles 5


Laboratorium Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Bakrie

b) Analisis

• Analisa Percobaan
Percobaan dilakukan pada tanggal 10 September 2018.
Percobaan dimulai dengan menimbang wadah untuk kerikil kemudian
menimbang kerikil sebanyak 5 kg. Pengenalan kepada mesin Los Angeles, dari
cara membuka penutup mesin dan menutup mesin dengan menggunakan kunci
inggris. Percobaan seharusnya dilakukan dengan memasukan benda uji yaitu
berupa kerikil yang sudah dicuci dan dikeringkan dioven lalu di saring
menggunakan saringan nomor 12, tapi itu tidak dilakukan karena dapat
mengganngu aktivitas belajar dikelas lain karena suara bising yang ditimbulkan
karena mesin di lab belum disertai penanggkal suara dari kebisingan mesin.
Percobaan hanya dilakukan dengan memasukkan kesebelas bola besi
dimasukkan secara perlahan ke dalam mesin. Penutup mesin
dikunci,lalu mesin dinyalakan dengan dengan pengaturan untuk 100 putaran tapi
di lakukan hanya 3 kali putaran dikarenakan suara yang ditimbulkan amat sangat
menggangu. Lalu penutup mesin di buka kembali. Walau tidak dilakukan
sepenuhnya, dosen tetap menjelaskan tahapan praktikum yang semestinya.

• Analisa Data
Setelah dilakukan pemutaran sebanyak 100x, didapatkan data
untuk masing-masing kelompok adalah 4.85, 3.60, 3.78, 4.59, 4.75
dan 4.20. dan setelah diputar kembali hingga 500x putaran, berat
masing-masing agregat berkurang, yaitu 3.60, 3.20, 3.60, 4.20, 4.10
dan 4.00. Pengurangan ini diakibatkan semakin meningkatnya
pecahan agregat yang menembus saringan nomor 12.
Setelah diperhitungkan, untuk pemutaran sebanyak 100x
menghasilkan presentase keausan sebanyak 14.1% dan untuk
pemutaran sebanyak 500x menghasilkan presentase keausan
sebanyak 33.34%. Dari nilai yang didapat, dapat dipastikan bahwa
agregat yang diuji tidak cocok untuk digunakan sebagai bahan
campuran pembuatan beton jalan raya karena agregat sangat rentan

Pemeriksaan Ketahanan Aus Agregat Dengan Mesin Los Angeles 6


Laboratorium Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Bakrie

hancur akan tekanan dari kendaraan-kendaraan, namun dapat


digunakan sebagai bahan campuran beton bangunan.

• Analisis Kesalahan
Pada praktikum kali ini, terdapat beberapa faktor kesalahan yang
mempengaruhi hasil akhir praktikum.
o Praktikum dilakukan tidak optimal dikarenakan kebisingan
yang ditimbulkan mesin saat praktikum.
o Hasil rata - rata pada perihitungan praktikum kali ini tidak
sesuai ketentuan yaitu seharusnya di 100 kali putaran nilai
rata – ratanya tidak boleh lebih dari 10 % . Namun pada
putaran ke 500 hasil yang diperoleh sesuai dengan ketentuan
yaitu tidak lebih dari 40%.

c) Aplikasi
• Banyak objek bangunan sipil yang sangat dipengaruhi oleh kondisi
agregat, terutama pada tingkat keausan agregat. Contohnya pada
pekerjaan jalan, baik yang perkerasan kaku (rigid pavement) ataupun
perkerasan lentur (flexible pavement), agregat akan mengalami
proses lainnya seperti pemecahan, pengikisan akibat cuaca,
pengikisan ketika pencampuran dan akibat penghamparan dan
pemadatan.
• Pada bangunan gedung pun tingkat keausan agregat sangat
diperhitungkan, karena sangat mempengaruhi kekuatan bangunan itu
sendiri.

d) Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :
• Keausan rata-rata agregat pada 100x pemutaran adalah 14.1%
dan pada 500x pemutaran adalah 33.34%.

Pemeriksaan Ketahanan Aus Agregat Dengan Mesin Los Angeles 7


Laboratorium Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Bakrie

• Dikarenakan nilai abrasi <40% , maka agregat dapat digunakan


sebagai campuran bahan beton untuk bangunan.
• Dikarenakan nilai abrasi >30% , maka agregat tidak dapat
digunakan sebagai bahan campuran beton jalan raya.

e) Referensi
• Pedoman Praktikum Pemeriksaan Bahan Beton dan Mutu
Beton, Laboratorium Teknik Sipil: Universitas Bakrie
• Iriyanto, Nur. 2017. Laporan pemeriksaan agregat. Scribd.com
12/09/2018
• Hmtl. 2011. documents pemeriksaan keausan agregat dengan
mesin los angeles. dokumen.tips 12/09/2018

Pemeriksaan Ketahanan Aus Agregat Dengan Mesin Los Angeles 8


Laboratorium Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Bakrie

f) Lampiran

Gambar 1 Split Utuh


(Sumber: Dokumen pribadi)

Gambar 2 Proses penimbangan Wadah


(Sumber: Dokumen pribadi)

Gambar 3 Bola Baja


(Sumber: Dokumen pribadi)

Pemeriksaan Ketahanan Aus Agregat Dengan Mesin Los Angeles 9


Laboratorium Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Bakrie

Gambar 4 Mesin Los Angeles


(Sumber: Dokumen pribadi)

Pemeriksaan Ketahanan Aus Agregat Dengan Mesin Los Angeles 10


Laboratorium Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Bakrie

Kelompok :2

Tanggal Praktikum : 10 September 2018

Judul Praktikum : Uji Kepipihan Agregat

Asisten : Mutia Mauliddini

Paraf Nilai :

I. PENDAHULUAN
a) Maksud Dan Tujuan
Maksud
Maskud dari praktikum ini adalah untuk menentukan % indeks
kepipihan suatu agregat yang dapat digunakan dalam campuran
beraspal.

Tujuan
• Dapat memahami prosedur pelaksanaan pengujian indeks
kepipihansuatu agregat.
• Dapat terampil menggunakan peralatan pengujian indeks
kepipihan suatu agregat dengan baik dan benar.
• Dapat melakukan pencatatan data dan analisa yang diperoleh.
• Dapat menyimpulkan besarnya nilai indeks kepipihanyang diuji
berdasarkan standar yang dipakai untuk perkerasan jalan.

b) Alat Dan Bahan


Alat
• Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
• Wadah
• Alat Pengukur Panjang Pipih 1 Set
Bahan
• Agregat kasar sebanyak 1000 gr.

Pemeriksaan Ketahanan Aus Agregat Dengan Mesin Los Angeles 11


Laboratorium Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Bakrie

c) Dasar Teori
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui bentuk agregat
dan juga untuk mengetahui presentase julah agregat yang pipih dari
suatu sampel agregat, seperti yang tercantum dalam British Standard
Institution, BSI (1975) yang membagi agregat dalam enam kategori
yaitu : bulan (rounded), tidak beraturan (irregular), bersudut
(angular), pipih (flaky), lonjong (alongated), pipih dan lonjong
(flaky and alongated). Collist (1985) mendefinisikan bahwa agregat
berbentuk pipih jika agregat tersebut lebih tipis minimal 60% dari
diameter rata-rata. Sedangkan agragat lonjong jika ukuran
panjangnya lebih panjang minimal 180% diameter rata-rata.
Diameter rata-rata dihitung berdasarkan ukuran saringan.

Dalam pelaksanaan di lapangan, agregat yang diuji adalah


agregat yang diambil dari Agregate Crushing Plant (ACP).
Umumnya agregat yang dihasilkan dari Agregate Crushing
Plant (ACP) memiliki bentuk bersudut. Bentuk pipih atau lonjong
dapat terjadi karena komposisi atau struktur batuan. Pada
penghancuran batuan yang sangat keras dan getas akan terjadi akan
terjadi proporsi bentuk pipih yang cukup besar. Tetapi pada
proses crushing selanjutnya akan didapat proporsi bentuk bersudut
yang lebih banyak.

Bentuk agregat pipih atau lonjong tidak disukai dalam


struktur perkerasan jalan, karena sifatnya yang mudah patah
sehingga mempengaruhi gradasi agregat, interlocking, dan
menyebabkan peningkatan porositas perkerasan yang tidak beraspal.
Bina Marga masih menerima bentuk agregat pipih, yaitu maksimal
25 %. Tetapi penggunaannya dibatasi hanya untuk kelas jalan yang
rendah.

Pemeriksaan Ketahanan Aus Agregat Dengan Mesin Los Angeles 12


Laboratorium Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Bakrie

Bentuk agregat bulat pun tidak disukai, tetapi untuk kondisi


perkerasan tertentu, misalnya kelas jalan rendah, bentuk bulat masih
diperbolehkan sebatas penggunaannya untuk lapisan pondasi bawah
dan lapisan pondasi saja. Maksimal penggunaan untuk lapisan
pondasi adalah 40 %, sedangkan untuk lapisan pondasi bawah dapat
lebih besar lagi. Pada penggunaan di lapangan di lapangan agregat
bulat dapat digunakan untuk lapisan permukaan setelah sebelumnya
dipecahkan terlebih dahulu.
Tabulasi batas maksimal penggunaan agregat yang pipih dan
lonjong adalah sebagai berikut :

• Kepipihan : batas maksimal 25%


• Kelonjongan : batas maksimal 40%

Jika memenuhi batas maksimal di atas, maka komposisi


agregatnya cocok untuk digunakan lapis perkerasan atas atau bawah.
Jika mengunakan agregat pipih maka akan mudah patah. Dalam
pengerjaannya, jika disusun agregat pipih dengan rapi, maka akan
menghabiskan banyak waktu dan kesulitas dalam menata.
Sedangkan jika digunakan agregat yang lonjong, maka akan terdapat
banyak udara yang mengisi rongga-rongga diantara agregat-agregat
tersebut.
Bentuk butiran agregat adalah ukuran normal dari sebuah
agregat dimana ukuran nominal ini bergantung kepada besar ukuran
agregat dominan pada suatu gradasi tertentu. Pengujian ini bertujuan
untuk menguji keseragaman agregat pada suatu proyek, agar
memperluas perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan pada proyek.
Ada 3 macam bentuk agregat dengan pengertian sebagai berikut :

Pemeriksaan Ketahanan Aus Agregat Dengan Mesin Los Angeles 13


Laboratorium Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Bakrie

• Butiran agregat berbentuk lonjong


Butiran agregat yang mempunyai rasio panjang terhadap
lebar lebih besar dari nilai yang ditentukan dalam spesifikasi.
• Butiran agregat berbentuk pipih
Butiran agregat yang mempunyai rasio lebar terhadap tebal
besar dari nilai yang ditntukan dalam spesifikasi.
• Butiran agregat berbentuk pipih dan lonjong
Butiran agregat yang mempunyai rasio panjang terhadap
tebal besar dari nilai yang ditentukan dalam spesifikasi.

Dari ketiga bentuk indeks bentuk agregat dapat dibedakan atas :


• Butir memanjang
Dikatakan seperti ini apabila panjangnya melebihi dua sumbu
pokok. Butir ini juga dikatakan panjang apabila panjangnya
lebih besar 3 kali lebarnya.
• Butir pipih
Dikatakan pipih apabila tebalnya jauh lebih kecil dari 2
dimensi lainnya dan biasanya tebal agregat kurang dari 1/3
tebal ukuran agrerat rata-rata kepipihan berpengaruh buruk
kepada daya tahan atau keawetan beton aspal karena agregat
ini cenderung berkedudukan pada bidang rata, sehingga
terdapat rongga udara dibawahnya.
• Butir bulat
Dikatakan bulat apabila rasio permukaan volume kecil,
agregat bulat mempunyai rongga udara minimum 33 %. Hal
ini berarti butir pipih mempunyai rasio luas permukaan
volume kecil. Butir bulat ini biasanya berbentuk bulat penuh
atau telur, termasuk jenis ini adalah kerikil, kerikil yang
berasal dari sungai atau pantai.
• Butir bersudut

Pemeriksaan Ketahanan Aus Agregat Dengan Mesin Los Angeles 14


Laboratorium Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Bakrie

Dikatakan butir bersudut apabila permukaan agregat bersudut


agak tajam. Ikatan antara butiran bersudut ini sangat baik,
sehingga mempunyai daya lekat yang lebih baik pula dan
butiran bersudut ini mempunyai rongga berkisaran 30 – 40
%. Butiran bersudut biasa diperoleh dari batu pecah.
• Butir tidak beraturan
Dikatakan butir tidak beraturan karena benuk alaminya
memang tidak beraturan sebagian terjadi karena pengerasan
dan mempunyai sisi atau tepi yang berat. Yang termasuk
jenis ini adalah kerikil sungai, kerikil darat yang berasal dari
lahar gunung berapi.
• Butir panjang dan pipih
Dikatakan seperti ini karena jenis ini mempunyai panjang
yang jauh lebih besar dari semua tebalnya, sedangkan
lebarnya jauh lebih besar dari tebalnya. Umumnya butiran ini
berjumlah kecil dari 15 % saja, karena akan berpengaruh
terhadap daya tahan atas keawetan beton aspal.

Berdasarkan SNI 03-4137-1996 untuk agregat pipih dan lonjong


maksimal dalam penggunaannya dibatasi yaitu 20 % :
• Jika perbandingan antara rata-rata diameter dengan diameter
terpanjang kurang dari 0,55 maka bentuk agregat tersebut
lonjong.
• Jika perbandingan antara diameter terpendek dengan rata-rata
diameter kurang dari 0,60 maka bentuk agregat termasuk
pipih.

Pemeriksaan Ketahanan Aus Agregat Dengan Mesin Los Angeles 15


Laboratorium Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Bakrie

d) Langkah Kerja
• Persiapan

Mempersiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan


dalam pengujian Kepipihan Agregat ( Flakiness Gauge )

• Jalannya praktikum
o Menimbang wadah yang akan di gunakan untuk
mengambil agregat kasar.
o Mengambil agregat kasar sebanyak 1 kg.
o Masukkan agregat sesuai dengan alat pengukur
kepipihan.
o Memisahkan sesuai dengan agregat nya masing –
masing.
o Menimbang masing – masing agregat sesuai dengan
yang dipisahkan tadi
o Mendapat hasil dari peninbangan masing masing agregat
sesuai dengan kepipihan agregat.

Pemeriksaan Ketahanan Aus Agregat Dengan Mesin Los Angeles 16


Laboratorium Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Bakrie

II ISI

a) Data Pengamataan
No. Saringan Berat % tertahan Lolos uji Tertahan uji
tertahan kepipihan kelonjongan
1 4.9 50 5 50 50
2 7.2 124 12,4 124 124
3 10.2 118 11,8 118 118
4 14.4 213 12,4 213 213
5 19.7 179 17,9 179 179
6 20.3 90 9 90 90
7 33.9 0 0 0
Total M1 = 1000 M2 = 1000
M3F = 774
M3E = 774
INDEKS KEPIPIHAN (%) = M3F/M2 = 774/1000 × 100% = 77,4 %
INDEKS KELONJONGAN (%) = M3E/M2 = 774/1000 × 100% = 77,4 %
Tabel 1 – Data Pengujian Indeks Kepipihan Dan Kelonjongan Agregat

Dari pengujian indeks kepipihan dan kelonjongan agregat yang


dilakukan, diperoleh data sebagai berikut :

ெଷி
Indeks Kepipihan = × 100
ெଶ

= 774/1000 × 100%
= 77,4 %

ெଷா
Indeks kelonjongan = × 100
ெଶ

= 774/1000 × 100%
= 77,4 %

Pemeriksaan Ketahanan Aus Agregat Dengan Mesin Los Angeles 17


Laboratorium Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Bakrie

b) Analisis

• Analisa Percobaan
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahu persentase setiap
klasifikasi kepipihan dalam 1000 gram agregat, pada pengujian ini
alat yang digunakan untuk menguji kepipihan adalah flakiness gauge
dan bajan uji yang digunakan adalah split, pengjian dilakukan
dengan mencocokkan bahan uji ke flakiness gauge, bahan uji
dimasukkan satu persatu agar didapan hasil yang lebih teliti tentang
lubang mana yang paling sesuai dengan kepipihannya.

• Analisa Data
Pada analisis data dihitung persentase setiap klasifikasi
dengan perbandingan berat awal dari bahan uji, sehingga rumus yang
௕௘௥௔௧ ௦௘௧௘௟௔௛ ௗ௜ ௞௟௔௦௜௙௜௞௔௦௜
di gunakan adalah x 100%, maka di dapat
௕௘௔௥௧ ௔௪௔௟ ௕௘௡ௗ௔ ௨௝௜

persentase setiap klasifikasinya.

• Analisis Kesalahan
Pesentase yang dihasilkan tidak berjumlah 100% hal ini
disebabkan karena sebelum disaring dan di klasifikasikan spilt tidak
di cuci terlebih daluhulu sehingga saat dilakukan penimbangan awal
berat di pengaruhi dengan berat agregat halus seperti pasir yang
menempel pada batu, dan pada saat dilakukan praktikum agregat
halus sebagian terlepas dari split sehingga jumlah semua berat awal
berbeda dengan jumlah semua berat akhir yang selanjutnya
mnempengaruhi penghitungan persentase.

Pemeriksaan Ketahanan Aus Agregat Dengan Mesin Los Angeles 18


Laboratorium Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Bakrie

c) Aplikasi
Banyak objek bangunan sipil yang sangat membutuhkan
pengelompokan agregat sesuai dengan ukuran agrekat tersebut.
Karena itu sangat mempengaruhi kualitas beton yang akan di
gunakan pada suatu bangunan. Apabila campuran agregat tidak
diperhitungkan secara benar maka akan berimbas pada bagunan
tersebut. Contoh pada pembuatan jalan jika agregat tidak sesuai
dengan volume kendaraan misalkan, maka yang terjadi pada jalan
tersebut yaitu cepat sekali rusak atau hancur.

Uji kepipihan agregat berguna untuk memilah agregat yang


baik dan sesuai standar untuk suatu konstruksi atau bangunan.Bentuk
agregat pipih dan atau lonjong tidak diharapkan dalam struktur
perkerasan jalan. Hal ini dikarenakan sifatnya yang mudah patah
sehingga dapat mempengaruhi gradasi agregat, interlocking dan
menyebabkan peningkatan porositas perkerasan tidak beraspal. Bina
Marga masih menerima bentuk agregat pipih, yaitu maksimal 25%
yang dibatasi penggunaannya, hanya paling tinggi untuk lapis
pondasi. Penggunaan pada lapis permukaan hanya dimungkinkan
untuk kelas jalan yang rendah.

Bentuk agregat bulat pun tidak disukai dalam perkerasan


jalan. Tetapi untuk kondisi perkerasan tertentu, misalnya untuk kelas
jalan rendah, agregat berbentuk bulat masih diperbolehkan tetapi
hanya sebatas penggunaan untuk lapisan pondasi bawah dan lapisan
pondasi saja. Maksimal penggunaan untuk lapisan pondasi tidak
boleh lebih dari 40%, sedangkan untuk lapisan pondasi bawah dapat
lebih besar lagi. Pada penggunaan praktis di lapangan, agregat
berbentuk bulat dapat digunakan untuk lapisan permukaan dengan
sebelumnya dipecahkan terlebih dahulu.

Pemeriksaan Ketahanan Aus Agregat Dengan Mesin Los Angeles 19


Laboratorium Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Bakrie

d) Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa
• agregat yang disortil atau dikelompokan tidak semua masuk
atau lolos ke lubang yang sama melainkan 1 kg agregat terbagi
menjadi 6 kelompok kepipihan agregat.
• setelah ditimbang ke 6 kelompok agregat tersebut memiliki
berat yang berbeda – beda.
• Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu Alat
Pengukur Panjang Pipih 1 Set yang terdiri dari 7 lubang
pengukuran kepipihan agregat. Dari 7 lubang tersebut tidak
semua terpakai atau lolos oleh agregat, hanya 6 lubang saya
yang dapat digunakan untuk menguji kepipihan agregat.
.
e) Referensi
• RSNI-T-01-2005 ; Cara uji butiran agregat kasar berbentuk
pipih, lonjong, atau pipih dan lonjong
• SNI 03-4137-1996 untuk pengujian kepipihan dan kelonjongan.
• Iriyanto, Nur. 2017. Laporan pemeriksaan kepipihan dan
kelonjongan agregat. Scribd.com 13/09/2018

Pemeriksaan Ketahanan Aus Agregat Dengan Mesin Los Angeles 20


Laboratorium Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Bakrie

f) Lampiran

Gambar 1 Kegiatan Uji kepipihan


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Gambar 2 Penimbangan Wadah


(Sumber: Dokumen pribadi)

Gambar 3 Uji Kepipihan dan Kelonjongan


(Sumber: Dokumen pribadi)

Pemeriksaan Ketahanan Aus Agregat Dengan Mesin Los Angeles 21


Laboratorium Teknik Sipil
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Bakrie

Gambar 4 Penimbangan Agregat


(Sumber: Dokumen pribadi)

Pemeriksaan Ketahanan Aus Agregat Dengan Mesin Los Angeles 22

Anda mungkin juga menyukai