Anda di halaman 1dari 5

1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Luas lahan rawa di Indonesia ada sekitar 33,4 juta ha lahan rawa.
Sekitar 60% atau 20 juta ha merupakan rawa pasang surut dan sisanya
merupakan rawa bukan pasang surut. Lokasi rawa mayoritas tersebar di
Kalimantan, Papua, Sumatera dan Sulawesi. Namun pengelolaan lahan
rawa di Indonesia masih sangat jauh dari kata optimum. Hal tersebut dapat
ditinjau secara umum dari pemanfaatan rawa yang masih terbatas dan
hanya bersifat untuk menopang kehidupan sehari-hari dan masih tertinggal
jika dibandingkan dengan agroekosistem lain, seperti lahan kering atau
lahan irigasi.
Di Indonesia telah disepakati istilah rawa dalam dua pengertian,
yakni rawa pasang surut dan rawa lebak. Rawa pasang surut diartikan
sebagai daerah rawa yang mendapatkan pengaruh langsung atau tidak
langsung oleh ayunan pasang surut air laut atau sungai di sekitarnya.
Sedangkan rawa lebak adalah daerah rawa yang mengalami genangan
selama lebih dari tiga bulan dengan tinggi genangan terendah 25 – 50 cm.
Berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu tindakan khusus untuk
meningkatkan dan mengoptimalkan pemanfaatan lahan rawa di Indonesia
agar lahan rawa dapat dimanfaatkan secara optimal. Salah satu cara
peningkatan pemanfaatan lahan rawa dapat dilakukan dengan melakukan
pembangunan infrastruktur dan reklamasi lahan rawa. Maka dari itu, kami
akan mengkaji tentang bentuk infrastruktur lahan rawa dan cara
melakukan reklamasi lahan rawa agar pemanfaatan lahan rawa dapat
dilakukan secara optimal.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimanakah cara melakukan reklamasi lahan rawa?


b. Apakah manfaat dari reklamasi lahan rawa?
c. Apa saja infrastruktur yang dapat dibangun di atas lahan reklamasi
rawa?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui cara reklamasi lahan lahan rawa;


b. Untuk mengetahui manfaat dari reklamasi lahan rawa;
c. Untuk mengetahui macam-macam infrastruktur yang ada di lahan
reklamasi rawa.

2 Tinjauan Pustaka

2.1 Pengertian Rawa

Rawa adalah genangan air daratan pada cekungan yang relatif


dangkal dan seringkali ditutupi tumbuh-tumbuhan air. Rawa terutama
terdapat di bagian tengah dan hilir aliran sungai yang mengalir di dataran
yang hampir sama tinggi dengan tinggi air sungai. Rawa juga terdapat di
sepanjang pantai yang landai yang banyak dipengaruhi pasang surut air
laut. Rawa seperti ini dinamakan rawa pantai, seperti yang terdapat di
pantai timur Sumatera, pantai selatan Kalimantan, dan Irian Jaya serta di
beberapa tempat pantai utara Jawa. Terjadinya Rawa sesuai dengan proses
terbentuknya, terdapat beberapa jenis rawa, yaitu sebagai berikut :
1. Rawa Abadi
Rawa abadi adalah rawa yang tidak pemah kering sepanjang tahun,
terbentuk oleh genangan air hujan atau air tanah yang tidak mempunyai
pelepasan. Air di rawa tersebut sangat asam dan berwarna kemerah-
merahan Di rawa tersebut hampir tidak ada organisme yang dapat hidup,
sehingga dapat dikatakan tidak berguna bagi manusia.
2. Rawa Sungai
Rawa sungai dapat juga terbentuk pada proses pemenggalan
meander, yaitu yang disebut kalimat yang dalam bahasa Inggris oxbow
lake (danau sepatu kuda) atau oxbow swamp (rawa sepatu kuda). Rawa
pantai terdapat di muara sungai. Pada waktu pasang naik, air laut masuk ke
muara sungai dan melimpah ke dataran di sekitamya. Kejadian itu
berlangsung dua kali dalam sehari, sehingga terbentuklah rawa pantai.
Ketika air laut surut, permukaan air rawa tersebut rendah dan naik lagi
pada waktu pasang naik.
Dengan membuat saluran untuk memasukkan air sungai ke rawa
pada waktu pasang naik dan mengeluarkan air rawa itu pada waktu pasang
surut, derajat keasaman air rawa dapat dikurangi. Dengan demikian, rawa
seperti itu dapat dijadikan sawah pasang surut. Beberapa daerah
transmigrasi di Riau dan Kalimantan Selatan merupakan daerah pasang
surut seperti itu.
3. Rawa Teluk
Rawa teluk di pantai landai terbentuk karena sebuah teluk
terbendung oleh bar, yaitu endapan pasir yang tumbuh di dasar laut. Oleh
karena pembendungan itu, dasar teluk menjadi bertambah dangkal dan
tertutup vegetasi pantai, maka terbentuklah sejenis rawa pantai.

2.2 Pengertian Reklamasi

Pengertian reklamasi menurut para ahli adalah sebagai berikut :


1. Ensiklopedi Nasional Indonesia (1990)
Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia, Reklamasi adalah suatu
kegiatan atau proses memperbaiki daerah atau areal yang tidak berguna
menjadi daerah yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
manusia antara lain untuk sarana dan prasarana baru seperti pelabuhan,
bandara, kawasan perindustrian, pemukiman, sarana sosial, rekreasi dan
sebagainya.
2. Wisnu Suharto (2008)
Menurut Wisnu Suharto, Reklamasi adalah suatu pekerjaan/usaha
memanfaatkan kawasan atau lahan yang relatif tidak berguna atau masih
kosong dan berair menjadi lahan berguna dengan cara dikeringkan. Pada
dasarnya reklamasi merupakan kegiatan yang mengubah wilayah perairan
pantai menjadi daratan yang dimaksudkan untuk mengubah permukaan
tanah yang rendah (biasanya terpengaruh oleh genangan air) menjadi lebih
tinggi (biasanya tidak terpengaruh genangan air).
3. Save M Dagun (1997)
Menurut Save M Dagun, Reklamasi adalah sebuah pemanfaatan
lahan yang tidak ekonomis sebagai kepentingan pemukiman, pertanian,
industri, rekreasi dan yang lainnya, yang mencakup pengawetan tanah,
pengawetan sumber air, pembebasan tanah tandus, drainase daerah rawa
atau lembah dan proyek pasang surut.

2.3 Infrastruktur Lahan Rawa

Pengertian Infrastruktur menurut American Public Works


Association (Stone, 1974 Dalam Kodoatie,R.J.,2005), adalah fasilitas-
fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik
untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik,
pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan similar untuk
memfasilitasi tujuan-tujuan sosial dan ekonomi. Jadi infrastruktur
merupakan sistem fisik yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi.
Sistem infrastruktur didefinisikan sebagai fasilitas atau struktur
dasar, peralatan, instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk
berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Grigg, 2000
dalam Kodoatie,R.J.,2005). Dalam hakikatnya system infrastruktur dapat
di kelompokan dalam beberapa kelompok komponen sebagai berikut :
1. Grup keairan;
2. Grup distribusi dan produksi energi;
3. Grup komunikasi;
4. Grup transportasi (jalan, rel);
5. Grup bangunan;
6. Grup pelayanan transportasi (stasiun, terminal, bandara, pelabuhan, dll);
7. Grup pengelolaan limbah.

3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam pembuatan papper kali ini adalah


kajian literatur dimana penulis mengumpulkan data berdasarkan buku – buku
dan informasi serta sumber data yang berkaitan dengan judul.

Daftar Pustaka

 Tanudidjaja, Ma’mur. 1996. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa. Jakarata:


Depdikbud.
 Haryono. 2012. Lahan Rawa Lumbung Pangan Masa Depan Indonesia.
Jakarta: IAARD Press.
 Geografi, Guru. 11 September 2017. “Ekosistem Rawa dan Karakteristiknya”.
https://www.gurugeografi.id/2017/09/ekosistem-rawa-dan-
karakteristiknya.html. diakses pada 10 November 2017. Pukul 14.00 WIB.
 Puspa Agustin, Dara. 15 Juli 2017. “Pengertian Infrastruktur, Sistem dan juga
Komponennya”. http://www.radarplanologi.com/2015/10/apa-itu-infrastruktur
.html. diakses pada 10 November 2017. Pukul 14.30 WIB.

Anda mungkin juga menyukai