(MARSHALL TEST)
9.1 Tujuan
Tujuan dari pada pengujian ini yaitu untuk mencari Ketehanan (Stabilitas)
dan Kelelehan (flow) yang dialami oleh campuran aspal
9.2 Peralatan
Alat yang dibutuhkan dalam pengujian pemeriksaan campuran aspal dengan
marshall pada tabel 9.1 berikut :
Tabel 9.1 Peralatan yang digunakan saat pengujian Marshall Test
Peralatan Gambar
3 (tiga) buah cetakan benda uji,
diameter 10 cm (4”), tinggi 7,5
cm (3”), lengkap dengan alas
dan leher lambung
55
Lanjutan Tabel 9.1 Peralatan yang digunakan saat pengujian
Peralatan Gambar
Penumbuk, berbentuk silinder
dengan permukaan rata. Berat
4,356 kg (10 pounds), dengan
tinggi jatuh bebas 35,7 cm (18”)
56
Lanjutan Tabel 9.1 Peralatan yang digunakan saat pengujian
Peralatan Gambar
ketelitian 12,5 kg (25
pounds) dilengkapi arloji
tekan (dial gauge) dengan
ketelitian 0,0025 cm
(0,0001”)
- Arloji kelelehan (dial gauge)
dengn ketelitian 0,25 mm Gambar 9.6 Mesin Tekan
(0,01”)
Oven yang dilengkapi dengan
pengatur suhu yang dapat
memanasi sampai (200±30’C)
57
Lanjutan Tabel 9.1 Peralatan yang digunakan saat pengujian
Peralatan Gambar
Pengatur suhu dari logam (metal
thermometer) berkapasitan
250’C dengan ketelitian 0,5 atau
1% dari kapasitas
58
Lanjutan Tabel 9.1 Peralatan yang digunakan saat pengujian
Peralatan Gambar
Sendok pengaduk dan
perlengkapan lainnya
59
9.3 Benda Uji
Agregat Kasar, agregat halus, aspal.
9.4 Cara Pengujian
1. persiapan benda uji
Agregat kasar dan halus dikeringkan dengan suhu 105’C, berat
dipertahankan tetap.
60
Selanjutnya benda uji di letakan pada mesin marhall test
Atur posisi benda uji dengan mesin penguji dengan dilihat posisi jarum
arloji kelelehan dan ketahanan diatur keangka nol.
Kemudia mesin penguji di jalankan untuk memberikan beban terhadap
benda uji. Pembebanan dikatakan maximum apabila jarum arloji
penekanan menunjukan gerak kebalikan arah.
Setelah pembebanan dikatakan maximum dengan ditandai dengan
pergerakan jarum yang berbalik arah maka angka kelelahan dapat dicatat
dengan melihat jarum arloji kelelehan. Begitu pula dengan angka
ketahanan.
61
Rongga terisi aspal (=m%) dari kadar aspal
Rongga dalam campuran (= n%) dari kadar aspal
Nilai flow dari kadar aspal
Berdasarkan ketentuan spesifikasi mutu campuran dari Bina Marga (dalam
percobaan menggunakan spesifikasi BM-III), akan diperoleh harga-harga m, n,
q dan r. Dari harga-harga tersebut akan didapat grafik untuk mencari kadar
optimum dari aspal terhadap campuran yang dibuat. Untuk mendapatkangrafik
yang memenuhi persyaratan, perlu diperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi, yaitu :
Kadar aspal yang diberikan
Gradasi agregat
Cara pemadatan yang dilakukan
Suhu waktu pemadatan
Suhu waktu pengetesan
Marshall Test
Dari hasil pengujian Marshall Test didapatkan data dan hasil analisa berikut:
Tabel 9.3 Hasil Pengujian Marshall Test
Percobaan Kadar Berat Kering Berat
Berat
Aspal Permukaan Dalam Air Stabilitas Flow
(%) (gram) (gram) (gram)
1 4,60 1167 1176 652 234 2.2
2 5,10 1189 1244 625 164 1.95
3 5,60 1180 1160 640 243.5 2.4
Sumber : Data Hasil Praktikum Bahan Jalan, 2021
Tabel 9.4 Analisa Hasil Penentuan Percobaan
RESEP SATUAN I II III
Berat Tiap Briket Gram 1200 1200 1200
Aspal % 4,60 5,10 5,60
Berat Aspal Gram 55,2 61,2 67,2
Agregat % 95,4 95,1 94,4
Berat Agregat Gram 1114,8 1138,8 1132,8
Sumber : Data Hasil Praktikum Bahan Jalan, 2021
62
Perhitungan hasil pengujian Marshall Test
berat aspal
A. % berat terhadap total agregat (A) = x 100 %
berat agregat
Percobaan 1
55,2
% berat terhadap total Agregat (A) = x 100 % = 4,82 %
1144,8
Percobaan 2
61,2
% berat terhadap total Agregat (A) = x 100 % = 5,37 %
1138,8
Percobaan 3
67,2
% berat terhadap total Agregat (A) = x 100 % = 5,93 %
1132,8
berat aspal
B. % berat terhadap total campuran (B) = x 100 %
berat campuran
Percobaan 1
63
F. Volume = Berat SSD - Berat dalam Air
Percobaan 1 (Gr) = 1176 - 652 = 524 gram
Percobaan 2 (Gr) = 1244 - 625 = 619 gram
Percobaan 3 (Gr) = 1160 - 640 = 520 gram
Berat Kering
G. Berat Isi Benda Uji (Density)=
Volume
1167
Pengujian 1 : = 2,23
524
1189
Pengujian 2 : = 1,92
619
1180
Pengujian 3 : = 2,27
520
100
H. Berat Maksimum = % 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 % 𝐴𝑠𝑝𝑎𝑙
+
BJ Agregat 𝐵𝐽 𝐴𝑠𝑝𝑎𝑙
64
(100−4,6) × 2,23
• Pengujian 1 : = 79,67
2,67
(100−5,1) × 1,92
• Pengujian 2 : = 68,24
2,67
(100−5,6) × 2,27
• Pengujian 3 : = 80,25
2,67
K. Jumlah Kandungan Rongga = 100–Volume total aspal–Volume total
agregat
• Pengujian 1 : 100 – 9,67 – 79,67 = 10,66
• Pengujian 2 : 100 – 9,79 – 68,24 = 21,97
• Pengujian 3 : 100 – 11,99 – 80,25 = 7,76
L. Persen Rongga terhadap Agregat = 100 – Volume total agregat
• Pengujian 1 : 100 – 79,67 = 20,33
• Pengujian 2 : 100 – 68,24 = 31,76
• Pengujian 3 : 100 – 80,25 = 19,75
Volume Total Aspal
M. Persen Rongga terhadap Aspal = × 100%
Persen Rongga terhadap Agregat
9,67
• Pengujian 1 : × 100% = 47,56 %
20,33
9,79
• Pengujian 2 : × 100% = 30,82 %
31,76
19,99
• Pengujian 3 : × 100% = 60,70 %
19,75
Berat Isi Benda Uji
N. Persen Rongga terhadap Campuran = 100 – (100 × )
Berat Maksimum
2,23
• Pengujian 1 : 100 – (100 × ) = 10,44
2,49
1,92
• Pengujian 2 : 100 – (100 × ) = 22,27
2,47
2,27
• Pengujian 3 : 100 – (100 × ) = 7,72
2,46
O. Pembacaan Arloji Stabilitas (berdasarkan pengujian)
• Pengujian 1 : 234 lbs
• Pengujian 2 : 164 lbs
• Pengujian 3 : 243,5 lbs
65
P. Stabilitas = Pembacaan arloji stabilitas × Kalibrasi alat
• Catatan : Kalibrasi alat = 50,849 lbs × 0,45 = 22,88 kg
• Pengujian 1 : 234 × 22,88 = 5353,92 kg
• Pengujian 2 : 164 × 22,88 = 3752,32 kg
• Pengujian 3 : 243,5 × 22,88 = 5571,28 kg
Q. Koreksi Volume = Stabilitas × Angka koreksi volume
• Catatan : angka koreksi volume berdasarkan volume = 0,81
• Pengujian 1 : 5353,92× 0,81 = 4336,67 kg
• Pengujian 2 : 3752,32× 0,81 = 3039,37 kg
• Pengujian 3 : 5571,28× 0,81 = 4512,73kg
R. Pembacaan Flow (berdasarkan pengujian)
• Pengujian 1 : 2,2 mm
• Pengujian 2 : 1,95 mm
• Pengujian 3 : 2,4 mm
Q
S. MQ : Marshall Quotien =
102R
4336,67
• Pengujian 1 : = 19,32 kg/mm
102×2,2
3039,37
• Pengujian 2 : = 15,28 kg/mm
102×1,95
4512,73 = 18,43 kg/mm
• Pengujian 3 :
102×2,4
66
Setelah perhitungan selesai, kemudian dilakukan rekapitulasi data ke dalam tabel 9.5 di bawah ini sebagai berikut :
Tabel 9.5 Rekapitulasi Perhitungan Pengujian Marshall Test
(%) No. A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S
Aspal Benda (%) (%) (gr) (gr) (gr) (gr) (%) (lbs) (kg) (kg) (kg/m
Uji m)
4,60 1 4,82 4,6 1167 1176 652 524 2,23 2,49 9,67 79,67 10,66 20,33 47,56 10,44 234 5353,92 4336,67 2,2 19,32
5,10 2 5,37 5,1 1189 1244 625 619 1,92 2,47 9,79 68,24 21,97 31,76 30,82 22,27 164 3752,32 3039,37 1,95 15,28
5,60 3 5,93 5,6 1180 1160 640 520 2,27 2,46 11,99 80,25 7,76 19,75 60,70 7,72 243,5 5571,28 4512,73 2,4 18,43
Sumber : Data Hasil Analisis Praktikum Bahan Jalan, 2021
Keterangan :
A = % berat terhadap total agregat H = Berat Maksimum O = Pembacaan Arloji Stabilitas (Pengujian)
E = Berat dalam Air (Pengujian) L = Persen Ronggan terhadap Agregat S = Marshall Quotien (MQ)
67
Dari perhitungan yang telah dilakukan pada Tabel 9.5 di atas, kemudian
diplotkan pada gambar-gambar di bawah ini. Gambar 9.18 Grafik dihubungkan
antara persen rongga terhadap kadar aspal campuran.
20
Nilai VIM (%)
15
10.44
10 7.72
5 y = -2.72x + 27.349
R² = 0.0309
0
0 1 2 3 4 5 6
Kadar Aspal (%)
68
Rongga Terisi Aspal (VFB)
70
y = 13.14x - 20.654
60 R² = 0.1925 60.7
50
Nilai VFB (%)
47.56
40
30 30.82
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6
Kadar Aspal (%)
Gambar 9.19 Grafik Hubungan Rongga Terisi Air terhadap Kadar Aspal
Sumber : Grafik Hasil Perhitungan Analisis Data, 2021
Berdasarkan Gambar Grafik 9.19 dapat dilihat bahwa pada kadar aspal 5,6%
memiliki persen rongga terisi aspal yang paling banyak. Hal tersebut menunjukkan
bahwa campuran saling mengisi satu sama lain antara aspal dengan agregatnya.
Hubungan antara nilai flow dari percobaan Marshall Test dengan kadar
aspal diplotkan pada Gambar 9.20 di bawah ini.
Nilai Flow
3
2.4
2.5 2.2
1.95
2
Nilai Flow
y = 0.2x + 1.1633
1.5 R² = 0.1967
1
0.5
0
0 1 2 3 4 5 6
Kadar Aspal (%)
69
Dari Gambar 9.20 dapat diketahui nilai flow atau kelelehan plastis yang
paling tinggi akibat beban lalu lintas di atasnya adalah campuran dengan kadar
aspal 4,6 % dan 5,6 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa campuran dengan
kadar aspal 4,6 % dan 5,6 % memiliki kelelehan plastis yang paling tinggi
dibandingkan kadar aspal 5,1 %.
Hubungan nilai stabilitas dengan kadar aspal diplotkan pada grafik di
Gambar 9.21 di bawah ini untuk mengetahui ketahanan campuran aspal
menerima beban sampai terjadi leleh.
Stabilitas
300
234 243.5
250
R² = 0.012
150
100
50
0
0 1 2 3 4 5 6
Kadar Aspal (%)
Dari Gambar 9.21 dapat dilihat bahwa kadar aspal 4,6 % dan 5,6 %memiliki
stabilitas yang tertinggi dibandingkan dengan kadar aspal 5,1 %. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kadar aspal 4,6 % dan 5,6 % memiliki ketahan yang baik
untuk menerima beban lalu lintas di atasnya hingga kelelehan terjadi.
70
Hasil analisis dapat diakumulasikan ke dalam tabel untuk mencari aspal
optimum berdasarkan persyaratan pada Tabel 9.2 Spesifikasi Umum Bina
Marga 2018 sebagai berikut :
Tabel 9.6
Rongga Rongga
Stabilitas Flow
Kadar Aspal (%) Aspal Campuran MQ
≥ 75 3–6 ≥ 90 2–3
4,60 47,56 10,44 234 2,2 19,23
5,10 30,82 22,27 164 1,95 15,28
5,60 60,70 7,72 243,5 2,4 18,23
Sumber : Hasil Analisis Data Praktikum Bahan Jalan, 2021
*Tabel yang berwarna adalah data yang memenuhi syarat berdasarkan
persyaratan pada literatur.
9.6 Kesimpulan
Dari pengujian Marshall Test, dari analisis grafik pengaruh kadar aspal
terhadap karakteristik campuran didapatkan kesimpulan bahwa :
1. Nilai VIM naik dari 4,6% sampai 5,1%, dan turun dikadar aspal 5,6%
dikarenakan rongga dalam suatu campuran mengakibatkan kekuatan
campuran tersebut menurun.
2. Nilai VFB turun dari 4,6% sampai 5,1% dan naik dikadar aspal 5,6%
dikarenakan bahwa campuran saling mengisi satu sama lain antara aspal
dengan agregatnya.
3. Nilai Flow turun dengan bertambahnya kadar aspal dari 4,6% sampai 5,1%
dan naik dikadar aspal 5,6% dikarenakan bahwa campuran dengan kadar
aspal 4,6 % dan 5,6 % memiliki kelelehan plastis yang paling tinggi
dibandingkan kadar aspal 5,1 %.
4. Stabilitas berkurang dikadar aspal 5,1% dan bertambah dengan
bertambahnya kadar aspal sampai batas maksimum di kadar aspal 5,6%
kemudian turun, dikarenakan bahwa kadar aspal memiliki ketahan yang
baik untuk menerima beban lalu lintas di atasnya hingga kelelehan terjadi.
5. Dengan nilai koefisien determinan yang mendekati angka 1 maka semakin
baik dan linier hubungan nilai VIM, VFB, nilai flow dan stabilitas dengan
nilai kadar aspal yang menjelaskan data aktual (data sekunder atau data time
series).
6. Berdasarkan Tabel 9.6 yang mendekati kadar aspal optimum adalah 4,6
% dan 5,6%. Pada kadar aspal tersebut dua dari empat data yang disajikan
pada tabel telah memenuhi syarat pada Spesifikasi Bima Marga 2018.
71
9.7 Dokumentasi
72
Gambar 9.24 modul pengujian marshall
73
Gambar 9.26 masak aspal beserta agregat kasae dan
halus bersamaan
74
Gambar 9.29 Benda Uji dikeluarkan dari Cetakan
Sumber : Praktikum Bahan Jalan, 2021
75
Gambar 9.32 Benda Uji ditimbang setelah direndam
Sumber : Praktikum Bahan Jalan, 2021
76