PENDAHULUAN
Dalam terapan disiplin ilmu rekayasa, khususnya Teknik Sipil, analisis dan
perhitungan pada mulanya dilakukan dengan alat bantu hitung yang sangat sederhana,
mulai dari cipoa, mistar hitung dan kemudian dengan kalkulator. Dengan bantuan alat-
alat sederhana ini, perhitungan dan analisis sistem struktur yang sederhana, misalnya
portal bertingkat medium dan dengan susunan baris dan kolom denah lantai yang
sederhana, proses dilakukan selama berminggu-minggu. Perhitungan analisis yang
diterapkan di kala itu pada umumnya didasarkan atas metoda relaksasi iteratif, seperti
cara Cross, Kani dan Takabeya.
Sekarang kita menelaah peranan komputer dalam aspek yang lebih menyempit,
dalam hal ini, analisis sistem struktur berderajat kebebasan tiga misalnya.
Keseimbangan gaya pada masing-masing derajat kebebasan memberikan
Untuk kasus sistem struktur berderajat kebebasan medium (dalam contoh ini,
berorde tiga), sistem persamaan seperti dalam Pers. (1.1.1) masih dapat diselesaikan
(diinversikan) dengan mudah secara manual (dengan tangan), namun tidak demikian
halnya dengan kasus sistem struktur berderajat kebebasan tinggi.
1
keseimbangan gaya pada arah masing-masing ditinjau dengan sementara memegang
derajat kebebasan lainnya. Pelepasan derajat kebebasan serta peninjauan
keseimbangan gaya di arah derajat kebebasan ini memberikan gaya tambahan hasil
induksi dari titik yang ditinjau kepada titk-titik lain yang bersebelahan; kemudian, kita
pindah ke titik lain dan melaksanakan prosedur yang sama. Cara ini dilakukan secara
iteratif hingga tercapai keseimbangan di arah seluruh derajat kebebasan.
Problema rekayasa boleh jadi merupakan suatu perihal yang kompleks dan
rumit, sedemikian hingga tidak memungkinkan perolehan analisis yang bersifat eksak
dan tertutup (close form solution), sekalipun atas sistem yang dihadapi telah dikenakan
beberapa asumsi pendekatan dan penyederhanaan. Dalam kasus sistem struktur,
kendala yang menghambat perolehan solusi eksak umumnya berasal dari sifat bahan
yang tidak linier (elasto-plastis misalnya), batas-batas sistem yang kompleks serta rumit
(irregular) dan kemungkinan berobah (changed boundary conditions) selama kurun
waktu pembebanan, dan dari perpindahan dan/atau deformasi yang hingga (finite
displacement and deformation). Bahkan, beban atau gangguan luar pun dapat
mengakibatkan solusi eksak sulit diperoleh. Dalam kasus semacam ini, umumnya orang
beralih ke solusi numerik.
Klasifikasi metoda solusi eksak vs numerik ditunjukkan dalam Tabel 1.2.1. Pada
dasarnya, solusi dapat dibagi atas dua kelompok, yaitu metoda analitik/eksak dan
metoda numerik, lengkap dengan beberapa variasi dalam formulasi. Namun, pada
hakekatnya semua metoda dapat dikelompokkan atas dua kelompok besar tersebut di
atas. Untuk memberikan penjelasan mengenai perbandingan beberapa metoda yang
2
tercantum dalam Tabel 1.2.1, kita menuliskan suatu problem rekayasa yang disusun
sebagai berikut ini.
Problem.
Sebagai contoh, tinjaulah suatu problem rekayasa berupa getaran bebas dari satu
balok bermassa m dan kekakuan lentur EI dan panjang L , berupa penentuan fungsi
perpindahan w yang memenuhi persamaan diferensial
4w 2w
EI m 0 (1.2.4)
x 4 t 2
dalam volume sistem V , serta memenuhi syarat-syarat batas berupa syarat awal (initial
conditions) dan syarat batas natural (natural boundary conditions),
2 2
w(0, t ) 0; w( L, t ) 0; w( 0, t ) 0; w( L, t ) 0 (1.2.5)
x 2 x 2
Kita akan melakukan proses analisis penyelesaian problem di atas dengan metoda-
metoda yang tercantum dalam Tabel 1.2.1.
Solusi eksak mencakup penentuan solusi tetutup (close form solution) dari
persamaan diferensial dalam Pers. (1.2.4), yaitu dengan teknik pemisahan variabel
sebagai berikut.
w( x, t ) X ( x)T (t ) (1.2.6)
3
dalam mana w difaktorisasi atas X yang merupakan fungsi dari pada x saja, dan
T yang merupakan fungsi dari pada t saja. Nantinya akan terlihat bahwa X juga
berfungsi sebagai penentu bentuk dari respons w , dan t adalah kalibrator atau
multiplier (pengali) dari w seturut dengan waktu getar t . Substitusi Pers. (1.2.6) ke
dalam Pers. (1.2.4) memberikan
d4X d 2T
EI T mX (1.2.7)
dx 4 dt 2
yang dapat dituliskan dalam bentuk modifikasi
1 d4X m 1 d 2T
(1.2.8)
X dx 4 EI T dt 2
Karena bentuk dalam ruas kiri hanya merupakan fungsi dari pada x saja, dan ruas
kanan hanya merupakan fungsi dari pada t saja, maka keadaan seperti ini hanya dapat
dicapai jika kedua ruas adalah merupakan konstanta, katakanlah dalam hal ini c .
Dengan demikian, Pers. (1.2.8) menjadi
1 d4X m 1 d 2T
c (1.2.9)
X dx 4 EI T dt 2
d4X
4
4X 0
dx
(1.2.10)
d 2T
2T 0
dt 2
di mana
c
4 c; _ 2 EI (1.2.11)
m
Persamaan diferensial biasa yang kedua dalam Pers. (1.2.10) memberikan solusi
T (t ) eit (1.2.12)
4
dengan tetapan integrasi (di , i 1,4) yang dapat ditentukan sedemikian hingga solusi
umum tersebut memenuhi syarat-syarat batas dalam Pers. (1.2.5), yang dalam kasus ini
berobah menjadi
d2 d2
X (0) 0; X ( L) 0; X ( 0) 0; X ( L) 0 (1.2.15)
dx 2 dx 2
yang hanya memiliki solusi non-trivial jika determinan dari matriks koefisien, bernilai nol
(singulir). Dengan demikian, diperoleh
yang memberikan
sin L 0 (1.2.18)
dan
k L k ; k 0,1,2,... (1.2.19)
atau
k
k ; k 0,1,2,... (1.2.20)
L
Frekuensi getaran balok dalam Pers. (1.2.11) dalam hal ini menjadi
EI 4
k2 k (1.2.21)
m
sin L
d3 d1 (1.2.22)
sinh L
Dengan mengambil d1 d k dan dengan mengingat Pers. (1.2.17), (1.2.20) dan (1.2.22),
solusi umum menjadi
sin n L
wn ( x, t ) eint d n (sin n x sinh x) (1.2.23)
sinh n L
1.2.2 Metoda Rayleigh
Metoda ini masih tergolong metoda analitik, di mana solusi yang diusulkan
adalah fungsi-fungsi analitik yang memnuhi syarat batas geometri, namun umumnya
5
tidak memenuhi persamaan diferensial dalam Pers. (1.2.4). Solusi diberikan dalam
kondisi di mana energy sistem berada dalam nilai ekstremum. Energi potensial sistem
balok diberikan oleh
1 2w 2w
2 L
PE ( EI )( )dx (1.2.24)
x 2 x 2
1 2w
2 L
KE m( x ) ( )dx (1.2.25)
x 2
w( x, t ) X ( x) cos t (1.2.26)
1 d2X 1
2 L
( EI
dx 2
)dx 2 m( x) X 2 dx
2 L
(1.2.27)
yang memberikan
EI (d X / dx )dx
2 2
2
L
(1.2.28)
m( x) X dx
2
L
Fungsi X (x) dalam Pers. (1.2.26) dan (1.2.28) dapat dipilih berupa fungsi pendekatan
yang minimal memenuhi syarat batas. Jika misalnya dipilih
X ( x) sin(x / L) (1.2.29)
2
EI / m (1.2.30)
L4
Metoda ini merupakan penyempurnaan dari pada metoda Rayleigh, di mana selain
memenuhi syrat-syarat batas, fungsi pendekatan juga dipilih sedemikian hingga
kesalahan (error) dibuat minimum. Fungsi yang diajukan sebagai pendekatan
mengambil bentuk
X ( x) c1 f1 ( x) c2 f 2 ( x) ... cn f n ( x) (1.2.31)
6
di mana fungsi ( f i ( x), i 1, n) memenuhi syarat batas dan (ci , i 1, n) dipilih sedemikian
nilai menjadi minimum. Substitusi Pers. (1.2.31) ke dalam (1.2.28) serta menerapkan
kriteria minimisasi
2
0, i 1, n (1.2.32)
ci
memberikan
L L
ci
0
EI (d 2 X / dx 2 ) 2 dx i2
ci
0
m( x) X 2 dx 0; i 1, n (1.2.33)
Persamaan di atas akan memberikan sistem persamaan simultan berorde n yang dapat
diselesaikan untuk mendapatkan nilai (ci , i 1, n) . Dalam contoh di atas, maka jika kita
mengambil dua suku, diperoleh
maka diperoleh
L EIL EIL
0
( / L) 4 c12
EI (d 2 X / dx2 ) 2 dx
2 2
(2 / L) 4 c22
(1.2.35)
L mL 2 mL 2
0 m( x) X dx 2 c1 2 c2
2
EI EI
12 ( / L) 4 ;22 (2 / L) 4 (1.2.36)
m m
X ( x) c1 f1 ( x) c2 f 2 ( x) ... cn f n ( x) (1.2.37)
yang jika dimasukan ke dalam Pers. (1.2.10) akan memberikan sisa (residu)
d4
R 4
(X X ) 4(X X ) (1.2.38)
dx
7
1.2.5 Metoda Beda Hingga
Dalam metoda ini, diferensial didekati dengan diferensi atau beda hingga
(difference). Sebagai contoh diferensial df / dx didekati dengan bentuk diferensi.
df f ( x x) f ( x x)
|x (1.2.40)
dx 2x
Terlihat bahwa diferensi berorde semakin tinggi akan melibatkan titik-titk sampel yang
lebih jauh dari titik yang sedang diproses, dalam hal ini titik x . Suatu bentuk diferensi
lain juga dapat diperoleh dengan meninjau pengembangan f (x) menurut deret Taylor
dalam format
df d 2 f (x) 2
f ( x x) f ( x) x 2 ...
dx dx 2!
(1.2.43)
df d 2 f (x) 2
f ( x x) f ( x) x 2 ...
dx dx 2!
yang jika diambil suku-suku linier saja dalam x , bentuk yang pertama dalam Pers.
(1.2.43) akan memberikan bentuk dalam Pers. (1.2.39). Dengan cara serupa,
pengambilan hingga suku kuadratik dalam x , bentuk pertama dalam Pers. (1.2.39)
akan memberikan bentuk dalam Pers. (1.2.41).
titik 2 : x 0 4 x1 6 x2 4 x3 x4 ( x) 4 x2 0
titik 3 : x1 4 x2 6 x3 4 x4 x5 ( x) 4 x2 0 (1.2.44)
titik 4 : x2 4 x3 6 x4 4 x5 x6 ( x) x2 0
4
8
(5 4 ) 4 1 x2 0
4 (6 4 ) 4 x3 0; x (1.2.45)
1
4 (5 4 )
x4 0
X X X = L/4 X
A B
0 1 2 3 4 5 6
X2 X3 X4
X0 = - X2 X1 X5 X6 = - X4
Solusi non-trivial Pers. (1.2.45) diperoleh jika determinan dari pada matriks koefisien
dalam ruas kiri bernilai nol (singular),
(5 4 ) 4 1
det 4 (6 4 ) 4 0 (1.2.46)
1 4 (5 4 )
Suatu cara yang dapat digunakan, namun sering disalah kenal sebagai metoda
beda hingga karena kemiripan antara kedua metoda, adalah apa yang dinamakan
dengan metoda elemen hingga (finite element method). Dalam cara ini, X didekati
dengan fungsi-fungsi yang meninterpolasikan nilai-nilai ( X i , i 1, n) di mana n adalah
jumlah tititk sampel,
n
X(x) X i fi ( x) (1.2.47)
i 1
9
Karena ada n buah titik sampel dan jika pada setiap titik sampel diambil dua besaran
yang akan diinterpolasikan, yaitu translasi dan rotasi, maka ada 2n buah nilai X i yang
perlu diinterpolasikan maka fungsi pendekatam yang akan digunakan dipilih dari
polynomial berorde (2n 1) ,
2n
X(x) i xi 1 1 2 x ... n x 2 n 1 (1.2.48)
i 1
X1 X2
i
1 2
Untuk itu, pandanglah satu segmen cirian seperti dalam Gambar 1.2.2, yang
memiliki derajat kebebasan ( w1 ,1 ) pada titik 1 dan derajat kebebasan ( w2 , 2 ) pada titik
2, sehingga elemen hingga semacam ini memiliki vektor perpindahan elemen
{w1,1, w2 ,2} . Karena ada 4 derajat kebebasan maka kita menggunakan fungsi
perpindahan asumtif
4
X(x) i xi 1 1 2 x ... 4 x3 (1.2.50)
i 1
dalam mana
X X
X(0) w1 ; (0) 1; X() w 2 ; ( ) 2 (1.2.51)
x x
10
1 0 00 1 w1
0
1 0 0 2 1
(1.2.52)
1 2 3 3 w2
0 1 2 3 2 4 2
1 1 0 0 0 w1
0 0 1
2 1 0
(1.2.53)
3 3 / 2 / 2 3 / 2 1 / w2
2
4 2 / 3 1/ 2 2 / 3
1 / 2 2
Substitusi Pers. (1.2.53) dalam (1.2.50) diperoleh perpindahan asumtif berbasis lokal
dalam bentuk
11
Ditemukannya alat bantu hitung berupa komputer dalam tahun 40an, dan
perumusan matematik yang diformulasika dalam notasi matriks, merupakan faktor
penentu dalam penyatuan visi kedua fihak dan kerja sama ini bermuara pada
ditemukannya metoda elemen hingga yang mulai tahun 60an berkembang pesat hingga
mengambil bentuk yang kita kenal sekarang ini. Beberapa kelompok yang berperan
sangat sentral dalam pengembangan metoda elemen hingga yang patut dicatat, antara
lain kelompok peneliti di Swansea, Inggris dan peneliti produsen ban Goodyear.
Beberapa perekayasa yang memiliki nama harum dalam pengembangan metoda
elemen hingga yang patut dikenang antara lain Zienkiewicz, Cook, Gallagher dan Irons.
Sajian dalam buku ini, dibagi atas empat kelompok besar yang disajikan secara
berturutan. Pertama, dasar-dasar serta pengantar kepada metoda elemen hingga
disajikan dalam Bab I, II, III dan IV. Dasar-dasar analisis kontinum serta pengantar
kepada analisis struktur dalam metoda elemen hingga dicakup dalam bab-bab ini.
Dalam bagian kedua disajikan beberapa jenis elemen sederhana yang dapat
disusun dalam tata sumbu Kartesius dengan suku-suku polynomial segi tiga Pascal
sebagai parameter. Beberapa jenis elemen berupa pendel, lentur dan membran datar,
dibahas dalam bagian ini.
Bahasan dalam buku ini disajikan dengan menggunakan notasi dan simbol, yang
umumnya dsertai penjelasan mana kala muncul pertama kalinya dalam paparan. Untuk
memperlancar pembaca dalam menggunakan buku ini, maka berikut ini diberikan daftar
kompilasi dari semua notasi dan simbol yang ada.
12
[ A] : matriks sistem koefisien dalam persamaan simultan, Pers. (2.1.6)
13
Notasi dan symbol Keterangan
______________________________________________________________________
14
Notasi dan symbol Keterangan
_____________________________________________________________________
15
Notasi dan symbol Keterangan
_________________________________________________________________
16