Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PENENTUAN KADAR LUMPUR & KADAR AIR AGREGAT HALUS


CARA LAPANGAN

2.1 Pelaksanaan
Hari/tanggal : Senin, 31 Oktober 2022
Waktu : 09:00 WIB – Selesai
Tempat : Laboratorium Bahan Konstruksi Universitas
Putra Indonesia “YPTK” Padang

2.2 Tujuan
2.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penentuan kadar lumpur ini bertujuan untuk mengetahui
berapa kadar lumpur yang terdapat pada agregat yang akan digunakan.
2.2.2 Tujuan Khusus
Setelah pratikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
a. Menentukan kadar lumpur yang dikandung agregat halus tersebut.
b. Mengetahui apakah agregat halus tersebut langsung di gunakan untuk
keperluan pembetonan atau tidak berdasarkan kadar lumpurnya.

2.3 Dasar Teori


Agregat dalam beton menempati volume terbesar, +¾ volume beton (60-70
%), maka untuk mendapatkan beton yang baik perlu mutu agregat yang baik pula,
dan sifat agregat akan mempengaruhi sifat daya tahan beton, karena sifat-sifat
fisiknya, sifat kimianya akan mempengaruhi sifat panas.
a. Agregat berat
Dipakai untuk membuat beton yang memiliki berat isi yang tinggi >
2400 kg/m3. Jenis beton ini dipakai untuk perlindungan sinar X, sinar gamma
atau neutron.
Beton yang digunakan untuk reaktor pemecah inti (nuklir) menggunakan
beton berat ini, karena kalau dipakai timbal kurang ekonomis. Untuk beton
dengan berat isi yang tinggi, dipakai batu barit (BaSO4) berat isi 4,15 - 4,45
; bijih besi (batu magnetit atau limonite, berat isi 4,40 - 5,00 butiran atau

Kelompok 3 1
Praktikum Teknologi Bahan
Konstruksi Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK”
potongan besi berat isi 6,80 – 7,60. Dengan menggunakan batu barit
berat isi 3200 kg/m3, dgn butiran besi berat isi 4800 kg/m3.
b. Agregat normal
Jenis ini biasanya kita jumpai sehari-hari dalam pembuatan beton, berat
isi 1800-2500 kg/m3. Agregat dipakai adalah batu alam yang padat dan
kompak, dr jenis batuan beku, batu endapan atau batu metamorphosa. Jenis
agregat yg digunakan tidak hanya batuan alam, tetapi juga agregat buatan
dari tanur tinggi.
c. Agregat ringan
Jenis agregat ringan memberi beton dengan berat isi 300 – 1800
kg/m3.Dibagi lagi dengan beton setengah berat dgn berat isi 1200 – 1800
kg/m3 dan beton ringan dgn berta isi < 1200 kg/m3.
Oleh karena itu, jika kadar lumpur yang terdapat pada agregat halus
melebihi dari standar yang ditentukan, maka sebelum digunakan agregat
harus dicuci untuk mendapatkan campuran beton yang kuat dan halus.
Dengan menggunakan batu barit berat isi 3200 kg/m3, dgn butiran besi
berat isi 4800 kg/m3.
d. Agregat normal
Jenis ini biasanya kita jumpai sehari-hari dalam pembuatan beton, berat
isi 1800-2500 kg/m3. Agregat dipakai adalah batu alam yang padat dan
kompak, dr jenis batuan beku, batu endapan atau batu metamorphosa. Jenis
agregat yg digunakan tidak hanya batuan alam, tetapi juga agregat buatan
dari tanur tinggi.
e. Agregat ringan
Jenis agregat ringan memberi beton dengan berat isi 300 – 1800
kg/m3.Dibagi lagi dengan beton setengah berat dgn berat isi 1200 – 1800
kg/m3 dan beton ringan dgn berta isi < 1200 kg/m3.
Oleh karena itu, jika kadar lumpur yang terdapat pada agregat halus
melebihi dari standar yang ditentukan, maka sebelum digunakan agregat
harus dicuci untuk mendapatkan campuran beton yang kuat dan halus.

Kelompok 2
Praktikum Teknologi Bahan
Konstruksi Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK”
2.4 Peralatan dan Bahan
2.4.1 Peralatan
a. Gelas Ukur Ø 70 mm
b. Stop watch
c. Mistar
d. Saringan 4.8 mm ( No 4 )
2.4.2 Bahan
a. Air bersih
b. Agregat Halus

2.5 Prosedur Pelaksanaan


2.5.1 Prosedur Pelaksanaan
a. Isi botol Reagan dengan agregat halus ( Pasir ) setinggi 60 mm dan
diratakan dengan alat pemadat.
b. Masukkan air bersih kedalam gelas ukur yang telah terisi pasir sampai
¾ dari angka 1000 gelas ukur tersebut sebanyak 750 ml.
c. Tutup Botol dengan rapat dan dilakukan pengocokan 25 kali agar tidak
ada lagi gelembung udara, kemudian botol didiamkan selama 24 jam.

d. Lakukan pengukuran tebal lapisan lumpuryang mengendap


dipermukaan agregat pada 4 tempat yang kemudian dirata – ratakan.

2.6 Pengamatan Data


Tabel 2.1 Pengamatan Data
Tempat Lab. Bahan Konstruksi UPI “YPTK” Padang
Senin , 31 Di Kerjakan
Hari / Tanggal Kelompok 3
Oktober 2022 oleh
Carry Aptavia Rosa
09.00 WIB -
Waktu Di Periksa oleh Devita Lira Oktavani
selesai
Rivo Pradytho
(Sumber : Hasil Pengamatan Data)

Kelompok 3
Praktikum Teknologi Bahan
Konstruksi Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK”
Tabel 2.2 Pengamatan Data
Pengukuran Ketebalan Lumpur Dalam Botol
T 1 (hasil pengukuran pada titik pertama) 2 mm
T 2 (hasil pengukuran pada titik kedua) 1 mm
T 3 (hasil pengukuran pada titik ketiga) 3 mm
T 3 (hasil pengukuran pada titik keempat) 1 mm
(Sumber : Hasil Pengamatan Data)

2.7 Analisa Data:


Kelompok I
∑𝑇/4 1,75
Kadar lumpur = × 100 = × 100
60 60

= 2,92 %
Jadi kadar lumpur agregat halus yang didapatkan adalah:
Kadar Lumpur kelompok III = 2,92 %

2.8 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan, maka diperoleh presentase kadar lumpur
yang diketahui 2,92 %. Hal ini sesuai dengan standar kadar lumpur yang diizinkan
yaitu kecil dari 5 %. Berarti kadar lumpur yang kita peroleh memenuhi syarat dan
agregat halus dapat langsung digunakan dalam pencampuran beton.

2.9 Dokumentasi

Gambar 2.2 Pasir Dikocok 25 kali


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Kelompok 4
Praktikum Teknologi Bahan
Konstruksi Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK”

Gambar 2.2 Pasir Setelah Dikocok


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Kelompok 5

Anda mungkin juga menyukai