Anda di halaman 1dari 13

MODUL I

PENENTUAN POROSITAS CORE SAMPLE DENGAN GAS POROSIMETER

LAPORAN PRAKTIKUM

Nama : Hizkia Seanjaya


NIM : 12214042
Kelompok : Selasa 1.1
Tanggal praktikum : 19 April 2016
Tanggal penyerahan : 26 April 2016
Dosen : Prof. Dr. Ir. Pudji Permadi
Asisten Modul : Agam Gumelar S. (12212034)
M. Algifari F. (12212087)

LABORATORIUM PETROFISIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................. 2
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... 3
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... 4
I. TUJUAN ......................................................................................................... 5
II. PRINSIP DASAR ........................................................................................... 5
III. ALAT DAN BAHAN ..................................................................................... 6
IV. DATA PERCOBAAN..................................................................................... 6
V. PENGOLAHAN DAT .................................................................................... 7
VI. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................................ 8
VII. KESIMPULAN ............................................................................................. 10
VIII. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 10
IX. KESAN DAN PESAN ................................................................................. 11
X. JAWAB PERTANYAAN ............................................................................. 11

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Grafik Plot Grain Volume .......................................................... 7

3
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Calibration Table ............................................................................ 6


Tabel 4.2 Tekanan Core .................................................................................. 7
Tabel 4.3 Tinggi Core Sample. ....................................................................... 7
Tabel 4.2 Perhitungan Volume Bulk ............................................................... 8

4
I. TUJUAN
1. Memahami prinsip kerja Gas Porosimeter.
2. Menentukan porositas suatu sampel core dengan menggunakan Gas
Porosimeter.
3. Memahami konsep porositas dan penerapannya di dalam lingkungan teknik
perminyakan.

II. PRINSIP DASAR

Pada percobaan ini akan digunakan gas porosimeter yang bekerja


berdasarkan Hukum Boyle untuk mengukur porositas dari sampel core. Gas
Porosimeter PORG-200 yang digunakan terdiri dari : (1) matrix cup tempat core
diletakkan,(2) sel tertutup di dalam porosimeter yang terhubung dengan matrix
cup, (3) saluran gas menuju sel, (4) valve2 pada saluran matrix cup dan sel, (5)
valve1 pada saluran gas menuju sel (6) Alat pengukur tekanan pada sel dan
matrix cup. Dengan memanfaatkan hukum Boyle yang secara matematik berupa
persamaan :
𝑃. 𝑉 = 𝑘
Dimana
𝑃 = 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚
𝑉 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑔𝑎𝑠
𝑘 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎
Akan diukur tekanan P1 saat sel berisi gas N2 , matrix cup dalam kondisi
vakum, valve 1 dan valve 2 pada kondisi tertutup sehingga jumlah gas tetap, lalu
diukur tekanan P2 saat valve2 dibuka sehingga gas mengalir kedalam matrix cup.
Mula-mula matrix cup diisi dengan calibration disc yang diketahui volumenya.
Dengan menganggap bahwa calibration disc tidak memiliki pori (volume
calibration disc = volume grain) akan didapat persamaan linear Volume Grain
sebagai fungsi dari rasio tekanan P1 terhadap P2 melalui dua kalibrasi dengan
calibration disc berbeda volum. Penurunan persamaan fungsi volume grain
diberikan sebagai berikut :

𝑃1 . 𝑉1 = 𝑃2 . ( 𝑉1 + (𝑉𝑐𝑢𝑝 − 𝑉𝑔𝑟𝑎𝑖𝑛 ))

𝑉1 (𝑃1 − 𝑃2 ) = 𝑃2 (𝑉𝑐𝑢𝑝 − 𝑉𝑔𝑟𝑎𝑖𝑛 )

5
(𝑃1 − 𝑃2 )
𝑉𝑔𝑟𝑎𝑖𝑛 = 𝑉𝑐𝑢𝑝 − 𝑉1 .
𝑃2
𝑃1
𝑉𝑔𝑟𝑎𝑖𝑛 = (𝑉𝑐𝑢𝑝 + 𝑉1 ) − 𝑉1 .
𝑃2
Analog dengan persamaan
𝑦 = 𝑏 − 𝑎. 𝑥
Karena 𝑉𝑐𝑢𝑝 dan 𝑉1 konstan, akan didapat konstanta a dan b dari dua kali kalibrasi
karena nilai P1, P2 dan 𝑉𝑔𝑟𝑎𝑖𝑛 diketahui. Setelah didapat persamaan 𝑉𝑔𝑟𝑎𝑖𝑛 sebagai
fungsi (P1/P2), 𝑉𝑔𝑟𝑎𝑖𝑛 dari sampel core dapat ditentukan dengan pengukuran selanjutnya

III. ALAT DAN BAHAN


 Alat
 Porosimeter (PORG-200𝑇𝑀 Unit)
 Tabung 𝑁2 + Regulator
 Jangka sorong
 Bahan
 Sample Core
 Calibration Disk

IV. DATA PERCOBAAN

CALIBRATION TABEL
Reference Expaded
Volume (cc) Pressure (P1) Pressure (P2) P1/P2
Psig Psig
4,821 100 10 10
6,246 100 10,4 9,615384615
9,658 100 13,1 7,633587786
25,741 100 18 5,555555556
Tabel 4.1 Calibration Table

6
Core Sample 𝑃1 𝑃2
Core I 100 11,5
Core II 100 11,6
Tabel 4.2 Tabel Tekanan Core

Core Diamater (cm)


Sample 𝐷1 𝑡
Core I 2,55 2,86
Core II 2,56 2,57

Tabel 4.3 Tabel Tinggi Core Sample

V. PENGOLAHAN DATA
1. Menghitung volume dari sampel core
1
𝑉𝑐𝑜𝑟𝑒 = 𝜋𝑑2 𝑡
4
𝑉𝑐𝑜𝑟𝑒𝐼 = 14,5987 cm2
𝑉𝑐𝑜𝑟𝑒𝐼𝐼 = 13,2215 cm2

2. Mencari persamaan regresi dari data

Plot Grain Volume vs P1/P2


30

25
Volume Grain

20

15

10

0
0 2 4 6 8 10 12
P1/P2 y = -4.4656x + 48.239
Gambar 5.1 Grafik Plot Grain Volume R² = 0.8996

Diperoleh persamaan regresi seperti berikut :


𝑦 = −4,4656𝑥 + 48,239

𝑃1
𝑉𝑔𝑟𝑎𝑖𝑛 = 𝑎 ( ) + 𝑏
𝑃2

7
Di mana y merupakan Volume grain dan x merupakan perbandingan antara
Tekanan awal dengan tekanan akhir (P1/P2).

3. Menentukan volume grain dari masing – masing sample core


Tekanan Tekanan P1/P2 Volume
Core Sampel Awal , P1 Akhir, P2 grain
(psig) (psig)
Core I 100 11,5 8,695652 9,407696
Core II 100 11,6 8,62069 9,742448
Tabel 4.4 Data Perhitungan Volume Bulk
Penentuan volume grain dari sampel menggunakan persamaan regresi yang telah
diperoleh.
𝑉𝑔𝑟𝑎𝑖𝑛 𝑐𝑜𝑟𝑒 𝐼 = −4,4656(8.6956) + 48,239 = 9,407696 cm3 = 9,407696 𝑐𝑐
𝑉𝑔𝑟𝑎𝑖𝑛 𝑐𝑜𝑟𝑒 𝐼𝐼 = −4,4656(8,6207) + 48,239 = 9,742448 cm3 = 9,742448 cc

3. Menghitung porositas dari core sample


𝑉𝑏𝑢𝑙𝑘 − 𝑉𝑔𝑟𝑎𝑖𝑛
∅= 𝑥100%
𝑉𝑏𝑢𝑙𝑘
𝑉𝑏𝑢𝑙𝑘 − 𝑉𝑔𝑟𝑎𝑖𝑛 14,5987 − 9,407696
∅𝑐𝑜𝑟𝑒 𝐼 = 𝑥100% = x 100% = 35,558%
𝑉𝑏𝑢𝑙𝑘 14,5987
𝑉𝑏𝑢𝑙𝑘 − 𝑉𝑔𝑟𝑎𝑖𝑛 13,2215 − 9,742448
∅𝑐𝑜𝑟𝑒 𝐼𝐼 = 𝑥100% = x 100% = 26.313%
𝑉𝑏𝑢𝑙𝑘 13,2215

VI. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Pada praktikum kali ini digunakan alat gas porosimeter. Di mana alat
ini berfungsi untuk menentukan porositas dari suatu sampel core atau media
berpori. Alat ini bekerja dengan menggunakan prinsip Hukum Boyle, di
mana dengan memanfaatkan perubahan akan tekanan dan volume pada
temperature yang tetap dan dalam kondisi tertutup dengan lingkungan.
Hukum Boyle ini juga mengasumsikan bahwa gas yang digunakan adalah
berlaku seperti gas ideal. Penurunan rumus dari Hukum Boyle
Pada kondisi awal 𝑃1 𝑉1
Pada kondisi akhir 𝑃2 (𝑉1 + 𝑉2 − 𝑉𝑔 )

8
Berdasarkan Hukum Boyle
𝑃1 𝑉1 = 𝑃2 (𝑉1 + 𝑉2 − 𝑉𝑔 )
𝑃
Sehingga 𝑉𝑔 = (𝑉1 + 𝑉2 ) − 𝑃1 𝑉1
2

𝑃
Atau 𝑉𝑔 = 𝑎 − 𝑃1 𝑏
2

Percobaan kali ini dilakukan terhadap dua core sample berbeda yaitu
sampel core II dan 5. Pertama-tama percobaan dilakukan dengan
menggunakan calibration disk. Tujuan penggunaan caliration disk ini adalah
untuk mendapatkan plot antara volume grain dengan tekanan. Dari hasil
regresi kita peroleh bahwa persamaan garis dari regresi ini adalah:

𝑦 = −4.7813𝑥 + 52.558
Dengan volume grain sebagai sumbu x dan perbandingan tekanan
sebagai sumbu Y. Hasil perhitungan didapat volume grain masing-masing
core. Dari nilai volume grain dan volume bulk core(didapat dari pengukuran
diameter dan tinggi), dihitung porositas dari masing-masing core.
Dari regresi data calibration disk diperoleh persamaan regresi di
mana dapat dihitung nilai dari volume grain core sample. Dengan
menggunakan rumus porositas :
𝑉𝑏𝑢𝑙𝑘 −𝑉𝑔𝑟𝑎𝑖𝑛
∅= 𝑥100%, porositas dari sampel core dapat dihitung.
𝑉𝑏𝑢𝑙𝑘

Pada percobaan ini diperoleh bahwa nilai dari porositas sampel adalah :
∅𝑐𝑜𝑟𝑒 𝐼𝐼 = 35,558%
∅𝑐𝑜𝑟𝑒 𝐼𝐼 = 26.313%
Porositas yang terukur pada percobaan ini adalah porositas efektif,
Hal ini dikarenakan udara yang mendesak core sample di dalam core
chamber hanya mampu mengisi pori-pori core yang saling berhubungan,
selebihnya udara tidak dapat menginvasi pori-pori yang tidak terhubungkan.
Akan tetapi di dalam dunia teknik perminyakan justru nilai porositas
efektiflah yang dicari, karena fluida yang mengisi pori-pori yang saling
berhubungan yang secara ekonomi lebih bagus untuk dieksploitasikan.
Dalam perhitungan didapat pula adanya perbedaan porositas antara
core I dengan core II. Dari hasil porositas ini dapat dilihat bahwa core II
memiliki volume pori yang lebih kecil dari volume pori core I. Hal ini dapat

9
disebabkan oleh kedalaman core tersebut, core II lebih dalam dibandingkan
dengan core I sehingga core II lebih kompak dan memiliki pori yang kecil.
Semakin besar porositas batuan, semakin besar pressure drop yang akan
terjadi. Hal ini sesuai dengan persamaan kalibrasi maupun kondisi
percobaan. Faktor lain yang mempengaruhi adalah sementasi, kemungkinan
pada core II sementasinya lebih tinggi dibanding dengan sementasi pada
core I.
Nilai porositas yang didapat mendekati nilai porositas rhombohedral.
Dan dari nilai porositas kedua core tersebut, secara kualitiatif, skala untuk
core I dan II adalah (excellent) karena nilainya lebih dari 25%. Berarti kedua
core sampel tersebut memiliki ruang yang besar untuk menampung fluida.
Namun karena porositas core I lebih besar nilai porositasnya, maka core
tersebut lebih efektif dan lebih bernilai ekonomis jika diproduksi.

VII. KESIMPULAN

 Gas Porosimeter memanfaatkan Hukum Boyle yang menyatakan hasil kali


tekanan dengan volume gas pada sistem tertutup selalu konstan.
 Dari hasil percobaan didapat porositas efektif:
∅𝑐𝑜𝑟𝑒 𝐼 = 35,558%
∅𝑐𝑜𝑟𝑒𝐼𝐼 = 26.313%
 Porositas adalah perbandingan volume pori dengan volume keseluruhan
batuan dalam fraksi atau persentase. Porositas merupakan salah satu
parameter penting untuk mewakili sifat fisik reservoir. Manfaat dari data
porositas di lapangan antara lain untuk mengetahui besar kandungan fluida
dalam reservoir seperti Initial Oil in Place (IOIP), serta data korelasi untuk
mengetahui brine saturation (dari Persamaan Archie) serta korelasi untuk nilai
permeabilitas (Timur, Coates equation)

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Amyx, James W., Bass,Jr., Daniel M., dan Whiting, Robert L.. 1960. Petroleum
Reservoir Engineering : Phisical Properties. New York: McGraw-Hill.

10
Craft, Hawkins. 1959. Applied Petroleum Reservoir Engineering. New York:
Prentice Hall Inc.
Monicard, R. P..1980. Properties of Reservoir Rock : Core Analysis.
GulfPublishing Co., Edition Technic.

IX. KESAN DAN PESAN

Mantap buat bang Agam !! Sumpah ini modul asik banget, santiiii, cuman tetep
serius dan bermanfaat. Semoga sukses buat komprenya

Semoga M. Algifari F. bisa datang jangan mabal nge asprak.

X. JAWAB PERTANYAAN

1. Apa itu IPR dan TPR? Apa korelasinya?


IPR : Metode matematis yang digunakan pada teknik produksi, guna menentukan
kemampuan sumur. IPR dapat diplot dengan rumus :

Sehinnga nantinya dapat diplot antara laju alir produksi terhadap aliran bottomhole
pressure(BHP).

TPR : Metode istem sumur matematis mengetahui hubungan antara pwf dengan q pada
suatu sistem sumur. Didapat dengan memasukan nilai pwf sehingga didapat niai q pada
harga – harga pwf tersebut.

11
2. Apa yang dimaksud water coning dan gas coning? Apa penyebabnya?

Water coning : berubahnya tekanan produksi pada suatu sumur vertikal, dapat
mengakibatkan terjadinya perubahan contact profile pada sistem oil – water.
Gas coning : berubahnya tekanan produksi pada suatu sumur vertikal, dapat
mengakibatkan terjadinya perubahan contact profile pada sistem gas-oil.

3. Sebutkan dan jelaskan 5 sistem pemboran.

1. Well control & monitoring system

12
Well control system digunakan untuk memastikan bahwa operasi pemboran berjalan dengan
aman dan untuk menghindari kecelakaan yang tidak diinginkan.

2. Circulating system
Circulating system digunakan agar sistem pemboran berjalan tanpa masalah besar dengan
mengangkat drilling mud kembali ke atas setelah selesai digunakan.

3. Rotary system
Sumur di-bor oleh gerakan rotasi dari pipe dan bit, sehingga rotary system juga diperlukan
di sini.

2. Hoisting system
Hoisting system adalah bagian utama yang melakukan pemboran yang sebenarnya. Drill
pipe atau casing akan diangkat dan diturunkan untuk mem-bor dan menyelesaikan sumur.

4. Hoisting system
Hoisting system adalah bagian utama yang melakukan pemboran yang sebenarnya. Drill
pipe atau casing akan diangkat dan diturunkan untuk mem-bor dan menyelesaikan sumur.

5. Power system
Power system berfungsi untuk menyediakan daya yang dibutuhkan untuk melakukan
pemboran. Biasanya daya ini didapatkan dari generator pembakaran lokal.

13

Anda mungkin juga menyukai