Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS SEMEN PENGEBORAN

PERCOBAAN I
PEMBUATAN SLURRY SEMEN DAN PENGUKURAN DENSITAS

OLEH:
KELOMPOK II
DILA RAHMAWATI / 101319005
ELLA ELISA NOVIASARI / 101319020
WILLIAM LIM / 101319023
FIRMAN CAHYA PUTRA ADISTIA / 101319029
AUFA GHOTHFAN AL BARA / 101319037

LABORATORIUM PENGEBORAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNOLOGI EKSPLORASI DAN PRODUKSI
UNIVERSITAS PERTAMINA
JAKARTA
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................... 2


DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... 3
DAFTAR TABEL ............................................................................................... 4
BAB I PEMBUATAN SLURRY DAN DENSITAS ............................................ 5
1.1 Tujuan Praktikum .................................................................................. 5
1.2 Teori Dasar ............................................................................................ 5
BAB II METODOLOGI ...................................................................................... 9
2.1 Alat dan Bahan ...................................................................................... 9
2.2 Prosedur Percobaan................................................................................ 9
BAB III DATA DAN HASIL PERCOBAAN .................................................... 12
3.1 Data Yang Diketahui ........................................................................... 12
3.2 Hasil Observasi .................................................................................... 13
3.3 Data Perhitungan ................................................................................. 13
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................. 20
BAB V KESIMPULAN ..................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 27
LAMPIRAN ...................................................................................................... 28

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Prosedur Pembuatan Suspensi Semen dan Cetakan Sampel ………10


Gambar 2 Prosedur Pengukuran Densitas Suspensi Semen …………………..11

3
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi jenis semen dan pengaplikasiannya berdasarkan standar API . 6


Tabel 2 Komposisi semen berdasarkan standar API ............................................. 7
Tabel 3 Contoh aditif yang umum digunakan dalam pembuatan slurry semen ...... 7
Tabel 4 Rincian komponen dasar pembuatan semen percobaan .......................... 12
Tabel 5 Spesifikasi Additif Semen ..................................................................... 12
Tabel 6 Komposisi Semen.................................................................................. 12
Tabel 7 Komposisi dan Hasil Uji Semen ............................................................ 13
Tabel 8 Komposisi dan Hasil Perhitungan Semen Dasar .................................... 13
Tabel 9 Komposisi dan Hasil Pengujian Semen A .............................................. 14
Tabel 10 Komposisi dan Hasil Pengujian Semen B ............................................ 15
Tabel 11 Komposisi dan Hasil Pengujian Semen C ............................................ 16
Tabel 12 Densitas Suspensi Semen Hasil Perhitungan ........................................ 18
Tabel 13 Pengujian Densitas Semen Pemboran .................................................. 28

4
BAB I
PEMBUATAN SLURRY DAN DENSITAS

1.1 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Menghitung nilai dari berat air total dari komposisi semen dasar, A,
B, dan C melalui uji coba suspensi semen pengeboran;

2. Menentukan nilai densitas pada suspensi semen dasar, A, B, dan C;

3. Mengetahui pengaruh penambahan jenis aditif terhadap nilai


densitas pada suspensi semen dasar, A, B, dan C;

4. Menentukan nilai galat yang diperoleh dari hasil pengukuran


terhadap perhitungan suspensi semen dasar, A, B, dan C.

1.2 Teori Dasar

Operasi cementing merupakan proses memompa semen melalui casing


menuju annulus kemudian mengisi ruang di celah antara casing dan dinding sumur.
Semen merupakan material impermeabel yang dapat mengisolasi dan melekatkan
casing pada dinding sumur. Beberapa fungsi lain dari semen adalah melindungi
casing dari korosif, mengisolasi zona bermasalah, melindungi lubang sumur jika
terdapat masalah selama proses pengeboran, menjadi penghalang aliran fluida
formasi menuju dan/atau dari lubang sumur dan melindungi formasi yang dapat
memproduksi hidrokarbon. American Petroleum Institute (API) telah menetapkan
sistem klasifikasi untuk berbagai jenis semen untuk berbagai kondisi. Tabel 1
mencantumkan sembilan klasifikasi dan penerapannya pada kedalaman hingga
16.000 ft (4880 m), dengan berbagai kondisi suhu dan tekanan (Baker Huges
INTEQ, 1995; Heriott-Watt University: 2005).

5
Tabel 1 Klasifikasi jenis semen dan pengaplikasiannya berdasarkan standar API

Komposisi utama dalam semen yang digunakan dalam operasi cementing


adalah semen ‘Portland’ yang merupakan campuran dari limestone dan clay.
Menurut (Singh, 2020), Semen portland terdiri dari tri dan dikalsium silikat,
trikalsium aluminat, dan tetrakalsium alumino ferit dan kalsium sulfat sebagai
gipsum. Semen ini memiliki sifat perekat dan kohesif serta mampu mengikat
fragmen mineral ketika dicampur dengan air sehingga menghasilkan semen padat
yang kompak. Pada semen portland terdapat 4 (empat) kandungan mineral dalam
bentuk anhidrat, yaitu Tricalcium Silicate (C3S), Dicalcium Silicate (C2S),
Tricalcium Aluminate (C3A), dan Tetracalcium Aluminoferrite (C4AF).
Kandungan mineral ini ditampilkan lebih lanjut pada Tabel 2 (Adams, 1985).
Keempat komponen mineral tersebut diperoleh dari proses pembuatan semen dari
campuran limestone dan clay. Kandungan mineral dalam semen portland akan
terhidrasi dan berubah menjadi bentuk hidrat, yang disebut dengan cement slurry,
setelah ditambahkan air sehingga dapat dipompakan ke dalam lubang sumur (Baker
Huges INTEQ, 1995). Rasio volume air dengan massa semen didefinisikan sebagai
water-cement ratio. Nilai ini memiliki standar API yang terdapat dalam Tabel 2.

6
Tabel 2 Komposisi semen berdasarkan standar API

Terdapat beberapa parameter sifat semen yang perlu diperhatikan agar


semen dapat digunakan secara optimal, yaitu yield (cu.ft/sack), jumlah air yang
diperlukan (gal/sack), densitas (ppg), waktu pengerasan (thickening time),
compressive strength, dan fluid loss. Sifat semen tersebut dipengaruhi oleh
penggunaan komponen aditif pada semen. Tabel 3 menunjukkan beberapa aditif
yang umum digunakan pada pembuatan semen.

Tabel 3 Contoh aditif yang umum digunakan dalam pembuatan slurry semen

Additives Fungsi
Mempercepat reaksi antara semen dan air sehingga dapat cepat
Accelerator mengeras. Contohnya: sodium metasilicate, sodium chloride, sea
water, anhydrous calcium chloride, potassium chloride dan gypsum

Memperlambat proses pengerasan semen. Contohnya: lignosulfonates,


Retarder
modified cellulose, organic acids, organic materials dan borax.

Extender Mengurangi densitas. Contohnya: bentonite


Weighting
Meningkatkan densitas. Contohnya: Barite
Material
Menurunkan viskositas semen. Contohnya: Lignosulfonates dan
Dispersant
polymers

Densitas adalah satu di antara faktor penting dalam pembuatan semen yang
merupakan perbandingan antara massa bubuk semen, air dan aditif terhadap volume
bubuk semen, pencampur dan aditif. Pada dasarnya, densitas standar slurry dapat
diubah sesuai dengan kebutuhan operasional. Untuk mengubah densitas semen
dapat dilakukan dengan melakukan variasi terhadap volume air yang digunakan
atau dengan menambahkan aditif (seperti pada Tabel 3) pada cement slurry.
Sebagian besar densitas slurry bervariasi di antara 11 – 18.5 ppg (Heriott-Watt

7
University: 2005). Adapun rumus yang umum digunakan untuk menentukan
densitas slurry adalah sebagai berikut.

𝑊𝑎𝑑𝑑 + 𝑊𝑠 + 𝑊𝑎𝑖𝑟
𝜌=
𝑉𝑎𝑑𝑑 + 𝑉𝑠 + 𝑉𝑎𝑖𝑟

Dengan variabel 𝜌, 𝑊𝑠 , 𝑊𝑎𝑑𝑑 , 𝑊𝑎𝑖𝑟 berturut-turut sebagai densitas suspensi semen,


berat aditif, berat bubuk semen, dan berat air. Sedangkan 𝑉𝑎𝑑𝑑 , 𝑉𝑠 , dan 𝑉𝑎𝑖𝑟 berturut-
turut sebagai volume aditif, bubuk semen, dan air.

8
BAB II
METODOLOGI

Dalam percobaan pembuatan slurry semen dan pengukuran densitas ini akan
ditampilkan beberapa metodologi yang digunakan seperti penggunaan alat dan
bahan, prosedur percobaan. Adapun prosedur percobaan terdiri dari pembuatan
suspensi semen dan cetakan sampel serta pengukuran densitas suspensi semen.

2.1 Alat dan Bahan

2.1.1 Alat
1. Cement Blender
2. Timbangan digital
3. Plastic transparan
4. Alumunium foil
5. Gelas ukur
6. Cetakan sampel kubik dan silinder
7. Stopwatch
8. Mud balance

2.1.2 Bahan
1. Air
2. Semen Portland
3. Grease
4. Additif

2.2 Prosedur Percobaan


Dalam prosedur percobaan yang dilakukan pada pembuatan slurry semen dan
pengukuran densitas ini, terdapat dua pendekatan prosedur percobaan yang
dilakukan. Adapun pendekatan prosedur tersebut adalah pembuatan suspensi semen
dan cetakan sampel sebagai prosedur pertama dan pengukuran densitas dan
suspensi semen sebagai prosedur kedua. Detail dari kedua prosedur tersebut
dijelaskan pada sub-bab berikut.

9
2.2.1 Pembuatan Suspensi Semen dan Cetakan Sample

Gambar 1 Prosedur Pembuatan Suspensi Semen dan Cetakan Sampel

10
2.2.2 Pengukuran Densitas Suspensi Semen

Gambar 2 Prosedur Pengukuran Densitas Suspensi Semen

11
BAB III
DATA DAN HASIL PERCOBAAN

3.1 Data Yang Diketahui

Pada percobaan ini, slurry atau suspensi semen dibuat menggunakan rincian
data sebagai berikut:

Tabel 4 Rincian komponen dasar pembuatan semen percobaan

Komponen Rincian
Jenis semen Semen kelas B
Water-Cement Ratio (WCR) 46%
Aditif Bentonite, Barite, dan NaCl dengan detail
komposisi yang terlampir pada Tabel 5
Tekanan udara 1 bar
Suhu udara 16 oC

Pada Tabel 4 disebutkan bahwa tekanan dan suhu udara yang digunakan pada
percobaan ini berturut-turut adalah 1 bar dan 16 oC karena mengacu pada kondisi
standar ruang laboratorium. Disamping itu, pengujian densitas menggunakan
Pressurized Mud Balance dipastikan sudah terkalibrasi dengan densitas air tawar
(freshwater) 8.33 ppg sehingga tidak ada laporan kebocoran gas dan malfungsi alat.

Tabel 5 Spesifikasi Additif Semen

No Additif SG %Wtr Req pada %BWOC


1 Bentonite 2.65 5.3
2 Barite 4.23 0.2
3 NaCl 2.17 0
4 Organic Polymer (CMC) 1.6 3.91

Tabel 6 Komposisi Semen

Jenis Bahan
Semen Air Semen Bentonite Barite NaCl CMC
SG 1 3.15 2.65 4.23 2.17 1.65
Semen
161 350 - - - -
Dasar
Semen A 182.2 350 4 - - -
Semen B 161.8 350 - 4 - -

12
Semen C 161 350 - - 6.44* -
*Berat berdasarkan 4% Massa Air

3.2 Hasil Observasi


Dari hasil observasi, diperoleh nilai densitas semen yang tertera pada Tabel 7

Tabel 7 Komposisi dan Hasil Uji Semen

Bahan
Jenis Semen Densitas
Air Semen Bentonite Barite NaCl CMC
(ppg)
SG 1 3.15 2.65 4.23 2.17 1.65
Semen
161 350 - - - - 14.8
Dasar
Semen A 182.2 350 4 - - - 15
Semen B 161.8 350 - 4 - - 13.7
Semen C 161 350 - - 6.44* - 14.5

3.3 Data Perhitungan


3.3.1 Semen Dasar
Tabel 8 Komposisi dan Hasil Perhitungan Semen Dasar

Densitas Volume %Wtr Req pada %BWOC


Berat (W) %WCR
Bahan (ρ) (V) BWOC Additive Additive
g/cc G cc % % %
Semen 3.15 350 111.111 46 - -
Air 1 161 161 - - -

• Volume Semen
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝐺𝑟𝑎𝑚 ) 350 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉) = 𝑔 = 𝑔 = 111.111 𝑐𝑐
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 (𝑐𝑐 ) 3.15 𝑐𝑐

• Berat Air
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑖𝑟 (𝑊 ) = 𝑊𝐶𝑅(%) 𝑥 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛(𝑔𝑟)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑖𝑟 (𝑊 ) = 46% ∗ 350 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑖𝑟 (𝑊 ) = 161 𝑔

• Volume Air
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝐺𝑟𝑎𝑚 ) 161 𝑔𝑟
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉) = 𝑔 = 𝑔 = 161 𝑔
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 (𝑐𝑐 ) 1 𝑐𝑐

13
3.3.2 Semen A
Tabel 9 Komposisi dan Hasil Pengujian Semen A

%Wtr Req
Berat Volume %BWOC
Densitas (ρ) %WCR @BWOC
Bahan (W) (V) Additive
Additive
g/cc G cc % % %
Semen 3.15 350 111.111 46 - -
Air 1 182.2 182.2 - - -
Bentonite 2.65 4 1.509 - 5.3 1.143

• Volume Semen
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝐺𝑟𝑎𝑚)
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉) = 𝑔
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 (𝑐𝑐 )

350 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉) = 𝑔
3.15 𝑐𝑐

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉) = 111.11 𝑚𝑙

• Persentase BWOC Aditif (Bentonite)


𝑚𝐵𝑒𝑛𝑡𝑜𝑛𝑖𝑡𝑒
%𝐵𝑊𝑂𝐶𝑎𝑑𝑑𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 = ∗ 100
𝑚𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛
%𝐵𝑊𝑂𝐶𝑎𝑑𝑑𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 = 1.142 %

• Berat Air
%𝑊𝐶𝑅 + ([%𝑊𝑡𝑟 𝑅𝑒𝑞 @ %𝐵𝑊𝑂𝐶𝑎𝑑𝑑𝑖𝑡𝑖𝑓 ] 𝑥 [%𝐵𝑊𝑂𝐶𝑎𝑑𝑑𝑖𝑡𝑖𝑓])
𝑊𝑎𝑖𝑟 = ( ) 𝑥 𝑊 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛
100

46 + ([5.3] 𝑥 [1.142])
𝑊𝑎𝑖𝑟 = ( ) 𝑥 350
100

𝑊𝑎𝑖𝑟 = 182.2 𝑔𝑟𝑎𝑚

• Volume Air
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝐺𝑟𝑎𝑚 )
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉) = 𝑔
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 (𝑐𝑐 )

182.2 𝑔𝑟
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉) = 𝑔
1 𝑐𝑐

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉) = 182.2 𝑔𝑟

14
• Volume Bentonite
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝐺𝑟𝑎𝑚 )
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉) = 𝑔
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 (𝑐𝑐 )

4 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉) = 𝑔
2.65 𝑐𝑐

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉) = 1.509 𝑚𝑙

3.3.3 Semen B
Tabel 10 Komposisi dan Hasil Pengujian Semen B

Densitas Berat Volume %Wtr Req %BWOC


%WCR
Bahan (ρ) (W) (V) @BWOC Additive Additive
g/cc G cc % % %
Semen 3.15 350 111.111 46 - -
Air 1 161.8 161.8 - - -
Barite 4.23 4 0.945 - 0.2 1.143

• Volume Semen
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝐺𝑟𝑎𝑚)
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉) = 𝑔
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 (𝑐𝑐 )

350 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉) = 𝑔
3.15
𝑐𝑐
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = 111.11 𝑚𝑙

• Persentase BWOC Aditif (Barite)


𝑊𝑏𝑎𝑟𝑖𝑡𝑒
%𝐵𝑊𝑂𝐶𝑎𝑑𝑑𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 = 𝑥 100
𝑊𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛
161.8
%𝐵𝑊𝑂𝐶𝑎𝑑𝑑𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 = ∗ 100%
350
%𝐵𝑊𝑂𝐶𝑎𝑑𝑑𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 = 1.143 %

• Berat Air
%𝑊𝐶𝑅 + ([%𝑊𝑡𝑟 𝑅𝑒𝑞 @ %𝐵𝑊𝑂𝐶𝑎𝑑𝑑𝑖𝑡𝑖𝑓 ] 𝑥 [%𝐵𝑊𝑂𝐶𝑎𝑑𝑑𝑖𝑡𝑖𝑓])
𝑊𝑎𝑖𝑟 = ( ) 𝑥 𝑊 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛
100

46 + ([0.2] 𝑥 [1.143])
𝑊𝑎𝑖𝑟 = ( ) 𝑥 350
100

15
𝑊𝑎𝑖𝑟 = 161.8 𝑔𝑟𝑎𝑚

• Volume Air
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝐺𝑟𝑎𝑚 )
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉) = 𝑔
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 (𝑐𝑐 )

161.8 𝑔𝑟
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉) = 𝑔
1 𝑐𝑐

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉) = 161.8 𝑔𝑟

• Volume Barite
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝐺𝑟𝑎𝑚 )
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉) = 𝑔
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 (𝑐𝑐 )

4 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒(𝑉) = 𝑔
4.23 𝑐𝑐

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉) = 0.945 𝑚𝑙

3.3.4 Semen C
Tabel 11 Komposisi dan Hasil Pengujian Semen C

%Wtr Req
Densitas Berat Volume %BWOC
%WCR @BWOC
Bahan (ρ) (W) (V) Additive
Additive
g/cc G cc % % %
Semen 3.15 350 111.111 46 - -
Air 1 161 161 - - -
NaCl 2.17 6.44 2.967 - 0 1.84

• Volume Semen
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝐺𝑟𝑎𝑚)
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉) = 𝑔
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 (𝑐𝑐 )

350 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉) = 𝑔
3.15 𝑐𝑐

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉) = 111.111 𝑐𝑐

16
• Persentase BWOC Aditif (NaCl)
𝑊𝑁𝑎𝐶𝑙
%𝐵𝑊𝑂𝐶𝑎𝑑𝑑𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 = 𝑥 100
𝑊𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛
6.44
%𝐵𝑊𝑂𝐶𝑎𝑑𝑑𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 = 𝑥 100
350
%𝐵𝑊𝑂𝐶𝑎𝑑𝑑𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 = 1.84 %

• Berat Air
%𝑊𝐶𝑅 + ([%𝑊𝑡𝑟 𝑅𝑒𝑞 @ %𝐵𝑊𝑂𝐶𝑎𝑑𝑑𝑖𝑡𝑖𝑓 ] 𝑥 [%𝐵𝑊𝑂𝐶𝑎𝑑𝑑𝑖𝑡𝑖𝑓])
𝑊𝑎𝑖𝑟 = ( ) 𝑥 𝑊 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛
100

46 + ([0] 𝑥 [1.84])
𝑊𝑎𝑖𝑟 = ( ) 𝑥 350
100

𝑊𝑎𝑖𝑟 = 161 𝑔𝑟𝑎𝑚

• Volume Air
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝐺𝑟𝑎𝑚 )
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉) = 𝑔
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 ( )
𝑐𝑐
161 𝑔𝑟
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉) = 𝑔
1 𝑐𝑐

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉) = 161 𝑔𝑟

• Volume NaCl
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝐺𝑟𝑎𝑚 )
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉) = 𝑔
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 (𝑐𝑐 )

4 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉) = 𝑔
2.17 𝑐𝑐

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉) = 2.967 𝑚𝑙

17
3.3.5 Densitas Perhitungan

Tabel 12 Densitas Suspensi Semen Hasil Perhitungan

Densitas
Massa Total Volume Total
Semen Perhitungan
(g) (cc)
(ppg)
Semen Dasar 511 272.111 15.543
Semen A 536.2 294.820 15.150
Semen B 515.8 273.857 15.689
Semen C 517.44 275.179 15.669

• Semen Dasar
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 + 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟 = 350 + 161 = 511 𝑔

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 + 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟


𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 111.111 + 161 = 272.111 𝑐𝑐

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
511 𝑔
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 =
272.111 𝑐𝑐
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 = 15.543 𝑔/𝑐𝑐

• Semen A

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 + 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟 + 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐵𝑒𝑛𝑡𝑜𝑛𝑖𝑡𝑒


𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 350 + 182.2 + 4 = 536.2 𝑔

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 + 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 + 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵𝑒𝑛𝑡𝑜𝑛𝑖𝑡𝑒


𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 111.111 + 182.2 + 1.509 = 294.820 𝑐𝑐

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
536.2 𝑔
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 =
294.820 𝑐𝑐
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 = 15.150 𝑔/𝑐𝑐

18
• Semen B

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 + 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟 + 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐵𝑎𝑟𝑖


𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 350 + 161.8 + 4 = 515.8 𝑔

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 + 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 + 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵𝑒𝑛𝑡𝑜𝑛𝑖𝑡𝑒


𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 111.111 + 161.8 + 0.945 = 273.857 𝑐𝑐

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙

515.8 𝑔
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 =
273.857 𝑐𝑐

𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 = 15.689 𝑔/𝑐𝑐

• Semen C

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 + 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟 + 𝑁𝑎𝐶𝑙


𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 350 + 161 + 6.44 = 517.44 𝑔

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 + 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 + 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵𝑒𝑛𝑡𝑜𝑛𝑖𝑡


𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 111.111 + 161 + 2.967 = 275.079 𝑐𝑐

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
517.44 𝑔
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 =
275.079 𝑐𝑐
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 = 15.669 𝑔/𝑐𝑐

19
BAB IV

PEMBAHASAN

Percobaan “Pembuatan Slurry dan Densitas” bertujuan untuk mengukur


densitas suspensi semen dan mengetahui efek penambahan zat additif terhadap
densitas suspensi semen. Operasi penyemenan merupakan prosess pendorongan
cement slurry ke dalam lubang sumur dan dilakukan untuk melekatkan casing pada
dinding sumur, melindungi casing dari masalah mekanis saat pengeboran,
melindungi casing dari fluida formasi yang bersifat korosif, dan memisahkan satu
zona dengan zona lainnya dibelakang casing. Densitas suspensi semen merupakan
perbandingan antara jumlah berat bubuk semen, air pencampur, dan additif
terhadap jumlah volume bubuk semen, air pencampur, dan additif. Nilai densitas
sangat berpengaruh terhadap tekanan hidrostatis suspensi semen didalam lubang
sumur. Densitas semen yang rendah serng digunakan dalam operasi primary
cementing dan remedial cementing untuk menghindari terjadinya fracture pada
formasi yang lemah. Sedangkan densitas suspensi semen yang tinggi digunakan
pada tekanan formasi yang cukup besar. Densitas semen dapat dikontrol dengan
menggunakan zat additif. Untuk mengurangi densitas semen, dapat digunakan
extender yang berupa bentonite, sedangkan untuk meningkatkan densitas dapat
menggunakan Weighting Agent seperti Barite. NaCl juga dapat digunakan sebagai
additif semen yaitu sebagai accelerator yang mempercepat proses pengerasan
suspensi semen. Semen yang digunakan dalam percobaan ini adalah semen kelas B
yang biasa digunakan dari kedalaman 0 – 6000 ft dan tahan terhadap kandungan
sulfat menengah dan tinggi (moderate and high sulfate resistant).

Alat yang digunakan dalam percobaan pembuatan suspensi semen dan


pengukuran densitas ini adalah cement blender, timbangan digital, plastik
transparan, alumunium foil, gelas ukur, cetakan sampel kubik dan silinder,
stopwatch, dan Mud Balance. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air, semen
portland, grease, dan additif. Prosedur pembuatan suspensi semen diawali dengan
menimbang bubuk semen sebanyak 350 gram dengan timbangan digital kemudian
mengukur air berdasarkan WCR (Water Cement Ratio) yaitu sebesar 46%. Setelah
itu dilanjutkan dengan menimbang additif dan mencampurnya dengan bubuk semen

20
dalam kondisi kering. Air dan additif diblender dengan kecepatan 4000 rpm dan
memasukkan campuran semen dan additif tidak lebih dari 15 detik. Grease
dioleskan ke cetakan kubik sedangkan untuk cetakan silinder casing tidak diolesi
grease. Selanjutnya, sampel suspensi semen dituangkan ke cetakan dan dibungkus
dengan plastic transparan, diberi label, dan direndam dalam water bath. Prosedur
pengukuran densitas suspensi semen dimulai dengan mengkalibrasi peralatan
Pressurized Mud Balance dengan cara membersihkan peralatan mud balance
kemudian mengisi cup dengan air hingga penuh lalu ditutup dan membersihkan
bagian luarnya. Mud balance diletakkan kembali dan menempatkan rider pada
posisi 8.3 ppg. Setelah itu, nuvo glass diteliti dan jika tidak seimbang dapat
dikalibrasi sampai seimbang. Setelah Pressuried Mud Balance dikalibrasi, suspensi
semen dimasukkan kedalam cup mud balance. Balance arm diletakkan di
kedudukan semula kemudian rider diatur hingga seimbang. Setelah itu, skala pada
Pressuried Mud Balance dibaca dan itu merupakan densitas suspensi semen.

Pembuatan slurry (suspensi semen) dan pengukuran densitas dilakukan di


Laboratorium Pengeboran dengan kondisi tekanan udara 1 bar dan suhu ruangan 16
°C. Semen yang digunakan adalah semen portland kelas B. Semen ini digunakan
dari kedalaman 0 sampai 6000 ft dan tahan terhadap kandungan sulfat menengah
dan tinggi (moderate to high sulfate resistant). Menurut API, semen B mempunyai
kandungan C3S sebesar 47, C2S sebesar 32, C3A sebesar 3, dan C4 AF sebesar 12.
C3S atau Tricalcium Silicate memberikan strength terbesar pada awal pengerasan.
C2S atau Dicalcium Silicate sangat penting dalam memberikan final strength
semen. C3A atau Tricalcium Alluminate mempengaruhi rheologi suspensi semen
dan membantu proses pengerasan awal semen. C4 AF atau Tetracalcium
Alluminaferite hanya sedikit berpengaruh pada strength semen. Water Cement
Ratio (WCR) yang digunakan dalam percobaan ini adalah 46%. Water cement ratio
merupakan perbandingan antara air dan semen untuk membuat suspensi semen atau
menunjukkan jumlah air yang dibutuhkan untuk membuat suspensi semen. WCR
46% artinya banyaknya air yang dibutuhkan untuk membuat suspensi semen adalah
46% dari bubuk semen. Dalam percobaan ini, selain pembuatan semen dasar yang
hanya terdiri dari air dan semen, juga dilakukan variasi penambahan additif
bentonite pada semen A, barite pada semen B, dan NaCl pada semen C.

21
Semen dasar dibuat dari air dan semen. Jumlah bubuk semen yang
digunakan adalah 350 gram. Jumlah air yang dibutuhkan untuk membuat suspensi
semen dihitung dari nilai WCR sebesar 46% sehingga diperoleh massa air 161
gram. Jika jumlah air yang ditambahkan lebih kecil dari kadar minimumnya,
densitas semen akan meningkat dan menimbulkan gesekan yang cukup besar di
annulus sewaktu semen dipompakan dan meningkatkan tekanan di annulus.
Volume masing-masing komponen dapat dihitung dengan membagi berat masing-
masing komponen dengan densitas atau specific gravity. Volume semen yang
digunakan adalah 111.111 cc dengan specific gravity 3.15 dan volume air yang
digunakan adalah 161 cc dengan specific gravity 1. Berdasarkan hasil pengujian
dengan menggunakan Pressurized Mud Balance yang sudah dikalibrasi dengan
densitas air tawar (freshwater) 8.33 ppg, diperoleh nilai densitas semen dasar adalah
14.8. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai densitas semen
dasar sebesar 15.543 ppg. Terdapat perbedaan nilai atau galat antara densitas hasil
pengukuran dan hasil perhitungan yaitu sebesar 0.743 atau 4.78%. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh kesalahan dalam pengujian di laboratorium. Nilai
densitas semen dasar ini akan digunakan sebagai pembanding dengan semen lain
yang akan ditambahkan additif.

Semen A dibuat dari air, semen, dan additif bentonite. Jumlah bubuk semen
yang digunakan adalah 350 gram. Berat bentonite yang ditambahkan adalah 4 gram.
Bentonite mempunyai nilai specific gravity 2.65 dan %Wtr Req @%BWOC Additif
pada bentonite adalah 5.3 yang menunjukkan persen air yang dibutuhkan setiap
konsentrasi additif. Nilai persen BWOC (By weight of cement) additif menunjukkan
jumlah additif yang ditambahkan ke dalam semen. %BWOC dapat dihitung dari
berat additif dibagi dengan berat semen dikali dengan 100%. Berdasarkan hasil
perhitungan, diperoleh nilai %BWOC Additif sebesar 1.143% yang artinya terdapat
1.143% persen bentonite yang ditambahkan kedalam semen. Nilai Water Cement
Ratio (WCR) adalah 46%. Nilai ini dapat digunakan untuk menentukan berat air
yang dibutuhkan untuk membuat suspensi semen. Berat air total dihitung dari
%WCR, %WtrReq @BWOCadditif, %BWOC additif, dan Wsemen. Berdasarkan
perhitungan, diperoleh nilai berat air total adalah 182.2 gram. Volume masing-
masing bahan dapat dihitung dari pembagian nilai berat dengan densitas masing-

22
masing dan diperoleh volume semen 111.111 cc, volume bentonite 1.509 cc, dan
volume air 182.2 cc. Dapat dilihat bahwa komposisi terbanyak dalam suspensi
semen adalah air. Densitas suspensi semen A dapat dihitung dengan membagi berat
total dengan volume total dan diperoleh nilai densitas sebesar 15.150 ppg. Nilai
densitas ini lebih kecil jika dibandingan dengan densitas semen dasar hasil
perhitungan. Hal ini disebabkan karena adanya penamhan additif bentonite yang
berfungsi sebagai extender yang mengurangi densitas dari suspensi semen. Saat
dilakukan penambahan bentonite pada suspensi semen, harus ditambahkan air
sebesar 5.3% BWOC setiap pemakaian 1% bentonite, sehingga bentonite dan air
tambahan menghasilkan densitas yang lebih rendah. Akan tetapi, berdasarkan hasil
pengujian dengan menggunakan Pressurized Mud Balance yang sudah dikalibrasi
diperoleh nilai densitas semen A adalah 15 ppg. Jika dibandingkan dengan semen
dasar, nilai densitas semen A lebih besar 0.2 ppg. Nilai densitas hasil pengujian ini
juga memiliki nilai galat sebesar 0.15 ppg atau 1% Hal ini disebabkan oleh adanya
kesalahan dalam pengukuran karena beberapa kemungkinan seperti alat yang tidak
presisi sehingga pembacaan hasil kalibrasi maupun pengukuran densitas tidak
akurat, kesalahan kalibrasi alat, penambahan volume semen, air, maupun additif
yang tidak sesuai dan dapat juga disebabkan oleh human error.

Komposisi semen B adalah 350 gram bubuk semen, 4 gram barite, dan air.
Nilai water cement rationya adalah 46%. Barite mempunyai nilai specific gravity
4.23 dan %Wtr Req @BWOC Additif adalah 0.2% yang artinya dalam 1% barite
diperlukan penambahan air sebesar 0.2%. Jumlah barite yang ditambahkan ke
dalam semen atau %BWOC Barite adalah 1.143% yang dapat dihitung dari berat
barite dibandingkan dengan berat air. Volume air total dapat dihitung dengan
menggunakan data %WCR, %WtrReq@%BWOC barite, %BWOC barite, dan
Wsemen sehingga diperoleh nilai volume air 161.8 gram. Volume masing-masing
komponen juga dihitung dengan membagi berat masing-masing komponen dengan
specific gravitynya dan diperoleh volume semen 111.111 cc, volume barite 0.945
cc, dan volume air 161.8 cc. Berdasarkan hasil perhitungan secara teoritis dengan
membagi nilai massa total suspensi semen dengan volume total, diperoleh nilai
densitas suspensi semen adalah 15.689 ppg. Jika dibandingkan dengan densitas
sumur dasar, nilai densitas semen B mengalami peningkatan sebesar 0.326 ppg

23
yang disebabkan oleh penambahan barite. Barite merupakan weighting agent yang
dapat meningkatkan densitas suspensi semen. Akan tetapi, berdasarkan hasil
pengukuran dengan Pressurized Mud Balance diperoleh nilai densitas sebesar 13.7
ppg. Artinya terjadi penurunan densitas sebesar 1.1 ppg atau sebesar 7.43%.
Berdasarkan teori, penambahan barite akan meningkatkan densitas suspensi semen
karena barite berfungsi sebagai weighting material. Penurunan densitas pada semen
dengan additif barite ini kemungkinan disebabkan oleh adanya kesalahan
pengukuran di laboratorium seperti alat yang tidak presisi, kesalahan kalibrasi alat,
maupun ketidakakuratan penambahan bahan-bahan semen.

Komposisi semen C adalah 350 gram bubuk semen, 6.44 gram NaCl yang
merupakan 4% dari massa air, dan air. Nilai water cement rationya adalah 46%.
NaCl mempunyai nilai specific gravity 2.1 dan %Wtr Req @BWOC Additif adalah
0% yang artinya dalam 1% NaCl diperlukan penambahan air sebesar 0%. Jumlah
semen yang ditambahkan ke dalam semen atau %BWOC NaCl adalah 1.84% yang
dapat dihitung dari berat NaCl dibandingkan dengan berat air. Volume air total
dapat dihitung dengan menggunakan data %WCR, %WtrReq@%BWOC NaCl,
%BWOC NaCl, dan Wsemen sehingga diperoleh nilai volume air 161 gram. Volume
masing-masing komponen juga dihitung dengan membagi berat masing-masing
komponen dengan specific gravitynya dan diperoleh volume semen 111.111 cc,
volume NaCl 2.967 cc, dan volume air 161 cc. Berdasarkan hasil perhitungan secara
teoritis dengan membagi nilai massa total suspensi semen dengan volume total,
diperoleh nilai densitas suspensi semen adalah 15.669 ppg. Jika dibandingkan
dengan densitas sumur dasar, nilai densitas Semen C mengalami peningkatan
sebesar 0.126 ppg yang disebabkan oleh penambahan NaCl. NaCl merupakan
additif yang berfungsi sebagai accelerator sehingga dapat mempercepat proses
pengerasan suspensi semen. Akan tetapi, berdasarkan hasil pengukuran dengan
Pressurized Mud Balance diperoleh nilai densitas sebesar 14.5 ppg. Artinya terjadi
penurunan densitas sebesar 0.3 ppg. Penurunan densitas pada semen dengan additif
NaCl ini kemungkinan disebabkan oleh adanya kesalahan pengukuran di
laboratorium seperti alat yang tidak presisi, kesalahan kalibrasi alat, maupun
ketidakakuratan penambahan bahan-bahan semen.

24
Berdasarkan teoritis, Semen Portland kelas B memiliki densitas kurang
lebih 15.6 ppg. Berdasarkan perhitungan dari data yang diperoleh, semen dasar
memiliki densitas 15.543 ppg. Semen yang memiliki densitas tertinggi adalah
semen B karena adanya penambahan barite sebagai weighting material yang dapat
meningkatkan densitas, dan paling rendah adalah semen A karena penambahan
bentonite yang berfungsi sebagai extender untuk mengurangi densitas. Pada semen
C dengan penambahan NaCl juga mengalami peningkatan densitas. Sedangkan
berdasarkan pengujian di laboratorium, semen dasar memiliki densitas sebesar 14.8
ppg. Semen yang memiliki densitas yang paling tinggi adalah semen A dimana
terkandung bentonite dan densitas semen yang paling rendah adalah semen B yang
mengandung barite. Nilai densitas semen akan mempengaruhi tekanan hidrostatik
(hydrostatic pressure) dari slurry pada saat mengisi lubang sumur. Jika tekanan
hidrostatik dari suspensi semen lebih besar dari tekanan formasi batuan, maka
formasi tidak sanggup menahan tekanan suspensi semen dan formasi batuan akan
pecah sehingga akan terjadi lost circulation. Jika tekanan hidrostatik dari suspensi
semen lebih kecil daripada tekanan formasi, maka semen akan hancur dan tidak
akan bisa melindungi dinding sumur. Densitas suspensi semen yang rendah
digunakan dalam operasi primary cementing dan remedial cementing untuk
menghubdari terjadinya fracture pada formasi yang lemah. Sedangkan, densitas
suspensi semen yang tinggi digunakan apabila tekanan formasi cukup besar.

25
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemaparan diatas, didapat beberapa kesimpulan dari


percobaan pembuatan slurry semen dan pengukuran densitas sebagai berikut:

1. Nilai perhitungan berat air total pada suspensi semen dasar, A, B, dan C
berturut-turut adalah 161 cc, 182,2 cc, 161,8 cc, dan 161 cc;

2. Dari hasil perhitungan didapat nilai densitas pada suspensi semen dasar, A,
B, dan C berturut-turut adalah 15,543 ppg, 15,150 ppg, 15,689 ppg, dan
15,669 ppg. Adapun nilai densitas suspensi semen dasar, A, B, dan C dari
hasil percobaan laboratorium berturut-turut adalah 14,8 ppg, 15 ppg, 13,7
ppg, dan 14,5 ppg;

3. Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan didapat semen yang


ditambahkan bentonite memiliki densitas yang rendah karena bentonite
berfungsi sebagai extender (mengurangi nilai densitas). Adapun semen
yang ditambahkan barite dan NaCl memiliki densitas yang tinggi dimana
barite berfungsi sebagai weighting material.

4. Pada pengujian suspensi semen dasar, A, B, dan C secara berturut-turut


adalah 4.78%, 1%, 14.51%, dan 8%. Adanya galat dari percobaan tersebut
kemungkinan disebabkan oleh kesalahan dalam pengukuran karena
beberapa kemungkinan seperti alat yang tidak presisi sehingga pembacaan
hasil kalibrasi maupun pengukuran densitas tidak akurat, kesalahan
kalibrasi alat, penambahan volume semen, air, maupun additif yang tidak
sesuai dan dapat juga disebabkan oleh human error.

26
DAFTAR PUSTAKA

Adams, N. J. & Tommie C. 1985. Drilling Engineering A Complete Well


Planning Approach. Oklahoma: PennWell Publishing Company

Baker Huges INTEQ. 1995. Drilling Engineering Workbook. Houston: Baker


Hughes INTEQ Training & Development

Ekanem, O. (2014). Effect of Sodium Chloride (NaCl) on Concrete Compressive


Strength. International Journal of Engineering Research & Technology,
3(3), 2395 - 2397. Retrieved 26 October, 2021, from https://www.ijert.org/

Huda, A., Hamid, A., & Sulistyanto, D. (2018). Pengaruh Penambahan "Barite",
"Hematite", dan "Mecomax" Terhadap Thickening Time, Compressive
Strength, dan Rheologi Bubur Semen Pada Variasi Temperatur (BHCT) di
Laboratorium Pemboran dan Produksi. Jurnal Petro 2018, VII(2), 47 - 58.
Retrieved October 26, 2021, from
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro

Perdana, T. P., & Rubiandini, R. (2015). Pengaruh Penambahan Additive


Accelerator dan Retarder Terhadap Thickening Time Dengan Variasi
Temperatur dan Konsentrasi. Retrieved October 27, 2021

Suhascaryo, N., & Jaifan, Z. N. (2012). Studi Laboratorium Material Limbah Panas
Bumi Untuk Meningkatkan Kekuatan Dinding Lubang Bor. Prosiding
Simposium dan Seminar Geomekanika (pp. 6 - 13). UPN "Veteran"
Yogyakarta. Retrieved October 26, 2021, from
http://repository.upnyk.ac.id/

Singh, N. B. (2020). Properties of cement and concrete in presence of


nanomaterials. In Smart Nanoconcretes and Cement-Based Materials (pp.
9-39). Elsevier.

Heriott-Watt University. (2005). Drilling Engineering. Scotland: Heriot-Watt


University

27
LAMPIRAN

Tabel 13 Pengujian Densitas Semen Pemboran

Additif
Air Semen Densitas
Bentonite Barite NaCl M V Densitas
Mud
Semen perhitungan
M V M V M V M V M V akhir akhir Balance
(ppg)
(ppg)
(gr) (ml) (gr) (ml) (gr) (ml) (gr) (ml) (gr) (ml) (gr) (ml)
Dasar 161 161 350 111.1 - - - - - - 511 272.11 15.643 14.8
A 182 182 350 111.1 4 1.51 - - - - 536.2 294.82 15.15 15
B 162 162 350 111.1 - - 4 0.95 - - 515.8 273.86 15.689 13.7
C 161 161 350 111.1 - - - - 6.4 2.97 517.4 275.08 15.669 14.5

28

Anda mungkin juga menyukai