Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN ANTARA

Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

A. KONSEP DASAR DAN VISI PENGEMBANGAN KAWASAN


A.1. Analisis SWOT
Dalam rangka memanfaatkan kekuatan dan peluang, meminimalisir ancaman
dan kelemahan yang diperkirakan akan timbul di Kawasan Pusat Perkotaan
Galesong, maka dilakukan analisis SWOT. Keempat faktor yang membentuk
akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, & threats) inilah yang
akan dikaji dalam proses perencanaan desain dan DED Kawasan Pusat
Perkotaan Galesong.
1) Kekuatan (Strenght)
 Berdasarkan tujuan pengembangan Kawasan Perkotaan Galesong
sebagai ibukota kecamatan, maka pemusatan pelayanan akan dapat
mendukung peningkatan distribusi pelayanan serta dapat meningkatkan
bangkitan sistem sirkulasi dan pergerakan orang dan atau barang;
 Besarnya potensi sumberdaya lahan yang cukup luas untuk mendukung
pengembangan fisik kawasan perkotaan di masa yang akan datang;
 Kemampuan sumberdaya manusia yang cukup banyak dan berkualitas
di Kawasan Perkotaan Galesong, memberikan harapan terarahnya
konsep arahan pembangunan yang direncanakan;
 Penguatan koordinasi peran dan fungsi instansi terkait dalam
melaksanakan dan mengawal program perencanaan pembangunan;
 Kondisi fisik lahan yang sesuai untuk pemanfaatan kawasan budidaya
dan penggunaan permukiman dengan kemiringan lereng antara 0 -
15%, yang formasi geologi dan tanahnya disusun oleh endapan alluvial;
 Potensi kependudukan Kawasan Perkotaan Galesong yang memiliki
usia produktif cukup besar, memberikan gambaran bahwa tersedianya
jumlah tenaga kerja, seperti pekerja di lingkungan instansi pemerintah,
pekerja di sektor swasta, dan pekerja sektor-sektor informal lainnya;

Hal. III - 1
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

 Dari segi ekonomi, pengembangan Kawasan Perkotaan Galesong


memberikan pengaruh terhadap perkembangan kegiatan sektor
ekonomi kota dengan meningkatnya kegiatan-kegiatan usaha jasa
komersil yang mendorong kemandirian usaha lainnya dan secara
otomatis dapat meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat;
 Memiliki potensi wisata, baik alam, kebudayaan, sejarah dan rekreasi;
 Sudah memiliki nama (dikenal) dalam lingkup regional;
 Memilki keberagaman acara budaya dan adat yang menjadi nilai
tersendiri bagi kawasan;
 Terletak di kawasan pusat kota sehingga jalur transportasi sudah
sampai di kawasan perencanaan sehingga memudahkan melakukan
pergerakan dari satu tempat ke tempat yang lain di dalam kawasan; dan
 Terletak dekat dengan tepian sungai sehingga memungkinkan untuk
menambah ruang terbuka hijau dan biru pada kawasan yang terintegrasi
sebagai kawasan pendukung kegiatan kawasan perencanaan.
2) Kelemahan (Weakness)
 Kurangnya koordinasi dan sosialisasi kebijakan yang terkait dengan
program perencanaan dan pembangunan antar masing-masing
stakeholder, sehingga pengawasan terhadap sistem dan pola
perencanaan yang dilakukan belum berjalan optimal;
 Belum maksimalnya pendapatan keuangan daerah dalam mendukung
program pembangunan daerah;
 Tingkat pelayanan infrastruktur perkotaan baik secara kualitas maupun
kuantitasnya belum maksimal dalam melayani masyarakat Kawasan
Perkotaan Galesong;
 Partisipasi institusi sosial masyarakat dalam mendukung program
pembangunan belum berjalan sesuai dengan fungsi dan peranannya
masing-masing sesuai yang diharapkan;
 Masih lemahnya pemahaman masyarakat dalam pelaksanaan program
penataan ruang, sehingga perencanaan yang dilakukan terkesan kurang
terarah dengan kondisi dan karakteistik lokal;
 Lingkungan padat bangunan sehingga revitalisasi hanya bisa dalam segi
penataan dan pemaksimalan sisa ruang terbuka yang ada;

Hal. III - 2
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

 Intensitas penggunaan lahan yang kurang memperhatikan


keseimbangan lingkungan tampak pada kondisi eksisting lingkungan
pusat kegiatan hunian sangat rapat dan padat tanpa adanya ruang
terbuka sebagai daerah resapan air, penggunaan sempadan sungai
sebagai lahan untuk area hunian;
 Penggunaan kawasan tepian sungai sebagai area tempat tinggal/hunian
dan menjadikannya area belakang sehingga sungai menjadi kotor dan
berbau; dan
 Lingkungan yang belum memiliki karakter kuat sebagai daya dukung
kualitas visual lingkungan yang dapat diaplikasikan melalui street
furniture kawasan.
3) Peluang (Opportunity)
 Sebagai bagian dari Kawasan Perkotaan Galesong yang berperan
sebagai ibukota kecamatan, menjadi potensi bagi tumbuh dan
berkembangnya sektor ekonomi andalan, terutama usaha pelayanan
jasa (komersil), sektor perdagangan dan industri, yang menjadi indikator
penting dalam mendukung peningkatan pendapatan daerah, yang
berdampak pula pada peningkatan kesejahteraan masyarakat;
 Letak kawasan perencanaan pada Kawasan Perkotaan Galesong
lokasinya cukup strategis, karena berada pada pusat pertemuan dengan
beberapa daerah disekitarnya, sehingga dapat memberikan sinergi
terhadap pergerakan tarik menarik antar wilayah pelayanan sekaligus
memudahkan dalam pengendalian wilayah;
 Kawasan Perkotaan Galesong dan kawasan perencanaan pada
khususnya lebih memiliki kelengkapan dalam hal penyediaan sarana
dan prasarana dibanding wilayah sekitarnya, sehingga dapat
memberikan kenyamanan dan keselarasan aktifitas masyarakat dengan
perkembangan kawasan perkotaan yang terjadi;
 Dari aspek luas lahan yang tersedia di Kawasan Perkotaan Galesong,
masih memungkinkan untuk pengembangan kegiatan perkotaan secara
intensif, sehingga merupakan suatu peluang bagi kawasan perencanaan
Kawasan Perkotaan Galesong yang memiliki lahan bagi peningkatan;
 Terkait dengan pengembangan simpul pelayanan dan distribusi wilayah,
yaitu Kota Makassar - Galesong - Takalar - Sungguminasa, maka dapat

Hal. III - 3
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

menjadi peluang bagi pengembangan Kawasan Perkotaan Galesong


jika adanya sinergi yang baik dari fungsi kegiatan yang berkembang
pada tiap simpul tersebut. Sehingga diharapkan akan membentuk suatu
kawasan yang memiliki tingkat percepatan pertumbuhan yang terkendali
dan terintegrasi yang pada gilirannya akan memberikan dampak bagi
pengembangan wilayah pengaruhnya (hinterland); dan
 Tingkat aksesibilitas kawasan perencanaan, Kawasan Perkotaan
Galesong umumnya cukup tinggi, karena posisinya yang menjadi pusat
bangkitan dan pergerakan barang dan atau orang, ke daerah sekitarnya
sehingga jangkauan pelayanannya memiliki rentang kendali yang
pendek dan lancar sebagai ibukota kecamatan.
4) Tantangan/ancaman (Threat)
 Pertambahan laju dan jumlah penduduk yang cukup signifikan, yang jika
tidak terkendali akan berpengaruh terhadap permintaan lahan dan
hunian tempat tinggal yang semakin besar, sehingga menuntut
pengembangan fisik, dengan pembangunan kawasan permukiman dan
perumahan baru, yang diikuti oleh penyediaan sarana dan prasarana
lingkungannya sebagai tuntutan dari kebutuhan masyarakat;
 Akibat tingginya tingkat kebutuhan tersebut, jika tidak dikendalikan akan
mengakibatkan permintaan kebutuhan lahan yang tidak terbatas,
dengan mengalih-fungsikan lahan non-terbangun menjadi lahan
terbangun, yang biasanya mengorbankan lahan-lahan sawah atau
perkebunan yang masih produktif untuk dikembangkan menjadi lahan
terbangun;
 Perkembangan fisik kawasan yang terus berkembang, harus dikontrol
dengan mekanisme penanganan kawasan yang sesuai dengan standar
perencanaan yang berlaku, gunanya agar dapat menjaga keseimbangan
lingkungan dengan kegiatan dan aktifitas yang ada didalamnya, agar
dapat diminimalisasi terjadinya degradasi (tingkat penurunan) kualitas
lingkungan; dan
 Besarnya potensi kesemrawutan kawasan perkotaan akibat
meningkatnya kegiatan perkotaan, yang dapat berdampak pada
gangguan kualitas lingkungan yang berpotensi menjadi kawasan kumuh
perkotaan.

Hal. III - 4
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

A.2. Konsep Dasar Perancangan Kawasan Pusat Perkotaan Galesong


Konsep pengembangan kawasan dilakukan dengan pembagian segmen
perancangan kawasan, yang secara prioritas dibagi menjadi 6 (enam) segmen,
dengan mempertimbangkan potensi, karakteristik dan kecenderungan
peruntukan pengembangan kawasannya kedepan.

Pada prinsipnya dalam pengembangan segmen, dapat merupakan kelompok


suatu unit lingkungan yang mempunyai karakteristik dan fungsi tertentu yang
biasanya dibatasi oleh jaringan jalan, sungai, atau batasan administrasi suatu
wilayah. Selain itu, beberapa pertimbangan yang dapat digunakan untuk
menetapkan unit segmen dikarenakan memiliki kesamaan fungsi dan
karakteristik pada setiap unit blok peruntukan yang akan dibentuk. Adapun
konsep perancangan segmen-segmen kawasan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Segmen 1
Segmen ini adalah kawasan dengan berbagai fungsi kegiatan yang
berkembang didalamnya seperti permukiman, perkantoran, pendidikan dan
bangunan sosial budaya. Adapun zona dengan pengembangan utamanya
yaitu pada spot rumah adat Balla Lompoa dan alun-alun kota dengan fungsi
lapangan olahraga. Sedangkan secara umum konsep awal pengembangan
dilaksanakan dengan arahan sebagai berikut:
 Revitalisasi dan peremajaan bangunan Rumah Adat Balla Lompoa dan
Alun-alun kota (lapangan) Kota Galesong;
 Perencanaan spot Rumah Adat Balla Lompoa dan alun-alun kota yang
dapat berfungsi sebagai landmark kawasan;
 Penataan kawasan pesisir;
 Pengendalian, konservasi dan mitigasi bencana sepanjang kawasan
pesisir;
 Perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan permukiman;
 Peningkatan infrastruktur kawasan; dan
 Penataan dan pengembangan RTH publik dan privat.

Hal. III - 5
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

Gambar: 3.1.
Konsep pengembangan Segmen 1

2) Segmen 2
Pada segmen ini, fungsi kegiatan yang berkembang didalamnya seperti
permukiman, pendidikan, ruang terbuka dan lahan pertanian, dengan zona
pengembangan utamanya yaitu pada Spot Bungung Barania. Sedangkan
konsep awal pengembangan dilaksanakan dengan arahan sebagai berikut:
 Revitalisasi dan penataan lokasi Bungung Barania;
 Perbaikan dan penataan lingkungan permukiman kumuh;
 Penataan kawasan pesisir;
 Perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan permukiman;
 Peningkatan infrastruktur kawasan;
 Penataan dan pengembangan RTH publik dan privat;
 Pengendalian lahan pada lahan pertanian;
 Mitigasi bencana sepanjang kawasan pesisir; dan
 Pengendalian dan konservasi kawasan pesisir.

Hal. III - 6
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

Gambar: 3.2.
Konsep pengembangan Segmen 2
3) Segmen 3
Pada segmen ini, fungsi kegiatan yang berkembang didalamnya seperti
permukiman, pendidikan, perkantoran, peribadatan dan lahan ruang terbuka.
Adapun zona dengan pengembangan utamanya yaitu pada spot Kompleks
Pekuburan Raja Galesong dan koridor jalan utama. Sedangkan konsep awal
pengembangan dilaksanakan dengan arahan sebagai berikut:
 Revitalisasi dan penataan Kompleks Pekuburan Raja Galesong;
 Perbaikan dan penataan koridor utama jalan poros Kawasan Perkotaan
Galesong;
 Penataan street furniture di koridor jalan utama;
 Pengendalian ketentuan intensitas dan tata bangunan di koridor jalan
poros kawasan perkotaan Galesong;
 Perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan permukiman penduduk;
 Peningkatan infrastruktur kawasan; dan
 Penataan dan pengembangan RTH.

Hal. III - 7
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

Gambar: 3.3.
Konsep pengembangan Segmen 3

A.3. Visi Pengembangan Kawasan


Konsep visi pengembangan Kawasan Perkotaan Galesong, mengacu pada
rumusun visi dan misi pembangunan diatasnya, seperti visi dan misi
pembangunan Kabupaten Takalar, tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten
Takalar, serta tujuan penataan ruang Kawasan Perkotaan Galesong. Konsep
umum pembangunan dan desain Kawasan Pusat Perkotaan Galesong,
didasarkan pada rumusan terhadap konsep visi pembangunan, sebagaimana
yang tertuang dalam rumusan RTBL Kawasan Perkotaan Galesong, serta
keterkaitannya dengan Visi Pembangunan Kabupaten Takalar secara umum,
maka Visi Pembangunan Kawasan Perkotaan Kecamatan Galesong, adalah:
“Mewujudkan Kawasan Perkotaan Galesong Yang Berkualitas Dan
Berkearifan Lokal Sebagai Kawasan Peninggalan Budaya Yang Bernilai
Historis Tinggi”

Untuk mewujudkan visi pengembangan Kawasan Perkotaan Galesong, maka


beberapa visi yang akan dilaksanakan, adalah sebagai berikut:
1) Membentuk citra kawasan perencanaan yang memiliki nilai sejarah sebagai
kawasan peninggalan budaya Kerajaan Galesong yang bernilai historis

Hal. III - 8
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

tinggi;
2) Membangun citra kawasan perencanaan sebagai bagian dari pusat
pertumbuhan Kabupaten Takalar terkait dengan adanya rencana
pengembangan dan peningkatan fungsi Kawasan Pelabuhan di Kelurahan
Boddia sebagai pelabuhan penumpang;
3) Mewujudkan penataan dan pengaturan tata bangunan dan lingkungan di
kawasan pesisir sebagai kawasan yang diidentifikasi memiliki kesan kumuh;
4) Membangun citra kawasan perencanaan sebagai kawasan yang memiliki
potensi wisata budaya sejarah dan rekreasi yang perlu ditingkatkan;
5) Mewujudkan kawasan perencanaan sebagai daerah penyangga/konservasi
kawasan pesisir barat wilayah Kecamatan Galesong dan Kabupaten Takalar;
6) Membentuk kesan koridor jalan poros Kawasan Perkotaan Galesong
sebagai pintu gerbang Takalar terhadap simpul pergerakan regional
Makassar - Gowa - Takalar dengan wilayah sekitarnya; dan
7) Menciptakan ruang yang serasi dan harmonis dengan menata lingkungan
dan bangunan di sepanjang koridor sehingga kawasan ini berkembang
berbagai kegiatan yang kompleks namun tetap merupakan satu-kesatuan
ruang yang tidak terpisahkan.

B. KAJIAN TAPAK DAN KONTEKS KAWASAN/LINGKUNGAN


Kajian tapak dalam perancangan Kawasan Pusat Perkotaan Galesong,
dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh dari suatu tapak atau lahan
atau kawasan yang diatasnya akan didirikan sarana bangunan atau fasilitas
arsitektural, seperti: bangunan atau gedung, jalan dan jembatan, pengerasan
muka lahan untuk areal parkir dan fungsi lain. Dalam site-planning pada
dasarnya terdapat ‘usaha’ atau ‘intervensi’ manusia dalam merubah bentuk asal
mula lingkungan alamiah (the natural environment) menjadi lingkungan binaan
(the built environment) guna kebutuhan hidup manusia.

Pada pokoknya kegiatan site-planning difokuskan pada usaha-usaha


perencanaan dan perancangan berkait dengan tapak (lahan) dimana bangunan
atau gedung akan didirikan diatasnya. Akibat adanya perubahan yang terjadi dari
lingkungan alamiah (asal-mula-nya) menjadi lingkungan buatan (hasil akhir-nya),
maka terdapat ‘perubahan-perubahan’ yang semestinya dapat diprediksi atau

Hal. III - 9
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

ditanggulangi secara teknis-teknologis. Kemungkinan prediksi mengenai dampak


negatif dari perubahan lingkungan alamiah yang terjadi dilihat dari aspek ekologis
(lingkungan hidup).

Tujuan kegiatan site-planning dalam kegiatan perencanaan-perancangan


Kawasan Pusat Perkotaan Galesong, meliputi:
1) Tujuan aspek kegunaan/fungsional;
2) Tujuan aspek struktural dan keteknikan; serta
3) Tujuan aspek estetika/keindahan pada kawasan perumahan.

Karena menyangkut proses perubahan lingkungan tapak (lahan) pada Kawasan


Pusat Perkotaan Galesong, maka kegiatan perencanaan tapak atau site-
planning, terdapat 2 (dua) aspek penting yang menjadi bahan pertimbangan
didalamnya. Kedua aspek penting pertimbangan dalam site-planning ini adalah:
(a) aspek alamiah atau natural atau ekologis (lingkungan hidup) yang bersifat
fisikal, dan (b) aspek social-kultural yang bersifat non-fisikal.

Aspek alamiah atau ekologis, adalah aspek-aspek pertimbangan yang


dipergunakan untuk memprediksi keadaan lingkungan hidup dari tapak (lahan)
yang akan digunakan untuk keperluan hidup manusia. Sedangkan aspek sosio-
kultural adalah aspek non-fisikal yang dipertimbangkan dalam perencanaan
tapak, sehingga secara kultural manusia yang tinggal diatas lahan yang
direncanakan akan merasa aman, nyaman dan bahagia. Jika ditelaah lebih
mendalam tentang aspek-aspek penting yang menjadi pertimbangan dalam
kegiatan ‘site-planning’ adalah:
1) Aspek alamiah/natural/ekologis, yang terdiri dari:
 Kondisi tanah (soil condition);
 Kondisi pepohonan dan tumbuh-tumbuhan;
 Kondisi hidrologi (sumber air bersih);
 Kondisi iklim setempat (climate condition); dan
 Kondisi topografi atau keadaan kelerengan tanah.
2) Aspek sosio-kultural yang bersifat non fisikal, terdiri dari:
 Tinjauan tentang aesthetic (keindahan) tapak;
 Kondisi sejarah/historis dari kawasan tapak;
 Kondisi tata-guna lahan eksisting; dan

Hal. III - 10
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

 Kondisi physiographyc yang berkaitan dengan retriksi-retriksi


perencanaan.

Selain menyangkut tujuan fungsional dan keteknikan, kegiatan site-planning juga


melibatkan tujuan estetika atau keindahan. Dari sudut pandang keindahan, pola-
pola bentuk site-planning dalam Kawasan Pusat Perkotaan Galesong,
direncanakan untuk menjadi lingkungan yang aman, nyaman dan menarik
(indah), dengan membentuk pola-pola linear.

Gambar: 3.4.
Kondisi Tapak Kawasan Pusat Perkotaan Galesong

C. KAJIAN KEBIJAKAN DAN PERATURAN DAERAH


C.1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan, bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya sebagai atau seluruhnya berada diatas

Hal. III - 11
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia
melakukan kegiatannya baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan
keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, kegiatan budaya, maupun kegiatan
khusus. Untuk mewujudkan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan
lahir dan batin secara adil dan merata, maka diperlukan pengaturan
pembangunan sesuai dengan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002:
1) Mewujudkan bangunan yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan
gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya;
2) Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin
keandalan teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan,
kenyamanan dan kemudahan; dan
3) Mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung.

C.2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang


Penataan bangunan dan lingkungan adalah merupakan wujud dari pemanfaatan
ruang, olehnya dalam penataan bangunan dan lingkungan tetap mengacu pada
pengaturan penataan ruang sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Penataan bangunan dan lingkungan adalah upaya mengatur bangunan
dan lingkungan dalam rangka pemanfaatan ruang yang harus sesuai dengan
rencana pola dan struktur ruang kawasan. Dalam Pasal 25 ayat (2) UU penataan
ruang diisyaratkan bahwa penyusunan rencana tata ruang wilayah harus
memperhatikan upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
wilayah, keselarasan aspirasi pembangunan daerah, daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup.

Kemudian pada Pasal 26, Rencana Tata Ruang Wilayah, memuat ketentuan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah yang berisi ketentuan umum peraturan
zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan
sanksi, dan pada ayat (2) Rencana Tata Ruang Wilayah, menjadi pedoman
untuk pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah
kabupaten, mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antar
sektor, investasi, dan penataan ruang kawasan strategis wilayah.

Hal. III - 12
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

C.3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor


01/PRT/M/2015 Tentang Bangunan Gedung Cagar Budaya Yang
Dilestarikan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
01/PRT/M/2015 Tentang Bangunan Gedung Cagar Budaya Yang Dilestarikan,
dimaksudkan bahwa bangunan gedung cagar budaya sebagai sumberdaya
budaya memiliki arti dan peran penting bagi penguatan identitas lokal dan
nasional, meningkatkan nilai budaya dan nilai ekonomi demi kepentingan bangsa
dan negara sehingga perlu dilestarikan.

Untuk menjaga kelestarian bangunan gedung cagar budaya diperlukan


pengaturan terhadap pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan serta
keandalan bangunan gedung dan tertib pembangunan, sejalan dengan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya dan Peraturan
Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Setiap bangunan
gedung cagar budaya yang dilestarikan harus memenuhi persyaratan:
1) Persyaratan Administratif
Persyaratan administratif bangunan gedung cagar budaya yang dilestarikan,
meliputi status bangunan gedung sebagai bangunan gedung cagar budaya,
status kepemilikan, dan perizinan. Keputusan penetapan status bangunan
gedung sebagai bangunan gedung cagar budaya, dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan tentang cagar budaya. Status
kepemilikan, meliputi status kepemilikan tanah dan status kepemilikan
bangunan gedung cagar budaya yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang. Tanah dan bangunan gedung cagar budaya dapat dimiliki oleh
negara, swasta, badan usaha milik negara/daerah, masyarakat hukum adat,
atau perseorangan.
2) Persyaratan Teknis
Persyaratan teknis bangunan gedung cagar budaya yang dilestarikan:
 Persyaratan tata bangunan, terdiri atas Peruntukan dan intensitas
bangunan gedung, Arsitektur bangunan gedung, dan Pengendalian
dampak lingkungan. Persyaratan tata bangunan hanya diberlakukan
dalam hal bangunan gedung cagar budaya yang dilestarikan mengalami

Hal. III - 13
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

perubahan fungsi, bentuk, karakter fisik dan/atau penambahan


bangunan gedung;
 Persyaratan keandalan bangunan gedung cagar budaya, terdiri atas:
- Persyaratan keselamatan terdiri atas: Komponen struktur harus dapat
menjamin pemenuhan kemampuan bangunan gedung untuk
mendukung beban muatan, mencegah dan menanggulangi bahaya
kebakaran, bahaya petir, dan bencana alam; Penggunaan material
asli yang mudah terbakar harus mendapat perlakuan tertentu
(fireretardant treatment); dan Penggunaan material baru harus tidak
mudah terbakar (non combustible material);
- Persyaratan kesehatan, terdiri atas: Sistem penghawaan,
pencahayaan, dan sanitasi harus dapat menjamin pemenuhan
terhadap persyaratan kesehatan; dan Penggunaan material harus
dapat menjamin pemenuhan terhadap persyaratan kesehatan;
- Persyaratan kenyamanan, terdiri atas: Pemenuhan persyaratan
ruang gerak dan hubungan antar ruang, kondisi udara dalam ruang,
pandangan, tingkat getaran, dan tingkat kebisingan;
- Persyaratan kemudahan, meliputi pemenuhan persyaratan hubungan
ke, dari/dan di dalam bangunan gedung, serta kelengkapan
prasarana dan sarana; dan
- Persyaratan keandalan bangunan gedung cagar budaya dituangkan
dalam ketentuan yang meliputi aspek arsitektur, struktur, utilitas,
aksesibilitas, dan keberadaan dan nilai penting cagar budaya.
 Persyaratan pelestarian, meliputi:
- Persyaratan keberadaan bangunan gedung cagar budaya harus
dapat menjamin keberadaan bangunan gedung cagar budaya
sebagai sumberdaya budaya yang bersifat unik, langka, terbatas, dan
tidak membaru;
- Persyaratan nilai penting bangunan gedung cagar budaya harus
dapat menjamin terwujudnya makna dan nilai penting yang meliputi
langgam arsitektur, teknik membangun, sejarah, ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan, serta memiliki nilai budaya
bagi penguatan kepribadian bangsa; dan

Hal. III - 14
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

- Persyaratan pelestarian dituangkan dalam ketentuan yang meliputi


aspek arsitektur, struktur, utilitas, aksesibilitas, dan keberadaan dan
nilai penting cagar budaya.

C.4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 26/PRT/M/2008 Tentang


Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan
Perkembangan penyelenggaraan bangunan gedung semakin kompleks baik dari
segi intensitas, teknologi, maupun kebutuhan prasarana dan sarananya.
Keselamatan masyarakat yang berada di dalam bangunan dan lingkungannya
harus menjadi pertimbangan utama khususnya terhadap bahaya kebakaran,
agar dapat melakukan kegiatan, dan meningkatkan produktivitasnya serta
meningkatkan kualitas hidupnya.

Kajian terhadap Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 26/PRT/M/2008


Tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan, dimaksudkan agar dalam perancangan Kawasan Pusat
Perkotaan Galesong, harus memperhatikan aspek kebencanaan, khususnya
terkait dengan sistem proteksi kebakaran. Persyaratan teknis sistem proteksi
kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan, meliputi:
1) Akses dan pasokan air untuk pemadaman kebakaran;
2) Sarana penyelamatan;
3) Sistem proteksi kebakaran pasif;
4) Sistem proteksi kebakaran aktif;
5) Utilitas bangunan gedung;
6) Pencegahan kebakaran pada bangunan gedung;
7) Pengelolaan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung; dan
8) Pengawasan dan pengendalian.

C.5. Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Takalar
Kegiatan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Takalar, telah diatur dalam
Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Dalam Perda tersebut telah
dituangkan berbagai kebijakan dan strategi mengenai pola dan struktur ruang
wilayah Kabupaten Takalar dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun mendatang.

Hal. III - 15
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

1) Tujuan Penataan Ruang


Penataan Ruang wilayah Kabupaten Takalar bertujuan untuk:
“Mewujudkan penataan ruang yang aman, nyaman, produktif, berkelanjutan
sebagai bagian dari Pusat Kegiatan Nasional Kawasan Perkotaan
Mamminasata dan pusat sinergi pengembangan pertanian, perikanan dan
kelautan berbasis konservasi dan mitigasi bencana untuk kemandirian dan
kesejahteraan masyarakat”
2) Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Takalar, merupakan kerangka
tata ruang wilayah yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang
berhirarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana,
terutama jaringan transportasi. Pusat kegiatan di kawasan Perkotaan
Pattallassang, Kabupaten Takalar, meliputi:
 Pusat pemerintahan kabupaten dan/atau Kecamatan;
 Pusat perdagangan dan jasa skala regional;
 Pusat pelayanan pendidikan tinggi;
 Pusat pelayanan olahraga;
 Pusat pelayanan kesehatan;
 Pusat kegiatan industri manufaktur;
 Pusat kegiatan industri perikanan;
 Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan
barang;
 Pusat kegiatan transportasi laut regional;
 Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
 Pusat kegiatan pariwisata; dan
 Pusat kegiatan pertanian.
3) Rencana Pola Ruang
Arah kebijakan pola ruang seperti yang tertuang dalam RTRW ini, akan
diuraikan berdasarkan keterkaitan dengan penyusunan RDTR Kecamatan
Mangarabombang, Kabupaten Takalar.
 Rencana Kawasan Lindung (Kawasan Perlindungan Setempat)
- Kawasan sempadan sungai, ditetapkan di Sungai Pappa, dan Sungai
Gamanti dengan ketentuan:
o Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling

Hal. III - 16
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;


o Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul diluar
kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 100 meter dari
tepi sungai; dan
o Daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar
kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 50 meter dari
tepi sungai.
- Kawasan sekitar danau atau waduk, ditetapkan di Bendungan
Kampili Bissua, Bendungan Pamukkulu, Bendungan Je’nemarrung,
Bendungan Je’netallasa, dan Bendungan Je’nemaeja dengan
ketentuan:
o Daratan dengan jarak paling sedikit 50 meter sampai dengan 100
meter dari titik pasang air danau atau waduk tertinggi; atau
o Daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang lebarnya
proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk.
- Kawasan ruang terbuka hijau, berupa Ruang Terbuka Hijau Kawasan
Perkotaan (RTHKP) yang ditetapkan menyebar dan seimbang
dengan memperhatikan fungsi ekologis, sosial budaya, estetika, dan
ekonomi dengan ketentuan RTH publik paling sedikit 20% dan RTH
privat paling sedikit 10% dari luas kawasan perkotaan Kabupaten
Takalar.
 Rencana Kawasan Budidaya
- Kawasan Peruntukan Permukiman
Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam
Perda No. 06 Tentang RTRW Kabupaten Takalar 2012 - 2032 terdiri
atas kawasan peruntukan permukiman perkotaan dan kawasan
peruntukan permukiman perdesaan. Kawasan peruntukan
permukiman perkotaan berupa kawasan permukiman yang
didominasi oleh kegiatan non agraris dengan tatanan kawasan
permukiman yang terdiri dari sumberdaya buatan seperti perumahan,
fasilitas sosial, fasilitas umum, serta prasarana wilayah perkotaan
lainnya. Sementara itu kawasan peruntukan permukiman perkotaan
ditetapkan di:
o Sebagian wilayah Kec. Pattallassang;

Hal. III - 17
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

o Sebagian wilayah Kec. Galesong; dan


o Sebagian wilayah Kec. Polombangkeng Utara.

Kawasan peruntukan permukiman perdesaan berupa kawasan


permukiman yang didominasi oleh kegiatan agraris dengan kondisi
kepadatan bangunan, penduduk yang rendah dan kurang intensif
dalam pemanfaatan daerah terbangun.
- Kawasan Peruntukan Pariwisata
Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam
Perda No. 06 Tentang RTRW Kabupaten Takalar 2012 - 2032,
terdiri atas:
o Kawasan peruntukan pariwisata budaya, merupakan kawasan
wisata budaya dan religi, ditetapkan di: 1) Sebagian wilayah Kec.
Galesong Utara untuk kegiatan Pesta Assosso Pa’rasanganta di
Bonto Lebang; 2) Sebagian wilayah Kec. Galesong untuk kegiatan
Pesta Nelayan Boddia; 3) Sebagian wilayah Kec. Polombangkeng
Selatan untuk kegiatan Pesta Lammang di Lantang; 4) Sebagian
wilayah Kec. Mappakasunggu untuk kegiatan Pesta Akkio Bunting,
Pesta Angngaru, Pusat Qur’an Barakka, dan Pesta Je’ne Sappara;
dan 5) Sebagian wilayah Kec. Mangarabombang untuk kegiatan
Pesta Maudu Lompoa di Cikoang;
o Kawasan peruntukan pariwisata alam, merupakan kawasan wisata
pantai & laut serta wisata pegunungan ditetapkan di: 1) Pantai
Lamankia, Pantai Puntondo, dan Pantai Punaga di Kec.
Mangarabombang; 2) Pantai Galumbaya, Pantai Paria Laut, Pulau
Dayang-Dayangan, dan Pulau Tanakeke di Kec. Sanrobone; 3)
Pantai Gusunga di Kec. Galesong Utara; 4) Pantai Boe, dan Pulau
Sanrobengi di Kec. Galesong; 5) Pantai Gusunga di Kec.
Galesong Utara; 6) Gunung Buakkang di Kec. Polombangkeng
Selatan; dan 7) Taman Buru Ko’mara, Suaka Margasatwa
Ko’mara dan Barugaya di Kec. Polombangkeng Utara; dan
o Kawasan peruntukan pariwisata buatan, merupakan kawasan
pariwisata buatan yang akan dikembangkan di sebagian wilayah
Kec. Pattallassang (Pusat Kota), sebagian wilayah Kec.

Hal. III - 18
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

Galesong, sebagian wilayah Kec. Mappakasunggu, sebagian


wilayah Kec. Sanrobone sebagian wilayah Kec.
Mangarabombang, sebagian wilayah Kec. Galesong Utara dan
sebagian wilayah Kec. Polombangkeng Utara.
- Kawasan Peruntukan Lainnya
Kawasan peruntukan lainnya, terdiri atas:
o Kawasan peruntukan pusat kegiatan pemerintahan, ditetapkan di
sebagian wilayah Kec. Pattallassang;
o Kawasan peruntukan pusat perdagangan dan jasa regional,
ditetapkan di sebagian wilayah Kec. Pattallassang dan sebagian
wilayah Kec. Galesong;
o Kawasan peruntukan pusat pendidikan tinggi, ditetapkan di
sebagian wilayah Kec. Pattallassang; Sebagian wilayah Kec.
Galesong;
o Kawasan peruntukan pusat pelayanan olahraga, ditetapkan di
sebagian wilayah Kec. Pattallassang;
o Kawasan peruntukan pusat pelayanan kesehatan, ditetapkan di
sebagian wilayah Kec. Mangarabombang, sebagian wilayah Kec.
Mappakasunggu, sebagian wilayah Kec. Sanrobone, sebagian
wilayah Kec. Polombangkeng Selatan, sebagian wilayah Kec.
Pattallassang, sebagian wilayah Kec. Polombangkeng Utara,
sebagian wilayah Kec. Galesong Selatan, sebagian wilayah Kec.
Galesong, dan sebagian wilayah Kec. Galesong Utara; dan
o Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan, yaitu kawasan
yang merupakan aset-aset pertahanan dan keamanan/TNI,
ditetapkan di sebagian wilayah Pattallassang, sebagian wilayah
Kec. Polombangkeng Utara, sebagian wilayah Kec.
Polombangkeng Selatan dan sebagian wilayah Kec. Galesong.

C.6. Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2013 Tentang Bangunan Gedung


Kabupaten Takalar
Penyelenggaraan bangunan gedung harus dilaksanakan secara tertib, sesuai
dengan fungsinya, dan memenuhi persyaratan administratif dan teknis bangunan
gedung agar menjamin keselamatan penghuni dan lingkungannya. Bahwa

Hal. III - 19
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

penyelenggaraan bangunan gedung harus dapat memberikan keamanan dan


kenyamanan bagi lingkungannya.
1) Maksud dan Tujuan Peraturan Daerah Bangunan Gedung
Pada pasal 2, disebutkan bahwa maksud dari peraturan daerah tentang
bangunan gedung adalah untuk mengatur dan mengendalikan
penyelenggaraan bangunan gedung sejak dari perizinan, perencanaan,
pelaksanaan konstruksi, pemanfaatan, kelaikan bangunan gedung agar
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sementara itu pasal 3,
menyebutkan bahwa tujuan yang ingin dicapai dalam peraturan tentang
bangunan gedung Kabupaten Takalar, adalah:
 Mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata
bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya;
 Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin
keandalan teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan,
kenyamanan, dan kemudahan; dan
 Mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan
gedung.
2) Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung
Fungsi bangunan gedung merupakan ketetapan mengenai pemenuhan
persyaratan teknis bangunan gedung ditinjau dari segi tata bangunan dan
lingkungan maupun keandalannya serta sesuai dengan peruntukan lokasi
yang diatur dalam RTRW, RDTR dan/atau RTBL. Fungsi bangunan gedung:
 Bangunan gedung fungsi hunian, dengan fungsi utama sebagai tempat
manusia tinggal;
 Bangunan gedung fungsi keagamaan dengan fungsi utama sebagai
tempat manusia melakukan ibadah;
 Bangunan gedung fungsi usaha dengan fungsi utama sebagai tempat
manusia melakukan kegiatan usaha;
 Bangunan gedung fungsi sosial dan budaya dengan fungsi utama
sebagai tempat manusia melakukan kegiatan sosial dan budaya;
 Bangunan gedung fungsi khusus dengan fungsi utama sebagai tempat
manusia melakukan kegiatan yang mempunyai tingkat kerahasiaan
tinggi dan/atau tingkat risiko bahaya tinggi; dan
 Bangunan gedung lebih dari satu fungsi.

Hal. III - 20
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

3) Persyaratan bangunan gedung


Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan
persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung.
 Persyaratan administratif bangunan gedung, meliputi:
- Status hak atas tanah dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak
atas tanah;
- Status kepemilikan bangunan gedung, dan
- Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
 Persyaratan teknis bangunan gedung meliputi:
- Persyaratan tata bangunan dan lingkungan yang terdiri atas:
persyaratan peruntukan lokasi, intensitas bangunan gedung,
arsitektur bangunan gedung, pengendalian dampak lingkungan untuk
bangunan gedung tertentu, dan rencana tata bangunan dan
lingkungan;
- Persyaratan keandalan bangunan gedung terdiri atas: persyaratan
keselamatan, persyaratan kesehatan, persyaratan kenyamanan, dan
persyaratan kemudahan.
4) Bangunan Gedung Adat
Pada pasal 66 Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung Kabupaten
Takalar, disebutkan bahwa Bangunan gedung adat harus dibangun
berdasarkan kaidah hukum adat atau tradisi masyarakat hukum adat sesuai
dengan budaya dan sistem nilai yang berlaku di masyarakat hukum adatnya.
Pemerintah Daerah dapat menetapkan persyaratan administratif dan
persyaratan teknis tersendiri untuk bangunan rumah adat dalam Peraturan
Bupati. Sementara itu pada pasal 67, disebutkan bahwa penyelenggaraan
bangunan rumah adat selain memperhatikan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 66, harus memperhatikan kearifan lokal dan sistem
nilai yang berlaku di lingkungan masyarakat hukum adatnya.

Di dalam penyelenggaraan bangunan rumah adat pemilik bangunan gedung


harus memperhatikan kaidah dan norma tradisional yang di lingkungan
masyarakat hukum adatnya. Kaidah dan norma tradisional, meliputi aspek
perencanaan, pembangunan, pemanfaatan gedung atau bagian dari
bangunan gedung, arah/orientasi bangunan gedung, aksesoris pada

Hal. III - 21
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

bangunan gedung dan aspek larangan dan/atau aspek ritual pada


penyelenggaraan bangunan gedung rumah adat.

Pemanfaatan Simbol Tradisional pada Bangunan Gedung Baru, dapat


dilakukan oleh perseorangan, kelompok masyarakat, lembaga swasta atau
lembaga pemerintah dapat menggunakan simbol atau unsur tradisional yang
terdapat pada bangunan gedung adat untuk digunakan pada bangunan
gedung yang akan dibangun atau direhabilitasi atau direnovasi. Penggunaan
simbol atau unsur tradisional yang terdapat pada bangunan gedung adat
harus tetap sesuai dengan makna simbol tradisional yang digunakan dan
sistem nilai yang berlaku pada pemanfaatan bangunan gedung.
5) Perencanaan teknis bangunan gedung
Setiap kegiatan mendirikan, mengubah, menambah dan membongkar
bangunan gedung harus berdasarkan pada perencanaan teknis yang
dirancang oleh penyedia jasa perencanaan bangunan gedung yang
mempunyai sertifikasi kompetensi di bidangnya sesuai dengan fungsi dan
klasifikasinya. Perencanaan bangunan gedung dilakukan berdasarkan
kerangka acuan kerja dan dokumen ikatan kerja dengan penyedia jasa
perencanaan bangunan gedung yang memiliki sertifikasi sesuai dengan
bidangnya. Perencanaan teknis bangunan gedung harus disusun dalam
suatu dokumen rencana teknis bangunan gedung. Dokumen rencana teknis
bangunan gedung, dapat meliputi:
 Gambar rencana teknis berupa: rencana teknis arsitektur, struktur dan
konstruksi, mekanikal/ elektrikal;
 Gambar detail;
 Syarat-syarat umum dan syarat teknis;
 Rencana anggaran biaya pembangunan; dan
 Laporan perencanaan.

D. KAJIAN KELAYAKAN ASPEK TEKNIS, ASPEK LINGKUNGAN, DAN


EKONOMI/FINANSIAL
D.1. Kajian Kelayakan Aspek Teknis
Dua kriteria prinsip yang termasuk dalam katagori teknis adalah: efektivitas dan
ketercukupan (adequacy). Efektif berarti kegiatan/proyek dapat mencapai tujuan
yang diharapkan. Tapi, seringkali ketercapaian tujuan tidak selalu dapat dilacak

Hal. III - 22
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

hanya karena keberadaan proyek tersebut, sering banyak faktor yang lain ikut
mempengaruhi.

Berdasarkan prinsip tersebut diatas, dikaitkan dengan lokasi perencanaan desain


dan DED Kawasan Pusat Perkotaan Galesong, secara teknis layak untuk
dilaksanakan pembangunan. Hal ini didasarkan pada kajian sebelumnya, seperti
arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Pusat
Perkotaan Galesong, serta hasil identifikasi pada lokasi yang terpilih (3 segmen)
telah dilakukan pekerjaan fisik pada tahun sebelumnya. Secara teknis
penyusunan desain dan DED saat ini merupakan lanjutan dari pelaksanaan
pembangunan fisik pada lokasi yang sama.

Berdasarkan kajian aspek teknis penataan bangunan dan lingkungan Kawasan


Pusat Perkotaan Galesong ini layak secara teknis. Kelayakan ini meliputi:
1) Menurut persyaratan Garis Sempadan Bangunan (GSB) dari segala sisi area
Rumah Adat Balla Lompoa dan Alun-Alun/Lapangan (Segmen 1), area
Bungung Barania (Segmen 2), dan area Pemakaman Raja Galesong
(Segmen 3), telah memenuhi persyaratan;
2) Menurut persyaratan KDB, KLB, KDH yang disyaratkan pada Perda
Bangunan Gedung Kabupaten Takalar, Rumah Adat Balla Lompoa dan
Alun-Alun/Lapangan (Segmen 1), area Bungung Barania (Segmen 2), dan
area Pemakaman Raja Galesong (Segmen 3), telah memenuhi persyaratan;
3) Untuk persyaratan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH), lahan parkir
(Ruang Terbuka Non Hijau) ini telah layak/ memenuhi persyaratan; dan
4) Untuk persyaratan aksesibilitas lokasi, secara teknis dapat dijangkau, baik
menggunakan kendaraan roda empat, kendaraan roda dua, maupun
berjalan kaki. Ketiga segmen dihubungkan oleh jalan lokal dengan kondisi
beraspal dan paving blok.

D.2. Kajian Kelayakan Aspek Lingkungan


Dalam rangka penataan bangunan dan lingkungan Kawasan Pusat Perkotaan
Galesong, terdapat 10 (sepuluh) kriteria penilaian kelayakan lingkungan yang
dijadikan dasar dalam menentukan kelayakan aspek lingkungan, yaitu:
1) Rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

Hal. III - 23
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

2) Kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta


sumber daya alam (PPLH & PSDA) yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan;
3) Kepentingan pertahanan keamanan;
4) Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak dari
aspek biogefisik kritis, sosial, ekonomi, budaya, tata ruang, dan kesehatan
masyarakat pada tahap pra-konstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca
operasi usaha dan/atau kegiatan;
5) Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak penting sebagai
sebuah kesatuan yang saling terkait dan saling mempengaruhi sehingga
diketahui perimbangan dampak penting yang bersifat positif dengan yang
bersifat negatif;
6) Kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang bertanggung jawab
dalam menanggulangi dampak penting negatif yang akan ditimbulkan dari
Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan dengan pendekatan teknologi,
sosial dan kelembagaan;
7) Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak mengganggu nilai-nilai sosial atau
pandangan masyarakat (emic view);
8) Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/atau
menggangu entitas ekologis yang merupakan:
 Entiras dan/atau spesies kunci (key species);
 memiliki nilai penting secara ekologis (ecological importance);
 memiliki nilai penting secara ekonomi (economic importance); dan/atau
 memiliki nilai penting secara ilmiah (scientific importance).
9) Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menimbulkan gangguan terhadap
usaha dan/atau kegiatan yang telah ada di sekitar rencana lokasi usaha
dan/atau kegiatan; dan
10) Tidak dilampauimya daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup dari
lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan, dalam hal terdapat perhitungan
daya dukung dan daya tampung lingkungan dimaksud.

Berdasarkan kriteria tersebut diatas, maka secara umum lokasi Kawasan Pusat
Perkotaan Galesong, memenuhi standar kriteria kelayakan dari aspek
lingkungan, hal ini diperkuat dengan adanya dokumen Rencana Tata Bangunan

Hal. III - 24
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Perkotaan Kecamatan Galesong, yang


menjadi dasar dan acuan dalam perencanaan desain dan DED Kawasan Pusat
Perkotaan Galesong.

D.3. Kajian Kelayakan Aspek Ekonomi/Finansial


Aspek finansial adalah salah satu aspek yang digunakan dalam menilai rencana
investasi suatu proyek. Penilaian aspek finansial meliputi penilaian sumber-
sumber dana yang akan dipakai dalam pembiayaan, estimasi pembiayaan
pembangunan. Dalam pelaksanaan penataan bangunan dan lingkungan
Kawasan Pusat Perkotaan Galesong, akan mengeluarkan beberapa biaya,
diantaranya biaya perencanaan (pra-konstruksi), biaya pelaksanaan konstruksi
(tahap-konstruksi), dan biaya pemeliharaan (pasca-konstruksi). Dalam
pelaksanaan pelaksanaan penataan bangunan dan lingkungan Kawasan Pusat
Perkotaan Galesong, metode pembiayaan dilakukan dengan cara sharing
anggaran, baik oleh Pemerintah Pusat (APBN), Pemerintah Provinsi Sulawesi
Selatan (APBD Prov.), dan Pemerintah Kabupaten Takalar (APBD Kab.):
1) Untuk pembiayaan pembebasan lahan lokasi terpilih dibebankan pada
Pemerintah Kabupaten Takalar melalui APBD;
2) Untuk perencanaan desain dan DED Kawasan Pusat Perkotaan Galesong,
dibebankan pada Pemerintah Pusat (APBN) melalui Satker Pengembangan
Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan Sulawesi Selatan;
3) Untuk pelaksanaan pembangunan fisik Kawasan Pusat Perkotaan Galesong,
dibebankan pada Pemerintah Pusat (APBN) melalui Satker Pengembangan
Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan Sulawesi Selatan; dan
4) Untuk pemeliharaan dan pengelolaan bangunan gedung dan lingkungan
dibebankan pada Pemerintah Kabupaten Takalar.

Berdasarkan pembebanan pembiayaan tersebut diatas, maka secara


ekonomis/finasial, penataan bangunan dan lingkungan Kawasan Pusat
Perkotaan Galesong, layak dari aspek ketersediaan anggaran untuk
dilaksanakan/dikembangkan.

E. PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN


Pada prinsipnya tujuan perencanaan dan perancangan kota adalah: 1) membuat
kota lebih manusiawi, 2) menghubungkan bentuk fisik kota dengan keadaan

Hal. III - 25
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

alam, misal: orientasi, 3) menselaraskan urban dengan alam, 4) menciptakan


ruang-ruang kota yang berkualitas, dan 5) menjadikan kota sebagai suatu
pelabuhan keanekaragaman. Untuk mencapai tujuan dari perencanaan dan
perancangan kota, beberapa faktor penentu dalam perencanaan dan
perancangan kawasan kota, seperti struktur kawasan, konektivitas dan
pergerakan, pemintakatan (zoning) dan tata guna lahan, kepadatan dan
intensitas, ruang terbuka hijau dan lansekap, elemen ruang luar (landmark, vista,
focal point, dll.), dan pembagian blok-kaveling.

E.1. Struktur Kawasan


Konsep perancangan struktur tata bangunan dan lingkungan, yaitu suatu
gagasan perancangan dasar pada skala makro, dari intervensi desain struktur
tata bangunan dan lingkungan yang hendak dicapai pada kawasan perencanaan,
terkait dengan struktur keruangan yang berintegrasi dengan kawasan sekitarnya
secara luas, dan dengan mengintegrasikan seluruh komponen perancangan
kawasan yang ada.

Dasar-dasar penetapan konsep perancangan tata bangunan dan lingkungan


Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong ini adalah mengacu pada
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/RT/M/2007 tentang Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

E.1.1. Struktur Tata Bangunan


Konsep pembentukan struktur tata bangunan di Kawasan Pusat Perkotaan
Galesong, adalah sebagai berikut:
1) Melestarikan gaya arsitektur tradisional Makassar terutama di sepanjang
jalan utama guna memberikan indentitas kawasan yang berjati diri;
2) Menyamakan konsep bangunan di kawasan perencanaan;
3) Desain ulang dilakukan terhadap bangunan-bangunan yang tidak sesuai
dengan skenario dan konsep perencanaan dan lingkungan sekitarnya.
Konsep desain ulang diberikan dalam bentuk rekomendasi untuk
menyesuaikan desain bangunan dengan kondisi bangunan sekitarnya,
sehingga menciptakan kesatuan morfologi dan tema kawasan;
4) Peningkatan kualitas bangunan melalui peningkatan kualitas visual,
penataan bentuk dan posisi massa bangunan, pengaturan pola perpetakan,

Hal. III - 26
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

menambahkan elemen pada bangunan sebagai bagian untuk mewujudkan


citra kawasan, dan lain sebagainya; dan
5) Mengatur kesan tata ruang bangunan yang meliputi pengaturan terhadap
KDB, KLB, Garis Sempadan Bangunan, Ketinggian Bangunan, Ketinggian
Elevasi/Peil Bangunan, serta orientasi bangunan.

E.1.2. Struktur Tata Lingkungan


Sesuai arahan dalam RTRW Kabpaten Takalar, maka secara umum analisis
terhadap struktur tata lingkungan diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Menjaga kelestarian alam dan budaya setempat;
2) Mengelola kegiatan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diarahkan;
3) Tetap menjaga kelestarian pola lingkungan dan ciri bangunan tradisional;
4) Menyediakan fasilitas untuk kepentingan masyarakat banyak (umum);
5) Penambahan ruang terbuka hijau yang tertata dan memiliki citra visual yang
baik;
6) Pengaturan sistem orientasi lingkungan dan wajah jalan sesuai dengan
kebutuhan pemakai;
7) Pembuangan limbah dan atau kegiatan lainnya termasuk rumah tangga
sebelum dibuang harus melalui proses yang memenuhi syarat sehingga
tidak menimbulkan pencemaran lingkungan; dan
8) Untuk menjaga keseimbangan sumber daya air maka tiap rumah tangga
diwajibkan membuat sumur resapan air limbah.

E. 2. Konektivitas dan Pergerakan


Pertumbuhan dan perkembangan kawasan perkotaan sangat terkait dengan
pertumbuhan dan perkembangan elemen pendukungnya. Secara umum kota
dibentuk dari beberapa elemen yang tersusun dalam struktur ruang kota dengan
pola dan bentuk tertentu. Bentuk, struktur, dan pola kota dapat berubah dari
waktu ke waktu sesuai dengan dinamika kegiatan yang diwadahinya. Kegiatan
tumbuh dan berkembang mengikuti dinamika penduduk, pertumbuhan penduduk
menjadi salah satu variabel penentu dalam perubahan kondisi perkotaan.

Aktivitas penduduk membutuhkan sarana dan prasarana penunjang, terutama


untuk pergerakan mereka dari satu fungsi kegiatan ke fungsi kegiatan lainnya.
Oleh karena itu selayaknya pertumbuhan dan perkembangan kota diimbangi

Hal. III - 27
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

dengan pertumbuhan dan perkembangan prasarana jalan sebagai media


pergerakan penduduk. Jaringan jalan perkotaan didesain sedemikian rupa
memiliki hirarki yang tersusun secara sistematis dalam menampung pergerakan
penduduk. Pada tahap awal, hirarki disusun berdasarkan data awal tahun
perencanaan dengan proyeksi untuk beberapa tahun yang akan datang. Namun
demikian, dimensi waktu sangat berpengaruh dalam proses perencanaan, kurun
waktu tertentu akan menyebabkan dinamika yang berbeda, baik secara sektoral
maupun spasial. Perubahan inilah yang mendasari pertanyaan apakah kondisi
saat ini masih sesuai dengan perencanaannya ataukah tidak.

Kawasan Pusat Perkotaan Galesong memiliki kelengkapan ditinjau dari


ketersediaan fungsi jalan, seperti jalan kolektor, jalan lokal dan jalan lingkungan.
Pertumbuhan kegiatan ekonomi dan muncul serta berkembangnya pusat-pusat
kegiatan menyebabkan peningkatan pergerakan penduduk baik intra maupun
keluar masuk Kawasan Pusat Perkotaan Galesong. Intensitas pergerakan yang
semakin tinggi berdampak pada perubahan guna lahan di sekitar jaringan jalan
yang pada akhirnya, semakin intensif perkembangan lahan semakin berat beban
jaringan jalan tersebut menampung pergerakan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa hirarki dan tingkat konektivitas jaringan jalan akan mengalami perubahan
sesuai dengan dinamika pergerakan yang ditampungnya.

Konektivitas dan pergerakan di Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong,


secara umum dapat dijangkau melalui dengan tersedianya jaringan jalan yang
menghubungkan antara pusat-pusat aktifitas dan kawasan sekitarnya. Untuk
meningkatkan keterhubungan antar segmen dalam kawasan, maka diperlukan
penataan dan jalur jalan, baik untuk kendaraan maupun untuk pejalan kaki.
Penataan sistem pergerakan meliputi pengaturan jaringan jalan, sistem
perparkiran, pola dan sirkulasi kendaraan umum, kendaraan pribadi, sirkulasi
kendaraan informal, sepeda, dan pejalan kaki (masyarakat penyandang cacat
dan lanjut usia), sistem parkir, sarana transit, jalur pelayanan lingkungan dan
sistem jaringan penghubung. Tujuan penataan sistem konektivitas dan
pergerakan, adalah:
1) Mengoptimalkan pemanfaatan prasarana jalan;

Hal. III - 28
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

2) Penyebaran pergerakan yang sesuai dengan kebutuhan dan jenis aktifitas


yang ada; dan
3) Keterpaduan dengan berbagai elemen pergerakan.

Prinsip penataan pergerakan, meliputi:


1) Penataan secara fungsional: peningkatan kaitan antar sistem sirkulasi,
pergantian moda, pengadaan sistem sirkulasi yang mudah diakses publik,
penyandang cacat dan lanjut usia, pemisahan yang jelas antara jalur
pejalan, dan kendaraan;
2) Penataan secara kualitas fisik mencakup kenyamanan pemakai dengan
mempertimbangkan iklim/ cuaca setempat, mengutamakan keselamatan
pejalan kaki dengan elemen pembatas dan elemen peneduh, penyediaan
perabot jalan berupa lampu, dan penetapan material perkerasan; dan
3) Penataan secara lingkungan meliputi peningkatan nilai tanah melalui
perbaikan tingkat pencapaian, peningkatan hubungan antar jenis aktifitas
yang ada, dan integrasi sarana parkir dari beberapa blok yang berdekatan,
pengembangan tata hijau yang mengantisipasi polusi CO2, akomodasi kaki
lima yang ramah, pendekatan dengan konsep TOD (pergerakan transit),
terutama pada kawasan dermaga/ pelabuhan rakyat sebagai transportasi
darat dan laut.

Sistem jaringan jalan dan pergerakan terkait jenis hirarki/kelas jalan, dan jenis
pergerakan; baik masuk dan keluar kawasan, maupun masuk dan keluar
kaveling. Sistem perencanaan jalur pelayanan lingkungan terkait rancangan arus
pergerakan pengangkut sampah, barang, kendaraan pemadam kebakaran.
Sistem sirkulasi pejalan kaki dan sepeda terkait rancangan sistem arus pejalan
kaki, termasuk penyandang cacar dan lanjut usia, jalur pemakai sepeda.

E.3. Pemintakatan (Zoning) dan Tata Guna Lahan


Pemintakatan (zoning) dan tata guna lahan dimaksudkan untuk mempermudah
eksplorasi terhadap fungsi-fungsi, potensi dan permasalahan, serta opsi
penanganan terhadap setiap segmen dalam kawasan.

Dalam merancang/mendesain Kawasan Pusat Perkotaan Galesong, dalam hal


ini dilakukan dengan membagi Kawasan Pusat Perkotaan Galesong ke dalam 5

Hal. III - 29
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

(lima) segmen. Namun dari 5 (lima) segmen tersebut, prioritas penanganan


dalam desain dan DED, difokuskan pada 3 (tiga) segmen, yaitu Segmen 1,
Segmen 2, dan Segmen 3.

E.3.1. Zoning dan Tata Guna Lahan Segmen 1


Struktur peruntukan lahan pada Segmen 1, dengan fokus penanganan adalah
Spot Rumah Adat Balla Lompoa dan Spot Alun-Alun/Lapangan.

E.3.2. Zoning dan Tata Guna Lahan Segmen 2


Struktur peruntukan lahan pada Segmen 2, dengan fokus penanganan adalah
Spot Bungung Barania.

Hal. III - 30
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

E.3.3. Zoning dan Tata Guna Lahan Segmen 3


Struktur peruntukan lahan pada Segmen 3, dengan fokus penanganan adalah
Spot Makam Raja Galesong.

E.4 Kepadatan dan Intensitas


E.4.1. Arahan Kepadatan Bangunan
Arahan kepadatan bangunan diidentifikasikan dari Koefisien Dasar Bangunan
(KDB) pada masing-masing blok peruntukan pemanfaatan ruang. Sesuai dengan
arahan dari Pedoman Pembangunan Bangunan (building code) untuk Kawasan
Perkotaan Galesong, yang terdiri atas 4 (empat) katagori, maka penetapan KDB
untuk perumahan (permukiman) atau rumah tinggal di Kawasan Perkotaan
Galesong dilaksanakan berdasarkan ketentuan:
1) Permukiman kavling besar, KDB ditetapkan maksimal 40%;
2) Permukiman kavling sedang, KDB ditetapkan maksimal 50%; dan
3) Permukiman kavling kecil, KDB ditetapkan maksimal 0%.

Sedangkan untuk bangunan non-rumah tinggal, dapat diarahkan dengan


mengikut pada ketentuan:
1) Perdagangan dan Jasa, KDB ditetapkan maksimal 70%;
2) Kawasan campuran, KDB ditetapkan maksimal 70%;

Hal. III - 31
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

3) Fasilitas umum, KDB ditetapkan maksimal 50 %; dan


4) Taman kota, lapangan olahaga, TPA, dan IPLT, KDB ditetapkan maksimal
10%.

E.4.2. Arahan Intensitas Bangunan


Kawasan Pusat Kota (Cote Area) Kawasan Perkotaan Galesong, yang meliputi
titik aktivitas perkantoran, pendidikan, olahraga dan budaya serta aktivitas
perdagangan dan jasa, diatur sesuai dengan konsep arah rancangan dan
perkembangannya. Sedangkan untuk pengaturan tata letak bangunan
berdasarkan pengaturan massa dan bentuk bangunan, meliputi:
1) Pengaturan bangunan terhadap konsep arahan rencana tata letak di tepi
jalan kolektor/utama, jalur perdagangan dan Jasa (Jl. Karaeng
Bontomarannu), meliputi:
 Ruang Milik Jalan (Rumija) : 15 - 20 m;
 Garis Sempadan Pagar (GSP) : 7,5 m;
 Garis Sempadan Bangunan (GSB) : 15 m;
 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) : Maksimal 70% - 80 %; dan
 Koefisien Lantai Bangunan (KLB) : 0,8 - 2.

Untuk itu, bentuk ketinggian bangunan diarahkan tidak melebihi bangunan


menara masjid.
2) Rencana tata letak di tepi jalan lokal
 Ruang Milik Jalan (Rumija) : 10 - 15 m;
 Garis Sempadan Pagar (GSP) : 5 m;
 Garis Sempadan Bangunan (GSB) : 10 m;
 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) : Maksimal 70%; dan
 Koefisien Lantai Bangunan (KLB) : 0,8 - 2.
3) Rencana tata letak di kawasan belakang
 Ruang Milik Jalan (Rumija) : 10 - 15 m;
 Garis Sempadan Pagar (GSP) : 5 m;
 Garis Sempadan Bangunan (GSB) : 10 m;
 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) : Maksimal 60%; dan
 Koefisien Lantai Bangunan (KLB) : 0,8 - 2.

Hal. III - 32
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

Intensitas pemanfaatan ruang lebih memberikan pengertian secara kualitatif dari


pemanfaatan ruang. Dalam penentuan intensitas pemanfaatan ruang
menggunakan tolak ukur secara kualitatif dari pemanfaatan ruang berupa
Koefisien pemanfaatan ruang secara horizontal (KDB atau BCR) dan koefisien
yang menunjukan dimensi pemanfaatan ruang secara vertikal/ketinggian
(KLB/FAR). Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan mengenai
besaran pembangunan yang diperbolehkan pada suatu zona yang meliputi:
1) Ketentuan KDB Maksimum
KDB adalah perbandingan antara luas bangunan dengan luas lahan. Nilai
KDB di suatu kawasan menentukan berapa persen luas bangunan di suatu
kawasan yang boleh dibangun. Penentuan KDB ditinjau dari aspek
lingkungan dengan tujuan untuk mengendalikan luas bangunan di suatu
lahan pada batas-batas tertentu sehingga tidak mengganggu penyerapan
air hujan ke tanah. Nilai KDB dapat dihitung melalui debit infiltrasi air pada
suatu daerah. Koefisien infiltrasi (C) tergantung dari jenis bidang yang
menutupi di atasnya, apakah itu dari bahan kedap air ataupun dari rumput
masing-masing mempunyai koefisien tertentu seperti pada tabel berikut.
Tabel: 3.1.
Koefisien Infiltrasi Daerah Tangkapan Air Berdasarkan Tingkat Kemiringan
Tanah
KEMIRINGAN TANAH
NO DAERAH TANGKAPAN AIR
0 - 5% 5 - 10% 10 - 30%
1 Sedikit tanah terbuka, sedikit
1,8 1,9 2,2
penghijauan, infiltrasinya sedikit
2 Cukup tanah terbuka, 50%
1,2 1,4 1,7
penghijauan, infiltrasinya sedang
3 Daerah terbuka, penghijauannya
0,8 1,0 1,2
banyak/padat, infiltrasinya tinggi
Sumber: Lampiran Permen PU No. 20, Tahun 2011

Berdasarkan pada asumsi tersebut diatas, maka rencana penetapan angka


KDB ditetapkan sebagai berikut:
 KDB dapat ditetapkan berdasarkan blok maupun kapling sesuai dengan
tingkat kepadatan bangunan yang akan dicapai;
 Penetapan KDB harus mempertimbangkan kebutuhan akan pelestarian
karakteristik dari pola tata bangunan, ruang terbuka dan lingkungan;
 KDB mempertimbangkan kebutuhan akan ruang terbuka, terutama pada
blok dengan kepadatan tinggi;

Hal. III - 33
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

 Pada blok dan sub blok yang dirancang untuk membentuk karakter
ruang dan bangunan yang kuat melalui ruang antar bangunan (jarak
antar bangunan) maka KDB kurang dari 50%;
 Areal parkir dalam kapling/persil (lahan parkir tidak dihitung KDB-nya);
 Kelebihan KDB didalam kawasan perencanaan tidak diperhitungkan
dengan syarat sebagian dari lantai dasar (maksimum 20%) digunakan
untuk kepentingan umum, secara terus menerus paling sedikit 15 jam
sehari;
 Bagi kapling/tanah perpetakan yang KDB-nya belum mencapai
maksimum, diizinkan untuk menambah KDB sampai dengan batas
maksimum yang ditentukan, dengan tetap memperhitungkan luas lantai
dasar bangunan yang sudah ada; dan
 Beberapa Insentif Pembangunan (Development Incentives) melalui
"Sistem Insentif Bonus" (Bonus Incentives) yang dapat dipertimbangkan
dalam perhitungan KDB, sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:
- Luas lantai dasar dari bangunan yang digunakan untuk
kepentingan umum secara terus menerus, seperti bangunan-
bangunan yang menggunakan selasar/arkade dan atau digunakan
sebagai ruang terbuka umum (public open space) dengan
memperhatikan aspek kenyamanan dan lingkungan tidak
diperhitungkan sebagai luas lantai dalam perhitungan KDB;
- Memperhatikan kelestarian lingkungan untuk menjamin
pembangunan yang berkelanjutan, maka luas lantai dasar yang
digunakan untuk membuat sumur resapan atau ruang terbuka
dibagian belakang bangunan, baik secara individual maupun kolektif,
akan dimungkinkan untuk mendapatkan tambahan luas lantai
maksimum; dan
- "Set back"/pemunduran sempadan bangunan pada lantai dasar
yang dimanfaatkan bagi terselenggaranya kontak sosial masyarakat,
seperti bangunan sudut ataupun pada bangunan deret yang memiliki
panjang lebih dari 25 m, maka luas lantai yang digunakan tersebut
tidak diperhitungkan dalam perhitungan KDB.

Hal. III - 34
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

Pengaturan KDB pada setiap penggunaan lahan adalah sebagai berikut:


 Penggunaan lahan yang berorientasi pada penggunaan ruang terbuka
hijau apabila akan dikembangkan kegiatan terbangun, harus memiliki
KDB maksimum 5%;
 Kawasan fasilitas pelayanan umum memiliki KDB maksimum 60 - 70%.
 Penggunaan lahan perdagangan dan jasa komersial yang berorientasi
pada kaveling tunggal besar, diarahkan memiliki KDB maksimum
sedang yaitu antara 50 - 60%;
 Penggunaan lahan perdagangan dan jasa komersial yang berorientasi
pada pengembangan kaveling kecil ataupun deret diarahkan memiliki
KDB maksimum 70%;
 Kawasan permukiman ditetapkan dengan KDB maksimum 60%;
 Kawasan pusat pemerintahan ditetapkan dengan KDB maksimum 50 -
60%; dan
 Instalasi khusus yang terdapat di kawasan perencanaan ditetapkan
memiliki KDB maksimum 40%.

Luas Lantai Bangunan

Luas Lahan/Tapak/Persil

Gambar: 3.5.
Ilustrasi Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

2) Ketentuan KLB Maksimum


Koefisien Lantai Bangunan adalah angka perbandingan jumlah luas lantai
seluruh bangunan terhadap luas tanah perpetakan/daerah perencanaan
yang dikuasai sesuai dengan rencana kota. KLB menetapkan besaran
maksimum luas lantai yang dapat terbangun bagi masing-masing peruntukan
lahan.

Hal. III - 35
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

Adapun maksud dari pengaturan intensitas pemanfaatan ruang berupa


penentuan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah untuk menghindari
timbulnya kawasan yang mempunyai kepadatan bangunan yang tinggi yang
akan berdampak terhadap turunnya kualitas lingkungan pada kawasan
tersebut. Strategi yang digunakan untuk pengaturan kepadatan dan
ketinggian bangunan pada Kawasan Perkotaan Galesong adalah penataan
ketinggian bangunan yang dicerminkan dari jumlah lantai bangunan yang
disesuaikan dengan daya dukung lahan dan fungsi lahan yang telah
ditetapkan:
 Untuk kawasan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dalam hal ini
pusat kota, jalan utama, dan lain-lain) dapat dimungkinkan untuk
memiliki Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang lebih tinggi dari
kawasan lainnya;
 Untuk mendukung ketinggian bangunan, maka harus didukung oleh
konstruksi bangunan yang tepat;

Rencana penetapan angka KLB adalah sebagai berikut:


 KLB untuk masing-masing blok ditetapkan berdasarkan daya tampung
lahan dari intensitas kegiatan yang terjadi;
 KLB maksimum diterapkan pada skala blok maupun kapling (dengan
luas kepemilikan kapling besar);
 KLB per kapling, ditentukan berdasarkan letak bangunan;
 KLB rendah untuk daerah yang memerlukan kepadatan rendah yang
bertujuan untuk terciptanya suasana dan pemeliharaan skala yang
khusus;
 Penetepan intensitas Koefisien lantai bangunan sejalan dengan
skenario pengembangan fungsional kawasan perencanaan;
 Beberapa Insentif Pembangunan yang dapat dipertimbangkan dalam
perhitungan KLB, didalam kawasan perencanaan sebagai berikut:
- Koridor antar bangunan yang terbuka untuk umum, terutama
sebagai sarana penghubung pejalan kaki, yang pembangunannya
dilakukan secara keseluruhan sekaligus, tidak diperhitungkan
sebagai luas lantai dalam perhitungan KLB;

Hal. III - 36
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

- Luas lantai yang secara nyata dipergunakan untuk kepentingan


umum secara terus-menerus minimal 15 jam dalam sehari dimulai
pada pagi hari, tidak diperhitungkan sebagai luas lantai dalam
perhitungan KLB;
- Ruang yang tercipta dengan adanya "set back"/pemunduran
sempadan bangunan yang dimanfaatkan bagi terselenggaranya
kontak sosial masyarakat, seperti pemunduran massa bangunan
pada bangunan bangunan sudut dan pada bangunan deret untuk
pertokoan (menghindari kesan monoton), maka tinggi lantai
bangunan diizinkan maksimal 10 m dan tidak diperhitungkan sebagai
dua lantai;
- Penggunaan lantai yang diperuntukkan bagi sektor Kaki Lima baik
secara terus menerus maupun sebagian (time sharing), baik di ruang
dalam (indoor) maupun di ruang luar/terbuka (outdoor), maka luas
lantai tersebut (asalkan tidak lebih dari 15% dari total luas lantai)
maka dibebaskan dari perhitungan KLB;
- Tambahan luas lantai maksimum dapat diberikan bagi yang
menyediakan fasilitas umum, seperti ruang terbuka umum (public
open space) dan jalur pejalan kaki (pedestrian path) atau Arcade;
- Jenis Insentif Pembangunan lainnya, yaitu "Pengalihan Nilai
Koefisien Lantai Bangunan" yang dikenal juga sebagai Transfer of
Development Right, dapat diterapkan didalam kawasan perencanaan,
dengan beberapa persyaratan:
o Pengalihan hanya berlaku didalam batas-batas daerah
perencanaan kawasan perencanaan yang telah ditentukan
sebelumnya;
o Hak TDR dapat dilakukan pada pembangunan antar kapling,
penggabungan kapling maupun pembangunan sekaligus; dan
o Pengalihan nilai KLB ini dianjurkan untuk menyesuaikan dengan
sistem penyebaran kepadatan secara merata seperti yang telah
disebutkan diatas. Yang berarti tidak diperkenankan untuk
mengalihkan nilai KLB pada daerah kepadatan yang lebih tinggi ke
daerah kepadatan yang lebih rendah.

Hal. III - 37
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

Luas Lantai 3

Luas Lantai 2

Luas Lantai 1

Luas Lahan/Tapak/Persil

Gambar: 3.6.
Ilustrasi Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

3) Ketentuan KDH Minimal


Koefisien Daerah Hijau (KDH) adalah persentase perbandingan antara luas
seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi
pertamanan/penghijauan dan luas lahan perpetakan/daerah perencanaan
yang dikuasai. Arahan KDH di wilayah perencanaan adalah:
 Zona kegiatan permukiman, KDH = 30%;
 Zona kegiatan ruang terbuka hijau, KDH = 80%;
 Zona kegiatan ekonomi, KDH = 30%; dan
 Zona kegiatan wisata, KDH = 30%.

Gambar: 3.7.
Ilustrasi Koefisien Dasar Hijau (KDH)

Hal. III - 38
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

E.5. Ruang Terbuka Hijau dan Lansekap


Sistem ruang terbuka dan tata hijau dalam perencanaan dan pengembangan
kawasan perkotaan menitik-beratkan pada pengembangan penataan ruang
terbuka dan lansekap kawasan.

E.5.1. Ruang Terbuka (Open Space)


Ruang terbuka yang dihasilkan dari gugusan masa bangunan atau sebaliknya
ruang terbuka sebagai pengikat bangunan harus dirancang guna memungkinkan
serangkaian kegiatan publik serta memberikan kenyamanan visual (Visual
Amenity), akan dapat mendukung pemanfaatan ruang secara utuh bagi seluruh
pemanfaatan dalam berbagai harapan dan keinginan.

E.5.2. Lansekap
Lansekap yaitu pola penanaman pohon yang disebar pada ruang terbuka publik,
misalnya disepanjang ruang milik jalan (rumija), diruang jalur hijau pembatas
kawasan tertentu. Letak dan penempatan pohon serta elemennya dirancang
agar tidak menggannggu lintasan pejalan kaki dan lintasan kendaraan bermotor.
Taman dan elemen lunak (vegetasi) dikondisikan terhadap aspek tinggi serta
aktivitas yang akan dilingkupi, karena faktor-faktor ketinggian dan perletakan
akan mempengaruhi jatuhnya sinar matahari, daerah sinar yang akan dihindari
dan diinginkan dapat dirancang terhadap dimensi dan ketinggian.

Secara umum, ruang terbuka dapat dibedakan menjadi ruang terbuka aktif yang
mengandung unsur-unsur kegiatan di dalamnya, serta ruang terbuka pasif yang
tidak mengandung kegiatan manusia di dalamnya. Sedangkan keberadaan ruang
terbuka pada Kawasan Perencanaan terdiri atas ruang terbuka linier berupa
telajakan, lahan terbuka persawahan, dan kawasan jalur hijau serta ruang
terbuka non linier berupa areal parkir dan lapangan olahraga.

Perencanaan ruang terbuka yang tepat bukan sekadar jumlahnya yang sesuai
dengan kebutuhan, tetapi bagaimana ruang terbuka tersebut ditata dalam
hubungannya dengan kemungkinan perkembangan yang terjadi. Untuk itu,
konsep penataaannya diarahkan untuk:

Hal. III - 39
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

1) Mampu menampung pertumbuhan kegiatan kawasan yang


bervariasi;
2) Akomodatif terhadap rencana jangka panjang sebagai fasilitas
publik;
3) Menghadirkan ruang-ruang publik yang manusiawi dalam khasanah
budaya lokal (Makassar);
4) Menunjang keberlangsungan proses-proses ekologis ekosistem
kawasan;
5) Konservasi landscape yang bersifat khusus; dan
6) Sirkulasi di ruang terbuka sebagai urat nadi komersial.

Elemen landscape dalam penataan kawasan dapat digolongkan menjadi dua


yaitu: hardscape sebagai elemen keras berupa perkerasan, bangunan, dan
sebagainya serta softscape sebagai elemen lembut berupa tanaman (vegetasi).
Penataan tanamannya sendiri dapat dibedakan atas fungsi dan perletakan
tanaman. Konsep rencana penataan vegetasi pada Kawasan Perencanaan
diarahkan untuk memenuhi:
1) Aspek Fungsi
 Visual Control (kontrol pandangan), antara lain berupa :
- Penahan silau yang ditimbulkan matahari, lampu,
pantulan sinar, dll.
- Pembentuk kesan privacy yang dibutuhkan oleh
manusia.
- Penghalang pandangan terhadap hal-hal yang
tidak menyenangkan untuk dilihat.
 Physical Barriers (pembatas fisik), di mana tanaman berfungsi untuk
mengendalikan (membatasi dan mengarahkan) pergerakan manusia
maupun kendaraan.
 Climatic Control (pengendali iklim), antara lain berupa:
- Kontrol terhadap radiasi matahari dan suhu:
vegetasi menyerap panas dari pancaran sinar matahari dan
memantulkannya sehingga menimbulkan suhu dan iklim mikro yang
nyaman;

Hal. III - 40
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

- Pengendali angin: vegetasi difungsikan sebagai


penahan, penyerap, dan mengalirkan angin sehingga menimbulkan
iklim mikro (dengan memperhatikan tinggi, bentuk, jenis dan
kepadatan/lebar);
- Pengendali suara: vegetasi difungsikan sebagai
penyerap suara bising bagi daerah-daerah yang membutuhkan
ketenangan (dengan memperhatikan tinggi, lebar, dan komposisi
vegetasi); dan
- Filter: vegetasi difungsikan sebagai
filter/penyaring bau, debu, dan memberikan kontribusi aliran udara
segar bagi lingkungan sekitarnya.
 Erosion Control (pencegah erosi), di mana keberadaan akar tanaman
akan mengikat tanah sehingga menjadi kokoh dan tahan terhadap
“pukulan” air dan tiupan angin serta daunnya yang akan menahan air
hujan tidak jatuh secara langsung ke atas tanah;
 Aesthetic Values (nilai estetis), melalui unsur-unsur sebagai berikut:
- Warna, yang dapat menarik perhatian dan
memberikan efek psikologis bagi pengamat akibat efek visual yang
ditimbulkan oleh refleksi cahaya yang jatuh pada tanaman tersebut;
- Bentuk, yang akan memberikan kesan dinamis,
indah, sebagai aksen, kesan lebar/luas, dsb;
- Tekstur (berupa cabang, batang, ranting, daun,
tunas, dan jarak pandang terhadap tanaman), yang akan
mempengaruhi psikis dan fisik pengamat; dan
- Skala, yang ditimbulkan dari perbandingan antar
tanaman maupun tanaman dengan lingkungannya.
2) Aspek Perletakan
Perletakan vegetasi pada Kawasan Perencanaan dilakukan dengan
mempertimbangkan kesatuan dalam desain penataan kawasan, yang terdiri
dari beberapa aspek, antara lain: variety (variasi), accent (penekanan),
balance (keseimbangan), simplicity (kesederhanaan), dan sequence
(urutan).

E.6. Elemen Ruang Luar (Landmark, Vista, Focal Point, Dll.)

Hal. III - 41
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

Keberadaan suatu kota atau kawasan dipengaruhi oleh citra kawasan tersebut.
Manusia secara alami akan mengingat suatu tempat dimana mereka merasa
nyaman. Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya persebaran manusia di
seluruh dunia. Persebaran yang terjadi berkembang menjadi suatu kebudayaan
yang berbeda-beda dipengaruhi beberapa faktor sehingga setiap kawasan
mempunyai ciri khas tersendiri dibanding kawasan lainnya.

Pada masa modern, justru manusia membuat perbedaan kawasan secara


sengaja untuk menunjukkan eksistensi dan karakter dari kawasan tersebut.
Keadaan geografis masing-masing kawasan yang berbeda-beda menyebabkan
ciri khas suatu kawasan tidak hanya dapat dilihat dari unsur alam, namun juga
tata kota dan bangunan. Saat ini dikenal unsur-unsur yang membentuk ciri suatu
kawasan. Meskipun terkadang mempunyai sedikit kesamaan dengan kawasan
lain yang berdekatan. Unsur pembentuk karakter kawasan diantaranya
adalah landmarks, vistas, dan focal points.

E.6.1. Landmark
Landmark secara umum dapat diartikan sebagai penanda. Dalam suatu kawasan
keberadaan suatu landmark berfungsi untuk orientasi diri bagi pengunjung.
Landmark dapat berupa bentuk alam seperti bukit, gunung, danau, lembah, dan
sebagainya. Dalam perkembangannya, landmark dapat berupa gedung,
monumen, sculpture, tata kota, alur jalan, dan vegetasi.

Keberadaan landmark suatu kawasan sangat penting saat ini. Ditengah


maraknya perkembangan global lewat kebebasan informasi, gaya bangunan dan
tata kota menjadi serupa satu sama lain. Gaya bangunan secara arsitektural
merupakan gaya yang berlaku di seluruh dunia. Meskipun dalam aplikasinya saat
ini mulai dikembalikan pada kearifan lokal, namun kemiripan gaya tersebut
sedikit mengaburkan ciri khas dari suatu kawasan.
Berdasarkan arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pusat
Perkotaan Galesong, konsep landmark kawasan, diarahkan pada perancangan
dan desain Spot Rumah Adat Balla Lompoa dan Spot alun-alun/lapangan
dijadikan sebagai landmark kawasan.

Hal. III - 42
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

Gambar: 3.8.
Landmark Kawasan Pusat Perkotaan Galesong (Balla Lompoa & Alun-Alun/Lapangan)

E.6.2. Vista
Vista berhubungan dengan view yang berarti pandangan sejauh yang dapat
tertangkap oleh mata manusia. View hanya dapat dibatasi oleh sesuatu yang
menghalangi. View merupakan sesuatu yang sangat penting dalam perencanaan
kawasan. Bagaimana suatu kawasan mempunyai nilai estetika yang baik sangat
ditentukan oleh faktor view. Hal ini berhubungan dengan kontur, gaya bangunan,
jalur jalan dan elemen-elemen lain seperti furniscape, taman kota, dan public
area.

Berdasarkan kondisi eksisting kawasan perencanaan, terdapat potensi


pengembangan Kawasan Pusat Perkotaan Galesong, dan arahan konsep
desain kawasan, maka komponen/elemen-elemen vista yang ada di Kawasan
Pusat Perkotaan Galesong, yaitu view pada Spot Bungung Barania yang berada
pada pesisir pantai sehingga spot ini memberikan kesan view yang menarik.
Vista yang berhubungan dengan path, edge, district, dan node akan sangat
mempengaruhi citra kota.

Hal. III - 43
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

Gambar: 3.9.
Vista Kawasan Pusat Perkotaan Galesong (Spot Bungung Barania di Pesisir Kawasan Pusat Perkotaan
Galesong

E.6.3. Focal Points


Berbeda dengan landmark, sebuah focal point mempunyai bentuk spesial yang
berbeda dengan ke’monoton’an sekitar. Namun demikian focal point dapat juga
berfungsi sebagai landmark ketika dapat dikenali dan mudah diingat
keberadaanya. Tentu hal ini juga tergantung aspek lokasi. Suatu focal point tidak
akan menjadi landmark ketika lokasinya tersembunyi. Keberadaan focal point
menjadikan suatu area menjadi ‘fresh’ karena adanya pemecah konsentrasi dari
keseragaman yang membosankan. Manusia akan cenderung bosan dengan
sesuatu yang sama secara terus menerus. Hal ini berlaku dalam tata ruang kota
maupun dalam aktivitas lainnya, seperti bekerja, belajar, dan kegiatan sehari-
hari.

E.7. Pembagian Blok-Kaveling


E.7.1. Konsep Penetapan Blok-Blok Pengembangan Kawasan
Untuk konsep penetapan blok-blok pengembangan kawasan akan diarahkan
dengan konsep sebagai berikut:
1) Pembagian blok pengembangan disesuaikan dengan fungsi dan karakteristik
kegiatan yang sama;
2) Memiliki potensi sama untuk pengembangan;
3) Kesamaan morfologi lingkungan;
4) Keseimbangan ekologi berkelanjutan;
5) Peningkatan kualitas lingkungan;
6) Perwujudan integrasi kawasan dengan rencana yang telah ada;
7) Dalam perencanaan blok pengembangan kawasan harus tetap
memperhatikan keselarasannya dengan seluruh kawasan.
8) Sedangkan konsep program penanganan antara lain adalah:
9) Program penanganan akan meliputi seluruh program yang harus
dilaksanakan untuk mewujudkan rencana tata bangunan dan lingkungan di
Kawasan perencanaan; dan

Hal. III - 44
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

10) Penentuan skala prioritas penanganan kawasan/lingkungan berdasarkan


kriteria tersebut.

E.7.2. Pemanfaatan Ruang Blok/Segmen Kegiatan Kawasan Perencanaan


Analisis arahan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Galesong pada
dasarnya merupakan arahan pengaturan fungsi dan struktur pemanfaatan ruang
kota, yang bertujuan untuk dapat mewujudkan pola kesimbangan dan keserasian
elemen-elemen pembentuk kota sesuai intensitas penggunaan lahannya.
Intensitas dan dominasi penggunaan lahan akan mempengaruhi pembentukan
struktur tata ruang kota. Penentuan fungsi dan struktur tata ruang Kawasan
Perkotaan Galesong didasarkan pada kriteria-kriteria dasar sebagai berikut:
1) Dominasi fungsi kawasan yang telah dikembangkan;
2) Sistem jaringan transportasi kota; dan
3) Pola penggunaan lahan.

Ketiga unsur kriteria tersebut akan mendukung aktivitas ekonomi dan kegiatan
usaha yang menghasilkan jasa pelayanan, distribusi barang, peningkatan
pendapatan, dan penyediaan lapangan kerja untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat kota. Penetapan fungsi kota dan struktur kota, akan memerlukam
pertimbangan sebagai berikut:
1) Kedudukan kota sebagai jalur dan aksesibilitas distribusi dan pelayanan
dalam konstelasi regional dan lokal;
2) Struktur pelayanan sangat dipengaruhi oleh struktur pelayanan jaringan
jalan (primer dan sekunder); dan
3) Kajian dan penetapan terhadap berbagai ciri kawasan kota sesuai
intensitas ruang kawasan, dengan menetapkan kawasan pusat kota,
kawasan transisi dan kawasan pinggiran.

Berdasarkan pada pertimbangan tersebut, maka Kawasan Perkotaan Galesong


mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Sebagai pusat pemerintahan tingkat kecamatan;
2) Sebagai pusat pelayanan jasa tingkat kecamatan;
3) Sebagai potensi wisata budaya dan sejarah;
4) Sebagai pusat permukiman;
5) Sebagai sumber bangkitan asal dan tujuan pelayanan transportasi lokal;

Hal. III - 45
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

6) Sebagai pintu gerbang Kabupaten Takalar bagian utara;

Sedangkan struktur tata ruang Kawasan Perkotaan Galesong secara umum


menunjukkan:
1) Kawasan pusat kota, memberikan dominasi kegiatan usaha (perdagangan
dan jasa) serta tata kegiatan pemerintahan dalam perkotaan;
2) Kawasan transisi, memberikan dominan kegiatan permukiman kota dan
fasilitas pendukung; dan
3) Kawasan pinggiran kota, memberikan dominasi kegiatan pertanian.
Arahan pemanfaatan ruang di Kawasan Perkotaan Galesong telah menetapkan
masing-masing blok segmen pengembangan, yang mempunyai fungsi
peruntukan yang berkarakteristik hampir sama. Pada prinsipnya satu segmen
pengembangan, dapat merupakan kelompok suatu unit lingkungan yang
mempunyai karakteristik dan fungsi tertentu yang biasanya dibatasi oleh jaringan
jalan, sungai, atau batasan administrasi suatu wilayah. Selain itu, beberapa
pertimbangan yang dapat digunakan untuk menetapkan unit segmen adalah
sebagai berikut:
1) Kemudahan dalam melakukan analisis, karena masing-masing kelurahan
yang ada di Kawasan Perkotaan Galesong memiliki luas wilayah yang cukup
ideal;
2) Memiliki kesamaan fungsi dan karakteristik pada setiap unit blok
peruntukan yang akan dibentuk; dan
3) Memiliki homogenitas pemanfaatan ruang yang didasarkan pada
kesesuaian dan kesamaan karakteristik serta kemungkinan
pengembangannya, terutama yang berkaitan dengan penggunaan lahan
pada setiap unit blok peruntukan yang akan dibentuk.

Analisis awal terhadap pembagian blok segmen untuk peruntukan lahan dalam
Kawasan Perkotaan Galesong berdasarkan orientasi pusat kegiatan yang
dominan, dan diuraikan sebagai berikut:
1) Segmen I; fokus kegiatannya pada rumah adat, Alun-alun Kota/Lapangan,
merupakan bagian wilayah administrasi Desa Galesong Baru, dengan
bentuk aktifitas kegiatan antara lain, aktifitas olahraga, pendidikan dan
permukiman;

Hal. III - 46
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

2) Segmen II, fokus kegiatannya pada kawasan Bunging Barania, merupakan


bagian wilayah administrasi Desa Galesong Kota, dengan bentuk aktifitas
lainnya meliputi, permukiman penduduk, dan perbaikan prasarana; dan
3) Segmen III, fokus kegiatannya pada kawasan Makam Raja Galesong,
merupakan bagian wilayah administrasi Desa Galesong Kota, dengan
bentuk aktifitas lainnya meliputi, dominasi aktifitas permukiman penduduk.

Hal. III - 47
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Kawasan Pusat Perkotaan Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar

Hal. III - 48

Anda mungkin juga menyukai