Anda di halaman 1dari 20

BAB XI

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL DAN AGREGAT


(JOB MIX FORMULA)

11.1. Pendahuluan

Beton aspal adalah jenis perkerasan jalan yang terdiri dari campuran agregat dan
aspal dengan atau tanpa bahan tambahan. Material-material pembentuk beton
aspal dicampur pada suhu tertentu, kemudian diangkut ke lokasi, dihamparkan
dan dipadatkan. Suhu pencampuran ditentukan berdasarkan jenis apal yang akan
digunakan. Jika semen aspal, maka pencampuran umumnya antara 1450 – 1550 c
sehingga disebut beton aspal campuran panas. Campuran ini dikenal dengan
hotmix (Sukirman, 1999).

Lapis Aspal Beton ( Laston) atau AC, terdiri dari tiga jenis campuran yaitu AC
Lapis Aus (Asphalt Concrete - Wearing Course, AC-WC), AC Lapis Antara
(Asphalt Concrete - Binder Course, AC-BC) dan AC Lapis Pondasi (AC - Base).
Setiap jenis campuran AC yang menggunakan bahan Aspal Polimer atau Aspal
modifikasi dengan Aspal Alam disebut masing-masing sebagai AC-WC Modified,
AC-BC Modified, dan AC-Base Modified. Persentase aspal yang aktual
ditambahkan ke dalam campuran ditentukan berdasarkan percobaan laboratorium
dan lapangan sebagaimana tentang dalam Rencana Campuran Kerja (Job Mix
Formula, JMF) dengan memperhatikan penyerapan agregat yang digunakan
(Spesifikasi Umum Bina Marga 2010)

KELOMPOK 6
11.2. Tujuan

Tujuan percobaan ini ialah :


1. Mengetahui tahapan perhitungan dalam merencanakan komposisi laston AC-
WC.
2. Mampu membuat campuran aspal, semen, agregat melalui kadar yang
sudahdihitung.

11.3. Alat dan Bahan Percobaan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:

11.3.1. Alat

Alat yang digunakan ialah:


1. Compactor

Gambar 11.1. Compactor


2. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram

Gambar 11.2. Timbangan

KELOMPOK 6
3. Oven

Gambar 11.3. Oven


4. Alat pemanas

Gambar 11.4. Alat Pemanas


5. Alat pengaduk

Gambar 11.5. Alat Pengaduk

KELOMPOK 6
6. Extruder yang dilengkapi dengan dongkrak hidrolik

Gambar 11.6. Extruder yang dilengkapi dengan dongkrak hidrolik


7. Wajan

Gambar 11.7.Wajan
8. Mold

Gambar 11.8. Mold

KELOMPOK 6
9. Sarung Tangan

Gambar 11.9. Sarung Tangan


10.Kertas Saring

Gambar 11.10. Kertas Saring


11.3.2. Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan ialah:
????
1. Agregat yang sudah dicampurkan antara coarse aggregate, medium aggregate
dan filler

Gambar 11.11. Agregat Campuran

KELOMPOK 6
2. Aspal

Gambar 11.12. Aspal

KELOMPOK 6
11.4. Landasan Teori

Jalan adalah prasarana trasportasi yang memiliki lapisan struktur yang bersifat
lentur yang terdiri dari lapisan perkerasan jalan dan lapisan tanah dasar
(subgrade). Lapisan perkerasan merupakan lapisan yang terletak diatas lapisan
tanah dasar yang memiliki CBR 6% yang berfungsi menerima bidang kontak
dalam memberikan pelayanan terhadap pengguna jalan. Lapisan perkerasan terdiri
dari lapisan permukaan (surface course), lapisan pondasi atas (base course),
lapisan pondasi bawah (subbase course).

Lapisan permukaan adalah lapisan perkerasan yang terletak pada lapis teratas dan
umumnya mempunyai sifat kedap air, memiliki stabilitas yang tinggi dan daya
tahan yang lama terhadap deformasi plastis. Pada pengujian campuran aspal
panas, kekuatan daya tahan terhadap beban mekanis ditunjukkan dari hasil
pengujian marshallnya sedangkan kekuatan deformasi plastis ditunjukkan dengan
hasil stabilitas dinamisnya. Lapisan permukaan dibagi menjadi dua jenis yaitu
yang bersifat non-struktural dan struktural. Jenis lapis permukaan yang umum
dipergunakan untuk lapisan yang bersifat non-struktural antara lain Burda, Buras,
Burtu, Latasbum (Lapis Tipis Asbuton Murni), Latasir, Lataston. Lapis
permukaan yang bersifat struktural antara Lapen, Lasbutag (Lapis Aspal Buton
Agregat), Laston (Lapis Aspal Beton).

Laston merupakan campuran aspal beton (AC) yang terbentuk dari agregat kasar,
agregat halus, bahan pengisi (filler)dan aspal dengan proporsi tertentu. Kualitas
aspal beton harus bersifat tahan lama, kedap air serta memiliki nilaistruktur dan
memenuhi standar spesifikasi. Lapisan aspal beton (aspalt Concrete) dapat dibagi
menjadi 3 macam campuran sesuai fungsinya, yaitu (Sukirman, 1999):
1. Laston lapis aus (Aspalt Concrete-Wearingcourse/AC-WC)
2. Laston lapis permukaan antara (Aspalt Concrete-Binder Course/AC- BC)
3. Laston lapis pondasi (AspaltConcrete-Base/AC-Base)

KELOMPOK 6
Aspal beton (Laston) sebagai lapis aus (Aspalt Concrete-Wearing course/AC-
WC) memiliki sifat kedap air, tahan terhadapcuaca, stabilitas yang tinggi dan
berpungsi sebagai bidang kontak langsung dengan beban lalu lintas diatasnya.
Aspal beton ini dikenal pula sebagai campuran aspal panas dengan nama hotmix
dengan kadar aspal antara 5-6,5%. Laston sebagai lapis permukaan antara (Aspalt
Concrete-Binder Course/AC-BC) merupakan lapisan pondasi yang umumnya
memiliki sifat tahan beban, dengan kadar aspal lebih banyak dari kadar aspal
dibawahnya umumnya antara 4- 6%. Lapisan ini berpungsi untuk menyebarkan
beban roda kendaraan ke lapisan dibawahnya, lapisan ini juga memiliki sifat
kedap air agar air tidak meresap ke tanah dasar. Laston sebagai lapis pondasi
(Aspalt Concrete–Base Course/AC-Base) adalah aspal beton yang berfungsi
sebagai lapisan pondasi atas dengan kadar aspal biasanya antara 4-5% untuk
menahan gaya lintang dari beban roda kendaraan, tebalnya biasanya lebih tebal
dari lapisan diatasnya.

11.5. Prosedur Percobaan

Prosedur percobaan yang dilakukan ialah:


1. Mengambil material (CA, FA, Filler) secukupnya atau dapat dipakai material
hasil analisa saringan.

Gambar 11.13. Mengambil Material

KELOMPOK 6
2. Menimbang agregat yang telah dicampur untuk 1 mold campuran (secara
komulatif)

Gambar 11.14. Menimbang Agregat


3. Memasukkan sampel ke dalam oven dengan suhu 105o-110o c selama 24 jam

Gambar 11.15. Memasukkan Sampel ke dalam Oven


4. Memanaskan aspal dengan suhu 1100 c hingga cair

Gambar 11.16. Memanaskan Aspal

KELOMPOK 6
5. Memasukkan campuran agregat ke dalam wajan dan memanaskannya hingga
suhu 150o c, kemudian menuangkan aspal kedalamnya sesuai % berat (dilakukan
di atas timbangan).

Gambar 11.17. Mencampurkan Agregat dan Aspal ke dalam Wajan


6. Mencampur dan memanaskan agregat sambil diaduk hingga merata sampai
suhu 150o c.

Gambar 11.18. Memasak Agregat Hingga Tercampur Merata


7. Melapisi mold dengan oli

Gambar 11.19. Melapisi Mold dengan Oli

KELOMPOK 6
8. Melapisi bagian atas mold dengan kertas saring kemudian menggunakan
tongkat besi sebanyak 25 tumbukan agar campuran tersebar merata.

Gambar 11.20. Memadatkan Campuran


9. Menuangkan campuran ke dalam mold hingga 1/3 dan meratakannya dengan
tongkat penumbuk lalu menuangkan lagi hingga 2/3 tingginya kemudian
meratakannya dengan tongkat, dan menuangkan sisa campuran hingga
memenuhi mold dengan suhu penuangan 150o c.

Gambar 11.21. Menuangkan Campuran Agregat ke dalam Mold


10. Menumbuk sampel menggunakan Compactor dengan total 150 tumbukan,
sebanyak 75 tumbukan untuk masing-masing sisi (atas dan bawah).

Gambar 11.22. Menumbuk Sampel

KELOMPOK 6
11. Mengangkat mold dan membiarkan hingga dingin selama 24 jam di
ruangan yang sejuk.

Gambar 11.23. Mengangkat Mold dari Mesin Compactor


12. Mengeluarkan sampel dari mold dengan menggunakan dongkrak hidrolik.

Gambar 11.24. Mengeluarkan Sampel Menggunakan Dongkrak Hidrolik


13. Mengulangi prosedur percobaan no.4 hingga no.12 untuk keseluruhan
sampel.

11.6. DataPercobaan

Tabel 11.1. Data Analisis Saringan


CA FA Filler
19,74 80,26 2,15
Sumber: Data Hasil Percobaan

Tabel 11.2. Data Berat Jenis AgregatKasar, Halus, dan Aspal


Berat Jenis
Fraksi % Tertahan % Penyerapan
Bulk SSD Apparent
1 2 3 4 5 6
Kasar 19,74 3,894 3,943 4,017 1,250
Halus 80,26 2,617 2,564 2,709 2,090
Filler-Semen 2,15        
Total          
KELOMPOK 6
Sumber: Data Hasil Percobaan
11.7. Perhitungan

Perhitungan pada praktikum kali ini adalah:


1. Perhitungan Kadar Aspal Rencana
Pb = (0.035 x CA) + (0.045 x FA) + (0.18 x Filler) + K
= (0,035 x 19,74) + (0,045 x 80,26) + (0,18 x 2,15) + 0,75
= 5,439
= 5,400 %
Keterangan :
Pb = Kadar aspal rencana
CA = Persen kebutuhan agregat 1- 2 cm
FA = Persen kebutuhan agregat 0,5 – 1 cm dan 0,075 – 0,5 cm
K = Konstanta (0,75)
????
2. Perhitungan Sampel Kadar Aspal
Pb’ = Pb ± 0,5 %
Pb’ = Pb ± 1,0 %
Keterangan :
Pb’ = Sampel kadar aspal
Tabel 11.3. Persentase Sampel Kadar Aspal
Pb -1 Pb - 0.5 Pb Pb + 0.5 Pb + 1
4,4 4,9 5,4 5,9 6,4
Sumber: Data Hasil Perhitungan

3. Perhitungan Berat Jenis Teori


a. Agregat kasar
BJ bulk + BJ apparent 3,894+4,017
Bj terpakai = Bj terpakai =
2 2
Bj terpakai = 3,956
b. Agregat Halus

2,617+2,709
Bj terpakai =
2
Bj terpakai = 2,663
c. Nilai Berat Jenis Agregat Kasar

KELOMPOK 6
% Tertahan Agregat
∅ Bj =
BJ terpakai
19,74
∅ Bj =
3,956
∅ Bj = 4,990
d. Nilai Berat Jenis Agregat Halus
80,26
∅ Bj =
2,663
∅ Bj = 30,140
e. Persen Kadar Aspal
Kadar Aspal
% KA =
BJaspal
4,40
% KA =
1,031
% KA = 4,268 %
4,90
% KA =
1,031
% KA = 4,753 %
5,40
% KA =
1,031
% KA = 5,238 %
5,90
% KA =
1,031
% KA = 5,723 %
6,40
% KA =
1,031
% KA = 6,208 %
f. Persentase kebutuhan Agregat
(100- Kadar Aspal)
% KAg= ∑ ∅ Bj x
100

(100- 4,40)
% KAg = 35,811 x
100
= 34,236
(100- 4,90)
% KAg = 35,811 x
100

KELOMPOK 6
= 34,057
(100 – 5,40)
% KAg = 35,811x
100
= 33,878
(100- 5,90)
% KAg = 35,811x
100
= 33,699
(100 – 6,40)
% KAg = 35,811x
100
= 33,519
g. Total Persen Benda Uji

Total % benda uji =% KA+% KAg

Total % benda uji = 4,268 + 34,236


= 38,503
Total % benda uji =4,753 +34,057
= 38,809
Total % benda uji =5,238+33,878
= 39,115
Total % benda uji =5,723+33,699
= 39,421
Total % benda uji =6,208+33,519
= 39,727
h. Berat jenis Teori Maksimum
100
BJ Teori Maksimum=
Total % Benda Uji

100
BJ Teori Maksimum=
38,503
= 2,597
100
BJ Teori Maksimum=
38,809
= 2,577
100
BJ Teori Maksimum=
39,115
= 2,557

KELOMPOK 6
100
BJ Teori Maksimum=
39,421
= 2,537
100
BJ Teori Maksimum=
39,727
= 2,517
Tabel 11.4. Hasil Perhitungan Berat Jenis Teori
% BJ
%
Penyera terpaka ∅BJ
Fraksi Terta
Berat Jenis pan i
han
Bulk SSD Apparent
1 2 3 4 5 6 7 8
Kasar 19,74 3,894 3,943 4,017 1,250 3,956 4,990
Halus 80,26 2,617 2,564 2,564 2,090 2,663 30,140
Filler-Semen 2,15         3,150 0,682
Total             35,811
Sumber: Data Hasil Perhitungan

Tabel 11.5. Hasil Perhitungan Berat Jenis Teori


Kadar Aspal Bj Aspal Total % Bj Teori
%KA %KAg
% (gr/cm3) Berat Jenis Max
9 10 11 12 13 14
4,40 1,031 4,268 34,236 38,503 2,597
4,90 1,031 4,753 34,057 38,809 2,577
5,40 1,031 5,238 33,878 39,115 2,557
5,90 1,031 5,723 33,699 39,421 2,537
6,40 1,031 6,208 33,519 39,519 2,517
Sumber: Data Hasil Perhitungan

4. Perhitungan VolumeMold
1
V= x π x d 2 x t
4
1
V= x π x 10,42 x 6,3
4
= 534,905 cm3

5. Kebutuhan Berat Total


Berat Total=V x Bj teori maksimum

a. Berat total dengan kadar aspal 4,4 %


Berat Total = 534,905 x 2,597
= 1389,241gr

b. Berat total dengan kadar aspal 4,9 %


Berat Total = 534,905 x 2,577

KELOMPOK 6
= 1378,291 gr

c. Berat total dengan kadar aspal 5,4 %


Berat Total = 534,905 x 2,557
= 1367,511 gr

d. Berat total dengan kadar aspal 5,9 %


Berat Total=534,905 x 2,537
= 1356,899 gr

e. Berat total dengan kadar aspal 6,4%


Berat Total=534,905 x 2,517
= 1346,451 gr

6. Kebutuhan BeratAspal
Berat Aspal = Kadar Aspal x Berat Total
a. Berat aspal dengan kadar aspal 4,4 %
Berat Total = 4,4 % x 1389,241
= 61,127 gr
b. Berat aspal dengan kadar aspal 4,9 %
Berat Total = 4,9 x 1378,291
= 67,536 gr
c. Berat aspal dengan kadar aspal 5,4 %
Berat Total = 5,4 x 1367,511
= 73,846 gr
d. Berat aspal dengan kadar aspal 5,9 %
Berat Total = 5,9 x 1356,899
= 80,057 gr
e. Berat aspal dengan kadar aspal 6,4 %
Berat Total = 6,4 x 1346,451
= 86,173 gr

7. Kebutuhan Berat Agregat


Berat Agregat = Berat total-Berat aspal

KELOMPOK 6
a. Berat agregat dengan kadar aspal 4,4 %
Berat Agregat = 1389,241 – 61,127
= 1328,114 gr

b. Berat agregat dengan kadar aspal 4,9 %


Berat Agregat = 1378,291 - 67,536
= 1310,754 gr

c. Berat agregat dengan kadar aspal 5,4 %


Berat Agregat = 1367,511 - 73,846
= 1293,666 gr

d. Berat agregat dengan kadar aspal 5,9 %


Berat Agregat = 1356,899 - 80,057
= 1276,842 gr

e. Berat agregat dengan kadar aspal 6,4 %


Berat Agregat =1346,451 - 86,173
= 1260,278 gr
8. Kebutuhan Berat Masing – masing Agregat
Berat Agregat x CA
Berat CA =
100 %
Berat Agregat x FA
Berat FA =
100 %
Berat Agregat x Filler
Berat Filler =
100 %
Dari rumus di atas di peroleh data hasil perhitungan pada tabel dibawah,
Tabel 11.5. Hasil Perhitungan Kebutuhan Berat Masing – masing Agregat
Kadar Aspal KEBUTUHAN
(%) CA (gr) FA (gr) Filler (gr) Total 5 Sampel (gr)
4,40 262,122 1065,992 28,512 6783,130
4,90 258,696 1052,059 28,139 6694,466
5,40 255,323 1038,343 27,772 6607,189
5,90 252,003 1024,840 27,411 6521,267
6,40 248,733 1011,545 27,055 6436,667
Sumber: Data Hasil Perhitungan

11.8. Analisis

Dari hasil perhitungan analisis saringan didapatkan data CA,FA,dan filler secara

KELOMPOK 6
berturut-turut yaitu 19,74; 80,26; dan 2,15. Sehingga dengan didapatkan nilai
tersebut maka dapat dihitung berapa kadar aspal yang akan direncanakan. Setelah
dilakukan perhitungan didapat kadar aspal rencana yaitu sebesar 5,4 %. Maka
dengan didapatkannya kadar aspal rencana, kita dapat melakukan perhitungan
selanjutnya untuk mendapatkan berapa berat aspal dan berat agregat yang
dibutuhkan untuk percobaan Job Mix.

11.9. Simpulan

Simpulan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut


1. Pada praktikum ini menggunakan 5 sampel yaitu dinilai dari kadar aspal. Kadar
aspal yang digunakan dimulai dari 4,4%; 4,9%; 5,4%; 5,9%; 6,4%.
2. Total kebutuhan aspal untuk kadar 4,4% yaitu 61,127 gr; kadar 4,9 % yaitu
67,536 gr; kadar 5,4 % yaitu 73,846 gr; kadar 5,9 % yaitu 80,057 gr; kadar
6,4% yaitu 86,173 gr
3. Total kebutuhan campuran agregat untuk kadar 4,4% yaitu 1328,114 gr; kadar
4,9 % yaitu 1310,754 gr; kadar 5,4 % yaitu 1293,666 gr; kadar 5,9 % yaitu
1276,842 gr; kadar 6,4 % yaitu 1260,278 gr

11.10. Saran

Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut


1. Praktikan diharapkan lebih teliti dalam perencanaan job mix formula ini
dikarenakan banyaknya data yang harus diolah.
2. Praktikan diharapkan pada saat perhitungan Analisa saringan harus lebih teliti
karena nilai CA, FA,dan Filler berpengaruh terhadap nilai kadar aspal (Pb).
3. Praktikan pada saat menggoreng campuran aspal dan agregat harus hati-hati,
jangan sampai ada agregat yang keluar dari wadah penggorengan.

11.11. DAFTAR PUSTAKA

Annual ASTM Standards(1980)

KELOMPOK 6
BS 812 : PART 3 : 1973 (UDC)
Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton untuk Jalan Raya (SKBI 2.4.24.1987)
Departemen Pekerjaan Umum
SNI 06-2489-1991
Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Divisi 6 Perkerasan Aspal
Standard Specification for Transportation Materials and Methods of Sampling
and Testing. Part II (1990)
Sukirman, S. 1999. Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Bandung: Nova

KELOMPOK 6

Anda mungkin juga menyukai