9.1. Pendahuluan
Jaringan jalan raya merupakan prasarana transportasi darat memegang peranan yang
sangat penting dalam sektor perhubungan terutama untuk kesinambungan distribusi
barang dan jasa (Hendarsin, 2000). Salah satu transportasi yang berkembang di
Indonesia adalah transpotasi darat, dimana kegiatan masyarakat tidak terlepas dari
sarana dan prasarana transportasi tersebut. Akibat dari kegiatan masyarakat ini
menyebabkan terjadi pergerakan dari satu tempat ke tempat yang lain yang
mempengaruhi volume lalu lintas. Volume lalu lintas berbanding lurus dengan kegiatan
masyarakat. Semakin meningkat kegiatan masyarakat maka volume lalu lintas akan
semakin tinggi.
Dengan demikian dibutuhkan sarana dan prasarana transportasi yang memadai untuk
menunjang kegiatan masyarakat, diantaranya melakukan peningkatan ketahanan jalan
raya dalam menerima beban lalu lintas yang semakin tinggi. Hal tersebut dapat tercapai
dengan meningkatkan mutu perkerasan jalan. Material utama pembentuk lapisan
perkerasan jalan adalah agregat, yaitu 90-95 % dari berat campuran perkerasan. Untuk
mendapatkan perkerasan jalan yang memenuhi mutu yang diharapkan, maka perlu
pengetahuan tentang sifat agregat. Disamping itu, pengetahuan tentang sifat bahan
pengikat seperti aspal menjadi dasar untuk merancang campuran sesuai jenis
perkerasan yang diinginkan (Sukirman, 2003).
Selain itu, daya tahan agregat juga diperlukan agar mencapai mutu perkerasan yang
diharapkan. Daya tahan agregat merupakan ketahanan agregat terhadap adanya
penurunan mutu akibat proses mekanis dan kimiawi. Agregat dapat mengalami
degradasi, yaitu perubahan gradasi akibat pecahnya butir-butir agregat. Kehancuran
agregat dapat disebabkan oleh proses mekanis, seperti gaya-gaya yang terjadi selama
proses pelaksanaan perkerasan jalan (penimbunan, penghamparan, pemadatan),
KELOMPOK 3
pelayanan terhadap beban lalu lintas, dan proses kimiawi, seperti pengaruh
kelembaban, kepanasan, dan perubahan suhu sepanjang hari (Sukirman, 2003).
Pemeriksaan daya tahan agregat terhadap beban mekanis dilakukan dengan pengujian
keausan menggunakan Mesin Los Angeles. Selain itu, juga dilakukan pengujian
kehancuran agregat. Salah satunya, nilai kehancuran agregat terhadap tumbukan atau
disebut dengan Aggregate Impact Value (AIV).
9.2. Tujuan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu :
1. 1 set Aggregate Impact Machine (terdiri atas palu penumbuk, pengunci palu
cylindrial steel cup, dan dasar mesin)
KELOMPOK 3
2. Saringan ukuran 12,7 mm, ukuran 9,5 mm, dan ukuran 2,00 mm
KELOMPOK 3
5. Oven dengan pengatur suhu
1. Sampel agregat dengan total seberat 728,1 gram yang lolos saringan 12,7 mm
dan yang tertahan di saringan 9,5 mm
Gambar 9.7. Sampel agregat Commented [u1]: Untuk keterangan gambar semua awal
kata huruf kapital sesuai dengan kaidah penulisan judul
KELOMPOK 3
9.4. Dasar Teori
Salah satu metoda untuk menguji kekuatan batuan terhadap beban, khususnya beban
lalu lintas adalah dengan melakukan simulasi pemberian beban terhadap suatu sampel
agregat. Salah satu beban yang dapat diberikan adalah beban tumbukan (impact).
Prinsipnya adalah sampel agregat ditumbuk dengan alat khusus selama beberapa
waktu. Agregat yang hancur kemudian ditimbang dan dibandingkan dengan berat
semula sampel. Perbandingan ini merupakan nilai dari Aggregate Impact Value (AIV).
Proses penumbukan ini adalah proses dasar pada pembuatan agregat di Aggregate
Crushing Plant. Biasanya beban tumbukan ini dikombinasikan dengan beban tekanan
(crushing) baik dalam arah lateral maupun aksial. Beban tumbukan yang diterima oleh
agregat pada konstruksi jalan dimulai dari Aggregate Crushing Plant. Kemudian di
laboratorium selain melalui pengujian ini juga pada pembuatan campuran aspal dan
agregat dalam mix design. Di lapangan beban tumbukan didapat dari proses
pemadatan jalan dan terakhir beban tumbukan didapat dari beban lalu lintas. Dengan
demikian pengujian kekuatan agregat terhadap tumbukan penting dilakukan sebagai
bahan analisis perencanaan tebal perkerasan.
Praktikum ini pada dasarnya adalah mengukur kekuatan relatif agregat terhadap beban
tumbukan (impact) yang dinyatakan dengan Aggregate Impact Value (AIV). Prosedur
praktikum didasarkan pada British Standard, BS 812, bagian 3, tahun 1975.
Perhitungan % agregat tertahan ayakan 2,36 mm dinyatakan dalam model matematik
sebagaimana ditunjukkan dalam persamaan 8.1
𝐵 Commented [u2]: Times new roman
AIV = x 100% (9.1)
𝐴
Keterangan :
AIV = Aggregate Impact Value (%)
KELOMPOK 3
9.5. Prosedur Pengujian
KELOMPOK 3
3. Menumbuk sampel agregat menggunakan besi penumbuk dengan masing-
masing agregat diisi sebanyak tiga lapis sampel mulai dari 1/3 tinggi cylindrial
steel cup hingga penuh dengan 25 kali tumbukan disetiap lapis sampel
agregatnya.
KELOMPOK 3
5. Mengangkat alat penumbuk lalu melepaskan pengunci palu dan membiarkan
palu jatuh bebas ke sampel. Mengangkat palu pada posisi semula dan lepaskan
kembali (jatuh bebas). Tumbukan dilakukan sebanyak 15 kali.
KELOMPOK 3
8. Menimbang sampel yang lolos dan tertahan di saringan 2,00 mm.
KELOMPOK 3
9.7. Perhitungan
1. Sampel
𝐵 Commented [u3]: Times new roman
AIV = x 100%
𝐴
43
AIV = x 100%
728.1
AIV = 5,9%
9.8. Analisis
Aggregate Impact Value (AIV) merupakan salah satu metode untuk menguji kekuatan
batuan terhadap beban lalu-lintas. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan simulasi
pemberian beban terhadap agregat. Salah satu beban yang diberikan adalah beban
tumbukan. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, diperoleh nilai Aggregate Impact
Value (AIV) pada sampel sebesar 5,9% yang berarti memenuhi syarat karena nilai AIV
tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai AIV standar oleh Bina Marga Tahun
2010 Revisi 3 Divisi 6 Perkerasan Aspal yaitu ≤ 30 %. Namun rata-rata nilai sampel
Aggregate Impact Value kelompok lain diperoleh <8%. Hal ini dapat disebabkan
karena kelompok kami yang mengalami kekurangan dalam mengambil sampel
sehingga harus memakai tambahan sampel dari kelompok lain. Alasan lainnya yaitu
lokasi pusat pengambilan sampel yang sama dengan jenis praktikum lain sehingga
sebaran sampel tidak lagi merata dan alami karena telah dipakai untuk jenis praktikum
lainnya. Namun begitu hasil ini tidak terlalu menjadi masalah karena masih masuk
dalam syarat. Berarti sampel yang diuji cukup kuat untuk menahan beban lalu lintas.
KELOMPOK 3
9.9. Simpulan
Kesimpulan dari hasil pemeriksaan AIV pada praktikum kali ini bahwa didapat nilai
AIV sebesar 5,9 %. Hal ini menyatakan bahwa sampel agregat memenuhi spesifikasi
Bina Marga Tahun 2010 Revisi 3 Divisi 6 Perkerasan Aspal sehingga sampel layak
digunakan dalam perkerasan jalan.
9.10. Saran
KELOMPOK 3
DAFTAR PUSTAKA Commented [u4]: Tambahkan dapus
https://www.scribd.com/document/360661484/Modul-01-AG-05-Uji-Kekuatan-Agregat-
Terhadap-Tumbukan-AIV diakses pada tanggal (7 Maret).
http://em-ridho.blogspot.com/2012/01/laporan-praktikum-pengujian-kekuatan_29.html
diakses pada tanggal (7 Maret).
KELOMPOK 3