I. PENDAHULUAN
1.1 Umum
Pada Umumnya, Struktur Bangunan Gedung/Jembatan/Jalan dibagi dalam 2
bagian, yaitu struktur bagian atas (upper – structure) dan struktur bagian bawah
(under – structure). Pondasi Bangunan adalah bagian struktur bangunan terbawah
yang langsung berhubungan dengan tanah, tempat menyalurkan gaya-gaya dari
struktur bangunan atas ke lapisan tanah disekitarnya. Untuk itu massa tanah
dibawah dasar pondasi dan disekitarnya harus mampu menerima beban-beban
yang bekerja pada dasar pondasi. Jadi massa tanah disekitarnya harus mampu
meredam intensitas tegangan yang timbul akibat gaya-gaya yang bekerja pada
dasar pondasi tersebut.
Kesimpulannya adalah bahwa: pondasi bangunan merupakan media tempat
menyalurkan gaya-gaya yang bekerja dari struktur atas, sementara massa tanah
disekitar pondasi adalah merupakan media tempat meredam gaya – gaya tersebut.
Besaran untuk meredam gaya-gaya yang timbul adalah disebut sebagai Daya
Dukung Pondasi. Daya Dukung Pondasi dikenal sebagai Daya Dukung Runtuh
(Failure), Daya Dukung Batas (Ultimate) dan Daya Dukung Ijin (Allowable). Ke
tiga macam daya dukung ini dihubungkan dengan besarnya faktor keamanan batas
dan ijin.
Dalam perencanaan pondasi bangunan ada 2 (dua) kriteria penting yang harus
diperhatikan, yaitu:
1. Intensitas tegangan yang terjadi/bekerja akibat gaya-gaya yang bekerja
tidak boleh melampaui besarnya Daya Dukung (Bearing Capacity) Tanah
yang diijinkan.
2. Penurunan (settlement) Tanah yang terjadi tidak boleh melampaui
besarnya penurunan tanah yang diijinkan
Intensitas tegangan yang terjadi melebihi daya dukung ijin akan meyebabkan
terjadinya keruntuhan geser tanah yang dapat menimbulkan keruntuhan bangunan,
sementara penurunan tanah yang berlebihan akan menyebabkan timbulnya
Intensitas tegangan sekunder dan terjadinya kerusakan pada dinding, lantai,
interior bangunan dan kerusakan pada utilitas dan equipment bangunan.
Ada kriteria tambahan lainnya yang berkaitan dengan Penurunan Tanah, yaitu
Perbedaan Penurunan Tanah (Differential Settlement), yang terjadi pada pondasi
Basemen, tidak boleh lebih besar dari yang diizinkan. Perbedaan penurunan dapat
dikurangi dengan cara membuat pelat pondasi yang kaku/tebal atau dengan
membuat model balok-balok pada pondasi basemen.
Dalam Bidang Teknik Sipil, klasifikasi pondasi bangunan dibagi dalam 2 macam
pondasi, yaitu:
1. Pondasi Dangkal (shallow Foundation),
2. Pondasi Dalam (Deep Foundation).
Untuk membedakan kedua macam pondasi tersebut, Terzaghi memberi batasan
untuk Pondasi Dalam, rasio kedalaman pondasi dari permukaan tanah (Df)
terhadap lebar pondasi (B) lebih kecil sama dengan 1 (Df/B≤ 1).
Untuk batasan Pondasi Dalam rasio kedalaman pondasi dari permukaan tanah (Df)
terhadap lebar pondasi (B) jauh lebih besar dari 1 (Df/B>> 1).
3. Pondasi Rakit
Bila di kedalaman dangkal ditemui tanah yang lunak untuk diletakkan pondasi,
maka solusinya bisa menggunakan Pondasi Rakit (Pelat Menerus). Pondasi
Rakit inidapat digunakan untuk mendukung bangunan yang terletak di tanah
lunak. Selain itu, pondasi ini juga berguna untuk mendukung kolom-kolom
yang jaraknya terlalu berdekatan tidak mungkin untuk dipasangi telapak satu
per satu, solusinya yakni dijadikan satu kekakuan. Bahan pondasi yang
digunakan adalah menggunakan konstruksi pelat beton bertulang dengan atau
tanpa jaringan balok memanjang dan melintang.
Kekuatan Pondasi Dalamselain pada luas alasnya juga pada permukaan selimut
badannya, jadi besarnya kekuatan tergantung dari lapisan tanah pendukung
dibawah ujung tiang dan lapisan tanah di sepanjang badan tiang, termasuk
kekasaran permukaan badan tiangnya.
2.1 Umum
Kemampuan pondasi untuk menahan gaya-gaya yang bekerja tergantung dari
kemampuan lapisan tanah dibawah dasar Pondasi Dangkal, kondisi ini disebut
sebagai Besarnya Daya Dukung Tanah.Didalam Rekayasa Pondasi terdapat
bermacam-macam metoda untuk mendapatkan besarnya kapasitas Daya Dukung
Pondasi Dangkal.
Analisis kapasitas dukung tanah mempelajari kemampuan tanah
dalammendukung beban dari struktur-struktur yang terletak diatasnya.
Kapasitas dukung menyatakan tahanan geser tanah untuk melawan penurunan
akibat pembebanan yaitu tahanan geser yang dapat ditimbulkan oleh tanah di
sepanjangbidang-bidang gesernya. Untuk memenuhi stabilitas jangka panjang
perletakan dasar pondasi harus diletakkan pada kedalaman yang cukupuntuk
menanggulangi erosi permukaan, gerusan, kembang susut tanah dangangguan
tanah di sekitar pondasi.Analisis kapasitas dukung dilakukan dengan cara
pendekatan untukmemudahkan hitungan. Persamaan-persamaan yang dibuat
dikaitkan denganjenis tanah, sifat tanah dan bentuk bidang geser yang terjadi saat
keruntuhan.
Ahli Mekanika Tanah pertama yang mula-mula mengembangkan kapasitas Daya
Dukung adalah Karl Terzaghi (1943) yang mengembangkan analisis dari Prandtl
(1920) untuk Pondasi Dangkal berdasarkan Keseimbangan Plastis Tanah. Dalam
teorinya Terzaghi menganggap bahwa dasar pondasi adalah kasar dan keruntuhan
tanah hanya terjadi sampai level dasar pondasi, sedang tanah di atas pondasi
dianggap sebagai beban luar. Analisis daya dukung tanah dari hasil Uji
Laboratorium tsb kemudian dilakukan oleh peneliti lainnya, seperti: Mayerhof,
Brinch Hansen, Vesic, Bala dan lain-lainnya.
Berdasarkan data Uji Lapangan, besarnya daya dukung dapat diperoleh dari:Plate
Bearing Test, Cone Penetration Test/CPT (Sondir), dan Standard Penetration
Test/SPT.
Dimana :
qu =daya dukung ultimit …… [G/L2]
Pu=beban ultimit …………… [G]
A = luas pondasi ……………. [L2]
Baji tanah ABD pada zona 1 merupakan zona elastis. Bidang AD dan BD
membentuk sudut β terhadap normal horisontal H. Zona II merupakan zona
radial sedangkan zona III merupakan zona pasif Rankie. Lengkung DE dan
DG dianggap sebagai lengkung spiral logaritmis dan bagian EF dan GH
merupakan garis lurus. Garis-garis BE, FE, AG dan HG membentuk sudut
sebesar (45o– ø/2) terhadap normal horisontal H. Baji tanah yang terbentuk
dalam tanah membentuk sudut sebesar α = 45o + ø/2 terhadap horisontal.
Berdasarkan batas yang dibuat oleh sudut tersebut, dapat diketahui kedalaman
maksimum pengaruh baji tanah.
Dalam kondisi keruntuhan geser umum, pada permukaan baji zona I, yaitu
pada bidang AD dan BD, tekanan pasif Pp akan bekerja jika beban per satuan
luas diterapkan. Bidang AD dan BD tersebut mendorong tanah
dibelakangnya, yaitu bagian-bagian BDEF dan ADGH sampai tanahnya
mengalami keruntuhan, tekanan ke bawah akibat beban pondasi Pu ditambah
berat baji tanah pada zona I ditahn oleh tekanan tanah pasif Pp pada bagian
AD dan BD. Tekanan tanah pasif membentuk sudut gesek dinding (wall
friction) δ dengan garis normal yang melintas di bidang AD dan BD. Karena
gesekan yang terjadi adalah antara tanah dengan tanah, maka δ = ø (ø adalah
sudut geser dalam tanah). Untuk per meter panjang pondasi pada saat
terjadinya keseimbangan batas, maka :
Dengan :
Pp = tekanan pasif total yang bekerja pada bagian AD dan BD
W = berat baji tanah ABD per satuan panjang = ¼ B2 γ tan β
c = kohesi tanah
β = sudut antara bidang BD dan BA
Tekanan tanah pasif total (Pp) adalah jumlah tekanan pasif akibat kohesi
tanah, berat tanah dan beban terbagi rata, yaitu :
Dimana :
Ppc= tahanan tanah pasif dari komponen kohesi c
Ppq= tahanan tanah pasif akibat beban terbagi rata di atas dasar pondasi
Ppγ = tahanan tanah pasif akibat berat tanah
Tekanan tanah pasif yang bekerja tegak lurus arah normal Pp tegek lurus terhadap
bidang BD adalah :
dengan :
H = ½ B tan ø
α = sudut antara bidang DB dan BF = 180o– ø
Kpc= koefisien tekanan tanah pasif akibat kohesi tanah
Kpq= koefisien tekanan tanah pasif akibat beban terbagi rata
Kpγ = koefisien tekanan tanah pasif akibat berat tanah
Besarnya koefisien tekanan tanah pasif tersebut tidak tergantung pada H dan
γ. Kombinasi dari persamaan-persamaan di atas adalah sebagai berikut :
Ppm adalah tekanan tanah pasif miring. Beban ultimit dari hasil substitusi
persamaan tanah pasif ke persamaan tekanan tanah ultimit adalah sebagai
berikut :
Tekanan tanah pasif akibat kohesi Ppc dan beban terbagi rata Ppq diperoleh
dengan menganggap tanah tidak mempunyai berat (γ = 0). Karena γ = 0,
maka Pu = Ppc + Ppqdinyatakan sebagai persamaan berikut :
atau
Dengan qc dan qq adalah tekanan tanah pasif per satuan luas dari komponen
kohesi dan beban terbagi rata p0. Nilai-nilai Nc dan Nq diperoleh Terzaghi dari
analisa Prandtl (1920) dan Reissner (1924) yang besarnya :
Jika Ppγ dinyatakan sebagai tahanan tanah pasif per satuan luas dari akibat
berat tanah qγ maka :
Daya dukung ultimit memperhitungkan kohesi tanah, beban terbagi rata dan
berat volume tanah (qu = qc + qq + qγ). Berdasarkan persamaan tersebut,
Terzaghi membuat persamaan umum daya dukung ultimit pondasi
memanjang sebagai berikut :
Dimana :
qu = daya dukung ultimit untuk pondasi memanjang (t/m2)
c = kohesi tanah (t/m2)
Df = kedalaman pondasi yang tertanam di dalam tanah (m)
γ = berat volume tanah (t/m3)
po = Df.γ= tekanan overburden pada dasar pondasi (t/m2)
Nc = faktor daya dukung tanah akibat kohesi tanah
Nq = faktor daya dukung tanah akibat beban terbagi rata
Nγ = faktor daya dukung tanah akibat berat volume tanah
Nilai faktor daya dukung ini merupakan fungsi dari sudut geser dalam tanah ø
di bawah dasar pondasi dari Terzaghi (1943).
qu adalah beban total maksimum per satuan luas ketika pondasi akan
mengalami keruntuhan geser. Beban total tersebut terdiri dari beban-beban
struktur, pelat pondasi dan tanah urugan diatasnya. Analisa daya dukung
tersebut berdasarkan pada kondisi keruntuhan geser umum dari suatu bahan
yang bersifat plastis dan tidak terjadi perubahan volume dan kuat geser oleh
adanya keruntuhan tersebut.
Gambar 24. Nilai Faktor Daya dukung Keruntuhan Geser Umum Terzaghi
(Principles of Foundation Engineering – Braja M. Das)
Dimana :
qu = daya dukung ultimit untuk pondasi memanjang (t/m2)
c = kohesi tanah di bawah dasar pondasi(t/m2)
γ = berat volume tanah di bawah dasar pondasi (t/m3)
po = Df.γ= tekanan overburden pada dasar pondasi (t/m2)
B = lebar atau diameter pondasi (m)
L = panjang pondasi (m)
Nc = faktor daya dukung tanah akibat kohesi tanah
Nq = faktor daya dukung tanah akibat beban terbagi rata
Nγ = faktor daya dukung tanah akibat berat tanah
Pada lapisan tanah yang agak lunak atau kurang padat, karena desakan
pondasi bangunan pada tanah, maka akan tampak adanya penurunan yang
besar sebelum terjadi, keruntuhan pada keseimbangan tanah di bawah
pondasi. Kondisi ini disebut “local shear failure”.Untuk kondisi ini rumus
daya dukung tanah Terzaghi harus diberi reduksi.
c′ = 2/3 c
tan ø′ = 2/3 tan ø
c′ = kohesi tanah pada “local shear failure”
ø′ = sudut geser tanah pada “local shear failure”
Sedangkan faktor daya dukung tanah dipakai Nc′, Nq′, Nγ′. Untuk
mendapatkan faktor daya dukungkondisi local ini ada 2 cara, yaitu:
1. Data ø,menggunakan Gambar 25 atau Tabel 2.
2. Data ø’ menggunakan Gambar 24 atau Tabel 1 (Keruntuhan umum).
Gambar 25. Nilai Faktor Daya dukung Keruntuhan Geser Lokal Terzaghi
(Principles of Foundation Engineering – Braja M. Das)
Analisis kapasitas daya dukung metoda Terzaghi hanya dipengaruhi oleh faktor
bentuk pondasi. Untuk itu Mayerhof (1963) membuat analisis kapasitas daya
dukung yang dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu: faktor bentuk pondasi, faktor
kedalaman pondasi dan faktor pembebanan. Untuk itu metoda Meyerhof dalam
analisis daya dukung tanah lebih lengkap dari Metoda Terzaghi
Asumsi Metoda Meyerhof mirip dengan metoda Terzaghi, hanya pada metoda
Mayerhof, garis keruntuhan tanah sampai kepermukaan tanah (garis HJ dan GI).
Metoda Mayerhof dapat digunakan untuk pondasi dangkal yang menerima beban
miring (inklinasi).
Persamaan Umum daya dukung pondasi dangkal yang diusulkan oleh Mayerhof :
dimana 43
Faktor daya dukung: Nc,Nq,Nγ tergantung dari nilai sudut geser dalam tanah (ф),
besarnya dihitung dengan rumus dibawah ini dan untuk kemudahan mencari
besarnya dapat digunakan grafikGambar 26 atau Tabel 3. di bawah ini.
ф
Nq = eπ.tanф.tan2.(45 + 2 ) Nc = (Nq – 1).cot ф Nγ = 2(Nq + 1).tan ф
Faktor Bentuk
𝐵 𝑁𝑞 𝐵 𝐵
Fcs = 1 + 𝐿 .𝑁𝑐 Fqs = 1 + 𝐿 .tan ф Fγs = 1 – 0,4. 𝐿 .
B adalah dimensi terkecil dari panjang atau lebar pondasi dangkal tersebut.
Faktor Kedalaman
𝐷𝑓 𝐷𝑓 Fγi = 1
Fci = 1 +0,4. Fqs = 1 + 2.tanф.(1- sinф)2. 𝐵 .
𝐵
𝐷𝑓 𝐷𝑓 Fγi = 1
Fci = 1 +0,4.tan-1. Fqs = 1 + 2.tanф.(1- sinф)2.tan-1. .
𝐵 𝐵
Faktor Inklinasi
Faktor Inklinasi Beban dihitung dengan rumus (Mayerhof 1963. Mayerhof &
Hanna 1981)
𝛽 𝛽
Fci = Fqi = 1 – (1- 90)2 Fɤi = (1- ф)2
Dimana β adalah inklinasi dari beban ke pondasi terhadap arah vertikal seperti
ditunjukkan pada Gambar 25.
Analisis Daya Dukung Metoda Brick Hansen dibuat lebih lengkap dari metoda
Terzaghi dan metoda Meyerhof, yaitu memperhitungkan: faktor bentuk pondasi,
faktor kedalaman pondasi dan faktor pembebanan, kemiringan dasar pondasi,
dan kemiringan permukaan tanah. Faktor yang berpengaruh pada analisis
kapasitas daya dukung Hansen merupakan kombinasi dari De Beer (1970) dan
Vesic (1973).
Hansen (1970) membuat persamaan daya dukung sebagai berikut :
Dimana:
Bila pada tanah butir halus (Clay), ф = 0, maka persamaan daya dukung:
Dimana:
Nc = 5,14, Nq = 1 dan Nγ = 0
S’c , d’c , i’c , b’c , dan g’c= faktor daya dukung kohesi akibat factor bentuk,
Bila lapisan tanah kedua lebih padat atau lebih keras dibandingkan dengan lapisan
pertama, maka perhitungan cukup dihitung berdasarkan data pada lapisan tanah
pertama dimana dasar pondasi terletak, sementara bila lapisan tanah kedua lebih
lepas atau lembek, maka perlu evaluasi lanjut mengenai besarnya daya dukung
tanah yang sebenarnya.
Persamaan daya dukung pondasi dangkal diatas didasarkan atas asumsi bahwa
muka air tanah terletak jauh dibawah dasar pondasi. Jika muka air tanah terletak
di dekat dasar pondasi, perlu dilakukan modifikasi untuk menentukan daya
dukung pondasi dangkal tersebut.
a. Kasus 1
Jika muka air tanah terletak pada sedemikian sehingga 0 ≤ D1≤Df maka
parameter q dan γ pada persamaan daya dukung harus dihitung sebagai berikut
b. Kasus 2
q = D1.γ 𝑑
γsub = γ’ +𝐵(γ – γ’)
c. Kasus 3
Jika air tanah terletak sedemikian sehingga d >B, maka air tanah tidak akan
mempengaruhi daya dukung pondasi dangkal, sehingga perhitungan daya
dukung tanah kembali ke persamaan umum yang asli (tanpa pengaruh air).
Gambar 28. Perhitungan Daya Dukung Pondasi Dangkal akibat Pengaruh Air Tanah.
Rumus daya dukung tanah akibat pengaruh air di bawah tanah/air tanahdapat juga
ditentukan berdasarkan rumus-rumus yang dibuat oleh Naval Facilities Enginnering
Command (NAVFAC) DM-7 Tahun 1971 pada Gambar 29 di bawah ini.
Gambar 29. Perhitungan Daya Dukung Pondasi Dangkal akibat Pengaruh Air Tanah
(NAVFAC DM-7)
2.7 Daya Dukung Tanah Pondasi Dangkal Pada Tanah Clay Berlapis
Banyak kasus perencanaan pondasi yang diletakkan pada tanah clay yang berlapis –
lapis/tidak homogen (Gambar 30). Untuk kondisi ini para ahli pondasi membuat
rumus dengan menganggap tanah clay yang berlapis-lapis ini diasumsikan menjadi
tanah clay yang homogen dan isotropis.
a. Reddy dan Srinivan (1971) mengusulkan persamaan daya dukung tanah untuk
pondasi yang diletakkan pada 2 lapis clay yang berbeda seperti pada Gambar
30. Menggunakan rumus:
qu = c1.Nc.Fcs.Fcd + q …………[G/L2]
Dimana:
c1= besarnya kohesi tanah di bawah dasar pondasi (lapis ke 1/teratas)
c2 = besarnya kohesi tanah di bawah dasar pondasi (lapis ke 2/terbawah)
Nc = besarnya faktor daya dukung akibat kohesi tanah yang berlapis, besarnya
tergantung dari rasio c2/c1 danrasio z/B pada Gambar 31.
Gambar 30. Model Daya dukung Gambar 31. Grafik menentukan faktor daya
Pondasi Dangkal pada tanah clay yang dukung Akibat kohesi pada tanah clay yang
berlapis berlapis
b. Rumus daya dukung tanah untuk Pondasi Dangkal pada tanah Clay berlapis juga
dapat ditentukan berdasarkan rumus yang dibuat oleh Naval Facilities Enginnering
Command (NAVFAC) DM-7 Tahun 1971 pada Gambar 32. di bawah ini.
Gambar 31. Grafik menentukan faktor daya dukung Akibat kohesi pada tanah clay
yang berlapis (NAVFAC DM-7)
2.8Rumus Daya Dukung Tanah Untuk Pondasi Dangkal yang Terletak Pada
Lapis Pasir di Atas Lapis Clay.
Pada kasus ini ada 2 (dua) kemungkinan yang timbul untuk menghitung daya
dukung Pondasi dangkal, yaitu (a). bila lapisan pasir di bawah dasar pondasi relatip
tipis dan (b) lapisan pasir di bawah dasar pondasi tebal seperti pada Gambar 32.
a. Bila Lapisan pasir di bawah pondasi (H) relatip Tipis, H < B), maka garis
kelongsoran tanah akan mencapai lapisan clay (gambar kiri). Menurut
Meyerhof (1974), besarnya daya dukung untuk Pondasi Jalur ditentukan dari
persamaan:
qu = c.Nc + γ.H2.(1 + 2.Df/H).Ks. tan(ф/2) + γ.Df …………[G/L2]
bagian clay bagian pasir
Dengan nilai maksimum:
qu, mak = 0,5.γ.B.Nγ + γ.Df.Nγ
dimana:
ф = sudut geser dalam lapisan pasir
γ = berat volume lapisan pasir
Ks = koefisien tahana geser akibat puncing (Tabel 7.)
Nc = 5,14 untuk tanah clay
Nγ dan Nq = factor daya dukung tanah pasir menurut Meyerhof
Intensitas beban pada dasar pondasi kemudian disebar merata sampai kepermukaan
lapisan clay tsb (Gambar 33), sehingga dasar pondasi sekarang dianggap terletak
pada permukaan atas lapisan clay. Besarnya intensitas beban sekarang menjadi:
b. Bila lapisan pasir di bawah pondasi (H) cukup tebal (H ≥ B), maka garis
kelongsoran tanah di bawah pondasi masih ada didalam lapisan pasir atau tidak
mencapai lapisan clay, sehingga unutuk menentukan besarnya daya dukung
tanah pondasi dangkal cukup menggunakan data lapisan pasir.
2.9 Rumus Daya Dukung Tanah Untuk Pondasi Dangkal Yang Terletak Pada
Lapis clay di Atas Lapis Pasir.
Besarnya daya dukung tanah pondasi Dangkal Pada tanah clay di atas tanah pasir
seperti pada Gambar 34 dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
Gambar 34. Dudukan Pondasi Dangkal Pada Tanah Clay Tipis Di atas Lapisan Pasir
a. Pondasi Jalur
qn,u = (B/2d + π + 1).c, untuk B/d ≥ 2 …………[G/L2]
Untuk B/d < 2 pada Pondasi Jalur dan b/d < 6 pada Pondasi
Bujursangkar/Lingkaran, persamaan daya dukung tanah menggunakan data lapisan
pasir, yaitu:
Gambar 35. Pedoman Menentukan Daya Dukung Tanah Pondasi Dangkal Sekitar
Lereng (NAFVAC DM-7)
Kadang kala didalam perencanaan pondasi sering dijumpai istilah Daya Dukung
batas netto (net ultimate bearing capacity, qn,u), yaitu daya dukung batas dikurangi
oleh tegangan tanah akibat adanya galian tanah dudukan pondasi, yaitu:
Besarnya Beban ijin yang dapat dipikul oleh pondasi adalah perkalian antara
besarnya daya dukung tanah ijin dengan luas (A) tapak pondasi, yaitu:
Adanya eksentrisitas beban ini akan menimbulkan besarnya tegangan kerja yang
berlainan di bawah dasar pondasi tersebut. Besarnya intensitas tegangan kerja akibat
beban luar dapat ditentukan berdasarkan persamaan:
𝑊
q1,2,3,4 = 𝐵𝑥𝐿±Mx.x/Iy± My.y/Iyx …………. [G/L2]
𝑊
q1,2,3,4 = 𝐵𝑥𝐿± 6.Mx./(B2.L) ± 6.My./(B.L2) …….. [G/L2]
Dimana:
x, y = jarak dari titik berat pondasi ke titik dimana tegangan kerja dihitung
sepanjang respektif sumbu X, sumbu Y
Bila nilai eksentrisitas: ex>± B/6 dan ey>± L/6, maka pada dasar pondasi akan
menimbulkan tegangan tarik tanah, sehingga qmin dianggap nol dan qmak menjadi:
Gambar 36. Grafik Perhitungan Daya Gambar 37. Grafik Hubungan antara N
dukung ijin untuk pondasi di pasir SPT, ф dan Nq, Nγ
berdasarkan hasil SPT (terzaghi dan Peck)
c. Teng membuat persamaan empiris daya dukung tanah untuk tanah kohesi
sehubungan dengan adanya pengaruh muka air tanah, yaitu:
qa = 2. N2.B.Rw + 6.(100 + N2).D.Rw’, untuk bentuk bujursangkar
qa = 3. N2.B.Rw + 5.(100 + N2).D.Rw’, untuk bentuk menerus
Dimana:
qa = daya dukung tanah ultimate (batas) ………. [psf]
N = jumlah pukulan per foot nilai SPT
B = lebar pondasi …………. [ft]
Df = kedalaman dasar pondasi ………….. [ft]
Bila level permukaan tanah tidak sama tinggi, maka diambil yang
paling rendah. Bila Df> B, maka digunakan Df = B.
Rw dan Rw’ =faktor pengaruh air tanah bila di atas dan di bawah permukaan
dasar pondasi seperti pada Gambar 38.
Bila permukaan air berada di bawah dasar pondasi, Rw’ = 1,0,
dan bila permukaan air ada di atas dasar pondasi Rw = 0,5.
Gambar 38. Faktor Koreksi Perhitungan Daya dukung Tanah Ijin akibat
Kedudukan Muka Air Tanah
Penentuan daya dukung ijin tanah pondasi Dangkal dapat dilakukan dengan
menggunakan beberap metoda, seperti: cara W.S. Housel, Metoda Davisson M.T,
Metoda Butler and Hoy, Metoda De Beer; Metoda modifikasi Van Deer Veen
dsbnya.