Anda di halaman 1dari 132

LAPORAN SI-4098 KERJA PRAKTIK

PROYEK BENDUNGAN
WAY SEKAMPUNG (PAKET 2)
KABUPATEN PRINGSEWU
PROVINSI LAMPUNG

Disusun sebagai salah satu syarat kelulusan


Mata Kuliah SI-4098 Kerja Praktik

Oleh

Aprizian Yogafrasta 21116029


Ananda Agneshia Putri 21116030

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKSTUR DAN
KEWILAYAHAN
INSITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Disusun sebagai salah satu syarat kelulusan


Mata Kuliah SI-4098 Kerja Praktik

LAPORAN SI-4098 KERJA PRAKTIK


PROYEK BENDUNGAN WAYSEKAMPUNG (PAKET 2)
KABUPATEN PRINGSEWU
PROVINSI LAMPUNG

Oleh
Aprizian Yogafrasta 21116029
Ananda Agneshia Putri 21116030

Disetujui pada tanggal

Penanggung Jawab Kerja Praktik Pembimbing Utama

Ir. Titi Liliani Soedirdjo, M.Sc. Mashuri, S.T., M.,T

Laporan Kerja Praktik Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 2)


Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung
Aprizian Yogafrasta 21116029
Ananda Agneshia Putri 21116030
Dosen Pembimbing : Mashuri, S.T., M.,T.
ABSTRAK

Untuk dapat terjun ke dunia kerja setelah lulus kuliah, setiap mahasiswa harus
memiliki kesiapan dalam menghadapi pekerjaan yang sesuai dengan bidang yang
digelutinya. Karena hal tersebeut, maka ditetapkan mata kuliah kerja praktik agar
para mahasiswa memperoleh ilmu pengetahuan yang tidak diperoleh saat masa
perkuliahan di kampus. Pada umumnya kegiatan kerja praktik yang dilakukan
mahasiswa Teknik Sipil pada salah satu perusahaan yang bergerak dibidang
kontruksi. Pada proses kerja praktik ini, PT. Waskita Karya (Persero) – PT Adhi
Karya (Persero) Tbk. Konsorsium merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dalam bidang kontruksi dalam proses pelaksanaan proyek Bendungan Way
Sekampung (Paket 2). PT. Waskita Karya (Persero) – PT Adhi Karya (Persero) Tbk.
Konsorsium merupakan Joint Operation (JO) dari PT. Waskita Karya (Persero)
Tbk. dan PT. Adhi Karya (Persero). Bendungan Way Sekampung memiliki
kapasitas tampung 68 juta m3 yang akan memberikan pasokan air irigasi seluas
72.707 ha, potensi listrik 5,4 MW, dan mereduksi banjir 185 m3/dt. Lalu berfungsi
juga menyediakan air baku untuk Kota Bandar Lampung, Kota Metro, dan
Kabupaten Lampung Selatam sebesar 2,48 m3/dt dan menjadi objek wisata di
Kabupaten Pringsewu. Penulisan Laporan Kerja Praktik Proyek Bendungan Way
Sekampung (Paket 2) ini bertujuan untuk mengetahui prosedur pelaksanaan
pekerjaan grouting tunnel dan timbunan main dam.
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnya kami dapat
menyelasaikan Laporan Kerja Praktik ini tepat pada waktunya. Laporan ini disusun
untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah SI-4098 Kerja Praktik semester VII
2019/2020.

Pada kesempatan yang baik ini, ijikan kami menyampaikan rasa hormat dan ucapan
terima kasih kepada :
1. Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelasaikan laporan ini;
2. Keluarga yang telah memberikan motivasi dan dorongan dalam penyelasaian
laporan ini;
3. Mashuri, S.T., M.T. selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dalam
penulisan laporan ;
4. Oki Ratno S selaku pembimbing lapangan serta seluruh staff dan pelaksanaan
dalam proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 2) yang telah memberikan
arahan dalam pelaksanaan kerja praktik dan penulisan laporan.
5. Teman-teman Teknik Sipil 2016 Insitut Teknologi Sumatera yang telah
membantu dan memberi semangat dalam menyelasaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan baik bentuk, isi,
maupun tenik penyajiannya, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun.

Lampung Selatan,. Juni 2019

Penulis
DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................................... 3
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 4
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 5
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 6
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 6
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 7
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Untuk dapat terjun ke dunia kerja setelah lulus kuliah, setiap mahasiswa harus
memiliki kesiapan dalam menghadapi pekerjaan yang sesuai dengan bidang
yang degelutinya. Banyak sekali hal yang menjadi hambatan bagi seorang
yang belum memiliki pengalaman kerja untuk terjun ke dunia pekerjaan,
seperti halnya ilmu pengetahuan yang diperoleh belum tentu sama dengan
praktik kerja di lapangan dikarenakan keterbatasan waktu dan ruang yang
mengakibatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di kampus bersifat teoritis.
Teori yang diperoleh belum tentu sama dengan praktik kerja di lapangan
dikarenakan ketebatasan waktu dan ruang yang mengakibatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh masih terbatas. Karena hal tersebut, maka
ditetapkan mata kuliah kerja praktik agar para mahasiswa memperoleh ilmu
pengetahuan yang tidak diperoleh saat masa perkuliahan di kampus. Pada
umumnya kegiatan kerja praktik yang dilakukan mahasiswa Teknik Sipil
dilakukan pada salah satu perusahaan yang bergerak dibidang kontruksi.

Pada proses kerja praktik ini, PT. Waskita-Adhi KSO merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak dalam bidang kontruksi dalam proses pelaksanaan
Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 2) yang terdapat di Kabupaten
Pringsewu, Provinsi Lampung. PT. Waskita Karya (Persero) – PT Adhi Karya
(Persero) Tbk. Konsorsium merupakan Joint Operation (JO) dari PT.
Waskita Karya (Persero) dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk. Pada proses
pelaksanaan, Proyek Bendungan Way Sekampung dibagi menjadi 2 Paket ,
dimana Paket 1 dilaksanakan oleh PT. PP-Ashari Konsorsium dan Paket 2
dilaksanakan oleh PT. Waskita-Adhi KSO.
1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dikaji pada laporan kerja praktik ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana metode pelaksanaan pekerjaan tunnel?
2. Bagaimana metode pelaksanaan pekerjaan main dam?
3. Bagaimana metode pelaksanaan pekerjaan grouting tunnel?
4. Bagaimana perencanaan dan metode pelaksanaan bangunan intake?
5. Bagaimana teknis pelaksanaan dan analisis uji lapangan pada pekerjaan
cofferdam bendungan utama?
6. Bagaimana metode untuk memeroleh pengambilan nilai lugeon yang
sesuai dengan spesifikasi?

1.3. Tujuan

Tujuan dari penulisan laporan kerja praktik sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui metode pelaksanaan pekerjaan tunnel
2. Untuk mengetahui metode pelaksanaan pekerjaan main dam?
3. Untuk mengetahui metode pelaksanaan pekerjaan grouting tunnel?
4. Untuk mengetahui perencanaan dan metode pelaksanaan bangunan intake?
5. Untuk mengetahui teknis pelaksanaan dan analisis uji lapangan pada
pekerjaan cofferdam bendungan utama?
6. Untuk mengetahui metode untuk memeroleh pengambilan nilai lugeon
yang sesuai dengan spesifikasi?

1.4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktik

Kerja Praktik dilaksanakan pada tanggal 19 Juni hingga 5 Agutus 2019


selama 40 hari kerja di Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 2) Pekon
Bumi Ratu, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung.
Peregerakan pekerjaan saat kami memulai kerja praktik yaitu pada bulan Juni
2019 telah mencapai 60%. Kemudian, pada saat kami selesai melakukan kerja
praktik yaitu pada bulan Agustus 2019 pergerakan pekerjaan mencapai......
1.5. Sistematika Penulisan Laporan

Laporan Kerja Praktik ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :

1. Bab I Pendahuluan
Pada bab ini, dijelaskan secara singkat latar belakang, perumusan masalah,
tujuan serta waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktik dan juga
sistematika penulisan laporan kerja praktik.

2. Bab II Informasi Proyek


Bab ini berisi penjelasan tinjauan tentang instansi kerja praktik, uraian
umum, lokasi, informasi serta struktur organisasi proyek.

3. Bab III Tahapan Pelaksanaan Proyek Bendungan Way


Sekampung Bab ini berisi penjelasan umum mengenai proyek
pembangunan bendungan way sekampung serta teknis pelaksanaan
pekerjaan yang berada di lingkup pekerjaan proyek Bendungan Way
Sekampung (Paket 2).

4. Bab IV Tugas Khusus


Bab ini berisi penjelasan dan tahapan pelaksanaan pengerjaan tugas yang
diberikan khusus kepada penulis selama masa kerja praktik.

5. Bab V Kesimpulan dan Saran


Bab ini berisi kesimpulan dari keseluruhan penulisan laporan kerja praktik
serta saran yang diberikan oleh penulis terhadap proyek Bendungan Way
Sekampung (Paket 1).
BAB II
INFORMASI PROYEK

2.1. Tinjauan Tentang Instansi Kerja Praktik

2.1.1. Latar Belakang Instansi

Waskita Karya (Persero) Tbk

Pada proses pelaksanaan, Proyek Bendungan Way Sekampung dibagi


menjadi 2 paket, di mana Paket 1 dilaksanakan oleh PT. PP-Ashfri
Konsorsium dan Paket 2 dilaksanakan oleh PT. Waskita-Adhi KSO. PT.
Waskita-Adhi KSO merupakan Joint Operation (JO) dari PT. Waskita
Karya (Persero) Tbk dan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. PT. Waskita Karya
(Persero) Tbk didirikan dengan nama Perusahaan Negara Waskita Karya
tanggal 01 Januari 1961 dari perusahaan asing bernama “Volker Aanemings
Maatschappij N.V.”, yang diambil alih berdasarkan Keputusan Pemerintah
No. 62 / 1961, Waskita Karya pada awalnya berpartisipasi dalam
pengembangan terkait air termasuk reklamasi, pengerukan, pelabuhan, dan
irigasi. Kemudian tahun 1973, status hukum Waskita Karya telah berubah
menjadi “Persero” PT. Waskita Karya, dengan panggilan yang lebih akrab
dengan “Waskita”. Sejak saat itu, perusahaan mulai mengembangkan
bisnisnya sebagai kontraktor umum yang terlibat dalam berbagai kegiatan
konstruksi yang lebih luas termasuk jalan raya, jembatan, pelabuhan,
bandara, bangunan, pabrik limbah, pabrik semen, pabrik dan fasilitas
industri lainnya.

Pada tahun 1980, Waskita mulai melakukan berbagai proyek yang


melibatkan teknologi maju. Pengalihan teknologi dilakukan melalui aliansi
bisnis berupa joint operation dan joint venture dengan perusahaan asing
terkemuka. Prestasi signifikan dan menonjol yang menjadi kebanggan
nasional adalah Bandara Soekarno-Hatta, Reaktor Serbaguna Siwabessy,
dan PLTU Muara Karang di Jakarta. Memasuki tahun 1990, Waskita telah
menyelesaikan berbagai gedung bertingkat dengan reputasi baik seperti BNI
City (gedung tertinggi di Indonesia), Gedung Kantor Bank Indonesia,
Menara Graha Niaga, Menara Mandiri Plaza, Hotel Shangri-La dan
beberapa apartemen bertingkat. Bangunan di Jakarta dan kota-kota lain di
Indonesia.

Waskita telah mencapai penampilan yang menonjol dalam pembangunan


jembatan beton bertulang panjang dengan menggunakan sistem kantilever
gratis dengan berhasil menyelesaikan tiga jembatan: Raja Mandala, Rantau
Berangin, dan Barelang IV. Prestasi besar lainnya dengan menggunakan
teknologi serupa dicapai dalam pembangunan jembatan layang dan
jembatan layang “Pasteur-Cikapayang-Surapati” di Bandung. Kisah sukses
yang sama juga dicapai dalam pembangunan beberapa bendungan utama
seperti Pondok, Grogkak, Tilong, Gapit, dan Sumi, yang selesai lebih cepat
dari jadwal dengan kualitas memuaskan.

Upaya untuk selalu mengutamakan kualitas sebelum hal lain


memungkinkan Waskita memperoleh sertifikasi ISO 9002: 1994 pada bulan
November 1995; yang menjadi pengakuan internasional yang meyakinkan
terhadap Sistem Manajemen Mutu ISO yang diimplementasikan oleh
perusahaan dan merupakan titik awal menuju era persaingan global. Pada
bulan November 2009, Waskita telah berhasil memperbarui Sistem
Manajemen Mutu dan dapat memperoleh sertifikasi ISO 9001: 2008.

Adhi Karya (Persero) Tbk

Architecten-Ingenicure-en Annemersbedrijf Associatie Selle en de Bruyn,


Reyerse en de Vries N.V. (Assosiate N.V.) merupakan Perusahaan milik
Belanda yang menjadi cikal bakal pendirian ADHI hingga akhirnya
dinasionalisasikan dan kemudian ditetapkan sebagai PN Adhi Karya pada
tanggal 11 Maret 1960. Nasionalisasi ini menjadi pemacu pembangunan
infrastruktur di Indonesia. Berdasarkan pengesahan Menteri Kehakiman
Republik Indonesia, pada tanggal 1 Juni 1974, ADHI berubah status
menjadi Perseroan Terbatas. Hingga pada tahun 2004 ADHI telah menjadi
perusahaan konstruksi pertama yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Status Perseroan ADHI sebagai Perseroan Terbatas mendorong ADHI untuk
terus memberikan yang terbaik bagi setiap pemangku kepentingan pada
masa perkembangan ADHI maupun industri konstruksi di Indonesia yang
semakin melaju. Adanya intensitas persaingan dan perang harga
antarindustri konstruksi menjadikan Perseroan melakukan redefinisi visi
dan misi: Menjadi Korporasi Inovatif dan Berbudaya Unggul untuk
Pertumbuhan Berkelanjutan.

Visi tersebut menggambarkan motivasi Perseroan untuk bergerak ke bisnis


lain yang terkait dengan inti bisnis Perseroan melalui sebuah tagline yang
menjadi penguat yaitu “Beyond Construction”. Pertumbuhan yang bernilai
dan berkesinambungan dalam Perseroan menjadi salah satu aspek penting
yang senantiasa dikelola ADHI untuk memberikan yang terbaik kepada
masyarakat luas.

ADHI telah menyandang predikat sebagai Perusahaan Terbuka sejak tahun


2003. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara
No.Kep.289/MBU/2003 tanggal 7 November 2003, Pemerintah sebagai
pemegang saham tunggal melepaskan sebagian kepemilikannya atas saham
ADHI melalui penawaran Umum kepada Masyarakat dan/atau penawaran
khusus melalui Program EMBO. Program EMBO ditandai dengan adanya
penjualan 441.320.000 (empat ratus empat puluh satu juta tiga ratus dua
puluh ribu) saham milik Negara kepada Koperasi Pesaham ADHI dengan
nilai nominal Rp100 pada harga Rp150 per saham pada tanggal 4 Maret
2004.

PT Adhi Karya (Persero) Tbk. tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI)


sebagai perusahaan publik yang bergerak di sektor jasa konstruksi. Saham
ADHI di BEI diperdagangkan dengan kode emiten ADHI, dan pada akhir
tahun 2015 memiliki total saham beredar sejumlah 3.560.849.376 saham.
2.1.2. Visi dan Misi Instansi

Visi dan Misi PT. Waskita Karya (Persero) Tbk adalah sebagai berikut:

Visi

Menjadi Perusahaan Indonesia Terpercaya Dan Berkelanjutan Di Bidang


Konstruksi Terintegrasi Dan Investasi

Misi

Meningkatkan Nilai Perusahaan Yang Berkelanjutan Dengan:


Mengembangkan sistem dan teknologi yang terintegrasi,
Membangun fundamental keuangan yang kuat,
Menerapkan Enterprise Risk Managemen yang prima,
Membentuk SDM yang kompeten dan berkinerja unggul,
Mencapai portofolio yang seimbang melalui investasi di bidang usaha baru.

Budaya Perusahaan

IPTEx
Integrity: Jujur, Adil, Disiplin, Beretika Kehidupan, Berdedikasi
Professionalism: Perencanaan yang Detail, Eksekusi yang Efektif dan
Efisien, Mengevaluasi terus menerus, Melakukan Perbaikan terus menerus,
Militan
Team Work: Terbuka, Peduli, Komunikatif, Partisipatif, Flexible
Excellence: Mencintai Pekerjaan, Berorientasi QDC (Quality, Delivery,
Cost) dan QHSE (Quality, Health, Safety, Environment) Terbaik

Visi dan Misi PT. Adhi Karya (Persero) Tbk adalah sebagai berikut:

Visi

Menjadi Korporasi Inovatif dan Berbudaya Unggul untuk Pertumbuhan


Berkelanjutan.
Misi

Membangun insan yang unggul, profesional, amanah dan berjiwa wirausaha


Mengembangkan bisnis konstruksi, rekayasa, properti, industri, dan
investasi, yang bereputasi
Mengembangkan inovasi produk dan proses untuk memberi solusi
serta impact bagi stakeholders
Menjalankan organisasi dengan tata kelola perusahan yang baik
Menjalankan sistem manajemen yang menjamin pencapaian sasaran,
kualitas, keselamatan, kesehatan dan lingkungan kerja
Mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai sarana untuk
pembuatan keputusan dan pengelolaan risiko korporasi
2.1.3. Struktur Organisasi Instansi

Dibawah ini merupakan struktur organisasi dari perusahaan PT. Waskita Karya (Persero) Tbk yang dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Instansi


sumber: www.waskita.co.id
Dibawah ini merupakan struktur organisasi dari perusahaan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk yang dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Struktur Organisasi Instansi


sumber: www.adhi.co.id
2.2. Uraian Umum Proyek

Presiden Joko Widodo saat ini tengah mendorong pembangunan


infrastruktur. Untuk meringankan APBN, proyek tersebut digarap dengan
skema pembiayaan bersama swasta atau KPBU (Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha). Pada saat ini, pemerintah mempunyai 245 daftar
Proyek Strategis Nasional (PSN) ditambah 3 (tiga) program tambahan yang
nilainya lebih dari 4.100 triliun rupiah. Dari Rencana Anggaran Biaya
Negara (RAPBN) tahun 2018 sendiri, infrastruktur dianggarkan 410 triliun
dari total RAPBN sebesar 2.210 triliun rupiah. Dari 245 daftar Proyek
Strategis Nasional (PSN) tersebut, terdapat 54 proyek bendungan yang
sedang berjalan konstruksinya. Bendungan sendiri memiliki peran strategis
dalam mewujudkan sistem ketahanan pangan nasional. Namun, jumlah
bendungan yang ada saat ini belum mampu mengairi seluruh daerah sawah
irigasi yang ada.

Dari data Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR),


diketahui jumlah sawah irigasi yaitu seluas 7,4 juta ha. Sementara jumlah
bendungan yang ada saat ini baru sebatas 230 buah. Dari 230 bendungan
yang ada itu, baru 11% yang terlayani atau sekitar 760 rinu ha. Pemerintah
kini tengah menggenjot pembangunan 54 bendungan dalam kurun waktu
lima tahun. Diharapkan, bila seluruh pembangunan itu telah rampung, maka
luas area sawah yang terlayani irigasinya dapat bertambah sekitar 9%. Dari
54 bendungan yang hendak diselesaikan, 5 bendungan diantaranya
merupakan bendungan yang telah digarap sejak periode pemerintahan
sebelumnya. Sedangkan 49 bendungan sisanya merupakan proyek baru
yang digagas pada pemerintahan saat ini. Pada pertengahan 2018,
diperkirakan baru sembilan bendungan yang akan rampung. Bila seluruh
proyek itu berjalan lancar, maka luas area yang teririgasi sampai
pertengahan 2018 akan bertambah menjadi 12,9% atau sekitar 859 ribu ha.
Dengan penambahan jumlah bendungan ini, tak hanya berpengaruh
terhadap luas area lahan yang teririgasi, tetapi juga berdampak pada jumlah
hasil produksi tanaman yang ditanam petani.
Sebagai gambaran, tanpa ada bendungan biasanya produksi sawah hanya
bisa 1 hingga 2 kali saja dalam setahun. Sementara, dengan adanya
bendungan, produksi sawah diperkirakan bisa mencapai 3,5 kali dalam
setahun. Tak hanya menjadi sumber air irigasi, kehadiran bendungan juga
memberikan manfaat lain. Untuk diketahui, jenis bendungan yang dibangun
pemerintah yaitu bendungan multifungsi. Artinya, selain digunakan sebagai
sarana irigasi, bendungan itu juga digunakan sebagai sumber air baku,
perikanan, pengendali banjir hingga sumber tenaga untuk menggerakkan
turbin Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Dengan penambahan sembilan bendungan sampai akhir 2017, diperkirakan


kapasitas tampung bertambah sebesar 1.031 juta m3. Sementara, kapasitas
air baku yang menjadi supplai air minum masyarakat di sekitar bendungan
dan wilayah perkotaan bertambah sebesar 5 m3/dt . Adapun untuk potensi
energi akan bertambah hingga 112 MW. Khusus untuk energi, diperkirakan
potensi penambahan dapat mencapai 410 MW saat 54 proyek bendungan itu
rampung. Pembangunan bendungan di Indonesia sudah dimulai dari jaman
sebelum kemerdekaan dimana sudah ada 33 bendungan yang dibangun pada
era itu. Setelah kemerdekaan Indonesia perkembangan pembangunan
bendungan di Indonesia melambat yaitu hanya terbangun 11 bendungan
mulai tahun 1946 sampai dengan tahun 1970. Dimasa ini merupakan orde
lama dengan demikian pemerintah terfokus untuk mempertahankan
kemerdekaan indonesia. Pada masa orde baru yaitu pada tahun 1971 sampai
dengan tahun 2000, pembangunan bendungan meningkat drastis yaitu
sebanyak 105 bendungan di Indonesia.

Kemudian pada masa reformasi mulai ada penurunan pembangunan


bendungan mulai tahun 2000 sampai dengan tahun 2014 yaitu hanya 29
bendungan. Baru pada masa pemerintahan saat ini, yaitu pada pemerintahan
presiden Joko Widodo dalam masa pengabdiannya merencanakan 54
bendungan dalam kurun waktu 5 tahun.
Pembangunan sebuah bendungan berfungsi untuk keperluan irigasi, air
baku, pengendali banjir, pembangkit tenaga listrik, dan lainnya, dalam
rangka menunjang peningkatan status sosial ekonomi masyarakat,
pemenuhan swasembada pangan serta sebagai upaya konservasi lahan dan
air, di sisi lain bendungan mempunyai potensi bahaya yang cukup besar.
Sesuai dengan pencapaian target nawacita dan RPJMN tahun 2015 sampai
tahun 2019 rencana pembangunan bendungan yang berjumlah 54 buah
bendungan merupakan tantangan yang harus dihadapi bersama, karena
pembangunan bendungan memerlukan investasi yang sangat besar, maupun
pengorbanan masyarakat di bagian hilir maupun sekitar bendungan.

Sehingga hasil pembangunan tersebut dapat dioperasikan dan dipelihara


dengan baik agar investasi yang sangat besar tersebut tetap dapat memberi
manfaat bagi masyarakat. Menurut catatan sampai saat ini jumlah
bendungan termasuk tailing dam yang sudah dibangun di Indonesia
berjumlah 208 buah, baik milik pemerintah maupun non pemerintah, untuk
itu pengelolaan bendungan merupakan satu kegiatan yang sangat penting
agar bendungan beserta waduknya dapat berfungsi secara optimal, sehingga
memberikan manfaat sesuai dengan rencana sepanjang umur efektif dan
keamanan bendungan tetap terjaga. Bendungan bukan pilihan tunggal di
beberapa tempat yang ada, cara lain berupa air tanah yang masih mungkin
untuk dipompa, intake yang langsung di sungai, desalinasi maupun daur
ulang dari air limbah. Namun demikian, meningkatnya urbanisasi
mendorong kebutuhan bendungan untuk melindungi penduduk dari bahaya
banjir, khususnya terhadap pengaruh perubahan iklim global yang semakin
nyata.

Disamping itu, kebutuhan air untuk publik (M&I = Municipal & Industrial),
adanya bendungan diperlukan untuk kondisi makin bervariasinya hujan dan
kemarau akibat perubahan iklim global. Penyebab kurangnya pembangunan
dibanding kebutuhan yang meningkat dapat disebabkan oleh beberapa
faktor. Pertama, dampak positif bendungan sering dibandingkan dengan
dampak negatifnya yang dapat menghambat pembangunan.
Kedua, di beberapa tempat ada konsultasi publik yang mendukung
bendungan tapi juga ada yang menentang. Ketiga, pembiayaan proyek
bendungan sangat kompleks dibandingkan dengan pilihan proyek lain.
Keempat, saat proyek bendungan harus kompetisi dengan pilihan lain,
seringkali justru kalah bersaing.

Bendungan masih tetap satu satunya pilihan untuk memenuhi beberapa


kebutuhan, misalnya untuk air bersih saat opsi lain tidak tersedia dan laut
berada di posisi yang cukup jauh. Demikian pula untuk kebutuhan irigasi
dimana air bawah tanah tidak layak atau saat sungai tidak cukup debit airnya
di musim kemarau. Adanya bendungan besar seringkali dibangun pada skala
nasional dan regional, dimana belum pernah ada contoh negara yang dapat
berkembang tanpa pembangunan bendungan dengan laju yang memadai.

Bendungan Way Sekampung memiliki kapasitas tampung 68 juta m3 yang


akan memberikan pasokan air irigasi seluas 72.707 ha, potensi listrik 5,4
MW, dan mereduksi banjir 185 m3/dt. Lalu berfungsi juga menyediakan air
baku untuk Kota Bandar Lampung, Kota Metro, dan Kabupaten Lampung
Selatan sebesar 2,48 m3/dt dan menjadi objek wisata di Kabupaten
Pringsewu. Didalam perencanaan pemerintah, selesainya bendungan ini
nantinya akan diikuti pembangunan jaringan irigasi premium, yakni irigasi
yang mendapat suplai air dari bendungan. Dengan demikian, bendungan
yang dibangun dengan biaya mahal bisa dipastikan mengalirkan air hingga
ke sawah-sawah petani.

Posisi bangunan bendungan berada di 2 desa dan 2 kecamatan Kabupaten


Pringsewu, yakni di Desa Bumiratu Kecamatan Pagelaran, dan Desa
Banjarejo Kabupaten Banyumas. Akan tetapi genangannya ada di dua
Kabupaten, yaitu Kabupaten Pringsewu dan Kabupaten Tanggamus yang
ada di sebelah barat Pringsewu, sehingga akan ada 9 pekon (desa) di
Pringsewu dan 4 pekon di Tanggamus yang teraliri air dari bendungan ini.
Menurut data dari Kementerian PUPR, sebanyak 461 ha genangan berada
di Kabupaten Pringsewu, dengan 206 ha sisanya berlokasi di Kabupaten
Tanggamus. Demi mendukung kelancaran pengerjaan, turut dibangun satu
rute jalan baru ke lokasi bendungan sepanjang 3 km, yang mengarah ke
Kabupaten Pringsewu.

Di sisi lain, pembangunan Bendungan Way Sekampung merupakan isu


strategis dalam penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Pringsewu, sehingga Tim Konsultan Penyusunan Revisi RTRW
Kabupaten Pringsewu melakukan kunjungan lapangan untuk meninjau
Pembangunan Bendungan Way Sekampung di Pekon Bumi Ratu
Kecamatan Pagelaran, yang diikuti oleh Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji
Sekampung, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten
Pringsewu dan Tim Konsultan Penyusunan Revisi RTRW Kabupaten
Pringsewu.

Bendungan Way Sekampung mempunyai luas daerah pengaliran sungai

sekitar 346 km2 dengan kapasitas Tampungan Total Air (NWL) sekitar

68,06 x 106 m3 dan luas tampungan pada elevasi HWL sekitar 80 ha.

Diperkirakan pembangunan Bendung Way Sekampung akan selesai pada


tahun 2020.

Pembangunan Bendungan Way Sekampung mempunyai manfaat, yaitu :

1. Penyediaan air irigasi DI Sekampung Sistem dengan luas areal 373 ha,
dengan peningkatan intensitas tanam menjadi 270 % (pola tanam Padi-
Padi-Palawija);

2. Penyediaan air irigasi untuk pengembangan DI Rumbia Extension


dengan luas 17.334 ha;

3. Penyediaan air baku sebesar 482 ltr/dt untuk Kota Bandar Lampung,
Branti dan Kota Metro;
4. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) dengan daya sebesar 5,4
MW (2 x 2,7 MW).

Dengan begitu besar cakupan dan manfaat dari adanya pembangunan


Bendungan Way Sekampung, sehingga akan berpengaruh besar terhadap
perubahan pola ruang Kabupaten Pringsewu dan dimungkinkan merubah
struktur ruang Kabupaten Pringsewu yang sudah ada. Berdasarkan hal
tersebut maka Bendungan Way Sekampung harus masuk kedalam Revisi
Rencana Tata Ruang Kabupaten Pringsewu.

2.3. Lokasi Proyek

Lokasi proyek Bendungan Way Sekampung ini berada di Pekon Bumi Ratu,
Kecamatan Pagelaran di kanan sungai dan Desa Banjarejo, Kecamatan
Banyumas di kiri sungai, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung yang
terletak pada koordinat 1040 48' - 1050 08' Bujur Timur dan 50 12' - 50 33'
Lintang Selatan. Dibawah ini merupakan denah lokasi pekerjaan proyek
Bendungan Way Sekampung yang dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Lokasi Proyek


Sumber : Data Proyek Bendungan Way Sekampung
2.4. Informasi Proyek

2.4.1. Data Umum Proyek

Berikut adalah data informasi umum tentang proyek pembangunan


Bendungan Way Sekampung (Paket 2) di Kabupaten Pringsewu, Lampung:

1. Nama Proyek : Pembangunan Bendungan Way Sekampung


(Paket 2)
2. Lokasi Proyek : Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung
3. Pemilik Proyek : Kementrian PUPR
Direktorat Jendral Sumber Daya Air
BBWS Mesuji Sekampung
SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Daya
Air Mesuji Sekampung Kegiatan
Bendungan
4. Tanggal Dimulai : 28 September 2016
5. Tanggal Kontrak : 28 September 2016 s.d. 6 September 2020
6. Nilai Kontrak Proyek : Rp. 829.258.727.000 (Inc. PPN 10%)
7. Sumber Dana Proyek : APBN tahun 2016 – 2020
8. Proses Pelaksanaan : Design Bid Build
9. Jenis Kontrak : Unit Price
10. Proses Tender : Pra Kualifikasi
11. Kontraktor : PT. Waskita – Adhi KSO
12. Konsultan Perencana : PT. Indra Karya (Persero)
13. Konsultan Supervisi : PT. Tata Guna Patria KSO
14. Waktu Pelaksanaan : 1440 Hari Kalender
15. Waktu Pemeliharaan : 450 Hari Kalender

2.4.2. Data Teknis Proyek

Dibawah ini merupakan lingkup pekerjaan proyek Bendungan Way


Sekampung yang dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4. Lingkup Pekerjaan Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 2)
Sumber : Data Proyek Bendungan Way Sekampung

Berikut adalah data teknis dari proyek pembangunan Bendungan Way


Sekampung (Paket 1) di Kabupaten Pringsewu, Lampung yaitu :

1. Waduk
El. M.A. Banjir PMF : El. 127,80 m
El. M.A. Banjir (Q1000) : El. 126,45 m
El. M.A. Normal : El. 124,00 m
El. M.A. Rendah : El. 112,00 m
Kapasitas Pada El. FWL : 99,43 x 106 m3
Kapasitas Tampungan Total : 68,06 x 106 m3
Kapasitas Tampungan Mati : 34,60 x 106 m3
Kapasitas Tampungan Effektif : 34,46 x 106 m3
Luas Tampungan pada elevasi HWL : 800 ha
Daya Tampung Waduk : 68.006.000 m3
Kapasitas Tampung Efektif : 34.500.000 m3
2. Saluran Pengelak

Tipe Pengelak : Double tunnel


Diameter : 5,00 meter
Panjang terowongan I (rencana) : 350,00 meter
Panjang terowongan II (rencana) : 390,00 meter
Panjang terowongan I (realisasi) : 340,00 meter
Panjang terowongan II (realisasi) : 370,00 meter
Pintu Pengelak : 2 buah

a. Pintu Terowongan Pengelak / Stop Log

Tipe : Pintu tipe sorong konstruksi


baja temporer
Jumlah : 2 (set) terowong A dan B
dengan data terbesar
Bentang Bersih (B) : 5,00 m
Tinggi Bersih (H) : 5,00 m
Bentang perapat (B1) : 5,14 m
Tinggi Perapat Pintu (H1) : 5,10 m
Elevasi sill (EL.Sill) : EL.92.00
Elevasi muka air rendah (el. LWL) : EL. 118.00
Design head : 26.00 m
Metode perapat : 4 sisi perapat di arah hilir
Tipe penggerak : Electric Chain Block
Tinggi angkat : Min 5.10 m
Persyaratan tahan karat : 0.0 mm
Lendutan : Maksimum 1/600 dari
panjangnya
Berat jenis air : 1 ton/ m3
Keofisien gempa (k) : 0.15
Berat jenis baja : 0.00785 kg/m3
Material Utama
Beam = JIS G 3101 – SS 400 / equivalent
Beam Pendukung = JIS G 3101 – SS 400 / equivalent
Daun Pintu = JIS G 3101 – SS 400 / equivalent
Perapat = Neoprene
Tegangan Ijin material : JIS G 3101 – SS 400 / equivalent
Yield Stress : 2.400 kg/cm2
Tegangan lentur Ijin exceptional condition : 0.79 x =
1.896 kg/cm2
Tegangan geser Ijin exceptional condition : / 1.732
= 1.094 kg/cm2

3. Bangunan Pengambil / Intake

a. Kontrak desain bangunan pengambilan


Bangunan Pengambilan dalam kontrak menggunakan bangunan
menara intake dengan rincian sebagai berikut :
Tipe : Drop Inlet Menara
Elevasi dasar : Elevasi 104,50 m
MOL (minimum operation level) : Elevasi 112,0 0 m
Tinggi Intake : 27.50 m
Dimensi Intake : 5 m (B) x 5 m (L)
Trashtrack : 5 m (B) x 5 m (L)

b. Perubahan bentuk bangunan


Perubahan bentuk banguan dari menara intake menjadi intake
tenggelam atas saran dari Komisi Keamanan Bendungan, Balai
Bendungan dan Pusat Bendungan yang datang pada hari Kamis
tanggal 08 Maret 2018 dan tertuang dalam Nutolen Rapat.
Tipe bangunan : Pengambilan tenggelan
Elevasi dasar pintu pengambilan : 104.50 m
Elevasi lantai dasar : 92.00 m
Tinggi bangunan Intake : 18.44 meter
Dimensi segi empat Intake : 5.0 m x 5.0 m
Dimensi pintu pengambilan : 1.5 m (B) x 5.0 m (L) x 8
buah
Trasrack : 8 buah
Diameter pipa penstock : 3.5 meter tebal plate 16 mm
Panjang conduit : 29.24 meter

4. Intake Trash Creen (slanting)

Tipe : Tipe permanen posisi miring konstruksi baja


Jumlah : 8 Unit
Bentang bersih : 2,0 m
Tinggi vertical : 5,1 m
Kemiringan : 15 o
Jarak elemen batang : 75 (mm)
Tebal elemen batang : 15 (mm)
Lebar elemen batang : 125 (mm)
Perbedaan Head : 128 -104 =24 (m)
Elevasi Ambang (dasar) : EL. + 17,00 (Sill elevation)
Design Head : 24
Corrosion allowance : 2.0 mm
Specific gravity of water : 1 ton/m3
Pelendutan : maximum 1/600
Material : Beam : JIS. G 3101 – SS 400
Bar Elemen : JIS G 3101 – SS 400
Tie Bar : JIS. G 3101 – SS 400
Distance Bar : JIS G 0583 – SGP
Nut & Washer : JIS G 4303 – SUS
304
5. Bendungan Utama (Main Dam)
Data teknis Bendungan Utama Way Sekampung adalah sebagai
berikut :
Tipe Bendungan : Urugan Batu Inti Tegak
Tinggi Bendungan : 55.00 m
Panjang Bendungan : 362.00 m
Lebar puncak bendungan : 12.00 m
Lebar tapak bendungan : 293.00 m
Daya Tampung Waduk : 68.06 juta m3
Kapasitas Tampung Efektif : 34.5 juta m3
Daerah Pengaliran Sungai : 346 km2
Debit rata-rata Tahunan : 9,00 m3/detik
El. M.A. Banjir PMF : El. 127,80 m
El. M.A. Banjir (Q1000th) : El. 126,45 m
El. M.A. Normal : El. 124,00 m
El. M.A. Rendah : El. 112,00 m
Kapasitas Pada El. FWL : 99,43 x 106 m3
Kapasitas Tampungan Total : 68,06 x 106 m3
Kapasitas Tampungan Mati : 34,60 x 106 m3
Kapasitas Tampungan Effektif : 34,46 x 106 m3
Luas Tampungan pada elevasi HWL : 800 ha
Hujan Tahunan Rata-rata : 2314 mm

6. Grouting
2.5. Struktur Organisasi Proyek

Struktur organisasi merupakan susunan dan hubungan antara setiap bagian


maupun posisi yang terdapat pada sebuah organisasi atau perusahaan dalam
menjalankan kegiatan-kegiatan operasionalnya dengan maksud untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Struktur organisasi
dapat menggambarkan secara jelas pemisahan kegiatan dari pekerjaan
antara yang satu dengan kegiatan yang lainnya dan juga bagaimana
hubungan antara aktivitas dan fungsi dibatasi. Di dalam struktur organisasi
yang baik harus dapat menjelaskan hubungan antara wewenang siapa
melapor atau bertanggung jawab kepada siapa, jadi terdapat suatu
pertanggungjawaban apa yang akan dikerjakan.

2.5.1. Pihak yang Terlibat

Secara garis besar, pihak terkait yang terlibat dalam proyek pembangunan
Bendungan Way Sekampung (Paket 1) ini adalah :

1. Kementrian PUPR Direktorat Jendral Sumber Daya Air SNVT


Pembangunan Bendungan BBWS Mesuji Sekampung
2. PT. Waskita – Adhi KSO
3. PT. Tata Guna Patria, KSO
4. PT. Indra Karya (Persero)

Tugas dan wewenang dari masing-masing pihak adalah sebagai berikut :

1. Owner (pemilik proyek)

Owner merupakan seorang atau instansi yang memiliki proyek dan


memberikannya kepada pihak lain yang mampu melaksanakannya sesuai
dengan perjanjian kontrak kerja dimana pada proyek ini adalah
Kementrian PUPR Direktorat Jendral Sumber Daya Air SNVT
Pembangunan Bendungan BBWS Mesuji Sekampung.
Tugas owner, yaitu :
a. Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan proyek;
b. Mengadakan kegiatan administrasi proyek;
c. Memberikan tugas kepada kontraktor atau melaksanakan pekerjaan
proyek;
d. Meminta pertanggungjawaban kepada konsultan pengawas atau
manajemen konstruksi (MK);

Wewenang owner, yaitu :


a. Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan proyek;
b. Mengadakan kegiatan administrasi proyek;
c. Memberikan tugas kepada kontraktor atau melaksanakan pekerjaan
proyek;
d. Meminta pertanggungjawaban kepada konsultan pengawas atau
Manajemen Konstruksi (MK);
e. Menerima proyek yang sudah selesai dikerjakan oleh kontraktor.

2. Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas merupakan pihak (dapat berupa badan usaha atau


perorangan) yang ditunjuk oleh owner untuk melaksanakan pekerjaan
pengawasan dimana pada proyek ini adalah PT. Tata Guna Patria, KSO.

Tugas konsultan pengawas, yaitu:


a. Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan
kontrak kerja;
b. Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan pelaksanaan
proyek;
c. Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek untuk dapat dilihat
oleh pemilik proyek;
d. Konsultan pengawas memberikan saran atau pertimbangan kepada
pemilik proyek maupun kontraktor dalam proyek pelaksanaan
pekerjaan;
e. Memeriksa dan menyetujui gambar shop drawing yang diajukan
kontraktor sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan proyek;
f. Memilih dan memberikan persetujuan mengenai tipe dan merek yang
diusulkan oleh kontraktor agar sesuai dengan harapan pemilik proyek
namun tetap berpedoman dengan kontrak kerja konstruksi yang sudah
dibuat sebelumnya.

Wewenang konsultan pengawas, yaitu :


a. Menegur pihak pelaksana pekerjaan jika terjadi penyimpangan
terhadap kontrak kerja;
b. Menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika pelaksana proyek tidak
tidak memperhatikan peringatan yang diberikan;
c. Memberikan tanggapan atas usul pihak pelaksana proyek konsultan
pengawas berhak memeriksa gambar shop drawing pelaksana proyek;
d. Melakukan perubahan dengan menerbitkan berita acara perubahan;
e. Mengoreksi pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor agar sesuai
dengan kontrak kerja yang telah disepakati sebelumnya.

3. Kontraktor

Kontraktor merupakan entitas hukum atau individu yang ditunjuk untuk


melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan keahliannya. Dalam
definisi lain menyatakan bahwa perusahaan yang penawaran harganya
telah diterima dan telah diberikan penunjukan surat serta
menandatangani surat perjanjian dengan pemberi tugas pekerjaan
pemborongan sehubungan dengan pekerjaan proyek dimana PT.
Waskita-Adhi KSO bertindak sebagai kontraktor.

Tugas kontraktor, yaitu:

a. Melaksanakan pembangunan bekerja sesuai dengan peraturan dan


spesifikasi yang telah direncanakan dan ditentukan di dalam kontrak
perjanjian pemborongan;
b. Memberikan laporan kemajuan proyek meliputi laporan harian,
mingguan, dan bulanan kepada pemilik proyek yang berisi antara lain:
1) Pelaksanaan pekerjaan;
2) Prestasi kerja dicapai;
3) Jumlah tenaga kerja yang digunakan;
4) Jumlah bahan-bahan yang masuk, keadaan cuaca dan lain-lain;
5) Menyediakan tenaga kerja, bahan, peralatan, tempat kerja, dan alat-
alat pendukung lainnya yang digunakan mengacu pada gambar dan
spesifikasi set memperhatikan waktu, biaya, kualitas dan pekerjaan
keamanan;
6) Sepenuhnya bertanggung jawab atas kegiatan pembangunan dan
metode pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

Wewenang kontraktor, yaitu :


a. Menyediakan tenaga ahli sebagai tenaga pelaksana di lapangan;
b. Menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.;
c. Menyerahkan pekerjaan yang telah selesai dikerjakan yang disertai
dengan RKS dan bestek;
d. Berhak menerima pembayaran.

4. Konsultan Perencana

Konsultan perencana merupakan pihak yang ditunjuk untuk


melaksanakan pekerjaan perencanaan, perencana dapat berupa
perorangan atau badan usaha baik swasta maupun pemerintah pada
proyek ini yaitu PT. Indra Karya (Persero). Konsultan Perencana
mendapatkan proyek melalui proses lelang yang diadakan panitia tender
pekerjaan konstruksi.

Tugas konsultan perencana, yaitu :


a. Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan
pemilik proyek;
b. Membuat gambar kerja pelaksanaan;
c. Membuat Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Pelaksanaan Bangunan
(RKS) sebagai pedoman pelaksanaan;
d. Membuat Rencana Anggaran Biaya (RAB);
e. Memproyeksikan ide-ide pemilik proyek ke dalam desain bangunan;
f. Melakukan perubahan desain bila terjadi penyimpangan pelaksanaan
pekerjaan di lapangan yang tidak memungkinkan untuk dilaksanakan;
g. Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika
terjadi kegagalan konstruksi.

Wewenang konsultan perencana, yaitu :


a. Mempertahankan desain dalam hal adanya pihak-pihak pelaksana
bangunan yang melaksanakan pekerjaan tidak sesuai dengan rencana;
b. Menentukan warna dan jenis material yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
2.5.2. Struktur Organisasi PT. WASKITA-ADHI KSO Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 2)

Dibawah ini merupakan struktur organisasi PT. WASKITA-ADHI KSO Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 2) sesuai kontrak
yang dapat dilihat pada Gambar 2.5.
WA SKIT A - A DHI KSO

Manajer Proyek

MINTA DI

Wakil Manajer Proyek

YUNA N PRA DNYONOTOMO


K3LMP

Manajer K3LMP

RA SUL MUHA MMA D

Safety Officer

SRI DJOKO A .
M. SYA FRIA MA N

Manajer A dministrasi Manajer Personalia &


Manajer Teknik Tenaga A hli Geologi Manager Lapangan Manajer Logistik
Kontrak Keuangan

RA HMA D HIDA YA T SURA HMA N PURWA NTO TRIYA NTO A NDRI SUSETYO A . IRZA N ZA MRA

Staff A dministrasi Staff Personalia &


Staff Logistik/Gudang
Kontrak Keuangan
BA DRU SUPA RDI JULIUS A NTONI
HENDRA
PUJA PA RIMA WA HYONO

Sekretaris / DCC Peralatan

A dministrasi Teknik &


Drafter Geodetik Quantity QC CHRISTINA DA MA YA NTI FITRA MA HENDRA
Scheduler

Humas

FA NY A NDREGA UTA MA SYA RIZA L BHIMA BHA GA SKA RA MA ULA NA TBN PONIRIN DJA YA DI

TBN BUDI WIBOWO TBN FA JA R FA CHRUDIN

SUKENDI Surveyor

SISWA NTO
Dokumentasi Foto &
Video A GUNG BA SKORO

A RIF DERMA WA N

TBN A sisten Surveyor


A A N JUMIA N
FIKRI
TBN

Pelaksana Galian Pelaksana Timbunan


Juru Ledak Pelaksana Grouting Pelaksana Tunnel U/S Pelaksana Tunnel D/S Pelaksana Elektro
Bendungan Cofferdam & Bendungan

DA NI A GUNG WIDODO LUKMA N TBB LUKMA N TBB DWI BA YU A DHI TBN TBN

SYA IFUL TBN IKHWA NUDIN RA SYID HERMA WA N A DHI H TBN TBN TBN

Gambar 2.5. Struktur Organisasi PT. WASKITA-ADHI KSO Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 2) Sesuai Kontrak
Sumber : Dokumen Kontrak Proyek Bendungan Way Sekampung
Dibawah ini merupakan struktur organisasi PT. WASKITA-ADHI KSO Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 2) saat ini yang
disajikan pada gambar 2.6.
WASKITA-ADHI KSO
PROJECT MANAGER
Ir. LASINO
DEPUTY PROJECT MANAGER

DARMAWAN ADI S

HSE INSPECTORE SITE QHSE MANAGER SECRETARY


M BASID HADIANTO LUTFI MEIYANA
MOLYOTO

GSP QUALITY CONTROL GSP HSE


IRFAN MAULANA SUNANTO

QUALITY CONTROL INSPECTOR


PARAMEDIS HSE OFFICER
FAJAR FACHRUDIN
AGUNG SETIYO NUGROHO SRI JOKO AGUSNO
FAKIH M SYAFRIAMAN
LABORATORY ASSISTANT PURYONO
HENDRO PRAWAKA

SITE ADMINISTRATION SITE LOGISTIC &


SITE ENGINEERING MANAGER SITE COMMERCIAL MANAGER GEOLOGI EXPERT SITE OPERATIONAL MANAGER SITE OPERATIONAL MANAGER SITE OPERATIONAL MANAGER
MANAGER EQUIPMENT MANAGER
RAHMAD HIDAYAT SURAHMAN (WASKITA) NUGRAHA ATIM SUPRIYO RONALDO T H SILITONGA PRADITYA AGUS P IRZAN ZAMRA

DESIGN &
SCHEDULER DOCUMENTATION OFFICER DRAFTER GEODETIC QUANTITY SURVEYOR COMMERCIAL OFFICER GEOLOGY INSPECTOR ADMINISTRATION OFFICER GENERAL AFFAIR LOGISTIC OFFICER EQUIPMENT INSPECTOR

SIGIT PAMUNGKAS ARIF DERMAWAN SYAMSURIZAL FAHMI JUMADI MAULANA M OKY RATNO M ADITYA AKBAR BADRU SUPARDI PONIRIN DJAYADI JULIUS ANTONI AS HABUL KAHFI
BUDI WIBOWO FANY ANDRE G I GEDE KHRESNA A P DEAMY F NUGROHO WAHYONO NOVER LINDUNG
SURVEYOR RENDI TEGUH P SUPRIYO JAWOTO PUJA PARIMA ADE M FIKRI
SISWANTO ICAN WAHYU JANUAR SATYA WIRA W
AGUS SAPUTRA
WIDIANSYAH
AAN JUMIYAN
TURSILO WIDODO
FARIS ZULFIKAR

GSP OUTLET TUNNEL GSP MAINDAM GSP INLET TUNNEL


DANANG M I NYOMAN SENEN DARUL SULAIMAN

SUPERVISOR SUPERVISOR SUPERVISOR


IKHWANUDIN R DWI BAYU AJI AGUNG WIDODO
DWI HANDOKO

PRINGSEWU, 30 APRIL 2020


MENGETAHUI,

Ir. LASINO
PROJECT MANAGER

Gambar 2.6. Struktur Organisasi PT. WASKITA-ADHI KSO Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 2) Saat Ini
Sumber : Dokumen Kontrak Proyek Bendungan Way Sekampung
2.5.3. Uraian Struktur Organisasi PT. WASKITA-ADHI KSO Proyek
Bendungan Way Sekampung (Paket 2)

1. Project Manager

Adapun Project Manager membawahi sebagai berikut :


a. Quality Control (QC) ;

b. Safety Health & Environment Officer (SHEO) ;

c. Site Administration Manager (SAM);

d. Site Engineering Manager (SEM) ;

e. Site Commercial Manager (SCM);

f. Site Operation Manager (SOM).

Tugas dan Tanggung Jawab Project Manager, yaitu :


a. Membuat RAPK dan kegiatan perencanaan yang lain (review doc,
spec hitung kembali dan metode pelaksanaan);
b. Mempresentasikan RAPK untuk disahkan;
c. Menangani tugas-tugas :
1) Engineering (termasuk administrasi kontrak);
2) Administrasi keuangan, personalia & umum;
3) Operasi lapangan (quality plan, production plan dan safety plan).
d. Membina hubungan kerja dengan :
1) Owner;
2) Konsultan Perencana/ Pengawas;
3) Mitra Kerja;
4) Supplier;
5) Sub Kontraktor;
6) Mandor.
e. Melaksanakan rapat mingguan atau rapat bulanan internal dan
eksternal;
f. Mengadakan evaluasi terhadap :
1) Progress fisik;
2) Biaya;
3) Quality;
4) Standart;
5) Moral dan Maintenance.
g. Membuat rencana tindak lanjut/corrective action;
h. Membina SEM, SOM, SAM guna peningkatan kinerjanya dalam
mendukung visi perusahaan.

2. Quality Control (QC)

Tugas dan Tanggung Jawab Quality Control (QC), yaitu :


a. Mengelola informasi up to date ke cabang dan proyek;
b. Melakukan evaluasi atas NCR, CAR dan customer complaint yang
terbit di proyek;
c. Merencanakan dan melaksanakan Audit ISO 9001:2000;
d. Mendampingi auditor internal dan eksternal dalam melaksanakan
audit bidang mutu;
e. Melaksanakan training ISO 9001 tahun 2000;
f. Mengusulkan tindakan perbaikan mutu kepada Project Manager
untuk ditindaklanjuti oleh SOM;
g. Mempresentasikan hasil pelaksanaan pengendalian mutu dan
pelaksanaan SMM ISO 9001 tahun 2000 di manajemen review
proyek.
3. Assistant Quality Control

Tugas dan Tanggung Jawab Assistant Quality Control (AQC), yaitu :


a. Melakukan pembuatan dokumentasi proyek sampai dengan
penyerahan proyek;
b. Menganalisis pengukuran quality product;
c. Menganalisis pencapaian kualitas;
d. Menganalisis dan memonitor program kerja proyek;
e. Memonitor pelaksanaan inovasi proyek.

4. Safety, Health & Environment Officer (SHEO)

Tugas dan tanggung jawab Safety, Health & Environment Officer


(SHEO), yaitu:
a. Mengelola informasi up to date ke cabang dan proyek;
b. Melakukan evaluasi atas NCR, CAR dan customer complaint yang
terbit di proyek;
c. Merencanakan dan melaksanakan Audit OHSAS 18001 tahun 1999
dan ISO 14001 tahun 2004;
d. Melaksanakan training OHSAS 18001 tahun 1999 dan ISO 14001
tahun 2004;
e. Mendampingi auditor intern dan ekstern dalam melaksanakan audit
bidang K3 dan Lingkungan;
f. Mempresentasikan hasil pelaksanaan pengendalian Sistem
Manajemen K3 OHSAS 18001 tahun 1999 dan pelaksanaan
pengendalian Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 tahun 2004.

5. Safety Surveyor (SS)

Tugas dan tanggung jawab Safety Surveyor (SS), yaitu:


a. Melakukan pembuatan dokumentasi proyek sampai dengan
penyerahan proyek;
b. Menganalisis pengukuran SHE;
c. Menganalisis pencapaian aplikasi safety dan lingkungan;
d. Menganalisis dan memonitor program kerja proyek.

6. Site Administration Manager (SAM)

Tugas dan tanggung jawab Site Administration Manager (SAM), yaitu:


a. Melakukan penelitian kembali untuk meyakinkan kebenaran/
ketepatan yang telah dilakukan;
b. Secara periodik membuat laporan-laporan yang telah ditetapkan;
c. Pengesahannya pada pejabat yang berwenang dan mengirimkannya
kepada pihak-pihak yang memerlukan sesuai prosedur yang berlaku;
d. Mengurus masalah-masalah perpajakan dan asuransi;
e. Melaksanakan penutupan proyek secara administratif;
f. Mengendalikan kas bon/uang muka/kas kecil;
g. Menyiapkan, mengevaluasi, mengikuti realisasi dan meng-update
rencana penerimaan dan pengeluaran proyek;
h. Menerima berkas-berkas tagihan dari pihak luar, memeriksa
kelengkapan dokumen tagihan dan tanda terima;
i. Merencanakan dan kemudian melaksanakan pembayaran;
j. Melaksanakan penagihan kepada pihak luar atau pemberi tugas atas
prestasi proyek yang telah dicapai;
k. Membuat DUB dengan dasar LPB;
l. Melaksanakan pengadministrasian keuangan dan melaksanakan
pencatatan mutasi keuangan secara khusus;
m. Mengurus masalah-masalah kepegawaian seperti kebutuhan tenaga
kerja proyek, asuransi-asuransi lain yang ada di dalam proyek dan
lain-lain;
n. Menyusun masalah-masalah dibidang umum yang lain;
o. Bertanggung jawab terlaksananya Sistem Management Mutu ISO-
9001 tahun 2000, OHSAS 18001 tahun 1999 dan Sistem Manajemen
Lingkungan 14001 tahun 2004;
p. Membina staf dilingkungan unitnya guna peningkatan kinerjanya
dalam mendukung visi perusahaan.
7. Co-SAM

Tugas dan tanggung jawab Co-SAM, yaitu :


a. Melakukan pencatatan berkas-berkas transaksi ke dalam media
pembukuan secara benar dan tepat waktu secara benar dan tepat
waktu;
b. Sebagai anggota tim yang melaksanakan opname kas dan sediaan
secara periodik;
c. Mencocokkan buku bank dan rekening koran yang diterima dari bank;
d. Melakukan verifikasi seluruh dokumen transaksi pembayaran;
e. Melaksanakan pencatatan uang muka, pengurusan jaminan Bank dan
utang piutang lain, mengurus Bank garansi sesuai kewenangannya;
f. Mengelola cek, uang tunai serta surat-surat berharga yang dimiliki
proyek;
g. Mengurus kebutuhan alat-alat kantor, akomodasi dan perjalanan dinas
bagi personal proyek;
h. Membuat laporan-laporan secara periodik antara lain : laporan
personalia proyek, laporan inventaris dan peralatan proyek, laporan
kegiatan keamanan proyek.

8. Accounting

Tugas dan tanggung jawab Accounting, yaitu:


a. Membuat laporan bulanan keuangan proyek dan bertanggung jawab
kepada Site Administration Manager (SAM) dan Project Manager
(PM);
b. Membuat laporan keuangan realisasi proyek;
c. Evaluasi laporan keuangan;
d. Membuat rencana anggaran belanja proyek untuk kerja tak langsung
secara baik dan benar;
e. Memantau realisasi terhadap anggaran yang telah ditetapkan;
f. Menyelenggarakan pembukuan kas dan memantau posisi saldo kas
proyek.
9. General Affair

Tugas dan tanggung jawab General Affair, yaitu:


a. Mengurus perijinan yang diperlukan perusahaan;
b. Memelihara hubungan baik dengan lingkungan sekitar perusahaan;
c. Melaporkan secara periodik keberadaan dan kondisi asset perusahaan;
d. Memelihara fasilitas kantor;
e. Bertanggung jawab terhadap keamanan seluruh fasilitas kantor dan
asset perusahaan.

10. Driver

Tugas dan tanggung jawab Driver, yaitu:


a. Memeriksa kelengkapan kendaraan agar dalam kondisi siap pakai;
b. Mengantarkan pimpinan atau pegawai dalam melaksanakan tugas
sesuai perintah.

11. Office Boy

Tugas dan tanggung jawab Office Boy, yaitu:


a. Menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan proyek;
b. Menyiapkan makan karyawan proyek.

12. Site Engineering Manager (SEM)

Tugas dan tanggung jawab Site Engineering Manager (SEM), yaitu:


a. Membuat perencanaan operasionil meliputi ;
1) Quality Plan;
2) Site Installation;
3) Metode Pelaksanaan;
4) Shop Drawing;
5) Perhitungan konstruksi yang diperlukan;
6) RAPK, Cash Flow;
7) Safety Plan;
8) Schedulling.
b. Mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan dalam kontrak kerja
Pihak I (Owner) dan Pihak ke II (Owner) dan Pihak ke III (Sub
Kontraktor);
c. Mengadakan komunikasi dengan klien/perencana/pengawas dalam
bidang-bidang teknis operasionil;
d. Mengadakan value engineering terhadap perencanaan proyek;
e. Menyiapkan job list sesuai dengan tahap pekerjaan untuk keperluan
Project Manager (PM);
f. Mengadministrasikan pekerjaan tambah/kurang dan menyusunnya
dalam addendum kontrak;
g. Membina staf dilingkungan unitnya guna peningkatan kinerjanya
dalam mendukung visi perusahaan.

13. Site Engineer

Tugas dan tanggung jawab Site Engineer, yaitu:


a. Membuat laporan-laporan proyek (mingguan, bulanan dsb);
b. Melakukan seleksi dan negosiasi dengan sub kontraktor dan supplier
sesuai dengan prosedur yang berlaku;
c. Membuat laporan penutupan proyek;
d. Melaksanakan pengawasan :
a. Terhadap mutu produk melalui jadwal inspeksi;
b. Terhadap biaya (membuat EBPP);
c. Terhadap cash in dan cash out (termasuk WIP);
d. Terhadap pelaksanaan safety patrol dan safety meeting;
e. Terhadap progress fisik;
f. Terhadap pendatangan material;
g. Terhadap jadwal pendatangan dan maintenance peralatan;
h. Dalam mendayagunakan kesempatan untuk melakukan claim.
14. Quantity Surveyor (QS)

Tugas dan tanggung jawab Quantity Surveyor (QS), yaitu:


a. Bertanggung jawab terhadap shop drawing, engineering proyek
laporan harian, mingguan dan bulanan kepada Site Engineering
Manager (SEM), General Superintendent (GSP);
b. Merencanakan rencana mingguan, bulanan dan koordinasi dengan
Site Operational Manager (SOM);
c. Pemeriksaan di lapangan;
d. Membuat progress lapangan;
e. Progressing mingguan dan bulanan;
f. Evaluasi gambar usulan;
g. Membuat laporan bulanan;
h. Mengadakan rapat koordiansi;
i. Mengevaluasi hasil pekerjaan terhadap schedule yang sudah dibuat;
j. Mengontrol dan bertanggung jawab atas terlaksananya laporan
harian;
k. Melakukan daily progressing dari data daily report yang ada;
l. Menyiapkan back up yang diperlukan utnuk item tersebut di atas;
m. Mengevaluasi pekerjaan mandor dengan volume yang dibayar;
n. Terselenggaranya pengendalian mutu, waktu, biaya dan kuantitas
pekerjaan;
o. Membuat review desain apabila ada penyimpangan dalam
pelaksanaan di lapangan;
p. Menyiapkan Time Schedule&Network Planning termasuk jadwal
penyediaan bahan, alat dan tenaga;
q. Mempersiapkan perhitungan volume pekerjaan dan menyusun
gambar revisi untuk memperoleh persetujuan pengawas/direksi
pekerjaan;
r. Mengoordinasi dan mengarahkan surat-surat permintaan
pelaksanaan pekerjaan pada pengawas/direksi pekerjaan;
s. Mengkoordinir dan mengarahkan tentang mutu bahan.
15. Metode Program

Tugas dan Tanggung Jawab Metode Program, yaitu:


a. Bertanggung jawab terhadap metode yang akan dilaksanakan di
lapangan dari segi keamanan dan keselamatan dalam pelaksanaan
pekerjaan di lapangan dan bertanggung jawab kepada Site
Engineering Manager (SOM) dan Project Manager (PM);
b. Pengisian I-Risk;
c. Membuat usulan gambar kerja;
d. Melakukan evaluasi dari metode yang telah dijalankan;
e. Mengadakan dan mengkoordinasi pekerjaan kepada Site
Operational Manager (SOM);
f. Mencatat dan menyimpan data kendala di lapangan karena kondisi
lokasi;
g. Melakukan pengecekan sebelum pekerjaan dimulai;
h. Koordinasi dengan pihak divisi lain konsultan dan owner.

16. Plan and Design

Tugas dan tanggung jawab Plan and Design, yaitu:


a. Membuat gambar kerja (shop drawing);
b. Membuat gambar akhir pelaksanaan pekerjaan (as built drawing).

17. Document Control

Tugas dan tanggung jawab Document Control, yaitu:


a. Surat menyurat dengan owner;
b. Mengetik surat-surat dinas;
c. Mengarsipkan semua lamaran yang baik yang diterima maupun
ditangguhkan;
d. Mengarsipkan semua surat masuk dan keluar;
e. Menyusun akomodasi proyek;
f. Mengevaluasi uang muka dan pertanggung jawaban keuangan;
g. Membuat weekly report;
h. Membuat perhitungan gaji tenaga harian;
i. Administrasi dan filling data personalia untuk mutasi tenaga kerja;
j. Menyelenggarakan/mengoordinasi kebutuhan akomodasi proyek;
k. Membuat absensi karyawan.

18. Site Commercial Manager (SCM)

Tugas dan tanggung jawab Site Commercial Manager (SCM), yaitu:


a. Melaksanakan proses pengadaan material dan jasa dengan mengacu
pada prosedur pelaksanaan yang telah ditetapkan agar
subkontraktor/supplier yang terpilih memenuhi tuntutan mutu, K3L,
waktu, dan biaya;
b. Melaksanakan proses verifikasi dan pengendalian biaya (variation
order dan progress payment) baik ke owner maupun ke
subkontraktor;
c. Memahami business process di proyek;

19. Pengendalian Operasional Proyek (POP)

Tugas dan tanggung jawab Pengendalian Operasional Proyek (POP),


yaitu:
a. Bertanggung jawab terhadap biaya, sub kontraktor, supplier dan
mandor kepada Site Engineering Manager (SEM) dan Project
Manager (PM);
b. Membuat evaluasi biaya pengendalian proyek;
c. Membuat schedule pembayaran kepada sub kontraktor, supplier dan
mandor;
d. Melakukan negosiasi sub kontraktor, supplier dan mandor bersama-
sama dengan Site Engineering Manager (SEM) dan Project
Manager (PM);
e. Melakukan evaluasi terhadap sub kontraktor, supplier dan mandor;
f. Mengendalikan biaya operasional proyek.
20. Logistik

Tugas dan tanggung jawab Logistik, yaitu:


a. Bertanggung jawab langsung Site Engineering Manager (SEM) dan
Project Manager (PM) tentang kondisi kebutuhan material yang ada
di proyek;
b. Membuat laporan penerimaan barang (LPB) proyek maupun kantor;
c. Mencatat keluar masuknya barang (material) proyek dan kantor;
d. Check material yang dating;
e. Mempersiapkan laporan untuk PJK ke kantor pusat.

21. Pengadaan Barang

Tugas dan tanggung jawab Pengadaan Barang, yaitu:


a. Pengadaan material proyek;
b. Mempersiapkan berkas-berkas untuk pengajuan uang muka;
c. Merencanakan kebutuhan material yang diperlukan;
d. Melaksanakan koordinasi dengan staff teknik tentang kebutuhan
material dan waktu pengirimannya;
e. Membuat laporan mingguan terhadap material datang dan keluar;
f. Mengevaluasi data material datang dan keluar;
g. Membuat uang muka material proyek, monitoring dan evaluasi
penggunaan material alat atas realisasi dan budget untuk dilaporkan
secara berkala.

22. Site Operation Manager (SOM)

Tugas dan tanggung jawab Site Operation Manager (SOM), yaitu:


a. Mengadakan pengecekan transaksi-transaksi pelaksanaan proyek,
mengkompilasikan dan membandingkan dengan rencana semula;
b. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan mutu yang direncanakan;
c. Menghentikan pelaksanaan pekerjaan yang tidak memenuhi standart
mutu yang ditetapkan;
d. Mengkoordinir General Superintendent melakukan pengecekan
terhadap pengukuran pengukuran prestasi mandor, tenaga kerja
harian dll;
e. Mengkoordinir General Superintendent untuk membuat SPK ke
mandor;
f. Mengkoordinir General Superintendent membuat SPP, BPB, Bon
Penerimaan dari mandor;
g. Meneliti dan mensahkan tagihan-tagihan mandor dan sub kontraktor
yang berhubungan dengan volume fisik dan harga satuan;
h. Melaksanakan kompilasi dan klasifikasi terhadap realisasi
pelaksanaan pekerjaan dan transaksi-transaksi tersebut tidak
melebihi/ bertentangan dengan rencana semula baik volume maupun
biayanya;
i. Membina dan melatih keterampilan para tukang dan mandor dan
menilai kemampuannya sesuai standar atau tidak;
j. Melaksanakan pengujian-pengujian laboratoris yang diperlukan
guna meyakinkan bahwa pekerjaan sudah dilaksanakan mutu yang
dikehendaki;
k. Membina GSP guna peningkatan kinerjanya dalam mendukung visi
perusahaan.

23. General Superintendent (GSP)

Tugas dan tanggung jawab General Superintendent (GSP), yaitu:


a. Bertanggung jawab kepada Site Operation Manager dan Project
Manager dalam pelaksanaan di lapangan dan sebagai wakil
perusahaan di dalam pelaksanaan di proyek;
b. Memimpin kegiatan pelaksanaan pekerjaan proyek;
c. Membuat surat ijin untuk melaksanakan pekerjaan kepada owner;
d. Menyelesaikan permasalahan di lapangan;
e. Koordinasi dengan logistik, Site Engineering Manager dalam
pelaksanaan proyek;
f. Mengusulkan dan mengajukan didalam pengadaan subkontraktor.
g. Mengadakan pengawasan terhadap pekerjaan mandor, tukang dan
subkontraktor;
h. Mengupayakan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan schedule
yang dibuat;
i. Mengontrol kebutuhan material dan bahan yang dibutuhkan oleh
pelaksana;
j. Mengajukan laporan hasil inspeksi ke inspektor quantity control;
k. Mengajukan permintaan barang dan peminjaman peralatan dan
diajukan ke Site Operation Manager untuk diteruskan ke bagian
peralatan;
l. Membuat laporan harian dan mingguan di lapangan;
m. Meyusun program konstruksi secara periodik dan menyusun rencana
kerja mingguan dan bulanan.

24. Superintendent (SP)

Tugas dan tanggung jawab Superintendent (SP), yaitu:


a. Bertanggung jawab langsung kepada General Superintendent, Site
Operational Manager (SOM) dan Project Manager (PM) tentang
jalannya pelaksanaan pekerjaan di proyek;
b. Mengkoordinasi pekerjaan kepada sub kontraktor dan mandor;
c. Mengatur tenaga kerja dan material di lapangan;
d. Membuat laporan harian kepada kepala pelaksana;
e. Membuat routing slip dan mengajukannya kepada inspector quantity
control;
f. Membuat laporan hasil inspeksi dan mengajukannya kepada
inspector quantity control;
g. Membantu pihak inspector dalam menjalankan tugas sewaktu di
lapangan;
h. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar dan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan;
i. Mengusulkan kepada pelaksana utama kebutuhan alat, bahan dan
tenaga kerja;
j. Melakukan pencatatan hasil kerja;
k. Melaksanakan kegiatan lapangan sesuai dengan gambar kerja dan
spesifikasi teknik pekerjaan sesuai dengan yang ditugaskan
pelaksana utama;
l. Mencatat dan melaporkan kegiatan di lapangan;
m. Mengabsensi sub kontraktor dan manpower serta mengatur pada
tiap-tiap pos masing-masing;
n. Melaporkan semua permaslahan yang ada di lapangan kepada Site
Operation Manager (SOM);
o. Mengevaluasi hasil dari pekerjaan sub kontraktor dan mandor;
p. Melaporkan kendala-kendala yang ada di lapangan kepada atasan
langsung;
q. Mengevalusi pekerjaan yang sudah dikerjakan dengan schedule
yang ada;
r. Membantu orang keuangan dalam hal pembayaran kepada tenaga
kerja harian.

25. Surveyor

Tugas dan tanggung jawab Surveyor, yaitu:


a. Bertanggung jawab terhadap data-data survey yang dibuat dan
bekerjasama dengan pihak owner dalam joint survey;
b. Orientasi area yang berhubungan dengan pekerjaan baru;
c. Mempersiapkan pekerjaan yang akan dimulai;
d. Mempersiapkan data yang berhubungan dengan data aktual
pekerjaan;
e. Koordinasi proses perihal kelancaran pekerjaan;
f. Kontrol kepada alat yang dipakai;
g. Mengontrol mingguan terhadap alat yang dipakai di lapangan;
h. Koordinasi dengan pihak divisi lain konsultan dan owner.
26. Assistant Surveyor

Tugas dan tanggung jawab Assistant Surveyor, yaitu:


a. Melakukan pencatatan hasil kerja;
b. Mengadakan dan mengkoordinasi pekerjaan pengukuran;
c. Mencatat, menyimpan dan menyediakan hasil pengukuran;
d. Cek dan orientasi terhadap revisi yang terjadi di site;
e. Membantu pelaksana dalam memyelesaikan pekerjaan yang
berhubungan dengan data survey.

27. Kepala Peralatan

Tugas dan tanggung jawab Kepala Peralatan, yaitu:


a. Bertanggung jawab mengenai pengadaan peralatan dan
pemakaiannya;
b. Pemeliharaan teknis, selama berlangsungnya proyek;
c. Perawatan kontrol harian rutin terhadap peralatan;
d. Pengawasan jam-jam operasi peralatan;
e. Mengadakan perbaikan/penggantian peralatan;
f. Koordinasi dengan pelaksana, mengenai peralatan yang diperlukan;
g. Pengadaan bahan bakar/material proyek.

28. Mekanik

Tugas dan tanggung jawab Mekanik, yaitu:


a. Menyusun jadwal pemeliharaan dan perbaikan mesin, peralatan, dan
fasilitas produksi agar proses produksi dapat berjalan dengan lancer;
b. Menyusun pedoman mengenai pemeliharaan dan perbaikan mesin
atau peralatan produksi, air dan udara;
c. Mengawasi pelaksanaan pemeriksaan dan pemeliharaan berkala
perbaikan atas mesin atau peralatan produksi, air dan udara;
d. Mengawasi pelaksanaan pencatatan pengeluaran biaya-biaya yang
terjadi dengan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan;
e. Berusaha mencari cara-cara penekanan biaya dan metode perbaikan
kerja yang lebih efisien.
BAB III
TAHAPAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PROYEK
BENDUNGAN WAY SEKAMPUNG PAKET 2

3.1. Uraian Umum Proyek Pembangunan Way Sekampung

Proyek Pembangunan Bendungan Way Sekampung Kabupaten Pringsewu


ini merupakan salah satu pembangunan 65 bendungan pada periode 2015-
2019 milik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Pada
proyek pembangunan Bendungan Way Sekampung ini, dibagi menjadi 2
paket pekerjaan. Untuk paket 1 dikerjakan oleh PT. PP (Persero) Tbk
Bekerja sama dengan PT. ASHFRI Putralora dengan nama JO PP-ASFHRI
Konsorsium, sedangkan paket 2 dikerjakan oleh Waskita Karya dan Adhi
Karya dengan nama JO Waskita-ADHI KSO. Proyek ini merupakan salah
satu proyek yang mensinergikan BUMN yaitu PT. PP (Persero) Tbk oleh
PT. Waskita Karya dan PT. Adhi Karya.

Untuk paket 2 yang dikerjakan oleh PT. Waskita (Persero) Tbk dan PT.
Adhi Karya (Persero) Tbk kontrak awal ditandatangani pada tanggal 28
September 2016 dan sudah mengalami 5 kali addendum kontrak atau
perubahan kontrak yang disepakati oleh dua pihak yaitu pihak kontraktor
dan PU. Masa pelaksanaan 1.440 hari yaitu sampai dengan 6 September
2020 dengan masa pemeliharaan 450 hari. Nilai kontrak yaitu Rp
829.258.727.000,00 (Delapan Ratus Dua Puluh Sembilan Milyar Dua Ratus
Lima Puluh Delapan Juta Tujuh Ratus Dua Puluh Tujuh Ribu Rupiah).
Konsultan perencana yaitu PT. Indra Karya (Persero) dan konsultan
supervisi PT. Tata Guna Patria, KSO.

Jalan akses menuju lokasi proyek untuk jalur darat dari arah pulau Jawa
melalui penyebrangan ke arah pelabuhan bakauheuni. Dari Pelabuhan
Bakauheuni ke lokasi proyek berjarak 129,5 km ditempuh dalam waktu
kurang lebih 4 jam 15 menit. Untuk jalur udara dari Bandara Radin Inten II
Lampung Selatan berjarak 52,3 km ditempuh dalam waktu kurang lebih 1
jam 55 menit. Lokasi Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 1) dapat
dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. Lokasi Proyek


Sumber : Data Proyek Bendungan Way Sekampung

Adapun lingkup pekerjaan proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 2)


secara rinci sebagai berikut:
1. Bangunan Terowongan Pengelak/Diversion Tunnel (inlet & outlet),
terdiri dari pekerjaan:
a. Persiapan
b. Galian slope inlet dan outlet
c. Loading material ke disposal
d. Portal terowongan
e. Penggalian terowongan
f. Pekerjaan lainnya
2. Bendungan utama dan cofferdam
a. Persiapan
b. Material tubuh bendungan utama
c. Pengukuran (Staking Out)
d. Pembuatan jalan akses dan clearing
e. Galian pondasi bendungan
f. Toleransi pada pelaksanaan timbunan bendungan
g. Penempatan dan pemadatan material timbunan
h. Penimbunan dan pemadatan material bendungan
i. Pekerjaan lainnya
3. Grouting Tunnel
a.
4. Bangunan Pengambilan/Intake
a. Survey investigasi
b. Pengerjaan pondasi bangunan
c. Pengerjaan hidromekanikal
d. Pekerjan lainnya

3.2. Teknis Pelaksanaan Pekerjaan Terowongan Pengelak/Diversion


Tunnel

Pembuatan terowong pengelak di Bendungan Way Sekampung


menggunakan metode NATM (New Austrian Tunneling Method). NATM
adalah suatu system pembuatan tunnel dengan menggunakan shotcrete
(beton yang disemprotkan dengan tekanan tinggi) dan rock bolt sebagai
penyangga sementara tunnel sebelum diberi lapisan concrete (lining
Concrete).
Alur teknis pelaksanaan pekerjaan Terowongan Pengelak pada Proyek
Bendungan Way Sekampung (Paket 2) dapat dilihat pada gambar 3.2.

3.2.1. Persiapan

Pekerjaan persiapan meliputi alat dan bahan yang digunakan selama proses
pekerjaan terowongan pengelak, alat dan bahan yang digunakan antara lain:
1. Alat
a. Pompa Air
Pompa air digunakan dalam proses dewatering dan pekerjaan
shotcrete
b. Compressore
Compressore digunakan untuk mendorong material agar teralirkan
pada spray gun dalam pekerjaan shotcrete
c. Generator
Generator digunakan sebagai sumber listrik untuk lighting,
compressore, dan pompa
d. Pipa Ventilasi
Pipa ventilasi digunakan untuk memasukkan dan mengeluarkann
udara di terowongan
e. Core Rock Drill (CRD)
CRD digunakan untuk membuat lubang agar bisa diisi bahan peledak
dalam pekerjaan drilling
f. Detonator
Detonator digunakan untuk meledakan bahan peledakan
g. Lampu
Lampu digunakan untuk penerangan
h. Detector
Detector digunakan untuk melacak keaktifkan bahan peledak setelah
pekerjaan blasting
i. Dump Truck
Dump Truck digunakan untuk mengangkut sisa batuan hasil dari
pekerjaan blasting ke tempat pembuangan
j. Excavator
Excavator digunakan untuk pengerukan batuan hasil dari pekerjaan
blasting
k. Breaker
Breaker digunakan untuk merapihkan batuan hasil pekerjaan blasting
dan menghancurkan bantuan
l. Mixer Shotcrete
Mixer shotcrete digunakan untuk mencampur semen dengan pasir
m. Crane
Crane digunakan untuk memindahkan baja ke terowongan

2. Bahan
a. Semen, pasir, dan air
Semen, pasir, dan air merupakan material yang digunakan dalam
pekerjaan shotcreate
b. Bahan Peledak
Bahan peledak digunakan untuk menghancurkan batuan dalam
pekerjaan blasting
c. Baja Tipe H
Baja tipe H digunakan sebagai penyangga agar batuan tidak runtuh
d. Wiremesh
Wiremesh adalah jaring-jaring baja digunakan sebagai penyangga
e. Rockbolt
Rockbolt digunakan untuk menyangga batuan saat blasting selesai
dilakukan
f. Bahan blasting
Bahan blasting yang bersifat dapat meledak seperti dynamite

3.2.2. Pekerjaan Galian Slope Inlet dan Outlet

Pekerjaan Galian permukaan meliputi pekerjaan galian pada Inlet dan Outlet
Terowongan. Adapun jenis pekerjaan galian, ditentukan oleh produktivitas
alat berat dan bergantung pada meterial yang digali dan akan teridentifikasi
dengan detail pada saat eskavasi penggalian.
Pada pekerjaan galian ini dibagi menjadi beberapa jenis klasifikasi galian,
yaitu:
1. Galian tanah biasa
Terdiri dari pekerjaan galian, pemindahan sisa material dan
pengangkutan. Menurut ketentuan dari Direksi tidak diklasifikasikan
sebagai batuan keras atau batuan lunak. Pekerjaan galian dapat dilakukan
dengan alat berat biasa tanpa memerlukan peledakan dan pemboran, rock
breaker atau ripper. Galian tanah biasa meliputi penggalian dan
pengangkutan tanah lapisan atas (topsoil), tanah organik, kayu, semak
dan lapisan tanah lain yang diklasifikasikan sebagai tanah biasa dengan
persetujuan Direksi. Galian tanah biasa tidak termasuk Pekerjaan
clearing, grubbing, atau stripping.
Gambar 3.2. Galian Tanah Biasa
Sumber: Dokumentasi Proyek

2. Galian batuan lunak/tanah berbatu


Pekerjaannya meliputi penggalian dan pemindahan batuan besar yang
mempunyai volume kurang dari 1 m3 (Boulder) dengan ukuran yang
bervariasi. Metode penggalian batuan lunak tidak dapat dilakukan
dengan metode konvensional seperti dalam pemindahan tanah dan tidak
dapat digali tanpa menggunakan ripping yang ditarik traktor atau single
shank ripper sebagai pengganti ripping. Pekerjaan ini dapat
menggunakan metode peledakan, rock breaker atau metode lain untuk
menghancurkan material keras atau batuan lunak di lokasi, sehingga
penghancuran selanjutnya dapat dilakukan dengan ripping atau single
shank ripper, sehingga galiannya diklasifikasikan sebagai galian batuan
lunak/tanah berbatu.

Gambar 3.3. Galian Tanah Berbatu


Sumber: Dokumentasi Proyek
3. Galian batuan keras/Batu
Galian batu pada lokasi bendungan merupakan material alam yang padat
dan keras. Sehingga penentuan metode penggaliannya tidak dapat
dilakukan dengan metode konvensional seperti dalam pemindahan tanah
biasa dan tidak dapat dihancurkan dengan ripping yang ditarik traktor
atau sejenisnya dengan peralatan single shank ripper. Penggalian batuan
keras dapat dilakukan dengan cara di bor dan diledakkan (bila tidak
membahayakan) atau menggunakan rock breaker atau metode lain yang
ditetapkan dalam Spesifikasi Teknis dengan persetujuan Direksi dan
Tenaga Ahli Geologi untuk menghancurkan material galiannya agar
dapat dipindahkan.

Gambar 3.4. Galian Batuan Keras


Sumber: Dokumentasi Proyek

3.2.3. Loading Material Ke Disposal


Pembuangan material ke lokasi disposal menggunakan alat dumptruck
sebagai alat angkut dan Excavator sebagai alat loading meterial.
Pembuangan semua material hasil galian slope dan terowongan ditentukan
dengan jarak buangan lokasi pembuangan di tentukan pada lokasi Disposal
Area dan sebagian masuk dilokasi Stockpile sesuai dengan kontrak. Namun
kenyataannya lokasi Disposal sulit ditempuh dan daya tampung disposal
tidak mencukupi untuk paket 1 dan paket 2, sehingga disposal material hasil
galian diarahkan dekat dengan lokasi penggalian. Material hasil galian yang
berada di disposal dimanfaatkan sebagai perkuatan untuk tebing jalan akses
kanan bendungan.
Gambar 3.5. Loading Material
Sumber: Dokumentasi Proyek

3.2.4. Pekerjaan Portal Terowongan


Konstruksi portal sangat penting dalam pembuatan terowongan, portal
berfungsi menahan/menyangga batu di depan/di atas terowongan supaya
tidak terjadi longsor yang menutup mulut terowongan.
Untuk pekerjaan pembuatan portal terowongan Pembangunan Bendungan
Way Sekampung terdapat system supporting yaitu sebagai berikut :
a. Pemasangan Pipe Forepilling
Pipe Forepilling berfungsi menahan beban dan memperbaiki struktur
batuan dekat permukaan diatas portal. Pipe forepilling dilakukan dengan
menginjeksi semen ke batuan.
b. Pemasangan Anchor
Anchor berfungsi untuk membantu menahan beban dari atas dan
mengunci shotcrete dengan struktur batuan di dalamnya. Anchor
dipasang pada slope.
c. Pemasangan Steel Support
Steel Support berfungsi untuk untuk mengikat dan menyangga slope.
Hbeam 300x300x10x15 untuk portal dengan jarak pemasangan 1.0 meter
dan selanjutnya sepanjang 10.0 meter dengan jarak pasang steel support
0,75 meter. Dudukan steel support dilakukan pengecoran setinggi 200cm
tebal 40cm untuk mengunci dan menyatukan steel support lainya.
Kemudian pemasangan plate selanjutnya ditutup dengan sandbag dan
span selanjutnya dipasang steel wiremesh dan dilakukan shotcrete. Lalu,
steel support yang kontak dengan slope dibeton.
Gambar 3.6. Portal Inlet dan Outlet
Sumber: Arsip Desain Konsultan Proyek

Gambar 3.7. Potongan Melintang Portal


Sumber: Arsip Desain Konsultan Proyek
Gambar 3.8. Pemasangan Sandbag pada Portal
Sumber: Dokumentasi Proyek

3.2.5. Pekerjaan Penggalian Terowongan


Hasil pengolahan data didapat kondisi bantuan di terowongan sangat lunak
(very poor) sehingga memerlukan pekerjaan yang sangat hati-hati.
Pekerjaan terowongan pengelak dilakukan dari dua sisi yaitu Inlet dan
Outlet sehingga diharapkan dapat mempercepat progress pengerjaan.
Adapun siklus pekerjaan terowongan yang umum digunakan, sebagai
berikut :
1. Drilling
Drilling adalah pembuatan lubang yang digunakan untuk penempatan
bahan peledak dalam pekerjaan penggalian terowongan dengan
menggunakan bahan peledak. Dalam pekerjaan drilling sebelumnya di
buat pola (drilling pattern) seperti gambar 3.9.

Gambar 3.9. Drilling Pattern


Sumber: Arsip Desain Konsultan Proyek
a. Panjang bor : + 1,5 m
b. Ø boring : 38 m
c. Metode : V cut method picut (pilot cutting)
d. System : smooth blasting
Metode V cutting adalah metode drilling dimana pada bagian tengah
(arah) drilling tidak tegak lurus sesuai penampang terowong, akan tetapi
menyudut membentuk huruf “V” yang fungsinya untuk melontarkan
material keluar dari ledakan yang pertama kali. Kemudian, ledakan
berikutnya menekan kedalam (arah ledakan pertama).
Sistem smooth blasting adalah suatau blasting dimana ledakan hanya
membuat retakan dengan menggunakan bahan peledak yang sedikit.
Jarak pemasangan sekitar 20 cm dengan harapan memperoleh hasil
ledakan teratur dan tidak terjadi over break.

2. Charging
Charging adalah pengisian dinamit kedalam lubang boring dengan
menggunakan alat stick dari kayu atau pipa pvc agar tidak terjadi
gesekan yang menimbulkan listrik atau api. Adapaun metode pengisian
bahan peledak dapat dilihat pada Gambar 3.10. dan 3.11.

Gambar 3.10. Production Hole/Buffer Hole


Sumber: Arsip Desain Konsultan Proyek

Gambar 3.11. Smooth Blasting Hole


Sumber: Arsip Desain Kondultan Proyek
3. Blasting
Setelah semua pengisan lubang selesai dan rangkaian kabel telah selesai
disambung lakukan pengecekan terakhir dengan menggunakan alat
kontrol amper pada ujung kabel (lead wire) selanjutnya dihubungkan ke
blasting machine. Sebelum melakukan peledakan, semua harus dicek
baik dari kesiapan atau segi keamanan di sekitar radius ledakan. Adapun
metode rangkaian peledakan dapat dilihat pada gambar 3.12.

Gambar 3.12. Metode Rangkaian


Sumber: Arsip Desain Konsultan Proyek

4. Ventilating dan Lighting


Ventilating adalah upaya menyuplai udara kedalam tunnel dengan
blower setelah pekerjaan blasting selesai. Hal ini dilakukan untuk
membersihkan udara dalam terowong dari asap, gas racun yang timbul
oleh hasil peledakan. Pencahayaan dalam terowongan dengan lampu
yang memenuhi syarat. Selanjut petugas safety akan mengecek kondisi
di dalam dengan menggunakan alat detector kondisi ketersediaan
Oxigen, kelembaban dan gas racun.

5. Mucking
Mucking adalah pekerjaan pembuangan material hasil galian tanah atau
batu dari dalam terowongan baik galian menggunakan blasting, material
diangkut ke disposal atau stock material yang telah disediakan di luar
terowongan. Alat yang digunakan untuk membuang material adalah
Wheel Loader dan Dump Truck.

6. Excavation by Breaker / Scalling


Scalling dilakukan setelah pekerjaan blasting. Sisa batuan yang
menggantung pasca pekerjaan blasting dirapihkan supaya pemasangan
supporting tunnel dapat dilakukan. Dalam melakukan pekerjaan tersebut
digunakan alat Excavator breaker atau Hand breaker sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi material tunnel. Batuan lepas yang menggantung
sebaiknya dijatuhkan agar pekerjaan selanjutnya aman, apabila
diperlukan bisa melakukan shotcrete safety dengan ketebalan 5 cm pada
crown dan wall tunnel terlebih dahulu setelah scalling.

Gambar 3.13. Ilustrasi Sebelum dan Setelah Scaling dan Breaker


Sumber: Arsip Desain Konsultan Proyek

7. Install Steel Support


Steel support berfungsi untuk menyangga crown dan wall tunnel, H beam
150x150x7x10 dengan jarak pemasangan 0,75 meter atau disesuaikan
dengan kondisi batuan sesuai instruksi dari team geologi. Pemasangan
steel wire mesh diperlukan apabila kondisi batuan lepas yaitu dipasang
pada span antara steel support. Selain berfungsi untuk menahan material
runtuh, pemasangan wire mesh juga difungsikan untuk mengikat
shotcrete.
Gambar 3.14. Pemasangan Steel Support
Sumber: Dokumentasi Proyek

8. Spraying Shotcrete
Setelah pemasangan steel support dan steel wire mesh selesai maka
dilanjutkan dengan pekerjaan shotcrete, yang berfungsi sebagai
konstruksi penyangga dan melindungi terhadap kerapuhan batuan akibat
perubahan suhu/udara. Adapun cara pelaksanaan shotcrete sebagai
berikut:
a. Tembakan harus tegak lurus bidang supaya shotcrete menempel.
b. Jarak tembak kurang lebih 1 m (dari pengalaman, dengan tekanan +
6.5 kg/cm2 ) jarak ini paling bagus, selebihnya inovasi jarak di
lapangan.
c. Menggunakan material shotcrete yang baru. Material Shotcrete yang
telah dicampur selama lebih dari 2 jam akan susah melekat.
d. Dilaksanakan secara berlapis tidak sekaligus tebal sebab mudah
jatuh pada waktu belum kering.
e. Untuk daerah yang special digunakan robot shotcrete dikarenakan
kondisi batuan yang berbahaya (berdasarkan pertimbangan geologist).

Gambar 3.15. Pelaksanaan Shotcrete


9. Cleaning
Pembersihan lokasi setelah melakukan pekerjaan shotcrete, cleaning
meliputi pembersihan alat dan lingkungan kerja dengan menyusun
peralatan dan sarana pendukung antara lain shotcrete machine, hose, pipa
dan kabel electric.

10. Pemasangan Rock Bolt, Forepilling, dan Pipe Forepilling


Salah satu jenis penyangga konstruksi sementara adalah pemasangan
rock bolt, forepilling, dan pipe forepilling. Bahan pengikat yang
digunakan adalah cement milk (perbandingan semen dan air adallah 1:1
ditambah Sigunit P1AF).
Pemasangan rock bolt menggunakan cement milk, dengan perbandingan
komposisi 1:1 semen 1 dan air 1 ditambah bahan Sigunit p1AF untuk
mempercepat setting time. Mixing ke tiga material tersebut menjadi satu
dengan sebuah alat yaitu satu set alat grouting. Adapun metode pekerjaan
pemasangan rock bolt dan forepilling:
a. Injection material ke dalam lubang rock bolt dengan cara memasukan
pipa/hose grouting, injection-kan material dan tarik keluar pelan-
pelan pipa tersebut sampai kepermukaan, dan dilanjutkan dengan
memasukan rock bolt atau forepilling. Setelah selesai tekanlah
beberapa saat sampai material grouting sedikit mengeras.
b. Pemasangan plate untuk rock bolt dan forepilling tidak dibutuhkan
plate.
c. Tunggu beberapa waktu biasanya (8 jam) dari pemasangan dan
lakukan tension (pengencangan baut) dengan kekuatan 3 atau 5 ton.
d. Setelah genap 28 hari maka dilakukan pullout loadtest rock bolt, hasil
yang diharapkan satu rock bolt dapat menerima beban minimum 8 ton
setelah 28 hari. Cara melakukan pull outload test yaitu menarik
batangan rock bolt dipilih acak dengan menggunakan alat khusus, satu
rock bolt mewakili 200 nos, apabila sewaktu tes gagal maka di
lakukan 4 tes lagi, apabila keempatnya gagal dilakukan 40 tes, dan
sterusnya dan yang gagal harus diganti.
e. Pasang baut harus sampai rapat terhadap shotcrete.
f. Pemasangan forepilling tidak diperlukan pullout loadtest.

Gambar 3.16. Pemasangan Rock Bolt dan Forepilling


Sumber: Dokumentasi Proyek

11. Survey Marking


Sebelum melanjutkan galian step by step harus selalu didampingi dengan
team survey agar tidak terjadi kesalahan yang fatal. Perlunya dikontrol
koordinat dan elevasi sesuai design. Penempatan patok bantu di dalam
tunnel sangat diperlukan untuk memudahkan kontrol di lapangan.

Gambar 3.17. Marking Line


Sumber: Dokumentasi Proyek

3.3. Teknis Pelaksanaan Tubuh Bendungan Utama (Main Dam)

Pekerjaan timbunan merupakan pekerjaan utama dari pelaksanaan


pembangunan sebuah bendungan. Pelaksanaan timbunan pada Bendungan
Way Sekampung terdiri dari timbunan kedap air (zona Inti/zona 1),
timbunan filter halus (zona 2), timbunan filter kasar (zona 3), timbunan
batuan (zona 4) dan pasangan Rip rap (zona 5).
3.3.1. Persiapan

Persiapan meliputi alat-alat yang digunakan selama proses pekerjaan galian


dan timbunan bendungan utama berlangsung, antara lain:
1. Alat ukur survey
Alat ukur digunakan surveyor untuk memenuhi kebutuhan pemetaan
lapangan seperti menentukan titik koordinat Benchmark, Stake Out,
menentukan elevasi, marking, dan pekerjaan pemetaan lainnya. Dalam
pengerjaan timbunan bendungan utama, alat ukur yang digunakan
adalah: waterpass, digital theodolite, rambu ukur, dll.
2. Alat Berat
Alat berat adalah mesin berukuran besar yang digunakan untuk
membantu pelaksanaan konstruksi. Dalam pengerjaan penimbunan tubuh
bendungan Way Sekampung, beberapa alat berat yang digunakan adalah
sebagai berikut:
a. Dumptruck
Dumptruck yang digunakan kontraktor adalah dumptruck dengan tiga
as roda berkapasitas hingga 26 ton dan dumptruck dengan dua as roda
berkapasitas hingga 12 ton.
b. Excavator/Back Hoe
Excavator digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan diantaranya untuk
melakukan penggalian, membantu pekerjaan penimbunan, membuat
slope lereng tubuh bendungan, dan loading material.
c. Bulldozer
Bulldozer digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan untuk mendorong
dan menarik material timbunan agar timbunan memiliki elevasi layer
yang sama (rata) sesuai spesifikasi teknis yang disyaratkan.
d. Compactor Vibro Roller
Vibro Roller adalah alat untuk memadatkan tanah dengan
menggunakan vibrasi atau getaran. Alat ini dilengkapi dengan tangki
berisai air yang fungsinya untuk membahasi area yang hendak
dipadatkan agar debu-debu tidak beterbangan.
e. Compactor Vibro Sheep Foot Roller
Vibro Sheep Foot Roller adalah alat berat untuk memadatkan tanah.
Alat ini berfungsi untuk memadatkan tanah lempung atau campuran
pasir dan lempung, namun alat ini tidak digunakan untuk pemadatan
tanah berbutir kasar seperti pasir dan kerikil.

3.3.2. Material Timbunan Bendungan Utama

Material yang digunakan pada timbunan bendungan utama terdiri dari 5


zona timbunan, yaitu zona 1 sampai 5 yang memiliki kriteria tersendiri.
1. Zona Inti (Zona 1)
Zona inti yang berupa material tanah lempung (clay) berfungsi sebagai
barrier atau penangkap air agar air tidak banyak masuk dan melewati
bendungan. Material timbunan untuk zona inti kedap air untuk
bendungan utama dan cofferdam haruslah bergradasi baik yang terdiri
dari campuran lempung, lanau, pasir dan kerikil yang diperoleh dari
borrow area. Persentase yang lewat ayakan 9,52 mm harus 100%.
Persentase yang lewat ayakan 4,76 mm harus antara 95% sampai 100%.
Persentase yang lewat ayakan ukuran 0,074 mm harus antara 50% sampai
85%. Jumlah material lempung harus terdiri dari ukuran partikel 0.005
mm tidak lebih dari 30%. Material timbunan zona inti secara umum
berasal dari pekon Fajar Baru dengan jarak sekitar 3,0 km yang
mempunyai cadangan material inti (lempung) cukup besar sekitar
750.000,0 m3. Untuk material inti (kedap air) yang tidak memenuhi
syarat sebagai material inti untuk timbunan regular, meterial tersebut
dapat digunakan sebagai material kontak (contact clay).
Gambar 3.18. Material Zona Inti
Sumber: Dokumentasi Pribadi

2. Zona Filter Halus (Zona 2) dan Zona Filter Kasar (Zona 3)


Zona filter berfungsi supaya menahan butiran tanah inti agar tidak ikut
merembes, dan permeability nya lebih besar daripada tanah inti. Material
filter halus (zona 2) harus bersih, tidak berkohesi terutama terdiri dari
pasir dan kerikil dengan ukuran partikel maksimum 20 cm dan partikel
lolos ayakan no. 200 harus lebih kecil dari 5% dan partikel lebih besar
dari ayakan no. 4 harus lebih kecil dari 35%. Material filter kasar (zona
3) harus bersih, tidak berkohesi dengan ukuran partikel maksimum 40
cm dan partikel lolos ayakan no. 200 harus lebih kecil dari 2% dan
partikel lebih besar dari ayakan no. 4 harus lebih kecil dari 30%.
Timbunan zona 2 dan 3 membutuhkan material sebanyak 154.449,96 m3,
material pasir kasar dan pasir halus diambil dari daerah genangan yang
telah terdeteksi dan memenuhi syarat, yaitu desa Pamenang dengan jarak
2.5 km dengan estimasi volume 50.000,0 m3, desa Fajar Baru dengan
jarak sekitar 6.1 km dengan estimasi volume tersedia 75.000,0 m3. Serta
beberapa material yang telah didatangkan dari Way Wayah dengan total
volume 32.000,0 m3.
Gambar 3.19. Material Filter Halus
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 3.20. Material Filter Kasar


Sumber: Dokumentasi Pribadi

3. Zona Timbunan Batu (Zona 4)


Material untuk zona urugan batu pada timbunan bendungan harus berupa
campuran batu yang cukup keras, awet, batu bergradasi baik, bongkahan
(boulder) dan kerikil dengan ukuran partikel maksimum lebih kecil dari
100 cm. Timbunan batu unuk zona 4 volume 998.250,92 m3.
a. Rockfill Zona 4A
Posisi zona 4A berada di bagian dalam setelah zona 3 filter kasar, zona
4A ini berfungsi sebagai zona transisi antara filter kasar dan zona 4B
(rockfill kasar), jadi diperlukan material dengan ukuran <4,75 mm
sebanyak 20%, ukuran 4,75-200 mm sebanyak 30%, ukuran 200-500
mm sebanyak 50%, toleransi maximum sampai dengan diameter 60
cm. Material zona 4A tidak dilakukan penyaringan, dan didapatkan
dari disposal hasil penggalian spillway serta pekon Pamenang dan
Fajar Baru.
b. Rockfill Zona 4B
Posisi zona 4B berada di bagian paling luar dari zona timbunan, untuk
itu diperlukan dimensi minimum dan maximum yang dapat berfungsi
sebagai counter weight dan mampu bertahan dari proses pelapukan.
Unutk itu dibutuhkan material dengan ukuran <4,75 mm sebanyak
20%, 4,75-500 mm sebanyak 20%, 500-1000 mm sebanyak 60%,
toleransi maximum sampai dengan diameter 120 cm. Material zona
dilakukan dilakukan penyaringan (screening) dengan saringan sebesar
3 x 3 m dan lubang saringan 10 x 20 cm. Material yang tertahan
saringan akan menjadi material zona 4B, dan yang lolos saringan
menjadi material zona 4A. Material zona 4B dibagi lagi menjadi zona
4B dan 4B-2, yang membedakan adalah quarry nya saja. Material 4B
diambil dari Pekon Fajar Baru sedangkan material 4B-2 diambil dari
Pekon Pamenang.

Gambar 3.21. Material Rockfill 4A dan 4B


Sumber: Dokumentasi Pribadi

4. Zona Rip-Rap (Zona 5)


Material untuk zona 5 sebagai pelindung urugan batu (rip-rap)di
timbunan bendungan harus berupa batu yang cukup keras, dan tahan
lekang/awet (durable). Material batu yang digunakan untuk rip-rap harus
memiliki durabilitas yang tinggi. Pondasi zona 5 harus berada pada zona
4, dan tidak perlu ada pemadatan di zona 5. Zona rip-rap membutuhkan
material sebanyak 157.841,76 m3 yang diambil dari quarry pekon
Pamenang dan Fajar Baru.
Gambar 3.22. Quarry Material Rockfill dan Rip-Rap
Sumber: Dokumentasi Pribadi

3.3.3. Pekerjaan Pengukuran (Staking Out)

Tahapan pengukuran:
1. Pembuatan BM
2. Pengukuran poligon
3. Pengukuran situasi
4. Pembuatan peta topografi
5. Pemberian patok As Bendungan
Sebelum pelaksanaan pembangunan, surveyor melakukan pengukuran
untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya topografi yang ada, kemudian
dilakukan pembuatan topografi dan dipadukan dengan topografi design.
Ada tidaknya perubahan mengenai tinggi rendahnya elevasi. Tujuannya
untuk menghitung rencana galian (MC 0). Pemasangan patok As bendungan
dilanjutkan patok batas galian sesuai dengan design yang sudah ada.

Gambar 3.23. Staking Out


Sumber: Dokumentasi Proyek
3.3.4. Pembuatan Jalan Akses dan Clearing

Dalam pelaksanaan pekerjaan bendungan, pembuatan jalan akses (acces


road) sangatlah penting baik jalan utama maupun jalan temporary karena
untuk aktifitas dan kelancaran dalam proses pekerjaan. Dari surveyor akan
menentukan jalan mana yang akan diambil dan dilaksanakan, baik slope
maupun keamanan dalam proses pekerjaan nantinya. Langkah selanjutnya
adalah clearing area yang akan digunakan untuk rencana jalan dengan cara
menebang pohon dan pembersihan. Setelah terbuka, dilakukan pengupasan
agar didapatkan tanah yang keras dan penambahan agregat untuk kemudian
dipadatkan.

Gambar 3.24. Pembuatan Jalan Akses


Sumber: Dokumentasi Pribadi

3.3.5. Pekerjaan Galian Pondasi Bendungan

Pondasi bendungan harus direncanakan sesuai dengan tinggi dan tipe


bendungan dengan mempertimbangkan material pembentuk pondasi,
apakah batuan, pasir, atau tanah. Dalam perencanaan pondasi, pengupasan
dan metode kontrol rembesan serta menjamin keamanan struktur pondasi
harus diperhitungkan sesuai kondisi batuan pondasi dan tubuh bendungan
yang direncanakan. Galian pondasi perlu disesuaikan bentuknya sehingga
memudahkan pekerjaan penimbunan tanpa menyebabkan penurunan.
Bentuk galian tidak boleh terlalu curam dan tidak overhanging.
Surveyor memberi patok batas galian terluar sehingga alat excavator akan
mengikui batas tersebut, dan membuat slope yang sudah ditentukan. Galian
akan dilaksanakan pada sisi kanan dan sisi kiri sungai, setelah saluran
pengelak selesai dikerjakan dan dibuatkan cofferdam primer dan hilir baru
akan mengerjakan galian As bendungan bagian tengah sungai. Metode yang
dilaksanakan dengan cara melakukan galian pada sisi kanan dan kiri
bendungan akan berhenti pada tepi sungai, hal ini dilakukan karena
pekerjaan saluran pengelak belum selesai. Tepi sungai dibuatkan tanggul
agar apabila terjadi banjir air tidak naik ke darat dan menggenangi galian.
Setelah galian mencapai elevasi sesuai dengan design maka dilakukan
pembersihan.
Pengecekan setiap galian per slope sampai dengan elevasi rencana untuk
pondasi oleh Geologist dari kontraktor dan konsultan disaksikan oleh
direksi, apabila pengecekan rencana pondasi bendungan sudah disetujui
bersama dan galian kanan – kiri sungai yang sudah sesuai dengan elevasi
design segera dilaksanakan pekerjaan perbaikan pondasi dengan cara
dilaksanakan pekerjaan Grouting. Setelah pekerjaan Grouting selesai, maka
dilaksanakan pekerjaan Concrete pada dasar bendungan dengan ketebalan 1
m.

Gambar 3.25. Penggalian Pondasi Bendungan


Sumber: Dokumentasi Pribadi

3.3.6. Toleransi Pada Pelaksanaan Timbunan Bendungan

Konstruksi timbunan bendungan dan zona urugan di dalam timbunan


bendungan harus mengikuti toleransi dan perbedaan tinggi yang diizinkan
sebagai berikut:
1. Toleransi Antar Zona
Material timbunan tidak boleh melampaui batas zona yang berdekatan
melebihi toleransi yang diizinkan pada Tabel 5.1, diukur mendatar dari
as bendungan ke garis pembagian atas zona timbunan seperti terlihat
pada Gambar atau sebagaimana disesuaikan oleh Direksi. Toleransi
diizinkan apabila merupakan tambahan ketebalan drain, filter dan riprap.

Tabel 3.1. Toleransi Jarak Antar Zona


Ke arah zona Ke arah zona
Zona
sebelumnya (m) selanjutnya (m)
Bendungan utama
Antara zona inti kedap air (Zona
1 0 0.5
1) dan zona filter halus (Zona 2)
Antara zona filter halus (Zone 2)
2 0.5 0.5
dan zona fiter kasar (Zone 3)
Antara zona filter kasar (Zona 3)
3 0.5 1.0
dan zona urugan batu (Zona 4)
Antara zona urugan batu (Zone 4)
4 1.0 0.5
dan zona rip rap (Zone 5)

Untuk permukaan luar timbunan 0.5 m ke arah luar dan 0.0 m ke


5
bendungan sisi hulu dan hilir arah dalam

Bendungan pengelak utama hulu


Untuk permukaan luar timbunan 0.5 m ke arah luar dan 0.0 m ke
1
sisi hulu dan hilir arah dalam

2. Perbedaan Tinggi Antar Zona Timbunan


Untuk meminimalkan kontaminasi material filter dengan material yang
lebih halus selama pekerjaan penimbunan, perbedaan tinggi zona-zona
yang berdekatan harus dijaga dalam batas-batas sebagai berikut:
a. Zona 2 ke Zona 1 : 30 sampai 60 cm lebih tinggi dari Zona 1
b. Zona 2 ke Zone 3 atau 4 : 40 cm lebih tinggi dari Zona 3 atau 4
3. Toleransi Terhadap Permukaan Luar dari Timbunan
Lapisan material pada permukaan luar timbunan harus tersusun seragam
sesuai jenis dan garis batas zona, selain itu dimensi material timbunan
harus dibuat lebih luas supaya dapat dipotong untuk dicek bahwa
timbunan telah dipadatkan sesuai dengan standar yang ditentukan.
Toleransi garis kemiringan luar pada seluruh timbunan terhadap batas
garis yang ditentukan dengan persetujuan Direksi diukur secara
horisontal teradap as bendungan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Ke arah dalam mendekati as bendungan : 0.00 m
b. Ke arah luar menjauhi as bendungan : 0.50 m
Puncak permukaan luar timbunan bendungan harus diselesaikan sesuai
dengan garis dan ketinggian seperti halnya petunjuk Direksi dengan
toleransi sebagai berikut:
a. Batas atas, ketinggian : 0.30 m
b. Batas bawah, ketinggian : 0.00 m

3.3.7. Penempatan dan Pemadatan Material Timbunan

Material timbunan dan sumber pengambilan material yang digunakan untuk


timbunan bendungan harus mendapat persetujuan dari Direksi. Seluruh
material timbunan bendungan harus bebas dari material organik, top soil,
tanaman yang mudah busuk atau material yang tidak berguna.
Bahan untuk timbunan harus dihamparkan dan dipadatkan dengan
mengikuti spesifikasi yang telah ditentukan kecuali Direksi
menginstruksikan untuk melakukan variasi gradasi, kandungan air,
penempatan dan pemadatan tertentu untuk bermacam-macam tipe material
timbunan dengan mempertimbangkan kondisi aktual pelaksanaan
pekerjaan. Penyedia Jasa tidak berhak atas biaya tambahan pada harga
satuan yang tertera dalam Daftar Kuantitas sehubungan dengan pekerjaan
variasi tersebut.
Peralatan pemadatan dan metode pemadatan yang akan digunakan Penyedia
Jasa baik yang sesuai dengan spesifikasi atau yang ditentukan Direksi, harus
sudah melalui uji coba timbunan (embankment trial test) atas biaya
Penyedia Jasa. Tes tersebut untuk menunjukkan kesesuaian peralatan
pemadatan dan metode pemadatan yang diusulkan oleh Penyedia Jasa
terhadap spesifikasi tingkat keseragaman pemadatan material. Uji coba
timbunan harus dilaksanakan dengan menggunakan material timbunan yang
akan digunakan untuk pelaksanaani timbunan.
Penempatan dan perataan material timbunan untuk pemadatan harus
dilaksanakan dengan cara sedemikian rupa sehingga memperkecil segregasi
untuk mendapatkan ketebalan yang seragam dan konsisten. Partikel-partikel
material yang lebih besar harus disebarkan merata ke dalam lapisannya.
Pemadatan tiap lapisan material timbunan harus sistematis dan prosedural
sesuai dengan petunjuk Direksi agar setiap lapisan menghasilkan kepadatan
sesuai dengan ketentuan. Pemadatan yang dilakukan dengan peralatan
pemadatan harus dilakukan dengan jalur sejajar dengan as bendungan,
kecuali pada lokasi yang sulit dijangkau oleh alat pemadatan (roller) yaitu
pada belokan dan lokasi yang berdekatan dengan bangunan atau abutment.
Apabila permukaan timbunan hasil pemadatan tidak rata selama dan
sesudah pemadatan, maka harus diratakan dan dipadatkan kembali sebelum
lapisan berikutnya dihamparkan sesuai dengan petunjuk Direksi tanpa biaya
tambahan.
Bilamana timbunan dikerjakan tidak sejajar, melawan atau di sekitar
konstruksi beton, penempatan dan pemadatan material timbunan harus
ditunda sampai konstruksi beton telah mencapai umur paling tidak 7 hari
sampai dengan 28 hari sebagaimana petunjuk Direksi. Dan bila diperkirakan
jadwal pembetonannya masih jauh sedapat mungkin material urugan harus
ditempatkan secara rata dengan tahap pengecorannya agar memperoleh
ketinggian yang sama pada kedua sisi konstruksi tersebut, dengan demikian
dapat memperkecil ketidakseimbangan pembebanan pada konstruksinya.
Bila sesudah penempatan atau pemadatan, material di suatu zona telah
bercampur dengan material dari zona yang lain atau dengan tanah atau
keberadaan material lain yang tak dikehendaki misalnya material terbawa
akibat lintasan mesin pemadatan atau akibat yang lain, material tersebut
harus dibuang dan diganti dengan material baru yang sesuai dengan material
zonanya dan seterusnya dipadatkan lagi. Penyedia Jasa tidak berhak
menambah biaya (kompensasi) akibat penyediaan material, penempatan
atau pemadatannya akibat penggantian material timbunan tersebut diatas.
Timbunan tanah diuji di laboratorium setiap kali pemadatan per 1000 m3,
sedangkan timbunan batu diuji per 10.000 m3.
3.3.8. Pekerjaan Penimbunan dan Pemadatan Material Bendungan

1. Zona Inti (Zona 1)


Sebelum material inti dihamparkan, pondasi zona dibersihkan terlebih
dahulu dengan alat compressor, lalu pada pondasi zona diberikan contact
clay yaitu suatu zat lengket yang berasal dari tanah lempung (clay) yang
diaduk di dalam air. Penghamparan contact clay ini dilakukan secara
merata di seluruh pondasi zona. Kemudian material inti dihamparkan
secara merata sebagai layer awal dan diratakan menggunakan stamper
agar tidak bergelombang.

Gambar 3.26. Penebaran Contact Clay


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Sebelum dilakukan pemadatan, Material Zona 1 harus dihamparkan


secara menerus, membentuk lapisan horizontal dengan ketebalan tidak
lebih dari 30 (tiga puluh) cm. Distribusi dan gradasi material yang akan
dihamparkan harus sedemikian rupa sehingga lapisan akan bebas dari
lensa-lensa, kantong-kantong, bergaris-garis atau lapis-lapis material
yang berbeda secara nyata dalam tekstur atau gradasi atau kelembaban
dari material sekitarnya. Batu dengan ukuran maksimum lebih dari 10
(sepuluh) cm tidak boleh dihamparkan di timbunan dan harus dibuang
untuk mencegah kemungkinan adanya aliran buluh (piping) di sepanjang
bidang kontak sebelum dilakukan pemadatan.
Apabila tiap-tiap lapisan material telah ditentukan mempunyai kadar air
yang diperlukan, maka lapisan tersebut harus dipadatkan sampai paling
sedikit 95% dari kepadatan kering maksimum dengan menggunakan
tamping roller atau alat yang setara (kapasitas tidak lebih kecil dari 110
kN). Keadaan ini akan dapat dicapai dengan kurang lebih delapan kali
lintasan tamping roller setiap lajur dengan syarat lintasan roller yang
bersebelahan harus overlap lebih dari 30 cm agar kepadatan pada
dasarnya seragam di seluruh lapisan.
Jika permukaan lapisan material yang sudah dipadakan terlalu kering
atau terlalu halus untuk dapat melekat degan baik dengan lapisan material
materil yang akan diletakkan di atasnya, maka permukaan lapisan
tersebut harus dibasahi dan/atau digaruk dengan garpu atau dengan alat
lainnya sampai kedalaman yang cukup untuk mendapatkan permukaan
lekat yang baik. Jika permukaan yang sudah dipadatkan terlalu basah
untuk pemadatan bagi lapisan material yang akan dietakkan diatasnya,
maka permukaan lapisan tersebut harus dibuang dan dikeringkan atau
digaruk dengan garpu untuk mengurangi kandungan airnya.

Gambar 3.27. Pemadatan Material Inti dengan Sheep Foot Roller


Sumber: Dokumentasi Pribadi

2. Zona Filter Halus (Zona 2) dan Zona Filter Kasar (Zona 3)


Sebelum dilakukan pemadatan, material Zona 2 dan Zona 3 harus
dihampar sampai ketebalan lebih dari 30 cm. Setiap fragmen batuan yang
ditemukan di material yang dihampar yang lebih besar dari ukuran yang
ditentukan harus dibuang sebelum material tersebut dipadatkan, kecuali
fragmen batuan yang harus dibuang tersebut memenuhi persyaratan
untuk timbunan batu, maka dapat ditempatkan pada zona isian batu
(Zona 4 dan Zona 5). penghamparan dan pemadatan material Zona 2 dan
Zona 3 harus sedemikian rupa sehingga akan menghasilkan gradasi dan
distribusi material yang dapat diterima di semua zona. Kantong-kantong
batuan dan sekelompok batuan yang dapat mengganggu pemadatan
material dengan sempurna harus dibuang.
Material untuk Zona 2 dan Zona 3 harus dihampar secara menerus untuk
mencegah terjadinya pemisahan butiran (segregation) atau terbentuknya
formasi rongga. Setiap lapisan material Zona 2 dan Zona 3 harus
dipadatkan sampai kepadatan relatif (relative density) paling sedikit 70%
dan rata-rata 80% dengan menggunakan mesin pemadat getar (vibratory
roller) dengan berat lebih dari 110 kN. Jumlah kepadatan relatif yang
lebih kecil dari 75% tidak boleh lebih besar dari 20%. Hal ini dapat
dilakukan dengan lintasan roller kurang lebih empat kali pada setiap lajur
lapisan hingga seluruh lapisan zona-zona selesai dipadatkan sampai
kepadatan yang diperlukan, dengan syarat lintasan roller sebelum dan
sesudahnya harus overlap lebih dari 30 cm, dan bila dipadatkan,
kepadatannya harus seragam di seluruh lapisan.
Tipe spesifik roller getar yang akan digunakan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Berat statis roller dalam keadaan beroperasi dan berat tersebut
dipindahkan ke tanah melalui permukaan drum-nya harus tidak boleh
lebih kecil dari 110 kN.
b. Gaya sentrifugal yang dihasilkan oleh bagian penggetar roller harus
tidak boleh lebih kecil dari 200 kN pada frekuensi maksimum yang
diizinkan oleh pabrik pembuatnya untuk pengoperasian roller secara
terus menerus.
c. Tiap drum roller harus mempunyai diameter luar paling sedikit 1.5 m
dan panjang harus tidak boleh lebih kecil dari 2.1 m.
Gambar 3.28. Pemadatan Material Filter dengan Vibro Roller
Sumber: Dokumentasi Pribadi

3. Zona Batu/Rockfill (Zona 4)


Sebelum dilakukan pemadatan, material untuk Zona 4 harus dihampar
dengan ketebalan tidak boleh lebih dari 100 cm untuk batu berukuran
diameter maksimum 50 cm dan 150 cm untuk batu berukuran diameter
maksimum 100 cm secara menerus, kurang lebih berupa lapisan
mendatar sedemikian rupa sehingga menghasilkan distribusi material
yang paling baik untuk mencegah terjadinya pemisahan butiran
(segregation), kantong-kantong batuan atau terjadinya formasi rongga.
Setiap lapis material harus terus menerus dibasahi dipadatkan sampai
mencapai kepadatan yang diperlukan dengan menggunakan vibrator
roller dengan berat lebih besar dari 110 kN. Hal ini dapat dilakukan
dengan lintasan roller kurang lebih empat kali lintasan untuk lapisan
yang mengandung ukuran batu maksimum 50 cm, dan enam kali lintasan
untuk lapisan yang mempunyai ukuran batu maksimum 100 cm pada
setiap jalur (sama dengan lebar sampai panjang drum roller) lapisan
hingga seluruh lapisan zona selesai dipadatkan.

Gambar 3.29. Pemadatan Material Rockfill dengan Vibro Roller


Sumber: Dokumentasi Pribadi

4. Zona Rip-Rap (Zona 5)


Sebelum dilakukan pemadatan, Material Zona 5 harus dihampar dengan
ketebalan setiap lapisan harus tidak lebih dari 100 cm secara terus
menerus, kurang lebih berupa lapisan horisontal yang harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga menghasilkan distribusi material yang paling
baik untuk mencegah pemisahan butiran (segregation) dan terjadinya
formasi rongga-rongga besar yang membahayakan. Apabila permukaan
pondasi peletakkan menjadi halus atau terkontaminasi yang akan sangat
mengganggu ikatan yang baik dengan material yang akan dihampar di
atasnya, permukaan pondasi harus dibuat kasar atau bagian yang
terkontaminasi harus dibuang sedemikian sehingga menghasilkan
ikatan yang baik dengan lapisan yang akan dihampar berikutnya.

3.4. Teknis Pelaksanaan Drilling dan Grouting

3.4.1. Umum

Tanah atau batuan tidak sepenuhnya dapat memenuhi kriteria perencanaan,


Untuk memenuhi kriteria perencanaan, maka diperlukan perbaikan terhadap
kerusakan tanah atau batuan terebut. Salah satu metode perbaikan tanah atau
batuan adalah dengan melakukan grouting dan drilling. Pekerjaan grouting
adalah salah satu cara menentukan perbaikan pondasi dengan cara
memasukan pasta semen kedalam lapisan batuan atau pondasi yang
dianggap lemah atau kurang baik ditinjau dari segi angka kelulusan air atau
permeabilitas secara lebih spesifik, drilling dan grouting dilaksanakan
dengan tujuan untuk mecegah rembesan (permeability) pada pondasi zona
inti dan untuk menambah daya dukung pondasi bendungan. Agar nilai
permeabilitas dari bantuan pondasi yang ada cukup memadai, maka
pekerjaan injeksi semen untuk sebuhan bangunan bendungan mempunyai
tampungan air cukup tinggi harus dilakukan.
Pekerjaan drilling dan grouting pada laporan ini dilakukan pada lokasi
sepanjang saluran pengelak (tunnel) 2 pada Bendungan Way Sekampung .
Drilling dan grouting yang akan dilaksanakan menggunakan metode
downstage (grouting turun) dan metode upstage (grouting atas) mengingat
dalamnya lubang yang akan dilakukan injeksi semen yaitu 30 meter. Metode
drilling dan grouting yang di sampaikan adalah metode umum yang biasa
dipakai dalam pekerjaan drilling dan grouting yang biasanya akan sangat
tegantung dari kondisi aktual geologi di lapangan.
Ada beberapa istilah dalam pelaksanaan pekerjaan drilling dan grouting
yang perlu disampaikan antara lain:
- Pemboran inti atau core drilling pada titik-titik bor untuk Pilot Hole dan
Check Hole akan dilakukan dengan memakai tabung penginti single core
barre atau double core barrel” untuk mendapatkan sampel atau contoh
batuan dengan diameter lubang 73 mm.
- Selanjutnya pada lubang bor tesebut dilaksanakan pula pengujian
permeabilitas, untuk mengetahui nilai permeabilitas atau effectivitas
grouting batuan pondasi sebelum dan sesudah dilakukan injeksi grouting
- Pengujian permeabilitas akan dilaksanakan pula pengujian permeabilitas
dengan metode Water Pressure Test dengan cara tahapan ke bawah
interval 5 meter, dilakukan pada semua lubang pemboran baik pada Pilot
Hole dan Check Hole.
- Consilidation Grouting atau konsilidasi sementasi, akan dilaksanakan
setelah grouting, gunanya untuk menutup bagian yang kosong pada
bidang kontak antara pondasi dengan lapisan beton bagian atas, sehingga
permukaan pondasi, serta rongga-rongga pada batuan pondasi relatif
padat terisi, serta mampat.
- Curtain grouting atau injeksi tirai dilakukan untuk membentuk zone low
water permeability dalam pondasi batuan pada media yang dijumpai
banyak rekahan.

3.4.2. Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan grouting pada Bendungan Way Sekampung ini meliputi


sebagai berikut :
Pemboran Inti Pilot Hole
Pemborab Inti Check Hole
Pemboran Curtain grouting hole
Pemboran Consilidation grouting hole
Backfill grouting
Contact grouting
Water Pressure Test ( 1 Tekanan )
Water Pressure Test ( 5 Tekanan )

3.4.3. Personil atau Tenaga

Untuk menunjang pekerjaan tersebut, maka harus tersedia tenaga sebagai


berikut :
Koordinator Team : 1 Orang
Dril Master : 7 Orang
Asisten Drill Master : 7 Orang
Grouting Master : 7 Orang
Asisten Grouting Master : 7 Orang
Mekanik : 5 Orang
Tukang Pompa : 5 Orang
Tenaga Packer : 6 Orang
Tenaga lokal/helper : 10 Orang

Total : 55 Orang

3.4.4. Peralatan Grouting

Peralatan utama pekerjaan grouting antara lain sebagai berikut:

1. Mesin Drilling Rotary


Berfungsi sebagai alat pemutar stang drilling sehingga dapat membuat
lubang kedalaman sesuai dengan rencana kita.
Gambar 3.2.4.1 Mesin drilling rotary
Sumber : Dokumen Proyek

2. Stang Drilling
Berfungsi sebagai lengan antara mata bor dan mesin drilling, kedalaman
drilling dapat diukur dari panjang stang drilling tertanam ditanah.
Ukurannya 1,5 m.

Gambar 3.4.2.2 Stang drilling


Sumber : Dokumen Proyek

3. Mata Bor
Merupakan bagian dari stang bor yang dapat dilepas, berfungsi sebagai
perusak lapisan tanah (batuan). Sehingga dapat terbentuk lubang. Bila
batuan yang dirncanakan dilubang sangat keras maka kita memerlukan
mata bor jenis diamond.
Gambar 3.4.2.3 Mata bor
Sumber : Dokumen Proyek

4. Grout Pump
Grout pump merupakan alat yang berfungsi seperti pompa air, jadi
berguna untuk menyemprotkan cairan rencana (air untuk WPT atau
campuran semen untuk grouting).

Gambar 3.4.2.3 Grout pump


Sumber : Dokumen Proyek
5. Pressure Gauge
Berfungsi sebagai mengukur pressure rencana. Tiap stage mempunyai
pressure rencana yang berbeda-beda sehingga memerlukan alat
pengukuran pressure.

Gambar 3.4.2.4 Pressure Gauge


Sumber : Dokumen Proyek
6. Grout Mixer
Berfungsi sebagai alat mixing air dan semen, sebelum kita melakukan
grouting kita harus membuat campuran rencana dalam grout mixer.

Gambar 3.4.2.5 grout mixer


Sumber : Dokumen Proyek

7. Flow Meter
Berfungsi mengukur komulatif aliran (air untuk WPT atau campuran
semen untuk grouting) yang lewat.

Gambar 3.4.2.6 grout mixer


Sumber : Dokumen Proyek
8. Valve
Berfungsi untuk mengatur pressure (aliran yang lewat) sesuai rencana
awal. Bila kita membutuhkan pressure besar kita buka velve ke arah
terbuka, dan baliknya.
Gambar 3.4.2.7 Valve
Sumber : Dokumen Proyek

9. Selang
Berfungsi untuk mengalirkan air atau campuran semen dari grout mixer
ke lubang rencanan. Jenis selang yang dipakai bermacam – macam
tergantung kebutuhanya untuk mengalirkan air atau campuran semen.
Tangki air, Karena kebutuhan air yang sangat besar di pekerjaan drilling
dan grouting maka dipakai tampungan air 1000 liter.

10. Packer
Berfungsi sebagai karet penahan air dan campuran semen agar tidak
tumpah keluar lubang. Jadi karet ini akan menutupi lubang grouting
sehingga air yang disemprotkan kebawah akan mengalir kebawah
(rongga tanah).

Gambar 3.4.2.8 Packer


Sumber : Dokumen Proyek
11. Material Grouting
Ada beberapa material utama yang akan dipergunakan untuk pekerjaan
grouting, berdasarkan persyaratan teknis adalah sebagai berikut :
- Semen PC
Semen yang akan dipakai untuk grouting adalah jenis Portland Cemen
type 1, serta memenuhi persyaratan SNI – 3 -1981
- Air
Air yang akan dipergunakan untuk grouting adalah air bersih yang
tidak berwarna, tidak bercampur oleh lumpur, bahan organik, garam,
atau zat-zat lain dengan harga ph = 7 (normal)

3.4.5. Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan

Alur tahapan pelaksanaan grouting pada Proyek Bendunga Way


Sekampung ( Paket 2 ) dapat dilihat:
Persiapa
n

Pengeboran
(Drilling)

Pencucian
Lubang Bor

WPT Lu<
(Water Pressure
Test) Tidak

Lu>
Setelah 6 jam Y
grouting
Injeksi Segmen Stage akhir
Re -Drilling
Grouting

Stage selanjutnya

Penyumbatan
Lubang Grouting
(Plugging)

Finish

Gambar 3.2.5 Flowchart Pekerjaan Grouting

1. Persiapan

Persiapan pelaksanaan drilling dan grouting dilakukan di awal sebelum


pekerjaan dimulai. Tentukan lokasi yang akan ditentukan. Kegiatan
persiapan meliputi :
a. Pengecekan mesin drilling dan grouting
Pengecekan dilakukan untuk memastikan bahwa peralatan siap
digunakan tanpa ada kendala atau kerusakan yang dapat menganggu
pekerjaan atau proses drilling dan grouting. Selain itu pengecekan
merupakan prosedur wajib yang harus dilakukan operator sebelum
memulai pekerjaan.

Gambar 1.1. Pengecekan mesin drilling dan grouting


Sumber : Dokumen Proyek

b. Pengecekan material dan peralatan pendukung lainnya.


Selain mesin drilling dan grouting peralatan pendukung wajib
dilakukan pengecekan. Seperti bahan dan oli diesel serta suplai listrik
untuk mesin bertenaga listrik. Diharapkan dengan adanya pengecekan
setiap mesin dan alat pendukung bekerja maksimal dalam
penyelesaian pekerjaan. Material berupa semen dan air harus tersedia
dalam jumlah cukup atau minimal 25 sak semen untuk memenuhi
kebutuhan grouting. Air yang digunakan harus memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan dan di ambil dari sumber air terdekat.

Gambar 1.2 Material dan peralatan lainnya


Sumber : Dokumen Proyek
c. Drilling
Setelah persiapan selesai dilanjutkan dengan proses drilling pada titik
yang telah ditentukan oleh konsultan dan direksi. Lakukan drilling
dengan menggunakan mesin drilling sesua kedalaman yang
diinginkan. Gunakan mata bor sesuai yang akan dilaksanakan.
Berikut ini adalah gambar proses drilling:

Gambar 2.1 Proses Drilling


Sumber : Dokumen Proyek

Khusus untuk Pilot Hole dan Check Hole dilakukan Core Drilling
yaitu pengeboran menggunakan sebuah core barrel untuk
menggunakan sebua core barrel untuk menghasilkan inti yang
menerus. Mesin yang digunakan dalam pekerjaan saluran pengelak
adalah jenis rotary drilling machine sedangkan untuk maindam
menggunakan jackro drillng machine. Kedua jenis ini memiliki
perbedaan dalam fungsi arah pengeboran. Rotary drilling machine
digunakan untuk memperoleh titik drilling sesuai dengan saluran
pengelak. Sedangkan Jackro drilling mechine digunakan untuk titik
pengeboran yang tidak memerlukan perputaran sudut atau dalam hal
ini pengeboran dilakukan tegak lurus permukaan elevasi maindam.
Oleh karena itu keperluan mesin drilling dipengaruhi oleh lokasi
pekerjaan. Drill Bit kedua mesin menggunakan bahan metaltip baja.
Untuk lama pekerjaan sekali drilling untuk tiap hole dibutuhkan waktu
kurang lebih 2 jam untuk sekali drilling tiap hole.

Gambar ilustrasi proses drilling:


Gambar 2.2 Ilustrasi Drilling
Sumber : Dokumen Proyek

d. Water Pressure Test ( WPT)


Setelah kedalaman terpenuhi pasang packer lakukan proses
pelaksanaan water pressure test.

Gambar 3.1 Proses WPT


Sumber : Dokumen Proyek

Water Pressure Test (WPT) adalah metode pengujian untuk


menentukan Lugeon value (Lu) tanah dan batuan yang merupakan
Hydraulic Conductivity atau permeabilitas dari masa tanah atau
batuan terhadap air maupun rembesan. Metode ini dilakukan pada saat
bersamaan dengan proses drilling. Tekanan pada saat uji dilakukan
diatur dari 2 kg/cm2 hingga 5 kg/cm2 sesuai kondisi tanah atau batuan.
Lugeon value (Lu) selanjutnya digunakan untuk menentukan
campuran bahan grouting. Lama waktu untuk pelaksanaan satu kali
pekerjaan WPT tiap hole kurang lebih 30 menit untuk pembacaan
sekali 1 tekanan. Sedangkan untuk 5 kali pembacaan 5 tekanan
membutuhkan waktu kurang lebih 150 menit.
Gambar ilustrasi proses WPT:

Gambar 2.2 Ilustrasi WPT


Sumber : Dokumen Proyek

Pada lubang pilot hole (PH) dan (check hole) maka WTP akan
dilakukan dengan 5 (lima) variasi tekanan sebagai berikut:
Tabel 3.2.
Tekanan Volume Air Debit Rata – rata
( Liter ) ( liter/menit )
P1 V1 Q1
P2 V2 Q2
P3 (max) V3 Q3
P4 V4 Q4
P5 ( = P3 ) V5 Q5

Setiap tekanan akan dilaksanakan selama 5 menit dan diadakan


pencatatan volume air (debit) yang diserap oleh formasi batuan.

e. Grouting
Grouting dikerjakan setelah drilling dan WPT selesai dikerjakan.
Campuran berupa air dan semen memiliki beberapa kombinasi.
Tahapan proses grouting dimulai dari proses pencampuran semen dan
air menggunakan mixer di mixing plant. Proses tersebut berlangsung
hingga diperoleh campuran yang merata dan tidak tejadi gumpalan
semen. Selajutnya campuran air semen dialirkan ke dalam titik
grouting dengan tekanan dari grouting pump.
Gambar ilustrasi proses Grouting:

Gambar 4.1 Proses grouting


Sumber : Dokumen Proyek

Injeksi pasta semen akan diawali dengan campuran awal yang lebih
encer terlebih dahulu, selanjutnya berangsur-rangsur dirubah dengan
campuran yang lebih kental. Metode downstage dan upstage
dilakukan sesuai dengan keadaan tanah atau batuan. Metode
downstage dan upstage dilakukan dari stage 1 dan dilanjutkan ke stage
berikutnya dan seterusnya. Sedangkan tercapai volume dan tekanan
yang dibutuhkan dilanjutkan dengan pemasangan air packer maupun
mechanic packer untuk menghindari kembalinya campuran air semen
ke permukaan. Tahap terakhir adalah plugging untuk menutup lubang
grouting. Bila didapat nilai Lugeon ≤ 3 dari pelaksanaan WPT maka
tidak perlu dilakukan grouting. Namun bila nilai Lugeon > 3 perlu
dilakukan grouting (sementasi).
Gambar ilustrasi proses grouting:
Gambar 4.2 Ilustrasi grouting
Sumber : Dokumen Proyek

f. Penutup Lubang
Setelah pekerjaan grouting pada semua stage selesai, maka dilakukan
pekerjaan selanjutnya yaitu penutupan lubang grout dengan mortar.
Campuran yang dipakai semen : pasir = 1 : 2

3.5. Teknis Pelaksanaan Pekerjaan Intake

Pada awalnya menara intake digunakan pada Bendungan Way Sekampung


karena adanya fluktuasi permukaan air yang besar dan sebagai kontrol
bukan dengan menggunakan struktur menara beton yang dapat membantu
mengatur aliran melalui pintu menara. Akses ke menara menggunakan
jembatan pelayanan untuk mengopresikan dan perbaikan pintu air atau
meintenance lainnya.
Pintu pengambilan ada di dalm air, yang terdiri dari trashrack untuk
menyaring material sampah dan material lainnya yang akan mengganggu
dan merusak bangunan pendukung lainnya.
Gambar 3.1 Potongan Memanjang

3.5.1. Melakukan Stake Out pada Lokasi yang Telah Ditentukan oleh Direksi
dan Konsultan.

Bangunan Intake Tower terletak pada koordinat X = 490.841,808 Y =


9.410.218,139 seperti tertara dalam gambar di bawah ini.

Gambar 3.1.1 Stake out lokasi bangunan intake

3.5.2. Penggalian Pondasi Tower Intake

Galian pondasi pada Submarge Intake menggunakan alat berat karena


berupa Galian batu yang merupakan material alam yang padat dan keras.
Penggalian batuan keras dapat dilakukan dengan cara di bor dan diledakkan
(bila tidak membahayakan) dalam hal ini dapat menggunakan rock breaker
atau metode lain yang ditetapkan dalam spesifikasi teknis dengan
persetujuan direksi dan tenaga Ahli Geologi untuk menghancurkan material
galiannya agar dapat dipindahkan. Material hasil galian di buang di disposal
yang telah ditentukan dengan jarak buang yang terdata dengan
menggunakan Dum Truck.
Gambar 3.1.2 Rencana Galian pondasi
Sumber : Dokumen proyek

Galian pondasi intake dengan kedalaman 2 meter dan ukuran nya 13 m x 13


m.

Gambar 3.1.3 Pelaksanaan galian pondasi


Sumber : Dokumen proyek

Sementara galian tapak pondasi nya dengan ukuran 7 m x 7 m, dan setiap


sudutnya terdapat kembali galian pondasi sedalam 2 m. Kemudian pada
bagian pondasi dilakukan instal besi dan lukakan concrete dengan ready mix
K225.
Struktur bangunan intake yang terendam menggunakan struktur beton
bertulang dengan kualitas beton bertulang K225. Spesifikasi teknis mutu
beton mengacu kepada Spesifikasi Teknis mutu beton mengacu kepada [ST-
VI-15], persyaratan untuk besi tulangan mengacu kepada Spesifikasi Teknis
[ST-VI-58]. Semua penyelesaiaan permukaan beton harus dalam kondisi
halus, seragam dalam warna dan tekstur, bebas dari semua penonjolan,
kerusakan, lubang, keropos, atau menjadi kerak. Kecuali sesekali penyelesaian
khusus, bentuk dan tanpa terbentuk penyelesaian permukaan beton; akan
direncanakan dan menggunakan symbol secara berurutan F1, F2, F3 dan F4
atau U1, U2, U3 [ST-VI-48 dan ST-VI-49].
Gambar 3.1.5 Concrete Fill K-225

Setelah pondasi selesai di concrete mulai dilakukan pambesian dan concrete


dinding tower intake.

Gambar 3.1.6 Pembesian concrete dinding tower intake

Pengecoran dinding menggunakan formwork system climbing dan


memudahkan pekerjaan dan percepatan waktu serta efisiensi lahan.

Gambar 3.1.7 Pengecoran dinding

Tiggi tower intake adalah 18 m, mulai Elevasi 92.00 hingga Eleveasi


112.00, dan terbagi 9 segmen pengecoran setelah concrete pondasi.
Gambar 3.1.8 Tinggi tower intake

3.5.3. Pembesian serta instrumen mekanikal.

Pekerjaan hidromekanikal terdiri dari pemasangan pintu-pintu air, power,


pemipaan, elektrikal dan lain – lain. Pelaksanaan setelah pekerjaan struktur
selesai.
BAB IV
TUGAS KHUSUS

4.1. Teknis Pelaksanaan dan Analisis Uji Lapangan pada Pembangunan


Cofferdam Bendungan Utama

4.1.1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang diambil dalam pengerjaan tugas khusus ini
adalah dengan mengumpulkan data hasil dari uji lapangan pada pekerjaan
timbunan cofferdam yang dilakukan oleh Quality Control. Diantaranya
adalah data dari uji lapangan zona inti/tanah lempung (zona 1), zona filter
halus (zona 2) dan zona filter kasar (zona 3) pada STA 1+80 – STA 2+20.
Serta dengan mengamati proses pekerjaan cofferdam mulai dari penggalian
pondasi hingga perawatan dan juga dengan wawancara kepada pelaksana
lapangan.

4.1.2. Batasan Masalah

Batasan masalah yang kami bahas dalam tugas khusus ini antara lain:
1. Teknis pelaksanaan yang dibahas adalah teknis pelaksanaan cofferdam
selama yang kami tinjau.
2. Wilayah cofferdam yang ditinjau dan dilakukan uji lapangan adalah
antara STA 1+80 sampai dengan STA 2+20.
3. Layer yang dilakukan uji lapangan yang ditinjau adalah layer 3 dengan
elevasi +90.4 dan layer 4 dengan elevasi +90.9.
4. Uji lapangan yang ditinjau adalah uji kepadatan tanah (field density test)
dengan metode uji kerucut pasir (sand cone test) pada zona inti dan uji
permeabilitas tanah (permeability test) pada zona filter halus. Sedangkan
sebagai pembanding nilai kepadatan tanah, hasil uji laboratorium yang
ditinjau adalah hasil uji pemadatan tanah di laboratoruim (compaction
test).
5. Quarry yang ditinjau adalah yang digunakan sebagai material inti dan
filter selama masa peninjauan, yaitu yang berasal dari pekon Fajar Baru.
4.1.3. Persiapan dalam Pembangunan Cofferdam

Sebelum dilaksanakannya pembuatan cofferdam sebagai bendungan


sementara agar pekerjaan tubuh bendungan utama dapat berlangsung
dengan baik, perlu adanya persiapan yang matang. Pekerjaan cofferdam ini
juga sebagai trial embankment yang mana akan diaplikasikan pada
pekerjaan tubuh bendungan utama (zona 1 – 3). Perlu diketahui, cofferdam
yang kami maksud merupakan cofferdam yang menyatu dengan tubuh
bendungan utama, bukan cofferdam primer yang berfungsi sebagai pengelak
aliran sungai ke arah inlet. Jumlah pekerja yang melakukan pekerjaan
pembuatan slope, stamper layer, dan penghamparan material berjumlah
kurang lebih 8 orang.
Pada perencanaan pembuatan cofferdam, kami berikan gambar teknik
cofferdam yang kami tinjau, yaitu STA 1+80 s.d. STA 2+20 seperti pada
gambar 4.1., 4.2. dan 4.3.

Gambar 4.1. Gambar Teknik Cofferdam STA 1+80


Sumber: Gambar Teknik Proyek
Gambar 4.2. Gambar Teknik Cofferdam STA 2+00
Sumber: Gambar Teknik Proyek

Gambar 4.3. Gambar Teknik Cofferdam STA 2+20


Sumber: Gambar Teknik Proyek

Alat yang digunakan dalam pembuatan cofferdam ini beragam, mulai dari
alat ukur, alat pemadatan ringan, hingga alat berat. Alat - alat tersebut antara
lain:
1. Alat ukur survey
Alat ukur survey digunakan surveyor untuk mengukur elevasi galian
pondasi cofferdam dan elevasi timbunan serta batas-batas jarak timbunan
yang dilaksanakan. Alat ukur yang digunakan pada pekerjaan ini adalah
digital theodolite beserta rambu ukur.

Gambar 4.4. Digital Theodolite


Sumber: Dokumentasi Pribadi

2. Excavator
Excavator pada pekerjaan cofferdam digunakan untuk penggalian
pondasi dan penebaran material. Alat ini juga dapat digunakan untuk
pembuatan slope pada setiap layer material.

Gambar 4.5. Excavator


Sumber: Dokumen Pribadi

3. Pompa Air
Setelah proses penggalian pondasi, terkadang muncul rembesan air yang
berasal dari sungai maupun dari mata air. Maka dari itu, untuk menguras
air tersebut digunakanlah pompa air sebagai alat dewatering.
Gambar 4.6. Mesin Pompa Air
Sumber: Dokumentasi Pribadi

4. Compressor
Compressor digunakan untuk membersihkan pondasi cofferdam dari
material-material lepas yang dapat mengganggu proses pemadatan.
Pekerjaan pembersihan dilakukan sebelum contact clay diterbarkan.

Gambar 4.7. Mesin Compressor


Sumber: Dokumentasi Pribadi

5. Stamper
Alat pemadatan ringan ini digunakan untuk memadatkan layer awal dari
material inti dan juga untuk memadatkan perbatasan antar zona inti dan
filter. Terdapat dua jenis stamper yang digunakan pada pekerjaan
pemadatan cofferdam ini, yaitu stamper kodok dan stamper kuda.
Gambar 4.8. Stamper Kodok
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.9. Stamper Kuda


Sumber: Dokumentasi Pribadi

6. Dump Truck
Material yang digunakan sebagai timbunan berasal dari quarry yang
cukup jauh, maka dari itu sebagai moda transportasi material timbunan
digunakanlah dump truck dengan kapasitas 26 ton untuk dump truck
dengan tiga as roda dan kapasitas 12 ton dengan dua as roda.

Gambar 4.10. Dump Truck


Sumber: Dokumentasi Pribadi

7. Bulldozer
Bulldozer digunakan untuk mendorong dan menarik material agar
material timbunan memiliki elevasi layer yang sama sesuai spesifikasi
yang disyaratkan.

Gambar 4.11. Bulldozer


Sumber: Dokumentasi Pribadi

8. Compactor Vibro Roller


Vibro Roller digunakan untuk memadatkan material filter setelah
perataan elevasi selesai dilakukan. Alat ini dapat menimbulkan getaran
agar material menjadi lebih padat. Pada pekerjaan cofferdam, vibro roller
digunakan untuk memadatkan zona filter halus dan kasar.

Gambar 4.12. Vibro Roller


Sumber: Dokumentasi Pribadi

9. Compactor Vibro Sheep Foot Roller


Sama halnya dengan vibro roller, sheep foot roller juga digunakan untuk
memadatkan material timbunan dan dapat menghasilkan getaran.
Namun, alat ini memiliki tonjolan-tonjolan pada drumnya yang
digunakan untuk memadatkan material inti.
Gambar 4.13. Sheep Foot Roller
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Material yang digunakan sebagai bahan timbunan pada pekerjaan cofferdam


dibagi menjadi tiga karena terdapat tiga zona timbunan, yaitu:
1. Material Zona Inti (Zona 1)
Zona inti terdiri dari material tanah lempung (clay) yang berfungsi
sebagai penangkap air agar air tidak banyak yang masuk dan melewati
cofferdam. Material inti pada pekerjaan cofferdam ini sama dengan
material yang digunakan pada pekerjaan tubuh bendungan utama (lihat
spesifikasi material inti pada sub bab 3.3.2.). Material ini juga dapat
digunakan sebagai contact clay sebelum penebaran dilakukan, dengan
cara mencampurnya dengan air lalu ditebarkan secara merata pada
permukaan pondasi cofferdam. Quarry material inti berasal dari pekon
Fajar Baru yang berjarak sekitar 3,0 km dari bendungan utama.

Gambar 4.14. Material Zona Inti


Sumber: Dokumentasi Pribadi

2. Material Zona Filter Halus (Zona 2)


Material filter halus berfungsi agar material inti tidak ikut merembes, dan
permeabilitasnya lebih besar daripada material inti. Material filter halus
terdiri dari tanah berpasir halus dengan spesifikasi yang sama dengan
material filter halus yang digunakan untuk tubuh bendungan utama,
karena berasal dari quarry yang sama, yaitu Way Wayah (lihat
spesifikasi material filter halus pada sub bab 3.3.2.).

Gambar 4.15. Material Filter Halus


Sumber: Dokumentasi Pribadi

3. Material Zona Filter Kasar (Zona 3)


Material filter kasar memiliki fungsi yang sama dengan filter halus,
namun gradasi material ini lebih besar dibandingkan filter halus.
Spesifikasi dan quarry material filter kasar sama dengan yang digunakan
untuk tubuh bendungan utama (lihat spesifikasi material filter kasar pada
sub bab 3.3.2.).

Gambar 4.16. Material Filter Kasar


Sumber: Dokumentasi Pribadi

4.1.4. Galian Pondasi Cofferdam

Pondasi cofferdam sangatlah penting agar stabilitasnya dapat bertahan lama.


Galian pondasi cofferdam menggunakan alat berat excavator dan dump
truck untuk hauling material hasil galian ke disposal. Pada perencanaan,
pondasi cofferdam digali hingga elevasi +89,0, namun saat di lapangan
galian sudah mencapai batuan keras yang cocok sebagai pondasi pada
elevasi +89,5. Galian pondasi dilakukan bertahap dengan batasan area yang
telah diukur oleh surveyor.
Ketika pekerjaan galian pondasi dilaksanakan, terdapat air yang merembes
dari sungai dan berasal dari mata air dalam tanah, sehingga dewatering perlu
dilakukan agar tidak membahayakan stabilitas cofferdam. Sebelum
dewatering dilakukan, dibuatlah siring agar air mengalir dan tempat
penampungan air pada daerah yang dekat dengan galian pondasi agar
memudahkan proses dewatering.

Gambar 4.17. Proses Dewatering


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Untuk mengatasi mata air yang muncul setelah galian pondasi dilakukan,
maka dipasang buis beton pada pondasi zona filter dengan diameter 1 meter
sebagai salah satu treatment mata air agar penimbunan dapat dilaksanakan
tanpa adanya air yang merembes ke material timbunan. Setelah buis beton
terpasang, air yang berasal dari mata air tidak mengalir keluar dan
mengganggu material timbunan di sekitarnya, jadi terbentuk sumur pada
buis beton tersebut. Lalu air yang terdapat pada buis beton tersebut dialirkan
keluar dengan pompa air.
Gambar 4.18. Buis Beton pada Mata Air
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Setelah air dipompa keluar hingga kering, buis beton diangkat dan lubang
bekas buis beton diisi dengan material timbunan lalu dipadatkan.
Pekerjaan selanjutnya yaitu membersihkan permukaan pondasi dari meterial
lepas agar contact clay dapat benar-benar menempel pada pondasi
cofferdam. Pembersihan ini dilakukan dengan alat compressor.

Gambar 4.19. Pembersihan Pondasi dengan Compressor


Sumber: Dokumentasi Pribadi

4.1.5. Penghamparan Material Timbunan

Sebelum material inti dihamparkan, pondasi cofferdam yang sudah


dibersihkan diberikan contact clay. Contact clay adalah material inti (clay)
yang dicampurkan dengan air dan berfungsi sebagai perekat antara material
inti dengan pondasi cofferdam. Contact clay dihamparkan secara merata di
seluruh permukaan pondasi zona inti.
Gambar 4.20. Penebaran Contact Clay
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Pekerjaan penghamparan material timbunan menggunakan alat berat


excavator dan dump truck, juga dibantu dengan tenaga manusia, pada
pekerjaan ini digunakan sekitar 8 orang. Penghamparan dilakukan secara
merata pada area yang telah dibatasi oleh surveyor. Ketebalan material
timbunan untuk zona inti setebal 30 cm setiap layer, sedangkan untuk zona
filter halus dan filter kasar setebal 40 - 60 cm setiap layer.
Material zona inti dan filter dihamparkan secara menerus untuk mencegah
adanya pemisahan butiran atau formasi rongga. Distribusi dan gradasi
material yang akan dihamparkan harus sedemikian rupa sehingga lapisan
akan bebas dari lensa-lensa, kantong-kantong, bergaris-garis atau lapis-lapis
material yang berbeda secara nyata dalam tekstur atau gradasi atau
kelembaban dari material sekitarnya. Batu dengan ukuran maksimum lebih
dari yang telah ditentukan tidak boleh dihamparkan di timbunan dan harus
dibuang untuk mencegah kemungkinan adanya aliran buluh (piping) di
sepanjang bidang kontak sebelum dilakukan pemadatan.

Gambar 4.21. Penghamparan Material Inti dengan Excavator


Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.22. Penghamparan Material Filter dengan Dump Truck
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Pada saat penebaran material filter, terdapat area yang masih tergenang air
sehingga membutuhkan treatment yang tepat. Maka dari itu, pelaksana dan
pengawas memutuskan menggunakan geotekstil untuk mengatasi
permasalahan ini. Geotekstil adalah lembaran sintesis yang tipis, fleksibel,
permeable yang digunakan untuk stabilisasi dan perbaikan tanah dikaitkan
dengan pekerjaan teknik sipil. Fungsinya agar air yang berada di bawah
material timbunan tidak merembes ke atas material, dan juga agar butiran
material tidak ikut terbawa aliran air. Pada kasus ini, dibuat siring tempat
mengalirkan air dari mata air ke tempat penampungan air. Siring tersebut
merupakan zona filter sehingga harus ditimbun material filter. Jadi siring
tersebut dilapisi dengan geotekstil, kemudian ditimbun dengan material
filter halus. Selain itu, agar tidak ada air yang merembes ke atas, pelaksana
menggunakan terpal yang ditimbun bersamaan dengan material inti.

Gambar 4.23. Pemasangan Geotekstil


Sumber: Dokumentasi Pribadi
Penghamparan material timbunan tidak dilakukan sembarangan, dilakukan
overlapping antara zona inti dan filter agar tidak terjadi konsolidasi yang
berlebih saat terjadi konsolidasi secara menerus serta agar mengurangi
robekan pada zona inti. Overlap dibuat sepanjang 30 cm dengan saling
tindih antara material inti dengan filter halus setebal 10 cm.

Gambar 4.24. Overlapping pada Material Timbunan


Sumber: Dokumen Pribadi

Setelah material timbunan dihamparkan dengan luas dan ketebalan yang


telah ditentukan, layer diratakan agar memiliki elevasi yang sama dengan
menggunakan alat berat bulldozer. Terkadang digunakan juga bucket dari
excavator untuk meratakan layer.

Gambar 4.25. Meratakan Layer Timbunan dengan Bulldozer


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Slope atau kemiringan layer juga dibuat untuk menepati desain yang telah
ditentukan. Pembuatan slope dapat menggunakan bucket excavator maupun
dengan tenaga manusia menggunakan cangkul.
Gambar 4.26. Pembuatan Slope pada Layer Timbunan
Sumber: Dokumentasi Pribadi

4.1.6. Pemadatan Material Timbunan

Pemadatan material timbunan pada zona inti sedikit berbeda dengan zona
filter. Pada zona inti, material dipadatkan menggunakan alat berat vibro
sheep foot roller yang memiliki tonjolan-tonjolan pada drum nya. Fungsinya
adalah sebagai kneading agar pore pressure jadi merata. Sedangkan pada
zona filter digunakan alat vibro roller biasa. Saat layer 2 dan 3 timbunan
dipadatkan, tidak diberikan getaran dari roller agar air tidak merembes ke
atas material yang ditimbun. Khusus layer awal zona inti, pemadatan
dilakukan menggunakan stamper kodok setelah dihamparkan contact clay
agar permukaan tidak bergelombang. Sedangkan layer awal zona filter,
digunakan stamper kuda.
Masukkan foto pemadatan dengan stamper kodok dan kuda
Alat berat vibro roller dan vibro sheep foot roller yang digunakan untuk
memadatkan material memiliki kapasitas 12 – 13 ton saat bergetar dan 11
ton saat tidak bergetar, dan melintasi area timbunan inti sebanyak enam kali
lintasan, sedangkan pada timbunan filter sebanyak dua kali lintasan. Hal ini
sudah merupakan ketentuan dari spesifikasi teknis.
Gambar 4.27. Pemadatan dengan Vibro Sheep Foot Roller
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.28. Pemadatan dengan Vibro Roller


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Pada perbatasan antara zona inti dan zona filter, pemadatan dilakukan
dengan menggunakan stamper kuda selama 15 menit.

Gambar 4.29. Pemadatan Perbatasan Antar Zona


Sumber: Dokumentasi Pribadi

4.1.7. Perawatan Material Timbunan

Material timbunan sebelum dan sesudah dipadatkan perlu perawatan agar


tidak dimasuki air rembesan maupun air hujan yang menyebabkan
kandungan air dan kepadatannya terganggu, terutama pada material inti.
Maka dari itu, diletakkan terpal pada permukaan material yang belum
dihamparkan dan yang sudah dipadatkan. Perawatan juga dilakukan dengan
melapisi material dengan geotekstil dan terpal saat akan dipadatkan seperti
yang sudah dijelaskan diatas.

Gambar 4.30. Peletakan Terpal pada Timbunan Zona Inti


Sumber: Dokumentasi Pribadi

4.1.8. Pengujian Tanah di Lapangan

Pengujian di lapangan dilakukan untuk mengecek kualitas material yang


ditimbun apakah sesuai dengan spesifikasi teknis atau tidak. Uji lapangan
yang ditinjau untuk zona inti adalah uji kepadatan tanah dengan kerucut
pasir, sedangkan untuk zona filter adalah uji permeabilitas tanah. Timbunan
tanah yang diuji yaitu pada layer 3 dan layer 4, serta pada STA 1+80 sampai
STA 2+20.

1. Uji Kepadatan Tanah (Density Test) dengan Kerucut Pasir (Sand Cone)
Pengujian ini bertujuan untuk menghitung nilai kepadatan (berat isi tanah
kering) tanah di lapangan dan menentukan nilai derajat kepadatan tanah
di lapangan. Pengujian ini dilaksanakan pada zona inti layer 3.
Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Botol transparan untuk tempat pasir dengan isi ± 4 liter
b. Corong kalibrasi pasir diameter 16,51 cm
c. Pelat untuk corong pasir ukuran 30,48 cm x 30,48 cm dengan lubang
berdiameter 16,51 cm
d. Peralatan lain seperti: sendok, kuas, sendok dempul, cangkul, paku,
palu, dan peralatan untuk menentukan kadar air.
e. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
f. Pasir Otawa

Sedangkan prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:


a. Ratakan daerah yang akan dilakukan percobaan
b. Letakkan pelat sand cone di atas permukaan tanah lalu tancapkan paku
pada setiap lubang di pojok pelat
c. Gali lubang di tanah sekitar 5 cm sesuai dengan diameter pelat
d. Tanah dari lubang ditimbang kemudian ambil sedikit sampel dari
tanah tersebut untuk dicari kadar airnya
e. Timbang botol berisi pasir dan corong sebelum pengujian
f. Letakkan sand cone yang berisi pasir di atas pelat secara terbalik
g. Buka kran sand cone sehingga pasir dalam botol turun
h. Jika pasir sudah berhenti turun, tutup kran
i. Timbang botol sisa pasir dan corong setelah pengujian
j. Percobaan dilakukan dua kali pada tempat yang berbeda

Gambar 4.31. Uji Sand Cone pada Zona Inti


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Maka data hasil percobaan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1. Data Hasil Percobaan Uji Sand Cone


No URAIAN 1 2
A BERAT PASIR DALAM BOTOL + CORONG ( SEBELUM ) Gr 7270 7279
B BERAT PASIR DALAM BOTOL + CORONG ( SESUDAH ) Gr 2813 3056
C BERAT PASIR DALAM LUBANG + CORONG A-B Gr 4457 4223
D BERAT PASIR DALAM CORONG Gr 1495 1495
E BERAT PASIR DALAM LUBANG C-D Gr 2962 2728
F BERAT JENIS PASIR Gr/Cc 1,478 1,478
G VOLUME LUBANG E/F Cc 2004,1 1845,7
H BERAT TANAH BASAH + TEMPAT Gr 3184 2923
I BERAT TEMPAT Gr 0 0
J BERAT TANAH BASAH H-I Gr 3184 2923
K BERAT ISI TANAH BASAH J/G Gr/Cc 1,589 1,584

Tabel 4.2. Data Hasil Percobaan Uji Kadar Air


NO. URAIAN 1 2
Q BERAT TANAH BASAH Gr 360,0 360,0
R BERAT TANAH KERING + TEMPAT Gr 335,0 335,6
S BERAT TEMPAT Gr 259,0 259,0
T BERAT AIR Q-R Gr 25,0 24,4
U BERAT TANAH KERING R-S Gr 76,0 76,6

Dari data tersebut, dapat kita peroleh nilai kepadatan tanah di lapangan
(berat isi tanah kering) dan nilai derajat kepadatannya, dengan
melakukan perhitungan sebagai berikut:

a. Kadar air tanah di lapangan


𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟
w= x 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
25,0
w1 = 76,0 x 100% = 32,89 %
24,4
w2 = 76,6 x 100 % = 31,85 %

b. Berat isi tanah kering (nilai kepadatan tanah)


𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑖𝑠𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
γdry lap =
1+𝑤
1,589
γdry lap 1 = = 1,196 gram/cm3
1+32,89%
1,584
γdry lap 1 = = 1,201 gram/cm3
1+31,85%

c. Nilai derajat kepadatan tanah


Untuk menentukan nilai derajat kepadatan tanah yang optimal, maka
diperlukan data pembanding dari hasil pengujian pemadatan tanah
(compaction test) yang telah dilakukan di laboratorium dengan sampel
material yang sama dengan di lapangan. Karena hasil pengujian
pemadatan di laboratoruim menghasilkan nilai derajat kepadatan 100%,
maka berat isi tanah keringnya maksimum, sehingga dapat dijadikan
acuan untuk hasil berat isi tanah kering pada uji kepadatan lapangan.
Nilai derajat kepadatan lapangan harus diatas 95%. Hasil pengujian
pemadatan tanah di laboratoruim tercantum pada grafik 4.1.

2,000

1,900

1,800

1,700

ZAVC
DRY DENSITY

1,600

1,500

gd
1,400

1,300

MDD 100 %
1,200

1,100 MDD 95 %

1,000
20,0 21,0 22,0 23,0 24,0 25,0 26,0 27,0 28,0 29,0 30,0 31,0 32,0 33,0 34,0 35,0 36,0 37,0 38,0 39,0 40,0 41,0 42,0 43,0 44,0 45,0 46,0 47,0 48,0 49,0 50,0

MOISTURE CONTENT

SPECIFIC GRAFITY = 2,6713 t/m3 MAXIMUM DRY DENSITY = 1,229 t/m3


OPTIMUM MOISTURE CONTENT = 33,21 % 95 % MAXIMUM DRY DENSITY = 1,151 t/m3

Grafik 4.1. Grafik Hasil Uji Pemadatan Tanah

Dari grafik tersebut, dapat dilihat berat isi tanah kering maksimum
sebesar 1,229 t/m3 atau sama dengan 1,229 gram/cm3. Maka dapat
diperoleh nilai derajat kepadatan tanah di lapangan, yaitu:
γdry lap
Dr = x 100%
γdry max 𝑙𝑎𝑏
1,196
Dr1 = x 100% = 97,31%
1,229
1,201
Dr2 = x 100% = 97,72%
1,229

Maka dapat disimpulkan bahwa dengan enam kali lintasan vibro sheep
foot roller, kepadatan tanah di lapangan sudah optimum dan sesuai
dengan spesifikasi.

2. Uji Permeabilitas Tanah di Lapangan (Permeability Test)


Pemeriksaan permeabilitas tanah dilakukan untuk mengetahui
kemampuan suatu tanah untuk mengalirkan air, terutama pada tanah
berbutir halus. Metode pengujian permeabilitas ini dilakukan dengan
Constant Head. Pengujian ini dilakukan pada layer 3 dengan ketebalan
timbunan 40 cm dan pada layer 4 dengan ketebalan 60 cm. Hasil dari
pengujian ini akan dibandingkan permeabilitasnya antara layer 3 dan 4.

To be continued.....

4.2. Bagaimana Cara Metode Untuk Memperoleh Pengambilan Nilai


Lugeon yang Sesuai Dengan Spesifikasi Teknis di Tunel 2 Bendungan
Way Sekampung

4.2.1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang diambil dalam pengerjaan tugas khusus ini
adalah pengumpulan sampel data nilai Legueon grouting Water Pressure
Test tunnel 2 yang dikerjakan oleh Paket 2 Proyek Bendungan Way
Sekampung.

4.2.2. Langkah Pekerjaan

Dalam proses memperoleh pengambilan sampel nilai Legueon grouting


Water Pressure Test tunnel 2 ini penulis menggunakan aplikasi Microsoft
Excel, dan Autocad.

1. Drilling
Cap concrete pekerjaan drilling pada pekerjaan grouting Tunel 2 pada
Bendungan Way Sekampung Paket 2 dimulai dari lubang pilot, primer,
sekunder kemudia tersier.
Untuk lubang konsolidasi dikerjakan setelah lubang pilot selesai dites
secara keseluruhan, sebelum lubang primer, sekunder, dan tersier
dikerjakan.
Sedangkan untuk check hole, drilling dilakukan setalah lubang selesai
dites. Penentuan posisi dan kedalam check hole tergantung dari hasil
water pressure test dan grouting.
Kedalaman drilling untuk open hole terdri dari stage 1 = 0 -5 m, stage 2
= 5 -10 m, stage 2 = 5 -10 m, stage 4 = 15 -20 m, stage 6 = 25 – 30 m dan
seterusnya dengan interval kearah bawah 5 meter.
Pengambilan contoh batuan dilakukan pada lubang pilot dan check hole
dengan menggunakan mata bor berdiameter 73 mm.
a. Water Pressure Test (WPT)
Water Pressure Test (WPT) dilakukan pada setiap lubang curtain
untuk mengetahui nilai permeabilitas atau keulusan air yang
dinyatakan dengan satuan lugeon (Lu). Metode WPT yang dilakukan
grouting tunel 2 Bendungan Way Sekampung menggunakan metode
WPT yang digunakan adalah down stage yaitu dari atas ke bawah
dengan kedalaman stage 1 = 0 – 5 m, stage 2 dan seterusnya = 5m.
Pada lubang pilot dan check hole WPT dilakukan secara bertahap
(multi test), dimulai dari tekanan rendah kemudian ke tekanan tingi
dan kembali lagi ke tekanan rendah, sedangkan untuk lubang yang
lainnya menggunakan single test. Tekanan yang digunakan untuk
setiap stage dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 4.3. Tekanan multi test untuk lubang pilot dan check hole.
Tekanan Untuk Lubang Pilot dan
Check Hole (kg/cm2)
Kedala
Tekanan
Stage man
Kg/cm2 10 10 10 10 10
(M)
menit Menit menit menit menit

1 5 1 0.4 0.6 1 0.6 0.4


2 10 2 0.8 1.2 2 1.2 0.8
3 15 3 1.2 1.8 3 1.8 1.2
4 20 3.5 1.5 2 3.5 2 1.5
5 25 4 2 2.5 4 2.5 2
6 30 4 2 2.5 4 2.5 2
7 35 4 2 2.5 4 2.5 2
8 40 6 2 3 6 3 2
Tabel 4.4. Tekanan single test untuk lubang curtain (selain lubang pilot
dan check hole).

Kedalaman Tekanan
Stage Kg/cm2
(M)

1 2 0.15
1 5 1
2 10 2
3 15 3
4 20 3.5
5 25 4
6 30 4

G W

pump

H1
Ground Surface

Concrete

H2
GWL
D (depth) H 2 ( none GWL )

d
Gambar 4.1.2 Water Pressure Test

Rumus menghitung Lugeon :

10 𝑥 𝑄
𝐿𝑢 = …………….. 1)
𝑃𝑥𝐿

Di mana :
Lu : Lugeon Value
Q : Debit air ( Liter/menit)
P : Total Pressure (kg/cm2)
L : Panjang Lubang yang di test ( m)
Rumus Koefisien:

𝐿
𝑄 𝑥 𝐿𝑛 ( )
𝑟
𝐾= ………2)
2 𝑥 𝜋 𝑥 𝐿 𝑥 𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

Di mana :
K : Koefisien permeabilitas (cm/det)
Q : Debit air ( cm3/detik)
L : Panjang lubang yang diuji (cm)
r : Jari-jari casing
P : Tekanan total (kg/cm2)

𝑃 = 𝑃𝑜 + 𝐶 ( 𝐻1 + 𝐻2 + 𝐻3) ……..3)

Di mana :
Po : Gauge Pressure
C : Constant (0,1 kgf/cm2)
H1 : Diff Head. (gauge to suraface + Concrete )
H2 : Diff Head (Surface to GWL to center of test section )
H3 : Head loss

b. Grouting
Metode grouting tunel 2 yang digunakan di Bendungan Way
Sekampung Paket 2 menggunakan metode upstage grouting dan
metode downstage grouting. Dimana :
- Metode upstage grouting digunakan apabila ditemukan kondisi
batuan atau tanah keras atau stabil
- Sedangkan metode downstage grouting digunakan apabila
ditemukan pada kondisi batuan atau kondisi geologi dengan
struktur batuan atau tanah yang relatif lembek atau rawan runtuh
atau longsor.
Langkah grouting untuk daerah tunnel inlet dan outlet tunnel 2 yang
akan di grouting menggunakan metode split spacing, diamana
pekerjaan grouting dimulai dari lubang pilot, primer, sekunder dan
tersier. Lubang primer belum bisa dikerjakan sebelum lubang pilot
primer selesai dikerjakan begitu seterusnya. Untuk lubang konsildasi
tambahan (open rock) langkah grouting dimulai dari lubang primer
(nomor ganjil) kemudian ke lubang sekunder (nomor genap).
- Material grouting proyek ini berasal dari semen portland merek
Semen Baturaja.
- Air berasal dari air Sungai Way Sekampung, dimana air yang
digunakan bebas dari kandungan minyak, larutan asam, garam,
sisa-sisa tumbuhan, dan material asing lainnya.
Perbandingan campuran material grouting dibagi berdasarkan rasio
berat antara semen (C) : air (W).
Perbandingan campuran yang digunakan dimulai dari campuran yang
encer ke campuran yang kental yaitu dimulai dari C : W = 1 : 6 sampai
1 : 8. Untuk mengisi rekahan yang besar, digunakan mortar apabila
grouting telah mencapai lebih dari 1200 liter dengan perbandingan
semen : air = 1 : 1
Perbandingan campuran grouting untuk injeksi awal berdasarkan pada
nilai lugeon ( LU ) setelah WPT dilakukakan yang bervariasi
tergantung pada kondisi tanah atau batuan. Rasio perbandingan air
semen untuk campuran grouting dibuat bervariasi dari perbandingan
semen : air mulai dari 1 : 6 sampai dengan 1 : 1

Tabel 4.5. Perbandingan antara nilai lugeon ( LU) dan campuran


grouting.
Porsi campuran saat mulai
Hasil WPT
grouting C:W

Lu < 3 Tanpa Grouting (backfill)

3 ≤ Lu ≤ 5 1:6

5 ≤ Lu ≤ 10 1:4

10 ≤ Lu ≤ 20 1:3
Lu > 20 1:2
Mesin drilling yang digunakan adalah mesin jenis rotary drilling
machine. Rotary drilling machine digunakan untuk memperoleh titik
drilling sesuai dengan saluran pengelak.
Keberhasilan suatu pekerjaan grouting dapat dilihat dari kelulusan air
yang diambil besarnya nilai Lugeon (LU), caranya dengan nilai
Lugeon dari check holes yang berdekatan atau pada suatu blok, setelah
pelaksanaan injeksi semen. Target nilai Lugeon pada pekerjaan
curtain grouting adalah ≤ 3 Lu.
Adapun klasifikasi sifat lulus air satuan tanah atau batuan adalah:

Tabel 4.6. Klasifikasi sifat lulus air satuan atau batuan


Klasifikasi Nilai K (cm/detik) Deskripsi
1. Lulus air K ≥ 10-3 - Tanah : non
(Previous) Lu ≥ 100 kohesif
berbutir kasar.
Lanau, pasir
sampai kerakal.
- Batuan :
diskontiunitas
rapat tanpa
isian.
2. Semi lulus air K = 10-3 – 10-4 - Tanah : agak
(semi – Lu = 100 - 10 kohesif. Pasir
previous) halus,
lempung.
- Batuan :
diskoninuitas
sedang hingga
rapat, sedikit
isian.
3. Kedap air K ≤ 10-5 - Tanah : agak
(imprevious) Lu ≤ 1 kohesif.
Lempung
pasiran.
- Batuan :
diskontuinitas
sedang hingga
rapat, penuh
isian.
Sumber: Lampiran Pedoman Perencanaan dan Kontruksi Terowongan Untuk
Bendungan

4.2.3. Spesifikasi teknis grouting tunel inlet Bendungan Way Sekampung Cek
Hole dan Open Hole

1. Umum
Pekerjaan grouting pada tunel 2 Bendungan Way Sekampung dilakukan
dengan check hole dan open hole. Pekerjaan grout diawali dengan
pemboran pilot hole dengan sejarak masing-masing 1,5 m.

Gambar 4.1.2 Gambar Lay Out Backfill grouting Tunel 2

Backfill grouting harus dilaksanakan untuk mengisi bagian yang terbuka


antara batuan dan dinding beton.
Gambar 4.1.3 Gambar Lay Out consilidation grouting ring 1,3,5 Tunel 2

Gambar 4.1.4 Gambar Lay Out consilidation grouting ring 2,4,6 Tunel 2

Consilidation grouting dilaksaksanakan untuk tujuan menyatukan dan


memperkuat batu pondasi pelimpah batuan di sekitar terowong, dan
bangunan lainnya yang diperlukan dengan menyuntikkan semen
grouting dengan tekanan tertentu pada lubang batu seperti patahan,
sambungan dan retakan.
Gambar 4.1.3 Point Grout Segmen

Curtain grouting akan dilaksanakan untuk tujuan membentuk zona


permeabiilitas air rendah bangunan sekitarnya dengan menyuntikkan
semen grouting dengan tekanan tertentu kedalam lubang batu seperti
patahan, sambungan dan retakan.

Tabel 4.6. Data Check Hole Lugeon Water Pressure Test Report Tunel 2 Hole
C(H) 01
PROJECT : Bendungan Way Sekampung (Paket 2) ANGLE FROM VERTICAL : 0 deg.
LOCATION : Main Dam Kanan DIAMETER OF HOLE (d) : 73 mm
FEATURE : Curtain HEIGHT OF PRESSURE : 0,8 kg/cm2
AREA DESIGNATION : Cek Hole GAUGE from SURFACE : 0,80 m
GROUND ELEVATION : - m.s.l CONCRETE THICKNESS : 1,00 m
DEPTH OF GWL : 5,00 meter TESTED BY : Dadang
DATE : 17-Jul-19 SUPERVISED BY : Ishak M. S.
TIME : 10:15 - 10:25 CALCULATED BY : Ishak M. S.

Tabel 4.7. Data legoun Hole CH-01 Stage 1

WTP
Hole Stage
Tanggal LU
17/07/2019 1,12
17/07/2019 1,88
CH 01 1 0-5 17/07/2019 1,83
17/07/2019 1,44
17/07/2019 0,53
Tabel 4.8. Data legoun Hole CH-01 Stage 2

WTP
Hole Stage
Tanggal LU
17/07/2019 1,69
17/07/2019 2,38
CH 01 2 0-5 17/07/2019 2,29
17/07/2019 1,78
17/07/2019 1,02

Tabel 4.9. Data legoun Hole CH-01 Stage 3

WTP
Hole Stage
Tanggal LU
18/07/2019 2,38
18/07/2019 2,75
CH 01 3 0-5 18/07/2019 2,51
18/07/2019 1,83
18/07/2019 1,19

Tabel 4.10. Data legoun Hole CH-01 Stage 2

WTP
Hole Stage
Tanggal LU
18/07/2019 2,24
18/07/2019 2,51
CH 01 4 0-5 18/07/2019 2,39
18/07/2019 1,89
18/07/2019 1,49

Berdasarkan data tersebut bahwa grouting tunel 2 bendungan way


sekampung hole no CH-01 dari 4 kali stage pekerjaan grouting legoun
test menunjukan besaran antara 0,53 sampai 2,75 legoun atau jauh
dibawah 3 legoun seperti yang disyaratkan dalam spektek.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai