PROYEK BENDUNGAN
WAY SEKAMPUNG (PAKET 2)
KABUPATEN PRINGSEWU
PROVINSI LAMPUNG
Oleh
Oleh
Aprizian Yogafrasta 21116029
Ananda Agneshia Putri 21116030
Untuk dapat terjun ke dunia kerja setelah lulus kuliah, setiap mahasiswa harus
memiliki kesiapan dalam menghadapi pekerjaan yang sesuai dengan bidang yang
digelutinya. Karena hal tersebeut, maka ditetapkan mata kuliah kerja praktik agar
para mahasiswa memperoleh ilmu pengetahuan yang tidak diperoleh saat masa
perkuliahan di kampus. Pada umumnya kegiatan kerja praktik yang dilakukan
mahasiswa Teknik Sipil pada salah satu perusahaan yang bergerak dibidang
kontruksi. Pada proses kerja praktik ini, PT. Waskita Karya (Persero) – PT Adhi
Karya (Persero) Tbk. Konsorsium merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dalam bidang kontruksi dalam proses pelaksanaan proyek Bendungan Way
Sekampung (Paket 2). PT. Waskita Karya (Persero) – PT Adhi Karya (Persero) Tbk.
Konsorsium merupakan Joint Operation (JO) dari PT. Waskita Karya (Persero)
Tbk. dan PT. Adhi Karya (Persero). Bendungan Way Sekampung memiliki
kapasitas tampung 68 juta m3 yang akan memberikan pasokan air irigasi seluas
72.707 ha, potensi listrik 5,4 MW, dan mereduksi banjir 185 m3/dt. Lalu berfungsi
juga menyediakan air baku untuk Kota Bandar Lampung, Kota Metro, dan
Kabupaten Lampung Selatam sebesar 2,48 m3/dt dan menjadi objek wisata di
Kabupaten Pringsewu. Penulisan Laporan Kerja Praktik Proyek Bendungan Way
Sekampung (Paket 2) ini bertujuan untuk mengetahui prosedur pelaksanaan
pekerjaan grouting tunnel dan timbunan main dam.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnya kami dapat
menyelasaikan Laporan Kerja Praktik ini tepat pada waktunya. Laporan ini disusun
untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah SI-4098 Kerja Praktik semester VII
2019/2020.
Pada kesempatan yang baik ini, ijikan kami menyampaikan rasa hormat dan ucapan
terima kasih kepada :
1. Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelasaikan laporan ini;
2. Keluarga yang telah memberikan motivasi dan dorongan dalam penyelasaian
laporan ini;
3. Mashuri, S.T., M.T. selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dalam
penulisan laporan ;
4. Oki Ratno S selaku pembimbing lapangan serta seluruh staff dan pelaksanaan
dalam proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 2) yang telah memberikan
arahan dalam pelaksanaan kerja praktik dan penulisan laporan.
5. Teman-teman Teknik Sipil 2016 Insitut Teknologi Sumatera yang telah
membantu dan memberi semangat dalam menyelasaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan baik bentuk, isi,
maupun tenik penyajiannya, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun.
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................................... 3
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 4
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 5
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 6
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 6
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 7
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk dapat terjun ke dunia kerja setelah lulus kuliah, setiap mahasiswa harus
memiliki kesiapan dalam menghadapi pekerjaan yang sesuai dengan bidang
yang degelutinya. Banyak sekali hal yang menjadi hambatan bagi seorang
yang belum memiliki pengalaman kerja untuk terjun ke dunia pekerjaan,
seperti halnya ilmu pengetahuan yang diperoleh belum tentu sama dengan
praktik kerja di lapangan dikarenakan keterbatasan waktu dan ruang yang
mengakibatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di kampus bersifat teoritis.
Teori yang diperoleh belum tentu sama dengan praktik kerja di lapangan
dikarenakan ketebatasan waktu dan ruang yang mengakibatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh masih terbatas. Karena hal tersebut, maka
ditetapkan mata kuliah kerja praktik agar para mahasiswa memperoleh ilmu
pengetahuan yang tidak diperoleh saat masa perkuliahan di kampus. Pada
umumnya kegiatan kerja praktik yang dilakukan mahasiswa Teknik Sipil
dilakukan pada salah satu perusahaan yang bergerak dibidang kontruksi.
Pada proses kerja praktik ini, PT. Waskita-Adhi KSO merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak dalam bidang kontruksi dalam proses pelaksanaan
Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 2) yang terdapat di Kabupaten
Pringsewu, Provinsi Lampung. PT. Waskita Karya (Persero) – PT Adhi Karya
(Persero) Tbk. Konsorsium merupakan Joint Operation (JO) dari PT.
Waskita Karya (Persero) dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk. Pada proses
pelaksanaan, Proyek Bendungan Way Sekampung dibagi menjadi 2 Paket ,
dimana Paket 1 dilaksanakan oleh PT. PP-Ashari Konsorsium dan Paket 2
dilaksanakan oleh PT. Waskita-Adhi KSO.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dikaji pada laporan kerja praktik ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana metode pelaksanaan pekerjaan tunnel?
2. Bagaimana metode pelaksanaan pekerjaan main dam?
3. Bagaimana metode pelaksanaan pekerjaan grouting tunnel?
4. Bagaimana perencanaan dan metode pelaksanaan bangunan intake?
5. Bagaimana teknis pelaksanaan dan analisis uji lapangan pada pekerjaan
cofferdam bendungan utama?
6. Bagaimana metode untuk memeroleh pengambilan nilai lugeon yang
sesuai dengan spesifikasi?
1.3. Tujuan
1. Bab I Pendahuluan
Pada bab ini, dijelaskan secara singkat latar belakang, perumusan masalah,
tujuan serta waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktik dan juga
sistematika penulisan laporan kerja praktik.
Visi dan Misi PT. Waskita Karya (Persero) Tbk adalah sebagai berikut:
Visi
Misi
Budaya Perusahaan
IPTEx
Integrity: Jujur, Adil, Disiplin, Beretika Kehidupan, Berdedikasi
Professionalism: Perencanaan yang Detail, Eksekusi yang Efektif dan
Efisien, Mengevaluasi terus menerus, Melakukan Perbaikan terus menerus,
Militan
Team Work: Terbuka, Peduli, Komunikatif, Partisipatif, Flexible
Excellence: Mencintai Pekerjaan, Berorientasi QDC (Quality, Delivery,
Cost) dan QHSE (Quality, Health, Safety, Environment) Terbaik
Visi dan Misi PT. Adhi Karya (Persero) Tbk adalah sebagai berikut:
Visi
Dibawah ini merupakan struktur organisasi dari perusahaan PT. Waskita Karya (Persero) Tbk yang dapat dilihat pada gambar 2.1.
Disamping itu, kebutuhan air untuk publik (M&I = Municipal & Industrial),
adanya bendungan diperlukan untuk kondisi makin bervariasinya hujan dan
kemarau akibat perubahan iklim global. Penyebab kurangnya pembangunan
dibanding kebutuhan yang meningkat dapat disebabkan oleh beberapa
faktor. Pertama, dampak positif bendungan sering dibandingkan dengan
dampak negatifnya yang dapat menghambat pembangunan.
Kedua, di beberapa tempat ada konsultasi publik yang mendukung
bendungan tapi juga ada yang menentang. Ketiga, pembiayaan proyek
bendungan sangat kompleks dibandingkan dengan pilihan proyek lain.
Keempat, saat proyek bendungan harus kompetisi dengan pilihan lain,
seringkali justru kalah bersaing.
sekitar 346 km2 dengan kapasitas Tampungan Total Air (NWL) sekitar
68,06 x 106 m3 dan luas tampungan pada elevasi HWL sekitar 80 ha.
1. Penyediaan air irigasi DI Sekampung Sistem dengan luas areal 373 ha,
dengan peningkatan intensitas tanam menjadi 270 % (pola tanam Padi-
Padi-Palawija);
3. Penyediaan air baku sebesar 482 ltr/dt untuk Kota Bandar Lampung,
Branti dan Kota Metro;
4. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) dengan daya sebesar 5,4
MW (2 x 2,7 MW).
Lokasi proyek Bendungan Way Sekampung ini berada di Pekon Bumi Ratu,
Kecamatan Pagelaran di kanan sungai dan Desa Banjarejo, Kecamatan
Banyumas di kiri sungai, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung yang
terletak pada koordinat 1040 48' - 1050 08' Bujur Timur dan 50 12' - 50 33'
Lintang Selatan. Dibawah ini merupakan denah lokasi pekerjaan proyek
Bendungan Way Sekampung yang dapat dilihat pada Gambar 2.3.
1. Waduk
El. M.A. Banjir PMF : El. 127,80 m
El. M.A. Banjir (Q1000) : El. 126,45 m
El. M.A. Normal : El. 124,00 m
El. M.A. Rendah : El. 112,00 m
Kapasitas Pada El. FWL : 99,43 x 106 m3
Kapasitas Tampungan Total : 68,06 x 106 m3
Kapasitas Tampungan Mati : 34,60 x 106 m3
Kapasitas Tampungan Effektif : 34,46 x 106 m3
Luas Tampungan pada elevasi HWL : 800 ha
Daya Tampung Waduk : 68.006.000 m3
Kapasitas Tampung Efektif : 34.500.000 m3
2. Saluran Pengelak
6. Grouting
2.5. Struktur Organisasi Proyek
Secara garis besar, pihak terkait yang terlibat dalam proyek pembangunan
Bendungan Way Sekampung (Paket 1) ini adalah :
2. Konsultan Pengawas
3. Kontraktor
4. Konsultan Perencana
Dibawah ini merupakan struktur organisasi PT. WASKITA-ADHI KSO Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 2) sesuai kontrak
yang dapat dilihat pada Gambar 2.5.
WA SKIT A - A DHI KSO
Manajer Proyek
MINTA DI
Manajer K3LMP
Safety Officer
SRI DJOKO A .
M. SYA FRIA MA N
RA HMA D HIDA YA T SURA HMA N PURWA NTO TRIYA NTO A NDRI SUSETYO A . IRZA N ZA MRA
Humas
FA NY A NDREGA UTA MA SYA RIZA L BHIMA BHA GA SKA RA MA ULA NA TBN PONIRIN DJA YA DI
SUKENDI Surveyor
SISWA NTO
Dokumentasi Foto &
Video A GUNG BA SKORO
A RIF DERMA WA N
DA NI A GUNG WIDODO LUKMA N TBB LUKMA N TBB DWI BA YU A DHI TBN TBN
SYA IFUL TBN IKHWA NUDIN RA SYID HERMA WA N A DHI H TBN TBN TBN
Gambar 2.5. Struktur Organisasi PT. WASKITA-ADHI KSO Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 2) Sesuai Kontrak
Sumber : Dokumen Kontrak Proyek Bendungan Way Sekampung
Dibawah ini merupakan struktur organisasi PT. WASKITA-ADHI KSO Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 2) saat ini yang
disajikan pada gambar 2.6.
WASKITA-ADHI KSO
PROJECT MANAGER
Ir. LASINO
DEPUTY PROJECT MANAGER
DARMAWAN ADI S
DESIGN &
SCHEDULER DOCUMENTATION OFFICER DRAFTER GEODETIC QUANTITY SURVEYOR COMMERCIAL OFFICER GEOLOGY INSPECTOR ADMINISTRATION OFFICER GENERAL AFFAIR LOGISTIC OFFICER EQUIPMENT INSPECTOR
SIGIT PAMUNGKAS ARIF DERMAWAN SYAMSURIZAL FAHMI JUMADI MAULANA M OKY RATNO M ADITYA AKBAR BADRU SUPARDI PONIRIN DJAYADI JULIUS ANTONI AS HABUL KAHFI
BUDI WIBOWO FANY ANDRE G I GEDE KHRESNA A P DEAMY F NUGROHO WAHYONO NOVER LINDUNG
SURVEYOR RENDI TEGUH P SUPRIYO JAWOTO PUJA PARIMA ADE M FIKRI
SISWANTO ICAN WAHYU JANUAR SATYA WIRA W
AGUS SAPUTRA
WIDIANSYAH
AAN JUMIYAN
TURSILO WIDODO
FARIS ZULFIKAR
Ir. LASINO
PROJECT MANAGER
Gambar 2.6. Struktur Organisasi PT. WASKITA-ADHI KSO Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 2) Saat Ini
Sumber : Dokumen Kontrak Proyek Bendungan Way Sekampung
2.5.3. Uraian Struktur Organisasi PT. WASKITA-ADHI KSO Proyek
Bendungan Way Sekampung (Paket 2)
1. Project Manager
8. Accounting
10. Driver
25. Surveyor
28. Mekanik
Untuk paket 2 yang dikerjakan oleh PT. Waskita (Persero) Tbk dan PT.
Adhi Karya (Persero) Tbk kontrak awal ditandatangani pada tanggal 28
September 2016 dan sudah mengalami 5 kali addendum kontrak atau
perubahan kontrak yang disepakati oleh dua pihak yaitu pihak kontraktor
dan PU. Masa pelaksanaan 1.440 hari yaitu sampai dengan 6 September
2020 dengan masa pemeliharaan 450 hari. Nilai kontrak yaitu Rp
829.258.727.000,00 (Delapan Ratus Dua Puluh Sembilan Milyar Dua Ratus
Lima Puluh Delapan Juta Tujuh Ratus Dua Puluh Tujuh Ribu Rupiah).
Konsultan perencana yaitu PT. Indra Karya (Persero) dan konsultan
supervisi PT. Tata Guna Patria, KSO.
Jalan akses menuju lokasi proyek untuk jalur darat dari arah pulau Jawa
melalui penyebrangan ke arah pelabuhan bakauheuni. Dari Pelabuhan
Bakauheuni ke lokasi proyek berjarak 129,5 km ditempuh dalam waktu
kurang lebih 4 jam 15 menit. Untuk jalur udara dari Bandara Radin Inten II
Lampung Selatan berjarak 52,3 km ditempuh dalam waktu kurang lebih 1
jam 55 menit. Lokasi Proyek Bendungan Way Sekampung (Paket 1) dapat
dilihat pada gambar 3.1.
3.2.1. Persiapan
Pekerjaan persiapan meliputi alat dan bahan yang digunakan selama proses
pekerjaan terowongan pengelak, alat dan bahan yang digunakan antara lain:
1. Alat
a. Pompa Air
Pompa air digunakan dalam proses dewatering dan pekerjaan
shotcrete
b. Compressore
Compressore digunakan untuk mendorong material agar teralirkan
pada spray gun dalam pekerjaan shotcrete
c. Generator
Generator digunakan sebagai sumber listrik untuk lighting,
compressore, dan pompa
d. Pipa Ventilasi
Pipa ventilasi digunakan untuk memasukkan dan mengeluarkann
udara di terowongan
e. Core Rock Drill (CRD)
CRD digunakan untuk membuat lubang agar bisa diisi bahan peledak
dalam pekerjaan drilling
f. Detonator
Detonator digunakan untuk meledakan bahan peledakan
g. Lampu
Lampu digunakan untuk penerangan
h. Detector
Detector digunakan untuk melacak keaktifkan bahan peledak setelah
pekerjaan blasting
i. Dump Truck
Dump Truck digunakan untuk mengangkut sisa batuan hasil dari
pekerjaan blasting ke tempat pembuangan
j. Excavator
Excavator digunakan untuk pengerukan batuan hasil dari pekerjaan
blasting
k. Breaker
Breaker digunakan untuk merapihkan batuan hasil pekerjaan blasting
dan menghancurkan bantuan
l. Mixer Shotcrete
Mixer shotcrete digunakan untuk mencampur semen dengan pasir
m. Crane
Crane digunakan untuk memindahkan baja ke terowongan
2. Bahan
a. Semen, pasir, dan air
Semen, pasir, dan air merupakan material yang digunakan dalam
pekerjaan shotcreate
b. Bahan Peledak
Bahan peledak digunakan untuk menghancurkan batuan dalam
pekerjaan blasting
c. Baja Tipe H
Baja tipe H digunakan sebagai penyangga agar batuan tidak runtuh
d. Wiremesh
Wiremesh adalah jaring-jaring baja digunakan sebagai penyangga
e. Rockbolt
Rockbolt digunakan untuk menyangga batuan saat blasting selesai
dilakukan
f. Bahan blasting
Bahan blasting yang bersifat dapat meledak seperti dynamite
Pekerjaan Galian permukaan meliputi pekerjaan galian pada Inlet dan Outlet
Terowongan. Adapun jenis pekerjaan galian, ditentukan oleh produktivitas
alat berat dan bergantung pada meterial yang digali dan akan teridentifikasi
dengan detail pada saat eskavasi penggalian.
Pada pekerjaan galian ini dibagi menjadi beberapa jenis klasifikasi galian,
yaitu:
1. Galian tanah biasa
Terdiri dari pekerjaan galian, pemindahan sisa material dan
pengangkutan. Menurut ketentuan dari Direksi tidak diklasifikasikan
sebagai batuan keras atau batuan lunak. Pekerjaan galian dapat dilakukan
dengan alat berat biasa tanpa memerlukan peledakan dan pemboran, rock
breaker atau ripper. Galian tanah biasa meliputi penggalian dan
pengangkutan tanah lapisan atas (topsoil), tanah organik, kayu, semak
dan lapisan tanah lain yang diklasifikasikan sebagai tanah biasa dengan
persetujuan Direksi. Galian tanah biasa tidak termasuk Pekerjaan
clearing, grubbing, atau stripping.
Gambar 3.2. Galian Tanah Biasa
Sumber: Dokumentasi Proyek
2. Charging
Charging adalah pengisian dinamit kedalam lubang boring dengan
menggunakan alat stick dari kayu atau pipa pvc agar tidak terjadi
gesekan yang menimbulkan listrik atau api. Adapaun metode pengisian
bahan peledak dapat dilihat pada Gambar 3.10. dan 3.11.
5. Mucking
Mucking adalah pekerjaan pembuangan material hasil galian tanah atau
batu dari dalam terowongan baik galian menggunakan blasting, material
diangkut ke disposal atau stock material yang telah disediakan di luar
terowongan. Alat yang digunakan untuk membuang material adalah
Wheel Loader dan Dump Truck.
8. Spraying Shotcrete
Setelah pemasangan steel support dan steel wire mesh selesai maka
dilanjutkan dengan pekerjaan shotcrete, yang berfungsi sebagai
konstruksi penyangga dan melindungi terhadap kerapuhan batuan akibat
perubahan suhu/udara. Adapun cara pelaksanaan shotcrete sebagai
berikut:
a. Tembakan harus tegak lurus bidang supaya shotcrete menempel.
b. Jarak tembak kurang lebih 1 m (dari pengalaman, dengan tekanan +
6.5 kg/cm2 ) jarak ini paling bagus, selebihnya inovasi jarak di
lapangan.
c. Menggunakan material shotcrete yang baru. Material Shotcrete yang
telah dicampur selama lebih dari 2 jam akan susah melekat.
d. Dilaksanakan secara berlapis tidak sekaligus tebal sebab mudah
jatuh pada waktu belum kering.
e. Untuk daerah yang special digunakan robot shotcrete dikarenakan
kondisi batuan yang berbahaya (berdasarkan pertimbangan geologist).
Tahapan pengukuran:
1. Pembuatan BM
2. Pengukuran poligon
3. Pengukuran situasi
4. Pembuatan peta topografi
5. Pemberian patok As Bendungan
Sebelum pelaksanaan pembangunan, surveyor melakukan pengukuran
untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya topografi yang ada, kemudian
dilakukan pembuatan topografi dan dipadukan dengan topografi design.
Ada tidaknya perubahan mengenai tinggi rendahnya elevasi. Tujuannya
untuk menghitung rencana galian (MC 0). Pemasangan patok As bendungan
dilanjutkan patok batas galian sesuai dengan design yang sudah ada.
3.4.1. Umum
Total : 55 Orang
2. Stang Drilling
Berfungsi sebagai lengan antara mata bor dan mesin drilling, kedalaman
drilling dapat diukur dari panjang stang drilling tertanam ditanah.
Ukurannya 1,5 m.
3. Mata Bor
Merupakan bagian dari stang bor yang dapat dilepas, berfungsi sebagai
perusak lapisan tanah (batuan). Sehingga dapat terbentuk lubang. Bila
batuan yang dirncanakan dilubang sangat keras maka kita memerlukan
mata bor jenis diamond.
Gambar 3.4.2.3 Mata bor
Sumber : Dokumen Proyek
4. Grout Pump
Grout pump merupakan alat yang berfungsi seperti pompa air, jadi
berguna untuk menyemprotkan cairan rencana (air untuk WPT atau
campuran semen untuk grouting).
7. Flow Meter
Berfungsi mengukur komulatif aliran (air untuk WPT atau campuran
semen untuk grouting) yang lewat.
9. Selang
Berfungsi untuk mengalirkan air atau campuran semen dari grout mixer
ke lubang rencanan. Jenis selang yang dipakai bermacam – macam
tergantung kebutuhanya untuk mengalirkan air atau campuran semen.
Tangki air, Karena kebutuhan air yang sangat besar di pekerjaan drilling
dan grouting maka dipakai tampungan air 1000 liter.
10. Packer
Berfungsi sebagai karet penahan air dan campuran semen agar tidak
tumpah keluar lubang. Jadi karet ini akan menutupi lubang grouting
sehingga air yang disemprotkan kebawah akan mengalir kebawah
(rongga tanah).
Pengeboran
(Drilling)
Pencucian
Lubang Bor
WPT Lu<
(Water Pressure
Test) Tidak
Lu>
Setelah 6 jam Y
grouting
Injeksi Segmen Stage akhir
Re -Drilling
Grouting
Stage selanjutnya
Penyumbatan
Lubang Grouting
(Plugging)
Finish
1. Persiapan
Khusus untuk Pilot Hole dan Check Hole dilakukan Core Drilling
yaitu pengeboran menggunakan sebuah core barrel untuk
menggunakan sebua core barrel untuk menghasilkan inti yang
menerus. Mesin yang digunakan dalam pekerjaan saluran pengelak
adalah jenis rotary drilling machine sedangkan untuk maindam
menggunakan jackro drillng machine. Kedua jenis ini memiliki
perbedaan dalam fungsi arah pengeboran. Rotary drilling machine
digunakan untuk memperoleh titik drilling sesuai dengan saluran
pengelak. Sedangkan Jackro drilling mechine digunakan untuk titik
pengeboran yang tidak memerlukan perputaran sudut atau dalam hal
ini pengeboran dilakukan tegak lurus permukaan elevasi maindam.
Oleh karena itu keperluan mesin drilling dipengaruhi oleh lokasi
pekerjaan. Drill Bit kedua mesin menggunakan bahan metaltip baja.
Untuk lama pekerjaan sekali drilling untuk tiap hole dibutuhkan waktu
kurang lebih 2 jam untuk sekali drilling tiap hole.
Pada lubang pilot hole (PH) dan (check hole) maka WTP akan
dilakukan dengan 5 (lima) variasi tekanan sebagai berikut:
Tabel 3.2.
Tekanan Volume Air Debit Rata – rata
( Liter ) ( liter/menit )
P1 V1 Q1
P2 V2 Q2
P3 (max) V3 Q3
P4 V4 Q4
P5 ( = P3 ) V5 Q5
e. Grouting
Grouting dikerjakan setelah drilling dan WPT selesai dikerjakan.
Campuran berupa air dan semen memiliki beberapa kombinasi.
Tahapan proses grouting dimulai dari proses pencampuran semen dan
air menggunakan mixer di mixing plant. Proses tersebut berlangsung
hingga diperoleh campuran yang merata dan tidak tejadi gumpalan
semen. Selajutnya campuran air semen dialirkan ke dalam titik
grouting dengan tekanan dari grouting pump.
Gambar ilustrasi proses Grouting:
Injeksi pasta semen akan diawali dengan campuran awal yang lebih
encer terlebih dahulu, selanjutnya berangsur-rangsur dirubah dengan
campuran yang lebih kental. Metode downstage dan upstage
dilakukan sesuai dengan keadaan tanah atau batuan. Metode
downstage dan upstage dilakukan dari stage 1 dan dilanjutkan ke stage
berikutnya dan seterusnya. Sedangkan tercapai volume dan tekanan
yang dibutuhkan dilanjutkan dengan pemasangan air packer maupun
mechanic packer untuk menghindari kembalinya campuran air semen
ke permukaan. Tahap terakhir adalah plugging untuk menutup lubang
grouting. Bila didapat nilai Lugeon ≤ 3 dari pelaksanaan WPT maka
tidak perlu dilakukan grouting. Namun bila nilai Lugeon > 3 perlu
dilakukan grouting (sementasi).
Gambar ilustrasi proses grouting:
Gambar 4.2 Ilustrasi grouting
Sumber : Dokumen Proyek
f. Penutup Lubang
Setelah pekerjaan grouting pada semua stage selesai, maka dilakukan
pekerjaan selanjutnya yaitu penutupan lubang grout dengan mortar.
Campuran yang dipakai semen : pasir = 1 : 2
3.5.1. Melakukan Stake Out pada Lokasi yang Telah Ditentukan oleh Direksi
dan Konsultan.
Teknik Pengumpulan data yang diambil dalam pengerjaan tugas khusus ini
adalah dengan mengumpulkan data hasil dari uji lapangan pada pekerjaan
timbunan cofferdam yang dilakukan oleh Quality Control. Diantaranya
adalah data dari uji lapangan zona inti/tanah lempung (zona 1), zona filter
halus (zona 2) dan zona filter kasar (zona 3) pada STA 1+80 – STA 2+20.
Serta dengan mengamati proses pekerjaan cofferdam mulai dari penggalian
pondasi hingga perawatan dan juga dengan wawancara kepada pelaksana
lapangan.
Batasan masalah yang kami bahas dalam tugas khusus ini antara lain:
1. Teknis pelaksanaan yang dibahas adalah teknis pelaksanaan cofferdam
selama yang kami tinjau.
2. Wilayah cofferdam yang ditinjau dan dilakukan uji lapangan adalah
antara STA 1+80 sampai dengan STA 2+20.
3. Layer yang dilakukan uji lapangan yang ditinjau adalah layer 3 dengan
elevasi +90.4 dan layer 4 dengan elevasi +90.9.
4. Uji lapangan yang ditinjau adalah uji kepadatan tanah (field density test)
dengan metode uji kerucut pasir (sand cone test) pada zona inti dan uji
permeabilitas tanah (permeability test) pada zona filter halus. Sedangkan
sebagai pembanding nilai kepadatan tanah, hasil uji laboratorium yang
ditinjau adalah hasil uji pemadatan tanah di laboratoruim (compaction
test).
5. Quarry yang ditinjau adalah yang digunakan sebagai material inti dan
filter selama masa peninjauan, yaitu yang berasal dari pekon Fajar Baru.
4.1.3. Persiapan dalam Pembangunan Cofferdam
Alat yang digunakan dalam pembuatan cofferdam ini beragam, mulai dari
alat ukur, alat pemadatan ringan, hingga alat berat. Alat - alat tersebut antara
lain:
1. Alat ukur survey
Alat ukur survey digunakan surveyor untuk mengukur elevasi galian
pondasi cofferdam dan elevasi timbunan serta batas-batas jarak timbunan
yang dilaksanakan. Alat ukur yang digunakan pada pekerjaan ini adalah
digital theodolite beserta rambu ukur.
2. Excavator
Excavator pada pekerjaan cofferdam digunakan untuk penggalian
pondasi dan penebaran material. Alat ini juga dapat digunakan untuk
pembuatan slope pada setiap layer material.
3. Pompa Air
Setelah proses penggalian pondasi, terkadang muncul rembesan air yang
berasal dari sungai maupun dari mata air. Maka dari itu, untuk menguras
air tersebut digunakanlah pompa air sebagai alat dewatering.
Gambar 4.6. Mesin Pompa Air
Sumber: Dokumentasi Pribadi
4. Compressor
Compressor digunakan untuk membersihkan pondasi cofferdam dari
material-material lepas yang dapat mengganggu proses pemadatan.
Pekerjaan pembersihan dilakukan sebelum contact clay diterbarkan.
5. Stamper
Alat pemadatan ringan ini digunakan untuk memadatkan layer awal dari
material inti dan juga untuk memadatkan perbatasan antar zona inti dan
filter. Terdapat dua jenis stamper yang digunakan pada pekerjaan
pemadatan cofferdam ini, yaitu stamper kodok dan stamper kuda.
Gambar 4.8. Stamper Kodok
Sumber: Dokumentasi Pribadi
6. Dump Truck
Material yang digunakan sebagai timbunan berasal dari quarry yang
cukup jauh, maka dari itu sebagai moda transportasi material timbunan
digunakanlah dump truck dengan kapasitas 26 ton untuk dump truck
dengan tiga as roda dan kapasitas 12 ton dengan dua as roda.
7. Bulldozer
Bulldozer digunakan untuk mendorong dan menarik material agar
material timbunan memiliki elevasi layer yang sama sesuai spesifikasi
yang disyaratkan.
Untuk mengatasi mata air yang muncul setelah galian pondasi dilakukan,
maka dipasang buis beton pada pondasi zona filter dengan diameter 1 meter
sebagai salah satu treatment mata air agar penimbunan dapat dilaksanakan
tanpa adanya air yang merembes ke material timbunan. Setelah buis beton
terpasang, air yang berasal dari mata air tidak mengalir keluar dan
mengganggu material timbunan di sekitarnya, jadi terbentuk sumur pada
buis beton tersebut. Lalu air yang terdapat pada buis beton tersebut dialirkan
keluar dengan pompa air.
Gambar 4.18. Buis Beton pada Mata Air
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Setelah air dipompa keluar hingga kering, buis beton diangkat dan lubang
bekas buis beton diisi dengan material timbunan lalu dipadatkan.
Pekerjaan selanjutnya yaitu membersihkan permukaan pondasi dari meterial
lepas agar contact clay dapat benar-benar menempel pada pondasi
cofferdam. Pembersihan ini dilakukan dengan alat compressor.
Pada saat penebaran material filter, terdapat area yang masih tergenang air
sehingga membutuhkan treatment yang tepat. Maka dari itu, pelaksana dan
pengawas memutuskan menggunakan geotekstil untuk mengatasi
permasalahan ini. Geotekstil adalah lembaran sintesis yang tipis, fleksibel,
permeable yang digunakan untuk stabilisasi dan perbaikan tanah dikaitkan
dengan pekerjaan teknik sipil. Fungsinya agar air yang berada di bawah
material timbunan tidak merembes ke atas material, dan juga agar butiran
material tidak ikut terbawa aliran air. Pada kasus ini, dibuat siring tempat
mengalirkan air dari mata air ke tempat penampungan air. Siring tersebut
merupakan zona filter sehingga harus ditimbun material filter. Jadi siring
tersebut dilapisi dengan geotekstil, kemudian ditimbun dengan material
filter halus. Selain itu, agar tidak ada air yang merembes ke atas, pelaksana
menggunakan terpal yang ditimbun bersamaan dengan material inti.
Slope atau kemiringan layer juga dibuat untuk menepati desain yang telah
ditentukan. Pembuatan slope dapat menggunakan bucket excavator maupun
dengan tenaga manusia menggunakan cangkul.
Gambar 4.26. Pembuatan Slope pada Layer Timbunan
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Pemadatan material timbunan pada zona inti sedikit berbeda dengan zona
filter. Pada zona inti, material dipadatkan menggunakan alat berat vibro
sheep foot roller yang memiliki tonjolan-tonjolan pada drum nya. Fungsinya
adalah sebagai kneading agar pore pressure jadi merata. Sedangkan pada
zona filter digunakan alat vibro roller biasa. Saat layer 2 dan 3 timbunan
dipadatkan, tidak diberikan getaran dari roller agar air tidak merembes ke
atas material yang ditimbun. Khusus layer awal zona inti, pemadatan
dilakukan menggunakan stamper kodok setelah dihamparkan contact clay
agar permukaan tidak bergelombang. Sedangkan layer awal zona filter,
digunakan stamper kuda.
Masukkan foto pemadatan dengan stamper kodok dan kuda
Alat berat vibro roller dan vibro sheep foot roller yang digunakan untuk
memadatkan material memiliki kapasitas 12 – 13 ton saat bergetar dan 11
ton saat tidak bergetar, dan melintasi area timbunan inti sebanyak enam kali
lintasan, sedangkan pada timbunan filter sebanyak dua kali lintasan. Hal ini
sudah merupakan ketentuan dari spesifikasi teknis.
Gambar 4.27. Pemadatan dengan Vibro Sheep Foot Roller
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Pada perbatasan antara zona inti dan zona filter, pemadatan dilakukan
dengan menggunakan stamper kuda selama 15 menit.
1. Uji Kepadatan Tanah (Density Test) dengan Kerucut Pasir (Sand Cone)
Pengujian ini bertujuan untuk menghitung nilai kepadatan (berat isi tanah
kering) tanah di lapangan dan menentukan nilai derajat kepadatan tanah
di lapangan. Pengujian ini dilaksanakan pada zona inti layer 3.
Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Botol transparan untuk tempat pasir dengan isi ± 4 liter
b. Corong kalibrasi pasir diameter 16,51 cm
c. Pelat untuk corong pasir ukuran 30,48 cm x 30,48 cm dengan lubang
berdiameter 16,51 cm
d. Peralatan lain seperti: sendok, kuas, sendok dempul, cangkul, paku,
palu, dan peralatan untuk menentukan kadar air.
e. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
f. Pasir Otawa
Dari data tersebut, dapat kita peroleh nilai kepadatan tanah di lapangan
(berat isi tanah kering) dan nilai derajat kepadatannya, dengan
melakukan perhitungan sebagai berikut:
2,000
1,900
1,800
1,700
ZAVC
DRY DENSITY
1,600
1,500
gd
1,400
1,300
MDD 100 %
1,200
1,100 MDD 95 %
1,000
20,0 21,0 22,0 23,0 24,0 25,0 26,0 27,0 28,0 29,0 30,0 31,0 32,0 33,0 34,0 35,0 36,0 37,0 38,0 39,0 40,0 41,0 42,0 43,0 44,0 45,0 46,0 47,0 48,0 49,0 50,0
MOISTURE CONTENT
Dari grafik tersebut, dapat dilihat berat isi tanah kering maksimum
sebesar 1,229 t/m3 atau sama dengan 1,229 gram/cm3. Maka dapat
diperoleh nilai derajat kepadatan tanah di lapangan, yaitu:
γdry lap
Dr = x 100%
γdry max 𝑙𝑎𝑏
1,196
Dr1 = x 100% = 97,31%
1,229
1,201
Dr2 = x 100% = 97,72%
1,229
Maka dapat disimpulkan bahwa dengan enam kali lintasan vibro sheep
foot roller, kepadatan tanah di lapangan sudah optimum dan sesuai
dengan spesifikasi.
To be continued.....
Teknik pengumpulan data yang diambil dalam pengerjaan tugas khusus ini
adalah pengumpulan sampel data nilai Legueon grouting Water Pressure
Test tunnel 2 yang dikerjakan oleh Paket 2 Proyek Bendungan Way
Sekampung.
1. Drilling
Cap concrete pekerjaan drilling pada pekerjaan grouting Tunel 2 pada
Bendungan Way Sekampung Paket 2 dimulai dari lubang pilot, primer,
sekunder kemudia tersier.
Untuk lubang konsolidasi dikerjakan setelah lubang pilot selesai dites
secara keseluruhan, sebelum lubang primer, sekunder, dan tersier
dikerjakan.
Sedangkan untuk check hole, drilling dilakukan setalah lubang selesai
dites. Penentuan posisi dan kedalam check hole tergantung dari hasil
water pressure test dan grouting.
Kedalaman drilling untuk open hole terdri dari stage 1 = 0 -5 m, stage 2
= 5 -10 m, stage 2 = 5 -10 m, stage 4 = 15 -20 m, stage 6 = 25 – 30 m dan
seterusnya dengan interval kearah bawah 5 meter.
Pengambilan contoh batuan dilakukan pada lubang pilot dan check hole
dengan menggunakan mata bor berdiameter 73 mm.
a. Water Pressure Test (WPT)
Water Pressure Test (WPT) dilakukan pada setiap lubang curtain
untuk mengetahui nilai permeabilitas atau keulusan air yang
dinyatakan dengan satuan lugeon (Lu). Metode WPT yang dilakukan
grouting tunel 2 Bendungan Way Sekampung menggunakan metode
WPT yang digunakan adalah down stage yaitu dari atas ke bawah
dengan kedalaman stage 1 = 0 – 5 m, stage 2 dan seterusnya = 5m.
Pada lubang pilot dan check hole WPT dilakukan secara bertahap
(multi test), dimulai dari tekanan rendah kemudian ke tekanan tingi
dan kembali lagi ke tekanan rendah, sedangkan untuk lubang yang
lainnya menggunakan single test. Tekanan yang digunakan untuk
setiap stage dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 4.3. Tekanan multi test untuk lubang pilot dan check hole.
Tekanan Untuk Lubang Pilot dan
Check Hole (kg/cm2)
Kedala
Tekanan
Stage man
Kg/cm2 10 10 10 10 10
(M)
menit Menit menit menit menit
Kedalaman Tekanan
Stage Kg/cm2
(M)
1 2 0.15
1 5 1
2 10 2
3 15 3
4 20 3.5
5 25 4
6 30 4
G W
pump
H1
Ground Surface
Concrete
H2
GWL
D (depth) H 2 ( none GWL )
d
Gambar 4.1.2 Water Pressure Test
10 𝑥 𝑄
𝐿𝑢 = …………….. 1)
𝑃𝑥𝐿
Di mana :
Lu : Lugeon Value
Q : Debit air ( Liter/menit)
P : Total Pressure (kg/cm2)
L : Panjang Lubang yang di test ( m)
Rumus Koefisien:
𝐿
𝑄 𝑥 𝐿𝑛 ( )
𝑟
𝐾= ………2)
2 𝑥 𝜋 𝑥 𝐿 𝑥 𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Di mana :
K : Koefisien permeabilitas (cm/det)
Q : Debit air ( cm3/detik)
L : Panjang lubang yang diuji (cm)
r : Jari-jari casing
P : Tekanan total (kg/cm2)
𝑃 = 𝑃𝑜 + 𝐶 ( 𝐻1 + 𝐻2 + 𝐻3) ……..3)
Di mana :
Po : Gauge Pressure
C : Constant (0,1 kgf/cm2)
H1 : Diff Head. (gauge to suraface + Concrete )
H2 : Diff Head (Surface to GWL to center of test section )
H3 : Head loss
b. Grouting
Metode grouting tunel 2 yang digunakan di Bendungan Way
Sekampung Paket 2 menggunakan metode upstage grouting dan
metode downstage grouting. Dimana :
- Metode upstage grouting digunakan apabila ditemukan kondisi
batuan atau tanah keras atau stabil
- Sedangkan metode downstage grouting digunakan apabila
ditemukan pada kondisi batuan atau kondisi geologi dengan
struktur batuan atau tanah yang relatif lembek atau rawan runtuh
atau longsor.
Langkah grouting untuk daerah tunnel inlet dan outlet tunnel 2 yang
akan di grouting menggunakan metode split spacing, diamana
pekerjaan grouting dimulai dari lubang pilot, primer, sekunder dan
tersier. Lubang primer belum bisa dikerjakan sebelum lubang pilot
primer selesai dikerjakan begitu seterusnya. Untuk lubang konsildasi
tambahan (open rock) langkah grouting dimulai dari lubang primer
(nomor ganjil) kemudian ke lubang sekunder (nomor genap).
- Material grouting proyek ini berasal dari semen portland merek
Semen Baturaja.
- Air berasal dari air Sungai Way Sekampung, dimana air yang
digunakan bebas dari kandungan minyak, larutan asam, garam,
sisa-sisa tumbuhan, dan material asing lainnya.
Perbandingan campuran material grouting dibagi berdasarkan rasio
berat antara semen (C) : air (W).
Perbandingan campuran yang digunakan dimulai dari campuran yang
encer ke campuran yang kental yaitu dimulai dari C : W = 1 : 6 sampai
1 : 8. Untuk mengisi rekahan yang besar, digunakan mortar apabila
grouting telah mencapai lebih dari 1200 liter dengan perbandingan
semen : air = 1 : 1
Perbandingan campuran grouting untuk injeksi awal berdasarkan pada
nilai lugeon ( LU ) setelah WPT dilakukakan yang bervariasi
tergantung pada kondisi tanah atau batuan. Rasio perbandingan air
semen untuk campuran grouting dibuat bervariasi dari perbandingan
semen : air mulai dari 1 : 6 sampai dengan 1 : 1
3 ≤ Lu ≤ 5 1:6
5 ≤ Lu ≤ 10 1:4
10 ≤ Lu ≤ 20 1:3
Lu > 20 1:2
Mesin drilling yang digunakan adalah mesin jenis rotary drilling
machine. Rotary drilling machine digunakan untuk memperoleh titik
drilling sesuai dengan saluran pengelak.
Keberhasilan suatu pekerjaan grouting dapat dilihat dari kelulusan air
yang diambil besarnya nilai Lugeon (LU), caranya dengan nilai
Lugeon dari check holes yang berdekatan atau pada suatu blok, setelah
pelaksanaan injeksi semen. Target nilai Lugeon pada pekerjaan
curtain grouting adalah ≤ 3 Lu.
Adapun klasifikasi sifat lulus air satuan tanah atau batuan adalah:
4.2.3. Spesifikasi teknis grouting tunel inlet Bendungan Way Sekampung Cek
Hole dan Open Hole
1. Umum
Pekerjaan grouting pada tunel 2 Bendungan Way Sekampung dilakukan
dengan check hole dan open hole. Pekerjaan grout diawali dengan
pemboran pilot hole dengan sejarak masing-masing 1,5 m.
Gambar 4.1.4 Gambar Lay Out consilidation grouting ring 2,4,6 Tunel 2
Tabel 4.6. Data Check Hole Lugeon Water Pressure Test Report Tunel 2 Hole
C(H) 01
PROJECT : Bendungan Way Sekampung (Paket 2) ANGLE FROM VERTICAL : 0 deg.
LOCATION : Main Dam Kanan DIAMETER OF HOLE (d) : 73 mm
FEATURE : Curtain HEIGHT OF PRESSURE : 0,8 kg/cm2
AREA DESIGNATION : Cek Hole GAUGE from SURFACE : 0,80 m
GROUND ELEVATION : - m.s.l CONCRETE THICKNESS : 1,00 m
DEPTH OF GWL : 5,00 meter TESTED BY : Dadang
DATE : 17-Jul-19 SUPERVISED BY : Ishak M. S.
TIME : 10:15 - 10:25 CALCULATED BY : Ishak M. S.
WTP
Hole Stage
Tanggal LU
17/07/2019 1,12
17/07/2019 1,88
CH 01 1 0-5 17/07/2019 1,83
17/07/2019 1,44
17/07/2019 0,53
Tabel 4.8. Data legoun Hole CH-01 Stage 2
WTP
Hole Stage
Tanggal LU
17/07/2019 1,69
17/07/2019 2,38
CH 01 2 0-5 17/07/2019 2,29
17/07/2019 1,78
17/07/2019 1,02
WTP
Hole Stage
Tanggal LU
18/07/2019 2,38
18/07/2019 2,75
CH 01 3 0-5 18/07/2019 2,51
18/07/2019 1,83
18/07/2019 1,19
WTP
Hole Stage
Tanggal LU
18/07/2019 2,24
18/07/2019 2,51
CH 01 4 0-5 18/07/2019 2,39
18/07/2019 1,89
18/07/2019 1,49
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA