Anda di halaman 1dari 9

Bab 1: Aspal

Bab pertama ini membahas tentang aspal, salah satu komponen utama dalam beton
aspal campuran panas. Bab dimulai dengan penjelasan mengenai jenis-jenis aspal, termasuk
deposit alam dan aspal minyak. Deposit alam, seperti Asbuton di Pulau Buton, dijelaskan
sebagai campuran bitumen dengan bahan mineral dalam bentuk batuan. Selanjutnya, bab
menguraikan sifat kimia aspal, termasuk komposisi dan struktur molekulnya.
Pembahasan pada bab ini juga mencakup jenis-jenis semen aspal, fungsi aspal sebagai
material perkerasan jalan, dan agregat. Agregat dibahas dalam beberapa sub-bab, termasuk
jenis, sifat, dan pengujian agar dapat digunakan sebagai bahan perkerasan jalan.
Pencampuran agregat juga dibahas, baik dengan metode analitis maupun metode grafis.
Bab berlanjut dengan pembahasan beton aspal, yang melibatkan karakteristik, sifat
volumetrik campuran beton aspal padat, dan pengujian Marshall. Terdapat penjelasan
mendetail mengenai parameter seperti berat jenis bulk, volume rongga, dan ketebalan selimut
aspal. Jenis-jenis beton aspal, seperti Laston, Lataston, dan Latasir, juga dijelaskan dalam
konteks aplikasinya dalam konstruksi jalan.
Bab selanjutnya membahas rancangan campuran beton aspal campuran panas, yang
mencakup pengujian sifat agregat dan aspal serta rancangan campuran di laboratorium.
Berbagai pengujian, seperti titik nyala, titik bakar, penetrasi, dan viskositas, dijelaskan untuk
mengevaluasi kualitas aspal. Terakhir, bab ini mencakup kepekaan aspal terhadap temperatur
dan pengujian sifat adhesi serta kohesi aspal. Durabilitas aspal juga dijelaskan sebagai
kemampuan aspal mempertahankan sifatnya di bawah pengaruh cuaca atau perubahan.
Secara keseluruhan, bab ini memberikan dasar pengetahuan yang kokoh mengenai
bahan utama dalam beton aspal campuran panas, memperkenalkan jenis-jenis aspal, agregat,
dan beton aspal, serta menjelaskan berbagai pengujian yang relevan.
Dalam menganalisis metode dan hasil di Bab 1, kita dapat mengidentifikasi beberapa
poin penting yang dicakup dalam bab tersebut:
1. Pengenalan Aspal dan Jenisnya:
 Bab dimulai dengan memberikan pemahaman mendalam tentang aspal, salah
satu komponen utama beton aspal campuran panas.
 Aspal dibagi menjadi dua jenis utama: deposit alam dan aspal minyak. Deposit
alam, seperti Asbuton, dan aspal minyak dari residu destilasi minyak bumi,
dijelaskan secara rinci.
2. Sifat Kimiawi Aspal:
 Bab membahas sifat kimia aspal, termasuk komposisi dan struktur
molekulnya.
 Penguraian komponen aspal seperti asphaltenes, resins, dan oils memberikan
wawasan mengenai sifat-sifat ini.
3. Jenis-Jenis Aspal dan Pengolahan:
 Penjelasan mengenai jenis-jenis aspal, seperti aspal padat, aspal cair, aspal
emulsi, dan blown asphalt, memberikan pemahaman yang baik tentang variasi
bahan ini.
 Proses destilasi minyak bumi dan berbagai bentuk aspal yang dihasilkan juga
diuraikan.
4. Pengujian dan Pengaruh Keselamatan Kerja:
 Bab memperkenalkan pengujian titik nyala dan titik bakar untuk menilai
keselamatan kerja dalam penanganan aspal.
 Pengujian konsistensi aspal melalui metode penetrasi dan viskositas juga
diuraikan.
5. Sifat Adhesi dan Kohesi Aspal:
 Penjelasan mengenai daktilitas aspal sebagai indikator sifat adhesi dan kohesi
memberikan wawasan tentang kemampuan aspal mengikat dan
mempertahankan agregat.
6. Pengujian Durabilitas Aspal:
 Bab menyoroti pengujian sifat durabilitas aspal, terutama melalui uji Thin
Film Oven Test dan Rolling Thin Film Oven Test, yang menilai daya tahan
aspal terhadap pengaruh panas dan udara.
7. Pengujian dan Standar:
 Bab mencantumkan beberapa jenis pengujian, seperti titik lembek, penetrasi,
dan viskositas, beserta standar-standar pengujian yang relevan seperti SNI.
8. Analisis Kepekaan Aspal terhadap Temperatur:
 Bab memberikan wawasan tentang kepekaan aspal terhadap perubahan
temperatur dan menjelaskan cara mengukurnya melalui indeks penetrasi.
Melalui eksplorasi dan analisis ini, dapat disimpulkan bahwa Bab 1 memberikan dasar
pengetahuan yang komprehensif tentang berbagai aspek terkait aspal, dari jenis-jenisnya
hingga pengujian dan sifat-sifatnya. Pemaparan yang rinci dan mengenai metode serta hasil
pengujian membuat bab ini menjadi fondasi penting bagi pemahaman beton aspal campuran
panas secara keseluruhan.

Bab 2: Agregat
Bab kedua fokus pada agregat, mencakup jenis-jenis agregat dan sifat-sifatnya sebagai
material perkerasan jalan. Pembahasan melibatkan gradasi agregat, ukuran maksimum
agregat, kebersihan agregat, daya tahan, bentuk, tekstur, daya lekat aspal terhadap agregat,
dan berat jenis agregat.
Dalam Bab 2 mengenai Beton Aspal Campuran Panas, terdapat beberapa poin utama:
1. Pengenalan Batuan:
 Bab dimulai dengan menjelaskan dua kategori batuan, yaitu batuan beku
dalam dan batuan sedimen, serta proses pembentukan keduanya.
 Batuan beku dalam seperti gabbro, diorit, dan syenit, sementara batuan
sedimen dapat terbentuk secara mekanik, organis, atau kimiawi.
2. Jenis-Jenis Batuan Metamorfik:
 Batuan metamorfik adalah batuan sedimen atau batuan beku yang mengalami
perubahan bentuk karena tekanan dan temperatur.
 Batuan metamorfik dapat berupa batu masif seperti marmer dan kwarsit, atau
berlapis seperti batu sabak, filit, dan sekis.
3. Pengolahan Agregat:
 Agregat dapat dibedakan menjadi agregat siap pakai dan agregat yang perlu
diolah terlebih dahulu.
 Agregat siap pakai dapat langsung digunakan tanpa banyak pengolahan,
sementara agregat yang perlu diolah memerlukan pemecahan atau pengolahan
tambahan.
4. Berdasarkan Ukuran Butir:
 Agregat dibedakan berdasarkan ukuran butirnya menjadi agregat kasar,
agregat halus, dan bahan pengisi (filler), dengan batasan yang ditentukan oleh
standar ASTM dan Depkimpraswil.
5. Sifat Agregat Sebagai Material Perkerasan Jalan:
 Bab menjelaskan bahwa sifat agregat, termasuk gradasi, kebersihan,
kekerasan, dan ketahanan agregat, bentuk butir, tekstur permukaan, porositas,
penyerapan air, berat jenis, dan daya ikat aspal, memengaruhi kemampuan
perkerasan jalan menahan beban dan tahan terhadap cuaca.
6. Jenis Pengujian Agregat:
 Bab mencantumkan beberapa jenis pengujian agregat, seperti pengujian
gradasi, kebersihan, daya tahan agregat, berat jenis, penyerapan air, kadar
rongga dalam agregat, dan bentuk agregat.
7. Gradasi Agregat:
 Gradasi agregat dijelaskan sebagai susunan butir agregat sesuai ukurannya,
dengan pembahasan mengenai agregat bergradasi baik dan buruk.
 Ukuran maksimum agregat dan ukuran nominal maksimum agregat juga
dijelaskan dengan contoh perhitungan.
8. Kebersihan Agregat:
 Kebersihan agregat menjadi faktor penting, dan agregat yang mengandung
banyak butir halus dapat mengurangi kualitas beton aspal.
9. Daya Tahan Agregat:
 Daya tahan agregat dibahas sebagai ketahanan terhadap degradasi mekanis
dan kimiawi, yang dapat mempengaruhi kualitas dan stabilitas campuran
aspal.
Dengan demikian, Bab 2 memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai sifat dan
karakteristik agregat dalam konteks beton aspal campuran panas.
Bab 3: Pencampuran Agregat
Bab ketiga membahas proses pencampuran agregat, termasuk pemilihan fraksi agregat dan
rancangan campuran dengan metode analitis dan grafis. Rinciannya mencakup pencampuran
dua dan tiga fraksi agregat.
Bab 3 membahas Pencampuran Agregat dalam konteks perkerasan jalan. Berikut adalah
rangkuman perpoint dari bab ini:
1. Pencampuran Agregat
 Gradasi agregat sangat menentukan kinerja struktur perkerasan jalan.
 Agregat dari sumber biasanya belum memenuhi gradasi yang diinginkan.
 Fraksi agregat dibedakan menjadi fraksi agregat kasar, fraksi agregat halus,
dan fraksi abu batu.
 Agregat campuran adalah hasil pencampuran beberapa fraksi agregat.
2. Pemilihan Fraksi Agregat
 Langkah pertama dalam perancangan campuran adalah memilih fraksi agregat
yang memenuhi persyaratan fisik.
 Sifat fisik agregat yang tidak dapat diperbaiki harus menjadi prioritas dalam
pemilihan fraksi agregat.
 Tidak semua fraksi agregat dapat dicampur; perlu diuji dengan analisis
ayakan.
3. Rancangan Agregat Campuran Dengan Metode Analitis
 Rancangan proporsi agregat campuran dapat dilakukan secara analitis.
 Rumus dasar menggunakan proporsi a, b, c untuk fraksi agregat A, B, dan C.
 Nilai proporsi diperoleh dengan metode "trial and error" untuk memenuhi
gradasi yang diinginkan.
4. Pencampuran 2 Fraksi Agregat
 Contoh dilakukan untuk dua fraksi agregat A dan B.
 Gradasi rencana ditetapkan berdasarkan nilai tengah rentang spesifikasi.
 Fraksi A dan B dapat dicampur karena memenuhi spesifikasi.
5. Pencampuran 3 Fraksi Agregat
 Fraksi agregat dapat lebih dari dua, contoh dilakukan untuk tiga fraksi A, B, dan
C.
 Pencampuran tiga fraksi agregat memerlukan proporsi yang memenuhi gradasi
spesifikasi.
6. Rancangan Campuran Dengan Metode Grafis
 Metode grafis juga digunakan untuk merancang proporsi campuran agregat.
 Contoh dilakukan untuk pencampuran dua dan tiga fraksi agregat dengan
menggunakan grafik.
7. Metode Grafis Untuk Pencampuran 2 Fraksi Agregat
 Metode grafis melibatkan penggunaan grafik untuk mencapai gradasi yang
diinginkan.
 Contoh grafik digunakan untuk memvisualisasikan pencampuran dua fraksi
agregat.
8. Metode Grafis Untuk Pencampuran 3 Fraksi Agregat Metode grafis juga dapat
diterapkan untuk pencampuran tiga fraksi agregat.
 Grafik membantu dalam mencapai proporsi yang sesuai dengan gradasi
spesifikasi.

Bab 4: Beton Aspal


Bab keempat memperkenalkan beton aspal, dengan pembahasan karakteristik beton aspal,
sifat volumetrik campuran beton aspal padat, dan pengujian Marshall. Beberapa parameter
seperti berat jenis bulk, volume rongga, kadar aspal, dan jenis beton aspal dibahas secara
mendalam.
1. Gesekan Internal:
 Dipengaruhi oleh kekasaran permukaan butir agregat, bentuk butir, dan
gradasi agregat.
 Pemilihan agregat bergradasi baik meningkatkan stabilitas melalui kepadatan.
2. Kohesi:
 Dikontrol oleh daya lekat aspal.
 Rheologi dan penuaan aspal mempengaruhi daya kohesi.
 Kekurangan kohesi dapat mengurangi daya tahan terhadap pengerasan dan
rapuh.
3. Durabilitas:
 Dipengaruhi oleh tebal film aspal, rongga dalam campuran, kepadatan, dan
kedap airnya.
 Selimut aspal tebal meningkatkan ketahanan terhadap keausan dan durabilitas.
4. Kelenturan atau Fleksibilitas:
 Kemampuan menyesuaikan diri terhadap penurunan fondasi atau tanah dasar.
 Agregat bergradasi terbuka dan kadar aspal tinggi meningkatkan fleksibilitas.
5. Ketahanan terhadap Kelelahan:
 Kemampuan menerima lendutan berulang akibat beban lalu lintas.
 Kadar aspal yang tinggi meningkatkan ketahanan terhadap kelelahan.
6. Kekesatan atau Tahanan Geser:
 Kemampuan permukaan memberikan gaya gesek pada roda kendaraan.
 Kekasaran permukaan butir, bentuk butir, gradasi agregat, dan tebal film aspal
berpengaruh.
7. Kedap Air (Impermeabilitas):
 Kemampuan mencegah masuknya air dan udara.
 Rongga yang tersisa setelah pemadatan mempengaruhi impermeabilitas.
8. Mudah Dilaksanakan (Workability):
 Kemampuan mudah dihamparkan dan dipadatkan.
 Dipengaruhi oleh viskositas aspal, kepekaan aspal terhadap perubahan
temperatur, dan gradasi agregat.
Sifat Volumetrik Campuran Beton Aspal Padat:
 Parameter seperti Volume Bulk Beton Aspal Padat (Vmb), Volume Rongga di Antara
Butir Agregat (VMA), dan lainnya digunakan untuk mengukur sifat volumetrik
campuran beton aspal padat.
 Berat Jenis Bulk Beton Aspal Padat (Gmb), Berat Jenis Maksimum Beton Aspal
Sebelum Dipadatkan (Gmm) diukur dan dihitung sebagai parameter kunci.

Bab 5: Rancangan Campuran Beton Aspal Campuran Panas


Bab 5 ini membahas tentang proses rancangan campuran beton aspal campuran panas dengan
fokus pada metode Marshall. Rangkumannya perpoint adalah sebagai berikut:
1. Persiapan Awal:
 Menetapkan jenis campuran perkerasan dan spesifikasinya.
 Pengujian sifat agregat dan aspal untuk memastikan kesesuaian dengan
spesifikasi.
2. Rancangan Campuran di Laboratorium:
 Memilih gradasi rencana agregat sesuai spesifikasi.
 Merancang proporsi fraksi agregat berdasarkan gradasi rencana.
 Menghitung kadar aspal acuan menggunakan rumus tertentu.
3. Pembuatan Benda Uji:
 Membuat benda uji dengan variasi kadar aspal, termasuk KAA, 2 kadar lebih
kecil, dan 3 kadar lebih besar dari KAA.
 Persiapan benda uji untuk menentukan berat jenis maksimum campuran beton
aspal yang belum dipadatkan (Gmm).
4. Uji Marshall:
 Melakukan uji Marshall untuk mendapatkan stabilitas dan kelelehan (flow)
benda uji.
 Menimbang benda uji dan menghitung parameter Marshall seperti VIM,
VMA, VFA, berat volume, dll.
5. Analisis Hubungan Kadar Aspal dan Parameter Marshall:
 Menggambar hubungan antara kadar aspal dengan setiap parameter Marshall.
 Menentukan rentang kadar aspal yang memenuhi persyaratan, dengan fokus
pada kadar aspal optimum.
6. Penetapan JMF (Job Mix Formula):
 Memperoleh JMF dari hasil pengujian dan analisis.
 JMF awal dapat menjadi JMF definitif setelah uji produksi di UPA dan
pengujian lapangan.
Bab 5 memberikan gambaran rinci tentang prosedur rancangan campuran beton aspal
campuran panas, dengan langkah-langkah yang harus diikuti dari persiapan awal hingga
penetapan JMF definitif.

Bab 6: Unit Pencampur Aspal


1. Bagan Alir Proses Pencampuran:
 Pencampuran beton aspal panas melibatkan langkah-langkah dari
penimbangan bahan hingga pengiriman campuran panas.
 Bagan alir mencakup penimbangan filler/tambahan, aspal cair/panas,
pemanasan bin dingin, penimbunan agregat, dan pencampuran di pugmill.
2. Penimbunan Agregat:
 Tempat pemasok untuk masing-masing fraksi agregat dipisah oleh sekat.
 Tempat pemasok dapat menampung 3 atau 4 fraksi agregat.
 Proporsi campuran diatur melalui bukaan pintu pada bin dingin.
3. Proses Pengolahan Agregat:
 Agregat dimasukkan ke bin dingin menggunakan loader.
 Agregat dialirkan melalui bukaan bin dingin sesuai proporsi masing-masing
fraksi.
 Elevator/conveyor mengangkut agregat panas ke alat pengering (drier/blower).
4. Pengeringan dan Pemisahan Agregat:
 Agregat dipanaskan dan dikeringkan di alat pengering berputar.
 Agregat diayak dan yang terlalu besar dibuang.
 Debu hasil pemanasan dikumpulkan menggunakan dust collector.
5. Pencampuran:
 Agregat panas ditimbang sesuai Justeru Mix Formula (JMF).
 Dicampur dengan semen aspal cair dan bahan tambahan jika diperlukan di
pugmill.
 Hasil campuran panas homogen dituangkan ke truk pengangkut.
6. Komponen Utama Unit Pencampur (Batch Plant):
 Bin dingin, pintu bukaan bin dingin, elevator dingin, alat pengering, dust
collector, cerobong asap, elevator panas, pengendali gradasi, bin panas, kotak
penimbang, mixer, penyimpan mineral, penyimpan aspal panas, tempat
penimbang aspal.
7. Pengendalian Gradasi dan Bin Panas:
 Elevator panas membawa agregat panas ke pengendali gradasi.
 Agregat yang memenuhi syarat lolos ke bin panas untuk penyimpanan
sementara.

Bab 7 : Pengendalian Mutu Campuran Beton Aspal


1. Sistem Pengendalian Mutu:
 Campuran beton aspal panas dirancang di laboratorium dan dihasilkan melalui
proses produksi, penghamparan, dan pemadatan.
 Pengendalian mutu diperlukan untuk memastikan campuran memenuhi
spesifikasi.
2. Karakteristik Campuran:
 Diperoleh melalui analisis rancangan dan pengujian selama pencampuran dan
pemadatan.
 Hasil rancangan campuran di laboratorium menjadi acuan untuk produksi di
UPA.
3. Definisi Mutu:
 "Kesesuaian dengan persyaratan" dan "cocok untuk digunakan."
 Diverifikasi melalui sistem pengendalian mutu.
4. Sistem Pengendalian Mutu:
 Terbagi menjadi tiga tahap: prakonstruksi, produksi dan konstruksi, serta
pascakonstruksi.
 Masing-masing tahap memiliki fokus dan proses pengendalian mutu.
Sistem Pengendalian Mutu Pada Tahap Prakonstruksi:
 Melibatkan persiapan bahan, peralatan di UPA, dan alat di lokasi.
 Pengecekan fungsi dan komponen UPA.
 Pengendalian mutu campuran beton aspal pada tahap prakonstruksi.
Sistem Pengendalian Mutu Pada Tahap Produksi Dan Konstruksi:
 Pengawasan kontinuitas pasokan agregat.
 Pengecekan dan pengaturan suhu aspal, pengering, dan ayakan.
 Pengendalian hasil produksi dan pengawasan truk pengangkut.
 Pengendalian mutu pada pekerjaan penghamparan dan pemadatan.
Sistem Pengendalian Mutu Pada Tahap Pascakonstruksi:
 Melibatkan pengujian benda uji inti untuk kepadatan dan ketebalan.
 Kepadatan relatif harus memenuhi batasan yang ditetapkan.
 Pemeriksaan kerataan permukaan untuk memastikan elevasi yang sesuai

Anda mungkin juga menyukai