JALAN
PENGUJIAN MARSHALL
Disusun Oleh:
2013
1
PENGUJIAN MARSHALL
1. Tujuan
Setelah melakukan pengujian ini, mahasiswa diharapkan dapat :
a. Memahami prosedur pengujian dalam pengujian titik nyala dan titik
bakar aspal.
b. Melakukan analisis dan membuat kesimpulan dari percobaan tersebut.
c. Membuat karya ilmiah sebagai pelaporan hasil percobaan.
2. Kajian Teori
Prosedur pengujian didasarkan pada ASTM D 1559. Metode
Marshall standar diperuntukkan untuk perencanaan campuran beton
aspaldengan ukuran agregat maksimum 25 mm (1 inci) dan menggunakan
aspal keras.Pengujian Marshall dimulai dengan persiapan benda uji. Untuk
keperluan ini perludiperhatikan hal sebagai berikut:
1. Bahan yang digunakan masuk spesifikasi
2. Kombinasi agregat memenuhi gradasi yang disyaratkan
3. Untuk keperluan analisa volumetrik (density-voids), berat jenis bulk dari
semua. Agregat yang digunakan pada kombinasi agregat, dan berat jenis
aspal keras harusdihitung terlebih dahulu.
Ukuran benda uji adalah tinggi 64 mm (2 1/2 in.) dan diameter 102
mm (4 in.) yangdipersiapkan dengan menggunakan prosedur khusus untuk
pemanasan, pencampurandan pemadatan campuran agregat dengan aspal.
Dua prinsip penting pada perencanaancampuran dengan pengujian
Marshalll adalah analisa volumeterik dan analisa stabilitaskelelehan(flow)
dari benda uji padat.
Stabilitas benda uji adalah daya tahan beban maksimum benda uji
pada temperatur60°C (140°F). Nilai kelelehan adalah perubahan bentuk
suatu campuran beraspal yangterjadi pada benda uji sejak tidak ada beban
hingga beban maksimum yang diberikanselama pengujian stabilitas.Pada
penentuan kadar aspal optimum untuk suatu kombinasi agregat atau
2
gradasitertentu dalam pengujian Marshalll, perlu disiapkan suatu seri dari
contoh uji denganinterval kadar aspal yang berbeda sehingga didapatkan
suatu kurva lengkung yangteratur. Pengujian agar direncanakan dengan
dasar ½ % kenaikan kadar aspal denganperkiraan minimum dua kadar
aspal diatas optimum dan dua kadar aspal dibawahoptimum.
3. Alat dan Bahan
A. ALAT
Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:
1. Kompor Listrik
2. Thermometer
Digunakan untuk mengukur suhu pada saat melakukan praktikum
Gambar 2. Thermometer
(Sumber: Dokumen pribadi 2013)
3
3. Ayakan
Untuk mendapatkan agregat dalam ukuran tertentu dibutuhkan
saringan dengan ukuran 3/4”, 1/2”, 3/8”, No. 4, No. 8, No. 30,
No. 100, dan No. 200
Gambar 3. Ayakan
(Sumber: Dokumen pribadi 2013)
4. Silinder cetakan
Cetakan silinder ini berdiameter 10 cm (4”) dan tinggi 7.5 cm
(3”) lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.
4
Gambar 4. Silinder cetakan
(Sumber: Dokumen pribadi 2013)
5. Ejector
Alat ini digunakan untuk mengeluarkan campuran aspal dan
agregat yang telah di padatkan.
Gambar 5. Ejector
(Sumber: Dokumen pribadi 2013)
6. Mesin penumbuk
Mesin penumbuk mempunyai permukaan tumbuk rata
berbentuk silinder, dengan berat 4.536 kg (10 pound) dan tinggi
5
jatuh bebas 45.7 cm (18”). Landasan pemadat terdiri dari balok
kayu (jati atau yang sejenis) berukuran kira-kira 20 x 20 x 45 cm (8”
x 8” x 18”) yang dilapis pelat baja berikutan 30 x 30 x 2.5 cm (12” x
12” x 1”) dan diikatkan pada lantai beton dengan 4 bagian siku.
6
Gambar7. Mesin tekan Marshall
(Sumber: Dokumen pribadi 2013)
8. Bak seng
Digunakan sebagai wadah untuk mencampur aspal dengan agregat.
Gambar 8. Kaleng
(Sumber: Dokumen pribadi 2013)
9. Timbangan
7
Digunakan untuk menimbang aspal dan agregat. Kapasitas
timbangan 2 kg dengan ketelitian 0.1 gram
Gambar 9. Timbangan
(Sumber: Dokumen pribadi 2013)
10. Piring
Digunakan sebagai wadah saat pemanasan aspal
8
B. BAHAN
1. Aspal
Bahan ini merupakan bahan perekat agregat pekerasan jalan.
9
3. Minyak
Digunakan untuk melumasi cetakan sehingga mudah untuk
mengeluarkan benda uji yang telah dipadatkan
Gambar13. Minyak
(Sumber: Dokumen pribadi 2013)
4. Kertas lakmus
Digunakan sebagai alas dalam silinder. Kegunaannya sebagai
landasan aspal.
10
Gambar14. Kertas lakmus
(Sumber: Dokumen pribadi 2013)
4. Langkah Kerja
Persiapan Pengujian
1. Berdoa sebelum praktikum dimulai.
2. Menyiapkan alat dan bahan.
3. Agregat dikeringkan pada suhu 105 - 110 °C minimum selama 4
jam, keluarkan dari alat pengering ( oven ) dan tunggu sampai
beratnya tetap.
4. Agregat dipisahkan kedalam fraksi-fraksi yang dikehendaki
(sesuai spek ) dengan cara penyaringan.
5. Bahan disiapkan untuk benda uji yang diperlukan yaitu
agregatsebanyak ± 1200gram sehingga menghasilkan tinggi
benda ujikira-kira 63,5 mm ± 1.27 mm.
6. Pencampuran agregat agar sesuai dengan gradasi yangdiinginkan
dilakukan dengan cara mengambil nilai tengah daribatas spek.
Untuk memperoleh berat agregat yang diperlukan darimasing-
11
masing fraksi untuk membuat satu benda uji adalahdengan
mengalikan nilai tengah tersebut terhadap total beratagregat.
7. Panci pencampur beserta agregat dipanaskan kira-kira 28 °Cdiatas
suhu pencampuran untuk aspal padat, bila menggunakanaspal cair
pemanasan sampai 14 °C diatas suhu pencampuran.
8. Aspal yang sudah mencapai tingkat kekentalan
dituangkansebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang
sudahdipanaskan tersebut, kemudian aduklah dengan cepat,
dengantetap mempertahankan masih di dalam rentang suhu
pemadatan,sampai agregat terselimuti aspal secara merata.
9. Sementara itu, atau sebelumnya, perlu disiapkan alat
untukmemadatkan,yaitu dengan membersihkan perlengkapan
cetakanbenda uji serta bagian muka penumbuk dengan seksama
danpanaskan sampai suhu antara 93,3 – 148,9 °C.
10. Cetakan diletakkan diatas landasan pemadat dan
tahan denganpemegang cetakan.
11. Selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudahdigunting
menurut ukuran cetakan diletakkan ke dalam dasarcetakan.
12. Seluruh campuran dimasukkan kedalam kedalam cetakan
dantusuk-tusuk campuran keras-keras dengan spatula
yangdipanaskan sebanyak 15 kali keliling pinggirnya dan 10
kali dibagian tengahnya.
13. Alat pemadat disiapkan dan dilakukan pemadatan
denganmenumbuk spesimen dengan jumlah tumbukan sebanyak 2
x 75 yang disesuaikan dengan jenis lalu lintas yangdirencanakan.
14. Tumbukan dilakukan dengan tinggi jatuh 457,2 mm dan
selamapemadatan harus diperhatikan agar kedudukan
sumbu palupemadat selalu tegak lurus pada alas cetakan.
15. Cetakan diletakkan di ejector.
16. Campuran agregat dan aspal dikeluarkan perlahan
12
17. Campuran agregat dan aspal diletakkan diatas permukaan yang
rata dan diamkan selama 24 jam pada suhu ruang
18. Benda uji diukur tinggi, diameter dan beratnya
19. Benda uji diletakkan ke mesin tekan. Atur kedudukan jarum ke nol
20. Mesin tekan dinyalakan
21. Perputaran jarum diamati
22. Pelat alas berikut leher sambung dilepaskan dari cetakan bendauji,
kemudian cetakan yang berisi benda uji dibalikkan dan
pasangkembali pelat alas berikut leher sambung pada cetakan
yangdibalikkan tadi. Lakukan penumbukan lagi dengan jumlah
yangsama.
23. Keping alas dilepaskan dan dinginkan sampai diperkirakan
tidakakan terjadi perubahan bentuk jika benda uji dikeluarkan
darimold. Untuk mempercepat proses pendinginan, dapat
digunakankipas angin. Proses pendinginan biasanya
dilakukan sekitar 2 – 3jam.
24. Benda uji atau spesimen Marshall dikeluarkan dari mold
denganhati-hati dan kemudian letakkan spesimen pada
permukaan yangrata dan biarkan sampai benar-benar dingin.
Sebaiknya didiamkanpada suhu ruang selama 24 jam.
5. Penyajian Data
1. Persiapan benda uji
a. Kebutuhan agregat
Data diambil pad :
Hari, tanggal : Kamis 8
Jam : 09.00 Wib
Cuaca : Panas
Tempat :Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan.
Fakultas Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta
13
Agregat yang diperlukan dalam pengujian marshalll adalah:
Tabel 1. Data agregat yang dibutuhkan dalam uji marshall
Berat
No. Ayakan
dibutuhkan (gr)
Agreagat kasar
# 1/2 120
# 3/8 120
Berat dibutuhkan
No. Ayakan
(gr)
#4 192
#8 198
Agregat halus
#8 270
# 30 132
# 100 84
# 200 84
Jumlah 1200
b. Kebutuhan aspal
Aspal diambil 5,5% dari agregat + 10% dari hasil setelah dikalikan
5,5%
Agregat = 1200 gr
Kebutuhan aspal = 1200 gr x 5,5% = 66 gr
Ditambah 10% dari hasilsetelah dikalikan = 66 + 6,6 = 72,6 gr
14
2. Pemanasan benda uji
Hari, tanggal : Kamis, 20 Desember 2012
Jam : 09.35 Wib
Cuaca : Panas
Tempat :Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan Pendidikan
Teknik Sipil dan Perencanaan. Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta
a. Suhu agregat : 120 °C
b. Suhu aspal : 105 °C
c. Suhu campuran agregat dan aspal : 150 °C
3. Data benda uji sebelum uji marshalll
Hari, tanggal : Rabu, 26 Desember 2012
Jam : 09.35 Wib
Cuaca : Panas
Tempat :Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan Pendidikan
Teknik Sipil dan Perencanaan. Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta
Tabel 2. Data visual benda uji
15
4. Data benda uji setelah uji marshalll
Hari, tanggal : Rabu, 26 Desember 2012
Jam : 09.35 Wib
Cuaca : Panas
Tempat :Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan Pendidikan
Teknik Sipil dan Perencanaan. Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta
Tabel 3. Data benda uji setelah dilakukan pengujian marshall
=(4x200) + 70
= 870
Dilihat pada table Calibration Chart For Load Measuring Ring untuk
bacaan dial 870. Maka P (Beban) = 18,8936 Kn atau 1889,36 kg
16
6. Pembahasan
Tabel 4. Kebutuhan Bahan Benda Uji
Lolos 3/4”
120 10 90 80-100
tertahan 1/2”
Lolos 1/2”
Agregat
120 10 80 70-90
Kasar
tertahan 3/8”
Lolos 3/8”
192 16 64 55-75
tertahan No. 4
Lolos No. 4
198 16.5 47.5 40-58
tertahan No. 8
Lolos No. 8
Agregat Halus
17
Lolos No. 100
tertahan No. 84 7 7 04-10
200
Lolos No. 200
tertahan pan 84 7 - -
(filler)
Jumlah 1200 100
64
Berat Aspal 84
148
100
10
% lolos
1
0.01 0.1 1 10 100
lubang ayakan (mm)
18
Gambar 15. Grafik Modulus Kehalusan Butir (MKB) agregat yang diuji
(Sumber: Dokumen pribadi 2013)
Dari hasil pengujian campuran aspal dengan alat marshall yang telah
dilakukan di dapat hasil :
1. Benda uji dengan berat aspal 84 gram
a. Flow = (diameter mula – mula) – (diameter uji Marshall)
= 10,2 – 10,1
= 0,1 cm
= 1 mm
b. Angka koreksi
Angka koreksi didapat dengan menggunakan tabel angka koreksi
stabilitas dengan menghubungkan dengan tinggi / tebal dari benda uji.
Tabel 4. Kutipan Tabel angka koreksi (RSNI M-01-2003, Metode
pengujian campuran beraspal panas dengan alat marshall)
Tinggi Benda Uji
Angka Koreksi
(mm)
76 1,7431
82 1,8807
19
Untuk mencari Angka koreksi pada tinggi 76,825 mm digunakan cara
Interpolasi.
Angka koreksi = (1,7431 x 76,825) : 76
= 133,91 : 76
= 1,76
c. Beban terkoreksi = Beban x Angka koreksi
(stabiitas) = 18,8936 KN x 1,76
= 33,25 KN
Konversi dalam Kg
= 28,49 x 101.97 Kg
= 2905,12 Kg
d. Marshall Quetion
Marshall quetion adalah rasio antara nilai stabilitas dan kelelehan.
= 2905,12 kg/mm
Tabel 5. Hasil perhitungan berat aspal dengan kadar aspal design 6,5 %
No. Properties Hasil Syarat/spec 1998
1 Flow 1 mm > 2 mm
20
2 Angka koreksi 1,76
3 Stabilitas 2905,12 Kg >800 kg
4 Marshall Quetion 2905,12 kg/mm 200-500 kg/mm
8. Kesimpulan
Dari pengujian pencampuran aspal dengan alat marshal dapat kami simpulkan:
1. Benda uji dengan berat aspal 72,6 gram
2. Flow = 1 mm
3. Angka koreksi = 1,76
4. Beban terkoreksi(stabiitas) = 2905,12 Kg
5. Marshallquestion = 2905,12 kg/mm
9. Saran-saran
Setelah melakukan percobaan ini, ada beberapa saran yang perlu diperhatikan
agar praktikum ke depan bisa lebih baik, saran tersebut yaitu :
1. Sebaiknya alat-alat yang digunakan untuk praktikum ditambah jumlahnya,
agar antrian alat tidak terjadi dan juga supaya waktunya menjadi lebih
efektif dan efisien tidak.
21
2. Standar kualitas alat mohon ditingkatkan agar hasil praktikum pun
semakin valid terutama kompor listrik yang sudah bekerja tidak maksimal.
3. Kesadaran dan pengetahuan yang menguji akan langkah-langkah
pengujian harus benar sesuai dengan peraturan yang dibenarkan oleh
negara, dalam hal ini adalah SNI, ASTM, dll.
4. Keadaan ruang dibuat senyaman mungkin agar mahasiswa lebih serius
dalam memperhatikan penjelasan dosen pembimbing. Keadaan ruang yang
cukup panas akan mengganggu konsentrasi, perlu sekiranya didalam
ruangan laboratorium yang suhu ruangnya selalu stabil.
5. Kesadaran kebersihan dan tanggung jawab dari mahasiswa perlu
ditingkatkan.
6. Untuk mendapatkan data yang akurat dalam satu jenis pengujian dapat
dilakukan lebih dari 3 benda uji agar mendapatkan kesimpulan yang
akurat.
22
11. Lampiran
1. Mengayak agregat sampai didapatkan berat yang ditentukan
23
Gambar 22. Pencampuran awal
Sumber: Dokumen pribadi, 2013)
2
4. Pemadatan benda uji
2
7. Pencampuran hingga homogeny