Anda di halaman 1dari 49

Pondasi Dangkal 2014

I. PENDAHULUAN
1.1 Umum
Pada Umumnya, Struktur Bangunan Gedung/Jembatan/Jalan dibagi dalam 2
bagian, yaitu struktur bagian atas (upper – structure) dan struktur bagian bawah
(under – structure). Pondasi Bangunan adalah bagian struktur bangunan terbawah
yang langsung berhubungan dengan tanah, tempat menyalurkan gaya-gaya dari
struktur bangunan atas ke lapisan tanah disekitarnya. Untuk itu massa tanah
dibawah dasar pondasi dan disekitarnya harus mampu menerima beban-beban
yang bekerja pada dasar pondasi. Jadi massa tanah disekitarnya harus mampu
meredam intensitas tegangan yang timbul akibat gaya-gaya yang bekerja pada
dasar pondasi tersebut.
Kesimpulannya adalah bahwa: pondasi bangunan merupakan media tempat
menyalurkan gaya-gaya yang bekerja dari struktur atas, sementara massa tanah
disekitar pondasi adalah merupakan media tempat meredam gaya – gaya tersebut.
Besaran untuk meredam gaya-gaya yang timbul adalah disebut sebagai Daya
Dukung Pondasi. Daya Dukung Pondasi dikenal sebagai Daya Dukung Runtuh
(Failure), Daya Dukung Batas (Ultimate) dan Daya Dukung Ijin (Allowable). Ke
tiga macam daya dukung ini dihubungkan dengan besarnya faktor keamanan batas
dan ijin.
Dalam perencanaan pondasi bangunan ada 2 (dua) kriteria penting yang harus
diperhatikan, yaitu:
1. Intensitas tegangan yang terjadi/bekerja akibat gaya-gaya yang bekerja
tidak boleh melampaui besarnya Daya Dukung (Bearing Capacity) Tanah
yang diijinkan.
2. Penurunan (settlement) Tanah yang terjadi tidak boleh melampaui
besarnya penurunan tanah yang diijinkan
Intensitas tegangan yang terjadi melebihi daya dukung ijin akan meyebabkan
terjadinya keruntuhan geser tanah yang dapat menimbulkan keruntuhan bangunan,
sementara penurunan tanah yang berlebihan akan menyebabkan timbulnya
Intensitas tegangan sekunder dan terjadinya kerusakan pada dinding, lantai,
interior bangunan dan kerusakan pada utilitas dan equipment bangunan.

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 1


Pondasi Dangkal 2014

Gambar 1. Intensitas Tegangan dan Penurunan Tanah

Ada kriteria tambahan lainnya yang berkaitan dengan Penurunan Tanah, yaitu
Perbedaan Penurunan Tanah (Differential Settlement), yang terjadi pada pondasi
Basemen, tidak boleh lebih besar dari yang diizinkan. Perbedaan penurunan dapat
dikurangi dengan cara membuat pelat pondasi yang kaku/tebal atau dengan
membuat model balok-balok pada pondasi basemen.

Gambar 2. Perbedaan Penurunan Tanah (Differential Settlement)

Dalam Bidang Teknik Sipil, klasifikasi pondasi bangunan dibagi dalam 2 macam
pondasi, yaitu:
1. Pondasi Dangkal (shallow Foundation),
2. Pondasi Dalam (Deep Foundation).
Untuk membedakan kedua macam pondasi tersebut, Terzaghi memberi batasan
untuk Pondasi Dalam, rasio kedalaman pondasi dari permukaan tanah (Df)
terhadap lebar pondasi (B) lebih kecil sama dengan 1 (Df/B≤ 1).

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 2


Pondasi Dangkal 2014

Untuk batasan Pondasi Dalam rasio kedalaman pondasi dari permukaan tanah (Df)
terhadap lebar pondasi (B) jauh lebih besar dari 1 (Df/B>> 1).

Gambar 3. Hubungan antara Lebar Pondasi dan Kedalaman Pondasi

1.2 Pondasi Dangkal


Pondasi Dangkal adalah pondasi yang tidak membutuhkan galian tanah terlalu
dalam karena lapisan tanah dangkal sudah cukup keras, apalagi bangunan yang
akan dibangun hanya bangunan sederhana. Kekuatan Pondasi Dangkal ada pada
luas alasnya, karena pondasi ini berfungsi untuk meneruskan sekaligus meratakan
beban yang diterima oleh tanah.
Pondasi Dangkal dibagi berdasarkan bentuknya, yaitu:
1. Pondasi Setempat/Telapak

Gambar 4. Ilustrasi Gambar Pondasi Dangkal Setempat

Pondasi Setempat/Telapak berbentuk seperti telapak kaki.Pondasi ini gunanya


untuk mendukung kolom baik untuk rumah satu lantai maupun dua lantai,
jadi, pondasi ini diletakkan tepat pada kolom bangunan.Pondasi ini terbuat
dari pasangan batu kali atau beton bertulang. Dasar pondasi telapak bisa
berbentuk persegi (B x B) atau persegi panjang (B x L).

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 3


Pondasi Dangkal 2014

Pondasi Umpak yang dipasang pada permukaan tanah termasuk dalam


Pondasi Setempat.

Gambar 5. Pondasi Umpak.

2. Pondasi Telapak Menerus.


Pondasi Telapak Menerus adalah pondasi telapak yang dibuat memanjang
sepanjang dinding yang berkaitan dengan kolom utama.

Gambar 6. Ilustrasi Gambar Pondasi Telapak Menerus

Gambar 7. Ilustrasi Gambar Pondasi Telapak Menerus (tiga dimensi)

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 4


Pondasi Dangkal 2014

3. Pondasi Rakit

Bila di kedalaman dangkal ditemui tanah yang lunak untuk diletakkan pondasi,
maka solusinya bisa menggunakan Pondasi Rakit (Pelat Menerus). Pondasi
Rakit inidapat digunakan untuk mendukung bangunan yang terletak di tanah
lunak. Selain itu, pondasi ini juga berguna untuk mendukung kolom-kolom
yang jaraknya terlalu berdekatan tidak mungkin untuk dipasangi telapak satu
per satu, solusinya yakni dijadikan satu kekakuan. Bahan pondasi yang
digunakan adalah menggunakan konstruksi pelat beton bertulang dengan atau
tanpa jaringan balok memanjang dan melintang.

Gambar 8. Ilustrasi Gambar Pondasi Rakit/Pelat

1.3 Pondasi Dalam


Sedangkan Pondasi Dalam adalah pondasi yang membutuhkan
penggalian/pengeboran dalam karena lapisan tanah yang padat/keras ada
cukup/sangat dalam, biasanya digunakan oleh bangunan besar/tingkat tinggi,
jembatan, struktur lepas pantai, dsb. Pondasi Dalam disebut juga Pondasi Tiang.

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 5


Pondasi Dangkal 2014

Kekuatan Pondasi Dalamselain pada luas alasnya juga pada permukaan selimut
badannya, jadi besarnya kekuatan tergantung dari lapisan tanah pendukung
dibawah ujung tiang dan lapisan tanah di sepanjang badan tiang, termasuk
kekasaran permukaan badan tiangnya.

Gambar 9. Ilustrasi Gambar Pondasi Dalam

Gambar 10. Ilustrasi Gambar Pondasi Caisson

Gambar 11. Ilustrasi Gambar Pondasi Dalam (Kelompok Tiang)

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 6


Pondasi Dangkal 2014

Macam pondasi Tiang tergantung dari cara membuatnya, yaitu:


1. Tiang Bor/Sumuran (Bored PileCast In Situ)
Pondasi Dalam/Tiang ini dibuat dengan menggali lubang dengan cara
manual disebut sebagai Tiang Sumuran atau dengan alat bor mesin (cara
kering dan cara basah) disebut Tiang Bor. Pelaksanaan pekerjaan tiang
dari beton bertulang dilakukan dilapangan (Cast In Place) Macam Pondasi
Tiang ini disebut juga Non Displacement Piles. Bahan Tiang bor dari
Beton Bertulang.

Gambar 12. Ilustrasi Pelaksanaan Pengeboran Pondasi Tiang

Gambar 13. Ilustrasi Pelaksanaan Pemasangan Tulangan dan Pengecoran

Pondasi Caisson adalah pondasi Dalam yang mempunyai diameter yang


besar (1 – 4 m), umumnya digunakan pada bangunan dilepas pantai.
Pondasi Caisson berupa tiang berongga/pembungkus berbentuk silindris
yang ditenggelamkan ke dalam tanah. Diameter pondasi silindris
yangditenggelamkan ke dalam tanah. Material terdiri dari Beton, Lapisan
Baja. Material terdiri dari Beton, Lapisan Baja (Steel Shell) dan Steel
Core.(Steel Shell).Pondasi Caisson ada 2 jenis, yaitu Caisson
terbuka(Open Caisson) dan Caisson Bertekanan(Pneumatic Caisson)

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 7


Pondasi Dangkal 2014

Gambar 14. Pondasi Caisson

2. Tiang Pancang (Driven Piles)


Pondasi Dalam/Tiang ini dibuat dengan memasukkan tiang jadi (Precast)
kedalam tanah sampai pada kedalaman yang cukup uuntuk menimbulkan
tahanan gesek pada badan tiang dan tahanan ujungnya dengan
menggunakan mesin pancang cara dinamis dan mesin pancang cara statis
disebut sebagai Tiang Pancang (Driven Pile). Pelaksanaan pekerjaan tiang
pancang dibuat di pabrik. Macam Pondasi Tiang ini disebut juga
Displacement Piles. Bahan Tiang Pancang dari Beton Bertulang atau dari
baja Profil/bulat.
Pondasi tiang Franki termasuk macam Pondasi Tiang Pancang. Tiang
Franki menggunakan sebuah pipa yang dapat ditarik,vujung bawahnya
disumbat dengan beton pracetak yang sudah kering/keras. Pipa dipancang
dengan internal drop hammer yang bekerja pada sumbat beton tersebut.

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 8


Pondasi Dangkal 2014

Gambar 15. Tiang Pancang dan Pelaksanaan Pemancangan

Setelah pemancangan pipa pipa ditarik sedikit, adukan beton kering


dimasukkan kemudian adukan beton tersebut dan sumbat ditumbuk
dengan internal drop hammer untuk membuat ujung yang membesar
menyerupai bentuk bola lampu. Kemudian kerangka pembesian tulangan
dimasukkan ke dalam pipa. Penyelesaian pembuatan tiang dilakukan
dengan terus menuangkan adukan beton ke dalam pipa dan ditumbuk
dengan internal drop hammer, sambil ditarik keluar sedikit demi sedikit.

Gambar 16. Pondasi Franki Pile dan Pelaksanaan Pekerjaan.

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 9


Pondasi Dangkal 2014

1.4 Penyelidikan Tanah


Penyelidikan tanah diperlukan untuk mendapatkan parameter tanah dan kondisi
lapisan permukaan tanah disekitar pondasi yang akan direncanakan/dibangun.
Penyelidikan tanah dilakukan baik di laboratorium dan di lapangan.
Penyelidikan tanah di laboratorium dimaksud untuk mendapatkan parameter tanah
baik yang sifat fisik maupun yang mekanik. Sifat fisik yang dimaksud adalah
besaran yang termasuk dalam Indek Propetis tanah, sementara untuk sifat
mekanik adalah untuk menentukan nilai kohesi (c) dan sudut geser dalam (ф) baik
pada kondisi tegangan total maupun pada kondisi tegangan efektif. Percobaan
yang dilakukan adalah: Percobaan Geser Langsung (Direct Shear Test),
Percobaan Prisma Bebas (Unconfined Compression Test) dan Percobaan Triaxial.

Gambar 17. Percobaan Di Laboratorium


(Geser Langsung, Prisma Bebas dan Triaxial Test).

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 10


Pondasi Dangkal 2014

Maksud penyelidikan tanah di lapangan adalah untuk mengetahui jenis/macam


lapisan-lapisan tanah dibawah permukaan tanah, selanjutnya dapat diketahui
kondisi kekerasan tanah setiap lapisan tanah. Kekerasan tanah umumnya
diperoleh dari hasil Sondir (cone penetrometer test-CPT) dan Standar Penetration
Test (SPT). Kondisi permukaan air tanah dapat diperoleh dari percobaan di
lapangan.

Gambar 18. Alat Sondir dan Hasil Olahan

Gambar 19. Alat SPT dan Hasil Olahan

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 11


Pondasi Dangkal 2014

II. PONDASI DANGKAL

2.1 Umum
Kemampuan pondasi untuk menahan gaya-gaya yang bekerja tergantung dari
kemampuan lapisan tanah dibawah dasar Pondasi Dangkal, kondisi ini disebut
sebagai Besarnya Daya Dukung Tanah.Didalam Rekayasa Pondasi terdapat
bermacam-macam metoda untuk mendapatkan besarnya kapasitas Daya Dukung
Pondasi Dangkal.
Analisis kapasitas dukung tanah mempelajari kemampuan tanah
dalammendukung beban dari struktur-struktur yang terletak diatasnya.
Kapasitas dukung menyatakan tahanan geser tanah untuk melawan penurunan
akibat pembebanan yaitu tahanan geser yang dapat ditimbulkan oleh tanah di
sepanjangbidang-bidang gesernya. Untuk memenuhi stabilitas jangka panjang
perletakan dasar pondasi harus diletakkan pada kedalaman yang cukupuntuk
menanggulangi erosi permukaan, gerusan, kembang susut tanah dangangguan
tanah di sekitar pondasi.Analisis kapasitas dukung dilakukan dengan cara
pendekatan untukmemudahkan hitungan. Persamaan-persamaan yang dibuat
dikaitkan denganjenis tanah, sifat tanah dan bentuk bidang geser yang terjadi saat
keruntuhan.
Ahli Mekanika Tanah pertama yang mula-mula mengembangkan kapasitas Daya
Dukung adalah Karl Terzaghi (1943) yang mengembangkan analisis dari Prandtl
(1920) untuk Pondasi Dangkal berdasarkan Keseimbangan Plastis Tanah. Dalam
teorinya Terzaghi menganggap bahwa dasar pondasi adalah kasar dan keruntuhan
tanah hanya terjadi sampai level dasar pondasi, sedang tanah di atas pondasi
dianggap sebagai beban luar. Analisis daya dukung tanah dari hasil Uji
Laboratorium tsb kemudian dilakukan oleh peneliti lainnya, seperti: Mayerhof,
Brinch Hansen, Vesic, Bala dan lain-lainnya.
Berdasarkan data Uji Lapangan, besarnya daya dukung dapat diperoleh dari:Plate
Bearing Test, Cone Penetration Test/CPT (Sondir), dan Standard Penetration
Test/SPT.

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 12


Pondasi Dangkal 2014

2.2 Metoda Terzaghi.


Keruntuhan tanah dipengaruhi oleh banyak faktor, untuk itu harus memperhatikan
atau mengamati jalannya keruntuhan tersebut.
Anggapan Kapasitas Dukung TanahTerzaghi (1943) melakukan analisis
kapasitas dukung tanah dengan beberapa anggapan antara lain:
1. Pondasi berbentuk memanjang tak berhingga.
2. Tanah di bawah dasar pondasi adalah homogen.
3. Tahanan geser tanah di atas dasar pondasi diabaikan.
4. Dasar pondasi kasar.
5. Berlaku untuk beban Normal/Vertikal (tanpa momen)
6. Bidang keruntuhan terdiri dari lengkung spiral logaritmis dan linier.
7. Baji tanah yang terbentuk di dasar pondasi dalam kedudukan elastis dan
bergerak bersama-sama dengan dasar pondasi.
8. Pertemuan antara sisi baji tanah dan dasar pondasi membentuk sudut geser
dalam tanah ø.
9. Berlaku prinsip superposisi atau prinsip penggabungan.
10. Berat tanah di atas dasar pondasi digantikan dengan beban terbagi rata
sebesar po = Df.γ dengan Dfadalah kedalaman dasar pondasi dan γ adalah
berat volume tanah di atas dasar pondasi.

Gambar 20. Model Keruntuhan Tanah Menurut Metoda Terzaghi

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 13


Pondasi Dangkal 2014

Keruntuhan tanah menurut teori Terzaghi dibagi 3, yaitu:


1. Keruntuhan Geser Umum
2. Keruntuhan Geser Lokal
3. Keruntuhan Penetrasi

Gambar 21. Model Keruntuhan Menurut Terzaghi


(sumber: HF Winterkorn and Hsai-Yang Fang – Foundation Engineering Handbook)

Menurut Terzaghi, daya dukung ultimate (batas) didefinisikan sebagai beban


maksimum per satuan luas dimana tanah masih dapat menopang beban tanpa
mengalami keruntuhan. Pemikiran Terzaghi ini dinyatakan dengan persamaan :

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 14


Pondasi Dangkal 2014

Dimana :
qu =daya dukung ultimit …… [G/L2]
Pu=beban ultimit …………… [G]
A = luas pondasi ……………. [L2]

Pada analisis daya dukung Terzaghi, bentuk pondasi diasumsikan sebagai


memanjang tak berhingga yang diletakkan pada tanah homogen dan dibebani
dengan beban terbagi rata qu. Beban total pondasi per satuan panjang Pu
merupakan beban terbagi rata qu yang dikalikan dengan lebar pondasi B. Adanya
beban total tersebut, pada tanah yang terletak di bawah pondasi akan membentuk
suatu baji tanah yang menekan tanah ke bawah yang digambarkan sbb:

Gambar 22. Pembebanan Pondasi dan Bentuk Bidang Geser


(Sumber : Hary C. H., 2002)

Gerakan baji menyebabkan tanah di sekitarnya bergerak, menghasilkan zona geser


di kiri dan kanan dengan tiap-tiap zona terdiri dari dua bagian yaitu bagian geser
radial yang berdekatan dengan baji dan bagian geser linier yang merupakan
kelanjutan dari bagian geser radial.
1. Keruntuhan Geser Umum (General shear Failure)

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 15


Pondasi Dangkal 2014

Terzaghi mengembangkan teori keruntuhan plastis Prandtl dalam evaluasi daya


dukung sehingga keruntuhan yang terjadi dalam analisanya dianggap
keruntukan Geser Umum.

Gambar 23. Bentuk Keruntuhan Dalam analisa Daya Dukung


(Sumber : Hary C. H., 2002)

Baji tanah ABD pada zona 1 merupakan zona elastis. Bidang AD dan BD
membentuk sudut β terhadap normal horisontal H. Zona II merupakan zona
radial sedangkan zona III merupakan zona pasif Rankie. Lengkung DE dan
DG dianggap sebagai lengkung spiral logaritmis dan bagian EF dan GH
merupakan garis lurus. Garis-garis BE, FE, AG dan HG membentuk sudut
sebesar (45o– ø/2) terhadap normal horisontal H. Baji tanah yang terbentuk
dalam tanah membentuk sudut sebesar α = 45o + ø/2 terhadap horisontal.
Berdasarkan batas yang dibuat oleh sudut tersebut, dapat diketahui kedalaman
maksimum pengaruh baji tanah.
Dalam kondisi keruntuhan geser umum, pada permukaan baji zona I, yaitu
pada bidang AD dan BD, tekanan pasif Pp akan bekerja jika beban per satuan
luas diterapkan. Bidang AD dan BD tersebut mendorong tanah
dibelakangnya, yaitu bagian-bagian BDEF dan ADGH sampai tanahnya
mengalami keruntuhan, tekanan ke bawah akibat beban pondasi Pu ditambah
berat baji tanah pada zona I ditahn oleh tekanan tanah pasif Pp pada bagian
AD dan BD. Tekanan tanah pasif membentuk sudut gesek dinding (wall
friction) δ dengan garis normal yang melintas di bidang AD dan BD. Karena

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 16


Pondasi Dangkal 2014

gesekan yang terjadi adalah antara tanah dengan tanah, maka δ = ø (ø adalah
sudut geser dalam tanah). Untuk per meter panjang pondasi pada saat
terjadinya keseimbangan batas, maka :

Dengan :
Pp = tekanan pasif total yang bekerja pada bagian AD dan BD
W = berat baji tanah ABD per satuan panjang = ¼ B2 γ tan β
c = kohesi tanah
β = sudut antara bidang BD dan BA

Terzaghi mmengasumsikan bahwa β = ø sehingga nilai cos (β - ø) = 1.


Karena bidang-bidang AD dan BD membentuk sudut ø dengan horisontal
maka arah Pp vertikal. Berdasarkan keterangan di atas, tekanan tanah ultimit
berubah menjadi :

Tekanan tanah pasif total (Pp) adalah jumlah tekanan pasif akibat kohesi
tanah, berat tanah dan beban terbagi rata, yaitu :

Dimana :
Ppc= tahanan tanah pasif dari komponen kohesi c
Ppq= tahanan tanah pasif akibat beban terbagi rata di atas dasar pondasi
Ppγ = tahanan tanah pasif akibat berat tanah

Tekanan tanah pasif yang bekerja tegak lurus arah normal Pp tegek lurus terhadap
bidang BD adalah :

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 17


Pondasi Dangkal 2014

dengan :

H = ½ B tan ø
α = sudut antara bidang DB dan BF = 180o– ø
Kpc= koefisien tekanan tanah pasif akibat kohesi tanah
Kpq= koefisien tekanan tanah pasif akibat beban terbagi rata
Kpγ = koefisien tekanan tanah pasif akibat berat tanah
Besarnya koefisien tekanan tanah pasif tersebut tidak tergantung pada H dan
γ. Kombinasi dari persamaan-persamaan di atas adalah sebagai berikut :

Gesekan yang terjadi antara tanah dengan tanah pada bidang BD


mengakibatkan arah tekanan tanah pasif Pp miring sebesar δ. Karena δ = ø,
maka :

Ppm adalah tekanan tanah pasif miring. Beban ultimit dari hasil substitusi
persamaan tanah pasif ke persamaan tekanan tanah ultimit adalah sebagai
berikut :

Tekanan tanah pasif akibat kohesi Ppc dan beban terbagi rata Ppq diperoleh
dengan menganggap tanah tidak mempunyai berat (γ = 0). Karena γ = 0,
maka Pu = Ppc + Ppqdinyatakan sebagai persamaan berikut :

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 18


Pondasi Dangkal 2014

atau

Dengan qc dan qq adalah tekanan tanah pasif per satuan luas dari komponen
kohesi dan beban terbagi rata p0. Nilai-nilai Nc dan Nq diperoleh Terzaghi dari
analisa Prandtl (1920) dan Reissner (1924) yang besarnya :

Apabila tanah yang diamati merupakan tanah yang tidak berkohesi (c = 0)


dan tanpa beban merata diatasnya (q = 0) maka persamaan perhitungan
tekanan tanah pasif hanya mempertimbangkan akibat dari berat tanah.

Jika Ppγ dinyatakan sebagai tahanan tanah pasif per satuan luas dari akibat
berat tanah qγ maka :

Terzaghi tidak memberikan nilai-nilai Kpγ, maka digunakan persamaan


pendekatan dari Cernica (1995) :

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 19


Pondasi Dangkal 2014

Daya dukung ultimit memperhitungkan kohesi tanah, beban terbagi rata dan
berat volume tanah (qu = qc + qq + qγ). Berdasarkan persamaan tersebut,
Terzaghi membuat persamaan umum daya dukung ultimit pondasi
memanjang sebagai berikut :

qu = c.Nc + po.Nq + 0,5.γ.BNγ …………… [G/L2]

Karena po = Df.γ, persamaan di atas menjadi :


qu = c.Nc + Df.γ..Nq + 0,5.γ.BNγ …………… [G/L2]

Dimana :
qu = daya dukung ultimit untuk pondasi memanjang (t/m2)
c = kohesi tanah (t/m2)
Df = kedalaman pondasi yang tertanam di dalam tanah (m)
γ = berat volume tanah (t/m3)
po = Df.γ= tekanan overburden pada dasar pondasi (t/m2)
Nc = faktor daya dukung tanah akibat kohesi tanah
Nq = faktor daya dukung tanah akibat beban terbagi rata
Nγ = faktor daya dukung tanah akibat berat volume tanah

Nilai faktor daya dukung ini merupakan fungsi dari sudut geser dalam tanah ø
di bawah dasar pondasi dari Terzaghi (1943).
qu adalah beban total maksimum per satuan luas ketika pondasi akan
mengalami keruntuhan geser. Beban total tersebut terdiri dari beban-beban
struktur, pelat pondasi dan tanah urugan diatasnya. Analisa daya dukung
tersebut berdasarkan pada kondisi keruntuhan geser umum dari suatu bahan
yang bersifat plastis dan tidak terjadi perubahan volume dan kuat geser oleh
adanya keruntuhan tersebut.

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 20


Pondasi Dangkal 2014

Gambar 24. Nilai Faktor Daya dukung Keruntuhan Geser Umum Terzaghi
(Principles of Foundation Engineering – Braja M. Das)

Untuk memudahkan mendapatkan besarnya factor Daya Dukung Tanah,


maka berdasarkan rumus-rumus menentukan nilai Nc, Nq, dan Nγ, dibuatkan
dalam bentuk tabel, seperti pada Tabel 1.

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 21


Pondasi Dangkal 2014

Tabel 1. Faktor Daya Dukung Tanah Keruntuhan Umum (Terzaghi)

(sumber : Braja M. Das, 1984)

Persamaan daya dukung pondasi di atas hanya dapat digunakan untuk


perhitungan daya dukung ultimit pondasi memanjang. Oleh karena itu
Terzaghi memberikan pengaruh faktor bentuk terhadap daya dukung ultimit
yang didasarkan pada analisa pondasi memanjang sebagai berikut :

 Untuk pondasi bujur sangkar :


qu = 1,3.c.Nc + po.Nq + 0,4.γ.BNγ …………… [G/L2]
 Untuk pondasi lingkaran :
qu = 1,3.c.Nc + po.Nq + 0,3.γ.BNγ …………… [G/L2]
 Untuk pondasi persegi panjang :
qu = c.Nc.(1+0,3B/L)+ po.Nq + 0,5.γ.BNγ.(1-0,2B/L) ……… [G/L2]

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 22


Pondasi Dangkal 2014

Dimana :
qu = daya dukung ultimit untuk pondasi memanjang (t/m2)
c = kohesi tanah di bawah dasar pondasi(t/m2)
γ = berat volume tanah di bawah dasar pondasi (t/m3)
po = Df.γ= tekanan overburden pada dasar pondasi (t/m2)
B = lebar atau diameter pondasi (m)
L = panjang pondasi (m)
Nc = faktor daya dukung tanah akibat kohesi tanah
Nq = faktor daya dukung tanah akibat beban terbagi rata
Nγ = faktor daya dukung tanah akibat berat tanah

Nc, Nq, Nγ adalah faktor daya dukung tanah (bearingcapacityfactors) yang


besarnya tergantung dari sudut geser tanah di bawah dasar pondasi.
Untuk menghitung daya dukung tanah, perlu diketahui berat volume tanah
(γ), kohesi tanah (c) dan sudut geser tanah (ø). Rumus daya dukung tanah ini
berlaku pada kondisi “general shear failure” yang terjadi pada tanah padat
atau agak keras, yaitu karena desakan pondasi bangunan pada tanah.

2. Keruntuhan Lokal (Local Shear Failure)


Gerakan baji tanah ke bawah pada tanah yang mengalami regangan yang
besar sebelum mencapai keruntuhan geser mungkin hanya memampatkan
tanah tanpa menimbulkan regangan yang cukup untuk menghasilkan
keruntuhan geser umum. Menurut Terzaghi, tidak ada analisis rasional
sebagai pemecahannya. Oleh karena itu Terzaghi memberikan koreksi
empiris pada perhitungan faktor daya dukung pada kondisi keruntuhan geser
umum yang digunakan untuk perhitungan daya dukung pada keruntuhan
geser lokal. Nilai c’ = 2/3 c dan ø’ = arc tan (2/3 tan ø) digunakan sebagai
koreksi tersebut sehingga persamaan umum daya dukung ultimit pada
pondasi memanjang pada keruntuhan geser lokal menjadi :
2
qu = 3.c.Nc’+ po.Nq’ + 0,5.γ.BNγ’ …………… [G/L2]

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 23


Pondasi Dangkal 2014

Pada lapisan tanah yang agak lunak atau kurang padat, karena desakan
pondasi bangunan pada tanah, maka akan tampak adanya penurunan yang
besar sebelum terjadi, keruntuhan pada keseimbangan tanah di bawah
pondasi. Kondisi ini disebut “local shear failure”.Untuk kondisi ini rumus
daya dukung tanah Terzaghi harus diberi reduksi.
c′ = 2/3 c
tan ø′ = 2/3 tan ø
c′ = kohesi tanah pada “local shear failure”
ø′ = sudut geser tanah pada “local shear failure”
Sedangkan faktor daya dukung tanah dipakai Nc′, Nq′, Nγ′. Untuk
mendapatkan faktor daya dukungkondisi local ini ada 2 cara, yaitu:
1. Data ø,menggunakan Gambar 25 atau Tabel 2.
2. Data ø’ menggunakan Gambar 24 atau Tabel 1 (Keruntuhan umum).

Gambar 25. Nilai Faktor Daya dukung Keruntuhan Geser Lokal Terzaghi
(Principles of Foundation Engineering – Braja M. Das)

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 24


Pondasi Dangkal 2014

Tabel 2. Faktor Daya Dukung Tanah Keruntuhan Lokal (Terzaghi)

(sumber : Braja M. Das, 1984)

3. Penggunaan Rumus Daya Dukung Berdasarkan Keruntuhan Umum dan


Lokal
Ada 2 kriteria yang digunakan untuk penggunaan rumus keruntuhan Umum
dan keruntuhan Lokal, yaitu:
1. Untuk tanah non-kohesif, dapat digunakan pedoman :
 “local shear failure” terjadi jika ø ≤ 28o
 “general shear failure” terjadi jika ø >28o
2. Berdasarkan hubungan antara Rasio Df/B terhadap Relatif Density

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 25


Pondasi Dangkal 2014

Gambar 24. Hubungan Rasio Df/B terhadap Relatif Density

Persamaan daya dukung Terzaghi mengabaikan kuat geser tanah di atas


pondasi dan hanya cocok untuk pondasi dangkal dengan Df ≤ B. Oleh karena
itu, kesalahan perhitungan untuk pondasi yang dalam menjadi besar.

Dalam perencanaan pondasi, maka pada umumnya untuk mendapatkan dimensi


suatu pondasi (BxL) menggunakan cara elastis, dimana : qallowable = qultimate/FK.
Dimana: qallowable adalah Daya dukung tanah dalam kondisi ijin (allowable).
Hubungan antara besarnya tegangan tanah yang terjadi akibat beban luar dengan
daya dukung ijin adalah:
qkerja≤ qall,
dimana: qkerja = N/A ± M/Z…………[G/L2]
N = gaya normal pada bidang pondasi …………. [G]
M = momen lentur (arah X dan arah Y) ….. [G.L]
Z = momen perlawanan inersia ….. [L3]

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 26


Pondasi Dangkal 2014

2.3 Analisis Mayerhof

Analisis kapasitas daya dukung metoda Terzaghi hanya dipengaruhi oleh faktor
bentuk pondasi. Untuk itu Mayerhof (1963) membuat analisis kapasitas daya
dukung yang dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu: faktor bentuk pondasi, faktor
kedalaman pondasi dan faktor pembebanan. Untuk itu metoda Meyerhof dalam
analisis daya dukung tanah lebih lengkap dari Metoda Terzaghi
Asumsi Metoda Meyerhof mirip dengan metoda Terzaghi, hanya pada metoda
Mayerhof, garis keruntuhan tanah sampai kepermukaan tanah (garis HJ dan GI).
Metoda Mayerhof dapat digunakan untuk pondasi dangkal yang menerima beban
miring (inklinasi).

Gambar 25. Model Keruntuhan Tanah Menurut Metoda

Persamaan Umum daya dukung pondasi dangkal yang diusulkan oleh Mayerhof :

qu = c.Nc.Fcs.Fcd.Fci+ q.Nq.Fqs.Fqd.Fqi+ 0.5 γ.B.Nγ.Fγs.Fγd.Fγi…………[G/L2]

dimana 43

c = Cohesi tanah di bawah dasar pondasi


Tegangan efektif di dasar pondasi = γ.Df
q =
γ = berat volume tanah di atas dasar pondasi
γ = Berat jenis tanah di bawah dasar pondasi
Dimensi terkecil dari panjang dan lebar lebar pondasi (diameter
B =
pondasi lingkaran)
Fcs,Fqs,Fγs = Faktor bentuk
Fcd,Fqd,Fγd = Faktor kedalaman
Fci,Fqi,Fγi = Faktor inklinasi beban
Nc,Nq,Nγ = Faktor daya dukung menurut Metoda Meyerhof

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 27


Pondasi Dangkal 2014

Faktor daya dukung: Nc,Nq,Nγ tergantung dari nilai sudut geser dalam tanah (ф),
besarnya dihitung dengan rumus dibawah ini dan untuk kemudahan mencari
besarnya dapat digunakan grafikGambar 26 atau Tabel 3. di bawah ini.

ф
Nq = eπ.tanф.tan2.(45 + 2 ) Nc = (Nq – 1).cot ф Nγ = 2(Nq + 1).tan ф

Gambar 26. Faktor Daya dukung Menurut Mayerhof

 Faktor Bentuk

Faktor bentuk dihitung dengan rumus berikut (De Beer 1970).

𝐵 𝑁𝑞 𝐵 𝐵
Fcs = 1 + 𝐿 .𝑁𝑐 Fqs = 1 + 𝐿 .tan ф Fγs = 1 – 0,4. 𝐿 .

B adalah dimensi terkecil dari panjang atau lebar pondasi dangkal tersebut.

 Faktor Kedalaman

Faktor kedalaman dihitung dengan rumus berikut (Hansen 1970):

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 28


Pondasi Dangkal 2014

a. Untuk Kasus Df/B ≤ 1

𝐷𝑓 𝐷𝑓 Fγi = 1
Fci = 1 +0,4. Fqs = 1 + 2.tanф.(1- sinф)2. 𝐵 .
𝐵

b. Untuk Kasus Df/B > 1

𝐷𝑓 𝐷𝑓 Fγi = 1
Fci = 1 +0,4.tan-1. Fqs = 1 + 2.tanф.(1- sinф)2.tan-1. .
𝐵 𝐵

 Faktor Inklinasi

Faktor Inklinasi Beban dihitung dengan rumus (Mayerhof 1963. Mayerhof &
Hanna 1981)

𝛽 𝛽
Fci = Fqi = 1 – (1- 90)2 Fɤi = (1- ф)2

Dimana β adalah inklinasi dari beban ke pondasi terhadap arah vertikal seperti
ditunjukkan pada Gambar 25.

Tabel 3. Faktor Daya Dukung Menurut Meyerhof

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 29


Pondasi Dangkal 2014

2.4 Analisa Daya Dukung Hansen

Analisis Daya Dukung Metoda Brick Hansen dibuat lebih lengkap dari metoda
Terzaghi dan metoda Meyerhof, yaitu memperhitungkan: faktor bentuk pondasi,
faktor kedalaman pondasi dan faktor pembebanan, kemiringan dasar pondasi,
dan kemiringan permukaan tanah. Faktor yang berpengaruh pada analisis
kapasitas daya dukung Hansen merupakan kombinasi dari De Beer (1970) dan
Vesic (1973).
Hansen (1970) membuat persamaan daya dukung sebagai berikut :

qu = c Nc sc dc ic gc bc + Df γ Nq sq dq iq gq bq + 0,5γ B Nγ sγ dγ iγ gγ bγ ........ [G/L2]

Dimana:

Nc, Nq =faktor kapasitas daya dukung menurut Hansen, besarnya serupa


dengan Nc, Nq menurut Meyerhof (Tabel 4),
Nγ = faktor kapasitas daya dukung menurut Hansen = 1,5(Nq – 1) tan ф
sc, sq, sγ= faktor daya dukung akibat bentuk pondasi,
dc, dq, dγ = faktor daya dukung akibat kedalaman pondasi,
ic, iq , iγ = faktor daya dukung akibat kemiringan beban,
gc, gq, gγ = faktor daya dukung akibat kemiringan permukaan tanah,
bc, bq, bγ = faktor daya dukung akibat kemiringan dasar pondasi.

Bila pada tanah butir halus (Clay), ф = 0, maka persamaan daya dukung:

qu = 5.14 Su( 1+ s’c + d’c – i’c – b’c – g’c) + q …………[G/L2]

Dimana:
Nc = 5,14, Nq = 1 dan Nγ = 0
S’c , d’c , i’c , b’c , dan g’c= faktor daya dukung kohesi akibat factor bentuk,

kedalaman, inklinasi, kemiringan permukaan tanah, dan


kemiringan dasar pondasi pada tanah kohesi.
Su = kekuatan geser tanah kohesif dari percobaan UU test Triaxial atau test
Geser Langsung = cu = qu/2

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 30


Pondasi Dangkal 2014

Tabel 4. Faktor Kapasitas Daya Dukung Menurut Brick Hansen.

Faktor-faktor bentuk pondasi, kedalaman pondasi, kemiringan permukaan tanah,


dan kemiringan dasar pondasi dapat dilihat pada Tabel 5.

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 31


Pondasi Dangkal 2014

Tabel 5. Faktor Daya dukung Pondasi Dangkal Menurut Hansen

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 32


Pondasi Dangkal 2014

2.5 Pengaruh Lapisan Tanah Yang Tidak Seragam

Rumus – rumus di atas diasumsikan bahwa tanah disekitar pondasi adalah


seragam, namun pada kenyataannya di lapangan sering dijumpai tanah disekitar
dudukan pondasi adalah tidak seragam. Untuk itu, maka dalam menentukan
besarnya daya dukung yang sebenarnya perlu ada pemeriksaan lanjutan mengenai
besarnya daya dukung tanah pada lapisan tanah di bawahnya, dengan cara
memeriksa besarnya daya dukung pada lapisan kedua dan membandingkan
dengan intensitas tegangan akibat beban kerja yang disebarkan merata kepada
lapisan tanah kedua tersebut.

Bila lapisan tanah kedua lebih padat atau lebih keras dibandingkan dengan lapisan
pertama, maka perhitungan cukup dihitung berdasarkan data pada lapisan tanah
pertama dimana dasar pondasi terletak, sementara bila lapisan tanah kedua lebih
lepas atau lembek, maka perlu evaluasi lanjut mengenai besarnya daya dukung
tanah yang sebenarnya.

2.6 Pengaruh Muka Air Tanah

Persamaan daya dukung pondasi dangkal diatas didasarkan atas asumsi bahwa
muka air tanah terletak jauh dibawah dasar pondasi. Jika muka air tanah terletak
di dekat dasar pondasi, perlu dilakukan modifikasi untuk menentukan daya
dukung pondasi dangkal tersebut.

Gambar 27. Pengaruh Muka Air Tanah

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 33


Pondasi Dangkal 2014

a. Kasus 1

Jika muka air tanah terletak pada sedemikian sehingga 0 ≤ D1≤Df maka
parameter q dan γ pada persamaan daya dukung harus dihitung sebagai berikut

q = D1.γ + D2.(γsat – γw) γ’ = γsat – γw

b. Kasus 2

Jika muka air tanah terletak sedemikian sehingga 0 ≤ d ≤ B maka parameter q


dan γ pada persamaan daya dukung harus dihitung sebagai berikut:

q = D1.γ 𝑑
γsub = γ’ +𝐵(γ – γ’)

c. Kasus 3

Jika air tanah terletak sedemikian sehingga d >B, maka air tanah tidak akan
mempengaruhi daya dukung pondasi dangkal, sehingga perhitungan daya
dukung tanah kembali ke persamaan umum yang asli (tanpa pengaruh air).

Penjelasan di atas dapat dijelaskan kembali pada Gambar 28 di bawah ini.

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 34


Pondasi Dangkal 2014

Gambar 28. Perhitungan Daya Dukung Pondasi Dangkal akibat Pengaruh Air Tanah.

Rumus daya dukung tanah akibat pengaruh air di bawah tanah/air tanahdapat juga
ditentukan berdasarkan rumus-rumus yang dibuat oleh Naval Facilities Enginnering
Command (NAVFAC) DM-7 Tahun 1971 pada Gambar 29 di bawah ini.

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 35


Pondasi Dangkal 2014

Gambar 29. Perhitungan Daya Dukung Pondasi Dangkal akibat Pengaruh Air Tanah
(NAVFAC DM-7)

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 36


Pondasi Dangkal 2014

2.7 Daya Dukung Tanah Pondasi Dangkal Pada Tanah Clay Berlapis

Banyak kasus perencanaan pondasi yang diletakkan pada tanah clay yang berlapis –
lapis/tidak homogen (Gambar 30). Untuk kondisi ini para ahli pondasi membuat
rumus dengan menganggap tanah clay yang berlapis-lapis ini diasumsikan menjadi
tanah clay yang homogen dan isotropis.

a. Reddy dan Srinivan (1971) mengusulkan persamaan daya dukung tanah untuk
pondasi yang diletakkan pada 2 lapis clay yang berbeda seperti pada Gambar
30. Menggunakan rumus:
qu = c1.Nc.Fcs.Fcd + q …………[G/L2]
Dimana:
c1= besarnya kohesi tanah di bawah dasar pondasi (lapis ke 1/teratas)
c2 = besarnya kohesi tanah di bawah dasar pondasi (lapis ke 2/terbawah)
Nc = besarnya faktor daya dukung akibat kohesi tanah yang berlapis, besarnya
tergantung dari rasio c2/c1 danrasio z/B pada Gambar 31.

Gambar 30. Model Daya dukung Gambar 31. Grafik menentukan faktor daya
Pondasi Dangkal pada tanah clay yang dukung Akibat kohesi pada tanah clay yang
berlapis berlapis

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 37


Pondasi Dangkal 2014

b. Rumus daya dukung tanah untuk Pondasi Dangkal pada tanah Clay berlapis juga
dapat ditentukan berdasarkan rumus yang dibuat oleh Naval Facilities Enginnering
Command (NAVFAC) DM-7 Tahun 1971 pada Gambar 32. di bawah ini.

Gambar 31. Grafik menentukan faktor daya dukung Akibat kohesi pada tanah clay
yang berlapis (NAVFAC DM-7)

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 38


Pondasi Dangkal 2014

2.8Rumus Daya Dukung Tanah Untuk Pondasi Dangkal yang Terletak Pada
Lapis Pasir di Atas Lapis Clay.

Pada kasus ini ada 2 (dua) kemungkinan yang timbul untuk menghitung daya
dukung Pondasi dangkal, yaitu (a). bila lapisan pasir di bawah dasar pondasi relatip
tipis dan (b) lapisan pasir di bawah dasar pondasi tebal seperti pada Gambar 32.
a. Bila Lapisan pasir di bawah pondasi (H) relatip Tipis, H < B), maka garis
kelongsoran tanah akan mencapai lapisan clay (gambar kiri). Menurut
Meyerhof (1974), besarnya daya dukung untuk Pondasi Jalur ditentukan dari
persamaan:
qu = c.Nc + γ.H2.(1 + 2.Df/H).Ks. tan(ф/2) + γ.Df …………[G/L2]
bagian clay bagian pasir
Dengan nilai maksimum:
qu, mak = 0,5.γ.B.Nγ + γ.Df.Nγ
dimana:
ф = sudut geser dalam lapisan pasir
γ = berat volume lapisan pasir
Ks = koefisien tahana geser akibat puncing (Tabel 7.)
Nc = 5,14 untuk tanah clay
Nγ dan Nq = factor daya dukung tanah pasir menurut Meyerhof

Gambar 32. Pemodelan Pondasi Dangkal pada Lapisan Tabel 7. Nilai Ks


Pasir di Atas Lapisan Tanah Clay

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 39


Pondasi Dangkal 2014

Untuk Pondasi Dangkal bentuk Persegipanjang, persamaan umum daya dukung


tanah menjadi:

qu = (1+0,2b/L).c.Nc + (1 + B/L).γ.H2.(1 + 2.Df/H).Ks. tan(ф/2) + γ.Df


Dengan nilai maksimum:
qu, mak = 0,5(1 – 0,4B/L).γ.B.Nγ + γ.Df.Nγ …………[G/L2]

Intensitas beban pada dasar pondasi kemudian disebar merata sampai kepermukaan
lapisan clay tsb (Gambar 33), sehingga dasar pondasi sekarang dianggap terletak
pada permukaan atas lapisan clay. Besarnya intensitas beban sekarang menjadi:

 qi = q.[{B/(B+1,15d)}]2 , untuk pondasi bujursangkar/lingkaran


 qi = q.[{B/(B+1,15d)}] , untuk pondasi menerus, dengan persyaratan qi<qu.

Gambar 33. Ilustrasi Kejadian Penyebaran Tegangan pada Lapisan Clay

b. Bila lapisan pasir di bawah pondasi (H) cukup tebal (H ≥ B), maka garis
kelongsoran tanah di bawah pondasi masih ada didalam lapisan pasir atau tidak
mencapai lapisan clay, sehingga unutuk menentukan besarnya daya dukung
tanah pondasi dangkal cukup menggunakan data lapisan pasir.

2.9 Rumus Daya Dukung Tanah Untuk Pondasi Dangkal Yang Terletak Pada
Lapis clay di Atas Lapis Pasir.
Besarnya daya dukung tanah pondasi Dangkal Pada tanah clay di atas tanah pasir
seperti pada Gambar 34 dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 40


Pondasi Dangkal 2014

Gambar 34. Dudukan Pondasi Dangkal Pada Tanah Clay Tipis Di atas Lapisan Pasir

a. Pondasi Jalur
qn,u = (B/2d + π + 1).c, untuk B/d ≥ 2 …………[G/L2]

b. Pondasi Bujursangkar / Lingkaran


qn,u = (B/3d + π + 1).c, untuk B/d ≥ 6 …………[G/L2]

Untuk B/d < 2 pada Pondasi Jalur dan b/d < 6 pada Pondasi
Bujursangkar/Lingkaran, persamaan daya dukung tanah menggunakan data lapisan
pasir, yaitu:

qn,u = c.Nc …………[G/L2]

2.10 Pondasi Dangkal Sekitar Lereng


Sering dijumpai dilapangan masalah perencanaan Pondasi Dangkal disekitar/Dekat
Lereng. Adanya lereng akan mempengaruhi besarnya daya dukung tanah yang
dapat dipikul oleh pondasi Dangkal. Prosedur perhitungan menggunakan beberapa
rumus menggunakan grafik yang diperoleh dari beberapa Literatur seperti pada
Gambar 35 yang diperoleh dari Buku NAFVAC DM-7.

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 41


Pondasi Dangkal 2014

Gambar 35. Pedoman Menentukan Daya Dukung Tanah Pondasi Dangkal Sekitar
Lereng (NAFVAC DM-7)

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 42


Pondasi Dangkal 2014

2.11 Daya Dukung Tanah Ijin Pondasi Dangkal


Pada Perencanaan Pondasi diperlukan besarnya daya dukung tanah. Pada umumnya
perencanaan menggunakan daya dukung ijin (allowable), sementara rumus daya
dukung tanah merupakan daya dukung batas (ultimate). Hubungan daya dukung
keduanya berupa Faktor Keamanan Ijin, FKijin (> 1,0), yaitu:
qijin = qbatas/FKijin……………. [G/L2]

Besarnya faktor keamanan tergantung dari banyak faktor, seperti: karakteristik


bangunan, kesempurnaan hasil penyelidikan tanah, mutu pelaksana, tingkat
pengawasan dan sebagainya. Besarnya faktor keamanan ijin diambil 2,0 sampai 3,0.

Untuk perencanaan dimensi pondasi, besarnya tegangan (intensitas) beban yang


bekerja akibat beban luar harus diambil lebih kecil atau sama dengan besarnya
tegangan ijin tanah.

qkerja≤ qijin……………. [G/L2]

Kadang kala didalam perencanaan pondasi sering dijumpai istilah Daya Dukung
batas netto (net ultimate bearing capacity, qn,u), yaitu daya dukung batas dikurangi
oleh tegangan tanah akibat adanya galian tanah dudukan pondasi, yaitu:

qn,u = qu – qgalian = qu – γ.Df. ……………. [G/L2]

Besarnya Beban ijin yang dapat dipikul oleh pondasi adalah perkalian antara
besarnya daya dukung tanah ijin dengan luas (A) tapak pondasi, yaitu:

Qijin = qijin x A ………………. [G]

2.12 Pondasi Dangkal Menerima Beban Eksentris


Sering dijumpai dalam perencanaan bahwa pondasi menerima beban aksial, beban
lateral dan momen lentur atau kedudukan beban aksial tidak pada kedudukan sumbu
berat dasar pondasi (asimetri). Kondisi ini tentunya akan menimbulkan faktor
eksentrisitas beban aksial (e), seperti penjelasan pada Gambar 35.

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 43


Pondasi Dangkal 2014

Adanya eksentrisitas beban ini akan menimbulkan besarnya tegangan kerja yang
berlainan di bawah dasar pondasi tersebut. Besarnya intensitas tegangan kerja akibat
beban luar dapat ditentukan berdasarkan persamaan:

𝑊
q1,2,3,4 = 𝐵𝑥𝐿±Mx.x/Iy± My.y/Iyx …………. [G/L2]
𝑊
q1,2,3,4 = 𝐵𝑥𝐿± 6.Mx./(B2.L) ± 6.My./(B.L2) …….. [G/L2]

Dimana:

W = Gaya aksial yang bekerja pada pondasi

Mx, My = momen lentur yang mengililingi sumbu Y, sumbu X

x, y = jarak dari titik berat pondasi ke titik dimana tegangan kerja dihitung
sepanjang respektif sumbu X, sumbu Y

B, L = Lebar, Panjang pondasi persegipanjang

Ix, Iy = Besarnya Inersia pada dasarPondasi ke sumbu X, sumbu Y.

Bila nilai eksentrisitas: ex>± B/6 dan ey>± L/6, maka pada dasar pondasi akan
menimbulkan tegangan tarik tanah, sehingga qmin dianggap nol dan qmak menjadi:

qmaks, x = 4.W/[3.L.(B – 2 ex)] dan qmaks, y = 4.W/[3.B.(L – 2 ey)]

a. Eksentrisitas Gaya b. Intensitas Tegangan tanah

Gambar 35: Eksentrisitas dan Intensitas Tegangan Pada Pondasi Dangkal

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 44


Pondasi Dangkal 2014

2.13 Daya dukung Tanah Hasil Penyelidikan Di Lapangan (In situ)


Besarnya Daya Dukung Tanah pondasi Dangkal dapat diperoleh dari hasil
penyelidikan tanah di lapangan. Ada beberapa test di lapangan yang biasa digunakan,
yaitu:
1. Percobaan Cone Penetrometer Test (CPT)/Sondir
Berdasarkan hasil percobaan alat Sondir, De Beer mengusulkan persamaan
empiris untuk menentukan besarnya daya dukung tanah ijin untuk pondasi
Dangkal.
a. Jenis pondasi Jalur dan Bujursangkar
qa = 3,6 qc (kN/m2), atau = qc/30 (kg/cm2), untuk B ≤ 1,2 m
qa = 2,1 qc [1 + (1/B)]2 (kN/m2), atau = qc.[1 + (1/B)]2/50 (kg/cm2),
untuk B > 1,2 m
b. Jenis Pondasi Dangkal pada umumnya:
qa = 2,7 qc (kN/m2), atau = qc/40 (kg/cm2),
Rumus – rumus di atas berlaku dengan anggapan qc = 4N.
Bila pondasi dangkal diletakkan pada lapisan pasir yang terendam air, maka
besarnya qa diambil setengah dari harga yang diperoleh dari rumus di atas.

2. Percobaan Standar Penetrasi Test (SPT)


Berdasarkan hasil percobaan SPT, diperoleh beberapa rumus uuntuk menentukan
besarnya daya dukung ijin tanah, yaitu:
a. Hasil penyelidikan Terzaghi dan Peck diperoleh hubungan empiris antara
besarnya N SPT, tegangan tanah yang diizinkan dan lebar pondasi dangkal
(B) dengan asumsi penurunan sebesar 35 mm, dimana permukaan air tanah
jauh di bawah permukaaan dasar pondasi. Hubungan empiris tersebut dapat
dilihat pada Gambar 36.
b. Peck, Hansen dan Thornburn mendapatkan hubungan antara besarnya factor
keamanan daya dukung tanah non kohesi berdasarkan hubungan empiris
antara nilai N SPT terhadap besarnya sudut geser dalam tanah (ф), seperti
pada Gambar 37.

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 45


Pondasi Dangkal 2014

Gambar 36. Grafik Perhitungan Daya Gambar 37. Grafik Hubungan antara N
dukung ijin untuk pondasi di pasir SPT, ф dan Nq, Nγ
berdasarkan hasil SPT (terzaghi dan Peck)

c. Teng membuat persamaan empiris daya dukung tanah untuk tanah kohesi
sehubungan dengan adanya pengaruh muka air tanah, yaitu:
 qa = 2. N2.B.Rw + 6.(100 + N2).D.Rw’, untuk bentuk bujursangkar
 qa = 3. N2.B.Rw + 5.(100 + N2).D.Rw’, untuk bentuk menerus
Dimana:
qa = daya dukung tanah ultimate (batas) ………. [psf]
N = jumlah pukulan per foot nilai SPT
B = lebar pondasi …………. [ft]
Df = kedalaman dasar pondasi ………….. [ft]
Bila level permukaan tanah tidak sama tinggi, maka diambil yang
paling rendah. Bila Df> B, maka digunakan Df = B.
Rw dan Rw’ =faktor pengaruh air tanah bila di atas dan di bawah permukaan
dasar pondasi seperti pada Gambar 38.
Bila permukaan air berada di bawah dasar pondasi, Rw’ = 1,0,
dan bila permukaan air ada di atas dasar pondasi Rw = 0,5.

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 46


Pondasi Dangkal 2014

Gambar 38. Faktor Koreksi Perhitungan Daya dukung Tanah Ijin akibat
Kedudukan Muka Air Tanah

d. Terzaghi dan Peck (1948) membuat persamaan empiris untuk menentukan


besarnya daya dukung ijin tanah sebesar 1 inch.
qa = 720. (N- 3).[(B +1)/2B]2.Rw’ ……………… [psf]

2.14 Penentuan Daya dukung Tanah pondasi Dangkal Langsung di lapangan.


Besarnya daya dukung tanah pondasi Dangkal dapat diperoleh dari hasil
percobaan langsung di lapangan dengan cara menggunakan kumpulan
pelat/piringan baja sebagai perantara penyaluran beban ke tanah (Loading Test).
Tanah kemudian dibebani langsung melalui jack compressor hidrolik yang
dipasang diatas pelat baja tsb. (Gambar 39).

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 47


Pondasi Dangkal 2014

Gambar 39. Ilustrasi Test PembebananPada Pelat Baja

Besarnya beban yang diberikan dapat diatur melalui manometer pembacaan


pada alat hidrolik tsb. Pemberian beban umumnya sebesar 200% dari rencana
beban kerja.
Sistem pembebanan terdiri dari 2 macam, yaitu:
a. Beban Langsung, yaitu beban diberikan langsung kepada pelat pondasi,
b. Beban Tidak Langsung, yaitu beban diberikan tidak langsung sekaligus,
melainkan sedikit demi sedikit, yaitu: segara;
 Bertahap
 Berulang (cyclic)
Pelaksanaan Loading Test dilakukan secara 2 tahap, yaitu:
a. Loading test: beban diberikan bertambah terus menerus sampai beban
puncak,
b. Unloading test: beban dikurangi terus menerus dari beban puncak
Sistem percobaan pembebanan menggunakan:
a. Meja beban yang diperkuat dengan tiang angker
b. Beban Kontra (Kentledge system) menggunakan blok-blok beton, zak
semen, besi dsbnya.
Hasil percobaan dibaca, dicatat dan digambar pada kerta grafik biasa, yaitu
hubungan antara:
a. Besarnya penurunan terhadap beban,
b. Besarnya beban terhadap waktu,
c. Besarnya penurunan terhadap waktu.

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 48


Pondasi Dangkal 2014

Penentuan daya dukung ijin tanah pondasi Dangkal dapat dilakukan dengan
menggunakan beberap metoda, seperti: cara W.S. Housel, Metoda Davisson M.T,
Metoda Butler and Hoy, Metoda De Beer; Metoda modifikasi Van Deer Veen
dsbnya.

Gambar 38. Kurva Grafik Hubungan Beban, Waktu dan Penurunan

Diktat Rekayasa Pondasi 1-unpak 49

Anda mungkin juga menyukai