2.1 Pelaksanaan
Hari/tanggal : Senin, 31 Oktober 2022
Waktu : 09:00 WIB – Selesai
Tempat : Laboratorium Bahan Konstruksi Universitas
Putra Indonesia “YPTK” Padang
2.2 Tujuan
2.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penentuan kadar lumpur ini bertujuan untuk mengetahui
berapa kadar lumpur yang terdapat pada agregat yang akan digunakan.
2.2.2 Tujuan Khusus
Setelah pratikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
a. Menentukan kadar lumpur yang dikandung agregat halus tersebut.
b. Mengetahui apakah agregat halus tersebut langsung di gunakan untuk
keperluan pembetonan atau tidak berdasarkan kadar lumpurnya.
Kelompok 3 1
Praktikum Teknologi Bahan
Konstruksi Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK”
potongan besi berat isi 6,80 – 7,60. Dengan menggunakan batu barit
berat isi 3200 kg/m3, dgn butiran besi berat isi 4800 kg/m3.
b. Agregat normal
Jenis ini biasanya kita jumpai sehari-hari dalam pembuatan beton, berat
isi 1800-2500 kg/m3. Agregat dipakai adalah batu alam yang padat dan
kompak, dr jenis batuan beku, batu endapan atau batu metamorphosa. Jenis
agregat yg digunakan tidak hanya batuan alam, tetapi juga agregat buatan
dari tanur tinggi.
c. Agregat ringan
Jenis agregat ringan memberi beton dengan berat isi 300 – 1800
kg/m3.Dibagi lagi dengan beton setengah berat dgn berat isi 1200 – 1800
kg/m3 dan beton ringan dgn berta isi < 1200 kg/m3.
Oleh karena itu, jika kadar lumpur yang terdapat pada agregat halus
melebihi dari standar yang ditentukan, maka sebelum digunakan agregat
harus dicuci untuk mendapatkan campuran beton yang kuat dan halus.
Dengan menggunakan batu barit berat isi 3200 kg/m3, dgn butiran besi
berat isi 4800 kg/m3.
d. Agregat normal
Jenis ini biasanya kita jumpai sehari-hari dalam pembuatan beton, berat
isi 1800-2500 kg/m3. Agregat dipakai adalah batu alam yang padat dan
kompak, dr jenis batuan beku, batu endapan atau batu metamorphosa. Jenis
agregat yg digunakan tidak hanya batuan alam, tetapi juga agregat buatan
dari tanur tinggi.
e. Agregat ringan
Jenis agregat ringan memberi beton dengan berat isi 300 – 1800
kg/m3.Dibagi lagi dengan beton setengah berat dgn berat isi 1200 – 1800
kg/m3 dan beton ringan dgn berta isi < 1200 kg/m3.
Oleh karena itu, jika kadar lumpur yang terdapat pada agregat halus
melebihi dari standar yang ditentukan, maka sebelum digunakan agregat
harus dicuci untuk mendapatkan campuran beton yang kuat dan halus.
Kelompok 2
Praktikum Teknologi Bahan
Konstruksi Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK”
2.4 Peralatan dan Bahan
2.4.1 Peralatan
a. Gelas Ukur Ø 70 mm
b. Stop watch
c. Mistar
d. Saringan 4.8 mm ( No 4 )
2.4.2 Bahan
a. Air bersih
b. Agregat Halus
Kelompok 3
Praktikum Teknologi Bahan
Konstruksi Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK”
Tabel 2.2 Pengamatan Data
Pengukuran Ketebalan Lumpur Dalam Botol
T 1 (hasil pengukuran pada titik pertama) 2 mm
T 2 (hasil pengukuran pada titik kedua) 1 mm
T 3 (hasil pengukuran pada titik ketiga) 3 mm
T 3 (hasil pengukuran pada titik keempat) 1 mm
(Sumber : Hasil Pengamatan Data)
= 2,92 %
Jadi kadar lumpur agregat halus yang didapatkan adalah:
Kadar Lumpur kelompok III = 2,92 %
2.8 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan, maka diperoleh presentase kadar lumpur
yang diketahui 2,92 %. Hal ini sesuai dengan standar kadar lumpur yang diizinkan
yaitu kecil dari 5 %. Berarti kadar lumpur yang kita peroleh memenuhi syarat dan
agregat halus dapat langsung digunakan dalam pencampuran beton.
2.9 Dokumentasi
Kelompok 4
Praktikum Teknologi Bahan
Konstruksi Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK”
Kelompok 5