Anda di halaman 1dari 40

PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

BAB I
DASAR TEORI

1.1 Latar Belakang

Suatu tract atau bentang lahan dapat didefinisikan sebagai geografis suatu
area (wilayah) permukaan planet bumi yang spesifik, karakterisasinya
menyangkut penggunaannya yang mantap dan terperkirakan secara lestari,
atributnya meliputi biosfer di atas dan di bawah lahan suatu areal, yaitu yang
meliputi system dari atmosfer, tanah dan bentukan geologis, hidrologi,
populasi tanaman dan hewan, dan hasil-hasil aktivitas manusia masa lampau
dan masa kini yang nyata-nyata memberikan atribut besar (dampak) terhadap
kondisi sekarang dan masa depan penggunaan lahan oleh manusia. Ilmu Ukur
Tanah terfokus pada pengukuran-pengukuran bentuk permukaan bumi untuk
dipindahkan ke bidang datar dan mempelajari masalah kulit bumi yang berupa
situasi atas permukaan kulit bumi, perbedaan ketinggian, jarak, dan luas. Ilmu
Geodesi ini sangat bermanfaat bagi pekerjaan perencanaan yang membutukan
data-data koordinat dan ketinggian titik di lapangan.

Berdasarkan Ketelitian pengukuran dan pemetaan, Ilmu Geodesi ini


diklasifikasikan menjadi dua bagian :

a. Geodetic Surveying, yaitu survei yang memperhitungkan


kelengkungan bumi atau kondisi sebenarnya. Biasanya digunakan
dalam pengukuran daerah yang luas dengan menggunakan bidang
hitung berupa bidang lengkung (bola/ellipsoid).
b. Plane Surveying, yaitu survei yang mengabaikan kelengkungan
bumi dan mengasumsikan bumi sebagai bidang datar. Plane
Surveying digunakan untuk pengukuran daerah yang tidak luas
dengan menggunakan bidang hitung berupa bidang datar.

Pengukuran adalah sebuah teknik pengambilan data yang dapat


memberikan nilai panjang, tinggi dan arah relatif dari sebuah objek ke objek

ANNISA FITRIANI (2411161208) 1


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

lainnya. Pengukuran terletak di antara Ilmu Geodesi dan Ilmu Pemetaan. Hasil
penelitian Geodesi dipakai sebagai dasar referensi pengukuran, kemudian
hasil pengelolaan data pengukuran digunakan untuk sebagai dasar pembuatan
peta.

Ilmu Ukur Tanah atau Pemetaan Lahan ini merupakan salah satu mata
kuliah Program Studi Teknik Sipil Universitas Jenderal Achmad Yani pada
semester III. Dalam praktikum mata kuliah Pemetaan Lahan, teknik yang
digunakan yaitu Plane Surveying, di mana bumi diasumsikan sebagai bidang
datar, sehingga dapat ditentukan posisi titik-titik di permukaan bumi yang
kemudian disajikan dalam bentuk peta. Adapun tujuan diadakannya praktikum
Pemetaan Lahan ini yaitu agar praktikan berlatih melakukan pekerjaan-
pekerjaan survei, sehingga praktikan dapat melihat gambaran mengenai survei
lapangan dan dapat menerapkannya di lapangan dalam konteks yang
sebenarnya setelah lulus dari bangku kuliah serta dapat melatih praktikan
melakukan pemetaan situasi teritris, yang pada umumnya diperlukan sebagai
peta acuan dalam perencanaan teknis ataupun keperluan lainnya.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
1. Agar praktikan dapat mengenal dan mengetahui Ilmu Ukur
Tanah
2. Agar praktikan dapat mengetahui dan mampu
mengoperasikan Theodolite dan Waterpass
3. Agar praktikan dapat menyatakan definisi Ilmu Ukur Tanah
dan penggambarannya serta dapat menerangkan prinsip dan
penggunaanya.
4. Menentukan posisi sembarang bentuk yang berbeda di atas
permukaan bumi.

ANNISA FITRIANI (2411161208) 2


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

1.2.2 Tujuan
1. Mengerti Ilmu Ukur Tanah
2. Mengetahui dan mengenal alat-alat yang digunakan dalam
Ilmu Ukur Tanah
3. Mengerti cara kerja dan penggunaan alat-alat Ilmu Ukur
Tanah
4. Tahu akan perhitungan dalam Ilmu Ukur Tanah
5. Menentukan tinggi elevasi tanah.
6. Mengetahui hasil pengukuran pada suatu polygon.
7. Menentukan panjang, arah/sudut, dan koordinat suatu titik
(posisi) dari titik lain yang terdapat pada permukaan bumi,
dan menghitung luas daerah yang telah dibatasi suatu areal
tertentu.

1.3 Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum Pemetaan Lahan ini adalah agar praktikan dapat
memahami ilmu pengukuran, prosedur pelaksanaan langkah - langkah yang di
lakukan, berlatih melakukan pekerjaan - pekerjaan survei. Sehingga ketika
praktikan selesai dari Perguruan Tinggi, dan terjun kedunia kerja praktikan
bisa langsung mengaplikasikannya. Jika kita tidak mengetahui kedataran tanah
maka bangunan yang akan kita buat tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Selain dapat mengetahui letak dasar tanah kita juga dapat mengetahui cara
menggunakan alat-alat ukur tanah seperti : waterpass, theodolite dsb.

1.4 Alat – Alat Praktikum

1.4.1 Theodolite

Theodolite adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Di
dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolite sering digunakan untuk
menentukan sudut siku, sering digunakan untuk menentukan sudut siku-

ANNISA FITRIANI (2411161208) 3


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

siku pada perencanaan atau pekerjaan pondasi, theodolite juga dapat


digunakan untuk mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat. Di
dalam pekerjaan - pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah,
theodolite sering digunakan dalam bentuk pengukuran polygon,
digunakan dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan situasi, maupun
pengamatan matahari. Theodolite juga bisa berubah fungsinya menjadi
seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut vertikalnya dibuat 90º.

9
1
6 10
2
7 11
3

4 8 12
5

Gambar 1.1 Theodolite

Bagian-bagian pada theodolite

Penjelasan gambar :

1. Teropong
Berfungsi untuk membidik objek pengukuran pada pengukuran
polygon maupun situasi (membidik rambu/jalan)
2. Lensa Centre Point
Berfungsi untuk menyetel bagian pesawat agar tepat pada ujung
3. Sekrup penggerak halus horizontal
Berfungsi untuk menggerakan pesawat ke arah horizontal secara
horizontal
4. Sekrup pengunci horizontal

ANNISA FITRIANI (2411161208) 4


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Berfungsi untuk mengunci pesawat ke arah horizontal pada saat


pembacaan
5. Sekrup repetisi
Berfungsi untuk mengatur nivo tabung agar dalam posisi seimbang.
6. Sekrup fokus lensa okuler
Berfungsi untuk memperjelas benang pada lensa (benang atas,
benang tengah, benang bawah)
7. Nivo tabung
Berfungsi untuk cek tingkat kedataran pada sumbu II horizontal
8. Nivo kotak
Berfungsi untuk cek tingkat kedataran pada sumbu I vertikal
9. Tempat baterai
Berfungsi sebagai tampat menyimpan baterai.
10. Sekrup fokus lensa objektif
Berfungsi untuk menangkap objek
11. Sekrup pengunci vertikal
Berfungsi untuk mengunci teropong pada arah vertikal
12. Tribrach
Berfungsi sebagai tempat tumpuan dari sumbu I

1.4.2 Waterpass

Waterpass (penyipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang


dipergunakan untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik saling
berdekatan. Beda tinggi tersebut ditentukan dengan garis-garis visir
(sumbu teropong) horizontal yang ditunjukan ke rambu-rambu ukur
yang vertikal. alam melakukan pengukuran sipat datar dikenal adanya
tingkat-tingkat ketelitian sesuai dengan tujuan proyek yang
bersangkutan. Hal ini dikarenakan pada setiap pengukuran akan selalu
terdapat kesalah-kesalahan. Fungsi tingkat-tingkat ketelitan tersebut
adalah batas toleransi kesalahan pengukuran yang diperbolehkakan.

ANNISA FITRIANI (2411161208) 5


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Untuk itu perlu diantisipasi kesalah tersebut agar di dapat suatu hasil
pengukuran untuk memenuhi batasan toleransi yang telah ditetapkan.
1
3
5

2
4 6

Gambar 1.2 Waterpass

Bagian-bagian pada waterpass

Penjelasan gambar :

1. Sekrup fokus lensa objektif


Berfungsi untuk menangkap objek
2. Lensa objektif
Berfungsi untuk menghasilkan benda yang sedang diamati
3. Cermin
Berfungsi untuk memudahkan pembacaan nivo kotak
4. Sekrup penggerak halus horizontal
Berfungsi untuk menggerakan pesawat ke arah horizontal secara
horizontal
5. Sekrup fokus lensa okuler
Berfungsi untuk memperjelas benang pada lensa (benang atas,
benang tengah, benang bawah)
6. Nivo kotak (berbentuk lingkaran)
Berfungi untuk mengetahui kedataran pesawat

ANNISA FITRIANI (2411161208) 6


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

7. Tiga sekrup kiap (Penyetel)


Berfungsi untuk

1.4.3 Statif

Statif merupakan alat bantu ukur tanah tempat kedudukan


theodolite atau waterpass yang diletakkan diatas kepala datar statif.
Statif terdiri dari tiga buah kaki yang dapat digerakkan dan diatur
panjang-pendeknya dengan sekrup pengunci sehingga kedudukan
theodolite atau waterpass dapat sempurna.

Gambar 1.3 Statif


1.4.4 Unting – Unting

Unting-Unting digunakan untuk membantu meluruskan prisma


sudut dengan titik yang berada dibawahnya. Alat ini terbuat dari logam
pejal ± 5 cm, dengan diameter 1.5 cm yang salah satu ujungnya runcing
sedang ujung yang lain tumpul dan diberi seutas tali.

ANNISA FITRIANI (2411161208) 7


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Gambar 1.4 Unting – Unting


1.4.5 Rambu Ukur

Rambu ukur mempunyai bentuk penampang segi empat panjang


yang berukuran ± 3–4 cm, lebar ± 10 cm, panjang ± 300 cm, bahkan ada
yang panjangnya mencapai 500 cm. Ujung atas dan bawahnya diberi
sepatu besi. Bidang lebar dari bak ukur dilengkapi dengan ukuran
milimeter dan diberi tanda pada bagian-bagiannya dengan cat yang
mencolok. Bak ukur diberi cat hitam dan merah dengan dasar putih,
maksudnya bila dilihat dari jauh tidak menjadi silau. Bak ukur ini
berfungsi untuk pembacaan pengukuran tinggi tiap patok utama secara
detail.

Gambar 1.5 Rambu Ukur

ANNISA FITRIANI (2411161208) 8


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

1.4.6 Payung

Berfungsi untuk melindungi alat-alat praktikum dari hujan atau panas

Gambar 1.6 Payung


1.4.7 Alat Tulis

Berfungsi untuk mencatat hasil pengukuran tiap titik.

Gambar 1.7 Alat Tulis


1.4.8 Tipe-X

Berfungsi untuk menandai pada titik-titik pengukuran (digunakan


sebagai pengganti patok)

ANNISA FITRIANI (2411161208) 9


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Gambar 1.8 Tipe-X


1.4.9 Kompas
Berfungsi untuk menentukan arah (arah utara)

Gambar 1.9 Kompas


Sumber : Internet
1.5 Teknik Pengukuran

1.5.1. Pengukuran Horizontal

Metode polygon adalah metode pengukuran dengan rangkaian segi


banyak dalam menentukan suatu posisi atau titik yang dapat diketahui
koordinatnya dengan menghitung dari pengukuran arah, sudut dan
jarak. Hasil pengukuran ini digunakan sebagai kerangka dasar pemetaan

ANNISA FITRIANI (2411161208) 10


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Gambar 1.1. Polygon


Sumber : Internet
Pengukuran dan pemetaan polygon merupakan salah satu metode
pengukuran dan pemetaan. Kerangka dasar horizontal yang bertujuan
untuk memperoleh koordinat planimetris (x,y) titik-titik pengukuran.

Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal (KDH) :

a. Metode titik tunggal


b. Pengikatan kemuka
c. Pengikatan kebelakang

Pengukuran polygon sendiri mengandung arti salah satu metode


penentuan titik diantara beberapa metode penentuan titik yang lain.
Berdasarkan bentuknya polygon dapat dibagi dalam dua bagian,
diantaranya

1. Polygon berdasarkan visual, macamnya adalah :


1) Polygon tertutup

ANNISA FITRIANI (2411161208) 11


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Gambar 1.2. Polygon tertutup


Sumber : Internet
Polygon tertutup adalah kerangka dasar pengukuran yang
membentuk polygon segi banyak yang menutup. Yang
dimaksud menutup adalah apabila mulai dari titik 1 kemudian
ke titik 2 dan seterusnya akan kembali ke titik 1 lagi. Sehingga
akan membentuk segi banyak. Fungsi dari kembali ke titik
awal adalah digunakan untuk mengkoreksi besaran sudut pada
tiap segi banyak tersebut.

Polygon tertutup biasanya dipergunakan untuk :


1. Pengukuran titik kontur.
2. Bangunan sipil terpusat.
3. Waduk.
4. Bendungan.
5. Pemukiman.
6. Jembatan (karena diisolir dari 1 tempat).
7. Kepemilikan tanah.
2) Polygon terbuka

Gambar 1.3. Polygon terbuka


Sumber : Internet
(secara geometris dan matematis), terdiri atas serangkaian
garis yang berhubungan tetapi tidak kembali ke titik awal atau
terikat pada sebuah titik dengan ketelitian sama atau lebih
tinggi ordenya. Titik pertama tidak sama dengan titik terakhir.

ANNISA FITRIANI (2411161208) 12


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Polygon terbuka biasanya digunakan untuk :


1. Jalur lintas / jalan raya.
2. Saluran irigasi.
3. Kabel listrik tegangan tinggi.
4. Kabel TELKOM.
5. Jalan kereta api.
Untuk mendapatkan nilai sudut-sudut dalam atau sudut-
sudut luar serta jarak-jarak mendatar antara titik-titik polygon
diperoleh atau diukur dari lapangan menggunakan alat
pengukur sudut dan pengukur jarak yang mempunyai tingkat
ketelitian tinggi.

Pengolahan data polygon dikontrol terhadap sudut-sudut


dalam atau luar polygon dan dikontrol terhadap koordinat baik
absis maupun ordinat. Pengolahan data polygon dimulai dengan
menghitung sudut awal dan sudut akhir dari titik-titik ikat
polygon.

ANNISA FITRIANI (2411161208) 13


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

BAB II

WATERPASS POLYGON TERBUKA

2.1 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah menentukan beda tinggi antara
titik – titik di muka bumi serta menentukan ketinggian suatu bidang referensi
ketinggian tertentu dalam bidang polygon terbuka (ketika mengukur tidak
kembali ke titik awal/ semula).

2.2 Alat yang Digunakan

1. Waterpass
Fungsinya untuk mengukur ketinggian atau beda tinggi.

2. Rambu Ukur
Berfungsi untuk pembacaan pengukuran tinggi tiap patok utama secara
detail.

3. Unting – Unting
Digunakan untuk membantu meluruskan prisma sudut dengan titik yang
berada dibawahnya.

4. Statif
Digunakan untuk membantu agar dapat berdiri tegak meskipun diletakkan
pada suatu landasan yang cukup miring.

5. Tipe-X

Berfungsi untuk menadai pada titik-titik pengukuran (digunakan sebagai


pengganti patok)

6. Alat Tulis

ANNISA FITRIANI (2411161208) 14


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Fungsinya untuk mencatat hasil pengukuran tiap titik.

7. Payung

Fungsinya untuk melindungi alat praktikum dari hujan atau panas

2.3 Prosedur Praktikum


1. Tentukan area dan titik tinjau sebanyak 8 titik, lalu beri tanda dengan
Tipe-x sebagai pengganti patok yang berfungsi sebagai acuan.
2. Mendirikan statif diantara titik pertama dan titik kedua (A dan B).
3. Meletatakkan waterpass diatas statif kemudian kunci agar posisinya tidak
berubah.
4. Pasang Unting-unting, itu menentukan bahwa Waterpass tetap berada pada
titik acuan.
5. Mengatur ketiga skrup dengan mengamati nivo agar gelembung berada di
dalam lingkaran untuk mendapatkan letak waterpass yang datar atau
dengan cara mengatur statif.
6. Menyiapkan mistar ukur pada titik pertama (untuk pengukuran ke
belakang) dan titik kedua (untuk pengukuran ke muka)
7. Tegakan Rambu Ukur dititik acuan yang akan di baca ketinggiannya
dalam kondisi tegak lurus.
8. Atur fokus Waterpass dengan cara memutar skrup fokus yang ada di
Waterpass agar dapat menuju kearah Rambu Ukur dengan jelas.
9. Catat hasil bacaan Rambu yaitu berupa batas atas dan batas bawah.
10. Pindahkan Waterpass pada titik tinjauan selanjutnya (Titik B dan Titik C)
sampai titik tinjauan akhir (Titik G dan Titik H). Ulangi prosedur poin 2-9
untuk mengetahui bacaan benang titik-titik yang telah ditentukan.
11. Rapihkan kembali alat yang digunakan.

ANNISA FITRIANI (2411161208) 15


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

2.4 Data Pengamatan


1. Sketsa Denah Pengamatan

Gambar Sketsa

B D

A C E

GEDUNG TEKNIK KIMIA


F G
GKB
H

Gambar 2.1 Sketsa Denah Pengamatan

2. Data Hasil Pengamatan


Tabel 2.1 Data Pengamatan

Bacaan Benang (dm) Jarak (dm) Beda tinggi


Titik Tinggi
Belakang Muka (m)
Stand yang Titik
Atas Atas Belakang Muka Total
dibidik Tengah Tengah (-) (+) (m)
Bawah Bawah
A 17.35 13.49 0.38
1 17.05 13.18 60 62 122 685
B 16.75 12.87 7
B 14.69 13.02 685.38
2 14.35 12.75 68 54 122 0.16
C 14.01 12.48 7
C 14.61 12.61 0.20 685.54
3 14.265 12.23 69 76 145
D 13.92 11.85 35 7
D 14.09 12.95 0.11 685.75
4 13.805 12.63 57 64 121
E 13.52 12.31 75 05
E 12.67 13.52 0.08 685.86
5 12.43 13.325 48 39 87
F 12.19 13.13 95 8

ANNISA FITRIANI (2411161208) 16


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

F 13.52 13.28 0.02 685.77


6 13.3 13.035 44 49 93
G 13.08 12.79 65 85
G 15.16 16.19 0.09 685.80
7 14.805 15.75 71 88 159
H 14.45 15.31 45 5

2.5 Pengolahan Data

2.5.1 Menghitung Jarak Antar Titik


a. Jarak Ke Belakang
𝑑 = (𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

𝑑𝐴𝐵 = (𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (17.35 − 16.75) × 100

= 60 meter

𝑑𝐵𝐶 = (𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (14.69 − 14.01) × 100

= 68 meter

𝑑𝐶𝐷 = (𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (14.61 − 13.92) × 100

= 69 meter

𝑑𝐷𝐸 = (𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (14.09 − 13.52) × 100

= 57 meter

𝑑𝐸𝐹 = (𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (12.67 − 12.19) × 100

ANNISA FITRIANI (2411161208) 17


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

= 48 meter

𝑑𝐹𝐺 = (𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (13.52 − 13.08) × 100

= 44 meter

𝑑𝐺𝐻 = (𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (15.16 − 14.45) × 100

= 71 meter

b. Jarak Ke Muka

𝑑 = (𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

𝑑𝐴𝐵 = (𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (13.49 − 12.87) × 100

= 62 meter

𝑑𝐵𝐶 = (𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (13.02 − 12.48) × 100

= 54 meter

𝑑𝐶𝐷 = (𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (12.61 − 11.48) × 100

= 76 meter

𝑑𝐷𝐸 = (𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (12.95 − 12.31) × 100

= 64 meter

ANNISA FITRIANI (2411161208) 18


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

𝑑𝐸𝐹 = (𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (13.52 − 13.13) × 100

= 39 meter

𝑑𝐹𝐺 = (𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (13.28 − 12.79) × 100

= 49 meter

𝑑𝐺𝐻 = (𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (16.19 − 15.31) × 100

= 88 meter

c. Jarak Total

𝑑 = 𝑑𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 + 𝑑𝑚𝑢𝑘𝑎

𝑑𝐴𝐵 = 𝑑𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 + 𝑑𝑚𝑢𝑘𝑎

= 60 + 62

= 122

𝑑𝐵𝐶 = 𝑑𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 + 𝑑𝑚𝑢𝑘𝑎

= 68 + 54

= 122

𝑑𝐶𝐷 = 𝑑𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 + 𝑑𝑚𝑢𝑘𝑎

= 69 + 76

= 145

𝑑𝐷𝐸 = 𝑑𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 + 𝑑𝑚𝑢𝑘𝑎

ANNISA FITRIANI (2411161208) 19


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

= 57 + 64

= 121

𝑑𝐸𝐹 = 𝑑𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 + 𝑑𝑚𝑢𝑘𝑎

= 48 + 39

= 87

𝑑𝐹𝐺 = 𝑑𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 + 𝑑𝑚𝑢𝑘𝑎

= 44 + 49

= 93

𝑑𝐺𝐻 = 𝑑𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 + 𝑑𝑚𝑢𝑘𝑎

= 71 + 88

= 159

2.5.2 Menghitung Elevasi

A = 685 𝑚𝑑𝑝𝑙

B = A + (𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 − 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑚𝑢𝑘𝑎)

= 685 + (17.05 − 13.18)

= 685.387 𝑚𝑑𝑝𝑙

𝐶 = 𝐵 + (𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 − 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑚𝑢𝑘𝑎)

= 685.387 + (14.35 − 12.75)

= 685.547 𝑚𝑑𝑝𝑙

𝐷 = 𝐶 + (𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 − 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑚𝑢𝑘𝑎)

= 685.547 + (14.265 − 12.23)

ANNISA FITRIANI (2411161208) 20


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

= 685.7505 𝑚𝑑𝑝𝑙

𝐸 = 𝐷 + (𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 − 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑚𝑢𝑘𝑎)

= 685.7505 + (13.805 − 12.63)

= 685.868 𝑚𝑑𝑝𝑙

𝐹 = 𝐸 + (𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 − 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑚𝑢𝑘𝑎)

= 685.868 + (12.43 − 13.325)

= 685.7785 𝑚𝑑𝑝𝑙

𝐺 = 𝐹 + (𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 − 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑚𝑢𝑘𝑎)

= 685.7785 + (13.3 − 13.035)

= 685.805 𝑚𝑑𝑝𝑙

𝐻 = 𝐺 + (𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 − 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑚𝑢𝑘𝑎)

= 685.805 + (14.805 − 15.75)

= 685.7105 𝑚𝑑𝑝𝑙

ANNISA FITRIANI (2411161208) 21


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

BAB III
WATERPASS POLYGON TERTUTUP

3.1 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini utuk menentukan beda tinggi antara titik
– titik di muka bumi serta menentukan ketinggian terhadap suatu bidang
referensi ketinggian tertentu dengan polygon tertutup, atau ketika diukur akan
kembali ketitik semula.
3.2 Alat – Alat Praktikum
1. Waterpass
Fungsinya untuk mengukur ketinggian atau beda tinggi.
2. Rambu Ukur
Berfungsi untuk pembacaan pengukuran tinggi tiap patok utama secara
detail.
3. Unting – Unting
Digunakan untuk membantu meluruskan prisma sudut dengan titik
yang berada dibawahnya.
4. Statif
Digunakan untuk membantu agar dapat berdiri tegak meskipun
diletakkan pada suatu landasan yang cukup miring.
5. Tipe-X
Berfungsi untuk menadai pada titik-titik pengukuran (digunakan
sebagai pengganti patok)
6. Alat Tulis
Fungsinya untuk mencatat hasil pengukuran tiap titik.
7. Payung
Berfungsi untguk melindungi alat praktikum dari hujan atau panas

ANNISA FITRIANI (2411161208) 22


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

3.3 Prosedur Praktikum


1. Tentukan area dan titik tinjau sebanyak 8 titik, lalu beri tanda dengan
Tipe-x sebagai pengganti patok yang berfungsi sebagai acuan.
2. Mendirikan statif diantara titik pertama dan titik kedua (A dan B).
3. Meletatakkan waterpass diatas statif kemudian kunci agar posisinya tidak
berubah.
4. Pasang Unting-unting, itu menentukan bahwa Waterpass tetap berada pada
titik acuan.
5. Mengatur ketiga skrup dengan mengamati nivo agar gelembung berada di
dalam lingkaran untuk mendapatkan letak waterpass yang datar atau
dengan cara mengatur statif.
6. Menyiapkan mistar ukur pada titik pertama (untuk pengukuran ke
belakang) dan titik kedua (untuk pengukuran ke muka)
7. Tegakan Rambu Ukur dititik acuan yang akan di baca ketinggiannya
dalam kondisi tegak lurus.
8. Atur fokus Waterpass dengan cara memutar skrup fokus yang ada di
Waterpass agar dapat menuju kearah Rambu Ukur dengan jelas.
9. Catat hasil bacaan Rambu yaitu berupa batas atas dan batas bawah.
10. Pindahkan Waterpass pada titik tinjauan selanjutnya (Titik B dan Titik C)
sampai titik tinjauan akhir (Titik H dan Titik A). Ulangi prosedur poin 2-9
untuk mengetahui bacaan benang titik-titik yang telah ditentukan.
11. Rapihkan kembali alat yang digunakan.

ANNISA FITRIANI (2411161208) 23


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

3.4 Data Pengamatan


1. Sketsa Denah Pengamatan

Gambar Sketsa

A B

C
H
lapangan Lab. Teknik Kimia
voli
G D
Taman

F E

Gambar 3.1 Sketsa Denah Pengamatan

2. Data Hasil Pengamatan


Tabel 3.1 Data Pengamatan

Bacaan Benang (dm) Jarak (dm) Beda tinggi


Titik Tinggi
Belakang Muka (m)
Stand yang Titik
Atas Atas Belakang Muka Total
dibidik Tengah Tengah (-) (+) (m)
Bawah Bawah
A 13.19 12.83 13.25 119 85 204 0.023 685
1 12.60
B 12.00 12.40
B 14.01 14.41 8.34 8.71 80 74 154 0.567 684.977
2
C 13.61 7.97
C 12.11 12.17 21.51 22.05 13 109 122 0.94 685.544
3
D 12.04 20.96
D 10.99 11.48 17.16 17.72 99 112 211 0.617 684.604
4
E 10.49 16.60
E 14.9 15.46 15.69 16.45 112 153 265 0.079 683.487
5
F 14.34 14.92
F 16.62 17.02 14.56 15.01 80 91 171 0.206 603.903
6
G 16.22 14.10
G 15.73 16.10 15.47 15.89 75 84 159 0.026 684.114
7
H 15.35 15.05
H 15.74 16.02 7.05 7.40 56 70 126 0.869 684.14
8
A 15.46 6.70

ANNISA FITRIANI (2411161208) 24


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

3.5 Pengolahan Data

3.5.1 Menghitung Jarak Antar Titik


a. Jarak Ke Belakang
𝑑 = (𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

𝑑𝐴𝐵 = (𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (13.19 − 12.00) × 100

= 119 meter

𝑑𝐵𝐶 = (𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (14.41 − 13.61) × 100

= 80 meter

𝑑𝐶𝐷 = (𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (12.17 − 12.04) × 100

= 13 meter

𝑑𝐷𝐸 = (𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (11.48 − 10.49) × 100

= 99 meter

𝑑𝐸𝐹 = (𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (15.46 − 14.34) × 100

= 112 meter

𝑑𝐹𝐺 = (𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (17.02 − 16.22) × 100

ANNISA FITRIANI (2411161208) 25


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

= 80 meter

𝑑𝐺𝐻 = (𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (16.10 − 15.35) × 100

= 75 meter

𝑑𝐻𝐴 = (𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (16.02 − 15.46) × 100

= 56 meter

b. Jarak Ke Muka

𝑑 = (𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

𝑑𝐴𝐵 = (𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (13.25 − 12.40) × 100

= 85 meter

𝑑𝐵𝐶 = (𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (8.71 − 7.97) × 100

= 74 meter

𝑑𝐶𝐷 = (𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (22.05 − 20.96) × 100

= 109 meter

𝑑𝐷𝐸 = (𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (17.72 − 16.60) × 100

= 112 meter

ANNISA FITRIANI (2411161208) 26


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

𝑑𝐸𝐹 = (𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (16.45 − 14.92) × 100

= 153 meter

𝑑𝐹𝐺 = (𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (15.01 − 14.10) × 100

= 171 meter

𝑑𝐺𝐻 = (𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (15.89 − 15.05) × 100

= 159 meter

𝑑𝐻𝐴 = (𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ) × 100

= (7.40 − 6.70) × 100

= 70 meter

c. Jarak Total

𝑑 = 𝑑𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 + 𝑑𝑚𝑢𝑘𝑎

𝑑𝐴𝐵 = 𝑑𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 + 𝑑𝑚𝑢𝑘𝑎

= 119 + 85

= 204

𝑑𝐵𝐶 = 𝑑𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 + 𝑑𝑚𝑢𝑘𝑎

= 80 + 74

= 154

𝑑𝐶𝐷 = 𝑑𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 + 𝑑𝑚𝑢𝑘𝑎

ANNISA FITRIANI (2411161208) 27


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

= 13 + 109

= 122

𝑑𝐷𝐸 = 𝑑𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 + 𝑑𝑚𝑢𝑘𝑎

= 99 + 112

= 211

𝑑𝐸𝐹 = 𝑑𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 + 𝑑𝑚𝑢𝑘𝑎

= 112 + 153

= 265

𝑑𝐹𝐺 = 𝑑𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 + 𝑑𝑚𝑢𝑘𝑎

= 80 + 91

= 171

𝑑𝐺𝐻 = 𝑑𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 + 𝑑𝑚𝑢𝑘𝑎

= 75 + 84

= 159

𝑑𝐻𝐴 = 𝑑𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 + 𝑑𝑚𝑢𝑘𝑎

= 56 + 70

= 126

ANNISA FITRIANI (2411161208) 28


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

BAB IV
THEODOLITE POLYGON TERBUKA

4.1 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum theodolite terbuka ini adalah untuk
menentukan sudut sejumlah titik dalam suatu koordinat tertentu dengan sistem
koordinat bidang datar dan mendapatkan hubungan mendatar titik-titik yang
diukur di atas permukaan bumi dengan memanfaatkan data sudut mendatar
yang diukur pada skala lingkaran yang letaknya mendatar di dalam sebuah
polygon terbuka atau ketika diukur tidak kembali ke titik semula.

4.2 Alat – Alat Praktikum

1. Theodolite
Fungsinya untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan
sudut tegak.

2. Rambu Ukur
Berfungsi untuk pembacaan pengukuran tinggi tiap patok utama secara
detail.

3. Unting – Unting
Digunakan untuk membantu meluruskan prisma sudut dengan titik
yang berada dibawahnya.

4. Statif
Digunakan untuk membantu agar dapat berdiri tegak meskipun
diletakkan pada suatu landasan yang cukup miring.

5. Kompas
Berfungsi untuk menentukan arah mata angin, dalam hal ini yang
digunakan adalah arah mata angin utara).

ANNISA FITRIANI (2411161208) 29


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

6. Tipe-X
Berfungsi untuk menadai pada titik-titik pengukuran (digunakan
sebagai pengganti patok)

7. Alat Tulis
Fungsinya untuk mencatat hasil pengukuran tiap titik.

8. Kompas
Fungsinya untuk menentukan arah (ke arah utara)

9. Payung
Fungsinya untuk melindungi alat praktikum dari hujan atau panas

4.3 Prosedur Praktikum


1. Siapkan alat – alat yang akan digunakan.
2. Tentukan area yang akan diukur koordinatnya dan pasang tanda dengan
tipe-x yang berfungsi sebagai titik acuan, serta gambarkan sketsa area
pengukuran.
3. Pasang statif di titik awal (titik A), lalu kencangkan sekrup-sekrup statif.
Usahakan dasar alat statif sedatar mungkin untuk memudahkan pengaturan
Nivo.
4. Kemudian pasang Theodolite ke Statif sehingga Theodolite dalam kondisi
diam (tidak bergerak) ketika di gunakan.
5. Pasang Unting-unting, itu menentukan bahwa Theodolite tetap berada
pada titik acuan.
6. Atur Nivo kotak dengan cara mengatur kaki statif, sehingga gelembung
udara berada di tengah-tengah.
7. Atur Nivo tabung dengan cara mengatur dari tiga sekrup penyetel,
sehingga gelembung udara berada di tengah-tengah, yang berarti
Theodolite dalam kondisi stabil atau rata.
8. Gunakan kompas sebagai petunjuk arah utara, kemudian arahkan
Theodolite ke arah utara.

ANNISA FITRIANI (2411161208) 30


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

9. Kunci Theodolite dengan sekrup pengunci penggerak horizontal agar tidak


bergerak arah utaranya.
10. Tekan tombol 0set, lalu buka pengunci penggerak horizontal dan arahkan
ke titik selanjutnya (titik B).
11. Bidik rambu ukur di titik selanjutnya, lalu kunci penggerak horizontal dan
tekan hold.
12. Catat hasil bacaan sudut sebagai nilai azimuth awal.
13. Pindahkan alat ke titik selanjutnya dan lakukan prosedur poin 6 sampai
poin 7.
14. Arahkan theodolite ke titik sebelumnya (titik A), kunci penggerak
horizontal dan tekan 0set.
15. Buka penggerak horizontal, arahkan theodolite ke titik selanjutnya (titik
A) dan bidik rambu ukur yang terdapat di titik tersebut.
16. Kunci penggerak horizontal dan tekan hold.
17. Catat hasil bacaan sudut sebagai nilai beta.
18. Lakukan prosedur poin 13 sampai poin 17 pada pengukuran titik C sampai
G.
19. Pada titik G, lakukan prosedur poin 8 sampai 11 untuk mendapatkan nilai
azimuth akhir.
20. Rapihkan kembali alat yang digunakan

ANNISA FITRIANI (2411161208) 31


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

4.4 Data Pengamatan


1. Sketsa Denah Pengamatan

Gambar Sketsa

U ß

B D

E
A C

GEDUNG TEKNIK KIMIA


F G ß
GKB
H

Gambar 4.1 Sketsa Denah Pengamatan

2. Data Hasil Pengamatan


Tabel 4.1 Data Pengamatan

DATA PENGAMATAN

Bacaan Sudut
Stand Titik Tinjau Jarak (d)
[X°Y’Z”]
(M)
Α Β Azimuth (α) Sudut (β)
A A–B 59º26’25” 122
B B–A–C 221º56’00” 122
C C–B–D 141º17’05” 145
D D–C–E 233º24’10” 121
E E–D–F 273º43’25” 87
F F–E–G 106º08’05” 93
G G–H G–F–H 197º19’05” 236º26’10” 159
H

ANNISA FITRIANI (2411161208) 32


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

4.5 Pengolahan Data


4.5.1 Menghitung f𝛼
𝑓𝛼 = (𝛼𝐺𝐻 − 𝛼𝐴𝐵 ) − Σ𝛽 + 𝑛 × 1800
= (1970 19′ 05" − 590 26′ 25") − 12120 56′ 55" + 6 × 1800
= 40 55′ 45"
4.5.2 Hitung besar sudut 𝛽̅
1
𝛽𝐵̅ = 𝛽𝐵 + × f𝛼
𝑛
1
= 2210 56′ 00" + (40 55′ 45")
6
= 2220 45′ 17.5"
1
𝛽𝐶̅ = 𝛽𝐶 + × f𝛼
𝑛
1
= 1410 17′ 05" + (40 55′ 45")
6
= 1420 6′ 22.5"
1
𝛽𝐷̅ = 𝛽𝐷 + × f𝛼
𝑛
1
= 2330 24′ 10" + (40 55′ 45")
6
= 2340 13′ 27.5"
1
𝛽𝐸̅ = 𝛽𝐸 + × f𝛼
𝑛
1
= 2730 45′ 25" + (40 55′ 45")
6
= 2740 34′ 435"
1
𝛽𝐹̅ = 𝛽𝐹 + × f𝛼
𝑛
1
= 1060 08′ 05” + (40 55′ 45”)
6
= 1060 57′ 22.5"

ANNISA FITRIANI (2411161208) 33


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

1
𝛽𝐺̅ = 𝛽𝐺 + × f𝛼
𝑛
1
= 2360 26′ 10" + (40 55′ 45")
6
= 2370 15′ 27.5"
4.5.3 Hitung Azimuth (𝛼)
𝛼𝐵𝐶 = 𝛼𝐴𝐵 + 𝛽𝐵̅ − 1800 × 𝑛
= 590 26'25"+2220 45’ 17.5" − 1800 × 1
= 1020 11′ 42.5”
𝛼𝐶𝐷 = 𝛼𝐵𝐶 + 𝛽𝐶̅ − 1800 × 𝑛
= 1020 11′ 42.5”+1420 6′ 22.5" − 1800 × 1
= 640 18′ 5”
𝛼𝐷𝐸 = 𝛼𝐶𝐷 + 𝛽𝐷̅ − 1800 × 𝑛
= 640 18′ 5”+2340 13′ 27.5" − 1800 × 1
= 1180 31′ 32.5”
𝛼𝐸𝐹 = 𝛼𝐷𝐸 + 𝛽𝐸̅ − 1800 × 𝑛
= 1180 31′ 32.5”+2740 34′ 42,5" − 1800 × 1
= 2130 6′ 15”
𝛼𝐹𝐺 = 𝛼𝐸𝐹 + 𝛽𝐹̅ − 1800 × 𝑛
= 2130 6′ 15”+1060 57′ 22.5" − 1800 × 1
= 1400 3′ 37.5”
𝛼𝐺𝐻 = 𝛼𝐹𝐺 + 𝛽𝐺̅ − 1800 × 𝑛
= 1400 3′ 37.5”+2370 15′ 27.5" − 1800 × 1
= 1970 19′ 5”

ANNISA FITRIANI (2411161208) 34


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

4.5.4 Hitung Selisih Absis & Ordinat

∆𝑋𝐴𝐵 = 𝑑𝐴𝐵 × sin 𝛼𝐴𝐵 ∆𝑌𝐴𝐵 = 𝑑𝐴𝐵 × cos 𝛼𝐴𝐵


= 12,2 × 𝑠𝑖𝑛590 26′ 25” = 12,2 × 𝑐𝑜𝑠590 26′ 85"
= 10,677 = 6,199
∆𝑋𝐵𝐶 = 𝑑𝐵𝐶 × sin 𝛼𝐵𝐶 ∆𝑌𝐵𝐶 = 𝑑𝐵𝐶 × cos 𝛼𝐵𝐶
= 12,2 × 𝑠𝑖𝑛1020 11′ 42,5” = 12,2 × 𝑐𝑜𝑠1020 11′ 42,5”
= 11,924 = −2,577
∆𝑋𝐶𝐷 = 𝑑𝐶𝐷 × sin 𝛼𝐶𝐷 ∆𝑌𝐶𝐷 = 𝑑𝐶𝐷 × cos 𝛼𝐶𝐷
= 14,5 × 𝑠𝑖𝑛640 10′ 15” = 14,5 × 𝑐𝑜𝑠640 18′ 215”
= 13,066 = 6,287
∆𝑋𝐷𝐸 = 𝑑𝐷𝐸 × sin 𝛼𝐷𝐸 ∆𝑌𝐷𝐸 = 𝑑𝐷𝐸 × cos 𝛼𝐷𝐸
= 12,1 × 𝑠𝑖𝑛1100 31′ 32,5” = 12,1 × 𝑐𝑜𝑠1180 31′ 30,5”
= 10,631 = −5,778
∆𝑋𝐸𝐹 = 𝑑𝐸𝐹 × sin 𝛼𝐸𝐹 ∆𝑌𝐸𝐹 = 𝑑𝐸𝐹 × cos 𝛼𝐸𝐹
= 8,7 × 𝑠𝑖𝑛2130 6′ 15” = 8,7 × 𝑐𝑜𝑠2130 6′ 15”
= −4,751 = −7,287
∆𝑋𝐹𝐺 = 𝑑𝐹𝐺 × sin 𝛼𝐹𝐺 ∆𝑌𝐹𝐺 = 𝑑𝐹𝐺 × cos 𝛼𝐹𝐺
= 9,3 × 𝑠𝑖𝑛1400 3′ 37,5” = 9,3 × 𝑐𝑜𝑠1400 3′ 37,5”
= 5,970 = −7,130

∆𝑋𝐺𝐻 = 𝑑𝐺𝐻 × sin 𝛼𝐺𝐻 ∆𝑌𝐺𝐻 = 𝑑𝐺𝐻 × cos 𝛼𝐺𝐻


= 15,9 × 𝑠𝑖𝑛1970 19′ 05” = 15,9 × 𝑐𝑜𝑠1970 19′ 05”
= −4,733 = −15,179

4.5.5 Hitung Koordinat Tiap Titik

𝑋𝐴 = 0 𝑌𝐴 = 0
𝑋𝐵 = 𝑋𝐴 + ∆𝑋𝐴𝐵 𝑌𝐵 = 𝑌𝐴 + ∆𝑌𝐴𝐵
= 0 + 10,677 = 0 + 6,199
= 10,677 = 6,199
𝑋𝐶 = 𝑋𝐵 + ∆𝑋𝐵𝐶 𝑌𝐶 = 𝑌𝐵 + ∆𝑌𝐵𝐶
= 10,677 + 11,924 = 6,199 + (−2,577)
= 22,591 = 3,662
𝑋𝐷 = 𝑋𝐶 + ∆𝑋𝐶𝐷 𝑌𝐷 = 𝑌𝐶 + ∆𝑌𝐶𝐷
= 22,591 + 13,066 = 3,662 + (6,287)
= 35,667 = 9,909
𝑋𝐸 = 𝑋𝐷 + ∆𝑋𝐷𝐸 𝑌𝐸 = 𝑌𝐷 + ∆𝑌𝐷𝐸
= 35,667 + 10,631 = 9,909 + (−5,778)
= 46,288 = 4,131

ANNISA FITRIANI (2411161208) 35


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

𝑋𝐹 = 𝑋𝐸 + ∆𝑋𝐸𝐹 𝑌𝐹 = 𝑌𝐸 + ∆𝑌𝐸𝐹
= 46,288 + (−4,751) = 4,131 + (−7,287)
= 41,537 = −3,147
𝑋𝐺 = 𝑋𝐹 + ∆𝑋𝐹𝐺 𝑌𝐺 = 𝑌𝐹 + ∆𝑌𝐹𝐺
= 41,537 + 5,970 = (−3,147) + (−7,130)
= 47,507 = −10,277
𝑋𝐻 = 𝑋𝐺 + ∆𝑋𝐺𝐻 𝑌𝐻 = 𝑌𝐺 + ∆𝑌𝐺𝐻
= 47,507 + (−4,733) = (−10,277) + (−15,179)
= 52,24 = −25,456

ANNISA FITRIANI (2411161208) 36


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

BAB V
THEODOLITE POLYGON TERTUTUP

5.1 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum theodolite tertutup untuk menentukan sudut


sejumlah titik dalam suatu koordinat tertentu dengan system koordinat
kartesian bidang datar dan mendapat hubungan mendatar titik-titik yang
diukur pada skala lingkaran yang letaknya mendatar didalam sebuah polygon
yang tertutup atau ketika diukur kembali ketitik semula

5.2 Alat – Alat Praktikum

1. Theodolite
Fungsinya untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan
sudut tegak.
2. Rambu Ukur
Berfungsi untuk pembacaan pengukuran tinggi tiap patok utama
secara detail.
3. Unting – Unting
Digunakan untuk membantu meluruskan prisma sudut dengan titik
yang berada dibawahnya.
4. Statif
Digunakan untuk membantu agar dapat berdiri tegak meskipun
diletakkan pada suatu landasan yang cukup miring.
5. Kompas
Berfungsi untuk menentukan arah mata angin, dalam hal ini yang
digunakan adalah arah mata angin utara).
6. Tipe-X
Berfungsi untuk menadai pada titik-titik pengukuran (digunakan
sebagai pengganti patok)

ANNISA FITRIANI (2411161208) 37


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

7. Alat Tulis
Fungsinya untuk mencatat hasil pengukuran tiap titik.
8. Payung
Berfungsi untuk melindungi alat praktikum dari hujan atau panas

5.3 Prosedur Praktikum

1. Siapkan alat – alat yang akan digunakan.


2. Tentukan area yang akan diukur koordinatnya dan pasang tanda dengan
tipe-x yang berfungsi sebagai titik acuan, serta gambarkan sketsa area
pengukuran.
3. Pasang statif di titik awal (titik A), lalu kencangkan sekrup-sekrup statif.
Usahakan dasar alat statif sedatar mungkin untuk memudahkan pengaturan
Nivo.
4. Kemudian pasang Theodolite ke Statif sehingga Theodolite dalam kondisi
diam (tidak bergerak) ketika di gunakan.
5. Pasang Unting-unting, itu menentukan bahwa Theodolite tetap berada
pada titik acuan.
6. Atur Nivo kotak dengan cara mengatur kaki statif, sehingga gelembung
udara berada di tengah-tengah.
7. Atur Nivo tabung dengan cara mengatur dari tiga sekrup penyetel,
sehingga gelembung udara berada di tengah-tengah, yang berarti
Theodolite dalam kondisi stabil atau rata.
8. Gunakan kompas sebagai petunjuk arah utara, kemudian arahkan
Theodolite ke arah utara.
9. Kunci Theodolite dengan sekrup pengunci penggerak horizontal agar tidak
bergerak arah utaranya.
10. Tekan tombol 0set, lalu buka pengunci penggerak horizontal dan arahkan
ke titik selanjutnya (titik B).

ANNISA FITRIANI (2411161208) 38


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

11. Bidik rambu ukur di titik selanjutnya, lalu kunci penggerak horizontal dan
tekan hold.
12. Catat hasil bacaan sudut sebagai nilai azimuth awal.
13. Pindahkan alat ke titik selanjutnya dan lakukan prosedur poin 6 sampai
poin 7.
14. Arahkan theodolite ke titik sebelumnya (titik A), kunci penggerak
horizontal dan tekan 0set.
15. Buka penggerak horizontal, arahkan theodolite ke titik selanjutnya (titik
A) dan bidik rambu ukur yang terdapat di titik tersebut.
16. Kunci penggerak horizontal dan tekan hold.
17. Catat hasil bacaan sudut sebagai nilai beta.
18. Lakukan prosedur poin 13 sampai poin 17 pada pengukuran titik C sampai
H.
19. Pada titik H, lakukan prosedur poin 8 sampai 11 untuk mendapatkan nilai
azimuth akhir.
20. Rapihkan kembali alat yang digunakan.

ANNISA FITRIANI (2411161208) 39


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

5.4 Data Pengamatan


1. Sketsa Denah Pengamatan

Gambar Sketsa

A B

C
H
lapangan Lab. Teknik Kimia
voli
G D
Taman

F E

Gambar 5.1 Sketsa Denah Pengamatan


2. Data Hasil Pengamatan
Tabel 5.1 Data Pengamatan

DATA PENGAMATAN
Bacaan Sudut
Titik Tinjau Jarak (d)
Stand [X°Y’Z”]
(M)
Α Β Azimuth (α) Sudut (β)
A A–B 82º33’23” 204
B B–A–C 222º21’24” 154
C C–B–D 206º47’59” 122
D D–C–E 250º07’10” 211
E E–D–F 226º33’31” 265
F F–E–G 258º53’58” 171
G G–F–H 188º36’34” 159
H H–A H–G–A 16º16’20” 188º53’29” 126

ANNISA FITRIANI (2411161208) 40

Anda mungkin juga menyukai