1. Dasar Teori
Alat Marshall merupakan alat tekan yang di lengkapi dengan proving ring yang
berkapasitas 22,5 KN atau 5000 lbs. Proving ring dilengkapi dengan arloji
pengukur yang berguna untuk mengukur stabilitas campuran. Disamping itu
terdapat arloji kelelehan (flow meter) untuk mengukur kelelehan plastis, karena
prinsip dasar metode Marshall adalah pemeriksaan stabilitas dan kelelehan
(flow), serta analisis kepadatan dan pori dari campuran padat yang terbentuk.
3. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai
berikut :
a. Saringan No. ½”, 3/8”, 4, 200.
Berfungsi sebagai alat untuk menyaring agregat yang lolos saringan no.3/8
dan tertahan no. 4 untuk agregat kasar dan menyaring agregat yang lolos
saringan no. 4 dan tertahan no. 200 untuk agregat halus.
Gambar 3. Sekop
c. Bensin
Berfungsi untuk membersihkan wajan yang telah di isi campuran aspal.
Gambar 3. Bensin
d. Kuas
Berfungsi alat bantu untuk membersihkan wajan dan pengolesan oli pada
alat mold.
Gambar 3. Kuas
e. Oli
Berfungsi untuk melapisi mold agar bahan uji tidak menempel pada alat
mold.
Gambar 3. Oli
f. Stopwatch
Berfungsi untuk mengukur waktu saat pengujian
Gambar 3. Stopwatch
g. Plastik
Berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan agregat kasar serta pelapis
sampel uji pada saat pengujian.
Gambar 3. Plastik
h. Oven
Berfungsi sebagai alat untuk memanaskan bahan uji selama ± 24 jam.
Gambar 3. Oven
i. Kompor Gas
Berfungsi sebagai alat untuk memanaskan bahan uji.
Gambar 3. Mold
l. Wajan
Berfungsi sebagai wadah bahan uji pada saat dicampurkan dan dipanaskan
diatas kompor gas.
Gambar 3. Wajan
m. Spatula
Berfungsi sebagai alat pengaduk bahan uji saat di panaskan.
Gambar 3. Spatula
n. Sendok Stainless
Berfungsi sebagai alat untuk menuangkan aspal ke dalam wajan saat
pencampuran.
Gambar 3. Extruder
t. Jangka Sorong
Berfungsi sebagai alat untuk mengukur dimensi bahan uji.
Gambar 3. Waterbath
aa. Dial Flow
Berfungsi untuk pembacaan angka pada saat pengujian kelelehan.
5. Prosedur Praktikum
Berikut merupakan prosedur yang dilakukan pada praktikum penggujian campuran
aspal dengan alat marshall :
6. Pelaporan
LABORATORIUM PERKERASAN
JALAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD
YANI
PEMERIKSAAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL
Tanggal : 3-5 Desember 2018
Kelompok : 12
Jurusan : Teknik Sipil Asisten : Ibnu
7. Perhitungan
a. Campuran Agregat yang Digunakan
Campuran Aspal
Sampel 2 (Pb2)
3) Sampel 2 = (Pb + 0,5 %) x Total Agregat
= (4,97% + 0,5 %) x 1200 gr
= 65,64 gr
Sampel 3 (Pb3)
4) Sampel 3 = (Pb - 0,5 %) x Total Agregat
= (4,97 % - 0,5 %) x 1200 gr
= 5,47 % x 1200 gr
= 53,64 gr
c. Hasil Percobaan
1
2) Volume Sampel 2 = 4
𝑥 𝜋 𝑥 𝑑2 𝑥 𝑡
1
= 4
𝑥 𝜋 𝑥 102 𝑥 7
= 559,4 cm3
1
3) Volume Sampel 3 = 4
𝑥 𝜋 𝑥 𝑑2 𝑥 𝑡
1
= 𝑥 𝜋 𝑥 102 𝑥 6,9
4
= 561,756 cm3
Kadar Aspal Berat Kering Berat Dalam Berat SSD Berat Isi
(%) (gr) Air (gr) (gr/cm3)
(gr)
4,97 1133,9 530 1136,9 1,920
5,47 1045,2 500 1047,5 1,868
4,47 1078,9 530 1078,9 1,921
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
1) Berat Isi Sampel 1 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
1133,9
=
590,619
= 1,920 gr/cm3
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
2) Berat Isi Sampel 2 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
1045,2
=
559,4
= 1,868 gr/cm3
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
3) Berat Isi Sampel 3 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
1078,9
=
561,756
= 1,921 gr/cm3
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
1) Sampel 1 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑆𝐷−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑎𝑖𝑟
1133,9
= 1136,9−530
= 1,868
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
2) Sampel 2 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑆𝐷−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑎𝑖𝑟
1045,2
= 1047,5−500
= 1,909
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
3) Sampel 3 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑆𝐷−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑎𝑖𝑟
1078,9
= 1080,7−530
= 1,959
c. Berat Jenis
= 2,631
= 2,204
3) Total = Berat Jenis Efektif Agregat Kasar + Berat Jenis Efektif Agregat Halus
= 2,631 + 2,204
= 4,835
100
1) Sampel 1 = Σ % Agregat dalam Campuran % Aspal dalam Campuran
( )+( )
Berat Jenis Efektif Agregat Berat Jenis Aspal
100
= 53 47 4,97
( + )+( )
2,631 2,204 1
= 2,153
100
2) Sampel 2 = Σ % Agregat dalam Campuran % Aspal dalam Campuran
( )+( )
Berat Jenis Efektif Agregat Berat Jenis Aspal
100
= 53 47 5,47
( + )+( )
2,631 2,204 1
= 2,130
100
3) Sampel 3 = Σ % Agregat dalam Campuran % Aspal dalam Campuran
( )+( )
Berat Jenis Efektif Agregat Berat Jenis Aspal
100
= 53 47 4,47
( + )+( )
2,631 2,204 1
= 2,177
= 4,97 %
Gmm 2,096
100
Gmm = % Agregat Kasar % Agregat Halus Pb
( )+( )+( )
Berat Jenis Agregat 𝐵𝑢𝑙𝑘 Kasar Berat Jenis Agregat 𝐵𝑢𝑙𝑘 Halus Berat Jenis Aspal
100
= 53 47 4,97
( )+( )+( )
2,58 2,118 1
= 2,096
k. Berat Jenis ( S )
S 2,34
( % Agregat Kasar+% Agregat Halus )
S = % Agregat Kasar % Agregat Halus
( )+( )
Berat Jenis Agregat 𝐵𝑢𝑙𝑘 Kasar Berat Jenis Agregat 𝐵𝑢𝑙𝑘 Halus
( 53+47 )
= 53 47
( )+( )
2,58 2,118
= 2,34
T 1,99
( 100 + Pb )
t = 100 Pb
( )+( )
Gmm Berat Jenis Aspal
( 100 + 4,97 )
= 100 4,97
( )+( )
2,096 1
= 1,99
m. Absorpsi Aspal ( v )
V 1,145
= 0,603
1) Cc Sampel 1 = Berat Benda Uji SSD – Berat Benda Uji dalam Air
= 1136,9 – 530
= 606,9
2) Cc Sampel 2 = Berat Benda Uji SSD – Berat Benda Uji dalam Air
= 1047,5 – 500
= 547,5
3) Cc Sampel 3 = Berat Benda Uji SSD – Berat Benda Uji dalam Air
= 1080,7 – 530
= 550,7
o. Kepadatan ( t/m2 )
1133.9
= 606,9
= 1,868
Berat Benda Uji Kering
2) Kepadatan Sampel 2 = Isi Benda Uji
1045,2
= 547,5
= 1,909
Berat Benda Uji Kering
3) Kepadatan Sampel 3 = Isi Benda Uji
1078,9
= 550,7
= 1,959
100
1) Berat Jenis Campuran Maksimal Sampel 1 = (100 − 𝑏) 𝑏
+
𝑡 𝑣
100
= (100 − 4.97) 4.97
+
1.993 0.603
= 2.224
100
2) Berat Jenis Campuran Maksimal Sampel 2 = (100 − 𝑏) 𝑏
+
𝑡 𝑣
100
= (100 − 5.47) 5.47
+
1.993 0.603
= 2.238
100
3) Berat Jenis Campuran Maksimal Sampel 3 = (100 − 𝑏) 𝑏
+
𝑡 𝑣
100
= (100 − 4.47) 4.47
+
1.993 0.603
= 2.210
q. Rongga Diantara Agregat ( VMA )
1.868
= 100 − (100 − 4.97) x
2.340
= 23.227
g
2) VMA Sampel 2 = 100 − (100 − b) x S
1.909
= 100 − (100 − 5.47) x
2.340
= 22.883
g
3) VMA Sampel 3 = 100 − (100 − b) x
S
1.959
= 100 − (100 − 4.47) x
2.340
= 20.022
r. Rongga Tahanan Campuran ( VIM )
100
1) VIM Sampel 1 = 100 − (g x )
h
100
= 100 − (1.868 x )
2.224
= 10.874
100
2) VIM Sampel 2 = 100 − (g x )
h
100
= 100 − (1.909 x )
2.238
= 8.932
100
3) VIM Sampel 3 = 100 − (g x )
h
100
= 100 − (1.959x )
2.210
= 6.542
s. Rongga Terisi Aspal ( VFB )
( i−j )
1) VFB Sampel 1 = 100 x 𝑖
( 24,127−10,874 )
= 100 x 24,127
= 54,933
( i−j )
2) VFB Sampel 2 = 100 x 𝑖
( 22,883 − 8,932 )
= 100 x 22,883
= 60,965
( i−j )
3) VFB Sampel 3 = 100 x 𝑖
( 20,022 − 6,542 )
= 100 x 20,022
= 67,324
= 15,962 x 86
= 1372,732
= 15,962 x 55
= 877,910
= 534,727
u. Setelah Dikoreksi
= 0,77 x 1372,732
= 1060,435
= 0,834 x 877,910
= 731,738
= 0,828 x 534,727
= 442,988
Dimana angka koreksi didapat dari tabel Angka Koreksi Stabilitas Marshall
Tabel
ANGKA3. Angka Koreksi
KOREKSI Stabilitas
STABILITAS Marshall
MARSHALL
Karena tebal dari sampel tidak ada pada tabel, maka dilakukan proses
perhitungan interpolasi. Sehingga didapatkan angka koreksi sebagai
berikut :
Angka Kalibrasi
Tinggi Alat
No Sampel Angka Koreksi Proving Ring
Sampel
(kg/div)
1 7.52 0.773
2 7.1225 0.834 15.962
3 7.1525 0.828
y. Hasil Bagi Marshall
𝑛 1060.435
1) Hasil Bagi Marshall Sampel 1 = = = 120.095
𝑜 8.830
𝑛 731.738
2) Hasil Bagi Marshall Sampel 2 = = = 79.278
𝑜 9.230
𝑛 442.988
3) Hasil Bagi Marshall Sampel 3 = = = 84.218
𝑜 5.260
Kadar Aspal
1.940 dengan
Kepadatan
1.920 Poly. (Grafik
y = 0.263x2 - 2.6641x + 8.6132 Hubungan Kadar
1.900 R² = 1 Aspal dengan
Kepadatan)
1.880
1.860
4 4.5 5 5.5 6
Kadar Aspal (%)
Grafik 3. Grafik Hubungan Kadar Aspal dengan Kepadatan
6.000
(VIM)
4.000
Poly. (Grafik Hubungan
2.000 Kadar Aspal dengan
0.000 Rongga Tahanan
Campuran (VIM))
4 4.5 5 5.5 6
Kadar Aspal (%)
40.000
(VFB)
30.000
Poly. (Grafik
20.000
Hubungan Kadar
10.000 Aspal dengan Rongga
0.000 Terisi Aspal (VFB))
4 4.5 5 5.5 6
Kadar Aspal (%)
10. Lampiran