BAB I
PENGERTIAN FONDASI TIANG
1.1. Komptensi
1.1.1. Kompetensi Umum
Mahasiswa dapat merancang fondasi tiang
1.2. Pendahuluan
Fungsi fondasi bangunan dalam suatu kontruksi sipil adalah untuk
mendistribusikan beban yang bekerja pada bangunan tersebut, baik, hidup maupun
beban sementara. Beban-beban tersebut diteruska n dan didistribusikan fondasi ke
tanah dasar. Jika tegangan tanah akibat beban bekerja melebihi kapasitas ijin maka
akan terjadi keruntuhan. Nilai keamanan (safety factor) perlu diberikan sehingga
bangunan aman dari bahaya keruntuhan akibat kapasitas dukung terlampui. Namun
demikian pemberian nilai keamanan yang teralu besar merupakan pemborosan dan
ini harus dibayar. Desain yang baik akan menghasilkan nilai keamanan yang cukup
untuk menjamin dari bahaya keruntuhan tanah namun masih tetap ekonomis.
Penggunaan fondasi dangkal hanya memungkinkan untuk bangunan-
bangunan dengan beban yang tidak terlalu besar. Disamping beban bangunan yang
tidak terlalu besar, penggunaan fondasi dangkal hanya dimungkinkan jika tanah
keras tidak terlalu dalam. Untuk kondisi tanah yang lapisan tanah kerasnya cukup
dalam penggunaan fondasi tiang akan lebih menguntungkan. Jika digunakan fondasi
dangkal maka akan diperlukan dimensi yang sangat besar sehingga tidak ekonomis.
Secara umum fondasi tiang akan digunakan jika kondisi tanah keras cukup dalam
dan atau beban bangunan yang harus didukung cukup besar.
1
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
2
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
Fondasi Tiang
Fondasi Telapak
Tanah Keras
3
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
Jenis fondasi ini di buat dengan menuang langsung adukan beton kedalam
lubang bor yang telah disiapkan sebelumnya. Dalam praktek di lapangan,
terkadang fondasi ini diperkuat dengan tulangan sehingga menjadi
konstuksi beton bertulang. Jenis fondasi tiang cetak di tempat dapat di
kelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu sebagai berikut ini.
1) Fondasi Tiang dengan Selubung Pipa.
Pada fondasi jenis ini, pipa baja di pancang ke dalam tanah sampai
kedalaman yang diinginkan. Beton segar di tuang kedalam pipa dan
dipadatkan. Fondasi ini biasa digunakan pada tanah yang mudah
runtuh atau tanah dengan muka air tinggi. Pada fondasi jenis ini
tentunya pipa baja akan tertinggal dalam tanah, selubung beton. Salah
satu contoh fondasi jenis ini adalah Fondasi Raimond.
2) Fondasi Tiang Tanpa Selubung Pipa.
Cara pelaksanaan fondasi ini dilakukan dengan cara memancang pipa
baja ke dalam tanah sampai kedalaman yang diinmginkan.
Selanjutnya adukan beton segar dituang ke dalam pipa dan
dipadatkan. Selama pencoran pipa baja ditarik keluar. Pada fondasi ini
tentunya pipa baja yang digunakan adalah pipa baja ujung terbuka.
Keuntungan fondasi ini adalah pipa baja bisa dipakai berulang-ulang,
sehingga lebih ekonomis. Keuntungan lain adalah timbulnya gesekan
antara tanah dan tiang yang besar. Salah satu contuh fondasi jenis ini
adalah Fondasi Tiang Frangki.
3) Tiang bor.
Fondasi tiang bor (bore pile), merupakan salah satu jenis fondasi
cetak ditempat. Disebut tiang bore karena pada saat pelaksanaannya
didahului dengan membuat lubang bor. Setelah lubang bor di buat,
maka selanjutnya dilakukan penuangan adukan beton ke dalam lubang
bor dan sambil dipadatkan. Pelaksanaan pada fondasi ini cukup
4
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
sederhana, namun akan sulit dilakukan pada tanah pasir murni yang
mudah runtuh, maupun tanah dengan muka air tinggi.
5
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
6
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
7
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
BAB II
ANALISIS KAPASITAS DUKUNG
FONDASI TIANG TUNGGAL
2.1. Komptensi
2. 1.1. Kompetensi Umum
Mahasiswa dapat merancang fondasi tiang
Qu
8
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
Qs
Qb
Pada kondisi tiang pancang berada pada tanah lunak dan ujung tiang
mencapai tanah keras atau batuan dasar (Gambar 2.2), analisis sering dilakukan
dengan mengabaikan tahanan geseknya, sehingga kapasitas dukung tiang didapatkan
dari tahanan ujung bawah tiang saja (Qb). Hal ini dilakukan dengan pertimbangan
bahwa kapasitas ujung bawah tiang (Qb) jauh lebih besar dari pada kapasitas
geseknya (Qs). Pada kondisi ini Persamaan 2.1 dapat ditulis sebagai Persamaan 2.2.
Qu = Qb – Wp ………………………………..…............ ( 2.2)
Kondisi tanah lunak yang sangat dalam mungkin sekali dijumpai dalam
desain fondasi suatu bangunan. Penggunaan fondasi tiang yang mencapai tanah keras
akan memerlukan tiang yang sangat panjang, dan ini tidak ekonomis. Pada kondisi
ini sering digunakan fondasi yang tidak mencapai tanah keras atau sering disebut
floating piles (Gambar 2.2). Pada kondisi ini kapasitas ujung bawah tiang akan
9
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
End Bearing
piles Floating piles
Tanah Lunak
Tanah Keras
10
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
Garis keruntuhan
tanah
Persamaan kapasitas ujung bawah tiang secara umum dapat ditulis seperti
pada fondasi dangkal (Persamaan 2.3.). Perbedaan kedalaman tentunya menyebabkan
kapasitas ujung bawah tiang akan lebih besar dari pada fondasi dangkal.
Qb= Ab.(c.Nc + q.Nq + 0,5.d..N……………………………. ( 2.3)
Dengan :
Ab = luas ujung tiang,
c = kohesi tanah pada ujung tiang,
q = tekanan overburden pada ujung tiang,
d = diameter tiang,
= berat satuan tanah.
Nc, Nq, dan N = Faktor daya dukung.
Perbedaan besarnya kapasitas ini dapat dijelaskan dengan logika sebagai berikut:
a) Garis keruntuhan pada fondasi tiang lebih panjang dari pada fondasi
dangkal, hal ini akan menyebabkan tahanan lekatian pada fondasi tiang
lebih besar.
11
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
b) Tekanan overburden pada fondasi tiang jauh lebih besar dari pada fondasi
dangkal, hal ini karena perbedaan kedalaman.
Dalam hitungan kapasitas ujung bawah tiang, kedua hal tersebut diakomodasi dengan
memberikan nilai faktot-faktor kapasitas dukung Nc dan Nq, yang lebih besar dari
pada fondasi dangkal. Namun demikian pada fondasi tiang, lebar dasar fondasi jauh
lebih kecil dari pada fondasi dangkal, dan sering diabaikan sehingga Persamaan 2.3
dapat ditulis sebagai Persamaan 2.4.
Qb= Ab.(c.Nc + q.Nq ……………………………. ( 2.4)
Besarnya Nc dan Nq, untuk Persamaan 2.4 untuk fondasi tiang dapat menggunakan
Grafik pada Gambar 2.4.
Secara umum besarnya tekanan overburden sebanding dengan kedalamannya.
Namun pada fondasi tiang diameter dan luasan tampang yang relative kecil
menyebabkan tekanan overburden untuk kedalaman lebih dari kedalaman tertentu
(kedalaman kritis) relatif konstan (Poulus dan Davis, 1980). Nilai z c akan erkisar
antara 10d sampai 20d (Poulos dan Davis, 1980), dan untuk desain dapat digunakan
grafik pada Gambar 2.6. Sedangkan menurut Grigorian (1997) dapat diambil 12.d,
dengan d adalah diameter tiang. Sedangkan nilai Nc pada tanah lempung murni
(Skemton, 1966) dapat diambil sebesar 9.
12
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
1000
Nc
10
Nq
1
0 10 20 30 40 50
Sudut gesek internal
zc
q = .zc
13
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
20
15
z c /d
10
0
28 33 38 43
Gambar 2.6 Grafik nilai zc/d fondasi tiang (Paulos dan Davis, 1980).
14
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
Tegangan gesek
pada tiang
Besarnya tahanan gesek tentunya ditentukan dari beberapa faktor, yang antara
lain seperti tersebut dibawah ini.
a) kekasaran dinding tiang yang ini tergantung dari bahan yang digunakan.
b) kekasaran dan kepadatan tanah, yang dalam hal ini diwakili oleh
parameter sudut gesek internal tanah (),
c) lekatan tanah atau sering disebut kohesi (c), dan
d) besarnya tekanan tanah lateral pada dinding fondasi.
Tahanan gesek tiang dan tanah dianalisis dengan menggunakan Persamaan Mohr-
Coloumb (Persmaan 2.5).
…………………………………………… …(2.5)
dengan :
= tegangan geser ultimat (kN/m2),
cd = adesi antara tiang dan tanah (kN/m2)
= tegangan normal pada dinding tiang (kN/m2), dan
d = sudut gesek antara tanah dan tiang (o).
15
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
Adesi merupakan besarnya lekatan antara tiang dan tanah. Nilai adesi ini
tentunya sangat dipengaruhi oleh besarnya kohesi tanahnya (Tomlinson, 1963).
Besarnya nilai cd untuk bahan tiang baja, beton dan kayu ditampilkan dalam Tabel
2.1.
16
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
………………………………………. (2.7)
Untuk keperluan praktis, panjang tiang (L) dapat bagi dalam beberapa pias panjang
tiang (L), sehingga nilai Qs adalah penjumlahan nilai Qs pada masing-masing pias
tersebut.
Contoh 2.1
Suatu fondasi tiang dengan diameter 30 cm dipancang pada tanah sampai
kedalaman 10 m. Pada kedalaman 0 sampai 10 meter tanah tersebut mempunyai c =
10 kN/m2 dan susud gesek internal 12o, berat satua tanah = 20 kN/m3. Tanah pada
kedalaman 10 m mempunyai c = 20 kN/m2 dan susut gesek internal 32 O, berat
satuan tanah = 20 kN/m3. Hitunglah kapaistas dukung tiang tersebut.
Jawab:
17
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
18
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
BAB III
KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG TUNGGAL
BERDASARKAN HASIL UJI LAPANGAN
3.1. Komptensi
3.1.1. Komptensi Umum
Mahasiswa mampu mendesain fondasi tiang.
3.1.2. Komptensi Khusus
Mahasiswa mampu menganalisis kapasitas dukung fondasi tiang dengan data
uji lapangan
19
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
Cone penetration test (CPT) atau yang sering disebut dengan sondir,
merupakan salah satu jenis pengujian lapangan untuk mendapatkan data parameter
kuat dukung tanah. Parameter yang didapatkan dari hasil uji sondir adalah tahanan
ujung sondir (qc) dan tahanan gesek tanah (qs), skema hasil uji sondir seperti
ditunjukkan pada Gambar 3.1. Nilai qc menunjukkan nilai tahanan ujung sondir dan
ini analog dengan tahanan ujung fondasi tiang. Sedangkan nilai q s yang merupakan
tahanan gesek sondir menggambarkan tahanan gesek antara tanah dan tiang.
Selain kecepatan dalam pengujian, uji sondir dapat menggambarkan kondisi
tanah dari permukaan sampai kedalaman yang diinginkan. Kelebihan ini sangat
sesuai untuk desain fondasi tiang karena besarnya tahanan ujung dan tahanan gesek
pada tiang dapat digambarkan dari data sondir. Namun demikian perbedaan dimensi
ntara sodir dan fondasi tiang akan memerlukan koreksi nilai q c ketika diaplikasikan
pada fondasi tiang. Koreksi juga diperlukan karena perbedaan kekasaran antara
selimut sondir dan dinding fondasi tiang.
Aplikasi data sondir untuk desain fondasi tiang perlu mempertimbangkan
jenis tanah. Untuk tanah kohesif, pengaruh perbedaan dimensi tiang dan sondir dapat
diabaikan sehingga tahanan ujung sondir (fb) dapat diambil sama dengan nilai qc
sondir. Hal ini berbeda dengan kondisi tanah non kohesif, jika kondisi tanah tidak
meyakinkan sebaiknya diambil nilai tahanan ujung tiang (f b) sama dengan 0,5.qc
(Tomlinson, 1977). Namun demikian untuk keperluan praktis biasanya nilai tahanan
ujung tiang (fb) dapat diambil sebesar qc sondir (Vesic, 1967).
Kondisi tanah disekitar ujung bawah tiang akan menentukan besarnya
tahanan ujungnya (fb). Penentuan nilai qc yang akan digunakan dalam desain fondasi
tiang sebaiknya memperhitungkan nilai qc disekitar (di atas dan di bawah) ujung
tiang. Menurut Mayerhof, (1976) nilai qc sebaiknya diambil rata-rata nilai qc dari 8d
di atas dasar fondasi sampai 3d di bawah dasar fondasi. Sedangkan menurut Van Der
Veen (1957) qc fondasi yang diambil adalah rata-rata dari 3d di atas dan 1d di bawah
dasar fondasi. Besarnya kapasitas ujung tiang dapat dihitung dengan Persamaan 3.1.
Qb = Ab.fb ……………………………………………………….(3.1)
Dengan :
20
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
21
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
qc rata-
rata
qc
8.d
z
3.d
22
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
ff
sumbu ft
fs
sumbu ft
fs ft
………………………………………… (3.5)
Besarnya angka aman SFb dan SFs untuk kondisi tanah pasir dan lempung adalah
sebagai berikut (Suryolelono, 1994):
a) SFb = 3 untuk tanah pasir,
b) SFb = 5 untuk tanah lempung,
c) SFs = 5 untuk tanah pasir, dan
d) SFs = 10 untuk tanah lempung.
………………………………………… (3.6)
dengan :
N = nilai SPT terkoreksi, dan
N’ = jumlah pukulan di bawah pengaruh air.
24
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
………………………………………… (3.7a)
………………………………………… (3.7b)
dengan :
Qu = kapasitas ultimat tiang, (ton),
Nb = nilai SPT paja ujung bawah tiang,
Nr = nilai SPT rata-rata sepanjang tiang.
Ab = luas tampang tiang (ft2), dan
As = luas selimut tiang (ft2).
Contoh:
Suatu fondasi tiang beton dipancang pada tanah sampai kedalaman 20 m. Data hasil
pengujian SPT tanah tersebut adalah sebagai berikut:
25
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
10 – 13 22
13 – 15 12
15 – 18 28
18 – 24 32
Jawab:
a. Nb = 32 , (pada kedalaman 20 m)
Nr = (8.4+14.6+22.3+12.2+28.3+32.2)/20
= 17,7
b. Kapasitas dukung ultimat
Qult = 4.Nb.Ab + Nr.As/50
d = 0,25 m = 0.82 ft
L = 20 m = 65,62 ft
Qult = 4.32.0.25.(.d2 + 17,7. (.0.82.65.62/50
= 67,5 + 59,9 ton
= 127,34 ton
BAB IV
FORMULA DINAMIS
4..1. Komptensi
4..1.1. Kompetensi Khusus
Mahasiswa mampu mendesain fondasi tiang.
4..1.2. Komptensi Khusus
26
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
…………………………………………………… (4.1)
dengan :
Qu = kapasitas ultimat tiang (kN),
Wh = berat hamer (kN),
h = tinggi jatuh (m), dan
s = penurunan tiang tiap pukulan (m).
27
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
Hamer (Wh)
sebelum jatuh
28
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
…………………………………………………… (4.2)
dengan :
Qu = kapasitas ultimat tiang (kN),
Wh = berat sendiri tiang (kN),
h = tinggi jatuh (m),
s = penurunan tiang hasil pengukuran (m),
c = koreksi penurunan sebesar 0,025 m.
……………………………………………… (4.3)
dengan :
Qu = kapasitas dukung ultimat tiang (kN),
Wh= berat hamer (kN),
h = tinggi jatuh hamer (m),
s = penuruna tiang (m), dan
Wp= berat sendiri tiang (kN).
29
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
…………………………………………….. (4.4a)
………………………….….. (4.4b)
……………….…………………….. (4.4c)
dengan:
= efiseiensi pemancangan:
= 0,4 untuk tanah jelek
= 0,55 tanah sedang
= 0,75 tanah baik
L = panjang tiang (m),
A = luas tampang tiang (m2)
Wp = berat tiang (kN)
E = modulus elastis tiang (kN/m2)
4..2.4. Boston Building Code
Pada peraturan ini, formula pancang untuk kapasitas ijin dikembangan
dengan memasukkan factor efisiensi pemancangan dan berat tiang (Persamaan 4.5).
……………..…………………………………(4.5)
dengan :
Qa = kapasitas ijin tiang (kN),
En = energi pukulan (kN.m),
30
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
BAB V
KAPASITAS FONDASI KELOMPOK TIANG
5.1. Kompetensi
5.1.1. Komptensi Umum
Mahasiswa mampu mendesain fondasi tiang.
5.1.2. Komptensi Khusus
Mahasiswa mampu menghitung besarnya efisiensi tiang dalam kelompok
tianng.
31
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
Pile cap
tiang
32
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
…………………………………………………….. (5.1)
dengan ;
= efisiensi kelompok tiang,
Qg = kapasitas gabungan kelompok tiang (kN),
Qu = kapasitas ultimat satu tiang (kN),
n = jumlah tiang.
5.3.1. Perilaku Keruntuhan Fondasi Kelompok Tiang
Besarnya kapasitas dukung tiang gabungan sangat dipengaruhi oleh tipe
keruntuhan yang terjadi. Dalam desain, kesalahan dalam asumsi akan sangat
berpengaruh dalam hitungan kapasitas dukungnya. Tipe keruntuhan yang terjadi
dapat dibedakan menjadi dua tipe utama yaitu keruntuhan tiang tunggal dan
keruntuhan blok.
33
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
Kondisi jarak tiang yang cukup jauh ini sulit untuk ditentukan, sehingga
justifikasi desain suatu kelompok tiang akan mengalami keruntuhan tiang
tunggal juga sulit ditentukan.
b. Keruntuhan Blok
Keruntuhan blok ini dimungkinkan terjadi jika jarak tiang cukup dekat,
sehingga interaksi antar tiang dan tanah sangat kompak. Tanah diantara
tiang-tiang ikut turun bersamaan dengan keruntuhan fondasi kelompok tiang,
sehingga seolah-olah seperti blok tiang dengan ukuran B x x By x L (Gambar
5.2).
By
Bx
Menurut Terzaghi dan Peck (1948), pada keruntuhan blok dapat pada tanah
lempung dapat dihitung dengan Persamaan 5.2
34
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
Pada umumnya hasil hitungan dengan metode keruntuhan blok ini sangat
besar. Prediksi bahwa keruntuhan yang terjadi di lapangan adalah blok sangat
sulit.
5.3.2. Metode Efisiensi
Pada kenyataan hitungan dengan menggunakan metode keruntuhan blok atau
keruntuhan tiang tunggal kadang menghasilkan akan menghasilkan angka yang jauh
berbeda dengan kenyatannya, sehingga sulit untuk menentukan mana yang akan
dipakai.
Metode efisiensi diusulkan untuk menghitung kapasitas dukung kelompok
tiang berdasarkan nilai Qg berdasarkan keruntuhan tiang tunggal dengan memasukan
factor efisiensi. Nilai efisiensi yang dikembangkan merupakan fungsi dari jarak
tiangnya. Hubungan antara Kapasitas gabungan dan kapasitas tiang tunggal dapat
ditulis dalam Persamaan 5.3.
Qg = .n.Qu …………………………………………………. (5.3)
Dengan :
Qg = kapasitas gabungan (kN),
= efisiensi,
n = jumlah tiang,
Qu = kapasitas ultimat tiang tunggal (kN).
35
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
………………. (5.4)
dengan:
d = diameter tiang (m),
s = jarak antar tiang (m),
m = jumlah tiang dalam satu baris, dan
n = jumlah baris.
Pada tanah non kohesif (pasir) pemancangan akan meningkatkan nilai kuat
geser tanah (tanah memadat). Hasil penelitian vesic (1967) menunjukkan bahwa Qg
> n.Qult. Selanjutnya Vesic menyarankan nilai efisiensi fondasi gabungan pada tanah
non kohesif adalah 1.
Contoh:
Suatu fondasi kelompok tiang 5 x 5, dipancang dalam tanah lempung c = 23 kN/m 2,
= 19 kN/m2. panjang tiang = 25 m, dengan d = 0,3 m. Jarak antar tiang ke tiang s
= 0,75 m. Hitung kapasitas dukung kelompok tiang tersebut.
Jawab:
a. Kapasitas dukung satu tiang
Qult = 0,25.(.0,32.23.9 +(2/3).23. .0,3.15)
= 231,4 kN
b. Kapasitas gabungan (keruntuhan tiang tunggal
Qg = 25 x 231,4 = 1157,0 kN
c. Kapasitas gabungan (keruntuhan blok)
Qg = 2 x 15.(3,3+3,3).23 + 1,3.23 x 9 x3,32
= 7484 kN
d. Metode Efisiensi
36
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
BAB VI
DISTRIBUSI BEBAN DALAM KELOMPOK TIANG
6.1. Komptensi
6.1.1. Komptensi Umum
Mahasiswa mampu mendesain fondasi tiang.
6.1.2. Komptensi Khusus
Mahasiswa mampu menganalisis beban yang didukung tiang.
37
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
b. Hubungan antara pile cap dan tiang dianggap berperilaku sendi, sehingga
beban yang diterima tiang akibat beban normal ataupun momen pada pile
cap akan terdistribusi sebagai beban desak atau tarik (Gambar 6.1)
c. Tanah dianggap berperilaku elastis,
sehingga besarnya beban yang diterima tiang sebanding dengan deformasi
yang terjadi.
d. Pile cap dianggap tidak menumpu pada tanah,
sehingga beban-beban pada pile cap hanya didukung oleh tiang-tiang.
38
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
seragam, sehingga penurunan semua tiang sama besar. Pada kondisi tanah elastis,
besarnya reaksi pada tiang adalah sebanding dengan penurunannya, dan besarnya
reaksi adalah sama dengan beban yang bekerja (Gambar 6.2). Besarnya beban yang
didukung masing-masing tiang (V) dihitung dengan Persamaan 6.1.
P P
V1 V2 V3
……………………………………………….. (6.1)
dengan :
V = beban yang didukung satu tiang (kN),
39
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
Sx
My
7 8 9
Sy
4 5 6
V3
1 2 3
V1
…………………………………………………….. (6.2)
dengan :
Vx = beban yang didukung tiang pada jarak x dari pusat fondasi (kN),
40
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
……………………………………………..
(6.3)
……………………………………… (6.3)
Contoh:
Suatu fondasi kelompok tiang 3 x 3, dengan jarak antar tiang adalah 1,00m,
mendukung beban P = 1000kN, momen Mx = 400 kN.m dan My = 100kN.m. Hitung
beban yang didukung masing-masing tiang.
Jawaban :
a. Sketsa fondasi
P
Sx = 1,00 m
My
7 8 9
Sy = 1,00m
4 5 6
1 2 3
41
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
42
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
BAB VII
ANALISIS KAPASITAS BEBAN LATERAL
7.1. Kompetensi
7.1.1. Kompetensi Umum
Mahasiswa mampu mendesain fondasi tiang.
7.1.2. Komptensi Khusus
Mahasiswa akan mampu menghitung
43
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
Fondasi tiang tekadang harus menahan beban lateral (horisontal), antara lain
yang antara lain beban angina, beban gempa, beban kapal, beban air (pada pangkal
jembatan) dan beban lainnya. Beban-beban tersebut akan bekerja pada ujung atas
(kepala tiang). Hal ini akan menyebabkan kepala tiang terdeformasi leteral. Hal ini
akan menimbulkan gaya geser pada tiang dan tiang akan melentur, sehingga timbul
momen lentur (Gambar 7.1).
Gaya geser yang dipikul tiang harus mampu didukung oleh tampang tiang
sesuai dengan bahan yang dipakai. Besarnya gaya geser dapat dianggap terbagi rata
ke seluruh tiang. Selain kapasitas dukung tiang perlu juga ditinjau terhadap kapasitas
dukung tanah disekitarnya. Keruntuhan yang mungkin terjadi dapat terjadi karena
keruntuhan tiang, dan dapat pula karena keruntuhan tanah disekitarnya.
Selain gaya geser, akibat beban lateral akan menimbulkan momen lentur pada
tiang. Akibat beban lentur ini akan meyebabkan tiang mendesak tanah di
sampingnya. Jika tanah cukup keras maka keruntuhan akan terjadi pada tiang karena
kapasitas lentur tiang terlampui. Sedangkan jika tiang cukup kaku (pendek) maka
keruntuhan yang akan terjadi akibat terlampuinya kapasitas dukung tanah.
`
44
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
Perilaku deformasi tiang akibat beban lateral akan sangat dipengaruhi oleh
kondisi ujung tiang. Ujung atas tiang dengan kondisi jepit akan menyebabkan
timbulnya momen jepit pada ujung tiang tersebut. Sedangkan jika ujung tiang bebas,
maka momen pada ujung tiang nol. Selain itu hitungan akan dikelompokkan dalam
dua kondisi tanah, yaitu tanah kohesif dan tanah non kohesif.
e Hu Hu
1,5d
f
L
g/2
g/2
M mak 45
Sumiyanto, Adhe & Arwan 9cu.d 9cu.d
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
Gambar 7.2 Skema analisis kapasitas dukung tiang pendek ujung bebas
akibat beban lateral pada tanah kohesif.
………………………………………. (7.1a)
…..…….………………(7.1b)
………………………………...(7.1c)
………………………………..(7.1d)
dengan:
f = jarak titik Mmak dan 1,5d dari muka tanah
(m),
Hu = beban leteral ultimat yang mampu didukung
fondasi (kN),
cu = kohesi tanah, (kN/m2),
d = diameter tiang, (m),
Mmak = momen maksimum akibat tekanan tanah
pada tiang (kN.m)
L = panjang tiang,(m),
g = jarak Mmak. dan ujung bawah tiang, (m).
2) Tiang Panjang
Pada kondisi tiang panjang kekakuan tiang kecil, tiang akan melendut,
dengan deformasi pada ujung atas paling besar. Distribusi tegangan pada
tanah seperti terlihat pada Gambar 7.3. Akibat tegangan yang terjadi
tersebut akan timbul meomen lentur pada tiang. Pada kondisi tiang
panjang ini momen lentur akibat tegangan tanah (Mmak) lebih besar dari
kapasitas momen tiang (Mr), sehingga keruntuhan terjadi pada tiang dan
bukan tanahnya. Persamaan 7.1a masih tetap berlaku untuk tiang panjang.
46
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
e Hu Hu
1,5d
f
g/2
L
Mmak
9cu.d
Gambar 7.3 Skema kapasitas fondasi tiang panjang ujung bebas
akibat beban lateral pada tanah lempung.
Pada saat analisis, kita belum tahu apakah tiang tersebut merupakan tiang
panjang atau pendek. Analisis dilakukan dengan menggunakan asumsi awal
sebagai tiang pendek. Jika Mmak lebih kecil dari Mr maka asumsi kita benar
bahwa tiang tersebut merupakan tiang pendek.
Jika ternyata Mmak lebih besar dari Mr maka asumsi kita salah, sebenarnya
tiang yang kita analisis adalah tiang panjang. Selanjutnya kita hitung nilai Hu
dengan memasukan nilai Mmak sama dengan Mr.
47
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
Akibat beban lateral pada tiang pendek ujung jepit, tiang akan terdorong
tanpa melendut. Tekanan tanah pada tiang pendek akan terdistribusi
merata sepanjang tiang (Gambar 7.4). Hitungan kapasitas lateral tiang
dalam mendukung Hu dapat dihitung dengan Persamaam 7.3a, dan 7.3b.
……………………………. (7.3a)
……………………….. (7.3b)
Hu Hu
1,5d
M mak
9cu.d
2) Tiang Panjang
Untuk tiang panjang dengan ujung jepit akan terjadi dua momen
maksimum yaitu di ujung atas tiang (kepala tiang) dan pada kedalaman z
=1,5d + f. Keruntuhan yang terjadi akibat Hu, adalah terjadinya
keruntuhan pada tiangnya dan bukan pada tanahnya. Skema disribusi
tegangan dan momen ditampilkan dalam Gambar 7.5. Sedangkan
hitungan Hu di lakukan dengan menggunakan Persamaan 7.4a, 7.4b, dan
7.4c.
48
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
… ……….. (7.4a)
….……….….…………..(7.4b)
….………….………...…………(7.4c)
Mr Mr
Hu Hu
` 1,5d
9cu.d
49
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
……… …………………….(7.5a)
………………………..……….(7.5b)
………………………………….(7.5c)
…. ……………………..…...(7.5d)
e Hu Hu
L f
3..d.L.Kp M mak
2) Tiang Panjang
Skema keruntuhan dan distribusi tegangan untuk tiang panjang ujung
bebas pada tanah non kohesif dengan beban lateral dapat dilihat pada
Gambar 7.7. Besarnya lateral ultimat dapat dihitung dengan
Persamaan 7.6a dan 7.6b.
…………………………………(7.6a)
….……………………………… (7.6b)
50
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
e Hu Hu
L
f
M mak
3..d.L.Kp
Hu Hu
51
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
M mak
2) Tiang Panjang
Keruntuhan akan terjadi pada tiang dan bukan pada tanahnya (Gambar
7.9). Hitungan besarnya Hu dapat dilakukan dengan menggunakan
Persamaan 7.7a dan 7.7b.
…………………………….(7.7a)
……………………………………..(7.7b)
Hu Hu
52
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Mr
Rekayasa Fondasi II
3..d.L.Kp Mr
BAB VIII
KONSTRUKSI TURAP
8.1. Kompetensi
8.1.1. Kompetensi Umum
Mahasiswa dapat mendesain turap.
8.1.2. Komptensi Khusus
Mahasiswa dapat mendesain turap
53
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007
Rekayasa Fondasi II
8.2. Pendahuluan
54
Sumiyanto, Adhe & Arwan
Dibiayai PHK A1 Teknik Sipil 2007