Uji Marshall 1
A. JENIS PENGUJIAN
B. KAJIAN TEORI
Aspal keras (asphalt cemen, AC) pada suhu ruang (250 – 300 C) akan
berbentuk padat. Ada beberapa yang dibedakan berdasarkan nilai penetrasi
(tingkat kekerasannya)
Prime coat
b. Termometer
Digunakan untuk mengukur suhu pada saat melakukan praktikum.
Gambar 4. Termometer
(www.google.com)
Gambar 5. Ayakan
d. Silinder cetakan
Cetakan silinder ini berdiameter 10 cm (4”) dan tinggi 7.5 cm (3”)
lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.
Gambar 7. Ejector
f. Mesin penumbuk
Mesin penumbuk mempunyai permukaan tumbuk rata berbentuk
silinder, dengan berat 4.536 kg (10 pound) dan tinggi jatuh bebas
45.7 cm (18”). Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau
yang sejenis) berukuran kira-kira 20 x 20 x 45 cm (8” x 8” x 18”)
yang dilapis pelat baja berikutan 30 x 30 x 2.5 cm (12” x 12” x 1”)
dan diikatkan pada lantai beton dengan 4 bagian siku.
h. Kaleng
Digunakan sebagai wadah untuk mencampur aspal dengan agregat.
j. Piring
Digunakan sebagai wadah saat pemanasan aspal
b. Agregat
Agregat yang dipakai telah disaring dan dikelompokkan menurut
ukurannya.
d. Kertas
Digunakan sebagai alas dalam silinder. Kegunaannya sebagai
landasan aspal.
E. PENYAJIAN DATA
Persen
Berat Persen
Ayakan Tembus Spek
Tertahan Tertahan
Kumulatif
Agregat Halus
Berat
Ayakan
=(7x200)+25
= 1425
Dari hasil pengujian campuran aspal dengan alat marshal yang telah
dilakukan di dapat hasil :
1. Benda uji dengan berat aspal 84 gram
a. Displacement = (diameter mula – mula) – (diameter uji Marshall)
= 9,97 – 9,68
= 0,29 cm
= 2,9 mm
b. Angka koreksi
Angka koreksi didapat dengan menggunakan tabel angka
koreksi stabilitas dengan menghubungkan dengan tinggi / tebal dari
benda uji.
69.9 0.86
71.4 0.83
= x 100 %
=7%
e. Marshal Quetion
= 1055,833428 kg/mm
H. KESIMPULAN
Dari perhitungan di atas dapat di ambil hasil sebagai berikut:
1. Benda uji dengan berat aspal 86 gram
Displacement = 2,9 mm
Angka koreksi = 0.981
Beban terkoreksi = 30,0276252 KN
(stabiitas)
Kadar Aspal =7%
Marshal question =1055,833428 kg/mm
I. SARAN
1. Adanya rungan untuk Praktikum Jalan tanpa harus dijadikan satu dengan
rungan praktikum lain.
2. Mahasiswa harus lebih paham tentang pelaksanaan Praktikum sehingga
hasil yang dicapai lebih baik.
3. Saat praktikum jangan banyak bercanda karena akan sangat mengganggu
yang lainnya.
4. Kerjasama tim yang solid dibutuhkan agar efisiensi pelaksanaan pengujian
dapat tercapai.
http://www.bio-architettura.org/articoli/145-bitumi.html.
www.google.com
(Sumber: Apriantoko,2011)
(Sumber: Apriantoko,2011)
(Sumber: Apriantoko,2011)
(Sumber: Apriantoko,2011)