Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Untuk dapat terjun ke dunia kerja setelah lulus kuliah, setiap mahasiswa
harus memiliki kesiapan dalam menghadapi pekerjaan yang sesuai dengan
bidang yang digelutinya. Banyak sekali hal yang menjadi hambatan bagi
seseorang yang belum memiliki pengalaman kerja untuk terjun ke dunia
pekerjaan, seperti halnya ilmu pengetahuan yang diperoleh di kampus
bersifat teoritis. Teori yang diperoleh belum tentu sama dengan praktik kerja
di lapangan dikarenakan keterbatasan waktu dan ruang yang mengakibatkan
ilmu pengetahuan yang diperoleh masih terbatas. Karena hal tersebut, maka
ditetapkan mata kuliah kerja praktik agar para mahasiswa memperoleh ilmu
pengetahuan yang tidak diperoleh saat masa perkuliahan di kampus. Pada
umumnya kegiatan kerja praktik yang dilakukan mahasiswa Teknik Sipil
dilakukan pada salah satu perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi.

Pada proses kerja praktik ini, PT. PP-Ashfri Konsorsium merupakan salah
satu perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi dalam proses
pelaksanaan Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 1) yang terdapat
di Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung. PT. PP-Ashfri Konsorsium
merupakan Joint Operation (JO) dari PT. PP (Persero) Tbk dan PT. Ashfri
Putralora. Pada proses pelaksanaan, Proyek Bendungan Way Sekampung
dibagi menjadi 2 Paket, di mana Paket 1 dilaksanakan oleh PT. PP-Ashfri
Konsorsium dan Paket 2 dilaksanakan oleh PT. Waskita-Adhi KSO.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dikaji pada laporan kerja praktik ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana prosedur pelaksanaan pekerjaan galian jalan akses dan
spillway?
2. Bagaimana prosedur pelaksanaan pekerjaan jalan akses?
3. Bagaimana prosedur pelaksanaan pekerjaan slope protection?
4. Berapa jumlah jembatan armco untuk mobilisai kendaraan proyek
Bendungan Way Sekampung (Paket 1)?
5. Berapa jumlah bambu cerucuk yang dibutuhkan pada STA 0+375 jalan
akses PLTA Bendungan Way Sekampung (Paket 1) untuk stabilitas
lereng?

1.3. Tujuan

Tujuan dari penulisan laporan kerja praktik ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan pekerjaan galian jalan akses dan
spillway;
2. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan pekerjaan jalan akses;
3. Untuk mengetahui prosedur pelaksannan pekerjaan slope protection;
4. Untuk mengetahui jumlah jembatan Armco untuk mobilisasi kendaraan
proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 1);
5. Untuk mengetahui jumlah bambu cerucuk yang dibutuhkan pada STA
0+375 jalan akses PLTA Bendungan Way Sekampung (Paket 1) untuk
stabilitas lereng.

1.4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktik

Kerja Praktik dilaksanakan pada tanggal 26 Juni hingga 10 Agustus 2018


selama 40 hari kerja di Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 1),
Pekon Bumi Ratu, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu, Provinsi
Lampung.

2
1.5. Sistematika Penulisan Laporan

Laporan Kerja Praktik ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :


1. Bab I Pendahuluan
Pada bab ini, dijelaskan secara singkat latar belakang, perumusan
masalah, tujuan serta waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktik dan
juga sistematika penulisan laporan kerja praktik.

2. Bab II Informasi Proyek


Bab ini berisi penjelasan tinjauan tentang instansi kerja praktik, uraian
umum, lokasi, informasi serta struktur organisasi proyek.

3. Bab III Tahapan Pelaksanaan Proyek Bendungan Way Sekampung


Bab ini berisi penjelasan umum mengenai proyek pembangunan
bendungan way sekampung serta teknis pelaksanaan pekerjaan yang
berada di lingkup pekerjaan proyek Bendungan Way Sekampung (Paket
1).

4. Bab IV Tugas Khusus


Bab ini berisi penjelasan dan tahapan pelaksanaan pengerjaan tugas
yang diberikan khusus kepada penulis selama masa kerja praktik.

5. Bab V Kesimpulan dan Saran


Bab ini berisi kesimpulan dari keseluruhan penulisan laporan kerja
praktik serta saran yang diberikan oleh penulis terhadap proyek
Bendungan Way Sekampung (Paket 1).

3
BAB II
INFORMASI PROYEK

2.1. Tinjauan Tentang Instansi Kerja Praktik

2.1.1. Latar Belakang Instansi

Pada proses pelaksanaan, Proyek Bendungan Way Sekampung dibagi


menjadi 2 Paket, di mana Paket 1 dilaksanakan oleh PT. PP-Ashfri
Konsorsium dan Paket 2 dilaksanakan oleh PT. Waskita-Adhi KSO. PT. PP-
Ashfri Konsorsium merupakan Joint Operation (JO) dari PT. PP (Persero)
Tbk dan PT. Ashfri Putralora. PT. PP (Persero) Tbk didirikan dengan nama
NV Pembangunan Perumahan berdasarkan Akta No. 48, tanggal 26 Agustus
1953 dengan usaha bisnis (core business) di bidang jasa konstruksi. Sejak
pertama kali berdiri hingga saat ini, PT. PP (Persero) Tbk telah
menunjukkan eksistensinya sebagai kontraktor utama yang memiliki
pengalaman dalam pembangunan berbagai macam konstruksi gedung dan
konstruksi sipil di seluruh wilayah tanah air Indonesia. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 1961, NV Pembangunan Perumahan
berubah nama menjadi PN (Perusahaan Negara) Pembangunan Perumahan.
Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No.39 tahun 1971, PN
Pembangunan Perumahan berubah nama menjadi PT. Pembangunan
Perumahan (Persero) Tbk yang dikuatkan dengan Akta no.78 tanggal 15
Maret 1973 dengan kegiatan usaha inti dibidang jasa konstruksi.

Pada saat didirikan, PT PP. (Persero) Tbk mendapat kepercayaan


membangun Perumahan Pejabat PT. Semen Gresik Tbk, anak perusahaan
BAPINDO di Gresik. Seiring dengan kepercayaan yang terus meningkat.
PT. PP (Persero) Tbk mendapat tugas untuk membangun proyek-proyek
besar hasil rampasan perang dari Pemerintah Jepang, yaitu Hotel Indonesia,
Bali Beach Hotel, Ambarukmo Palace Hotel dan Samudera Beach Hotel.
Selama lebih dari 5 (lima) dekade, PT. PP (Persero) Tbk telah menjadi
pemain utama dalam bisnis Konstruksi Nasional, berbagai mega proyek
Nasional dikelola dan dikerjakan PT. PP (Persero) Tbk kemudian dimulai
dari tahun 1991, PT. PP (Persero) Tbk menempuh diversifikasi usaha,
diantaranya sewa ruang kantor di Plaza PP dan pengembangan usaha Realti
di kawasan Cibubur, selain itu juga membentuk beberapa anak perusahaan
dengan menggandeng mitra dari dalam dan luar negeri di antaranya PT. PP-
Taisei Indonesia Construction, PT. Mitracipta Polasarana dan PT. Citra
Waspphutowa.

Pada tahun 2004, PT. PP (Persero) Tbk melaksanakan program EMBO


(Employee Management Buy Out), yaitu pembelian saham Negara Republik
Indonesia untuk program kepemilikan saham oleh karyawan dan
manajemen, dalam hal ini diwakili oleh Koperasi Karyawan Pemegang
Saham PT. PP (KSPSPP). Pelaksanaan program EMBO tersebut telah
mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Republik Indonesia sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 64 Tahun 2003
tentang Penjualan Saham Milik Negara Republik Indonesia pada
perusahaan Perseroan (Persero) PT. Pembangunan Perumahan tanggal 31
Desember 2003. Perjanjian jual beli saham tersebut dilakukan antara
Pemerintah Negara Republik Indonesia dan KKPSPP secara notarial pada 9
Februari 2004. Dengan pelaksanaan program EMBO tersebut, terjadi
perubahan kepemilikan saham Perseroan menjadi RI sebesar 51% dan
KKPSPP sebesar 49%.

Kemudian pada tahun 2009, Perseroan melaksanakan program Penawaran


Umum Perdana Saham kepada masyarakat (Initial Public Offering/IPO).
Pelaksanaan program IPO PT. PP (Persero) Tbk telah mendapatkan
persetujuan dari Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No.76 Tahun 2009 tentang Perubahan
Struktur Kepemilikan Saham Negara melalui Penerbitan dan Penjualan
Saham Baru pada PT. PP (Persero) Tbk tanggal 28 Desember 2009.

5
Pada Tahun 2010, seiring dengan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan
Struktur Kepemilikan Saham Negara, maka pada 9 Februari 2010 Perseroan
telah memenuhi kewajiban pencatatan di PT. Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sejak tanggal tersebut, saham PT. PP (Persero) Tbk secara resmi telah
tercatat dan dapat diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Pada tahun 2011, Perseroan berhasil menyelesaikan proyek investasi


pertama yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) dengan daya 65
megawatt di Talang Duku, Sumatera Selatan. Proyek yang diresmikan oleh
Direktur Perusahaan Listrik Negara (PLN) pada Oktober 2011 ini turut
memberikan kontribusi kebutuhan listrik selama berlangsungnya SEA
Games di Palembang. Dengan demikian PT. PP (Persero) Tbk kembali
menempuh diversifikasi kegiatan usaha, yakni Engineering, Procurement &
Construction (EPC) dan investasi. Kemudian, pada tahun 2012, Perseroan
dipercaya untuk mengerjakan berbagai proyek infrastruktur di Indonesia di
antaranya, New Tanjung Priok dengan nilai kontrak Rp 8,2 triliun, salah satu
mega proyek PT. PP (Persero) Tbk pada tahun ini. Selain itu, Perseroan juga
menangani pembangunan 7 (tujuh) bandar udara selama tahun 2012.
Perusahaan melakukan berbagai aksi korporasi baik finansial maupun
operasional, seperti proses obligasi yang dilakukan pada penghujung tahun
2012.

Pada tahun 2013, guna mendukung perkembangan bisnis pada tahun 2013,
Perseroan telah melakukan berbagai aksi korporasi baik secara finansial
maupun operasional, diantaranya penawaran umum berkelanjutan obligasi,
akuisisi PT. PP Dirganeka menjadi PP. Pracetak, spin-off divisi properti,
pembukaan cabang ke-8 di Sulawesi, perubahan visi misi dan budaya
perusahaan serta rencana akuisisi PT. Prima Jasa Aldo Dua. Pada tahun
2014, akuisisi PT. Prima Jasa Aldo Dua menjadi PT. PP Peralatan.

Kemudian pada tahun 2015, PT. PP (Properti) Tbk melakukan penawaran


umum perdana pada tanggal 19 Mei 2015. Hal ini menandai dicatatkannya
saham anak perusahaan PT. PP (Persero) Tbk dan diperdagangkan di Bursa

6
Efek Indonesia (BEI). Selain itu, PT. PP (Persero) Tbk juga mengeluarkan
obligasi tahap 2 senilai Rp 300 miliar. Lalu pada tahun 2016, aksi korporasi,
Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 2,25 triliun, dan spin off 2
(dua) divisi bisnis menjadi anak perusahaan, Divisi Bisnis Energi menjadi
PT. PP Energi dan Divisi Bisnis Infrastruktur menjadi PT. PP Infrastruktur.
Visi dan Misi dari PT. PP (Persero) Tbk disajikan pada gambar 2.1 dengan
Nilai-Nilai Perusahaan yang disingkat menjadi PPBID.

Gambar 2.1. Visi dan Misi Instansi


Sumber : www.pt-pp.com

7
2.1.2. Struktur Organisasi Instansi

Dibawah ini merupakan Struktur Organisasi dari Perusahaan PT. PP (Persero) Tbk beserta anak perusahaannya yang dapat dilihat pada
Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Struktur Organisasi Instansi


Sumber : www.pt-pp.com

8
2.2. Uraian Umum Proyek

Presiden Joko Widodo saat ini tengah mendorong pembangunan


infrastruktur. Untuk meringankan APBN, proyek tersebut digarap dengan
skema pembiayaan bersama swasta atau KPBU (Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha). Pada saat ini, Pemerintah mempunyai 245 daftar
Proyek Strategis Nasional (PSN) ditambah 3 (tiga) program tambahan yang
nilainya lebih dari 4.100 triliun rupiah. Dari Rencana Anggaran Biaya
Negara (RAPBN) tahun 2018 sendiri, insfrastruktur dianggarkan 410 triliun
dari total RAPBN sebesar 2.210 triliun rupiah. Dari 245 daftar Proyek
Strategis Nasional (PSN) tersebut, terdapat 54 Proyek bendungan yang
sedang berjalan konstruksinya. Bendungan sendiri memiliki peran strategis
dalam mewujudkan sistem ketahanan pangan nasional. Namun, jumlah
bendungan yang ada saat ini belum mampu mengairi seluruh daerah sawah
irigasi yang ada.

Dari data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR),


diketahui jumlah sawah irigasi yaitu seluas 7,4 juta ha. Sementara jumlah
bendungan yang ada saat ini baru sebatas 230 buah. Dari 230 bendungan
yang ada, itu baru 11 % yang terlayani atau sekitar 760 ribu ha. Pemerintah
kini tengah menggenjot pembangunan 54 bendungan dalam kurun waktu
lima tahun. Diharapkan, bila seluruh pembangunan itu telah rampung, maka
luas area sawah yang terlayani irigasinya dapat bertambah sekitar 9 %. Dari
54 bendungan yang hendak diselesaikan, 5 bendungan diantaranya
merupakan bendungan yang telah digarap sejak periode pemerintahan
sebelumnya. Sedangkan 49 bendungan sisanya merupakan proyek baru
yang digagas pada pemerintahan saat ini. Pada pertengahan 2018,
diperkirakan baru sembilan bendungan yang akan rampung. Bila seluruh
proyek itu berjalan lancar, maka luas area yang teririgasi sampai
pertengahan 2018 akan bertambah menjadi 12,9 % atau sekitar 859 ribu ha.
Dengan penambahan jumlah bendungan ini, tak hanya berpengaruh
terhadap luas area lahan yang teririgasi, tetapi juga berdampak pada jumlah
hasil produksi tanaman yang ditanam petani.

9
Sebagai gambaran, tanpa ada bendungan biasanya produksi sawah hanya
bisa 1 hingga 2 kali saja dalam setahun. Sementara, dengan adanya
bendungan, produksi sawah diperkirakan bisa mencapai 3,5 kali dalam
setahun. Tak hanya menjadi sumber air irigasi, kehadiran bendungan juga
memberikan manfaat lain. Untuk diketahui, jenis bendungan yang dibangun
pemerintah yaitu bendungan multifungsi. Artinya, selain digunakan sebagai
sarana irigasi, bendungan itu juga digunakan sebagai sumber air baku,
perikanan, pengendali banjir hingga sumber tenaga untuk menggerakkan
turbin Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Dengan penambahan sembilan bendungan sampai akhir 2017, diperkirakan


kapasitas tampung bertambah sebesar 1.031 juta m3. Sementara, kapasitas
air baku yang menjadi supplai air minum masyarakat di sekitar bendungan
dan wilayah perkotaan bertambah sebesar 5 m3/dt . Adapun untuk potensi
energi akan bertambah hingga 112 MW. Khusus untuk energi, diperkirakan
potensi penambahan dapat mencapai 410 MW saat 54 proyek bendungan itu
rampung. Pembangunan bendungan di Indonesia sudah dimulai dari jaman
sebelum kemerdekaan dimana sudah ada 33 bendungan yang dibangun pada
era itu. Setelah kemerdekaan Indonesia perkembangan pembangunan
bendungan di Indonesia melambat yaitu hanya terbangun 11 bendungan
mulai tahun 1946 sampai dengan tahun 1970. Dimasa ini merupakan orde
lama dengan demikian pemerintah terfokus untuk mempertahankan
kemerdekaan indonesia. Pada masa orde baru yaitu pada tahun 1971 sampai
dengan tahun 2000, pembangunan bendungan meningkat drastis yaitu
sebanyak 105 bendungan di Indonesia.

Kemudian pada masa reformasi mulai ada penurunan pembangunan


bendungan mulai tahun 2000 sampai dengan tahun 2014 yaitu hanya 29
bendungan. Baru pada masa pemerintahan saat ini, yaitu pada pemerintahan
presiden Joko Widodo dalam masa pengabdiannya merencanakan 54
bendungan dalam kurun waktu 5 tahun.

10
Pembangunan sebuah bendungan berfungsi untuk keperluan irigasi, air
baku, pengendali banjir, pembangkit tenaga listrik, dan lainnya, dalam
rangka menunjang peningkatan status sosial ekonomi masyarakat,
pemenuhan swasembada pangan serta sebagai upaya konservasi lahan dan
air, di sisi lain bendungan mempunyai potensi bahaya yang cukup besar.
Sesuai dengan pencapaian target nawacita dan RPJMN tahun 2015 sampai
tahun 2019 rencana pembangunan bendungan yang berjumlah 54 buah
bendungan merupakan tantangan yang harus dihadapi bersama, karena
pembangunan bendungan memerlukan investasi yang sangat besar, maupun
pengorbanan masyarakat di bagian hilir maupun sekitar bendungan.

Sehingga hasil pembangunan tersebut dapat dioperasikan dan dipelihara


dengan baik agar investasi yang sangat besar tersebut tetap dapat memberi
manfaat bagi masyarakat. Menurut catatan sampai saat ini jumlah
bendungan termasuk tailing dam yang sudah dibangun di Indonesia
berjumlah 208 buah, baik milik pemerintah maupun non pemerintah, untuk
itu pengelolaan bendungan merupakan satu kegiatan yang sangat penting
agar bendungan beserta waduknya dapat berfungsi secara optimal, sehingga
memberikan manfaat sesuai dengan rencana sepanjang umur efektif dan
keamanan bendungan tetap terjaga. Bendungan bukan pilihan tunggal di
beberapa tempat yang ada, cara lain berupa air tanah yang masih mungkin
untuk dipompa, intake yang langsung di sungai, desalinasi maupun daur
ulang dari air limbah. Namun demikian, meningkatnya urbanisasi
mendorong kebutuhan bendungan untuk melindungi penduduk dari bahaya
banjir, khususnya terhadap pengaruh perubahan iklim global yang semakin
nyata.

Disamping itu, kebutuhan air untuk publik (M&I = Municipal & Industrial),
adanya bendungan diperlukan untuk kondisi makin bervariasinya hujan dan
kemarau akibat perubahan iklim global. Penyebab kurangnya pembangunan
dibanding kebutuhan yang meningkat dapat disebabkan oleh beberapa
faktor. Pertama, dampak positif bendungan sering dibandingkan dengan
dampak negatifnya yang dapat menghambat pembangunan.

11
Kedua, di beberapa tempat ada konsultasi publik yang mendukung
bendungan tapi juga ada yang menentang. Ketiga, pembiayaan proyek
bendungan sangat kompleks dibandingkan dengan pilihan proyek lain.
Keempat, saat proyek bendungan harus kompetisi dengan pilihan lain,
seringkali justru kalah bersaing.

Bendungan masih tetap satu satunya pilihan untuk memenuhi beberapa


kebutuhan, misalnya untuk air bersih saat opsi lain tidak tersedia dan laut
berada di posisi yang cukup jauh. Demikian pula untuk kebutuhan irigasi
dimana air bawah tanah tidak layak atau saat sungai tidak cukup debit airnya
di musim kemarau. Adanya bendungan besar seringkali dibangun pada skala
nasional dan regional, dimana belum pernah ada contoh negara yang dapat
berkembang tanpa pembangunan bendungan dengan laju yang memadai.

Bendungan Way Sekampung memiliki kapasitas tampung 68 juta m3 yang


akan memberikan pasokan air irigasi seluas 72.707 ha, potensi listrik 5,4
MW, dan mereduksi banjir 185 m3/dt. Lalu berfungsi juga menyediakan air
baku untuk Kota Bandar Lampung, Kota Metro, dan Kabupaten Lampung
Selatan sebesar 2,48 m3/dt dan menjadi objek wisata di Kabupaten
Pringsewu. Didalam perencanaan pemerintah, selesainya bendungan ini
nantinya akan diikuti pembangunan jaringan irigasi premium, yakni irigasi
yang mendapat suplai air dari bendungan. Dengan demikian, bendungan
yang dibangun dengan biaya mahal bisa dipastikan mengalirkan air hingga
ke sawah-sawah petani.

Posisi bangunan bendungan berada di 2 desa dan 2 kecamatan Kabupaten


Pringsewu, yakni di Desa Bumiratu Kecamatan Pagelaran, dan Desa
Banjarejo Kabupaten Banyumas. Akan tetapi genangannya ada di dua
Kabupaten, yaitu Kabupaten Pringsewu dan Kabupaten Tanggamus yang
ada di sebelah barat Pringsewu, sehingga akan ada 9 pekon (desa) di
Pringsewu dan 4 pekon di Tanggamus yang teraliri air dari bendungan ini.
Menurut data dari Kementerian PUPR, sebanyak 461 ha genangan berada
di Kabupaten Pringsewu, dengan 206 ha sisanya berlokasi di Kabupaten

12
Tanggamus. Demi mendukung kelancaran pengerjaan, turut dibangun satu
rute jalan baru ke lokasi bendungan sepanjang 3 km, yang mengarah ke
Kabupaten Pringsewu.

Di sisi lain, pembangunan Bendungan Way Sekampung merupakan isu


strategis dalam penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Pringsewu, sehingga Tim Konsultan Penyusunan Revisi RTRW
Kabupaten Pringsewu melakukan kunjungan lapangan untuk meninjau
Pembangunan Bendungan Way Sekampung di Pekon Bumi Ratu
Kecamatan Pagelaran, yang diikuti oleh Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji
Sekampung, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten
Pringsewu dan Tim Konsultan Penyusunan Revisi RTRW Kabupaten
Pringsewu.

Bendungan Way Sekampung mempunyai luas daerah pengaliran sungai


sekitar 346 km2 dengan kapasitas Tampungan Total Air (NWL) sekitar
68,06 x 106 m3 dan luas tampungan pada elevasi HWL sekitar 80 ha.
Diperkirakan pembangunan Bendung Way Sekampung akan selesai pada
tahun 2020.

Pembangunan Bendungan Way Sekampung mempunyai manfaat, yaitu :


1. Penyediaan air irigasi DI Sekampung Sistem dengan luas areal 373 ha,
dengan peningkatan intensitas tanam menjadi 270 % (pola tanam Padi-
Padi-Palawija);
2. Penyediaan air irigasi untuk pengembangan DI Rumbia Extension
dengan luas 17.334 ha;
3. Penyediaan air baku sebesar 482 ltr/dt untuk Kota Bandar Lampung,
Branti dan Kota Metro;
4. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) dengan daya sebesar
5,4 MW (2 x 2,7 MW).

Dengan begitu besar cakupan dan manfaat dari adanya pembangunan


Bendungan Way Sekampung, sehingga akan berpengaruh besar terhadap
perubahan pola ruang Kabupaten Pringsewu dan dimungkinkan merubah

13
struktur ruang Kabupaten Pringsewu yang sudah ada. Berdasarkan hal
tersebut maka Bendungan Way Sekampung harus masuk kedalam Revisi
Rencana Tata Ruang Kabupaten Pringsewu.

2.3. Lokasi Proyek

Lokasi proyek Bendungan Way Sekampung ini berada di Pekon Bumi Ratu,
Kecamatan Pagelaran di kanan sungai dan Desa Banjarejo, Kecamatan
Banyumas di kiri sungai, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung yang
terletak pada koordinat 1040 48' - 1050 08' Bujur Timur dan 50 12' - 50 33'
Lintang Selatan. Dibawah ini merupakan denah lokasi pekerjaan proyek
Bendungan Way Sekampung yang dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Lokasi Proyek


Sumber : Data Proyek Bendungan Way Sekampung

14
2.4. Informasi Proyek

2.4.1. Data Umum Proyek

Berikut adalah data informasi umum tentang proyek pembangunan


Bendungan Way Sekampung (Paket 1) di Kabupaten Pringsewu, Lampung:
1. Nama Proyek : Pembangunan Bendungan Way Sekampung
(Paket 1)
2. Lokasi Proyek : Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung
3. Pemilik Proyek : Kementrian PUPR
Direktorat Jendral Sumber Daya Air
BBWS Mesuji Sekampung SNVT
Pembangunan Bendungan BBWS Mesuji
Sekampung
4. Tanggal Dimulai : 28 September 2016
5. Nilai Kontrak Proyek : Rp. 873.279.880.000,00
6. Sumber Dana Proyek : APBN tahun 2016-2020
7. Proses Pelaksanaan : Design Bid Build
8. Jenis Kontrak : Unit Price
9. Proses Tender : Pra Kualifikasi
10. Kontraktor : PT. PP-Ashfri Konsorsium
11. Sub Kontraktor : PT. PP Presisi
12. Konsultan Perencana : PT. Indra Karya (Persero)
13. Konsultan Pengawas : PT. Tata Guna Patria, KSO
14. Masa Pelaksanaan : 1.440 hari kalender
15. Masa Pemeliharaan : 450 hari kalender

2.4.2. Data Teknis Proyek

Dibawah ini merupakan lingkup pekerjaan proyek Bendungan Way


Sekampung yang dapat dilihat pada Gambar 2.4.

15
Gambar 2.4. Lingkup Pekerjaan Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 1)
Sumber : Data Proyek Bendungan Way Sekampung

Berikut adalah data teknis dari proyek pembangunan Bendungan Way


Sekampung (Paket 1) di Kabupaten Pringsewu, Lampung yaitu :
1. Pekerjaan Galian
a. Pekerjaan galian akses kanan dan PLTA
Rencana galian lereng spillway, dikerjakan sesuai dengan data teknis
sebagai berikut:
1) Max top elevasi : EL. + 181,053 mdpl
2) EL. puncak main dam : EL. + 130,000 mdpl
3) Tinggi lereng spillway : 51 m (digali dengan desain 10-12
trap)
4) Bot. elevasi spillway : EL. +130,00 mdpl
5) Jumlah trap (maksimal) : 11 trap, tinggi per trap 5 m, lebar
berm 2 m, rasio V:H 1: 1
6) Jenis galian : Galian tanah biasa, galian batu
7) Volume pekerjaan : Total volume pekerjaan (700,698
m3 )
a) Galian tanah : 343.203 m3
b) Galian tanah berbatu : 282.907 m3
c) Galian batu : 74.589 m3

16
b. Pekerjaan galian spillway dan akses kiri
Rencana galian lereng spillway, dikerjakan sesuai dengan data teknis
sebagai berikut :
1) Top elevasi : EL. + 244,825 mdpl
2) EL. puncak main dam : EL. + 130,000 mdpl
3) Tinggi lereng spillway : 114,825 m (digali dengan desain 23
trap)
4) Bot. elevasi spillway : EL. +100,960 mdpl
5) Jumlah trap (maksimal) : 23 Trap, tinggi per trap 5 m, lebar
berm 2 m, rasio V:H 1: 1
6) Jenis galian : Galian tanah biasa, galian batu
7) Volume pekerjaan : Total volume pekerjaan
(3.567.104,23 m3)
a) Galian tanah : 378.808 m3
b) Galian tanah berbatu : 2.695.732 m3
c) Galian batu : 549.951 m3

2. Jalan Akses
Data perkerasan jalan akses dengan desain rigid pavement sebagai
berikut :
a. Panjang jalan akses kanan : 2.827 m (kelas IIIc)
b. Panjang jalan inspeksi PLTA : 417 m (kelas IIIc)
c. Panjang jalan akses kiri : 750 m (kelas IIIc)

d. Lebar rumija : 12 m (badan jalan: 7 m ; bahu


jalan: 3 m ; drainase: 2 m)
e. Perkerasan badan jalan
1) Lapis pondasi bawah : 20 cm (agregat base kelas B)
2) Lapis pondasi atas : 5 cm (agregat base A)
3) Lapis perkerasan : 30 cm (Rigid pavement K-350)
f. Drainase bahu jalan : U-Ditch precast 60 x 60 x 120 cm
(total lebar 74 m)

17
3. Slope Protection
Rencana pekerjaan slope protection, dibagi menjadi dua item, yaitu :
a. Shotcrete
Data teknis untuk pengerjaan shotcrete sebagai berikut :
1) Volume shotcrete area kanan : 25.752 m2
2) Volume shotcrete area kiri : 52.731 m2
3) EL. bottom shotcrete : + 130,010 mdpl
4) EL. top shotcrete : + 184,870 mdpl
5) Ketebalan shotcrete : 10 cm
6) Wiremesh ulir : M-4 spasi 150
7) Mutu beton : K-300, metode dry mix
8) Proteksi shotcrete pada permukaan batuan untuk mencegah
pelapukan;
9) Drainase dalam menggunakan weephole 2”, kedalaman 30 cm,
dengan pelapis ijuk, dengan jarak center to center (ctc) 3 m;
10) Angkur besi D-16 bentuk “L”, panjang 50 cm, dengan jarak center
to center (ctc) 3 m;
11) Pencampuran dry mix menggunakan carmix kapasitas 2.5 m3.

b. Vegetasi
Data teknis untuk pengerjaan vegetasi sebagai berikut :
1) EL. bottom shotcrete : + 128,010 mdpl
2) EL. top shotcrete : + 144,870 mdpl
3) Proteksi shotcrete pada permukaan tanah untuk mencegah tanah;
4) Angkur menggunakan besi D-16 bentuk “L”, panjang 50 cm,
dengan jarak center to center (ctc) 3 m;
5) Jarak penemplokan media tanam dengan jarak 30 cm;
6) Media geomat dengan kawat bronjong berlapis PVC.

18
4. Struktur Beton Spillway
Berdasarkan perencanaan, desain spillway direncanakan sebagai berikut:
a. Tipe : Kombinasi pelimpah bebas dan
berpintu
b. EL. ambang bebas : EL. 124 mdpl
c. Lebar ambang bebas : 85 m
d. EL. ambang berpintu : EL. 116 mdpl
e. Lebar ambang berpintu : 18 m (tiap bagian 9 m)
f. Pintu baja tipe radial : 9 m (l) x 13 m (t), 2 set
g. Panjang total : 368,42 m

1) Spillway terdiri dari saluran-saluran sebagai berikut :


a) Panjang pelimpah bebas : 85 m
b) Panjang saluran transisi : Menyempit (44,63 m); lurus (61 m)
c) Panjang chute way : 64 m (horizontal), 66,55 m (miring)
d) Panjang peredam energi : 42 m
e) Debit banjir Q1000 th (inflow) : 1987,70 m3/dt
f) Debit outflow Q 1000 th : 1738,26 m3/dt

2) Pier Utama Pelimpah Berpintu


a) Tinggi pier utama : 28,5 m tapak hilir, 22 m tapak hulu
b) Lebar pier utama : 7,66 m
c) Panjang pier utama : 53 m
d) Vol. beton pier utama : 11.680 m3

3) Mercu Pelimpah Berpintu


a) Tinggi mercu : 14,5 m;
b) Lebar mercu :9m
c) Panjang mercu : 33,64 m
d) Vol. beton pier utama : 2.290 m3 (1 bagian ambang)

4) Dinding ambang bebas


a) Tebal lantai spillway : 0,60 - 1,00 m
b) Tebal dinding spillway : 12 - 6,25 m (↑); 1,50 - 0,6 m (↓)

19
c) Tinggi dinding spillway : 21 - 9 m (variasi bagian Spillway)
d) Mutu beton :
1. K-300 pelapis permukaan ambang pelimpah (vol: 1.831 m3)
2. K-225 lantai dan dinding (vol: 125.867 m3)
3. K-125 lain-lain (vol: 3.187 m3)

5. Bangunan intake
a. Tipe : Drop inlet ( pintu berupa Menara)
b. Invert intake : EL. 104,50 m
c. MOL (min. operation level) : EL. 112 m
d. Tinggi intake : 27,50 m
e. Dimensi intake : 5 m (B) x 5 m (L)
f. Trashrack : 5 m (B) x 5 m (L) x 5 bh

2.5. Struktur Organisasi Proyek

Struktur organisasi merupakan susunan dan hubungan antara setiap bagian


maupun posisi yang terdapat pada sebuah organisasi atau perusahaan dalam
menjalankan kegiatan-kegiatan operasionalnya dengan maksud untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Struktur organisasi
dapat menggambarkan secara jelas pemisahan kegiatan dari pekerjaan
antara yang satu dengan kegiatan yang lainnya dan juga bagaimana
hubungan antara aktivitas dan fungsi dibatasi. Di dalam struktur organisasi
yang baik harus dapat menjelaskan hubungan antara wewenang siapa
melapor atau bertanggung jawab kepada siapa, jadi terdapat suatu
pertanggungjawaban apa yang akan dikerjakan.

20
2.5.1. Pihak Yang Terlibat

Secara garis besar, pihak terkait yang terlibat dalam proyek pembangunan
Bendungan Way Sekampung (Paket 1) ini adalah :
1. Kementrian PUPR Direktorat Jendral Sumber Daya Air SNVT
Pembangunan Bendungan BBWS Mesuji Sekampung
2. PT. PP-Ashfri Konsorsium
3. PT. Tata Guna Patria, KSO
4. PT. Indra Karya (Persero)

Tugas dan wewenang dari masing-masing pihak adalah sebagai berikut :


1. Owner (pemilik proyek)
Owner merupakan seorang atau instansi yang memiliki proyek dan
memberikannya kepada pihak lain yang mampu melaksanakannya sesuai
dengan perjanjian kontrak kerja dimana pada proyek ini adalah
Kementrian PUPR Direktorat Jendral Sumber Daya Air SNVT
Pembangunan Bendungan BBWS Mesuji Sekampung.

Tugas owner, yaitu :


a. Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan proyek;
b. Mengadakan kegiatan administrasi proyek;
c. Memberikan tugas kepada kontraktor atau melaksanakan pekerjaan
proyek;
d. Meminta pertanggungjawaban kepada konsultan pengawas atau
manajemen konstruksi (MK);

Wewenang owner, yaitu :


a. Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan proyek;
b. Mengadakan kegiatan administrasi proyek;
c. Memberikan tugas kepada kontraktor atau melaksanakan pekerjaan
proyek;
d. Meminta pertanggungjawaban kepada konsultan pengawas atau
Manajemen Konstruksi (MK);
e. Menerima proyek yang sudah selesai dikerjakan oleh kontraktor.

21
2. Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas merupakan pihak (dapat berupa badan usaha atau
perorangan) yang ditunjuk oleh owner untuk melaksanakan pekerjaan
pengawasan dimana pada proyek ini adalah PT. Tata Guna Patria, KSO.

Tugas konsultan pengawas, yaitu:


a. Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan
kontrak kerja;
b. Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan
pelaksanaan proyek;
c. Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek untuk dapat dilihat
oleh pemilik proyek;
d. Konsultan pengawas memberikan saran atau pertimbangan kepada
pemilik proyek maupun kontraktor dalam proyek pelaksanaan
pekerjaan;
e. Memeriksa dan menyetujui gambar shop drawing yang diajukan
kontraktor sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan proyek;
f. Memilih dan memberikan persetujuan mengenai tipe dan merek yang
diusulkan oleh kontraktor agar sesuai dengan harapan pemilik proyek
namun tetap berpedoman dengan kontrak kerja konstruksi yang sudah
dibuat sebelumnya.

Wewenang konsultan pengawas, yaitu :


a. Menegur pihak pelaksana pekerjaan jika terjadi penyimpangan
terhadap kontrak kerja;
b. Menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika pelaksana proyek tidak
tidak memperhatikan peringatan yang diberikan;
c. Memberikan tanggapan atas usul pihak pelaksana proyek konsultan
pengawas berhak memeriksa gambar shop drawing pelaksana proyek;
d. Melakukan perubahan dengan menerbitkan berita acara perubahan;
e. Mengoreksi pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor agar sesuai
dengan kontrak kerja yang telah disepakati sebelumnya.

22
3. Kontraktor
Kontraktor merupakan entitas hukum atau individu yang ditunjuk untuk
melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan keahliannya. Dalam
definisi lain menyatakan bahwa perusahaan yang penawaran harganya
telah diterima dan telah diberikan penunjukan surat serta
menandatangani surat perjanjian dengan pemberi tugas pekerjaan
pemborongan sehubungan dengan pekerjaan proyek dimana PT. PP-
Ashfri Konsorsium bertindak sebagai kontraktor.

Tugas kontraktor, yaitu :


a. Melaksanakan pembangunan bekerja sesuai dengan peraturan dan
spesifikasi yang telah direncanakan dan ditentukan di dalam kontrak
perjanjian pemborongan;
b. Memberikan laporan kemajuan proyek meliputi laporan harian,
mingguan, dan bulanan kepada pemilik proyek yang berisi antara lain:
1) Pelaksanaan pekerjaan;
2) Prestasi kerja dicapai;
3) Jumlah tenaga kerja yang digunakan;
4) Jumlah bahan-bahan yang masuk, keadaan cuaca dan lain-lain;
5) Menyediakan tenaga kerja, bahan, peralatan, tempat kerja, dan alat-
alat pendukung lainnya yang digunakan mengacu pada gambar dan
spesifikasi set memperhatikan waktu, biaya, kualitas dan pekerjaan
keamanan;
6) Sepenuhnya bertanggung jawab atas kegiatan pembangunan dan
metode pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

Wewenang kontraktor, yaitu :


1) Menyediakan tenaga ahli sebagai tenaga pelaksana di lapangan;
2) Menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan.;
3) Menyerahkan pekerjaan yang telah selesai dikerjakan yang disertai
dengan RKS dan bestek;
4) Berhak menerima pembayaran.

23
4. Konsultan Perencana
Konsultan perencana merupakan pihak yang ditunjuk untuk
melaksanakan pekerjaan perencanaan, perencana dapat berupa
perorangan atau badan usaha baik swasta maupun pemerintah pada
proyek ini yaitu PT. Indra Karya (Persero). Konsultan Perencana
mendapatkan proyek melalui proses lelang yang diadakan panitia tender
pekerjaan konstruksi.

Tugas konsultan perencana, yaitu :


a. Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan
pemilik proyek;
b. Membuat gambar kerja pelaksanaan;
c. Membuat Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Pelaksanaan Bangunan
(RKS) sebagai pedoman pelaksanaan;
d. Membuat Rencana Anggaran Biaya (RAB);
e. Memproyeksikan ide-ide pemilik proyek ke dalam desain bangunan;
f. Melakukan perubahan desain bila terjadi penyimpangan pelaksanaan
pekerjaan di lapangan yang tidak memungkinkan untuk dilaksanakan;
g. Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika
terjadi kegagalan konstruksi.

Wewenang konsultan perencana, yaitu :


a. Mempertahankan desain dalam hal adanya pihak-pihak pelaksana
bangunan yang melaksanakan pekerjaan tidak sesuai dengan rencana;
b. Menentukan warna dan jenis material yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

24
2.5.2. Struktur Organisasi PT. PP-ASHFRI KONSORSIUM Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 1)

Dibawah ini merupakan Struktur Organisasi PT. PP-ASHFRI KONSORSIUM Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 1)
sesuai kontrak yang dapat dilihat pada Gambar 2.5.2.

Gambar 2.5. Struktur Organisasi PT. PP-ASHFRI KONSORSIUM Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 1) Sesuai Kontrak
Sumber : Dokumen Kontrak Proyek Bendungan Way Sekampung

25
Dibawah ini merupakan Struktur Organisasi PT. PP-ASHFRI KONSORSIUM Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 1)
saat ini yang disajikan pada gambar 2.6.1.

Gambar 2.6. Struktur Organisasi PT. PP-ASHFRI KONSORSIUM Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 1) Saat Ini
Sumber : Dokumen Kontrak Proyek Bendungan Way Sekampung

26
2.5.3. Uraian Struktur Organisasi PT. PP-ASHFRI KONSORSIUM Proyek
Bendungan Way Sekampung (Paket 1)

1. Project Manager
Adapun Project Manager membawahi sebagai berikut :
a. Quality Control (QC) ;
b. Safety Health & Environment Officer (SHEO) ;
c. Site Administration Manager (SAM);
d. Site Engineering Manager (SEM) ;
e. Site Commercial Manager (SCM);
f. Site Operation Manager (SOM).

Tugas dan Tanggung Jawab Project Manager, yaitu :


a. Membuat RAPK dan kegiatan perencanaan yang lain (review doc,
spec hitung kembali dan metode pelaksanaan);
b. Mempresentasikan RAPK untuk disahkan;
c. Menangani tugas-tugas :
1) Engineering (termasuk administrasi kontrak);
2) Administrasi keuangan, personalia & umum;
3) Operasi lapangan (quality plan, production plan dan safety plan).
d. Membina hubungan kerja dengan :
1) Owner;
2) Konsultan Perencana/ Pengawas;
3) Mitra Kerja;
4) Supplier;
5) Sub Kontraktor;
6) Mandor.
e. Melaksanakan rapat mingguan atau rapat bulanan internal dan
eksternal;
f. Mengadakan evaluasi terhadap :
1) Progress fisik;
2) Biaya;
3) Quality;

27
4) Standart;
5) Moral dan Maintenance.
g. Membuat rencana tindak lanjut/corrective action;
h. Membina SEM, SOM, SAM guna peningkatan kinerjanya dalam
mendukung visi perusahaan.

2. Quality Control (QC)


Tugas dan Tanggung Jawab Quality Control (QC), yaitu :
a. Mengelola informasi up to date ke cabang dan proyek;
b. Melakukan evaluasi atas NCR, CAR dan customer complaint yang
terbit di proyek;
c. Merencanakan dan melaksanakan Audit ISO 9001:2000;
d. Mendampingi auditor internal dan eksternal dalam melaksanakan
audit bidang mutu;
e. Melaksanakan training ISO 9001 tahun 2000;
f. Mengusulkan tindakan perbaikan mutu kepada Project Manager
untuk ditindaklanjuti oleh SOM;
g. Mempresentasikan hasil pelaksanaan pengendalian mutu dan
pelaksanaan SMM ISO 9001 tahun 2000 di manajemen review
proyek.

3. Assistant Quality Control


Tugas dan Tanggung Jawab Assistant Quality Control (AQC), yaitu :
a. Melakukan pembuatan dokumentasi proyek sampai dengan
penyerahan proyek;
b. Menganalisis pengukuran quality product;
c. Menganalisis pencapaian kualitas;
d. Menganalisis dan memonitor program kerja proyek;
e. Memonitor pelaksanaan inovasi proyek.

28
4. Safety, Health & Environment Officer (SHEO)
Tugas dan tanggung jawab Safety, Health & Environment Officer
(SHEO), yaitu :
a. Mengelola informasi up to date ke cabang dan proyek;
b. Melakukan evaluasi atas NCR, CAR dan customer complaint yang
terbit di proyek;
c. Merencanakan dan melaksanakan Audit OHSAS 18001 tahun 1999
dan ISO 14001 tahun 2004;
d. Melaksanakan training OHSAS 18001 tahun 1999 dan ISO 14001
tahun 2004;
e. Mendampingi auditor intern dan ekstern dalam melaksanakan audit
bidang K3 dan Lingkungan;
f. Mempresentasikan hasil pelaksanaan pengendalian Sistem
Manajemen K3 OHSAS 18001 tahun 1999 dan pelaksanaan
pengendalian Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 tahun 2004.

5. Safety Surveyor (SS)


Tugas dan tanggung jawab Safety Surveyor (SS), yaitu :
a. Melakukan pembuatan dokumentasi proyek sampai dengan
penyerahan proyek;
b. Menganalisis pengukuran SHE;
c. Menganalisis pencapaian aplikasi safety dan lingkungan;
d. Menganalisis dan memonitor program kerja proyek.

6. Site Administration Manager (SAM)


Tugas dan tanggung jawab Site Administration Manager (SAM), yaitu :
a. Melakukan penelitian kembali untuk meyakinkan kebenaran/
ketepatan yang telah dilakukan;
b. Secara periodik membuat laporan-laporan yang telah ditetapkan;
c. Pengesahannya pada pejabat yang berwenang dan mengirimkannya
kepada pihak-pihak yang memerlukan sesuai prosedur yang berlaku;
d. Mengurus masalah-masalah perpajakan dan asuransi;
e. Melaksanakan penutupan proyek secara administratif;

29
f. Mengendalikan kas bon/uang muka/kas kecil;
g. Menyiapkan, mengevaluasi, mengikuti realisasi dan meng-update
rencana penerimaan dan pengeluaran proyek;
h. Menerima berkas-berkas tagihan dari pihak luar, memeriksa
kelengkapan dokumen tagihan dan tanda terima;
i. Merencanakan dan kemudian melaksanakan pembayaran;
j. Melaksanakan penagihan kepada pihak luar atau pemberi tugas atas
prestasi proyek yang telah dicapai;
k. Membuat DUB dengan dasar LPB;
l. Melaksanakan pengadministrasian keuangan dan melaksanakan
pencatatan mutasi keuangan secara khusus;
m. Mengurus masalah-masalah kepegawaian seperti kebutuhan tenaga
kerja proyek, asuransi-asuransi lain yang ada di dalam proyek dan
lain-lain;
n. Menyusun masalah-masalah dibidang umum yang lain;
o. Bertanggung jawab terlaksananya Sistem Management Mutu ISO-
9001 tahun 2000, OHSAS 18001 tahun 1999 dan Sistem Manajemen
Lingkungan 14001 tahun 2004;
p. Membina staf dilingkungan unitnya guna peningkatan kinerjanya
dalam mendukung visi perusahaan.

7. Co-SAM
Tugas dan tanggung jawab Co-SAM, yaitu :
a. Melakukan pencatatan berkas-berkas transaksi ke dalam media
pembukuan secara benar dan tepat waktu secara benar dan tepat
waktu;
b. Sebagai anggota tim yang melaksanakan opname kas dan sediaan
secara periodik;
c. Mencocokkan buku bank dan rekening koran yang diterima dari bank;
d. Melakukan verifikasi seluruh dokumen transaksi pembayaran;
e. Melaksanakan pencatatan uang muka, pengurusan jaminan Bank dan
utang piutang lain, mengurus Bank garansi sesuai kewenangannya;

30
f. Mengelola cek, uang tunai serta surat-surat berharga yang dimiliki
proyek;
g. Mengurus kebutuhan alat-alat kantor, akomodasi dan perjalanan dinas
bagi personal proyek;
h. Membuat laporan-laporan secara periodik antara lain : laporan
personalia proyek, laporan inventaris dan peralatan proyek, laporan
kegiatan keamanan proyek.

8. Accounting
Tugas dan tanggung jawab Accounting, yaitu :
a. Membuat laporan bulanan keuangan proyek dan bertanggung jawab
kepada Site Administration Manager (SAM) dan Project Manager
(PM);
b. Membuat laporan keuangan realisasi proyek;
c. Evaluasi laporan keuangan;
d. Membuat rencana anggaran belanja proyek untuk kerja tak langsung
secara baik dan benar;
e. Memantau realisasi terhadap anggaran yang telah ditetapkan;
f. Menyelenggarakan pembukuan kas dan memantau posisi saldo kas
proyek.

9. General Affair
Tugas dan tanggung jawab General Affair, yaitu :
a. Mengurus perijinan yang diperlukan perusahaan;
b. Memelihara hubungan baik dengan lingkungan sekitar perusahaan;
c. Melaporkan secara periodik keberadaan dan kondisi asset perusahaan;
d. Memelihara fasilitas kantor;
e. Bertanggung jawab terhadap keamanan seluruh fasilitas kantor dan
asset perusahaan.

31
10. Driver
Tugas dan tanggung jawab Driver, yaitu :
a. Memeriksa kelengkapan kendaraan agar dalam kondisi siap pakai;
b. Mengantarkan pimpinan atau pegawai dalam melaksanakan tugas
sesuai perintah.

11. Office Boy


Tugas dan tanggung jawab Office Boy, yaitu :
a. Menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan proyek;
b. Menyiapkan makan karyawan proyek.

12. Site Engineering Manager (SEM)


Tugas dan tanggung jawab Site Engineering Manager (SEM), yaitu :
a. Membuat perencanaan operasionil meliputi ;
1) Quality Plan;
2) Site Installation;
3) Metode Pelaksanaan;
4) Shop Drawing;
5) Perhitungan konstruksi yang diperlukan;
6) RAPK, Cash Flow;
7) Safety Plan;
8) Schedulling.
b. Mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan dalam kontrak kerja Pihak
I (Owner) dan Pihak ke II (Owner) dan Pihak ke III (Sub Kontraktor);
c. Mengadakan komunikasi dengan klien/perencana/pengawas dalam
bidang-bidang teknis operasionil;
d. Mengadakan value engineering terhadap perencanaan proyek;
e. Menyiapkan job list sesuai dengan tahap pekerjaan untuk keperluan
Project Manager (PM);
f. Mengadministrasikan pekerjaan tambah/kurang dan menyusunnya
dalam addendum kontrak;
g. Membina staf dilingkungan unitnya guna peningkatan kinerjanya
dalam mendukung visi perusahaan.

32
13. Site Engineer
Tugas dan tanggung jawab Site Engineer, yaitu :
a. Membuat laporan-laporan proyek (mingguan, bulanan dsb);
b. Melakukan seleksi dan negosiasi dengan sub kontraktor dan supplier
sesuai dengan prosedur yang berlaku;
c. Membuat laporan penutupan proyek;
d. Melaksanakan pengawasan :
1) Terhadap mutu produk melalui jadwal inspeksi;
2) Terhadap biaya (membuat EBPP);
3) Terhadap cash in dan cash out (termasuk WIP);
4) Terhadap pelaksanaan safety patrol dan safety meeting;
5) Terhadap progress fisik;
6) Terhadap pendatangan material;
7) Terhadap jadwal pendatangan dan maintenance peralatan;
8) Dalam mendayagunakan kesempatan untuk melakukan claim.

14. Quantity Surveyor (QS)


Tugas dan tanggung jawab Quantity Surveyor (QS), yaitu :
a. Bertanggung jawab terhadap shop drawing, engineering proyek
laporan harian, mingguan dan bulanan kepada Site Engineering
Manager (SEM), General Superintendent (GSP);
b. Merencanakan rencana mingguan, bulanan dan koordinasi dengan Site
Operational Manager (SOM);
c. Pemeriksaan di lapangan;
d. Membuat progress lapangan;
e. Progressing mingguan dan bulanan;
f. Evaaluasi gambar usulan;
g. Membuat laporan bulanan;
h. Mengadakan rapat koordiansi;
i. Mengevaluasi hasil pekerjaan terhadap schedule yang sudah dibuat;
j. Mengontrol dan bertanggung jawab atas terlaksananya laporan harian;
k. Melakukan daily progressing dari data daily report yang ada;
l. Menyiapkan back up yang diperlukan utnuk item tersebut di atas;

33
m. Mengevaluasi pekerjaan mandor dengan volume yang dibayar;
n. Terselenggaranya pengendalian mutu, waktu, biaya dan kuantitas
pekerjaan;
o. Membuat review desain apabila ada penyimpangan dalam
pelaksanaan di lapangan;
p. Menyiapkan Time Schedule&Network Planning termasuk jadwal
penyediaan bahan, alat dan tenaga;
q. Mempersiapkan perhitungan volume pekerjaan dan menyusun gambar
revisi untuk memperoleh persetujuan pengawas/direksi pekerjaan;
r. Mengoordinasi dan mengarahkan surat-surat permintaan pelaksanaan
pekerjaan pada pengawas/direksi pekerjaan;
s. Mengkoordinir dan mengarahkan tentang mutu bahan.

15. Metode Program


Tugas dan Tanggung Jawab Metode Program, yaitu :
a. Bertanggung jawab terhadap metode yang akan dilaksanakan di
lapangan dari segi keamanan dan keselamatan dalam pelaksanaan
pekerjaan di lapangan dan bertanggung jawab kepada Site
Engineering Manager (SOM) dan Project Manager (PM);
b. Pengisian I-Risk;
c. Membuat usulan gambar kerja;
d. Melakukan evaluasi dari metode yang telah dijalankan;
e. Mengadakan dan mengkoordinasi pekerjaan kepada Site Operational
Manager (SOM);
f. Mencatat dan menyimpan data kendala di lapangan karena kondisi
lokasi;
g. Melakukan pengecekan sebelum pekerjaan dimulai;
h. Koordinasi dengan pihak divisi lain konsultan dan owner.

16. Plan and Design


Tugas dan tanggung jawab Plan and Design, yaitu :
a. Membuat gambar kerja (shop drawing);
b. Membuat gambar akhir pelaksanaan pekerjaan (as built drawing).

34
17. Document Control
Tugas dan tanggung jawab Document Control, yaitu :
a. Surat menyurat dengan owner;
b. Mengetik surat-surat dinas;
c. Mengarsipkan semua lamaran yang baik yang diterima maupun
ditangguhkan;
d. Mengarsipkan semua surat masuk dan keluar;
e. Menyusun akomodasi proyek;
f. Mengevaluasi uang muka dan pertanggung jawaban keuangan;
g. Membuat weekly report;
h. Membuat perhitungan gaji tenaga harian;
i. Administrasi dan filling data personalia untuk mutasi tenaga kerja;
j. Menyelenggarakan/mengoordinasi kebutuhan akomodasi proyek;
k. Membuat absensi karyawan.

18. Site Commercial Manager (SCM)


Tugas dan tanggung jawab Site Commercial Manager (SCM), yaitu :
a. Melaksanakan proses pengadaan material dan jasa dengan mengacu
pada prosedur pelaksanaan yang telah ditetapkan agar
subkontraktor/supplier yang terpilih memenuhi tuntutan mutu, K3L,
waktu, dan biaya;
b. Melaksanakan proses verifikasi dan pengendalian biaya (variation
order dan progress payment) baik ke owner maupun ke subkontraktor;
c. Memahami business process di proyek;

19. Pengendalian Operasional Proyek (POP)


Tugas dan tanggung jawab Pengendalian Operasional Proyek (POP),
yaitu :
a. Bertanggung jawab terhadap biaya, sub kontraktor, supplier dan
mandor kepada Site Engineering Manager (SEM) dan Project
Manager (PM);
b. Membuat evaluasi biaya pengendalian proyek;

35
c. Membuat schedule pembayaran kepada sub kontraktor, supplier dan
mandor;
d. Melakukan negosiasi sub kontraktor, supplier dan mandor bersama-
sama dengan Site Engineering Manager (SEM) dan Project Manager
(PM);
e. Melakukan evaluasi terhadap sub kontraktor, supplier dan mandor;
f. Mengendalikan biaya operasional proyek.

20. Logistik
Tugas dan tanggung jawab Logistik, yaitu :
a. Bertanggung jawab langsung Site Engineering Manager (SEM) dan
Project Manager (PM) tentang kondisi kebutuhan material yang ada
di proyek;
b. Membuat laporan penerimaan barang (LPB) proyek maupun kantor;
c. Mencatat keluar masuknya barang (material) proyek dan kantor;
d. Check material yang dating;
e. Mempersiapkan laporan untuk PJK ke kantor pusat.

21. Pengadaan Barang


Tugas dan tanggung jawab Pengadaan Barang, yaitu :
a. Pengadaan material proyek;
b. Mempersiapkan berkas-berkas untuk pengajuan uang muka;
c. Merencanakan kebutuhan material yang diperlukan;
d. Melaksanakan koordinasi dengan staff teknik tentang kebutuhan
material dan waktu pengirimannya;
e. Membuat laporan mingguan terhadap material datang dan keluar;
f. Mengevaluasi data material datang dan keluar;
g. Membuat uang muka material proyek, monitoring dan evaluasi
penggunaan material alat atas realisasi dan budget untuk dilaporkan
secara berkala.

36
22. Site Operation Manager (SOM)
Tugas dan tanggung jawab Site Operation Manager (SOM), yaitu :
a. Mengadakan pengecekan transaksi-transaksi pelaksanaan proyek,
mengkompilasikan dan membandingkan dengan rencana semula;
b. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan mutu yang direncanakan;
c. Menghentikan pelaksanaan pekerjaan yang tidak memenuhi standart
mutu yang ditetapkan;
d. Mengkoordinir General Superintendent melakukan pengecekan
terhadap pengukuran pengukuran prestasi mandor, tenaga kerja harian
dll;
e. Mengkoordinir General Superintendent untuk membuat SPK ke
mandor;
f. Mengkoordinir General Superintendent membuat SPP, BPB, Bon
Penerimaan dari mandor;
g. Meneliti dan mensahkan tagihan-tagihan mandor dan sub kontraktor
yang berhubungan dengan volume fisik dan harga satuan;
h. Melaksanakan kompilasi dan klasifikasi terhadap realisasi
pelaksanaan pekerjaan dan transaksi-transaksi tersebut tidak melebihi/
bertentangan dengan rencana semula baik volume maupun biayanya;
i. Membina dan melatih keterampilan para tukang dan mandor dan
menilai kemampuannya sesuai standar atau tidak;
j. Melaksanakan pengujian-pengujian laboratoris yang diperlukan guna
meyakinkan bahwa pekerjaan sudah dilaksanakan mutu yang
dikehendaki;
k. Membina GSP guna peningkatan kinerjanya dalam mendukung visi
perusahaan.

23. General Superintendent (GSP)


Tugas dan tanggung jawab General Superintendent (GSP), yaitu :
a. Bertanggung jawab kepada Site Operation Manager dan Project
Manager dalam pelaksanaan di lapangan dan sebagai wakil
perusahaan di dalam pelaksanaan di proyek;
b. Memimpin kegiatan pelaksanaan pekerjaan proyek;

37
c. Membuat surat ijin untuk melaksanakan pekerjaan kepada owner;
d. Menyelesaikan permasalahan di lapangan;
e. Koordinasi dengan logistik, Site Engineering Manager dalam
pelaksanaan proyek;
f. Mengusulkan dan mengajukan didalam pengadaan subkontraktor.
g. Mengadakan pengawasan terhadap pekerjaan mandor, tukang dan
subkontraktor;
h. Mengupayakan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan schedule
yang dibuat;
i. Mengontrol kebutuhan material dan bahan yang dibutuhkan oleh
pelaksana;
j. Mengajukan laporan hasil inspeksi ke inspektor quantity control;
k. Mengajukan permintaan barang dan peminjaman peralatan dan
diajukan ke Site Operation Manager untuk diteruskan ke bagian
peralatan;
l. Membuat laporan harian dan mingguan di lapangan;
m. Meyusun program konstruksi secara periodik dan menyusun rencana
kerja mingguan dan bulanan.

24. Superintendent (SP)


Tugas dan tanggung jawab Superintendent (SP), yaitu:
a. Bertanggung jawab langsung kepada General Superintendent, Site
Operational Manager (SOM) dan Project Manager (PM) tentang
jalannya pelaksanaan pekerjaan di proyek;
b. Mengkoordinasi pekerjaan kepada sub kontraktor dan mandor;
c. Mengatur tenaga kerja dan material di lapangan;
d. Membuat laporan harian kepada kepala pelaksana;
e. Membuat routing slip dan mengajukannya kepada inspector quantity
control;
f. Membuat laporan hasil inspeksi dan mengajukannya kepada inspector
quantity control;
g. Membantu pihak inspector dalam menjalankan tugas sewaktu di
lapangan;

38
h. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar dan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan;
i. Mengusulkan kepada pelaksana utama kebutuhan alat, bahan dan
tenaga kerja;
j. Melakukan pencatatan hasil kerja;
k. Melaksanakan kegiatan lapangan sesuai dengan gambar kerja dan
spesifikasi teknik pekerjaan sesuai dengan yang ditugaskan pelaksana
utama;
l. Mencatat dan melaporkan kegiatan di lapangan;
m. Mengabsensi sub kontraktor dan manpower serta mengatur pada tiap-
tiap pos masing-masing;
n. Melaporkan semua permaslahan yang ada di lapangan kepada Site
Operation Manager (SOM);
o. Mengevaluasi hasil dari pekerjaan sub kontraktor dan mandor;
p. Melaporkan kendala-kendala yang ada di lapangan kepada atasan
langsung;
q. Mengevalusi pekerjaan yang sudah dikerjakan dengan schedule yang
ada;
r. Membantu orang keuangan dalam hal pembayaran kepada tenaga
kerja harian.

25. Surveyor
Tugas dan tanggung jawab Surveyor, yaitu :
a. Bertanggung jawab terhadap data-data survey yang dibuat dan
bekerjasama dengan pihak owner dalam joint survey;
b. Orientasi area yang berhubungan dengan pekerjaan baru;
c. Mempersiapkan pekerjaan yang akan dimulai;
d. Mempersiapkan data yang berhubungan dengan data aktual pekerjaan;
e. Koordinasi proses perihal kelancaran pekerjaan;
f. Kontrol kepada alat yang dipakai;
g. Mengontrol mingguan terhadap alat yang dipakai di lapangan;
h. Koordinasi dengan pihak divisi lain konsultan dan owner.

39
26. Assistant Surveyor
Tugas dan tanggung jawab Assistant Surveyor, yaitu :
a. Melakukan pencatatan hasil kerja;
b. Mengadakan dan mengkoordinasi pekerjaan pengukuran;
c. Mencatat, menyimpan dan menyediakan hasil pengukuran;
d. Cek dan orientasi terhadap revisi yang terjadi di site;
e. Membantu pelaksana dalam memyelesaikan pekerjaan yang
berhubungan dengan data survey.

27. Kepala Peralatan


Tugas dan tanggung jawab Kepala Peralatan, yaitu :
a. Bertanggung jawab mengenai pengadaan peralatan dan
pemakaiannya;
b. Pemeliharaan teknis, selama berlangsungnya proyek;
c. Perawatan kontrol harian rutin terhadap peralatan;
d. Pengawasan jam-jam operasi peralatan;
e. Mengadakan perbaikan/penggantian peralatan;
f. Koordinasi dengan pelaksana, mengenai peralatan yang diperlukan;
g. Pengadaan bahan bakar/material proyek.

28. Mekanik
Tugas dan tanggung jawab Mekanik, yaitu :
a. Menyusun jadwal pemeliharaan dan perbaikan mesin, peralatan, dan
fasilitas produksi agar proses produksi dapat berjalan dengan lancer;
b. Menyusun pedoman mengenai pemeliharaan dan perbaikan mesin
atau peralatan produksi, air dan udara;
c. Mengawasi pelaksanaan pemeriksaan dan pemeliharaan berkala
perbaikan atas mesin atau peralatan produksi, air dan udara;
d. Mengawasi pelaksanaan pencatatan pengeluaran biaya-biaya yang
terjadi dengan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan;
e. Berusaha mencari cara-cara penekanan biaya dan metode perbaikan
kerja yang lebih efisien.

40
BAB III
TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

3.1. Uraian Umum Proyek Pembangunan Bendungan Way Sekampung

Proyek Pembangunan Bendungan Way Sekampung Kabupaten Pringsewu


ini merupakan salah satu pembangunan 65 bendungan pada periode 2015-
2019 milik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Pada
proyek pembangunan Bendungan Way Sekampung ini, dibagi menjadi 2
paket pekerjaan. Untuk paket 1 dikerjakan oleh PT. PP (Persero) Tbk
Bekerja sama dengan PT. ASHFRI Putralora dengan nama JO PP-ASFHRI
Konsorsium, sedangkan paket 2 dikerjakan oleh Waskita Karya dan Adhi
Karya dengan nama JO Waskita-ADHI KSO. Proyek ini merupakan salah
satu proyek yang mensinergikan BUMN yaitu PT. PP (Persero) Tbk oleh
PT. Waskita Karya dan PT. Adhi Karya.

Untuk paket 1 yang dikerjakan oleh PT. PP (Persero) Tbk kontrak awal
ditandatangani pada tanggal 28 September 2016 dan sudah mengalami 4 kali
addendum kontrak atau perubahan kontrak yang disepakati oleh dua pihak
yaitu pihak kontraktor dan PU. Masa pelaksanaan 1.440 hari yaitu sampai
dengan 6 September 2020 dengan masa pemeliharaan 450 hari. Nilai
kontrak berdasarkan addendum 4 yaitu Rp 873.279.869.000,00 (Delapan
Ratus Tujuh Puluh Tiga Milyar Dua Ratus Tujuh Puluh Sembilan Juta
Delapan Ratus Enam Puluh Sembilan Ribu) . Konsultan perencana yaitu PT.
Indra Karya (Persero) dan konsultan supervisi PT. Tata Guna Patria, KSO.

Jalan akses menuju lokasi proyek untuk jalur darat dari arah pulau Jawa
melalui penyebrangan ke arah pelabuhan bakauheuni. Dari Pelabuhan
Bakauheuni ke lokasi proyek berjarak 129,5 km ditempuh dalam waktu
kurang lebih 4 jam 15 menit. Untuk jalur udara dari Bandara Radin Inten II
Lampung Selatan berjarak 52,3 km ditempuh dalam waktu kurang lebih 1
jam 55 menit. Lokasi Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 1) dapat
dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1. Lokasi Proyek
Sumber : Data Proyek Bendungan Way Sekampung

Proyek Bendungan Way Sekampung Paket 1 terdiri dari 7 lingkup pekerjaan


diantaranya pekerjaan jalan (akses kanan = 2.827 m; PLTA = 417 m; kiri =
750 m, ekstension = 1.350 m), pekerjaan bangunan pelimpah (spillway),
pekerjaan shotcrete dan vegetasi, pekerjaan bangunan intake, pekerjaan
hidromekanikal, pekerjaan clearing area genangan dan patok genangan.
Lingkup pekerjaan Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 1) dapat
dilihat pada gambar 3.2.

Gambar 3.2. Lingkup Pekerjaan


Sumber : Data Proyek Bendungan Way Sekampung

Pembahasan mengenai teknis pelaksanaan masing-masing lingkup


pekerjaan akan diuraikan di bawah ini.

42
3.2. Teknis Pelaksanaan Pekerjaan Galian Jalan Akses dan Spillway

Alur teknis pelaksanaan pekerjaan galian jalan akses dan spillway pada
Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 1) dapat dilihat pada gambar
3.3.

Gambar 3.3. Flowchart Pekerjaan Galian Jalan Akses dan Spillway

3.2.1. Persiapan

Pekerjaan persiapan meliputi pengadaan alat pekerjaan seperti excavator,


dump truck, breaker, vibro ripper dan dozer. Serta persiapan operator alat
berat dalam jumlah yang cukup banyak.

3.2.2. Survey dan Staking Out

Pekerjaan survey merupakan pekerjaan pengukuran di lapangan dengan


acuan gambar pelaksanan (shop drawing). Kondisi setelah penggalian
mencapai finish level, tentu tidak tepat pada elevasi rencana desain, karena
pekerjaan galian dikerjakan oleh alat berat. Survey lebih ditujukan untuk
lapisan lean concrete, yang lebih mudah dibentuk sesuai dengan desain
struktur spillway.

43
Survey dilakukan dengan menggunakan titik referensi (bench marking),
yang telah ditentukan oleh Owner dan Konsultan Supervisi. Adapun dari
titik BM tersebut, didapatkan koordinat berupa koordinat lateral dan elevasi.
Sehingga pada proses pekerjaan pengukuran, hasil dan proses validasi
dilakukan pada data lateral dan elevasi hasil survey pada titik staking out.
Adapun peralatan yang diperlukan antara lain seperti:
1. Set alat total station;
2. Staking Out menggunakan patok bambu dengan sticker berpendar;
3. HT yang digunakan untuk komunikasi;
4. Survey Board untuk dokumentasi.

Pada pekerjaan galian lereng, data survey yang diperlukan berupa data
elevasi finish level setiap trap galian, lokasi ujung berm dan ujung slope
pada akhir trap. Sehingga lereng yang terbentuk dengan slope dan berm
sesuai dengan desain dan dalam toleransi pengukuran hasil galian. Inspeksi
survey, dilakukan dengan melakukan peninjauan hasil staking out langsung
di lapangan dan dengan verifikasi hasil pengukuran dari total station
menggunakan perhitungan rumus poligon dasar dengan input data
pengukuran berupa hasil data ukur, sehingga hasil perhitungan
dibandingkan dari hasil koordinat alat dengan output koordinat dari rumus.

3.2.3. Clearing dan Grubbing

Pekerjaan clearing dan grubbing, dilakukan berdasarkan acuan survey.


Clearing betujuan membersihkan area lapangan dari tanaman, pohon,
bangunan, infrastruktur lainnya, yang dibuang secara terpisah. Perbedaan
antara clearing dan stripping adalah pada pekerjaan clearing, hanya
merupakan pekerjaan pembersihan dan pembongkaran gangguan tertentu
pada area kerja. Sedangkan stripping, merupakan pengupasan lapisan tanah
dengan kedalaman tertentu.

44
Pekerjaan stripping tentu akan dilakukan setelah clearing, karena material
hasil stripping yang berupa tanah humus/lapisan tanah paling atas, disimpan
secara terpisah dari material hasil clearing yang berupa bongkahan pohon,
semak, dan bongkaran bangunan. Grubbing merupakan pekerjaan
pembongkaran dan pembuangan sisa-sisa batang dan akar-akar pepohonan
sebagai langkah awal sebelum pengupasan tanah. Pekerjaan tersebut
biasanya dilakukan dengan alat-alat berat khususnya dozer. Pembersihan
area pada Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 1) dapat dilihat pada
gambar 3.4.

Gambar 3.4. Pembersihan Area


Sumber : Dokumentasi Proyek

3.2.4. Galian Tanah Biasa

Pekerjaan galian untuk lereng, pada umumnya dilakukan pada area terbuka
yang luas, berbeda dengan pekerjaan galian untuk struktur, yang pada
akhirnya akan ditempati oleh struktur, pekerjaan galian untuk lereng akan
terbuka yang kemudian dilakukan proteksi permukaan hasil galian.
Sehingga, pekerjaan galian untuk membentuk lereng memerlukan tahap
finishing dengan membentuk profil lereng sesuai desain dan marking
pengukuran lapangan.

Secara teknis kuantitatif klasifikasi jenis galian ditentukan berdasarkan


param sifat dan jenis lapisan tanah. Klasifikasi secara kualitatif dalam masa
pelaksanaan dilakukan dengan tinjauan visual dan dengan penggunaan alat
berat excavator dengan bucket.

45
Lapisan tanah biasa dapat digali dengan excavator standar yang
menghasilkan material hasil galian dalam bucket hingga dapat membentuk
limpahan di atas bucket (muncung).

Penggunaan alat berat yang sama untuk menggali dan loading, menjadikan
penentuan produktivitas hanya bergantung dari produktivitas excavator
saja. Dengan gambaran urutan pekerjaan sebagai berikut:
1. Penggalian tanah biasa oleh excavator;
2. Loading material hasil galian ke alat angkut (dump truck);
3. Hauling material oleh alat angkut ke disposal area;
4. Pembuangan material hasil galian;
5. Perapihan disposal area.

Perhitungan Produktivitas Excavator untuk galian tanah biasa pada Proyek


Bendungan Way Sekampung (Paket 1) dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1. Perhitungan Produktivitas Excavator untuk galian tanah biasa
Excavator 0,9 m3 Simbol Nilai Satuan Keterangan
Kapasitas Bucket V 0.9 m3
Faktor Bucket Fb 0.9 - kondisi operasi mudah
Faktor Efisiensi Alat Fa 0.75 - kondisi operasi sedang
Faktor Konversi (kedalaman < 40%) Fv 0.9 - kondisi dumping normal
Faktor Pengembangan Bahan Fk 1.2 -
Lama Menggali dan Memuat T1 0.6 menit
Waktu Lain-lain = 30% x (T1) T2 0.18 menit
Waktu Siklus = T1 + T2 Ts 0.78 menit
Kapasitas Produksi per Jam
Q = V x Fb x Fa x 60 Fk/(Ts x Fv) Q 62.30769 m3/jam jam ke menit 60
Koefisien Alat per M3 = 1/Q 0.01605 jam

Selain faktor tersebut, produktivitas juga dipengaruhi dari penempatan alat


pada saat menggali dan kepadatan alat di lapangan. Penggunaan alat di
lapangan yang terlalu padat akan menyebabkan ketebatasan manuver.
Sehingga pilihan penggunaan alat excavator dengan kapasitas yang lebih
besar, akan memiliki dampak yang lebih signifikan dengan kondisi area
galian terbuka yang terbatas, penggunaan alat lebih sedikit jumlahnya
dengan angka produktivitas yang setara. Galian tanah biasa pada Proyek
Bendungan Way Sekampung (Paket 1) dapat dilihat pada gambar 3.5.

46
Gambar 3.5. Galian Tanah Biasa
Sumber : Dokumentasi Proyek

3.2.5. Galian Tanah Berbatu

Pekerjaan galian tanah berbatu memiliki tahapan yang berbeda dari


pekerjaan galian tanah biasa. Dengan jenis lapisan tanah berbatu merupakan
lapisan batuan lunak, dengan sisipan lapisan tanah, sehingga jika digali
menggunakan excavator dengan bucket biasa, lapisan tersebut tetap bisa
digali, namun hasil produktivitas excavator tersebut tidak optimal yang
berkisar 50%. Tahapan penggalian untuk tanah berbatu sebagai berikut :
1. Penggalian tanah berbatu dengan vibro ripper;
2. Loading material hasil galian dengan excavator ke alat angkut (dump
truck);
3. Hauling material oleh alat angkut ke disposal area;
4. Pembuangan material hasil galian;
5. Perapihan disposal area.

Attachment vibro ripper merupakan alat yang berfungsi untuk memecah


lapisan batuan lunak/batu dengan sisipan tanah dengan mekanisme vibrasi
dari tooth vibro ripper, kemudian ditarik sehingga material tanah berbatu
pecah menjadi lebih kecil dan dapat diangkut. Produktivitas excavator untuk
mengangkut material tanah berbatu hampir sama denganproduktivitas untuk
mengangkut galian tanah, hal ini dikarenakan hasil galian dari vibro ripper
berupa material campuran tanah dan batuan, sehingga bucket excavator
tidak terisi seperti galian tanah.

47
Kondisi tersebut berdampak pada volume tiap siklus, walaupun durasi
pengangkutan tanah berbatu akan lebih singkat daripada durasi galian dan
pengangkutan tanah. Galian tanah berbatu pada Proyek Bendungan Way
Sekampung (Paket 1) dapat dilihat pada gambar 3.6.

Gambar 3.6. Galian Tanah Berbatu

3.2.6. Galian Batu

Penggalian batu, serupa dengan penggalian tanah berbatu. Perbedaan


terdapat pada galian batu yang menggali lapisan batuan 48assif yang keras.
Sehingga pengerjaannya memerlukan penggunaan attachment breaker pada
excavator untuk memebah batuan. Tahapan pengerjaan galian batu sebagai
berikut,
1. Penggalian tanah berbatu dengan breaker;
2. Loading material hasil galian dengan excavator ke alat angkut (dump
truck);
3. Hauling material oleh alat angkut ke disposal area;
4. Pembuangan material hasil galian;
5. Perapihan disposal area.

Mekanisme kerja breaker dengan menggunakan chisel yang ditancapkan ke


lapisan batuan dengan gerakan menekan batuan, sehingga batuan akan
pecah. Secara umum hasil galian dengan breaker akan menghasilkan
bongkahan batu dengan ukuran 0,2-0,4 m3, bergantung dari tingkat
kekerasan batu dan retakan batuan yang ada.

48
Produktivitas excavator untuk mengangkut material galian batu berbeda
dengan produktivitas untuk mengangkut galian tanah, hal ini dikarenakan
hasil galian dari breaker berupa material batuan yang terpecah-pecah dari
hasil breaker, sehingga bucket excavator tidak terisi muncung seperti galian
tanah. Kondisi tersebut berdampak pada volume tiap siklus, walaupun
durasi pengangkutan tanah berbatu akan lebih singkat daripada durasi galian
dan pengangkutan tanah. Galian batu pada Proyek Bendungan Way
Sekampung (Paket 1) dapat dilihat pada gambar 3.7.

Gambar 3.7. Galian Batu

3.2.7. Hauling ke Disposal

Pengangkutan material hasil galian menggunakan dump truck, yang dibuang


ke disposal melalui jalan kerja sementara. Pembuangan material di disposal
area dilakukan tanpa pemadatan, sehingga kapasitas tampungan disposal
area merupakan kapasitas dalam volume material hasil galian lepas (loose
cubic yard), namun seluruh jenis galian dibuang disposal area yang sama.
Skema pembuangan material hasil galian, dimuat dalam earth moving plan
yang digunakan sebagai acuan rencana klasifikasi jarak angkutan material
galian. Hauling ke Disposal Area pada Proyek Bendungan Way Sekampung
(Paket 1) dapat dilihat pada gambar 3.8.

49
Gambar 3.8. Hauling ke Disposal Area

3.2.8. Pengukuran Opname Hasil Galian

Hasil galian dihitung dari volume awal (bank cubic metre) yang sudah
tergali, bukan dari material hasil galian (loose cubic metre). Pengukuran
untuk opname galian, dengan metode membandingkan hasil profil galian
yang sudah terbentuk dengan kondisi awal 0%. Perbedaan volume tersebut
merupakan volume perkerjaan galian yang sudah dikerjakan. Dalam
spesifikasi kontrak, pada sub 3.4.5 tentang pengukuran galian terbuka, yang
mensyaratkan pekerjaan pengukuran yang dilakukan setiap pekan, dengan
metode dan alat pengukuran yang sama pada saat pengukuran kondisi awal
0%.

3.3. Teknis Pelaksanaan Pekerjaan Jalan Akses

Alur Teknis Pelaksanaan Pekerjaan Jalan Akses pada Proyek Bendungan


Way Sekampung (Paket 1) dapat dilihat pada gambar 3.9.

50
Gambar 3.9. Flowchart Pekerjaan Jalan Akses

3.3.1. Persiapan

Pekerjaan persiapan meliputi pengadaan alat pengerjaan seperti vibrator


roller, sheep roller. Serta persiapan bahan dan lokasi pengerjaan jalan akses
kanan.

3.3.2. Survey dan Staking Out

Pekerjaan survey merupakan pekerjaan pengukuran di lapangan dengan


acuan gambar pelaksanan (shop drawing). Kondisi awal di lapangan, untuk
pekerjaan galian, pada umumnya dengan kondisi lapangan dengan profil
hutan, lereng perbukitan, area sawah (jalan akses), lembah (area disposal),
dan kondisi lain. Survey dilakukan dengan menggunakan titik bench
marking yang telah ditentukan sesuai kontrak. Adapun dari titik bench
marking tersebut, didapatkan koordinat berupa koordinat lateral dan elevasi.
Sehingga pada proses pekerjaan pengukuran, hasil dan proses validasi
dilakukan pada data lateral dan elevasi hasil survey pada titik staking out.
Pada pekerjaan galian lereng, data survey yang diperlukan berupa data
elevasi finish level setiap trap galian, lokasi ujung berm dan ujung slope
pada akhir trap. Sehingga lereng yang terbentuk dengan slope dan berm
sesuai dengan desain dan dalam toleransi pengukuran hasil galian.

51
Inspeksi survey, dilakukan dengan melakukan peninjauan hasil staking out
langsung di lapangan, dan dengan verifikasi hasil pengukuran dari total
station menggunakan perhitungan menggunakan rumus polygon dasar
dengan input data pengukuran berupa hasil data ukur, sehingga hasil
perhitungan dibandingkan dari hasil koordinat alat, dengan output koordinat
dari rumus.

3.3.3. Pekerjaan Clearing dan Grubbing

Pekerjaan clearing dan grubbing, dilakukan berdasarkan acuan survey.


Clearing bertujuan membersihkan area lapangan dari tanaman, pohon,
bangunan, infrastruktur lainnya, yang dibuang secara terpisah. Perbedaan
antara clearing dan stripping adalah pada pekerjaan clearing, hanya
merupakan pekerjaan pembersihan dan pembongkaran gangguan tertentu
pada area kerja sedangkan stripping, merupakan pengupasan lapisan tanah
dengan kedalaman tertentu. Pekerjaan stripping tentu akan dilakukan
setelah clearing, karena material hasil stripping yang berupa tanah humus/
lapisan tanah paling atas, disimpan secara terpisah dari material hasil
clearing yang berupa bongkahan pohon, semak, dan bongkaran bangunan.
Grubbing merupakan pekerjaan pembongkaran dan pembuangan sisa-sisa
batang dan akar-akar pepohonan sebagai langkah awal sebelum pengupasan
tanah. Pekerjaan tersebut biasanya dilakukan dengan alat-alat berat
khususnya dozer. Pembersihan area pada Proyek Bendungan Way
Sekampung (Paket 1) dapat dilihat pada gambar 3.10.

Gambar 3.10. Pembersihan Area


Sumber : Dokumentasi Proyek

52
3.3.4. Pekerjaan Galian dan Timbunan

Pekerjaan galian dan timbunan menyesuaikan alinyemen jalan akses.


Pekerjaan galian dan timbunan pada badan jalan, lebih ke mengupas lapisan
tanah bagian atas, bisa dengan pekerjaan replacement ataupun tidak.
Pekerjaan galian dan timbunan pada badan jalan tidak menonjolkan aspek
pembentukan profil hasil galian. Galian dan timbunan pada Proyek
Bendungan Way Sekampung (Paket 1) dapat dilihat pada gambar 3.11.

Gambar 3.11. Galian dan Timbunan


Sumber : Dokumentasi Proyek

3.3.5. Pekerjaan Subgrade

Pekerjaan subgrade merupakan pengerjaan lapis subbase yang terdiri dari


material tanah, yang dipadatkan hingga mencapai CBR 6%, atau sesuai
dengan persyaratan desain. Proses pemadatan menggunakan sheep foot
roller dan vibro roller hingga 3x passes dengan ketebalan 15 cm per layer,
kondisi optimum moisture content pada umumnya dengan kadar 105%.
Pekerjaan subgrade pada Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 1)
dapat dilihat pada gambar 3.12.

53
Gambar 3.12. Pekerjaan Subgrade
Sumber : Dokumentasi Proyek

3.3.6. Pekerjaan Drainase

Drainase jalan akses merupakan struktur pelengkap badan jalan yang


berfungsi untuk mendukung durabilitas struktur jalan. Pekerjaan drainase
jalan umumnya menggunakan beton pracetak menggunakan U-Ditch,
sehingga pemasangan di lapangan dilakukan dengan :
1. Pengukuran level dudukan beton pracetak.
2. Pemasangan saluran precast.
3. Pekerjaan pelengkap saluran precast.

Pekerjaan drainase pada Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 1)


dapat dilihat pada gambar 3.13.

Gambar 3.13. Pekerjaan Drainase

54
3.3.7. Pekerjaan Lapisan Pondasi Bawah

Lapis pondasi bawah, berfungsi untuk meneruskan beban dari perkerasan


jalan, dan sebagai jalur penyerapan air yang dialirkan ke luar badan jalan.
Pengerjaan lapis pondasi bawah dikerjakan dengan tahapan:
1. Penghamparan material agregat base kelas B.
2. Penyiraman material sesuai optimum moisture content.
3. Pemadatan material dengan vibro roller.

Penghamparan dan pemadatan agregat base pada Proyek Bendungan Way


Sekampung (Paket 1) dapat dilihat pada Gambar 3.14. dan Gambar 3.15.

Gambar 3.14. Penghamparan agregat base

Gambar 3.15. Pemadatan Agregat

3.3.8. Pekerjaan Bekisting

Bekisting rigid pavement ditempatkan pada sisi luar pengecoran


menggunakan material baja.

55
Fungsi bekisting yaitu mengatur ketebalan pengecoran beton dan kelurusan
rigid pavement terhadap centre line jalan, dengan dilapisi lapisan plastic
cor. Pekerjaan bekisting pada Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket
1) dapat dilihat pada gambar 3.16.

Gambar 3.16. Pekerjaan Bekisting


Sumber : Dokumentasi Proyek

3.3.9. Pekerjaan Pembesian

Pembesian rigid pavement, meliputi pembesian dowel bar (batang baja


polos maupun profil, yang digunakan sebagai sarana penyambung/pengikat
pada perkerasan jalan) dan tie bar (besi ulir berdiamter 16 mm), dan
penulangan badan jalan dengan wiremesh. Pekerjaan penulangan
sambungan stake out, disesuaikan dengan bekisting yang sudah disesuaikan
dengan desain pembesian jalan. Pekerjaan pembesian pada Proyek
Bendungan Way Sekampung (Paket 1) dapat dilihat pada gambar 3.17.

Gambar 3.17. Pekerjaan Pembesian


Sumber : Dokumentasi Proyek

56
3.3.10. Pekerjaan Pengecoran

Pengecoran badan jalan, menggunakan mixer yang langsung dicor pada


badan jalan yang sudah siap. Dengan metode pengecoran setangah badan
jalan pengecoran dilakukan dengan menggunan truck mixer pada lajur jalan
yang tidak di cor, dan pengecoran dilakukan dengan truck mixer berjalan
maju dengan mutu beton k-350. Pekerjaan pengecoran pada Proyek
Bendungan Way Sekampung (Paket 1) dapat dilihat pada gambar 3.18.

Gambar 3.18. Pekerjaan Pengecoran


Sumber : Dokumentasi Proyek

3.3.11. Pekerjaan Grooving

Grooving dilakukan untuk membetuk profil aliran air, dan menambah


kekasaran jalan untuk menghindari selip ban kendaraan dengan diamter 2,5
cm. Pekerjaan grooving pada Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket
1) dapat dilihat pada gambar 3.19.

Gambar 3.19. Pekerjaan Grooving

57
3.3.12. Pekerjaan Curing Compound

Curing compound dikerjakan setelah beton final set, secara normal selama
2-3 jam. Curing compound yang digunakan merupakan jenis cairan adiktif
yang dicampur dengan air dan sekaligus diguunakan untuk menjaga kadar
air selama masa hidrasi beton pertama kalinya. Pekerjaan curing compound
pada Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 1) dapat dilihat pada
gambar 3.20.

Gambar 3.20. Pekerjaan Curing Compound

3.3.13. Pekerjaan Cutting Sambungan

Cutting sambungan dilakukan di daerah batas construction joint setiap 5 m.


Kedalaman pemotongan berkisar hingga ¼ tebal perkerasan. Cutting pada
sambungan ini bertujuan untuk mengarahkan keretakan beton pada lokasi
sambungan melintang yang didesain dengan dowel bar. Pekerjaan cutting
sambungan pada Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 1) dapat
dilihat pada gambar 3.21.

Gambar 3.21. Pekerjaan Cutting Sambungan

58
3.3.14. Pekerjaan Sealant

Sealant diaplikasikan pada hasil potongan dari cutting wheels. Sealant


bersifat fleksibel dan berfungsi untuk mencegah aliran air masuk, dan
bersifat fleksibel untuk menanggulangi muai susut beton, yang dirancang
retak pada sambungan. Pekerjaan sealant pada Proyek Bendungan Way
Sekampung (Paket 1) dapat dilihat pada gambar 3.22.

Gambar 3.22. Pekerjaan Sealant

3.4. Teknis Pelaksanaan Pekerjaan Slope Protection

Pekerjaan slope protection pada Proyek Bendungan Way Sekampung


(Paket 1) dibagi menjadi dua, yaitu shotcrete dan vegetasi. Proteksi lereng
menggunakan shotcrete diperuntukkan bagi lereng yang merupakan batuan,
sedangkan vegetasi diperuntukkan bagi lereng yang merupakan tanah.

3.4.1. Shotcrete

Alur teknis pelaksanaan pekerjaan shotcrete pada Proyek Bendungan Way


Sekampung (Paket 1) dapat dilihat pada gambar 3.23.

59
Gambar 3.23. Flowchart Pekerjaan Shotcrete dan Vegetasi

1. Persiapan

Pembersihan lokasi shotcrete dilakukan dengan menembakkan udara ke


lereng rencana shotcrete. Pembersihan bertujuan untuk melepaskan material
yang sudah rapuh, yang akan menuruhkan daya lekat shotcrete ke
permukaan lereng. Persiapan shotcrete pada Proyek Bendungan Way
Sekampung (Paket 1) dapat dilihat pada gambar 3.24.

Gambar 3.24. Persiapan Shotcrete


Sumber : Dokumentasi Proyek

2. Pemasangan Wiremesh

Pemasangan tulangan shotcrete berupa wiremesh M4-150 dipasang pada


lereng yang akan di-shotcrete dengan overlapping 15 cm. Pemasangan
dilakukan oleh man power dengan full body harness.

60
Untuk menjaga jarak antar wiremesh dengan permukaan lereng, dipasang
beton decking dengan tebal 3 cm. Pemasangan wiremesh pada Proyek
Bendungan Way Sekampung (Paket 1) dapat dilihat pada gambar 3.25.

Gambar 3.25. Pemasangan Wiremesh

3. Pemasangan Weep Hole

Pemasangan weep hole berdimater 2 inch, L = 20 cm tiap 3 m2 yang


berfungsi sebagai drainase dari lapisan dibelakang shotcrete yang
menerima rembesan dari puncak bukit. Pemasangan weephole pada Proyek
Bendungan Way Sekampung (Paket 1) dapat dilihat pada gambar 3.26.

Gambar 3.26. Pemasangan Weep Hole


Sumber : Dokumentasi Proyek

61
4. Pemasangan Rock Pin dan Beton Decking

Untuk memastikan tulangan tidak bergeser saat dishotcrete, dipasangan


rock pin tiap 3 m2 yang menancap ke lereng. Rock pin/nail pin/relat ini juga
berfungsi sebagai acuan ketebalan shotcrete. Pemasangan rock pin pada
Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 1) dapat dilihat pada gambar
3.27.

Gambar 3.27. Pemasangan Rock Pin


Sumber : Dokumentasi Proyek

5. Pencampuran Material Shotcrete

Material dry mix dicampur menggunakan truck mixer. Lalu material dituang
di atas terpal untuk dimasukkan secara manual ke dalam shotcrete machine.
Jika hari mendung dan menandakan akan hujan, dapat ditambahkan fast
accelerator aditive dan dicampur secara manual dengan material dry
shotcrete kemudian dimasukkan ke dalam shotcrete machine. Compressor
dan generator tersambung ke small shotcrete machine. Material shotcrete,
dan air bertemu pada ujung nozzle. Rasio air semen diatur pada nozzle.
Sehingga dibutuhkan keahlian dalam pengaturan nozzle agar didapat
campuran yang tepat. Ketersediaan air diambil dari sumur (jika
memungkinkan) dan sungai (dilakukan treatment terlebih dulu). Kebutuhan
air diperkirakan 3500 ltr/hr sehingga disediakan water tank kapasitas 5000
ltr/hr. Pencampuran material shotcrete pada Proyek Bendungan Way
Sekampung (Paket 1) dapat dilihat pada gambar 3.28.

62
Gambar 3.28. Pencampuran Material Shotcrete

6. Pelaksanaan Shotcrete

Pengerjaan shotcrete menggunakan shotcrete pump machine, yang


mendorong material hasil campuran ke nozzle yang memiliki sambungan
dengan suplai air yang telah dicampur dengan zat adiktif untuk
menambah daya lekat semen ke permukaan. Pelaksanaan shotcrete pada
Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 1) dapat dilihat pada gambar
3.29.

Gambar 3.29. Pelaksanaan Shotcrete

3.4.2. Vegetasi

Alur teknis pelaksanaan pekerjaan vegetasi pada Proyek Bendungan Way


Sekampung (Paket 1) dapat dilihat pada gambar 3.30.

63
Gambar 3.30. Flowchart Pekerjaan Vegetasi

1. Persiapan

Pekerjaan persiapan meliputi pembuatan plant dan stockyard material


geomat serta material media tanam. Persiapan vegetasi pada Proyek
Bendungan Way Sekampung (Paket 1) dapat dilihat pada gambar 3.31.

Gambar 3.31. Persiapan Vegetasi

2. Pemasangan Geomat

Pemasangan geomat dengan cara menarik ujung gulungan geomat ke lereng


sesuai dengan desain vegetasi. Keleibihan geomat dipotong menggunakan
gunting kawat.

64
Pemasangan geomat dilakukan hingga bertemu dengan ujung saluran
drainase u-ditch. Pemasangan geomat pada Proyek Bendungan Way
Sekampung (Paket 1) dapat dilihat pada gambar 3.32.

Gambar 3.32. Pemasangan Geomat

3. Pemasangan Angkur

Angkur geomat dipasang pada sambungan antar geomat dan pada ujung
lapisan geomat dipasang angkur “L” dengan panjang 60 cm dengan besi
D13. Pemasangan angkur geomat pada Proyek Bendungan Way Sekampung
(Paket 1) dapat dilihat pada gambar 3.33.

Gambar 3.33. Pemasangan Angkur Geomat

4. Pekerjaan Pencampuran Media Tanam

Media tanaman sebagai pendukung utama tumbuhnya bibit harus dicampur


dengan komposisi campuran yang konsisten dan sesuai dengan hasil trial
lapangan. Media tanam terdiri dari campuran tanah humus, pupuk, lem
organik, dan bibit tanaman. Pencampuran media tanam pada Proyek
Bendungan Way Sekampung (Paket 1) dapat dilihat pada gambar 3.34.

65
Gambar 3.34. Pekerjaan Pencampuran Media Tanam

5. Pekerjaan Penanaman Media Tanam

Penanaman media tanam pada geomat, mengikuti referensi desain pada


shop drawing. Penemplokan harus dilakukan dengan jarak yang konsisten,
supaya pertumbuhan tanaman merata. Penanaman media tanam pada
Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 1) dapat dilihat pada gambar
3.35.

Gambar 3.35. Penanaman Media Tanam

6. Perawatan

Perawatan tanaman dengan cara penyiraman minimal setiap hari satu kali
penyiraman, dan tidak perlu disiram ketika dalam satu hari terjadi hujan.

66

Anda mungkin juga menyukai