Anda di halaman 1dari 35

MODUL 12

Campuran Aspal Dengan Alat Marshall


(AASHTO T – 245 – 90)
(ASTM D – 1559 – 76)

1. Dasar Teori
Alat Marshall merupakan alat tekan yang di lengkapi dengan proving ring yang
berkapasitas 22,5 KN atau 5000 lbs. Proving ring dilengkapi dengan arloji
pengukur yang berguna untuk mengukur stabilitas campuran. Disamping itu
terdapat arloji kelelehan (flow meter) untuk mengukur kelelehan plastis, karena
prinsip dasar metode Marshall adalah pemeriksaan stabilitas dan kelelehan
(flow), serta analisis kepadatan dan pori dari campuran padat yang terbentuk.

Rancangan campuran berdasarkan metode Marshall ditemukan oleh Bruce


Marshall, dan telah distandarisasi oleh ASTM ataupun AASHTO melalui
beberapa modifikasi, yaitu ASTM D 1559-76, atau AASHTO T-245-90.

Campuran yang di gunakan pada pengujian Marshall harus memenuhi beberapa


persyaratan dalam pengujiannya. Adapun persyaratan campuran untuk laston
dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel. 3.1 Spesifikasi Campuran Laston (AC)

Sifat-sifat Caampuran Spesifikasi Laston (AC-WC)


Jumlah tumbukan per bidang 75 kali
Rongga dalam Campuran (VIM) 3,5-5,5 %
Rongga dalam Agregat (VMA) Min 15 %
Rongga terisi Aspal (VFA) Min 65 %
Stabilitas Min 800 kg
Pelelehan (Flow) Min 3 mm
Marshall Quotient (MQ) Min 250 kg/mm
Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)
2. Maksud
Maksud dari praktikum ini yaitu untuk memeriksa indeks kepipihan dan
kelonjongan agregat kasar dimaksudkan untuk mengatahui presentase dari bentuk
pipih atau lonjongnya suatu agregat kasar yang dapat digunakan dalam campuran
perkerasan.

3. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai
berikut :
a. Saringan No. ½”, 3/8”, 4, 200.
Berfungsi sebagai alat untuk menyaring agregat yang lolos saringan no.3/8
dan tertahan no. 4 untuk agregat kasar dan menyaring agregat yang lolos
saringan no. 4 dan tertahan no. 200 untuk agregat halus.

Gambar 3. Saringan No. ½”, 3/8”, 4, 200.


b. Sekop
Berfungsi sebagai alat untuk membantu saat pengambilan bahan uji.

Gambar 3. Sekop
c. Bensin
Berfungsi untuk membersihkan wajan yang telah di isi campuran aspal.

Gambar 3. Bensin
d. Kuas
Berfungsi alat bantu untuk membersihkan wajan dan pengolesan oli pada
alat mold.

Gambar 3. Kuas
e. Oli
Berfungsi untuk melapisi mold agar bahan uji tidak menempel pada alat
mold.

Gambar 3. Oli
f. Stopwatch
Berfungsi untuk mengukur waktu saat pengujian

Gambar 3. Stopwatch
g. Plastik
Berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan agregat kasar serta pelapis
sampel uji pada saat pengujian.

Gambar 3. Plastik
h. Oven
Berfungsi sebagai alat untuk memanaskan bahan uji selama ± 24 jam.

Gambar 3. Oven
i. Kompor Gas
Berfungsi sebagai alat untuk memanaskan bahan uji.

Gambar 3. Kompor Gas


j. Tabung Gas
Berfungsi sebagai alat penyimpan bahan bakar untuk kompor gas.

Gambar 3. Tabung Gas


k. Cetakan bahan uji (Mold)
Berfungsi sebagai alat untuk mencetak bahan uji.

Gambar 3. Mold
l. Wajan
Berfungsi sebagai wadah bahan uji pada saat dicampurkan dan dipanaskan
diatas kompor gas.

Gambar 3. Wajan
m. Spatula
Berfungsi sebagai alat pengaduk bahan uji saat di panaskan.

Gambar 3. Spatula
n. Sendok Stainless
Berfungsi sebagai alat untuk menuangkan aspal ke dalam wajan saat
pencampuran.

Gambar 3. Sendok stainless


o. Infrared Thermometer
Berfungsi sebagai alat pengukur suhu bahan uji.

Gambar 3. Infrared Thermometer


p. Sarung Tangan
Berfungsi sebagai pelindung tangan pada saat proses percampuran bahan
uji.

Gambar 3. Sarung Tangan


q. Kertas Pori
Berfungsi sebagai alat untuk menyerap sebagian air yang keluar pada saat
proses penumbukan.

Gambar 3. Kertas Pori


r. Batang Penumbuk
Berfungsi sebagai alat untuk menumbuk bahan uji di dalam mold.

Gambar 3. Batang Penumbuk


s. Extruder
Berfungsi sebagai alat untuk mengeluarkan bahan uji dari mold.

Gambar 3. Extruder
t. Jangka Sorong
Berfungsi sebagai alat untuk mengukur dimensi bahan uji.

Gambar 3. Jangka Sorong


u. Bak Air
Berfungsi sebagai tempat untuk bahan uji agar pori – porinya terisi oleh
air.

Gambar 3. Bak Air


v. Keranjang Kawat
Berfungsi sebagai tempat pada saat bahan uji direndam dalam bak air.

Gambar 3. Kranjang Kawat


w. Timbangan Digital
Berfungsi sebagai alat untuk mengetahui berat bahan uji.

Gambar 3. Timbangan Digital


x. Timbangan Gantung
Berfungsi sebagai alat untuk mengetahui berat bahan uji pada saat didalam
air.

Gambar 3. Timbangan Gantung


y. Kain Lap
Berfungsi untuk mengeringkan permukaan bahan uji setelah di rendam.

Gambar 3. Kain Lap


z. Waterbath
Berfungsi untuk membuat bahan uji bersuhu 60oC sehingga dapat
dilakukan pengujian.

Gambar 3. Waterbath
aa. Dial Flow
Berfungsi untuk pembacaan angka pada saat pengujian kelelehan.

Gambar 3. Dial Flow


bb. Dial Stabilitas
Berfungsi sebagai pembacaan angka pada saat pengujian stabilitas.

Gambar 3. Dial Stabilitas


cc. Marshall Compression Machine
Berfungsi sebagai alat utama untuk menguji stabilitas dan kelelehan (flow)
dari bahan uji.

Gambar 3. Marshall Compression Machine


4. Bahan Uji
Bahan uji yang di gunakan pada praktikum ini yaitu :
a. Aspal Pen 60/70

Gambar 3. Aspal Pen 60/70


b. Agregat Kasar

Gambar 3. Agregat Kasar


c. Agregat Halus

Gambar 3. Agregat Halus

5. Prosedur Praktikum
Berikut merupakan prosedur yang dilakukan pada praktikum penggujian campuran
aspal dengan alat marshall :

Hari ke-1 (Penyiapan Bahan)


a. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan;
b. Ambil sampel berupa agregat kasar lolos saringan no.1/2 , tertahan saringan
no.3/8 dan no.4 seberat 2,56 kg;
c. Ambil agregat halus lolos saringan no.4 dan tertahan no.200 sebanyak 2,36
kg dan usahakan tidak terdapat banyak batuan pada agregat tersebut;
d. Diamkan sampel agregat kasar pada suhu ruangan selama 24 jam;
e. Panaskan agregat halus dalam oven dengan suhu 110°C selama +24 jam;
Hari ke-2 (Pembuatan Sampel)
f. Keluarkan agregat halus yang telah di oven pada hari sebelumnya;
g. Lakukan persiapan pengujian untuk sampel 1;
h. Timbang agregat kasar sesuai berat total yang didapat pada perhitungan
modul 11 yaitu seberat 604 gram;
i. Timbang agregat halus sesuai berat total yang didapat pada perhitungan
modul 11 yaitu seberat 535 gram;
j. Masukan agregat kasar dan agregat halus yang sudah ditimbang ke dalam
wajan;
k. Panaskan aspal hinga mencapai suhu 160°C;
l. Panaskan wajan berisi agregat dengan menggunakan kompor hingga suhu
154+5°C, sambil aduk agregat menggunakan spatula;
m. Cek sesekali sampel uji menggunakan alat infrared thermometer untuk
memastikan sampel sudah pada suhu 154+5°C;
n. Apabila suhu sampel uji sudah mencapai 154+5°C dan suhu aspal 160°C;
o. Pindahakan wajan keatas timbangan, kemudian tuangkan aspal dengan berat
yang telah di tentukan yaitu pada sampel 1 59,64 gr;
p. Tempatkan wajan berisi sampel uji pada tungku kompor, lalu masak sampel
sambil aduk secara menerus dan merata hingga suhunya mencapai 160°C;
q. Cek sesekali sampel uji menggunakan alat infrared thermometer untuk
memastikan sampel uji sudah pada 154°C; Pada saat pelaksanaan prosedur
(f) s/d (q) dalam waktu bersamaan lakukan juga persiapan penumbukan
sebagai berikut :
r. Agar saat penumbukan sampel uji tidak lengket saat di keluarkan dari mold
maka perlu dibuat terlebih dahulu kertas berbentuk lingkaran dengan
diameter sama dengan mold sebanyak 6 buah untuk 3 sampel;
s. Olesi bagian bagian dalam mold dengan oli agar mempermudah saat sampel
dikeluarkan; Setelah semuanya siap dan sampel yang dipanaskan sudah
bersuhu 160°C, selanjutnya lakukan prosedur penumbukan sebagai berikut:
t. Tempatkan kertas pada bagian dasar mold;
u. Masukan sampel campuran ke dalam mold lalu tusuk-tusuk alat penusuk
hingga rongga di dalamnya dirasa sudah terisi;
v. Setelah itu, tutup juga bagian atas sampel menggunakan kertas;
w. Lakukan penumbukan menggunakan batang penumbuk sebanyak 75 kali,
setelah 75 kali ditumbuk. mold di balik kemudian lakukan kembali
penumbukan sebanyak 75 kali;
x. Setelah penumbukan selesai, diamkan sampel uji campuran hingga sampel
bersuhu ruangan ±25°C atau selama ±24 jam;
y. Lakukan kembail prosedur (f) s/d (y) untuk sampel 2 dan 3;
Hari ke-3 (Pemgujian Sampel)
z. Setelah suhu sampel uji mencapai +25°C, keluarkan dari mold dengan
menggunakan bantuan alat extruder lalu ukur dimensi sampel;
aa. Rendam ketiga sampel dalam bak air dengan menggunakan keranjang kawat
selama 15 menit;
bb. Setelah 15 menit sampel direndam, timbang di dalam air satu persatu sampel
menggunakan timbangan gantung;
cc. Lap ketiga sampel untuk mendapatkan sampel dalam keadaan SSD lalu
timbang kembali beratnya;
dd. Siapkan alat waterbath dengan suhu 60°C;
ee. Masukan sampel 1 selama 30 menit ke dalam alat waterbath;
ff. Setelah 30 menit di dalam waterbath keluarkan sampel lalu lapisi sampel
dengan plastik untuk mengurangi kontak secara langsung antara sampel
dengan ring alat Marshall serta agar sampel tidak berceceran saat
dikeluarkan;
gg. Posisikan dial stabilitas dan dial flow tepat pada posisi ‘O’;
hh. Tekan tombol up pada alat Marshall dan baca dial untuk mengetahui kondisi
kelelehan sampel tersebut;
ii. Tekan tombol down pada alat Marshall jika dial stabilitas berbalik arah;
jj. Amati lalu catat angka yang ditunjukan pada dial flow ketika dial stabilitas
keadaan maksimum atau sudah berlawanan arah jarum jam;
kk. Lakukan prosedur (z) s/d (ll) untuk sampel 2 dan 3;
ll. Lakukan analisis perhitungan.

6. Pelaporan

LABORATORIUM PERKERASAN
JALAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD
YANI
PEMERIKSAAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL
Tanggal : 3-5 Desember 2018
Kelompok : 12
Jurusan : Teknik Sipil Asisten : Ibnu

KADAR AGREGAT SAMPEL 1 SAMPEL 2 SAMPEL 3


Proporsi Agregat Kasar (%) 53 53 53
Proporsi Agregat Halus (%) 47 47 47
Total Agregat (gr) 1140.360 1134.360 1146.360
Campuran Agregat Kasar (gr) 604.391 601.211 607.571
Campuran Agregat Halus (gr) 535.969 533.149 538.789
KADAR ASPAL SAMPEL 1 SAMPEL 2 SAMPEL 3
Kadar Aspal (%) 4.97 5.47 4.47
Total Agregat (gr) 1140.360 1134.360 1146.360
Campuran Agregat (gr) 59.64 65.64 53.64
DIMENSI BENDA UJI SAMPEL 1 SAMPEL 2 SAMPEL 3
Diameter (cm) 10 10 10
Tinggi (cm) 7.52 7.1225 7.1525
Volume (cm³) 590.619 559.400 561.756
BERAT BENDA UJI SAMPEL 1 SAMPEL 2 SAMPEL 3
Berat Kering (gr) 1133.9 1045.2 1078.9
Berat Dalam Air (gr) 530 500 530
Berat SSD (gr) 1136.9 1047.5 1080.7
Berat Isi (gr/cm³) 1.920 1.868 1.921
PENGUJIAN MARSHALL SAMPEL 1 SAMPEL 2 SAMPEL 3
Stabilitas 86 55 33.5
Kelelehan (Flow) 8.83 9.23 5.26
Berat Jenis Rongga Campuran 1.868 1.909 1.959
BERAT JENIS AG KASAR AG HALUS TOTAL
Berat Jenis Agregat Bulk 2.58 2.118 4.698
Berat Jenis Semu 2.681 2.289 4.97
Berat Jenis Efektif 2.631 2.204 4.835
RINCIAN SAMPEL 1 SAMPEL 2 SAMPEL 3
Berat Jenis Maksimum Campuran
2.153 2.130 2.177
Teoritis
Persentase Aspal Terhadap
4.735 5.186 4.279
Campuran (%)
Perkiraan Kadar Butiran Agregat
4.97 4.97 4.97
Efektif (Pb)
Berat Jenis Beton Aspal yang
2.096 2.096 2.096
Belum Dipadatkan (Gmm)
Berat Jenis (S) 2.340 2.340 2.340
Berat Jenis Efektif (t) 1.993 1.993 1.993
Absorpsi Aspal (v) 0.603 0.603 0.603
RINCIAN SAMPEL 1 SAMPEL 2 SAMPEL 3
Isi Benda Uji (Cc) 606.9 547.5 550.7
Kepadatan (t/m²) 1.868 1.909 1.959
Berat Jenis Campuran Maksimal 2.224 2.224 2.224
Rongga Diantara Agregat (VMA) 24.127 22.883 20.022
Rongga Tahanan Campuran
10.874 8.932 6.542
(VIM)
Rongga Terisi Aspal (VFB) 54.933 60.965 67.324
Stabilitas Kalibrasi Proving Ring
1372.732 877.91 534.727
(kg)
Stabilitas Setelah Dikoreksi (kg) 1060.435 731.738 442.988
Hasil Bagi Marshall 120.095 79.278 84.218
Kadar Aspal Efektif (%) 4.397 4.900 3.894

7. Perhitungan
a. Campuran Agregat yang Digunakan

Proporsi Agregat Total Agregat Campuran Agregat


(%) (gr) (gr)
Agregat Kasar 53 1140,4 604,391
Agregat Halus 47 1140,4 535,149
Proporsi Agregat (Didapat dari Proporsi % Perhitungan Modul 11 )
Agregat Kasar = 53 %
Agregat Halus = 47 %
Total Agregat = 1140,4 gr
Campuran Agregat
% CA x 1000 gr = 0,53 x 1140,4
= 604,391 gr
% FA x 1000 gr = 0,47 x 1140,1
= 535,149 gr

b. Kadar Aspal yang Digunakan


Kadar Aspal Total Agragat Campuran Aspal
(%) (gr) (gr)
4,97 1146,36 59,64
5,47 1140,36 65,64
4,47 1135,36 53,64

Campuran Aspal

1) Pb = 0,035 (% CA) + 0,045 (% FA) + k


= 0,035 x (53) + 0,045 x (47) + 1
= 4,97 %
Sampel 1 (Pb1)
2) Sampel 1 = Pb x Total Agregat
= 4,97% x 1200 gr
= 59,7 gr

Sampel 2 (Pb2)
3) Sampel 2 = (Pb + 0,5 %) x Total Agregat
= (4,97% + 0,5 %) x 1200 gr
= 65,64 gr
Sampel 3 (Pb3)
4) Sampel 3 = (Pb - 0,5 %) x Total Agregat
= (4,97 % - 0,5 %) x 1200 gr
= 5,47 % x 1200 gr
= 53,64 gr
c. Hasil Percobaan

Kadar Aspal Tinggi Diameter Berat Volume


(%) (cm) (cm) (gr) (cm3)
4,97 7,52 10 1133,9 590,619
5,47 7,1225 10 1045,2 559,4
4,47 7,1525 10 1078,9 561,756
1
1) Volume Sampel 1 = 4
𝑥 𝜋 𝑥 𝑑2 𝑥 𝑡
1
= 4
𝑥 𝜋 𝑥 102 𝑥 7,52
= 590,619 cm3

1
2) Volume Sampel 2 = 4
𝑥 𝜋 𝑥 𝑑2 𝑥 𝑡
1
= 4
𝑥 𝜋 𝑥 102 𝑥 7
= 559,4 cm3

1
3) Volume Sampel 3 = 4
𝑥 𝜋 𝑥 𝑑2 𝑥 𝑡
1
= 𝑥 𝜋 𝑥 102 𝑥 6,9
4
= 561,756 cm3

a. Berat Benda Uji

Kadar Aspal Berat Kering Berat Dalam Berat SSD Berat Isi
(%) (gr) Air (gr) (gr/cm3)
(gr)
4,97 1133,9 530 1136,9 1,920
5,47 1045,2 500 1047,5 1,868
4,47 1078,9 530 1078,9 1,921

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
1) Berat Isi Sampel 1 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
1133,9
=
590,619
= 1,920 gr/cm3

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
2) Berat Isi Sampel 2 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
1045,2
=
559,4
= 1,868 gr/cm3

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
3) Berat Isi Sampel 3 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
1078,9
=
561,756
= 1,921 gr/cm3

b. Berat Jenis dan Rongga Campuran

Kadar Aspal Berat Jenis dan Rongga Campuran


(%)
4,97 1,868
5,47 1,909
4,47 1,959

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
1) Sampel 1 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑆𝐷−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑎𝑖𝑟
1133,9
= 1136,9−530
= 1,868
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
2) Sampel 2 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑆𝐷−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑎𝑖𝑟
1045,2
= 1047,5−500
= 1,909

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
3) Sampel 3 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑆𝐷−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑎𝑖𝑟
1078,9
= 1080,7−530
= 1,959

c. Berat Jenis

Berat Jenis Berat Jenis Total Berat


Agregat Agregat Jenis
Bulk Semu Agregat
Bulk

Agregat 2,58 2,681 Dari Modul 4,698


Kasar 7
Agregat 2,118 2,289 Dari Modul 4,97
Halus 8

1) Total = Berat Jenis Bulk Agregat Kasar + Berat Jenis


Bulk Agregat Halus
= 2,118 + 2,289
= 4,97
d. Berat Jenis Efektif

Berat Jenis Efektif Agregat Total


Agregat 2,631 Dari modul 7 4,835
Kasar
Agregat 2,204 Dari modul 8 4,835
Halus

1) Berat Jenis Efektif Agregat Kasar


𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐵𝑢𝑙𝑘 + Berat Jenis Agregat Semu
2
2,58+2,681
=
2

= 2,631

2) Berat Jenis Efektif Agregat Halus


𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐵𝑢𝑙𝑘 + Berat Jenis Agregat Semu
2
2,118+2,289
=
2

= 2,204

3) Total = Berat Jenis Efektif Agregat Kasar + Berat Jenis Efektif Agregat Halus

= 2,631 + 2,204

= 4,835

e. Berat Jenis Aspal

Berat Jenis Aspal 1 Dari Modul 5

f. Berat Jenis Maksimum Campuran Teoritis

Kadar Aspal Berat Jenis Maksimum


(%) Campuran Teoritis
4,97 2,153
5,47 2,130
4,47 2,177

100
1) Sampel 1 = Σ % Agregat dalam Campuran % Aspal dalam Campuran
( )+( )
Berat Jenis Efektif Agregat Berat Jenis Aspal
100
= 53 47 4,97
( + )+( )
2,631 2,204 1
= 2,153
100
2) Sampel 2 = Σ % Agregat dalam Campuran % Aspal dalam Campuran
( )+( )
Berat Jenis Efektif Agregat Berat Jenis Aspal
100
= 53 47 5,47
( + )+( )
2,631 2,204 1

= 2,130
100
3) Sampel 3 = Σ % Agregat dalam Campuran % Aspal dalam Campuran
( )+( )
Berat Jenis Efektif Agregat Berat Jenis Aspal
100
= 53 47 4,47
( + )+( )
2,631 2,204 1

= 2,177

g. Persentase Aspal Terhadap Campuran

Kadar Aspal Persentase Aspal Terhadap


(%) Campuran
(%)
4,97 4,735
5,47 5,186
4,47 4,279

% Aspal Terhadap Agregat


1) Sampel 1 = % Aspal Terhadap Agregat+100
𝑥 100%
4,97
= 4,97 + 100
𝑥 100%
= 4,735
% Aspal Terhadap Agregat
2) Sampel 2 = % Aspal Terhadap Agregat+100
𝑥 100%
5,47
= 𝑥 100%
5,47 + 100
= 5,186
% Aspal Terhadap Agregat
3) Sampel 3 = % Aspal Terhadap Agregat+100
𝑥 100%
4,47
= 4,47 + 100
𝑥 100%
= 4,279

h. Analisis Data untuk Uji Marshall

Kadar Aspal Stabilitas


(%)
4,97 86
5,47 55
4,47 33,5
i. Perkiraan Kadar Aspal Efektif

Pb 4,97 Dari Modul 11

Pb = 0,035 (% CA) + 0,045 (% FA) + k

= 0,035 x (53) + 0,045 x (47) + 1

= 4,97 %

j. Berat Jenis Beton Aspal yang Belum Dipadatkan ( Gmm )

Gmm 2,096

100
Gmm = % Agregat Kasar % Agregat Halus Pb
( )+( )+( )
Berat Jenis Agregat 𝐵𝑢𝑙𝑘 Kasar Berat Jenis Agregat 𝐵𝑢𝑙𝑘 Halus Berat Jenis Aspal

100
= 53 47 4,97
( )+( )+( )
2,58 2,118 1
= 2,096

k. Berat Jenis ( S )

S 2,34
( % Agregat Kasar+% Agregat Halus )
S = % Agregat Kasar % Agregat Halus
( )+( )
Berat Jenis Agregat 𝐵𝑢𝑙𝑘 Kasar Berat Jenis Agregat 𝐵𝑢𝑙𝑘 Halus

( 53+47 )
= 53 47
( )+( )
2,58 2,118
= 2,34

l. Berat Jenis Efektif ( t )

T 1,99

( 100 + Pb )
t = 100 Pb
( )+( )
Gmm Berat Jenis Aspal
( 100 + 4,97 )
= 100 4,97
( )+( )
2,096 1
= 1,99

m. Absorpsi Aspal ( v )

V 1,145

Berat Jenis Efektif Agregat – Berat Jenis 𝐵𝑢𝑙𝑘


V = 100 x { Berat Jenis Efektif Agregat x Berat Jenis 𝐵𝑢𝑙𝑘
} x Berat Jenis Aspal
4,835 – 4,698
= 100 x { 4,835 x 4,698 } x 1

= 0,603

n. Isi Benda Uji ( Cc )

Kadar Aspal (%) Isi Benda Uji ( Cc )


B F
4,97 606,9
5,47 547,5
4,47 550,7

1) Cc Sampel 1 = Berat Benda Uji SSD – Berat Benda Uji dalam Air

= 1136,9 – 530

= 606,9

2) Cc Sampel 2 = Berat Benda Uji SSD – Berat Benda Uji dalam Air

= 1047,5 – 500

= 547,5

3) Cc Sampel 3 = Berat Benda Uji SSD – Berat Benda Uji dalam Air

= 1080,7 – 530

= 550,7

o. Kepadatan ( t/m2 )

Kadar Aspal (%) Kepadatan ( t/m2 )


B G
4,97 1,868
5,47 1,909
4,47 1,959

Berat Benda Uji Kering


1) Kepadatan Sampel 1 = Isi Benda Uji

1133.9
= 606,9

= 1,868
Berat Benda Uji Kering
2) Kepadatan Sampel 2 = Isi Benda Uji

1045,2
= 547,5
= 1,909
Berat Benda Uji Kering
3) Kepadatan Sampel 3 = Isi Benda Uji

1078,9
= 550,7

= 1,959

p. Berat Jenis Campuran Maksimal

Kadar Aspal (%) Berat Jenis Campuran Maksimal


B H
4,97 2.224
5,47 2.238
4,47 2.210

100
1) Berat Jenis Campuran Maksimal Sampel 1 = (100 − 𝑏) 𝑏
+
𝑡 𝑣

100
= (100 − 4.97) 4.97
+
1.993 0.603

= 2.224
100
2) Berat Jenis Campuran Maksimal Sampel 2 = (100 − 𝑏) 𝑏
+
𝑡 𝑣

100
= (100 − 5.47) 5.47
+
1.993 0.603

= 2.238
100
3) Berat Jenis Campuran Maksimal Sampel 3 = (100 − 𝑏) 𝑏
+
𝑡 𝑣

100
= (100 − 4.47) 4.47
+
1.993 0.603

= 2.210
q. Rongga Diantara Agregat ( VMA )

Kadar Aspal (%) Rongga Diantara Agregat ( VMA )


B I
4,97 24.127
5,47 22.883
4,47 20.022
g
1) VMA Sampel 1 = 100 − (100 − b) x S

1.868
= 100 − (100 − 4.97) x
2.340
= 23.227
g
2) VMA Sampel 2 = 100 − (100 − b) x S
1.909
= 100 − (100 − 5.47) x
2.340
= 22.883
g
3) VMA Sampel 3 = 100 − (100 − b) x
S

1.959
= 100 − (100 − 4.47) x
2.340
= 20.022
r. Rongga Tahanan Campuran ( VIM )

Kadar Aspal (%) Rongga Tahanan Campuran ( VIM )


B J
4,97 10.874
5,47 8.932
4,47 6.542

100
1) VIM Sampel 1 = 100 − (g x )
h

100
= 100 − (1.868 x )
2.224
= 10.874
100
2) VIM Sampel 2 = 100 − (g x )
h

100
= 100 − (1.909 x )
2.238
= 8.932
100
3) VIM Sampel 3 = 100 − (g x )
h

100
= 100 − (1.959x )
2.210
= 6.542
s. Rongga Terisi Aspal ( VFB )

Kadar Aspal (%) Rongga Terisi Aspal ( VFB )


B K
4,97 54.933
5,47 60.965
4,47 67.324

( i−j )
1) VFB Sampel 1 = 100 x 𝑖

( 24,127−10,874 )
= 100 x 24,127

= 54,933
( i−j )
2) VFB Sampel 2 = 100 x 𝑖

( 22,883 − 8,932 )
= 100 x 22,883

= 60,965
( i−j )
3) VFB Sampel 3 = 100 x 𝑖

( 20,022 − 6,542 )
= 100 x 20,022

= 67,324

t. Kalibrasi Proving Ring ( kg )

Kadar Aspal (%) Kalibrasi Proving Ring ( kg )


B M
4,97 1372.732
5,47 877.910
4,47 534.727

1) Kalibrasi Proving Ring Sampel 1 = Angka Kalibrasi x Bacaan Pada Alat

= 15,962 x 86

= 1372,732

2) Kalibrasi Proving Ring Sampel 2 = Angka Kalibrasi x Bacaan Pada Alat

= 15,962 x 55

= 877,910

3) Kalibrasi Proving Ring Sampel 3 = Angka Kalibrasi x Bacaan Pada Alat


= 15,962 x 34

= 534,727

u. Setelah Dikoreksi

Kadar Aspal (%) Setelah Dikoreksi


B N
4,97 1060.435
5,47 731.738
4,47 442.988

1) Setelah Dikoreksi Sampel 1 = Angka Koreksi x Kalibrasi Proving


Ring

= 0,77 x 1372,732

= 1060,435

2) Setelah Dikoreksi Sampel 2 = Angka Koreksi x Kalibrasi Proving


Ring

= 0,834 x 877,910

= 731,738

3) Setelah Dikoreksi Sampel 1 = Angka Koreksi x Kalibrasi Proving


Ring

= 0,828 x 534,727

= 442,988
Dimana angka koreksi didapat dari tabel Angka Koreksi Stabilitas Marshall
Tabel
ANGKA3. Angka Koreksi
KOREKSI Stabilitas
STABILITAS Marshall
MARSHALL

Volume Banda Uji (cm 3) Tebal Angka


Min. Maks. Rata2 mm Koreksi
200 213 206,5 25,4 5,56
214 225 219,5 27,0 5,00
226 237 231,5 28,6 4,55
238 250 244,0 30,2 4,17
251 264 257,5 31,8 3,85
265 276 270,5 33,3 3,57
277 289 283,0 34,9 3,33
290 301 295,5 35,5 3,03
302 316 309,0 38,1 2,78
317 328 322,5 39,7 2,50
329 340 334,5 41,3 2,27
341 353 347,0 42,9 2,08
354 367 360,5 44,4 1,92
368 379 373,5 46,0 1,79
380 392 386,0 47,6 1,67
393 405 399,0 49,2 1,56
406 420 413,0 50,8 1,47
421 431 426,0 52,4 1,39
432 443 437,5 54,0 1,32
444 456 450,0 55,6 1,25
457 470 463,5 57,2 1,19
471 482 476,5 58,7 1,14
483 495 489,0 60,3 1,09
496 508 502,0 61,9 1,04
509 522 515,5 63,5 1,00
523 535 529,0 65,1 0,96
536 546 541,0 66,7 0,93
547 559 553,0 68,3 0,89
560 573 566,5 69,9 0,86
574 585 579,5 71,4 0,83
586 598 592,0 73,0 0,81
599 610 604,5 74,6 0,78
611 625 618,0 76,2 0,76

Karena tebal dari sampel tidak ada pada tabel, maka dilakukan proses
perhitungan interpolasi. Sehingga didapatkan angka koreksi sebagai
berikut :
Angka Kalibrasi
Tinggi Alat
No Sampel Angka Koreksi Proving Ring
Sampel
(kg/div)
1 7.52 0.773
2 7.1225 0.834 15.962
3 7.1525 0.828
y. Hasil Bagi Marshall

No Kadar Aspal Terhadap Hasil Bagi


Kelelehan (mm)
Sampel Berat Campuran (%) Marshall
a b o p = n/o
1 4.97 8.830 120.095
2 5.47 9.230 79.278
3 4.47 5.260 84.218

𝑛 1060.435
1) Hasil Bagi Marshall Sampel 1 = = = 120.095
𝑜 8.830
𝑛 731.738
2) Hasil Bagi Marshall Sampel 2 = = = 79.278
𝑜 9.230
𝑛 442.988
3) Hasil Bagi Marshall Sampel 3 = = = 84.218
𝑜 5.260

z. Kadar Aspal Efektif (%)

Kadar Aspal Terhadap Kadar Aspal Efektif


No Sampel
Berat Campuran (%) (%)
a b q = b-((v*(100-b))/100)
1 4.97 4.397
2 5.47 4.900
3 4.47 3.894
(v x (100−b))
1) Kadar Aspal Efektif Sampel 1 = b − 100

0.603 x (100 − 4.97)


= 4.97 −
100
= 4.397
(v x (100−b))
2) Kadar Aspal Efektif Sampel 2 = b − 100

0.603 x (100 − 5.47)


= 5.47 −
100
= 4.900
(v x (100−b))
3) Kadar Aspal Efektif Sampel 3 = b − 100

0.603 x (100 − 4.47)


= 4.47 −
100
= 3.894
Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Stabilitas
1200.000 1060.435
1100.000
Grafik
1000.000
Hubungan
Stabilitas(gram)

900.000 Kadar Aspal


800.000 731.738
y = -1892.3x2 + 19098x - 47116 dengan
700.000 R² = 1 Stabilitas
600.000 Poly. (Grafik
442.988 Hubungan
500.000
400.000 Kadar Aspal
300.000 dengan
200.000 Stabilitas)
4 4.5 5 5.5 6
Kadar Aspal (%)

Grafik 3. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Stabilitas

Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Kepadatan


1.980

1.960 Grafik Hubungan


Kepadatan (t/m2)

Kadar Aspal
1.940 dengan
Kepadatan
1.920 Poly. (Grafik
y = 0.263x2 - 2.6641x + 8.6132 Hubungan Kadar
1.900 R² = 1 Aspal dengan
Kepadatan)
1.880

1.860
4 4.5 5 5.5 6
Kadar Aspal (%)
Grafik 3. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Kepadatan

Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Rongga Diantara


Agregat (VMA)
30.000
25.000 y = -10.701x2 + 109.23x - 254.41
20.000 R² = 1
15.000
10.000
5.000
0.000
4 4.2 4.4 4.6 4.8 5 5.2 5.4 5.6

Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Rongga Diantara Agregat (VMA)


Poly. (Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Rongga Diantara Agregat (VMA))

Grafik 3. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan VMA


Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Rongga Tahanan
Campuran (VIM)
12.000
10.000 y = -12.545x2 + 127.09x - 310.88 Grafik Hubungan Kadar
8.000 R² = 1 Aspal dengan Rongga
Tahanan Campuran
VIM

6.000
(VIM)
4.000
Poly. (Grafik Hubungan
2.000 Kadar Aspal dengan
0.000 Rongga Tahanan
Campuran (VIM))
4 4.5 5 5.5 6
Kadar Aspal (%)

Grafik 3. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan VIM

Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Rongga Terisi


Aspal (VFB)
80.000
70.000
y = 36.846x2 - 372.61x + 996.68
60.000 Grafik Hubungan
R² = 1
50.000 Kadar Aspal dengan
Rongga Terisi Aspal
VFB

40.000
(VFB)
30.000
Poly. (Grafik
20.000
Hubungan Kadar
10.000 Aspal dengan Rongga
0.000 Terisi Aspal (VFB))
4 4.5 5 5.5 6
Kadar Aspal (%)

Grafik 3. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan VFB

Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Kelelehan (Flow)


12
10 Grafik Hubungan
Kelelehan (flow)

Kadar Aspal dengan


8
Kelelehan (Flow)
6 y = -8.74x2 + 83.306x - 188.91
Poly. (Grafik
4 R² = 1
Hubungan Kadar Aspal
2 dengan Kelelehan
(Flow))
0
0 1 2 3 4 5 6
Kadar Aspal (%)

Grafik 3. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Kelelehan


8. Catatan
Pada pelakasaan praktikum ini terdapat beberapa catatan yaitu sebagai berikut :
a. Pada saat mencampur aspal dan agregat usahakan aspal tercampur secara
merata ke seluruh permukaan agregat.
b. Pada saat agregat kasar dan agregat halus di panaskan/dimasak suhu harus
154°, agar pada saat proses pencampuran agregat kasar dan agregat halus
dengan aspal cair suhunya tidak turun terlalu cepat. Karena saat
pencampuran agregat halus dan agregat kasar dengan aspal cair suhunya
harus 140°+5oC.
c. Pada saat penumbukan benda uji sebanyak 75 kali dengan penumbuk
sampel dilakukan dengan merata.
d. Pada saat mengeluarkan benda uji dengan menggunakan extruder harus
dilakukan dengan cara perlahan agar tidak mengalami keruntuhan pada
sampel.
e. Pada saat perendaman dan menimbang didalam air keranjang kawat untuk
mengangkat benda uji tidak boleh terkena permukaan dasar air.
f. Pada saat sampal-sampel di rendam di waterbath dengan suhu 60°,
didiamkan hanya 10 menit saja, jika waktunya lebih lama besar
kemungkinan sampelnya akan hancur.
g. Sebelum menggunakan alat marshall bersihkan terlebih dahulu tempat
menyimpan benda uji pada alat marshall.
h. Sebelum melakukan percobaan untuk sampel yang lain, semua alat harus
dibersihkan terlebih dahulu.
9. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :

Rongga Rongga Rongga Bacaan Pada Alat


No Diantara Tahanan Kepadatan Terisi Kelelehan Kelelehan
Stabilitas Aspal Stabilitas
Sampel Agregat Cmpuran (t/m²) (mm) (Flow)
(VMA) (VIM) (VFB)
1 442.988 20.022 6.542 1.959 50,238 5.260 86 8.83
2 1060.435 24.127 10.874 1.868 56,009 8.830 55 9.23
3 731.738 22.883 8.932 1.909 63,939 9.230 33.5 5.26
Maka dari hasil perhitungan yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa nilai-
nilai yang di dapatkan dibawah nilai yang sudah ditetapkan dalam standar nasional
untuk perkerasan jalan dikarenakan adanya human error, faktor cuaca dan
keterbatasan waktu pada saat pengujian.

10. Lampiran

Gambar 3. Penyaringan agregat


Proses penyaringan agregat kasar maupun halus dengan no. saringan yang di telah
di tentukan hingga mendapatkan berat yang di perlukan.

Gambar 3. Proses Pengeringan Agregat


Agregat halus di keringkan di oven selama 24 jam.
Gambar 3. Proses Penimbangan Bahan Uji
Proses menyiapkan bahan uji dengan berat sesuai yang di butuhkan pada setiap
sampelnya.

Gambar 3. Proses Memanaskan Sampel


Proses memanaskan sampel uji hingga suhu yang telah di tentukan.

Gambar 3. Proses Pencampuran Agregat dengan Aspal


Proses menuangkan aspal pada agregat yang telah di panaskan untuk dicampurkan
hingga merata.

Gambar 3. Proses Pemadatan Sampel


Proses pemadatan sampel yang telah tercampur aspal hingga merata dengan
menggunakan alat mold.
Gambar 3. Proses Mengeluarkan Sampel
Mengeluarkan sampel yang berada dalam mold dengan menggunakan bantuan alat
extruder.

Gambar 3. Proses Pengujian Sampel

Proses pengujian sampel dengan menggunakan alat Marshall Compression


Machine untuk di baca dial stabilitas dan kelele

Anda mungkin juga menyukai