Anda di halaman 1dari 16

BAB I

DASAR TEORI

A. Pengertian Pondasi Tiang Pancang


Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari struktur yang
digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur atas ke
tanah penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu. Tiang pancang bentuknya
panjang dan langsing yang menyalurkan beban ke tanah yang lebih dalam. Bahan
utama dari tiang adalah kayu, baja (steel), dan beton. Tiang pancang yang terbuat dari
bahan ini adalah dipukul, dibor atau di dongkrak ke dalam tanah dan dihubungkan
dengan pile cap (poer). Tergantung juga pada tipe tanah, material dan karakteristik
penyebaran beban tiang pancnag diklasifikasikan berbeda-beda.
Pondasi tiang sudah digunakan sebagai penerima beban dan sistem transfer
beban bertahun-tahun. Pada awal peradaban, dari komunikasi, pertahanan, dan hal-hal
yang strategik dari desa dan kota yang terletak dekat sungai dan danau. Oleh sebab itu
perlu memperkuat tanah penunjang dengan beberapa tiang. Tiang yang terbuat dari
kayu (timber pile) dipasang dengan dipukul ke dalam tanah dengan tanah atau lubang
yang digali dan diisi dengan pasir dan batu.
Pada tahun 1740, Christoffoer Polhem menemukan peralatan pile driving yang
mana menyerupai mekanisme Pile driving saat ini. Tiang baja (steel pile) sudah
digunakan selama 1800 dan tiang beton (concrete pile) sejak 1900. Revolusi industri
membawa perubahan yang penting pada sistem pile driving melalui penemuan mesin
uap dan mesin diesel. Lebih lagi baru-baru ini, meningkatnya permintaan akan rumah
dan konstruksi memaksa para pengembang memanfaatkan tanah-tanah yang
mempunyai karakteristik yang kurang bagus. Hal ini membuat pengembangan dan
peningkatan sistem pile driving. Saat ini banyak teknik-teknik instalansi tiang pancang
bermunculan.
Seperti tipe pondasi yang lainnya, tujuan dari pondasi tiang adalah:
1.        Untuk menyalurkan beban pondasi ke tanah keras
2.        Untuk menahan beban vertikal, lateral, dan beban uplift.
Struktur yang menggunakan pondasi tiang pancang apabila tanah dasar tidak
mempunyai kapasitas daya pikul yang memadai. Kalau hasil pemeriksaan tanah
menunjukkan bahwa tanah dangkal tidak stabil dan kurang keras apabila besarnya

1
hasil estimasi penurunan tidak dapat diterima pondasi tiang pancang dapat menjadi
bahan pertimbangan. Lebih jauh lagi, estimasi biaya dapat menjadi indicator bahwa
pondasi tiang pancang biayanya lebih murah daripada jenis pondasi yang lain
dibandingkan dengan biaya perbaikan tanah.
Dalam kasus konstruksi berat, sepertinya bahwa kapasitas daya pikul dari tanah
dangkal tidak akan memuaskan, dan konstruksi seharusnya di bangun di atas pondasi
tiang. Tiang pancang juga digunakan untuk kondisi tanah yang normal untuk menahan
beban horizontal. Tiang pancang merupakan metode yang tepat untuk pekerjaan diatas
air, seperti jertty atau dermaga.
Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila tanah
yang berada dibawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung (bearing
capacity) yang cukup untuk memikul berat bangunan beban yang bekerja padanya
(Sardjono HS, 1988). Atau apabila tanah yang mempunyai daya dukung yang cukup
untuk memikul berat bangunan dan seluruh beban yang bekerja berada pada lapisan
yang sangat dalam dari permukaan tanah kedalaman > 8 m (Bowles, 1991). Fungsi
dan kegunaan dari pondasi tiang pancang adalah untuk memindahkan atau
mentransfer beban-beban dari konstruksi di atasnya (super struktur) ke lapisan tanah
keras yang letaknya sangat dalam.
Dalam pelaksanaan pemancangan pada umumnya dipancangkan tegak lurus
dalam tanah, tetapi ada juga dipancangkan miring (battle pile) untuk dapat menahan
gaya-gaya horizontal yang bekerja. Hal seperti ini sering terjadi pada dermaga dimana
terdapat tekanan kesamping dari kapal dan perahu. Sudut kemiringan yang dapat
dicapai oleh tiang tergantung dari alat yang dipergunakan serta disesuaikan pula
dengan perencanaannya

B. Jenis-jenis Pondasi Tiang Pancang


A. Pondasi Tiang Pancang Kayu
Pondasi tiang pancang kayu di Indonesia, dipergunakan pada rumah-
rumah panggung di daerah Kalimantan, di Sumatera, di Nusa Tenggara, dan
pada rumah-rumah nelayan di tepi pantai. Tiang yang terbuat dari kayu (timber
pile) dipasang dengan dipukul ke dalam tanah dengan tangan atau lubang yang
digali dan diisi dengan pasir dan batu.

2
Gambar Pondasi Tiang Pancang Kayu

B. Pondasi Tiang Pancang Beton


Pondasi tiang beton dipergunakan untuk bangunan-bangunan tinggi
(high rise building). Pondasi tiang pancang beton, proses pelaksanaannya
dilakukan sebagai berikut :
1) Melakukan test “boring” untuk menentukan kedalaman tanah
keras dan klasifikasi panjang tiang pancang, sesuai pembebanan yang telah
diperhitungkan.
2) Melakukan pengeboran tanah dengan mesin pengeboran tiang
pancang.
3) Melakukan pemancangan pondasi dengan mesin pondasi tiang
pancang.
Pondasi tiang pancang beton pada prinsipnya terdiri dari : pondasi
tiang pancang beton cor di tempat dan tiang pancang beton system
fabrikasi.
1) Pondasi tiang pancang beton cor ditempat
Proses pelaksanaannya pondasi tiang pancang beton cor di tempat
sebagai berikut :
a) Melakukan pemboran tanah sesuai kedalaman yang ditentukan
dengan memasukkan besi tulangan beton.
b) Memompa tanah bekas pengeboran ke atas permukaan tanah.
c) Mengisi lubang bekas pengeboran dengan adukan beton, dengan
sistem dipompakan dan desakan/tekanan.
d) Pengecoran adukan beton setelah selesai sampai di atas
permukaan tanah,

3
e) Kemudian dipasang stek besi beton sesuai dengan aturan teknis
yang telah ditentukan.

Gambar Pondasi Tiang Pancang Beton Cor di Tempat


2) Pondasi tiang pancang beton sistem fabrikasi
Kemajuan teknologi khususnya pada bidang rancang bangun beton
bertulang telah menemukan pondasi tiang pancang sistem fabrikasi.
Cetakan-cetakan pondasi dengan beberapa variasi diameter tiang
pancang dan panjang tiang pancang dibuat dalam pabrik dengan system
“Beton Pra-Tekan” Ukuran tiang pancang produksi pabrik dapat dilihat
pada tabel berikut ini :

4
Pondasi pemasangan pondasi tiang pancang sistem fabrikasi,
sebagai berikut:
a) Dilakukan pengeboran sambil memancangkan tiang pondasi
bagian perbagian. Kedalaman pengeboran sampai dengan batas kedalaman
tanah keras yang dapat dilihat secara otomatis dari mesin tiang pancang.
b) Kemudian setiap bagian tertentu dilakukan penyambungan
dengan plat baja yang telah dilengkapi dengan “joint” atau ulir
penyambungan .

Gambar Pemasangan Pondasi Tiang Pancang Fabrikasi

5
C. Tiang Pancang Baja (steel)

Gambar Mesin Pancang De WaalpaaI, B.V.

Gambar Mesin Pancang Franki

Hampir di setiap proyek konstruksi pondasi tiang merupakan teknologi


pondasi dalam yang telah jamak dipergunakan. Metode pemasangan tiang
pondasi lainnya adalah dengan sistim bor. Meski tak sepopuler pondasi tiang

6
pancang, penggunaan tiang bor ini semakin banyak dijumpai. Dalam
kedalaman dan diameter dari tiang bor dapat divariasi dengan mudah, pondasi
tiang bor dipread akai untuk beban ringan maupun beban berat seperti
bangunan bertingkat tinggi dan jembatan. Juga dipergunakan pada menara
transmisi listrik, fasilitas dok, kestabilan lereng, dinding penahan tanah,
pondasi bangunan ringan pada tanah lunak, pondasi bangunan tinggi, dan
struktur yang membutuhkan gaya lateral yang cukup besar, dan lain- lain.
Setiap alat yang ada hanya sesuai penggunaannya pada kondisi tanah dan
teknik pengeboran tertentu saja. 
Salah satunya adalah fight auger. Alat yang sederhana dan ringan ini
mempunyai kemampuan membuat lubang bor berdiameter 0,8-3,6 m. Cara
kerjanya, rig akan berputar masuk ke tanah sampai terisi penuh oleh tanah,
kemudian ditarik kembali ke atas dan diayun supaya tanah yang menempel
lepas dari pisaunya. Alat ini efektif pada jenis tanah clan batuan lunak. Tetapi
karena di lapangan biasanya mengalami kesulitan pada saat pengeboran, para
kontraktor bisanya memilih mesin bor lainnya atau mengganti pisaunya dengan
yang lebih baik. Pisau berbenruk spiral melancip akan membantu dalam
pengeboran tanah yang keras dan batuan. Selain itu juga terdapat beberapa
peralatan lain seperti bucket auger. Berfungsi untuk mengumpulkan basil
galian dalam keranjang berbenruk spiral dengan cara mcngambil tanah dari
galian ke atas dan dibuang, alat ini biasanya berfungsi baik pada tanah pasir.
Kedua, belling buckets. Alat ini mempunyai keistimewaan dengan
ukuran yang lebih besar pada bagian dasarnya. Pembesaran volume biasanya
disebut bells atau finder reams. 
Ketiga, core barrels. Alat pemotong berbentuk lingkaran, membuat dan
menggali bentuk silinder. Alat ini biasanya digunakan pada tanah keras.
Keempat, multi roller Alat ini hanya digunakan untuk batuan keras.
Kelima cleanout bucket yang berfungsi untuk memindahkan hasil galian akhir
dari lubang bor dan membuat dasar pengeboran menjadi lebih bersih. Tiang
tahanan ujung memburuhkan tipe bucket seperti ini.
Selain itu juga ada yang disebut dengan system pemancangan dengan
jacking pile. Sistim pemancangan jacking pile adalah sistim pemancangan

7
dengan metoda tiang bukan dipukul sampai 10 pukulan terakhir < 10 cm tapi
ditekan sampai 2x beban rencana(kapasitas alat saat ini 300- 800 ton). 
Kelebihan pemancangan jacking pile yakni : a) Cocok untuk daerah
Jakarta yang padat perumahan karena tidak berisik (promosi supplier
ditaruh aqua gelas dimesinnya, airnya tidak akan tumpah karena
getarannya,jadi kalo orang sekitarnya bilang dia shock / kaca rumahnya pecah
gara2x kita pancang,itu tidak mungkin; b) Jumlah tiang bisa berkurang banyak
sehingga membuat lebih murah ( di satu proyek 140 tiang dengan hammer bisa
jadi 100 tiang dengan jacking pile); c) Di masa depan, jika disetujui oleh P2B,
jacking pile bisa untuk menggantikan loading test karena sifatnya berdasarkan
tekanan, sehingga menyerupai loading test, sehingga biaya loading test yang
ratusan juta bisa dihemat; d) Akurasi pemancangan lebih tepat(kemungkinan
miring kecil), sehingga design jarak antar tiang bisa minimal, yang
menyebabkan banyaknya besi pilecap dan volume beton pilecap bisa
diminimalkan.
Kelemahan pemancangan jacking pile yakni: a) Tidak cocok untuk
lokasi yang tanahnya sempit karena jarak bebas alat pancang ke tembok harus
2.5m - 5 m(tergantung alatnya); b).Tidak bisa untuk tanah yang ada lensanya;
c) penghematannya bisa dilakukan jika perancangan strukturnya diubah,
sehingga harus banyak melibatkan dengan konsultan struktur.
Cara Kerja Jacking Pile
Tahap 1

Gambar : mengangkat tiang pancang dengan crane

8
Tahap 2

Gambar : tiang pancang dimasukkan ke alat pancang

Tahap 3

Gambar : menjepit tiang dengan penjepit alat pancang dan mulai memancang tiang dengan
tekanan hidraulik

Tahap 4

Gambar 4 : setelah selesai memancang, crane akan mengambil tiang kedua dan sama lagi
seperti gambar 1

C. Kelebihan Dan Kekurangan Pondasi Tiang Pancang


Perkembangan desain pondasi tiang pancang telah maju dengan pesat
seiring dengan berkembangnya ilmu dan teknologi rancang bangun dalam dunia

9
teknik sipil. Penggunaan Tiang Pancang dalam berbagai konstruksi sipil turut
mengalami perbaikan dan penyempurnaan, jenis pondasi ini masih menjadi pilihan
yang utama terutama untuk daerah (site) lapangan yang kurang menguntungkan.
Perilaku dan respon tiang pancang maupun struktur tanah di sekitarnya akan
membantu proses desain berjalan dengan baik dengan tingkat akurasi dan validitas
hasil desain yang tinggi.
Hambatan utama yang dihadapi dalam melakukan desain pondasi adalah
kurang di dapatnya informasi yang memadai mengenai perilaku dan respon
pondasi maupun struktur tanah di bawah permukaan tanah. Kesulitan ini selain
masih terbatasnya peralatan yang secara langsung dapat memantau perilaku dan
respon tiang di kedalaman tanah, juga sifat kenonlinearan tanah mempengaruhi
hasil desain yang diperoleh.
Penggunaan Program Komputer untuk menyelesaikan permasalahan
desain pondasi tiang pancang banyak dipergunakan dengan berbasis pendekatan
metode beda hingga (difference finite method) untuk penyelesaian secara
numerik. Diantaranya Program Komputer GROUP yang digunakan untuk
penyelesaian desain kelompok pondasi tiang pancang dan analisis perilaku
pondasi tiang pancang.
Pondasi tiang pancang termasuk dalam kategori pondasi dalam, dapat
mendaya-gunakan kekuatan friksi tanah maupun bearing. Tentu saja ini
tergantung dari jenis tanahnya dan panjang pondasi tersebut. Sangat cocok jika
kedalaman tanah keras cukup jauh dari permukaan tanah. Tetapi dalam
pelaksanaannya memerlukan alat pancang, jika cukup panjang dan beban berat
maka tiang pondasinya harus dibuat dari precast PC Pile atau tiang baja, untuk
beban ringan mungkin precast RC Pile masih bisa. Pondasi sumuran hanya
mengandalkan fenomena bearing saja, sehingga cocok jika tanah keras dekat
permukaan tanah. Jika tanah keras terlalu dalam maka pelaksanaannya menjadi
masalah tersendiri. Kadang-kadang dihitung sebagai pondasi dangkal.
Tiang pancang unggul terhadap beban vertikal, jika ada beban horizontal
maka daya dukungnya relatif kecil. Oleh karena itu jika dalam perencanaan
strukturnya menerima gaya horizontal maka diperlukan juga tiang pancang
miring. Semakin miring semakin besar daya dukung horizontalnya tetapi

10
pelaksanaannya tidak gampang, jika terlalu miring lalu pakai alat pancang biasa.
Bisa-bisa tiangnya patah karena ada eksentrisitas.
Gerakan tanah akibat gempa akan bersama-sama dengan pondasi. Pondasi
sumuran, ukurannya lebih masif dibanding tiang pancang, sehingga kemungkinan
untuk dapat bergerak bersama-sama dengan tanah lebih banyak. Jadi jika
pondasinya tertanam cukup dalam maka fondasinya sendiri relatif tahan terhadap
kondisi tersebut.
Kerusakaan akan terjadi jika gerakan tersebut mempunyai pengaruh pada
struktur di atasnya yang karena mempunyai massa maka akan mengakibatkan
gaya dinamik. Jika gaya dinamik struktur di atas pondasi dan pondasi tidak
selaras maka timbul gaya restraint. Ini yang harus diwaspadai.
Karena umumnya sistem jembatan, struktur atas dan struktur bawah tidak
menyatu maka dapat terjadi slip (deformasi horizontal yang berbeda satu sama
lain). Mekanisme tersebut dapat menyerap enerji gempa. Yang perlu diwaspadai
adalah mekanisme slip perlu diberi ruang gerak yang cukup, jangan sampai girder
jembatan lepas dari tumpuannya.

D. Penyelidikan Tanah dengan Metode Sondir


Pengujian Sondir test merupakan salah satu pengujian penetrasi yang
bertujuan untuk mengetahui daya dukung tanah pada setiap lapisan serta
mengetahui kedalaman lapisan pendukung yaitu lapisan tanah keras. Hal ini
dimaksudkan agar dalam mendesain Pondasi yang akan digunakan sebagai
penyokong kolom bangunan diatasnya memiliki faktor Keamanan (safety factor)
yang  tinggi sehingga bangunan diatasnya tetap kuat dan tidak mengalami
penurunan atau settlement yang dapat membahayakan dari sisi keselamatan akan
bangunan dan penghuni didalamnya. Banyak terjadi kegagalan struktur (bangunan
roboh/ runtuh) akibat tidak diperhatikanpentingnya Pengujian  Soil testini, untuk
itu sangat di sarankan untuk melakukan pengujian tanah (sondir) ini, sehingga
dapat didesain jenis pondasi yang aman dan efektif sesuai dengan karakteristik
tanah dari bangunan yang akan dibangun.
Sondir adalah alat berbentuk silindris dengan ujungnya berupa konus.
Biasanya dipakai adalah bi-conus type Begemann yang dilengkapi dengan selimut
atau jacket untuk mengukur hambatan pelekat lokal (side friction) dengan dimensi
sbb:  
11
a) Sudut kerucut conus  : 60°
b) Luas penampang conus  : 10.00cm2
c) Luas selimut/jacket  : 150cm2

Dalam uji sondir, stang alat ini ditekan ke dalam tanah dan kemudian
perlawanan tanah terhadap ujung sondir (tahanan ujung) dan gesekan pada silimur
silinder diukur. Alat ini telah lama di Indonesia dan telah digunakan hampir pada
setiap penyelidikan tanah pada pekerjaan teknik sipil karena relatif mudah
pemakaiannya, cepat dan amat ekonomis. Sesungguhnya alat uji sondir ini
merupakan representase atau model dari pondasi tiang dalam skala kecil. Teknik
pendugan lokasi atau kedalaman tanah keras dengan suatu batang telah lama
dipraktekan sejak zaman dulu. Versi mula-mula dari teknik pendugaan ini telah
dikembangkan di Swedia pada tahun 1917 oleh Swedish State Railwaysdan
kemudian oleh Danish Railways tahun 1927. Karena kondisi tanah lembek dan
banyaknya penggunaan pondasi tiang, pada tahun 1934 orang-orang Belanda
memperkenalkan alat sondir sebagaimana yang kita kenal sekarang (Barentseen,
1936). 
Metode ini kemudian dikenal dengan berbagai nama seperti:  “Static
Penetration Test” atau “Duch Cone Static Penetration Test” dan secara singkat
disebut sounding saja yang berarti pendugaan. Di Indonesia kemudian dinamakan
sondir yang diambil dari bahasa Belanda.Uji sondir saat ini merupakan salah satu
uji lapangan yang telah diterima oleh para praktisi dan pakar geoteknik. Uji sondir
ini telah menunjukkan manfaat untuk pendugaan profil atau pelapisan (stratifikasi)
tanah terhadap kedalaman karena jenis perilaku tanah telah dapat diindentifikasi
dari kombinasi hasil pembacaan tahanan ujung dan gesekan selimutnya.
Besaran penting yg diukur pada uji sondir adalah perlawanan ujung yg
diambil sebagai gaya penetrasi per satuan luas penampang ujung sondir (qc).
Besarnya gaya ini seringkali menunjukkan identifikasi dari jenis tanah dan
konsistensinya. Pada tanah pasiran, tahanan ujung jauh lebih besar daripada tanah
butiran halus.
 Interpretasi Hasil Uji Sondir
bagian dari penetrometer dimana gesekan akan diukur, disebut
juga friction sleeve. Batang-batang penekan (mantle tube) : tabung

12
berdinding tebal yang digunakan untuk memperpanjang dan menekan
masuk ujung penetrometer. Batang-batang dalam (inner rod) : batang
padat didalam rongga batang-batang penekan untuk menekan ujung
sondir.
Mesin Penekan : peralatan untuk menekan penetrometer ke
dalam tanah dan dilengkapi dengan angker / jangkar.
 Tahanan konus (tahanan ujung, qc) :

q c =Qc
Ac

Dimana :
Qc = Gaya yang bekerja pada konus (kg/cm2)
Ac = Luas dasar dari konus
 Gesekan selimut (fs) :
Qs
fs=
As

Qs =Qt-Qc

Dimana :

Qs = Gaya yang diperlukan untuk menekan masuk selubung


As = Luas selubung geser
Qt = Gaya total yang diperlukan untuk menekan konus dan
selubung geser bersama sama

 Rasio gesekan (friction ratio, Rf) :


perbandingan antara gesekan selimut, fs,
dengan tahanan ujung konus, qc, diukur pada
kedalaman yang sama dan dinyatakan dalam persen
(%).
 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interpretasi Sondir

1. Konfigurasi dan ukuran alat sondir Bentuk ujung sondir memberikan


pengaruh yang amat besar terhadap tahanan konus.Sondir dengan
ujung konus yang lebih lancip dapat memberikan 8 perlawanan
konus (qc) yang lebih kecil. Ukuran sondir memberikan pengaruh
tahanan ujung khususnya pada tanah pasiran. Sondir standar

13
digunakan adalah sondir dengan sudut ujung konus sebesar 600 dan
mempunyai luas proyeksi 10 Cm²
2. Tegangan vertikal dan lateral tanah Tegangan vertikal dan lateral
tanah memberikan pengaruh amat besar pada tanah pasiran.
3. Kecepatan Penetrasi dan Metoda Penetrasi Kecepatan penetrasi
memberikan pengaruh pada besarnya tekanan air pori pada tanah
lempung sehingga menunjukkan tekanan air pori yang besar sekali.
Oleh sebab itu pengujian ini harus distandarisasi terhadap kecepatan
penetrasi yaitu 2 Cm/det. Metoda yang umum dipakai adalah
metoda statik, yaitu konus ditekan secara perlahan-lahan ke dalam
tanah.
4. Kompressibilitas, sementasi dan ukuran partikel Kompresibilitas
pada tanah pasir memberikan pengaruh yang amat besar terhadap
tahanan ujung dan gesekan selimut sondir. Pasir kwarsa memiliki
tahanan ujung yang besar dan rasio gesekan kecil (Rf=0,5 %).
Sedangkan untuk pasir karbonan yang amat kompressibel
memberikan tahanan ujung kecil dan ratio gesekan yang besar
(Rf=3 %).

E. Penyelidikan Tanah dengan Metode SPT


Standard Penetration Test (SPT) adalah suatu metode uji yang dilaksanakan
bersamaan dengan pengeboran untuk mengetahui, baik perlawanan dinamik tanah maupun
pengambilan contoh terganggu dengan teknik penumbukan. Berikut ini langkah-langkah
yang dilakukan bagaimana Cara uji penetrasi lapangan dengan Standard Penetration Test
Uji SPT terdiri atas uji pemukulan tabung belah dinding tebal ke dalam tanah,
disertai pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan tabung belah sedalam 300 mm
vertikal.
Dalam sistem beban jatuh ini digunakan palu dengan berat 63,5 kg, yang
dijatuhkan secara berulang dengan tinggi jatuh 0,76 m.
 Faktor Penyebab SEPERTI perlu Distandarisasi
- Dengan menggunakan tipe hammer yang berbeda, ternyata mentransfer
energy yang berbeda. 
- Dengan tipe panjang tabung (rod) yang berbeda, akan menyebabkan
pengaruh energi yang ditransfer ke batang juga berbeda.

14
- Dengan tinggi jatuh yang berbeda akan mempengaruhi besarnya energi
hammer yang berbeda yang ditransfer ke batang.
- Tali yang telah lapuk dapat mengurangi kelancaran terjadinya tinggi
jatuh bebas.
- Penggunaan tali hammer yang berbeda mempengaruhi perlawanan SPT.
 Kegunaan Hasil Penyelidikan SEPERTI
Kegunaan Hasil Penyelidikan SPT adalah untuk menentukan
kedalaman dan tebal masing-masing lapisan tanah, contoh tanah
terganggu dapat diperoleh untuk identifikasi jenis tanah, berbagai
korelasi empiris dengan parameter tanah dapat diperoleh dan dapat
dilakukan pada semua jenis tanah. Kelebihan penyelidikan SPT ini antara
lain test ini dapat dilakukan dengan cepat dan operasinya relatif
sederhana, biaya relatif murah. Kekurangan penyelidikan SPT ini antara
lain hasil yang didapat contoh tanah terganggu, interpretasi hasil SPT
bersifat empiris dan ketergantungan pada operator dalam menghitung.

 Interpetasi N-SEPERTI
Interpretasi hasil SPT bersifat empiris. Untuk tanah pasir, maka
nilai N-SPT mencerminkan kepadatannya yang dapat pula diprediksi
besar sudut geser dalam (φ) dan berat isi tanah (γ), kapasitas daya
dukung pondasi dan penurunan pondasi. Sedangkan pada tanah lempung,
hasil SPT dapat menentukan secara empiris konsistensi tanah, kapasitas
daya dukung pondasi dan penurunan pondasi. Hasil SPT pada tanah
lempung ini tidak begitu dapat diandalkan karena umumnya tanah
lempung mempunyai butiran halus dengan penetrasi yang rendah,
sehingga pada tanah lempung ditentukan berdasarkan kekuatan gesernya
yang dapat diperoleh dari uji tekan bebas (Unconfined Compression
Test).

15
16

Anda mungkin juga menyukai